Upload
trandang
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Tindakan
4.1.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Tanggel Kecamatan
Randublatung Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012
dengan Subyek Penelitian Siswa Kelas V sebanyak 19 siswa yang terdiri dari
9 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. Letak SD N 2 Tanggel berada di
wilayah Kelurahan Tanggel Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora.
Suasana SD N 2 Tanggel Tanggel masih asri dengan suasana pedesaan. SD N
2 Tanggel ini sebelah Selatan Puskesmas dan berhadapan dengan TK Pertiwi,
sebelah Timur berbatasan dengan jalan kelurahan, sebelah Selatan berbatasan
dengan rumah warga juga, dan sebelah Barat berbatasan dengan sawah
warga. Letak yang strategis ini membuat SD N 2 Tanggel mudah dijangkau.
Selain itu, dekat dengan pemukiman penduduk. SD N 2 Tanggel terdiri dari
kelas 1 sampai kelas 6 dengan jumlah keseluruhan siswa 112 siswa.
4.1.2. Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Tanggel
Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora, yang berjumlah 19 siswa yang
terdiri dari 10 siswa putra dan 9 siswa putri pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dengan materi “Bumi dan Alam Semesta”.
a) Sumber Belajar
Pada awalnya siswa kelas V, nilai rata-rata pelajaran IPA rendah
khususnya pada materi “Bumi dan Alam Semesta”. Hal ini disebabkan kurang
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar tentang materi
48
“Bumi dan Alam Semesta”. Hanya melalui metode ceramah saja yang
dilakukan oleh guru, sehingga anak hanya berangan-angan belaka.
b) Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa masih
pasif, karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara
individual, tidak tampak kreatif siswa maupun gagasan yang muncul. Siswa
terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena pembelajaran selalu monoton.
4.1.3. Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas V SD N 2
Tanggel semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 19 siswa
terdiri dari 10 siswa putra dan 9 siswa putri pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dengan materi pokok “Bumi dan Alam Semesta” terlihat
bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hanya 6 siswa yang melebihi kriteria
ketuntasan minimal (KKM) dan 13 siswa lainnya masih berada di bawah
KKM yang telah di tetapkan yaitu ≥ 60.
Hal ini bisa terlihat dari nilai sekunder hasil evaluasi peserta didik
pada mata pelajaran IPA yang telah dilakukan dimana sebagian besar siswa
memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = ≥ 60).
Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukannya tindakan masih
sangat rendah. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis terdapat
rekapitulasi nilai sebelum dilakukan tindakan.
Adapun nilai rekapitulasi sebelum dilakukan tindakan dapat disajikan
pada tabel 4.1 sebagai berikut:
49
Tabel 4.1
Rekapitulasi Nilai Sebelum Tindakan
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat jelas perbandingannya siswa yang
mencapai ketuntasan belajar (KKM= ≥60) adalah sebanyak 6 siswa sedangkan
siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 13 siswa, yang dapat
diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai 0 s/d 20 sebanyak 3 siswa atau
15,78%, 21 s/d 40 sebanyak 4 siswa atau 21,05%, 41 s/d 60 sebanyak 4 siswa
atau 21,05%, 61 s/d 80 sebanyak 7 siswa atau 36,84%, dan nilai 81 s/d 100
sebanyak 1 siswa atau 5,25 %. Dengan nilai rata-rata 52,37 sedangkan nilai
tertinggi adalah 100 sedangkan nilai terendah adalah 20.
Untuk lebih jelasnya data nilai dapat dibuat diagram batang seperti
pada gambar 4.1 sebagai berikut.
No. Nilai Sebelum Tindakan
Keterangan Jumlah Siswa
Persentase (%)
1. 0-20 3 15,78 Belum tuntas
2. 21-40 4 21,05 Belum tuntas
3. 41-60 4 21,05 Tuntas
4. 61-80 7 36,84 Tuntas
5. 81-100 1 5,25 Tuntas
Jumlah 19 100
Rata-rata 52,37
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 20
50
Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = ≥ 60) data hasil
perolehan nilai sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2.
Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan
No. Ketuntasan Belajar Dengan
KKM 60
Jumlah Siswa
Jumlah Persentase
(%)
1. Tuntas ≥ 60 6 31,57
2. Belum tuntas ≤ 60 13 68,43
Jumlah 19 100
Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa
siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM= ≥
60) sebanyak 13 siswa atau 68,43%, sedangkan yang sudah mencapai
ketuntasan minimal sebanyak 6 siswa dengan persentase 31,57%. Ketuntasan
belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada gambar 4.2.
34 4
7
1
012345678
0-20 21-40 41-60 61-80 81-100
Jumlah Siswa
Nilai
51
Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan
Nilai Sebelum Tindakan
Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan
siswa yang hanya belajar di dalam atau ruang kelas saja kurangnya
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dan ketrampilan
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, sehingga pembelajaran
masih monoton atau konvensional, dimana metode ceramah masih
mendominasi proses kegiatan pembelajaran, sehingga mengakibatkan
pembelajaran kurang menarik yang berakibat hasil belajar siswa menjadi
rendah dan siswa pun kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran,
sehingga terjadi hambatan dalam transformasi ilmu pengetahuan yang
menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif.
Berdasarkan data hasil belajar yang rendah dari siswa kelas V di SD
Negeri 2 Tanggel Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012, penulis akan
melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan
penelitian yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya. Dalam penelitian ini
penulis akan menggunakan pembelajaran Laboratorium alam (pembelajaran
luar kelas) guna meningkatkan hasil belajar siswa yang akan dilakukan dalam
dua siklus. Siklus I pembelajaran dilakukan dengan Kompetensi Dasar
“Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan”, dan siklus II
pembelajaran dilakukan dengan Kompetensi Dasar “Mendeskripsikan Struktur
Bumi”
31,57%
68,43%Tuntas
Belum Tuntas
52
4.1.4. Siklus I
4.1.4.1.Rencana Tindakan Siklus I
Perencanaan siklus I ini terdiri dari tiga perencanaan pertemuan, yaitu
pertemuan I, pertemuan II, dan pertemuan III.
a. Pertemuan I siklus I
Setelah diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi
dengan guru kelas IV mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta
alat penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum mengajar pada pertemuan I,
maka peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran.
Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pokok
bahasan “Proses Pembentukan Tanah”,dengan materi yang akan disampaikan
pada pertemuan 1 yaitu “Susunan lapisan tanah”, kemudian menentukan tujuan
pembelajaran: melalui pengamatan dalam kegiatan praktikum, siswa dapat
mengidentifikasi susunan lapisan tanah, dan siswa mampu mempresentasikan
hasil praktikum dengan benar.
Kemudian guru kelas menyajikan pengalaman belajar yang bersifat
memotivasi yaitu pembelajaran di laboratorium alam (pembelajaran luar kelas)
dengan mengamati/observasi dan melakukan percobaan dengan: mempelajari
susunan lapisan tanah, meningkatkan pemahaman, kebersamaan, motivasi serta
hasil belajar siswa, dan menumbuhkan sikap cinta akan lingkungan. Peneliti juga
mempersiapkan perlengkapan belajar yang diperlukan, misalnya lembar kerja
siswa (LKS), buku pelajaran, serta alat dan bahan untuk melakukan percobaan.
Dan guru juga berencana membagi kelompok untuk siswa, dalam 1 kelompok
terdiri dari 4-5 siswa, guru menetapkan objek/lokasi serta lamanya waktu
melaksanakan kegiatan praktikum dilaboratorium alam, alokasi untuk
pengamatan dan kegiatan praktikum adalah 25 menit.
Setelah menentukan tujuan pembelajaran dan kegiatan
praktikum/percobaan kemudian guru menetapkan lamanya waktu proses
53
pembelajaran yaitu (2 x 35) menit dan metode praktikum dalam pembelajaran di
laboratorium alam yang meliputi kegiatan:
Fase 1 Orientasi Masalah
a. Siswa menerima penjelasan dari guru mengenai Bagian-bagian lapisan
tanah dan langkah-langkah praktikum sesuai lembar kerja siswa.
b. Siswa mendiskusikan persiapan dengan guru sebelum melaksanakan
kegiatan praktikum.
Fase 2 Perumusan Masalah
a. Siswa merumuskan masalah bersama anggota kelompok mengenai
susunan lapisan tanah.
b. Siswa mengidentifikasi langkah-langkah praktikum sesuai dengan
lembar kerja siswa.
c. Siswa diminta melakukan penyusuran dan praktikum pada lokasi objek
pengamatan pada lingkungan sekolah.
d. Tujuan kegiatan praktikum adalah untuk mengamati susunan lapisan
tanah.
Fase 3 Melakukan Praktikum/Observasi
a. Siswa mengidentifikasi masalah mengenai kegiatan praktikum tentang
pengamatan susunan lapisan tanah.
b. Siswa meminta keperluan praktikum (alat/bahan praktikum)
Alat dan bahan
1) Gelas bening berukuran besar atau stoples
2) Pengaduk dari kayu
3) Tanah yang berasal dari kebun atau ladang
54
4) Air secukupnya
Langkah kerja
1) Isilah gelas atau stoples dengan air, jangan sampai penuh.
2) Masukkan tanah ke dalam gelas atau stoples tersebut.
3) Aduklah air dan tanah dengan menggunakan batang pengaduk
sampai bercampur. Biarkan sekitar 10 menit.
c. Siswa melakukan kegiatan praktikum sesuai langkah-langkah yang
sudah tersedia.
d. Siswa mengidentifikasi kesulitan dengan anggota kelompok.
e. Menyelesaikan kegiatan praktikum dan tugas-tugas yang telah
disediakan oleh guru bersama teman satu kelompoknya
f. Guru berkeliling mengamati dan membimbing kerjasama dalam
kelompok
Fase 4 Mengatasi Kesulitan
a. Menugaskan siswa untuk memikirkan berbagai cara untuk mengatasi
kesulitan bersama anggota kelompok.
b. Guru melakukan observasi terhadap proses kegiatan praktikum
perkelompok.
55
Fase 5 Merefleksi Hasil Praktikum
a. Siswa mengaitkan hasil praktikum atau penyelidikan dengan konsep
atau teori sesuai dengan materi susunan lapisan tanah.
b. Siswa menyusun laporan praktikum
Kegiatan akhir akan dilakukan penarikan kesimpulan hasil pembelajaran
mengenai susunan lapisan tanah yang telah dipelajari. Setelah menarik
kesimpulan guru akan memberikan pemantapan dan tindak lanjut kepada siswa.
b. Pertemuan II siklus I
Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan II sebagai tindak lanjut
dari hasil belajar siswa dan kekurangan/kelemahan pada pertemuan I.
Perencanaan siklus I pertemuan II lokasi pengamatan/observasi akan
dilaksanakan di tepi sungai untuk mengamati jenis-jenis tanah. Sebelum
mengajar pada pertemuan II, maka peneliti menyiapkan segala sesuatu yang
menunjang proses pembelajaran.
Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pokok
bahasan “Jenis-jenis tanah”, kemudian guru kelas merencanakan menyajikan
pengalaman yang bersifat memotivasi yaitu pembelajaran di laboratorium alam
(pembelajaran luar kelas) dengan mengamati/observasi yaitu: mempelajari
tentang jenis-jenis tanah, meningkatkan kebersamaan, motivasi serta hasil belajar
siswa dan menumbuhkan sikap cinta akan lingkungan. Peneliti juga
mempersiapkan perlengkapan belajar yang diperlukan, misalnya lembar kerja
siswa (LKS), buku pelajaran serta alat dan bahan untuk praktikum penyerapan
jenis-jenis tanah. Guru kelas juga membagi kelompok untuk siswa, dalam 1
kelompok terdiri dari 4-5 siswa, guru menetapkan objek/lokasi serta lamanya
waktu pengamatan/observasi, lokasi untuk pengamatan di tepi sungai yang
jaraknya tidak jauh dari sekolah, guru juga menentukan waktu praktikum di
laboratorium alam selama 25 menit.
56
Setelah menentukan tujuan pembelajaran dan kegiatan
praktikum/percobaan kemudian guru menetapkan lamanya waktu proses
pembelajaran yaitu (2x35) menit dan metode praktikum dalam pembelajaran di
laboratorium alam yang meliputi kegiatan:
Fase 1 Orientasi Masalah
a. Siswa menerima penjelasan dari guru mengenai jenis-jenis tanah dan
langkah-langkah praktikum sesuai dengan lembar kerja siswa.
b. Siswa mendiskusikan persiapan dengan guru.
Fase 2 Perumusan Masalah
a. Siswa merumuskan masalah bersama anggota kelompok.
b. Siswa mengidentifikasi langkah-langkah praktikum bersama guru dan
anggota kelompok.
c. Siswa diminta melakukan penyusuran dan praktikum pada lokasi objek
pengamatan yaitu pinggir sungai di dekat sekolah.
d. Tujuan kegiatan praktikum adalah untuk mengamati perbedaan
penyerapan tanah.
Fase 3 Melakukan Praktikum/Observasi
a. Siswa mengidentifikasi masalah tentang langkah-langkah kegiatan
praktikum bersama anggota kelompok.
b. Siswa di bagikan keperluan praktikum (alat/bahan praktikum) dan
lankah-langkah kegiatan praktikum.
