Upload
dinhduong
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan
Penolong Persalinan di wilayah kerja Puskesmas Molopatodu Tahun 2011 dari
tanggal 08 Oktober – 08 November 2012. Dengan tujuan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan, pendidikan, pendapatan, jarak dan sosial budaya dengan
pemilihan penolong persalian. Dimana data yang diambil yaitu data primer dan
sekunder, data primer diperoleh melaui Kuisioner pada responden sedangkan data
sekunder diperoleh dari buku register.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Molopatodu, maka hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi dan frekuensi penelitian dan akan dinarasikan sebagai berikut :
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Keadaan Demografi.
Wilayah kerja Puskesmas Molopatodu mempunyai luas wilayah kerja + 119,
6 KM2 terdiri dari 10 desa yaitu : Liyoto, Molanihu, Kayumerah, Liyodu,
Otopade, Owalanga, Batu layar, Batu loreng, Molas dan Molopatodu, dengan
perbatasan sebagai berikut : Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bakti, Sebelah
timur berbatasan dengan Desa Bongohulawa, Sebelah selatan berbatasan dengan
Desa Lobuto, Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bumela . Dari 10 Desa, ada 4
desa yang sulit dijangkau yaitu : Liyoto, Molanihu, Liyodu dan Kayumerah.
Iklim di wilayah kerja Kecamatan Molopatodu dipengaruhi oleh 2 musim
yakni musim Hujan dan musim Kemarau. Jumlah KK 3010 jiwa dan jumlah jiwa
sebanyak 9.985 jiwa.
Jumlah seluruh ibu melahirkan yang ada diwilayah kerja puskesmas
Molopatodu Kabupaten Gorontalo yakni 180 orangyang tercatat dari bulan januari
sampai bulan Desember 2012.
Dalam proses penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan cara ikut
serta dalam pelayanan posyandu setiap harinya di 10 desa yang menjadi wilayah
kerja puskesmas tersebut selama sebulan. Selain itu peneliti juga mendatangi ibu-
ibu yang melahirkan pada tahun 2011 yang teregistrasi di puskesmas dan
mewawancarai langsung pada responden. Dalam penelitian ini peneliti
mendapatkan kendala yang ada di lapangan diantaranya yakni, akses jalan ke 4
desa yang sulit di jangkau itu harus melalui jalanan yang rusak, menyeberangi
sungai-sungai kecil. Responden yang kurang aktif dalam menjawab pertanyaan
sesuai yang tertera pada lembaran kuisioner. Dan yang menjadi kendala, terutama
tidak adanya bidan di 4 desa ini.
2. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang bertugas di Wilayah Kerja Puskesmas Molopatodu
dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Molopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2012
No Petugas Jumlah
1 Kepala Puskesmas 1
2 Dokter Puskesmas 2
3 Sarjana Kesmas 1
4 Bidan Koordinator 1
5 Bidan Desa 5
6 Perawat 4
7 Sanitasi 1
8 Petugas Gizi 2
9 Perawat Gigi 1
10 Sopir 1
11 Cilining Servis 1
12 Tenaga Magang 5
13 Abdi 5
Sumber : Data Sekunder
3. Sarana Kesehatan.
Sarana kesehatan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Molopatodu dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Distribusi Sarana Kesehatan di Puskesmas Molopatodu
Kabupaten Gorontalo
2012
No Sarana Jumlah Ket
1 Poskesdes/Polindes 1 Baik
2 Pustu 4 1 Rusak
3 Posyandu 17 Cuma Numpang
4 Kenderaan Roda 4 1 Baik
5 Kenderaan Roda 2 5 Baik
Sumber : Data sekunder
B. Analisis Univariat
Dalam penelitian ini distribusi variabel responden yang diambil adalah
gambaran dari sampel yang antara lain terdiri umur, pendidikan, alamat,
pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, jarak dan sosial budaya yang didistribusikan
dalam bentuk univariat dan bivariat yang bisa dilihat dalam tabel-tabel berikut ini:
a. Distribusi Umur Responden berdasarkan Penolong Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi umur
responden berdasarkan penolong persalinan yang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.3
Distribusi Umur Responden Berdasarkan Penolong Persalinan
Di Wilayah Kerja PuskesmasMolopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011
Umur
(Tahun)
Penolong Persalinan Jumlah
Non Nakes Nakes
n % n % n %
15 – 19 14 78,0 4 22,0 18 100
20 – 24 53 83,0 11 17,0 64 100
25 – 29 27 77,0 8 23,0 35 100
30 – 34 0 0,0 0 0,0 0 0
35 – 39 5 83,3 1 16,7 6 100
Jumlah 99 76,4 24 23,6 123 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok umur
yang paling banyak yaitu pada umur 20-24 tahun sebanyak 64 responden dimana
yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 11 responden (17,0%) dan ditolong
oleh non tenga kesehatan sebanyak 53 responden (83,0%), sedangkan kelompok
umur terkecil yaitu pada umur 30-34 tahun sebanyak 0 %.