Alat dan bahan
1) 3 buah gelas plastik bekas air mineral
2) Air secukupnya
57
3) Tanah liat
4) Tanah berpasir
5) Tanah yang berasal dari kebun atau ladang atau persawahan
Langkah kerja
1) Masukkan tanah liat ke dalam gelas A.
2) Masukkan tanah berpasir ke dalam gelas B.
3) Masukkan tanah yang berasal dari kebun atau ladang ke dalam
gelas C.
4) Siramkan air dengan volume yang sama ke setiap gelas.
58
c. Siswa melakukan kegiatan praktikum bersama anggota kelompok.
d. Siswa mengidentifikasi kesulitan bersama anggota kelompok. (foto
terlampir)
e. Menyelesaikan kegiatan praktikum dan tugas-tugas yang telah
disediakan oleh guru bersama teman satu kelompoknya
f. Guru berkeliling mengamati dan membimbing kerjasama dalam
kelompok
Fase 4 Mengatasi Kesulitan
a. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan memikirkan berbagai
cara untuk mengatasi kesulitan dalam kegiatan praktikum.
b. Guru melakukan observasi pada masing-masing kelompok.
Fase 5 Merefleksi Hasil Praktikum
a. Siswa mengaitkan hasil praktikum dengan materi jenis-jenis tanah yang
telah di pelajari.
b. Siswa menyusun laporan kegiatan praktikum
Kegiatan akhir akan dilakukan penarikan kesimpulan hasil pembelajaran
mengenai jenis-jenis tanah yang telah dipelajari. Setelah menarik kesimpulan
guru akan memberikan pemantapan dan tindak lanjut kepada siswa.
c. Pertemuan III siklus I
Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan III sebagai
penyempurnaan kekurangan dan tindak lanjut dari pertemuan I dan II. Pada
59
pertemuan III lokasi pengamatan/observasi akan dilaksanakan di sekitar
persawahan. Sebelum mengajar pada pertemuan III, maka peneliti menyiapkan
segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran.
Peneliti merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pokok
bahasan “Pengikisan tanah”, kemudian guru kelas menyajikan pengalaman yang
bersifat memotivasi yaitu pembelajaran di laboratorium alam (pembelajaran luar
kelas) dengan pengamatan/observasi dan melakukan percobaan yaitu:
mempelajari tentang pengikisan tanah, untuk mengetahui penyebab terjadinya
pengikisan tanah/erosi, memotivasi serta meningkatkan hasil belajar siswa, dan
menumbuhkan sikap cinta akan lingkungan. Guru juga mempersiapkan
perlengkapan belajar yang diperlukan, misalnya lembar kerja siswa (LKS),
lembar test, buku pelajaran serta alat dan bahan untuk melakukan percobaan.
Guru membagi kembali siswa kedalam kelompok, dalam 1 kelompok terdiri dari
4-5 siswa dan kelompoknya sesuai dengan pertemuan I dan II, selanjutnya guru
menetapkan objek/lokasi serta lamanya waktu pengamatan/observasi, lokasi
untuk pengamatan adalah di sekitar persawahan dan waktu pengamatan selama
25 menit.
Setelah menentukan tujuan pembelajaran dan kegiatan
praktikum/percobaan kemudian guru menetapkan lamanya waktu proses
pembelajaran yaitu (2x35) menit dan metode praktikum dalam pembelajaran di
laboratorium alam yang meliputi kegiatan:
Fase 1 Orientasi Masalah
a. Siswa menerima penjelasan dari guru mengenai pengikisan tanah/erosi
dan langkah-langkah praktikum
b. Siswa mendiskusikan persiapan dengan guru.
Fase 2 Perumusan Masalah
a. Siswa merumuskan masalah bersama anggota kelompok.
b. Siswa mengidentifikasi langkah-langkah praktikum.
60
c. Siswa diminta melakukan penyusuran dan pengamatan/praktikum pada
lokasi objek pengamatan.
d. Tujuan kegiatan praktikum adalah untuk mengamati proses pengikisan
tanah oleh air.
Fase 3 Melakukan Praktikum/Observasi
a. Siswa mengidentifikasi masalah untuk di slidiki.
b. Siswa meminta keperluan praktikum (alat/bahan praktikum)
Alat dan bahan
1. Gelas plastik.
2. Air secukupnya
3. Tanah yang berasal dari kebun atau ladang atau persawahan
Langkah kerja
1) Buatlah 2 gundukan tanah.
a) Gundukan tanah A tanpa ada tanaman
61
b) Gundukan tanah B yang di beri tanaman atau rumput.
2) Siramlah masing-masing gundukan tanah dengan volume air yang
sama
3) Amatilah dengan kelompok kamu.
c. Siswa melakukan kegiatan praktikum bersama anggota kelompok.
d. Siswa mengidentifikasi kesulitan dalam kegiatan praktikum bersama
anggota kelompok.
e. Menyelesaikan kegiatan praktikum dan tugas-tugas yang telah
disediakan oleh guru bersama teman satu kelompoknya
f. Guru berkeliling mengamati dan membimbing kerjasama dalam
kelompok
Fase 4 Mengatasi Kesulitan
a. Menugaskan siswa untuk memikirkan berbagai cara untuk mengatasi
kesulitan dalam proses penyelidikan dengan anggota kelompok.
b. Guru perlu melakukan observasi terhadap proses praktikum yang sedang
dilaksanakan perkelompok.
Fase 5 Merefleksi Hasil Praktikum
a. Siswa mengaitkan hasil praktikum atau penyelidikan materi pengikisan
tanah yang telah dipelajari.
b. Siswa menyusun laporan praktikum
Kegiatan akhir akan dilakukan penarikan kesimpulan hasil pembelajaran
mengenai susunan lapisan tanah yang telah dipelajari. Setelah menarik
62
kesimpulan guru akan memberikan pemantapan dan tindak lanjut kepada
siswa.
4.1.4.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan dan observasi pada siklus I ini terdiri dari tiga pertemuan,
yaitu pertemuan I, pertemuan II dan pertemuan III. Pertemuan I dan II
berlangsung selama 70 menit (dua jam pelajaran) sedangkan pertemuan III
berlangsung 70 menit, yaitu 40 menit pertama penyampaian materi dan
melakukan percobaan, dan 30 menit berikutnya evaluasi. Pertemuan I, II dan
III dilaksanakan pada tanggal 26, 28 Maret dan tanggal 29 Maret 2012.
a. Pertemuan I siklus I
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada hari senin tanggal 26
Maret selama 2 jam pelajaran dan terdiri dari tiga kegiatan pembalajaran,
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus I pertemuan I, yaitu
ketika guru memberi pertanyaan pada siswa, siswa selalu menjawab secara
bersama-sama, tapi ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab,
siswa cenderung malu dan takut karena pada saat siswa menjawab dengan
jawaban salah, sebagian besar siswa mengejek dan mengolok-olok jawaban
siswa, sehingga siswa cenderung malu dan takut dalam menjawab. Sehingga
guru perlu memberi pengertian pada siswa lain untuk menghargai jawaban
dari teman-teman mereka, salah atau pun benar.
Saat guru menjelaskan tentang materi yang dipelajari ada sebagian siswa
yang malah asyik bermain sendiri, mereka ada yang memainkan bolpoin,
buku atau penggaris. Untuk mengantisipasi pada pertemuan berikutnya guru
memerintahkan seluruh siswa untuk memasukkan semua alat tulis yang ada
di atas meja siswa masing-masing.
Ketika kegiatan praktikum di luar kelas dilakukan sebagian siswa masih
kebingungan tentang bagaimana cara mengamati dan mencari informasi apa
63
saja yang harus ditulis dalam LKS, sehingga di pembelajaran berikutnya
guru akan memberi penjelasan dengan rinci cara mencari informasi dan
pengamatan. Sebagian kelompok masih belum kompak dan belum
bekerjasama dengan baik sehingga guru perlu memberikan motivasi yaitu
berupa penghargaan bagi kelompok yang paling kompak.
Saat kegiatan praktikum/percobaan berlangsung kelompok hanya
berkumpul dan belum paham tentang langkah-langkah yang harus dilakukan.
Setelah kegiatan praktikum selesai ketua kelompok menyampaikan hasil
percobaannya. Ketika guru meminta siswa untuk bertanya, memberi
pendapat atau tanggapan tidak ada siswa yang menanggapi atau mau
bertanya, memberi pendapat atau tanggapan, sehingga guru perlu
memberikan pancingan pertanyaan dan motivasi kepada siswa.
Pada saat pembelajaran siklus I pertemuan I berlangsung, peneliti
melakukan observasi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru kelas.
Untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir
pembelajaran yang dilakukan guru kelas. Lembar observasi tersebut meliputi
22 item untuk mengamati aktivitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru kelas. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui apa yang
menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung.
Kekurangan guru dalam mengajar antara lain saat kegiatan pembelajaran
guru kurang jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, belum
memberikan motivasi terhadapsiswa, pengaturan waktu masih perlu
diperbaiki, saat kegiatan inti guru kurang jelas dalam menyampaikan
langkah pembelajaran, guru kurang optimal dalam membimbing siswa pada
saat melakukan percobaan dan selama pengamatan. Sedangkan kelebihan
guru pada saat mengajar adalah persiapan guru sebelum mengajar telah
optimal, adanya ketegasan guru saat menegur siswa yang melakukan
kegiatan diluar kegiatan pembelajaran, saat menyusun kesimpulan telah
64
melibatkan siswa. Adapun kekurangan dalam pertemuan I akan diperbaiki
pada pertemuan II.
b. Pertemuan II siklus I
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada hari senin tanggal 28
Maret selama 2 jam pelajaran dan terdiri dari tiga kegiatan pembalajaran,
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Pada siklus I pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah mulai
berjalan dengan baik hal ini dapat dibuktikan saat guru memberi pertanyaan,
sebagian besar siswa sudah menjawab dan ketika guru menunjuk salah satu
siswa untuk menjawab, sebagian besar siswa sudah berani menjawab
walaupun ada juga siswa yang masih malu, karena sebagian besar siswa
sudah mulai menghargai pendapat atau jawaban yang dikemukakan oleh
siswa yang lain. Walaupun masih ada siswa yang malu dan takut dalam
menjawab, guru memberikan pengertian kepada siswa bahwa tak ada
jawaban yang salah tapi yang ada hanya jawaban yang kurang tepat.
Saat guru menjelaskan tentang materi siswa juga sudah memperhatikan
dengan tekun karena pada awal pembelajaran guru meminta kepada seluruh
siswa untuk memasukkan seluruh peralatan tulis ke dalam tas, hal ini terbukti
dapat memfokuskan siswa kepada penjelasan guru. Ketika melakukan
percobaan dan pengamatan di laboratorium alam berlangsung guru
membentuk kelompok dan sebagian besar anggota kelompok dapat saling
membantu. Dalam kerjasama kelompok siswa sudah kompak, aktif
memberikan pendapat dan aktif dalam melakukan percobaan. Setelah
kegiatan percobaan siswa menyampaikan hasil dari percobaan yang telah
dilakukan, ketua kelompok menyampaikan hasil percobaan. Dalam kegiatan
ini siswa juga sudah mulai aktif dalam memberi pendapat, sanggahan atau
pertanyaan. Tapi masih ada siswa yang pasif dalam kerjasama kelompok
maupun dalam percobaan. Untuk mengatasinya guru memberi dorongan
65
dengan memberi kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk
menjawab.
Kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan II berlangsung, peneliti
bertindak sebagai observer dengan cara mengisi lembar observasi yang telah
direncanakan. Lembar observasi tersebut meliputi 22 item untuk mengamati
aktivitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru kelas. Guru kelas belum
melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui apa yang
menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung.
Kekurangan guru dalam mengajar antara lain pengaturan waktu masih perlu
diperbaiki, saat kegiatan inti guru kurang jelas dalam menyampaikan langkah
pembelajaran. Sedangkan kelebihan guru pada saat mengajar adalah Guru
sudah lebih optimal dalam membimbing siswa pada saat kegiatan praktikum
dan selama pengamatan, persiapan guru sebelum mengajar telah optimal,
adanya ketegasan guru saat menegur siswa yang melakukan kegiatan diluar
kegiatan pembelajaran, saat menyusun kesimpulan telah melibatkan siswa.
Adapun kekurangan dalam pertemuan II akan diperbaiki pada pertemuan III.
c. Pertemuan III siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan III sebagai tindak lanjut,
penyempurnaan dan perbaikan proses pembelajaran pada pertemuan I dan II.
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada hari kamis tanggal 29 Maret
selama 90 menit, 60 menit untuk penyampaian materi dan kegiatan percobaan,
selanjutnya 30 menit berikutnya untuk evaluasi pertemuan I, II, dan III.
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga kegiatan pembelajaran
yaitu kegiatan awal, inti, dan akhir. Kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan
III berlangsung sudah sesuai dengan harapan dan berjalan dengan baik.
Sebagian besar sudah aktif dalam kegiatan pembelajaran di laboratorium
alam, yaitu saat tanya jawab, pengamatan, dan percobaan siswa aktif
66
bekerjasama dengan anggota kelompok dan aktif dalam menyelesaikan
kegiatan praktikum, sebagian besar siswa sudah termotivasi dalam belajar.
Kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan III berlangsung, peneliti
melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru kelas. Untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir
pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah peneliti
sediakan. Lembar observasi tersebut meliputi 22 item untuk mengamati
aktivitas guru kelas pada pertemuan ketiga ini, semua item pada pertemuan III
diharapkan guru kelas sudah berjalan lebih baik dari pertemuan I dan II.
Kekurangan guru dalam mengajar antara lain pengelolaan kelas perlu
diperbaiki. Sedangkan kelebihan guru pada saat mengajar adalah Guru sudah
lebih optimal dalam membimbing siswa pada saat kegiatan
praktikum/percobaan dan selama pengamatan, persiapan guru sebelum
mengajar telah optimal, adanya ketegasan guru saat menegur siswa yang
melakukan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran, saat menyusun kesimpulan
telah melibatkan siswa, dan kegiatan pembelajaran sudah terprogram dengan
baik, sebagian besar siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, sebagian besar
siswa sudah antusias dalam kegaiatn pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di
laboratorium alam ini akan dilanjutkan ke siklus II sebagai pemantapan
keberhasilan siklus I.
4.1.4.3. Observasi Siklus I
Hasil observasi pembelajaran pada siklus I ini berupa hasil lembar
observasi yang diterapkan oleh peneliti untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan dalam kegiatan pembelajaran (terlampir). Penilaian observasi ini
dilakukan oleh observer (peneliti). Hasil tindakan proses pembelajaran di
laboratorium alam pada siklus I ini terdiri dari 3 pertemuan, pertemuan I,
67
pertemuan II dan pertemuan III. Pembelajaran di katakan berhasil pada setiap
pertemuan apabila memperoleh nilai rata-rata 3 dengan kategori baik.
a) Pertemuan I
Penerapan pembelajaran di laboratorium alam pada siklus I pertemuan I ini
dapat dilihat pada tabel 4.3 hasil obsevasi kognitif siswa. Adapun tabel hasil
observasi siklus I pertemuan I tersaji sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Observasi Siklus I Pertemuan I
Keterangan:
1) 0 < x ≤ 1 Kategori Kurang
2) 1 < x ≤ 2 Kategori cukup
3) 2 < x ≤ 3 Kategori Baik
4) 3 < x ≤ 4 Kategori sangat Baik
Dari tabel 4.3 dilihat siklus I pertemuan I pembelajaran di laboratorium
alam sudah diterapkan/dilakukan oleh guru dengan dengan jumlah total perolehan
sebesar 13, atau dengan rata-rata 2,6 dari keseluruhan kegiatan pembelajaran di
laboratorium alam dengan menggunakan metode praktikum. Tetapi dari hasil
penilaian lembar observasi dapat dilihat pada fase orientasi masalah dan
merefleksi hasil praktikum masih belum maksimal karena hanya memperoleh skor
No Indikator Rata-rata
1. Fase 1 Orientasi Masalah 2,5
2. Fase 2 Perumusan Masalah 2
3. Fase 3 Melakukan Praktikum/ Observasi 3
4. Fase 4 Mengatasi kesulitan 3
5. Fase 5 Merefleksi hasil praktikum 2,5
Jumlah 13
Rata-rata hasil observasi 2,6
68
2 pada masing-masing item. Ada item yang belum dilaksanakan oleh guru yaitu
item perumusan masalah. Dari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan
berdasarkan hasil observasi memperoleh skor rata-rata dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran memperoleh skor rata-rata 2,6. Berdasarkan hasil skor rata-rata
observasi pada siklus I pertemuan I penerapan metode praktikum belum mencapai
indikator yang ditentukan penulis dengan kategori baik yaitu ≥ 3. Tetapi
pembelajaran akan dilanjutkan pada pertemuan II untuk menyempurnakan
kegiatan pembelajaran di laboratorium alam.
b) Pertemuan II
Penerapan pembelajaran di laboratorium alam pada siklus I pertemuan II ini
dapat dilihat pada tabel 4.4. Adapun tabel hasil observasi siklus I pertemuan I
tersaji sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Observasi Siklus I Pertemuan II
Keterangan: a) 0 < x ≤ 1 Kategori Kurang
b) 1 < x ≤ 2 Kategori cukup
c) 2 < x ≤ 3 Kategori Baik
d) 3 < x ≤ 4 Kategori sangat Baik
No Indikator Rata-rata
1. Fase 1 Orientasi Masalah 3
2. Fase 2 Perumusan Masalah 2
3. Fase 3 Melakukan Praktikum/ Observasi 3
4. Fase 4 Mengatasi kesulitan 3
5. Fase 5 Merefleksi hasil praktikum 2,5
Jumlah 13,5
Rata-rata hasil observasi 2,7
69
Dari tabel 4.4 dilihat siklus I pertemuan II pembelajaran di laboratorium
alam sudah diterapkan/dilakukan oleh guru dengan minimal kategori baik
dengan jumlah total perolehan kegiatan pembelajaran sebesar 13,5 atau dengan
rata-rata 2,7 dari keseluruhan kegiatan pembelajaran di laboratorium alam
dengan menggunakan metode praktikum. Tetapi dari hasil penilaian lembar
observasi dapat dilihat pada fase perumusan masalah. Ada item yang masih
mendapat skor cukup yaitu 2 pada kegiatan pembelajaran. Dari keseluruhan
kegiatan pembelajaran di laboratorium alam, dari hasil penilaian observasi ada
kegiatan pembelajaran yang belum dilakukan oleh guru kelas. Selain itu guru
kelas juga belum melakukan item evaluasi. Dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi memperoleh skor
rata-rata dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh skor rata-rata 2,7.
Berdasarkan indikator yang ditentukan bahwa skor yang ditargetkan minimal
dengan kategori baik adalah dengan skor rata-rata ≥ 3 dengan pernyataan
bahwa penerapan metode praktikum telah diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran di laboratorium alam yaitu dengan kategori baik. Berarti pada
siklus I pertemuan II ini belum tercapai karena kegiatan pembelajaran di
laboratorium alam diterapkan guru minimal dengan kategori baik belum sesuai
target skor rata-rata yang di tentukan yaitu ≥ 3. Tetapi pembelajaran akan
dilanjutkan pada pertemuan III untuk menyempurnakan kegiatan pembelajaran
di laboratorium alam dengan memberikan evaluasi kepada siswa.
c) Pertemuan III siklus I
Penerapan pembelajaran di laboratorium alam pada siklus I pertemuan III
ini dapat dilihat pada tabel 4.5. Adapun tabel hasil observasi siklus I pertemuan
I tersaji sebagai berikut:
70
Tabel 4.5 Hasil Observasi Siklus I Pertemuan III
No Indikator Rata-rata
1. Fase 1 Orientasi Masalah 3
2. Fase 2 Perumusan Masalah 3
3. Fase 3 Melakukan Praktikum/ Observasi 3,33
4. Fase 4 Mengatasi kesulitan 3
5. Fase 5 Merefleksi hasil praktikum 3
Jumlah 15,33
Rata-rata hasil observasi 3,06
Keterangan:
a) 0 < x ≤ 1 Kategori Kurang
b) 1 < x ≤ 2 Kategori cukup
c) 2 < x ≤ 3 Kategori Baik
d) 3 < x ≤ 4 Kategori sangat Baik
Dari tabel 4.5 dilihat siklus I pertemuan III pembelajaran di
laboratorium alam sudah diterapkan/dilakukan oleh guru dengan minimal
kategori baik dengan jumlah total perolehan kegiatan pembelajaran sebesar
15,33 atau dengan rata-rata 3,06 dari keseluruhan kegiatan pembelajaran di
laboratorium alam dengan menggunakan metode praktikum. Dari hasil
penilaian lembar observasi dapat dilihat pada tiap fase sudah mengalami
peningkatan dari pertemuan I, II, dan III. Dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi memperoleh skor
rata-rata dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh skor rata-rata
3,06. Berdasarkan indikator yang ditentukan bahwa skor yang ditargetkan
minimal 3 dengan pernyataan bahwa penerapan metode praktikum telah
71
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di laboratorium alam. Berarti pada
siklus I pertemuan III ini sudah tercapai karena kegiatan pembelajaran di
laboratorium alam diterapkan guru minimal dengan kategori baik sudah
melebihi skor rata-rata yang telah di tentukan dengan kategori baik yaitu
dengan skor rata-rata ≥ 3. Tetapi pembelajaran akan dilanjutkan pada siklus
II untuk menyempurnakan kegiatan pembelajaran di laboratorium alam.
4.1.4.4. Hasil Tindakan Siklus I
Hasil tindakan pembelajaran pada siklus I ini berupa hasil belajar
kognitif dan psikomotorik siswa pada kegiatan pembelajaran di
laboratorium alam. Pada pembelajaran siklus I ini terdiri dari 3 pertemuan.
Dari 3 pertemuan di hitung nilai rata-rata pertemuan I, II, dan III untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa baik sebelum
tindakan maupun hasil belajar siklus I, bisa di gunakan sebagai acuan
untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siklus II. Sedangkan hasil
belajar psikomotorik digunakan untuk mengukur ketrampilan siswa dalam
kegiatan praktikum dan membandingkan nilai rata-rata pada sikklus I dan
siklus II.
4.1.4.5. Hasil Belajar Kognitif Siklus I
Adapun hasil belajar kognitif siswa setelah menggunakan
pembelajaran di laboratorium alam (pembelajaran luar kelas) pada
siklus I diperoleh hasil belajar seperti pada tabel 4.6 sebagai berikut:
72
Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Pertemuan I, II, dan III Siklus I
Berdasarkan tabel 4.6 siswa yang mencapai ketuntasan belajar
(KKM = ≥60) adalah sebanyak 19 siswa atau 100% dari keseluruhan
siswa sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar
sebanyak 0 siswa atau 0% dan dapat diartikan bahwa tidak ada siswa
yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Belajar
(KKM=60), yang dapat diuraikan dengan nilai 0 s/d 20, 21 s/d 40 dan
41 s/d 60 atau tidak ada yang mendapatkan nilai ˂ 60 dengan persentase
0% dan nilai 61 s/d 80 sebanyak 18 siswa dengan persentase 94,74%,
sedangkan nilai 81 s/d 100 sebanyak 1 siswa 5,26% dan yang memiliki
Dengan nilai rata-rata 71,04 dan nilai tertinggi adalah 88,89 sedangkan
nilai terendahnya adalah 63,63.
Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.6 dapat dibuat
diagram batang seperti pada gambar 4.3.
No. Nilai Siklus I Keterangan Jumlah siswa
Persentase (%)
1. 0 - 20 0 0 Tidak tuntas 2. 21-40 0 0 Tidak tuntas 3. 41-60 0 0 Tidak tuntas 4. 61-80 18 94,74 Tuntas 5. 81-100 1 5,26 Tuntas
Jumlah 19 100 Rata-rata siklus I 71,04 Nilai Rata-rata
tertinggi 88,89
Nilai Rata-rata terendah 63,63
73
Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Perolehan Nilai Rata-Rata
Pertemuan I, II, dan III Siklus I
Berdasarkan data hasil perolehan nilai pada siklus I berdasarkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) dapat disajikan dalam bentuk
tabel 4.7.
Tabel 4.7
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
No. Ketuntasan Belajar KKM 60
Jumlah Siswa Jumlah Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 60 19 100 2. Belum tuntas ≤ 60 0 0
Jumlah 19 100
Ketuntasan Belajar Siswa Perolehan Nilai Siklus I dapat
diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM = ≥ 60) sebanyak 0 siswa atau tidak ada
yang mendapatkan nilai ˂60 dengan persentase 0%. Sedangkan yang
sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 19 siswa dengan
persentase 100%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.7 dapat dilihat
pada gambar 4.4.
0 0
0
18
10
5
10
15
20
0 - 20 21-40 41-60 61-80 81-10
Jumlah Siswa
Nilai
74
Gambar 4.4 Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I
Berdasarkan pada gambar 4.4 dengan menggunakan
pembelajaran di laboratorium alam (pembelajaran luar kelas) siswa
yang belum tuntas (KKM = ≥ 60) adalah sebanyak 0 siswa atau tidak
ada siswa yang mendapatkan nilai ˂60. Sedangkan siswa yang tuntas
dalam belajarnya sebanyak 19 siswa atau 100% dari jumlah siswa
mendapatkan nilai ≥ 60. Berarti indikator kinerja dalam penelitian ini
sudah tercapai karena 100% dari jumlah siswa sudah mendapatkan
nilai ≥ 60 dan dapat diartikan 100% dari jumlah siswa memahami
materi yang telah disajikan oleh guru. Berarti indikator kinerja pada
penelitian pada siklus I telah berhasil tercapai. Dan untuk
memantapkan dari hasil siklus I ini akan dilanjutkan pada siklus II
sebagai pemantapan.
4.1.4.6. Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I
a) Hasil belajar psikomotorik berdasarkan skor rata-rata pertemuan
I, II, dan III
Hasil belajar psikomotorik siswa setelah menggunakan
pembelajaran di laboratorium alam (pembelajaran luar kelas)
diperoleh hasil belajar psikomotorik seperti pada tabel 4.8.