b. Distribusi Alamat Responden Berdasarkan Penolong Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi alamat
responden berdasarkan penolong persalinan yang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.4
Distribusi Alamat Responden Berdasarkan Penolong Persalinan
Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011
Alamat
Penolong Persalinan Jumlah
Non Nakes Nakes
n % n % n %
Molanihu 13 81,2 3 18,8 16 100
Molopatodu 12 70,6 5 29,4 17 100
Liyoto 9 75,0 3 25,0 12 100
Kayumerah 13 100 0 0 13 100
Liyodu 3 100 0 0 3 100
Otopade 6 50,0 6 50,0 12 100
Owalanga 6 66,7 3 33,3 9 100
Batu Layar 8 72,7 3 27,3 11 100
Batu Loreng 14 87,5 2 12,5 16 100
Molas 10 71,4 4 28,6 14 100
Jumlah 94 76,4 29 23,6 123 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.4 menunjukkan distribusi responden terbanyak untuk alamat
terdapat di desa Molopatodu yaitu sebanyak 17 responden, responden dimana
yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 5 responden (29,4%) dan ditolong
oleh non tenga kesehatan sebanyak 12 responden (70,6%)sedangkan distribusi
terendah terdapat di desa Liyodu sebanyak 3 responden dimana yang ditolong
oleh tenaga kesehatan sebanyak 0 responden (0%) dan ditolong oleh non tenga
kesehatan sebanyak 3 responden (100%).
c. Distribusi Pekerjaan Responden Berdasarkan Penolong Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi
pekerjaan responden berdasarkan penolong persalinan yang dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 4.5
Distribusi Pekerjaan Responden Berdasarkan Penolong Persalian
Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011
Pekerjaan
Penolong Persalinan Jumlah
Non Nakes Nakes
n % n % N %
IRT 82 83,7 16 16,3 98 100
Swasta 12 48,0 13 52,0 25 100
Jumlah 94 76,4 29 23,6 123 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.5 menunjukkan distribusi responden berdasarkan pekerjaan yang
paling banyak yaitu IRT sebanyak 98 orang atau, dimana yang ditolong oleh
tenaga kesehatan sebanyak 16 responden (16,3%) dan ditolong oleh non tenga
kesehatan sebanyak 82 responden (83,7%) sedangkan pekerjaan yang terkecil
yaitu swasta sebanyak 25 responden, dimana yang ditolong oleh tenaga kesehatan
sebanyak 13 responden (52,0%) dan ditolong oleh non tenga kesehatan sebanyak
12 responden (48,0%).
d. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan Penolong
Persalinan.
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi tingkat
pendidikan responden berdasarkan penolong persalinan yang dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu
Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011
Pendidikan Ibu
Penolong Persalinan Jumlah
Non Nakes Nakes
n % n % n %
Tidak Tamat SD 16 100 0 0,0 16 100
SD 63 85,0 11 15,0 74 100
SMP 20 67,0 10 33,0 30 100
SMA 2 67,0 1 33,0 3 100
Jumlah 101 82,0 22 18,0 123 100
Sumber : Data Primer
Tabel 4.6 menunjukkan distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
yang paling banyak yaitu SD sebanyak 74 responden, dimana yang ditolong oleh
tenaga kesehatan sebanyak 11 responden (15,0%) dan ditolong oleh non tenaga
kesehatan sebanyak 63 responden (8,05%) sedangkan pendidikan yang terkecil
yaitu SMA sebanyak 3 responden, dimana yang ditolong oleh tenaga kesehatan
sebanyak 1 responden (33,0%) dan ditolong oleh non tenga kesehatan sebanyak 2
responden (67,0%).