100%
0%
Tuntas
Belum Tuntas
75
Adapun nilai skor rata-rata pada setiap aspek yang diteliti
pertemuan I, II dan III hasil belajar psikomotorik siklus I dapat
disajikan pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8
Skor Rata-Rata Hasil Belajar Psikomotorik Siklus 1
No Aspek yang diteliiti Skor
Rata-rata 1 2 3 4
1. Penggunaan Alat dan bahan - 10 36 11 3,01
2. Melakukan percobaan - 24 93 5 2,02
3. Kegiatan Pengamatan - 23 33 1 2,61
4. Kegiatan laporan - 63 104 - 2,65
5. Kebersihan - 26 31 - 2,54
Berdasarkan tabel 4.8 terlihat jelas bahwa hasil belajar siswa
pada aspek melakukan percobaan masih rendah dengan nilai rata-rata
petemuan I, II, dan III adalah 2,02. Pada siklus petama siswa masih
terlihat kebingungan dalam melaksanakan kegiatan praktikum. Tetapi
pada pertemuan I, II, dan III pada aspek penggunaan alat dan bahan
siswa sudah bisa menggunakan alat dengan baik. Terbukti dari nilai
rata-rata pertemuan I, II, dan III adalah 3,01. Pada aspek penggunaan
alat dan bahan siswa sudah bisa menggunakan alat dan bahan sesuai
dengan langkah-langkah yang dijelaskan oleh guru sebelum kegiatan
praktikum. Sedangkan pada aspek kegiatan pengamatan, kegiatan
laporan, dan kebersihan nilai rata-rata antara 2, 50 – 2,70. Hal itu dapat
dilihat bahwa hasil belajar nilai rata-rata siklus I perlu diadakannya
peningkatan pada pembelajaran siklus II.
76
b) Hasil belajar psikomotor siswa berdasarkan nilai rata-rata pertemuan I,
II, dan III
Hasil belajar psikomotorik siswa setelah menggunakan
pembelajaran di laboratorium alam (pembelajaran luar kelas) diperoleh
hasil belajar seperti pada tabel 4.9. Adapun nilai rata-rata pertemuan I, II
dan III rekapitulasi hasil belajar psikomotorik siklus I dapat disajikan
pada tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9
Nilai Rata-Rata Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotorik Siklus 1
Berdasarkan tabel 4.9 terlihat jelas perbandingannya siswa yang
mencapai ketuntasan belajar (KKM= ≥60) adalah sebanyak 19 siswa atau
100% sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 0
siswa atau 0%, yang dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai 0 - 20
, 21 s/d 40, 41 s/d 60 atau tidak ada yang mendapatkan nilai < 60 dengan
No. Nilai Sebelum Tindakan
Keterangan Jumlah Siswa
Persentase (%)
1. 0 - 20 0 0 Belum tuntas
2. 21-40 0 0 Belum tuntas
3. 41-60 0 0 Tuntas
4. 61-80 19 100 Tuntas
5. 81-100 0 0 Tuntas
Jumlah 19 100
Rata-rata Siklus 1 68,57
Nilai rata-rata tertinggi 72,21
Nilai rata-rata terendah
66,66
77
persentase 0% dan nilai 61 s/d 80 sebanyak 19 siswa atau 100%, nilai 81 s/d
100 sebanyak 0 siswa atau 0% . Dengan nilai rata-rata pertemuan I, II dan III
adalah 68,57 sedangkan nilai rata-rata tertinggi pertemuan I, II, dan III adalah
72,21 sedangkan nilai rata-rata terendah terendah I, II, dan III adalah 66,66.
Untuk lebih jelasnya data nilai dapat dibuat diagram seperti pada gambar
4.5 sebagai berikut.
Gambar 4.5 Diagram Batang Hasil Perolehan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar
Psikomotorik Siklus I
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = ≥60) data hasil
perolehan nilai rata-rata aspek psikomotorik pertemuan I, II, dan III siklus I
dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.10.
0
0
0
19
00
5
10
15
20
0 - 20 21-40 41-60 61-80 81-100
Jumlah Siswa
Nilai
78
Tabel 4.10
Ketuntasan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I
No. Ketuntasan
Belajar
Jumlah Siswa
Jumlah Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 60 19 100
2. Belum tuntas ≤ 60 0 0
Jumlah 19 100
Ketuntasan hasil belajar Psikomotorik siswa memiliki nilai kurang dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 0 siswa atau 0%,
sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 19 siswa
dengan persentase 100%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.9 dapat dilihat
pada gambar persentase hasil belajar psikomotorik 4.6.
Gambar 4.6 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I
4.1.4.7. Refleksi Siklus I
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari
pertemuan I, II dan III maka selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan
dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang
dilaksanakan pada setiap pertemuan I, II, dan II pada siklus I dan hasil nilai
rata-rata siswa pada pertemuan I, II, dan III. Refleksi ini digunakan sebagai
100,00%
0,00%
Tuntas
Belum Tuntas
79
bahan perbaikan dengan membandingkan apakah hasil tindakan dalam proses
pembelajaran sudah sesuai dengan indikator kinerja pada siklus I yaitu ≥ 80%.
Pembelajaran di laboratorium alam yang diterapkan oleh guru pada
pertemuan I sudah diterapkan/dilakukan oleh guru dengan dengan total
perolehan pada kegiatan pembelajaran sebesar 13, atau dengan rata-rata 2,6
dari keseluruhan kegiatan pembelajaran di laboratorium alam dengan
menggunakan metode praktikum. Jika dilihat dari indikator yang telah
ditentukan oleh penulis maka pembelajaran di laboratorium alam yang telah
diterapkan oleh guru belum tercapai, karena indikator yang ditetapkan oleh
penulis adalah ≥ 80% dari keseluruhan kegiatan pembelajaran di laboratorium
alam belum diterapkan oleh guru dengan minimal kategori baik, masih ada
kegiatan pembelajaran pertemuan I ini yang belum dilaksanakan oleh guru
yaitu item perumusan masalah.
Masih banyak kekurangan yang terjadi pada pembelajaran pertemuan I
siklus I. Adapun kekurangan pembelajaran pada pertemuan I adalah sebagai
berikut:
1. Alokasi waktu belum sesuai dengan rencana pembelajaran.
2. Pemberian arahan dalam pengamatan/ observasi masih belum optimal.
tanya jawab, kerjasama kelompok, praktikum, pembahasan, pemantapan,
dan kegiatan tindak lanjut, sehingga.
3. Kegiatan membuka pelajaran belum berjalan dengan baik karena guru
belum berhasil meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan apersepsi dan
motivasi.
4. Siswa mengalami kebingungan dalam praktikum dan belum begitu terlibat
aktif dalam kegiatan tanya jawab, kerjasama kelompok, dan praktikum.
80
5. Renovasi sekolah pembelajaran di ruang kelas sedikit terganggu, karena
kelas yang digunakan untuk belajar menggunakan rumah warga. Sehingga
penguasaan kelas perlu ditingkatkan dalam mengajar.
6. Pemanfaatan sumber belajar yang diterapkan oleh guru belum berjalan
dengan baik karena guru belum berhasil mengajak siswa untuk
mendapatkan pengalaman pembelajaran yang menarik dan menumbuhkan
ketertarikan siswa pada sumber pembelajaran.
Di samping kekurangan pada pertemuan I juga ada kelebihan dalam
pertemuan I. Adapun kelebihannya dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Lokasi pengamatan, teknik pengamatan, pembagian kelompok juga sudah
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru juga sudah berhasil menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa sehingga pembelajaran berjalan tanpa tekanan.
3. Guru juga sudah melibatkan siswa dalam menyimpulkan hasil
pembelajaran.
Berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan I dari
kekurangan dan kelebihan diatas dapat dijadikan sebagai acuan untuk
perbaikan pada pembelajaran di laboratorium alam pertemuan II siklus I.
Pembelajaran yang diterapkan oleh guru pada pertemuan II sudah
diterapkan/dilakukan oleh guru dengan minimal kategori baik dengan jumlah
total pada kegiatan pembelajaran sebesar 13,5 atau dengan rata-rata 2,7 dari
keseluruhan kegiatan pembelajaran di laboratorium alam dengan
menggunakan metode praktikum. Jika dilihat dari indikator kinerjanya yang
telah ditentukan oleh penulis maka pembelajaran yang telah diterapkan oleh
guru belum tercapai pada pertemuan II, karena indikator kinerja yang
ditetapkan oleh penulis adalah ≥ 80% dari keseluruhan kegiatan pembelajaran
di laboratorium alam dengan metode praktikum belum diterapkan oleh guru
81
minimal dengan kategori baik dengan criteria nila rata-rata adalah 3. Pada
pertemuan II ini masih ada item yang belum dilaksanakan dalam pertemuan II
ini yaitu merumuskan masalah pada kegiatan praktikum.
Masih ada kekurangan yang terjadi pada pembelajaran pertemuan II
siklus I. Adapun kekurangan pembelajaran pada pertemuan II adalah sebagai
berikut:
1. Alokasi waktu masih belum sesuai dengan rencana pembelajaran,
kerjasama, dan pembahasan belum diterapkan guru dengan baik hal ini
terlihat siswa belum terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Pemberian arahan dalam pengamatan/ observasi masih belum optimal,
tanya jawab, kerjasama kelompok, praktikum, pembahasan, pemantapan,
dan kegiatan tindak lanjut.
3. Siswa mengalami kebingungan dalam praktikum dan belum begitu terlibat
aktif dalam kegiatan tanya jawab, kerjasama kelompok, dan praktikum.
4. Penguasaan kelas kurang optimal.
5. Pemanfaatan sumber belajar yang diterapkan oleh guru masih belum
berjalan dengan baik.
Di samping ada kekurangan pada pertemuan I dan II juga ada
kelebihan dalam pertemuan II. Adapun kelebihannya dapat di uraikan sebagai
berikut:
1. Kegiatan membuka pelajaran yang berjalan dengan baik karena guru telah
berhasil meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan apersepsi dan
motivasi.
2. Siswa termotivasi dalam kegiatan apersepsi dan motivasi hal ini terihat
ketika guru melaksanakan brand game siswa sangat senang dan terlibat
aktif dalam brand game yang dibuat guru,
3. Siswa dalam kegiatan pembelajaran dan siswa juga sudah tidak
kebingungan dalam kegiatan praktikum, pengamatan/ observasi.
82
4. Lokasi pengamatan, teknik pengamatan, pembagian kelompok juga sudah
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
5. Guru juga sudah berhasil menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa sehingga pembelajaran berjalan tanpa tekanan.
Berdasarkan observasi/pengamatan kegiatan pembelajaran siklus I
pertemuan II dari kekurangan dan kelebihan diatas dapat dijadikan sebagai
acuan untuk perbaikan pada pembelajaran di laboratorium alam pertemuan III
siklus I.
Selanjutnya pada pertemuan III pembelajaran di laboratorium alam
sudah diterapkan/dilakukan oleh guru dengan minimal kategori baik dengan
jumlah total perolehan kegiatan pembelajaran sebesar 15,33 atau dengan rata-
rata 3,06 dari keseluruhan kegiatan pembelajaran di laboratorium alam dengan
menggunakan metode praktikum. Dari hasil penilaian lembar observasi dapat
dilihat pada tiap fase sudah mengalami peningkatan dari pertemuan I, II, dan
III. Dari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan
hasil observasi memperoleh skor rata-rata dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran memperoleh skor rata-rata 3,06. Pada pertemuan III guru wiyata
bakti yang bertindak sebagai observer sudah mengisi semua item yang ada
dalam lembar observasi karena sudah sesuai dengan rencana pembelajaran
dan sudah dilaksanakan oleh guru. Berarti indikator kinerja pada siklus I
pertemuan III ini sudah tercapai karena indikator kinerja yang diterapkan
dalam penelitian ini adalah ≥80 dari keseluruhan kegiatan di laboratorium
alam sudah diterapkan guru minimal dengan kategori baik.
Masih ada kekurangan yang terjadi pada pembelajaran pertemuan III
siklus I. Adapun kekurangan pembelajaran pada pertemuan III adalah sebagai
berikut:
83
1. Pembahasan materi belum diterapkan guru dengan baik hal ini terlihat
siswa belum terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Pemberian arahan dalam pengamatan/ observasi masih belum optimal,
siswa belum bekerjasama dengan kelompok.
3. Penguasaan kelas kurang optimal, siswa tidak menghormati guru karena
sudah merasa bisa dan mampu melakukan percobaan.
Di samping ada kekurangan pada pertemuan III juga ada kelebihan
dalam pembelajaran di laboratorium alam pertemuan III siklus I. Adapun
kelebihannya dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Kegiatan membuka pelajaran sudah berjalan dengan baik karena guru telah
berhasil meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan apersepsi dan
motivasi.
2. Siswa termotivasi dalam kegiatan apersepsi dan motivasi hal ini terihat
ketika guru melaksanakan brand game siswa sangat senang dan terlibat
aktif dalam brand game yang dibuat guru,
3. Siswa dalam kegiatan pembelajaran dan siswa juga sudah tidak
kebingungan dalam kegiatan praktikum, pengamatan/ observasi.
4. Lokasi pengamatan, teknik pengamatan, pembagian kelompok juga sudah
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
5. Guru juga sudah berhasil menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa sehingga pembelajaran berjalan tanpa tekanan.