e. Distribusi Responden Berdasarkan Penolong Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi
responden berdasarkan penolong persalinan yang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Penolong Persalinan
Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011
Penolong Persalinan Jumlah
n %
Non Nakes 94 76,4
Nakes 29 23,6
Jumlah 123 100,0
Sumber : Data Primer
Tabel 4.7 menunjukkan distribusi responden berdasarkan penolong
persalinan yang paling banyak yaitu Non Nakes sebanyak 94 orang atau (76,4%),
sedangkan yang terkecil yaitu Nakes sebanyak 29 orang(23,6 %).
f. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi
responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu yang dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu
Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011
Tingkat Pengetahuan Ibu Jumlah
n %
Kurang 82 66,7
Cukup 41 33,3
Jumlah 123 100,0
Sumber : Data Primer
Tabel 4.8 menunjukkan distribusi responden berdasarkan pengetahuan Ibu
yang paling banyak yaitu kurang sebanyak 82 orang atau (66,7%), sedangkan
yang terkecil yaitu cukup sebanyak 41 orang(33,3 %).
g. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi
responden berdasarkan pendapata keluarga yang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.9
Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga
Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011
Pendapatan Keluarga Jumlah
n %
Kurang Mampu
(< Rp. 762.500) 85 69,1
Mampu
(≥Rp. 762.500) 38 30,9
Jumlah 123 100,0
Sumber : Data Primer
Tabel 4.9 menunjukkan distribusi responden berdasarkan pendapatan
keluarga yang paling banyak yaitu kurang mampu sebanyak 85 orang atau
(69,1%), sedangkan yang mampu sebanyak 38 orang(30,9%).
h. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Ke Tempat Pelayanan
Kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi
responden berdasarkan jarak ketempat pelayanan kesehatan yang dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.10
Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Ke Tempat Pelayan kesehatan
Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011
Jarak Ke tempat Pelayanan
Kesehatan
Jumlah
n %
Tidak terjangkau 63 51, 2
Terjangkau 60 48,8
Jumlah 123 100,0
Sumber : data sekunder
Tabel 4.10 menunjukkan distribusi responden berdasarkan jarak ke tempat
pelayanan kesehatan yang paling banyak yaitu tidak terjangkau sebanyak 63 orang
atau (51,2%), sedangkan yang terjangkau yaitu sebanyak 60 orang(48,8%).
i. Distribusi Responden Berdasarkan Sosial Budaya.
Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi
responden berdasarkan sosial budaya yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 4.11
Distribusi Responden Berdasarkan Sosial Budaya
Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011
Sosial Budaya Jumlah
n %
Percaya 87 70,7
Tidak percaya 36 29,3
Jumlah 123 100,0
Sumber : data sekunder
Tabel 4.11 menunjukkan distribusi responden berdasarkan sosial budaya
yang paling banyak yaitu percaya sebanyak 87 orang atau (70,7%), sedangkan
yang tidak percaya yaitu sebanyak 36 orang(29,3%).
C. Analisis Bivariat
a. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Penolong
Persalinan.
Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian diperoleh distribusi penolong
persalinan menurut pengetahuan responden yang dapat di lihat di tabel 4.12
berikut:
Tabel 4.12
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011
Pengetahuan
Ibu
Penolong Persalinan
Jumlah
p
OR Non Nakes Nakes
n % n % n %
0,000
6,218
Kurang 72 87,8 10 12,2 82 100
Cukup 22 53,7 19 46,3 41 100
Jumlah 94 76,4 29 23,6 123 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.12 menunjukan bahwa sampel lebih banyak mempunyai
pengetahuan kurang yaitu sebanyak 82 sampel, dimana dalam persalinan paling
banyak di tolong oleh Non Nakes sebanyak 72 responden (87,8%), sedangkan
yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 41 sampel dimana dalam
persalinan paling banyak ditolong oleh Non Nakes sebanyak 22 responden
(53,7%). Hal ini menunjukan bahwa responden paling banyak memiliki
pengetahuan kurang dan lebih memilih ditolong oleh Non Nakes dalam
persalinan.
Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji statistic Chi- Square
dengan nilai p = 0.000 < α = 0,05. Dari hasil analisa nilai Odds Ratio (OR)
sebesar 6,218, artinya ibu bersalin dengan pengetahuan kurang kemungkinan
mempunyai peluang memilih dukun bayi sebanyak 6,218 kali dibandingkan ibu
dengan pengetahuan cukup.
Interpretasi :
Berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan
pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Molopatodu Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011.
b. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemilihan Penolong
persalinan.
Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian diperoleh distribusi penolong
persalinan menurut pendidikan responden yang dapat di lihat di tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011
Pendidikan
Ibu
Penolong Persalinan
Jumlah
p
OR Non Nakes Nakes
n % n % n %
0,000
6,906
Rendah 78 86,7 12 13,3 90 100
Tinggi 16 48,5 17 51,5 33 100
Jumlah 94 76,4 29 23,6 123 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.13 menunjukan bahwa sampel lebih banyak mempunyai
pendidikan rendah yaitu sebanyak 90 sampel, dimana dalam persalinan paling
banyak di tolong oleh Non Nakes sebanyak 78 responden (86,7%), sedangkan
yang tinggi sebanyak 33 sampel dimana dalam persalinan paling banyak ditolong
oleh Non Nakes sebanyak 16 responden (48,5%). Hal ini menunjukan bahwa
responden paling banyak pendidikan rendah dan lebih memilih ditolong oleh Non
Nakes dalam persalinan.
Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji statistic Chi- Square
dengan nilai p = 0.000 < α = 0.05. Dari hasil analisa nilai Odds Ratio (OR)
sebesar 6,907, artinya ibu bersalin dengan pendidikan rendah kemungkinan
mempunyai peluang memilih dukun bayi sebanyak 6,907 kali dibandingkan ibu
dengan pendidikan tinggi.
Interpretasi :
Berarti ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan
pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Molopatodu Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011.
c. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemilihan Penolong
Persalinan
Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian diperoleh distribusi penolong
persalinan menurut pendapatan responden yang dapat di lihat di tabel 4.14
berikut:
Tabel 4.14
Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011
Pendapatan
Keluarga
Penolong Persalinan
Jumlah
p
OR Non Nakes Nakes
n % n % n %
0,005
3,307
Kurang Mampu 71 83,5 14 16,5 85 100
Mampu 23 60,5 15 39,5 38 100
Jumlah 94 76,4 29 23,6 123 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.14 menunjukan bahwa sampel lebih banyak mempunyai
pendapatan keluarga yang kurang mampu yaitu sebanyak 85 sampel, dimana
dalam persalinan paling banyak di tolong oleh Non Nakes sebanyak 71 responden
(83,5%), sedangkan yang mampu sebanyak 38 sampel dimana dalam persalinan
paling banyak ditolong oleh dukun sebanyak 22 responden (60,5%). Hal ini
menunjukan bahwa responden paling banyak memiliki pendapatan keluarga yang
kurang mampu dan lebih memilih ditolong oleh Non Nakes dalam persalinan.
Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji statistic Chi- Square
dengan nilai p = 0.005 < α = 0.05, dengan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 3,307,
artinya ibu dengan pendapatan kurang mampu kemungkinan mempunyai peluang
memilih dukun bayi sebanyak 3,307 kali dibandingkan ibu dengan pendapatan
mampu.
Interpretasi :
Berarti ada hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan
pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Molopatodu Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011.
d. Hubungan Jarak ke Tempat Pelayanan Kesehatan dengan Pemilihan
penolong Persalinan
Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian diperoleh distribusi penolong
persalinan menurut jarak responden yang dapat di lihat di tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15
Hubungan Jarak Ke Tempat Pelayanan Kesehatan dengan Pemilihan
Penolong Persalinan
Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011
Jarak Ke Tempat
Pelayanan
Kesehatan
Penolong Persalinan
Jumlah
p
OR Non Nakes Nakes
n % n % n %
0,004
3,701
Tdk Terjangkau 55 87,3 8 12,7 63 100
Terjangkau 39 65.0 21 35,0 60 100
Jumlah 94 76,4 29 23,6 123 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.15 menunjukan bahwa sampel lebih banyak tidak
terjangkau yaitu sebanyak 73 sampel, dimana dalam persalinan paling banyak di
tolong oleh dukun sebanyak 55 responden (87,3%), sedangkan yang terjangkau
sebanyak 60 sampel dimana dalam persalinan paling banyak ditolong oleh dukun
sebanyak 39 responden (65%). Hal ini menunjukan bahwa responden paling
banyak tidak terjangkau dan lebih memilih ditolong oleh dukun dalam persalinan.
Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji statistic Chi- Square
dengan nilai p = 0.004 < α = 0.05. Dari hasil analisa nilai Odds Ratio (OR)
sebesar 3,701, artinya ibu dengan jarak tidak terjangkau kemungkinan mempunyai
peluang memilih dukun bayi sebanyak 3,701 kali dibandingkan ibu dengan jarak
terjangkau.
Interpretasi :
Berarti ada hubungan yang signifikan antara jarak ke tempat pelayanan
kesehatan dengan pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Molopatodu
Kabupaten Gorontalo Tahun 2011.
e. Hubungan Sosial Budaya dengan Pemilihan Penolong Persalinan.
Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian diperoleh distribusi penolong
persalinan menurut sosial budaya responden yang dapat di lihat di tabel 4.16
berikut:
Tabel 4.16
Hubungan Sosial Budaya dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di
Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu
Kabupaten Gorontalo
Tahun 2011
Sosial Budaya
Penolong Persalinan
Jumlah
p
OR Non Nakes Nakes
n % n % n % 0,010
3,055
Percaya 72 82,8 15 17,2 87 100
Tidak Percaya 22 61,1 14 38,9 36 100
Jumlah 94 76,4 29 23,6 123 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.16 menunjukan bahwa sampel lebih banyak percaya
yaitu sebanyak 87 sampel, dimana dalam persalinan paling banyak di tolong oleh
dukun sebanyak 72 responden (82,8%), sedangkan yang Tidak percaya sebanyak
36 sampel dimana dalam persalinan paling banyak ditolong oleh dukun sebanyak
22 responden (61,1%). Hal ini menunjukan bahwa responden paling banyak
percaya dan lebih memilih ditolong oleh dukun dalam persalinan.
Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji statistic Chi- Square
dengan nilai p = 0.010 < α = 0.05. Dari hasil analisa nilai Odds Ratio (OR)
sebesar 3,055, artinya ibu yang percaya dengan sosial budaya kemungkinan
mempunyai peluang memilih dukun bayi sebanyak 3,055 kali dibandingkan ibu
yang tidak percaya dengan sosial budaya.
Interpretasi :
Berarti ada hubungan yang signifikan antara sosial budaya dengan pemilihan
penolong persalinan di Puskesmas Molopatodu Kabupaten Gorontalo Tahun
2011.
4.2 Pembahasan
1. Tingkat Pengetahuan Ibu
Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel 4.12 maka
diperoleh p value (0.000 < α 0.05) ini berarti bahwa H0 ditolak atau ada hubungan
pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan di Puskesmas
Molopatodu.
Keadaan ini mencerminkan bahwa secara parsial mempunyai keeratan
hubungan pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan, artinya semakin
tinggi pengetahuan ibu maka cenderung ibu memilih penolong persalinan pada
bidan atau tenaga medis. Pengetahuan yang dimiliki oleh ibu hamil tentang
pemilihan persalinan akan mempengaruhi dirinya dalam bertindak untuk
menghindari kejadian yang beresiko.
Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka
perubahan pola fikir dan perilaku dalam masyarakat. Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Budderudin, 2002).