Dari hasil evaluasi didapatkan bahwa hasil belajar kognitif dan
psikomotorik siswa meningkat, terbukti dari perolehan nilai rata-rata kelas
siswa setelah pembelajaran di laboratorium alam dengan metode praktikum
yang mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM = ≥ 60) sebanyak 19 siswa
atau 100%, yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar sebanyak 0
siswa atau tidak ada, dengan nilai rata-rata pertemuan I, II, dan III adalah
84
71,04 dan nilai rata-rata tertinggi 88,89 sedangkan nilai rata-rata terendahnya
adalah 64,44
Untuk meningkatkan rata-rata hasil perolehan nilai siswa dan untuk
meningkatkan hasil belajar kognitif dan psikomotorik siswa dalam praktikum
serta memperbaiki kekurangan dalam proses pembelajaran siklus I akan
dilanjutkan ke dalam kegiatan pembelajaran di laboratorium alam siklus II.
4.1.5. Siklus II 4.1.5.1. Rencana Tindakan Siklus II
a. Pertemuan I Setelah melihat kekurangan dan keberhasilan dalam siklus I, Perencanaan
pembelajaran pada siklus II ini sebagai penyempurnaan dan tindak lanjut dari
kekurangan yang terjadi pada siklus I. Siklus II hanya akan dilaksanakan 2 kali
pertemuan, kegiatan pembelajaran pada siklus II ini masih sama dengan siklus I
tapi yang membedakan adalah lokasi pengamatan/observasi, kegiatan
pembelajaran pada siklus II ini akan dilaksanakan dengan jalan-jalan di sekitar
perkampungan yang letaknya dekat sekolah.
Sebelum mengajar pada siklus II ini, peneliti akan menyiapkan segala
sesuatu yang menunjang proses pembelajaran. peneliti merancang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pokok bahasan “Struktur Permukaan
Bumi”, kemudian guru merencanakan menyajikan pengalaman yang bersifat
memotivasi pada pembelajaran di laboratorium alam (pengamatan/observasi
dan praktikum) adalah: mempelajari tentang bagaimana cara mengamati bentuk
bumi dari berbagai jarak pengamatan dan memahami susunan lapisan bumi untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, kebersamaan, motivasi serta menumbuhkan
sikap cinta akan lingkungan. Guru juga mempersiapkan perlengkapan belajar
yang diperlukan, misalnya lembar kerja siswa (LKS), alat bahan untuk
praktikum. Dan guru juga berencana membagi kelompok untuk siswa, dalam 1
kelompok terdiri dari 4-5 siswa, guru menetapkan objek/lokasi serta lamanya
85
waktu pengamatan/observasi, lokasi untuk kegiatan praktikum yaitu di
lingkungan sekolah dan waktu kegiatannya adalah selama 25 menit.
Setelah menentukan tujuan pembelajaran dan kegiatan
praktikum/percobaan kemudian guru menetapkan lamanya waktu proses
pembelajaran yaitu (2x35) menit dan metode praktikum dalam pembelajaran di
laboratorium alam yang meliputi kegiatan:
Fase 1 Orientasi Masalah a. Siswa menerima penjelasan dari guru mengenai struktur permukaan
bumi dan langkah-langkah praktikum sesuai lembar kerja siswa.
b. Siswa mendiskusikan persiapan dengan guru bersama anggota
kelompok.
Fase 2 Perumusan Masalah
a. Siswa merumuskan masalah bersama anggota kelompok.
b. Siswa mengidentifikasi langkah-langkah praktikum bersama anggota
kelompok sesuai dengan lembar kerja yang sudah disediakan.
c. Siswa diminta melakukan praktikum pada lingkungan sekolah di bawah
pohon bersama anggota kelompok.
d. Tujuan kegiatan praktikum adalah untuk mengamati struktur permukaan
bumi dan menyebutkan bentuk bumi melalui berbagai bentuk
pengamatan.
Fase 3 Melakukan Praktiku/Observasi
a. Siswa mengidentifikasi masalah untuk di slidiki bersama anggota
kelompok.
b. Siswa di bagikan keperluan praktikum (alat/bahan praktikum)
Mengamati Bentuk Bumi Alat dan bahan
1. Globe
86
2. Lem
3. Kertas HVS ukuran folio
Langkah kerja
1. Letakkan globe di tanah.
2. Buatlah teropong dari kertas HVS yang digulung.
c. Siswa melakukan kegiatan praktikum bersama anggota kelompok
tentang pengamatan bentuk bumi.
d. Siswa mengidentifikasi kesulitan dalam kegiatan pengamatan bersama
anggota kelompok.
e. Menyelesaikan kegiatan praktikum dan tugas-tugas yang telah
disediakan oleh guru bersama teman satu kelompoknya
f. Guru berkeliling mengamati dan membimbing kerjasama dalam
kelompok
Fase 4 Mengatasi Kesulitan
a. Menugaskan siswa untuk memikirkan berbagai cara untuk mengatasi
kesulitan dalam proses menyelesaikan kegiatan praktikum.
87
b. Guru perlu melakukan observasi terhadap kegiatan praktikum yang
sedang dilaksanakan dari masing-masing kelompok.
Fase 5 Merefleksi Hasil Praktikum
a. Siswa mengaitkan hasil praktikum atau penyelidikan dengan materi struktur permukaan bumi yang telah dijelaskan guru.
b. Siswa menyusun laporan praktikum
Kegiatan akhir akan dilakukan penarikan kesimpulan hasil pembelajaran
mengenai struktur permukaan bumi yang telah dipelajari. Setelah menarik
kesimpulan guru akan memberikan pemantapan dan tindak lanjut kepada siswa.
b. Pertemuan II Siklus II Perencanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan II sebagai tindak
lanjut dari hasil belajar siswa dan kekurangan/kelemahan pada pertemuan I.
Perencanaan pertemuan II lokasi pengamatan/observasi akan dilaksanakan di
halaman sekolah untuk kegiatan praktikum proses terbentuknya pegunungan.
Sebelum mengajar pertemuan ke II pada siklus II ini, peneliti akan
menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran. peneliti
merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pokok bahasan
“Struktur Permukaan Bumi”, kemudian guru merencanakan menyajikan
pengalaman yang bersifat memotivasi pada pembelajaran di laboratorium alam
(pengamatan/observasi dan praktikum) adalah: mempelajari tentang bagaimana
cara mengamati proses terbentuknya pegunungan dari kegiatan praktikum yang
di lakukan siswa dengan langkah-langkah yang sudah di rencanakan oleh
peneliti. Serta untuk meningkatkan , kebersamaan, motivasi serta hasil belajar
siswa, dan menumbuhkan sikap cinta akan lingkungan. Guru juga
mempersiapkan perlengkapan belajar yang diperlukan, misalnya lembar kerja
siswa (LKS), alat bahan untuk praktikum. Dan guru juga berencana membagi
kelompok untuk siswa, dalam 1 kelompok terdiri dari 4-5 siswa, guru
menetapkan objek/lokasi serta lamanya waktu pengamatan/observasi, lokasi
88
untuk kegiatan praktikum adalah dengan pengamatan di lingkungan sekolah
dan waktu kegiatannya adalah selama 25 menit.
Setelah menentukan tujuan pembelajaran dan kegiatan
praktikum/percobaan kemudian guru menetapkan lamanya waktu proses
pembelajaran yaitu (2x35) menit dan metode praktikum dalam pembelajaran di
laboratorium alam yang meliputi kegiatan:
Fase 1 Orientasi Masalah a. Siswa menerima penjelasan dari guru mengenai susunan lapisan
permukaan bumi dan langkah-langkah praktikum sesuai lembar kerja
siswa.
b. Siswa mendiskusikan persiapan dengan guru.
Fase 2 Perumusan Masalah
a. Siswa merumuskan masalah bersama anggota kelompok.
b. Siswa mengidentifikasi langkah-langkah praktikum dengan anggota
kelompok sesuai dengan lembar kerja yang sudah tersedia.
c. Siswa diminta melakukan praktikum pada lokasi objek pengamatan
yaitu di perkebunan mangga yang berada di lingkungan sekolah.
d. Tujuan kegiatan praktikum adalah untuk mengamati susunan permukaan
bumi melalui proses terbentuknya pegunungan.
Fase 3 Melakukan Praktikum/Observasi
a. Siswa mengidentifikasi masalah untuk bersama anggota kelompok
sesuai dengan langkah-langkah kegiatan praktikum yang sudah tersedia.
b. Siswa meminta keperluan praktikum (alat/bahan praktikum)
Alat dan bahan
1. Plastisin (hijau dan merah)
2. 2 papan
89
Langkah kerja
1. Bentuklah kedua plastisin memanjang dan pipih. Anggap bahwa
kedua lapisan plastisin ini merupakan lapisan permukaan Bumi.
2. Susun kedua plastisin di atas papan. Buatlah lubang di tengah papan.
3. Ujung-ujung plastisin dijepit. Mintalah bantuan temanmu untuk
menjepitnya.
4. Tekan bagian bawah plastisin menggunakan telunjuk.
c. Siswa melakukan kegiatan praktikum bersama anggota kelompok.
d. Siswa mengidentifikasi kesulitan dalam kegiatan praktikum bersama
anggota kelompok.
e. Menyelesaikan kegiatan praktikum dan tugas-tugas yang telah
disediakan oleh guru bersama teman satu kelompoknya
f. Guru berkeliling mengamati dan membimbing kerjasama dalam
kelompok
Fase 4 Mengatasi Kesulitan
a. Menugaskan siswa untuk memikirkan berbagai cara untuk mengatasi
kesulitan dalam proses penyelidikan.
b. Guru melakukan observasi terhadap proses praktikum yang sedang
dilaksanakan serta memberikan arahan pada masing-masing kelompok
untuk mengatasi kesulitan.
Fase 5 Merefleksi Hasil Praktikum
a. Siswa mengaitkan hasil praktikum atau penyelidikan dengan materi
yang telah disampaikan oleh guru kelas.
b. Siswa menyusun laporan praktikum
90
Kegiatan akhir akan dilakukan penarikan kesimpulan hasil pembelajaran
mengenai struktur permukaan bumi yang telah dipelajari. Setelah menarik
kesimpulan guru akan memberikan pemantapan dan tindak lanjut kepada siswa.
4.1.5.2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II ini sebagai tindak lanjut, penyempurnaan
dan pemantapan pada siklus I, siklus II ini terdiri dari dua pertemuan dan tiga
kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan awal, inti dan akhir. Dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 16 April dan hari Selasa tanggal 17 April, pelaksanaan pembelajaran
selama 70 menit, 20 menit untuk penyampaian materi dan 25 menit praktikum, 25
menit untuk evaluasi.
a. Pertemuan I Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada hari senin tanggal 16 April
selama 2 jam pelajaran dan terdiri dari tiga kegiatan pembalajaran, yaitu kegiatan
awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Hasil pengamatan selama pembelajaran siklus II pertemuan I, yaitu guru
kelas sudah memberikan motivasi dan mengajak menyanyi siswa. Tujuan dan
langkah-langkah pembelajaran juga sudah disampaikan dan siswa bertanya jawab
dengan guru kelas mengenai tujuan dan langkah-langkah pembelajaran.
Saat guru menjelaskan objek pengamatan dan praktikum siswa sudah
memperhatikan guru antusias dan aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Materi
yang dipelajari juga sudah di sampaikan dengan runtut. Tetapi masih ada
sebagian siswa yang malah asyik bermain sendiri ketika guru menyampaikan
materi, siswa ada yang memainkan bolpoin, buku atau penggaris dengan teman
sebangku. Untuk mengantisipasi guru mengalihkan perhatian siswa dengan
memberikan pertanyaan seputar materi yang telah di pelajari.
Ketika kegiatan praktikum di luar kelas dilakukan sebagian siswa masih
kebingungan tentang bagaimana cara mengamati dan mencari informasi apa saja
91
yang harus ditulis dalam LKS karena kegiatan praktikum berbeda dari siklus
sebelumnya, sehingga di pembelajaran berikutnya guru akan memberi penjelasan
dengan rinci cara mencari informasi dan pengamatan. Tetapi kelompok sudah
kompak bekerjasama dengan baik.
Setelah kegiatan praktikum selesai ketua kelompok menyampaikan hasil
percobaannya. Ketika guru meminta siswa untuk bertanya, memberi pendapat
atau tanggapan, masih menuntut jawaban serentak sehingga guru perlu
memberikan arahan untuk mengacungkan tangan sebelum menjawab pertanyaan
dari guru.
Pada saat pembelajaran siklus II pertemuan I berlangsung, peneliti
melakukan observasi kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru kelas.
Untuk mengamati jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran
yang dilakukan guru kelas. Lembar observasi tersebut meliputi 22 item untuk
mengamati aktivitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas. Dari
hasil observasi tersebut dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan
kelebihan selama pembelajaran berlangsung. Kekurangan guru dalam mengajar
antara lain saat kegiatan pembelajaran guru kurang memperhatikan siswa yang
gaduh dalam membimbing siswa pada saat melakukan percobaan dan selama
pengamatan. Sedangkan kelebihan guru pada saat mengajar adalah persiapan
guru sebelum mengajar telah optimal, adanya ketegasan guru saat menegur siswa
yang melakukan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran, saat menyusun
kesimpulan telah melibatkan siswa. Adapun kekurangan dalam pertemuan I akan
diperbaiki pada pertemuan II.
b. Pertemuan II Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada hari selasa tanggal 17
April selama 2 jam pelajaran dan terdiri dari tiga kegiatan pembalajaran,
yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Pada siklus II pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah mulai
berjalan dengan baik hal ini dapat dibuktikan saat guru memberi pertanyaan
92
apersepsi pada awal kegiatan pembelajaran, siswa antusias menjawab
pertanyaan guru. Pada saat guru menyampaikan langkah-langkah dan tujuan
pembelajaran siswa memperhatikan dengan seksama.