Ibu yang melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Molopatodu, pengetahuan
mereka kurang karena rata-rata pendidikan mereka adalah SD, hal ini diakibatkan
oleh faktor sekolah yang jauh sehingga mereka sulit menjangkau sekolah dan
mengakibatkan mereka tidak melanjutkan sekolah, serta minat ingin tahu dan
akses informasi di wilayah ini kurang sehingga ibu hamil tersebut kurang
memahami dan mengetahui bahaya atau akibat dari persalinan yang tidak
ditangani oleh tenaga kesehatan. Dan juga pengetahuan mereka kurang karena
didasari tempat tinggal mereka yang cukup jauh dari keramaian dan
keterjangkauan yang menyebabkan ketidak paparan informasi yang terbaru
tentang pentingnya kesehatan ibu dan anak. Namun ada beberapa ibu hamil yang
memilih ditolong oleh tenaga kesehatan karena memiliki jampersal (jaminan
persalinan).
Fakta lain yang ada pada ibu yakni meskipun mereka memiliki pengetahuan
cukup tetap saja memilih dukun sebagai penolong persalinan,berbagai alasan yang
dikemukakan oleh mereka untuk tidak memilih bidan sebagai penolong
persalinan,diantaranya yakni bidan terlalu muda, juga di karenakan tidak adanya
tenaga kesehatan atau bidan yang menetap di desa ,ketidak nyamanan dalam
pelayanan dan alat-alat yang digunakan dalam persalinan, biaya, serta adanya
kaitan kekeluargaan dengan dukun yang dipercayainya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliwanto
(2009) tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi pemilihan penolong persalinan
pada ibu hamil, Dengan hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan
antara pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan sebesar p = 0,020.
Pemanfaatan penolong persalinan oleh tenaga profesial (bidan) masih
sangat rendah dibandingkan dengan indikator yang diharapkan. Hal ini
disebabkan oleh faktor ibu seperti pengetahuan, sikap terhadap keputusan untuk
memanfaatkan tenaga ahli dalam pertolongan persalinan serta jangkauan ke
pelayanan kesehatan.
2. Tingkat Pendidikan Ibu
Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel 4.13 maka
diperoleh p value (0.000 < α 0.05) ini berarti bahwa H0 ditolak atau ada hubungan
pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan di Puskesmas
Molopatodu.
Pendidikan sangat penting bagi seseorang di mana pendidikan formal akan
membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan, teori dan logika,
pengetahuan umum, kemampuan analisis serta pengembangan kepribadian. Dalam
hubungannya dengan pelayanan kesehatan, bila seseorang mempunyai
pengetahuan dan pendidikan yang tinggi, maka akan mempercepat penerimaan
pesan-pesan, informasi yang disampaikan tentang manfaat dan jenis pelayanan
yang disediakan.
Di wilayah kerja Puskesmas Molopatodu pendidikan ibu rata-rata adalah SD
(74%) sehingga hal ini mempengaruhi pengetahuan dan sikap mereka dalam
menentukan pilihan penolong persalinan. Dengan demikian responden dengan
tingkat pendidikan rendah lebih cenderung untuk memilih pertolongan persalinan
oleh dukun bayi sedangkan responden dengan tingkat pendidikan yang lebih
tinggi memilih pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Hal ini bisa terjadi
karena di sekitar tempat tinggal mereka hanya ada sekolah dasar yang mudah di
jangkau olehnya. Sedangkan sekolah menengah lanjutan lainnya sangat jauh
untuk di jangkau.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan penolong persalinan
tidak berdasarkan tingkat pendidikan ibu sebab meskipun mereka ditolong oleh
bidan, mereka mengaku bahwa pemilihan bidan sebagai penolong persalinannya
bukan karena mereka tahu tentang persalinan yang baik dan sehat melainkan
karena alasan lain seperti, karena bidan tersebut yang memeriksa sejak awal atau
karena kelahiran anak-anak sebelumnya ditolong oleh bidan yang sama.
Pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dalam
memutuskan suatu hal, termasuk penentuan penolong persalinan. Pendidikan yang
kurang menyebabkan daya intelektualnya masih terbatas sehingga perilakunya
masih dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya sedangkan seseorang dengan tingkat
pendidikan lebih tinggi memiliki pandangan lebih luas tentang suatu hal dan lebih
mudah untuk menerima ide atau cara kehidupan baru.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Jakir dan Amiruddin (2007) yang
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Borong Kecamatan Sinjai Sulawesi
Selatan. Dalam penelitiannya mereka menyatakan bahwa pendidikan ibu
merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan penolong
persalinan. (p=0,000)
3. Pendapatan Keluarga
Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel 4.13 maka
diperoleh p value (0.005 < α 0.05) ini berarti bahwa H0 ditolak atau ada hubungan
pendapatan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan di Puskesmas
Molopatodu.
Berdasarkan data penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden
69,1 % termasuk dalam status kurang mampu dan 30,9 % responden termasuk
mampu. Sebagian besar responden yang termasuk dalam kurang mampu memilih
pertolongan persalinan oleh dukun bayi, sedangkan seluruh responden yang
mampu memilih pertolongan persalinan oleh bidan.
Responden yang termasuk dalam status kurang mampu cenderung tidak
mempunyai pendapatan keluarga yang memadai untuk memenuhi biaya pelayanan
pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan lain. Hal ini terjadi
karena biaya persalinan di dukun bayi cenderung lebih murah dibandingkan
dengan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan lain.
Dari hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa alasan responden
tidak memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya adalah
karena kondisi keuangan yang tidak memadai. Biaya persalinan yang dikeluarkan
bila ditolong oleh dukun bayi bisa dibayarkan beberapa kali setelah bayi lahir,
selain itu besar biaya yang harus dikeluarkan pasien tidak ditentukan. Mereka bisa
membayar sesuai dengan keikhlasan hati mereka.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukn oleh Latifah (2010)
tentang Faktor- faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan
pada ibu hamil, Dengan hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan
antara pendapatan dengan pemilihan penolong persalinan sebesar p = 0,000.
Di wilayah kerja Puskesmas Molopatodu Ibu yang mempunyai pendapatan
keluarganya tinggi cenderung lebih memilih bidan sebagai penolong persalinan
dibandingkan dukun bayi. Pemanfaatan bidan cenderung pada ibu dengan
pendapatan tinggi, sedangkan masyarakat dengan pendapatan rendah lebih
memilih dukun, hal ini karena masyarakat mempunyai persepsi bahwa
pertolongan persalinan pada bidan mahal dan masyarakat kurang percaya terhadap
pelayanan kesehatan bidan di desa, karena bidan terlalu muda dan belum menikah
sehingga belum mempunyai pengalaman terutama persalinan ibu melahirkan.
4. Jarak Ke tempat Pelayanan Kesehatan
Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel 4.14 maka
diperoleh p value (0.004 < α 0.05) ini berarti bahwa H0 ditolak atau ada hubungan
jarak ke tempat pelayanan kesehatan dengan pemilihan penolong persalinan di
Puskesmas Molopatodu.
Keterjangkauan didasarkan atas persepsi jarak dan ada tidaknya kendaraan
pribadi maupun umum untuk mencapai sarana kesehatan terdekat. Responden
yang memilih pertolongan persalinan oleh dukun bayi umumnya merupakan
masyarakat yang jarak rumahnya menuju tempat dukun bayi lebih dekat
sedangkan responden yang memilih pertolongan persalinan oleh bidan
membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mendapatkan pelayanan karena
jaraknya yang lebih jauh. Ketersediaan dan kemudahan menjangkau tempat
pelayanan, akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi merupakan salah satu
pertimbangan keluarga dalam pengambilan keputusan mencari tempat pelayanan
kesehatan.
Pada waktu memilih dukun bayi, jarak dari rumah ke tempat dukun tersebut
sangat mempengaruhi. Lebih nyaman melahirkan di rumah sendiri dengan
memanggil dukun bayi. Rumah dukun bayinya dekat sehingga lebih cepat datang
dari pada harus ke tempat lain yang lebih jauh, padahal bayinya sudah akan
keluar.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden diketahui
bahwa reponden yang tidak memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong
persalinannya beralasan karena letak rumahnya yang jauh dari sarana kesehatan
penolong persalinan. Alasan lain yang dikemukakan responden yaitu tidak
memiliki alat transportasi maupun alat komunikasi untuk menjemput /
menghubungi bidan di desa tersebut. Kendala itu akan semakin berat ketika
responden melahirkan pada malam hari.