Saat guru menjelaskan tentang materi siswa juga sudah memperhatikan
dengan tekun karena pada awal pembelajaran guru meminta kepada seluruh
siswa untuk memperhatikan dan menghargai guru yang sedang menjelaskan
materi, hal ini terbukti dapat memfokuskan siswa kepada penjelasan guru.
Ketika melakukan percobaan dan pengamatan di laboratorium alam
berlangsung guru membentuk kelompok dan sebagian besar anggota
kelompok dapat saling membantu. Dalam kerjasama kelompok siswa sudah
kompak, aktif memberikan pendapat dan aktif dalam melakukan percobaan.
Setelah kegiatan percobaan siswa menyampaikan hasil dari percobaan yang
telah dilakukan, ketua kelompok menyampaikan hasil percobaan. Dalam
kegiatan ini siswa juga sudah mulai aktif dalam memberi pendapat,
sanggahan atau pertanyaan. Tapi masih ada siswa yang pasif dalam
kerjasama kelompok maupun dalam percobaan. Untuk mengatasinya guru
memberi dorongan dengan memberi kesempatan kepada setiap anggota
kelompok untuk menjawab.
Kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan II berlangsung, peneliti
bertindak sebagai observer dengan cara mengisi lembar observasi yang telah
direncanakan. Lembar observasi tersebut meliputi 22 item untuk mengamati
aktivitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru kelas. Guru kelas sudah
melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui apa yang
menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung.
Kekurangan guru dalam mengajar antara lain pengaturan waktu masih perlu
diperbaiki, pada saat memberikan apersepsi siswa antusias untuk menjawab
pertanyaan sehingga kelas menjadi gaduh. Guru memberikan pengertian
siswa sebelum menjawab pertanyaan siswa terlebih dahulu unjuk jari setelah
93
guru menyebut nama siswa, barulah mengemukakan pendapatnya tentang
pertanyaan yang telah disampaikan guru. Saat kegiatan inti guru kurang
jelas dalam membimbing siswa dalam praktikum pada kegiatan cara
mengatasi kesulitan dalam proses penyelidikan. Sedangkan kelebihan guru
pada saat mengajar adalah Guru sudah lebih optimal dalam membimbing
siswa pada saat kegiatan praktikum dan selama pengamatan, persiapan guru
sebelum mengajar telah optimal, adanya ketegasan guru saat menegur siswa
yang melakukan kegiatan diluar kegiatan pembelajaran, saat menyusun
kesimpulan telah melibatkan siswa. Peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan
pembelajaran pada siklus II sudah bejalan sesuai dengan indikator
keberhasilan yang telah di tetapkan.
4.1.5.3. Observasi Siklus II
Hasil observasi pembelajaran pada siklus II ini berupa hasil lembar
observasi yang diterapkan oleh peneliti untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan dalam kegiatan pembelajaran (terlampir). Penilaian observasi ini
dilakukan oleh observer (peneliti). Hasil tindakan proses pembelajaran di
laboratorium alam pada siklus I ini terdiri dari 3 pertemuan, pertemuan I,
pertemuan II dan pertemuan III.
a. Pertemuan I Siklus II
Penerapan pembelajaran di laboratorium alam pada siklus II
pertemuan I ini dapat dilihat pada tabel hasil observasi siklus II pertemuan I
yang sudah dilakukan oleh guru kelas.
Adapun tabel hasil observasi siklus II pertemuan I dapat di sajikan
pada tabel 4.11 sebagai berikut:
94
Tabel 4.11
Hasil Observasi Siklus II Pertemuan I
No Indikator Rata-rata
1. Fase 1 Orientasi Masalah 3,5
2. Fase 2 Perumusan Masalah 3
3. Fase 3 Melakukan Praktikum/ Observasi 3,5
4. Fase 4 Mengatasi kesulitan 3
5. Fase 5 Merefleksi hasil praktikum 2,5
Jumlah 15,5
Rata-rata hasil observasi 3,1
Keterangan:
a) < x ≤ 1 Kategori Kurang
b) < x ≤ 2 Kategori cukup
c) < x ≤ 3 Kategori Baik
d) < x ≤ 4 Kategori sangat Baik
Dari tabel 4.11 dilihat siklus II pertemuan I pembelajaran di
laboratorium alam sudah diterapkan/dilakukan oleh guru dengan minimal
kategori baik dengan jumlah total perolehan kegiatan pembelajaran sebesar
15,5 atau dengan rata-rata 3,1 dari keseluruhan kegiatan pembelajaran di
laboratorium alam dengan menggunakan metode praktikum. Dari hasil
penilaian lembar observasi dapat dilihat pada tiap fase sudah mengalami
peningkatan dari pertemuan I, II, dan III pada siklus I. Dari keseluruhan
kegiatan pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi
memperoleh skor rata-rata dari keseluruhan kegiatan pembelajaran
memperoleh skor rata-rata 3,1. Berdasarkan indikator yang ditentukan
bahwa skor yang ditargetkan minimal dengan perolehan skor rata-rata ≥ 3
95
dengan pernyataan bahwa penerapan metode praktikum telah diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran di laboratorium alam. Berarti pada siklus II
pertemuan I ini sudah tercapai karena kegiatan pembelajaran yang
diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan skor rata-rata ≥ 3 dari
keseluruhan kegiatan pembelajaran di laboratorium alam diterapkan guru
minimal dengan kategori baik. Tetapi pembelajaran akan dilanjutkan pada
pertemuan II untuk menyempurnakan kegiatan pembelajaran di laboratorium
alam dengan metode praktikum.
b. Pertemuan II Siklus II
Penerapan pembelajaran di laboratorium alam pada siklus II
pertemuan II ini meningkat dari kegiatan pembelajaran dilaboratorium alam.
Adapun hasil observasinya dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Observasi Siklus II Pertemuan II
No Indikator Rata-rata
1. Fase 1 Orientasi Masalah 4
2. Fase 2 Perumusan Masalah 3,5
3. Fase 3 Melakukan Praktikum/ Observasi 3,66
4. Fase 4 Mengatasi kesulitan 3
5. Fase 5 Merefleksi hasil praktikum 3,5
Jumlah 17,66
Rata-rata hasil observasi 3,53
Keterangan:
a) 0 < x ≤ 1 Kategori Kurang
b) 1 < x ≤ 2 Kategori cukup
c) 2 < x ≤ 3 Kategori Baik
d) 3 < x ≤ 4 Kategori sangat Baik
96
Dari tabel 4.12 dilihat siklus II pertemuan II pembelajaran di
laboratorium alam sudah diterapkan/dilakukan oleh guru dengan minimal
kategori baik dengan jumlah total perolehan kegiatan pembelajaran sebesar
17,66 atau dengan rata-rata 3,53 dari keseluruhan kegiatan pembelajaran di
laboratorium alam dengan menggunakan metode praktikum. Dari hasil
penilaian lembar observasi dapat dilihat pada tiap fase sudah mengalami
peningkatan dari pertemuan I pada siklus II. Dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran yang diterapkan berdasarkan hasil observasi memperoleh skor
rata-rata dari keseluruhan kegiatan pembelajaran memperoleh skor rata-rata
3,53. Berdasarkan indikator yang ditentukan bahwa skor yang ditargetkan
dengan kategori baik asalah ≥ 3 dengan pernyataan bahwa penerapan metode
praktikum telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di laboratorium
alam. Berarti indikator kinerja pada siklus II pertemuan II ini sudah tercapai
karena indikator kinerja yang diterapkan dalam penelitian ini adalah 100%
dari keseluruhan kegiatan pembelajaran di laboratorium alam diterapkan guru
minimal dengan kategori baik.
4.1.5.4. Hasil Tindakan Siklus II
Hasil tindakan pembelajaran pada siklus II ini berupa hasil belajar
kognitif dan psikomotorik. Hasil tindakan pembelajaran pada siklus II ini
berupa hasil belajar kognitif dan psikomotorik siswa pada kegiatan
pembelajaran di laboratorium alam. Pada pembelajaran siklus II ini terdiri
dari 2 pertemuan. Dari 2 pertemuan di hitung nilai rata-rata pertemuan I
dan II untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siklus I.
Sedangkan hasil belajar psikomotorik digunakan untuk mengukur
ketrampilan siswa dalam kegiatan praktikum dan membandingkan nilai
rata-rata pada sikklus I dan siklus II melalui skor rata-rata dan nilai rata-
rata secara global.
97
4.1.5.5. Hasil Belajar Kognitif Siklus II
Hasil tindakan siklus II setelah pembelajaran menggunakan
pembelajaran di laboratorium alam (pembelajaran luar kelas) diperoleh
hasil belajar kognitif pada siklus II. Adapun hasil belajar kognitif siswa
setelah menggunakan pembelajaran di laboratorium alam (pembelajaran
luar kelas) diperoleh hasil belajar seperti pada tabel 4.13 sebagai berikut:
Tabel 4.13
Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Pertemuan I dan II Siklus II
No. Nilai
Siklus II Keterangan Jumlah
siswa Persentase
(%) 1. 0 - 20 0 0 Tidak Tuntas 2. 21-40 0 0 Tidak Tuntas 3. 41-60 0 0 Tidak Tuntas 4. 61-80 8 42,12 Tuntas 5. 81-100 11 57,88 Tuntas
Jumlah 19 100 Nilai rata-rata 84,05 Nilai tertinggi 96,66 Nilai terendah 73,33
Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang
mendapat nilai 0 s/d 20, 21 s/d 40 dan nilai 41 s/d 60 sebanyak 0 siswa
atau tidak ada yang mendapatkan nilai ˂ 60 dengan persentase 0%,
sedangkan nilai 61 s/d 80 sebanyak 8 siswa atau 42,12%%, nilai 81 s/d
100 sebanyak 11 siswa dengan presentase 57,88%. Dengan nilai rata-
rata pertemuan I dan II pada siklus II adalah 84,05 dan nilai rata-rata
terendah pertemuan I dan II adalah 73,33 sedangkan nilai tertinggi
rata-rata pertemuan I dan II siklus 2 adalah. 96,66. Dari 19 siswa
tersebut siswa yang mendapatkan nilai ≥ 60 sebanyak 19 siswa
sedangkan siswa yang mendapatkan nilai ≤ 60 sebanyak 0 siswa atau
tidak ada. Berarti siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan
98
Minimal (KKM=60) sebanyak 19 siswa atau 100% dari keseluruhan
dari jumlah siswa.
Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.13 dapat dibuat
diagram seperti pada gambar 4.7.
Gambar 4.7 Diagram Batang Hasil Perolehan Nilai Rata-Rata Pertemuan I dan II Siklus II
Berdasarkan data hasil perolehan nilai rata-rata hasil belajar pertemuan
I dan II pada siklus II berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60)
dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.14.
Tabel 4.14
Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II
No. Ketuntasan Belajar
KKM ≥ 60
Jumlah Siswa
Jumlah Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 60 19 100
2. Belum tuntas ≤ 60 0 0
Jumlah 19 100
Ketuntasan Belajar Siswa Perolehan Nilai Siklus II dapat diketahui
bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM= ≥ 60) sebanyak 0 siswa atau tidak ada yang mendapatkan nilai ˂60
0 0 0
8
11
02468
1012
0 - 20 21-40 41-60 61-80 81-100
Jumlah Siswa
Nilai
99
dengan persentase 0%. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal
sebanyak 19 siswa dengan persentase 100%. Berarti hasil belajar kognitif
siswa meningkat pada materi yang telah disajikan oleh guru. Ketuntasan
belajar siswa pada tabel 4.13 dapat dilihat pada gambar 4.8.
Gambar 4.8 Diagram Lingkaran Persentase Ketuntasan Belajar Siklus II
Berdasarkan gambar 4.8 tentang ketuntasan belajar siswa dapat
diketahui dari jumlah siswa kelas V sebanyak 19 siswa, yang sudah tuntas
sebanyak 19 siswa atau 100% dan yang belum tuntas 0 siswa atau tidak ada
siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Berarti indikator kinerja pada
penelitian pada siklus II telah berhasil tercapai dengan indikator kinerja 100%.
4.1.5.6. Hasil Belajar Psikomotorik Siklus II
a. Hasil belajar psikomotorik berdasarkan skor rata-rata pertemuan I
dan II
Hasil belajar psikomotorik siswa setelah menggunakan
pembelajaran di laboratorium alam (pembelajaran luar kelas)
diperoleh hasil belajar psikomotorik dari skor rata-rata pertemuan
I, dan II pada siklus II seperti pada tabel 4.15.