Di Wilayah kerja Puskesmas Molopatodu Kebanyakan ibu hamil lebih
memilih Dukun bayi dengan alasan mereka merupakan tetangga sendiri, sikap
mereka terhadap masyarakat lebih baik, tiap hari dijenguk, bayinya dirawat
sampai umur 40 hari, jarak dukun dari rumah lebih dekat dan kurangnya
transportasi juga mempengaruhi pemilihan penolong persalinan pada dukun. Jalan
yang akan dilalui menuju puskesmas juga tidak memadai, sehingga memiliki
resiko terhadap ibu hamil, bahkan melewati beberapa kali sungai untuk bisa
sampai ke tempat sarana kesehatan.
Sebagian besar responden 35,0 % yang terjangkau aksesnya menuju sarana
kesehatan memilih bidan untuk menolong persalinan, dan sebagian besar 87,3 %
responden yang tidak terjangkau aksesnya memilih dukun bayi untuk menolong
persalinannya. Responden yang memilih pertolongan persalinan oleh dukun bayi
umumnya merupakan masyarakat yang jarak rumahnya menuju tempat dukun
bayi lebih dekat sedangkan responden yang memilih pertolongan persalinan oleh
bidan membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mendapatkan pelayanan
karena jaraknya yang lebih jauh. Ketersediaan dan kemudahan menjangkau
tempat pelayanan, akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi merupakan
salah satu pertimbangan keluarga dalam pengambilan keputusan mencari tempat
pelayanan kesehatan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukn oleh Amirudin (2006)
yang menyatakan bahwa ada hubungan jarak dengan pemilihan penolong
persalinan.
5. Sosial Budaya
Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel 4.15 maka
diperoleh p value (0.010 < α 0.05) ini berarti bahwa H0 ditolak atau ada hubungan
sosial budaya dengan pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Molopatodu.
Berdasarkan data yang diperoleh, 63,4% responden memilih pertolongan
persalinan oleh dukun bayi dan 36,6% memilih pertolongan persalinan oleh bidan.
Faktor budaya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pemilihan
penolong persalinan di desa–desa, mengingat ada beberapa desa yang terisolir dan
susah dijangkau oleh fasilitas kesehatan dan tenaga medis sehingga hal ini
membuka peluang bagi dukun bayi, serta akan menambah keperyaan masyarakat
terhadap dukun bayi.
Di wilayah kerja puskesmas Molopatodu, hampir seluruh masyarakat sangat
fanatik dengan budaya dan adat istiadatnya, sehingga bidan terkadang sulit
diterima. Keadaan ini mencerminkan bahwa masyarakat lebih memilih melahirkan
di dukun bayi dari pada bidan. Hal ini karena pertimbangan tradisi di desa mereka
yang sudah sejak dahulu jika melahirkan ditolong oleh dukun bayi. Selain itu
dukun bayi lebih cepat dipanggil, mudah dijangkau, biayanya lebih murah, serta
adanya hubungan yang akrab dan bersifat kekeluargaan dengan ibu-ibu yang
ditolongnya.
Masih banyak wanita negara berkembang khususnya di pedesaan lebih suka
memanfaatkan pelayanan tradisional dibanding fasilitas pelayanan kesehatan
modern. Dari segi sosial budaya masyarakat khususnya di daerah pedesaan,
kedudukan dukun bayi lebih terhormat, lebih tinggi kedudukannya dibanding
dengan bidan sehingga mulai dari pemeriksaan, pertolongan persalinan sampai
perawatan pasca persalinan banyak yang meminta pertolongan dukun bayi.
Masyarakat tersebut juga sudah secara turun temurun melahirkan di dukun bayi
dan menurut mereka tidak ada masalah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Latifah (2009)
yang menyatakan bahwa ada hubungan sosial budaya dengan pemilihan penolong
persalinan.