Adapun skor rata-rata hasil belajar psikomotorik siklus II
dapat disajikan pada tabel 4.15 sebagai berikut:
100%
0%
Tuntas
Belum tuntas
100
Tabel 4.15
Skor Rata-Rata Hasil Belajar Psikomotorik Siklus II
No Aspek yang diteliiti Skor
Rata-rata 1 2 3 4
1. Penggunaan Alat dan bahan - - 25 13 3,34
2. Melakukan percobaan - 6 83 25 3,16
3. Kegiatan Pengamatan - - 35 3 3,07
4. Kegiatan laporan - 5 83 26 3,18
5. Kebersihan - 14 24 - 2,63
Berdasarkan tabel 4.15 terlihat jelas bahwa hasil belajar siswa
pada aspek melakukan percobaan sudah mengalami peningkatan di
bandingkan pada pembelajaran siklus I. terbukti pada
melakukanpercobaan sudah mengalami peningkatan di bandingkan
dengan siklus I dengan nilai rata-rata petemuan I dan II pada aspek
melakukan percobaan adalah 3,16 dan nilai rata-rata pada siklus I adalah
2,02. Hal ini terbukti bahwa pada siklus II siswa sudah tidak terlihat
kebingungan dalam melaksanakan kegiatan praktikum. Tetapi pada
pertemuan I, dan II pada aspek penggunaan alat dan bahan siswa sudah
bisa menggunakan alat dengan baik. Terbukti dari nilai rata-rata
pertemuan I, dan II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata adalah
3,01. Sedangkan pada aspek kebersihan siswa pada siklus II mengalami
peningkata tetapi pada siklus II aspek kebersihan memiliki skor rata-rata
terendah yaitu 2,63. Di sini terbukti pada saat pembelajaran siswa tidak
memperhatikan dan membersihkan alat praktikum. Dari kegiatan
kegiatan pengamatan, kegiatan laporan, dan melakukan percobaan sudah
mendapat skor rata-rata 3,00 - 3,20. Dari uraian di atas dapat
101
disimpulkan bahawa hasil belajar rata-rata skor perolehan pada kegiatan
praktikum sudah mengalami peningkatan dari siklus I.
b. Hasil belajar psikomotorik berdasarkan nilai rata-rata pertemuan I
dan II pada siklus II
Hasil belajar psikomotorik siswa setelah menggunakan
pembelajaran di laboratorium alam (pembelajaran luar kelas) diperoleh
hasil belajar seperti pada tabel 4.16. Adapun nilai rata-rata pertemuan
I, dan II hasil belajar psikomotorik siklus II dapat disajikan pada tabel
4.16 sebagai berikut:
Tabel 4.16
Nilai Rata-Rata Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotorik Siklus II
No. Nilai Sebelum Tindakan
Keterangan Jumlah Siswa
Persentase (%)
1. 0 - 20 0 0 Belum tuntas
2. 21-40 0 0 Belum tuntas
3. 41-60 0 0 Tuntas
4. 61-80 18 94,73 Tuntas
5. 81-100 1 5,27 Tuntas
Jumlah 19 100
Rata-rata Siklus II 77,98
Nilai rata-rata tertinggi 81,94
Nilai rata-rata terendah
76,38
102
Berdasarkan tabel 4.16 terlihat jelas perbandingannya siswa yang
mencapai ketuntasan belajar (KKM=60) adalah sebanyak 19 siswa atau
100% sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar
sebanyak 0 siswa atau 0%, yang dapat diuraikan jumlah siswa yang
mendapat nilai 0 s/d 20 , 41 s/d 60 sebanyak 0 atau tidak ada yang
mendapatkan nilai < 60 dengan persentase 0% dan nilai 61 s/d 80
sebanyak 18 siswa atau 94,73%, nilai 81 s/d 100 sebanyak 1 siswa atau
5,27%. Dengan nilai rata-rata pertemuan I, dan II adalah 77,98 sedangkan
nilai rata-rata tertinggi pertemuan I, dan II adalah 81,94 sedangkan nilai
rata-rata terendah terendah pertemuan I, dan II adalah 76,38.
Untuk lebih jelasnya data nilai dapat dibuat diagram seperti pada
gambar 4.9 sebagai berikut.
Gambar 4.9 Hasil Perolehan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar
Psikomotorik Siklus II
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = ≥60) data hasil
perolehan nilai rata-rata aspek psikomotorik pertemuan I, dan II siklus II
dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.17.
0 0 0
18
10
5
10
15
20
0 - 20 21-40 41-60 61-80 81-100
Jumlah Siswa
Nilai
103
Tabel 4.17
Ketuntasan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Psikomotorik Siklus II
No. Ketuntasan
Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 60 19 100 2. Belum tuntas ≤
60 0 0
Jumlah 19 100
Ketuntasan hasil belajar Psikomotorik siswa memiliki nilai kurang dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 0 siswa atau 0%,
sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 19 siswa
dengan persentase 100%. Ketuntasan belajar psikomotorik siswa pada tabel
4.17 dapat dilihat pada gambar persentase hasil belajar psikomotorik 4.10.
Gambar 4.10 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Psikomotorik Siklus II
4.1.5.7. Refleksi Siklus II
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari
pertemuan I dan II maka selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan
dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang
dilaksanakan pada setiap pertemuan I dan II siklus II dan hasil nilai rata-rata
siswa pada pertemuan I dan II. Refleksi ini digunakan sebagai bahan
100,00%
0,00%
Tuntas
Belum Tuntas
104
perbaikan dengan membandingkan apakah hasil tindakan dalam proses
pembelajaran sudah sesuai dengan indikator kinerja yang sudah di tentukan.
Pembelajaran di laboratorium alam sudah diterapkan/ dilakukan oleh
guru dengan minimal kategori baik siklus II pertemuan I dengan jumlah total
perolehan kegiatan pembelajaran sebesar 15,5 atau dengan rata-rata 3,1 dari
keseluruhan kegiatan pembelajaran di laboratorium alam dengan
menggunakan metode praktikum. Dari hasil penilaian lembar observasi dapat
dilihat pada tiap fase sudah mengalami peningkatan dari pertemuan I, II, dan
III pada siklus I. Berarti indikator kinerja pada siklus II pertemuan I ini sudah
tercapai karena indikator kinerja yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
≥100 dari keseluruhan kegiatan di laboratorium alam sudah diterapkan guru
minimal dengan kategori baik. Tetapi kegiatan pembelajaran pertemuan I ini
ada yang belum dilaksanakan secara maksimal yaitu item perumusan masalah
pada saat pengumpulan data pada kegiatan praktikum. Pada siklus II
pertemuan I ini kegiatan pembelajaran sudah berjalan dengan baik.
Masih ada kekurangan yang terjadi pada pembelajaran pertemuan I
siklus II. Adapun kekurangan pembelajaran pada pertemuan I adalah sebagai
berikut:
1. Pemberian arahan dalam pengamatan/ observasi masih belum optimal,
siswa belum memahami materi yang dijelaskan guru karena materi pada
siklus II berbeda dengan siklus I.
2. Penguasaan kelas kurang optimal dalam melakukan percobaan.
3. Siswa masih kebingungan dalam kegiatan praktikum.
Di samping kekurangan pada siklus I juga ada kelebihan dalam
pertemuan I siklus II ini. Adapun kelebihan pada kegiatan pembelajaran pada
pertemuan I adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan membuka pelajaran yang berjalan dengan baik karena guru telah
berhasil meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan apersepsi dan
105
motivasi, lokasi pengamatan, teknik pengamatan, pembagian kelompok
juga sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, guru juga sudah berhasil
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa
sehingga pembelajaran berjalan tanpa tekanan.
2. Kegiatan pemanfaatan sumber belajar yang diterapkan oleh guru juga
sudah berjalan dengan baik karena guru sudah berhasil mengajak siswa
untuk mendapatkan pengalaman pembelajaran yang menarik dan
menumbuhkan ketertarikan siswa pada sumber pembelajaran, siswa
tertarik pada sumber pembelajaran.
3. Guru juga sudah melibatkan siswa dalam menyimpulkan hasil
pembelajaran.
Pembelajaran yang diterapkan oleh guru pada pertemuan II siklus II
pembelajaran di laboratorium alam sudah diterapkan/dilakukan oleh guru
dengan minimal kategori baik dengan skor perolehan kegiatan pembelajaran
sebesar 17,66 atau dengan rata-rata 3,53 dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran di laboratorium alam dengan menggunakan metode praktikum.
Dari hasil penilaian lembar observasi dapat dilihat pada tiap fase sudah
mengalami peningkatan dari pertemuan I pada siklus II. Jika dilihat dari
indikator kinerjanya yang telah ditentukan oleh penulis maka pembelajaran
yang telah diterapkan oleh guru sudah tercapai pada pertemuan II, karena
indikator kinerja yang ditetapkan oleh penulis adalah ≥100% dari keseluruhan
kegiatan pembelajaran di laboratorium alam dengan metode praktikum sudah
diterapkan oleh guru minimal dengan kategori baik. Tetapi pada pertemuan II
ini masih ada item yang dilaksanakan guru kurang maksimal dalam pertemuan
II ini yaitu mengaitkan hasil praktikum dengan konsep atau teori.
Pada siklus II pertemuan II ini kegiatan pembelajaran sudah berjalan
dengan baik. Adapun kelebihan pada pertemuan II siklus II adalah sebagai
berikut:
106
1. Kegiatan membuka pelajaran sudah berjalan dengan baik karena siswa
termotivasi dalam kegiatan apersepsi dan motivasi, lokasi pengamatan
sudah sesuai dengan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran teknik
pembelajaran, pembagian kelompok, pengamatan/ observasi, praktikum,
dan kerjasama kelompok sudah dilaksanakan guru dengan baik.
2. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan siswa juga sudah tidak
kebingungan dalam kegiatan praktikum, pengamatan/ observasi, guru juga
sudah berhasil dalam menumbuhkan motivasi siswa dalam proses
pembelajaran dan menumbuhkan antusiasme dan keceriaan siswa dalam
pembelajaran.
3. Guru juga sudah melibatkan siswa dalam menyimpulkan hasil
pembelajaran, pemantapan dan tindak lanjut sudah diterapkan oleh guru
dengan baik.
4. Pemanfaatan sumber belajar yang diterapkan oleh guru juga sudah
berjalan dengan baik karena guru sudah berhasil mengajak siswa untuk
mendapatkan pengalaman pembelajaran yang menarik dan menumbuhkan
ketertarikan siswa pada sumber pembelajaran, siswa tertarik pada sumber
pembelajaran.
Di samping kelebihan dalam pertemuan II ini juga ada kekurangan
dalam penerapan pembelajaran di laboratorium alam. Adapun kekurangannya
adalah sebagai berikut:
1. Alokasi waktu masih belum sesuai dengan rencana pembelajaran yaitu
pada saat penyampaian materi dan waktunya terlalu cepat.
2. Guru lebih menghabiskan waktu kegiatan pembelajaran pada evaluasi.
Berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus I dan II maka
secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran
siklus I dan II adalah sebagai berikut:
a. Hambatan
107
1. Penerapan metode praktikum pada pembelajaran di laboratorium
alam belum terbiasa dilaksanakan siswa dalam kegiatan
pembelajaran sehingga keterampilan dalam kegiatan praktikum
masih kurang.
2. Kurangnya motivasi pada setiap pembelajaran pada siswa.
3. Penulis masih kesulitan dalam mengarahkan pembelajaran dalam
setiap kegiatan.
4. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar masih rendah, hal
itu disebabkan pada pembelajaran yang di lakukan pada ruang
kelas.
b. Cara mengatasi
1. Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang
maksimal dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa.
2. Buatlah keaktifan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran
sehingga keterampilan belajar siswa lebih berkembang.
3. Perlu adanya pengarahan bagi siswa untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran baik di dalam kelas maupun luar kelas.
4.2 Hasil Analisis Data
4.2.1 Hasil Belajar Kognitif
Analisis hasil belajar kognitif dalam penelitian ini merupakan hal yang
sangat penting untuk mengetahui keberhasilan dan perbandingan pada pra
siklus/kondisi awal serta tingkat keberhasilan pada masing-masing siklus pada
kegiatan pembelajaran yang di lakukan di laboratorium alam.
Adapun analisis data perbandingan hasil ketuntasan belajar sebelum
tindakan, rata-rata siklus I dan siklus II setelah menggunakan pembelajaran di
laboratorium alam (pembelajaran luar kelas) dapat diperoleh hasil belajar
seperti pada tabel 4.18 sebagai berikut:
108
Tabel 4.18
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Sebelum
Tindakan, Rata-Rata Nilai Siklus I dan Siklus II
No. Ketuntasan
Belajar
Sebelum Tindakan Siklus I Siklus II Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
1. Tuntas ≥ 60 6 31,57 19 100 19 100
2. Tidak
Tuntas ≤ 60
13 68,43 0 0 0 0
3 Jumlah 19 100 19 100 19 100
Nilai
Terendah
20 63,33 73,33
Nilai
Tertinggi
100 86,66 96,66
Rata-rata 52,37 71,04 84,05
Kenaikan 35,65 60,49
Dari tabel perbandingan hasil tes formatif tiap siklus, dapat
dijelaskan bahwa pada kondisi awal sebelum di lakukan tindakan terdapat
13 siswa atau 68,43% sedangkan 6 siswa atau 31,57% telah tuntas belajar.
siswa yang tuntas dalam belajarnya. Nilai terendah pada kondisi awal adalah
20 sedangkan nilai tertinggi pada kondisi awal adalah 100. Rata-rata hasil
ketuntasan belajar kognitif siswa pada kondisi awal adalah 52,37%.
Dari 68,43% atau 13 siswa yang belum mencapai ketuntasan maka
perlu diadakan kegiatan pembelajaran dengan metode yang tepat untuk
memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Dalam
tindakan ini yang akan dilakukan pada pokok bahasan ”Bumi dan Alam
Semesta” dengan mengamati susunan lapisan tanah dengan metode
praktikum dilaboratorium alam.
109
Hasil ketuntasan belajar kognitif siklus I menunjukkan peningkatan
yang signifikan. Hasil tes rata-rata pada pertemuan I, II, dan III siklus I
terdapat 19 siswa atau 100% siswa mengalami ketuntasan belajar dengan
nilai rata-rata pertemuan I, II, dan III pada siklus I adalah 71,04. Hasil rata-
rata perolehan nilai siklus II pertemuan I dan II yang mencapai kriteria
ketuntasan belajar sebanyak 19 siswa atau 100%, yang belum mencapai
kriteria ketuntasan belajar sebanyak 0 siswa atau tidak ada, dengan nilai
rata-rata pertemuan I dan II adalah 84,05.
Peningkatan nilai rata-rata hasil tes formatif ketuntasan belajar siswa
dipengaruhi dari penggunaan metode praktikum pada pembelajaran
dilaboratorium alam selama proses pembelajaran berlangsung, siswa terlibat
langsung dalam mempelajari pokok bahasan susunan lapisan tanah dengan
metode praktikum. Hal tersebut mengakibatkan siswa lebih menguasai dan
memahami materi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar kognitif siswa dari tiap siklus. Peningkatan hasil
belajar kognitif siswa tersebut, dimana rata-rata pada kondisi awal adalah
52,37 dilanjutkan pada rata-rata pada pertemuan I, II dan III siklus I adalah
71,04 dengan ketuntasan 19 siswa atau 100%. Sedangkan rata-rata
pertemuan I dan II pada siklus II adalah 84,05 serta semua siswa mengalami
ketuntasan belajar. Ini membuktikan bahwa siswa dapat memahami materi
yang disajikan dengan pembelajaran di laboratorium alam karena siswa
dapat belajar sesuatu yang konkrit atau nyata. Ketuntasan belajar siswa
dapat dilihat pada gambar rekapitulasi ketuntasan belajar sebelum di
lakukan tindakan dan sesudah tindakan yaitu pada siklus I dan siklus II. Dari
data diatas berarti penggunaan metode praktikum pada kegiatan
pembelajaran di laboratorium alam dapat meningkatkan hasil belajar
kognitif siswa.
110
Data perbandingan hasil tes formatif sebelum tindakan, rata-rata
pertemuan I, II, dan III pada siklus I dan pertemuan I, II pada siklus II bila
disajikan dengan diagram batang, akan terlihat pada gambar 4.11 di bawah
ini.
Gambar 4.11 Diagram Batang Nilai Perbandingan Ketuntasan Belajar
Sebelum Tindakan, Rata-rata Sikus I dan Siklus II
4.2.2 Hasil Belajar Psikomotorik
Untuk mengetahui keberhasilan dan perbandingan pada siklus I dan II pada
kegiatan pembelajaran yang di lakukan di laboratorium alam dengan metode
praktikum. Adapun analisis data perbandingan ketuntasan hail belajar psikomotorik
siswa pada rata-rata siklus I dan siklus II setelah menggunakan pembelajaran di
laboratorium alam (pembelajaran luar kelas) dapat diperoleh hasil belajar
psikomotorik seperti pada tabel 4.19 sebagai berikut:
0102030405060708090
Sebelum Tindakan
Siklus I Siklus II
Perbandingan Ketuntasan Sebelum Tindakan, Rata-rata
Siklus I dan Siklus II
52,37
71,0484,05
Rata-rata Nilai
Rata-rata Nilai
111
Tabel 4.19
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Psikomotorik Siswa Pada Nilai Rata-Rata
Siklus I dan Siklus II
No. Ketuntasan Belajar
Siklus I Siklus II Jumlah Siswa
Persentase (%)
Jumlah Siswa
Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 60 19 100 19 100 2. Tidak Tuntas ≤ 60 0 0 0 0 3 Jumlah 19 100 19 100 Rata-rata Nilai
terendah 66,66 76,38
Rata-rata Nilai tertinggi
72,27 81,94
Rata-rata kelas 68,57 77,98 Kenaikan 13,72
Dari tabel perbandingan ketuntasan hasil belajar psikomotorik, dapat
dijelaskan bahwa pada siklus I nilai rata-rata terendah pada pengamatan kegiatan
praktikum adalah 66,66. Nilai rata-rata tertinggi siklus I pada pengamatan kegiatan
praktikum adalah 72,27. Sedangkan nilai rata-rata kelas pada kgiatan pembelajaran
aspek psikomotorik adalah 68,57
Hasil ketuntasan belajar psikomotorik siklus II menunjukkan peningkatan
yang signifikan. Hasil rata-rata ketuntasan belajar psikomotorik pada pengamatan
lembar penilaian kegiatan praktikum siklus II adalah 77,98.
Peningkatan nilai rata-rata hasil pengamatan lembar penilaian pada kegiatan
praktikum siswa dipengaruhi dari penggunaan metode praktikum pada pembelajaran
dilaboratorium alam selama proses pembelajaran berlangsung, siswa terlibat
langsung dalam mempelajari pokok bahasan susunan lapisan tanah dengan metode
praktikum. Hal tersebut mengakibatkan siswa lebih menguasai dan memahami
materi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar psikomotorik siswa dari tiap siklus. Peningkatan hasil belajar psikomotorik
112
siswa tersebut, dimana rata-rata hasil belajar psikomotorik pertemuan I, II, dan III
pada siklus I adalah 68,57 dilanjutkan pada rata-rata pada pertemuan I dan II siklus
II adalah 77,98 dengan ketuntasan 19 siswa atau 100%. Hal ini membuktikan bahwa
siswa dapat memahami materi yang disajikan dengan pembelajaran di laboratorium
alam dengan metode praktikum, karena siswa dapat belajar sesuatu yang konkrit atau
nyata. Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar rekapitulasi ketuntasan
belajar sebelum di lakukan tindakan dan sesudah tindakan yaitu pada siklus I dan
siklus II. Dari data diatas berarti penggunaan metode praktikum pada kegiatan
pembelajaran di laboratorium alam dapat meningkatkan hasil belajar psikomotorik
siswa. Data perbandingan hasil belajar psikomotorik pada siklus I dan II bila
disajikan dengan diagram batang, akan terlihat pada gambar 4.12 di bawah ini.
Gambar 4.12 Diagram Batang Perbandingan Hasil Beajar Psikomotorik
Pada Nilai Rata-rata Sikus I dan Siklus II
626466687072747678
Siklus I Siklus II
Rata-rata Nilai
Rata-rata Nilai68,57
77,98
113
4.3 Pembahasan
Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas V SD Negeri
02 Tanggel Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora ditemukan bahwa
pemanfaatan llingkungan sebagai sumber belajar masih rendah, hal ini
disebabkan siswa diberikan pemahaman tentang pokok bahasan “Bumi dan Alam
Semesta” melalui metode ceramah saja yang dilakukan oleh guru, sehingga anak
hanya berangan-angan belaka, tanpa memperlihatkan sesuatu atau hal yang nyata
yang ada di sekitar lingkungan siswa. Proses pembelajaran sebelum tindakan
menunjukkan bahwa siswa masih pasif, karena tidak diberi respon yang
menantang. Siswa masih bekerja secara individual, tidak tampak kreatif siswa
maupun gagasan yang muncul. Siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah
karena pembelajaran selalu monoton sehingga nilai rata-rata pelajaran IPA
rendah, khususnya pada pokok bahasan “Bumi dan Alam Semesta”. Nilai rata-
rata yang didapatkan siswa sebelum tindakan adalah 52,37. Siswa yang mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM = ≥ 60) hanya 6 siswa atau 31,57%
sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 13
siswa atau 68,43%. Nilai tertinggi yang berhasil di dapatkan oleh siswa sebelum
tindakan adalah 100 sedangkan nilai terendahnya adalah 20. Adanya
perbandingan yang signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas
karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan sudah dapat menangkap materi
yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah saja, karena ke-6
siswa ini memang mempunyai daya tangkap yang lebih dibandingkan teman-
temannya yang lain walaupun hanya dengan mendengarkan saja, sedangkan 13
siswa yang lain belum bisa menangkap materi yang disajikan oleh guru hanya
dengan ceramah saja karena daya tangkap mereka rendah jika hanya
mendengarkan saja, sehingga diperlukan tindakan sesuai dengan usia anak
sekolah dasar yang masih dalam tahapan operasional konkrit (7- 11 th). Siswa
akan lebih paham bila siswa dapat melihat sesuatu yang konkrit atau nyata.
114
Menurut Djumpri Padmawinata (1981) yang dikutip oleh Udin S.
Winataputra mendefinisikan laboratorium dalam pembelajaran IPA merupakan
tempat dimana guru dan siswa melakukan kegiatan percobaan dan penelitian.
Dalam pengertian ini laboratorium terbuka adalah laboratorium yang tidak
dibatasi dinding, laboratorium terbuka dapat berupa kebun sekolah, hutan,
sungai, atau lingkungan lain yang dapat digunakan sebagai sumber belajar.
Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar IPA siswa maka diperlukan
pembelajaran yang berorientasi pada lingkungan alam sekitar salah satunya
dengan memanfaatkan laboratorium alam sebagai sumber belajar dan dengan
metode praktikum. Pembelajaran di luar kelas disini dengan teknik
observasi/pengamatan, kerjasama kelompok dan praktikum.
Teori dari Djumpri Padwadinata tersebut selaras dengan hasil penelitian
yang dilakukan penulis. Karena saat penulis menggunakan pembelajaran di
laboratorium alam (pembelajaran luar kelas), kreatifitas, keaktifan siswa
meningkat dan hasil belajar kognitif dan psikomotorik IPA siswa meningkat.
Peningkatan hasil belajar siswa didapatkan dari hasil perolehan nilai
siklus I dan II.
1. Siklus I
a. Hasil Belajar Kognitif
Siklus I dengan penerapan pembelajaran di laboratorium alam siswa yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 19 siswa
atau 100% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-rata hasil belajar kognitif adalah
71,04 sedangkan nilai rata-rata tertinggi adalah 88,89 dan nilai rata-rata
terendahnya adalah 63,33.
b. Hasil Belajar Psikomotorik
Siklus I dengan penerapan pembelajaran di laboratorium alam siswa yang
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 19 siswa
atau 100% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah
115
Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-rata pertemuan I, II , dan III hasil
belajar psikomotorik adalah 68,57 sedangkan nilai rata-rata tertinggi
adalah 72,27 dan nilai rata-rata terendahnya adalah 66,66.
2. Siklus II
a. Hasil Belajar Kognitif
Siklus II dengan penerapan pembelajaran di laboratorium alam siswa
yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 19
siswa atau 100% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-rata hasil belajar kognitif adalah
84,05 sedangkan nilai rata-rata tertinggi adalah 96,66 dan nilai rata-rata
terendahnya adalah 73,33.
b. Hasil Belajar Psikomotorik
Siklus II dengan penerapan pembelajaran di laboratorium alam siswa
yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 19
siswa atau 100% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik
adalah 81,94 sedangkan nilai rata-rata tertinggi adalah 72,27 dan nilai
rata-rata terendahnya adalah 76,38.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Wagiyo, (2011) dengan penelitiannya “Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Melalui Laboratorium Alam Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Lerep
Kebumen Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011”. Menyimpulkan bahwa ada
peningkatan ketuntasan belajar dari kondisi pra siklus (awal) ke siklus 1 dan dari
siklus 1 ke siklus 2. Pada kondisi awal sebelum penulis melaksanakan tindakan
ketuntasan belajar hanya 25% dari 32 siswa. Pada siklus I ketuntasan belajar
yang dicapai sebesar 50%. Sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar telah
mencapai 87,5%. Hal ini disebabkan adanya tindakan didalam proses
116
pembelajaran yaitu menggunakan laboratorium alam. Dilihat dari skor miniimal
dan skor maksimal mengalami peningkatan. Dan di dalam penelitian ini peneliti
mengharapkan pembelajaran dengan melalui laboratorium alam dapat membuat
siswa termotivasi dan meningkatkan hasil belajar siswa, karena pembelajaran di
luar ruang dengan alam sebagai orientasi atau sebagai tempat belajar, siswa
diharapkan mampu menghargai dan memelihara segala sesuatu ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa.
Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan pada siklus I dan siklus II
didapatkan bahwa pembelajaran di laboratorium alam dengan pengamatan/
observasi, kerjasama kelompok dan praktikum dapat meningkatkan hasil belajar
kognitif dan psikomotorik siswa pada materi “Bumi dan Alam Semesta” kelas V
SD Negeri 02 Tanggel Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora Tahun
Pelajaran 2011/2012, karena dengan pembelajaran di laboratorium alam siswa
dapat belajar sesuatu yang konkrit atau nyata dan sarana alam terbuka juga dapat
menambah aspek kegembiraan dan kesenangan bagi siswa, karena siswa dapat
belajar sambil bermain. Situasi ini mendukung efektivitas proses pembelajaran
dan dengan langsung terlibat pada aktivitas (learning by doing) siswa akan lebih
memahami dan mengerti tentang sesuatu yang siswa lihat dan di amati.