25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Penolong Persalinan di wilayah kerja Puskesmas Molopatodu Tahun 2011 dari tanggal 08 Oktober 08 November 2012. Dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pendidikan, pendapatan, jarak dan sosial budaya dengan pemilihan penolong persalian. Dimana data yang diambil yaitu data primer dan sekunder, data primer diperoleh melaui Kuisioner pada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari buku register. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Molopatodu, maka hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi penelitian dan akan dinarasikan sebagai berikut : A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Demografi. Wilayah kerja Puskesmas Molopatodu mempunyai luas wilayah kerja + 119, 6 KM 2 terdiri dari 10 desa yaitu : Liyoto, Molanihu, Kayumerah, Liyodu, Otopade, Owalanga, Batu layar, Batu loreng, Molas dan Molopatodu, dengan perbatasan sebagai berikut : Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bakti, Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bongohulawa, Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lobuto, Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bumela . Dari 10 Desa, ada 4 desa yang sulit dijangkau yaitu : Liyoto, Molanihu, Liyodu dan Kayumerah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/1828/10/2012-2-14201-841408013-bab4... · Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi umur responden

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan

Penolong Persalinan di wilayah kerja Puskesmas Molopatodu Tahun 2011 dari

tanggal 08 Oktober – 08 November 2012. Dengan tujuan untuk mengetahui

hubungan pengetahuan, pendidikan, pendapatan, jarak dan sosial budaya dengan

pemilihan penolong persalian. Dimana data yang diambil yaitu data primer dan

sekunder, data primer diperoleh melaui Kuisioner pada responden sedangkan data

sekunder diperoleh dari buku register.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Molopatodu, maka hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabel

distribusi dan frekuensi penelitian dan akan dinarasikan sebagai berikut :

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Demografi.

Wilayah kerja Puskesmas Molopatodu mempunyai luas wilayah kerja + 119,

6 KM2 terdiri dari 10 desa yaitu : Liyoto, Molanihu, Kayumerah, Liyodu,

Otopade, Owalanga, Batu layar, Batu loreng, Molas dan Molopatodu, dengan

perbatasan sebagai berikut : Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bakti, Sebelah

timur berbatasan dengan Desa Bongohulawa, Sebelah selatan berbatasan dengan

Desa Lobuto, Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bumela . Dari 10 Desa, ada 4

desa yang sulit dijangkau yaitu : Liyoto, Molanihu, Liyodu dan Kayumerah.

Iklim di wilayah kerja Kecamatan Molopatodu dipengaruhi oleh 2 musim

yakni musim Hujan dan musim Kemarau. Jumlah KK 3010 jiwa dan jumlah jiwa

sebanyak 9.985 jiwa.

Jumlah seluruh ibu melahirkan yang ada diwilayah kerja puskesmas

Molopatodu Kabupaten Gorontalo yakni 180 orangyang tercatat dari bulan januari

sampai bulan Desember 2012.

Dalam proses penelitian ini, peneliti melakukan penelitian dengan cara ikut

serta dalam pelayanan posyandu setiap harinya di 10 desa yang menjadi wilayah

kerja puskesmas tersebut selama sebulan. Selain itu peneliti juga mendatangi ibu-

ibu yang melahirkan pada tahun 2011 yang teregistrasi di puskesmas dan

mewawancarai langsung pada responden. Dalam penelitian ini peneliti

mendapatkan kendala yang ada di lapangan diantaranya yakni, akses jalan ke 4

desa yang sulit di jangkau itu harus melalui jalanan yang rusak, menyeberangi

sungai-sungai kecil. Responden yang kurang aktif dalam menjawab pertanyaan

sesuai yang tertera pada lembaran kuisioner. Dan yang menjadi kendala, terutama

tidak adanya bidan di 4 desa ini.

2. Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang bertugas di Wilayah Kerja Puskesmas Molopatodu

dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.1

Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Molopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2012

No Petugas Jumlah

1 Kepala Puskesmas 1

2 Dokter Puskesmas 2

3 Sarjana Kesmas 1

4 Bidan Koordinator 1

5 Bidan Desa 5

6 Perawat 4

7 Sanitasi 1

8 Petugas Gizi 2

9 Perawat Gigi 1

10 Sopir 1

11 Cilining Servis 1

12 Tenaga Magang 5

13 Abdi 5

Sumber : Data Sekunder

3. Sarana Kesehatan.

Sarana kesehatan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Molopatodu dapat

dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.2

Distribusi Sarana Kesehatan di Puskesmas Molopatodu

Kabupaten Gorontalo

2012

No Sarana Jumlah Ket

1 Poskesdes/Polindes 1 Baik

2 Pustu 4 1 Rusak

3 Posyandu 17 Cuma Numpang

4 Kenderaan Roda 4 1 Baik

5 Kenderaan Roda 2 5 Baik

Sumber : Data sekunder

B. Analisis Univariat

Dalam penelitian ini distribusi variabel responden yang diambil adalah

gambaran dari sampel yang antara lain terdiri umur, pendidikan, alamat,

pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, jarak dan sosial budaya yang didistribusikan

dalam bentuk univariat dan bivariat yang bisa dilihat dalam tabel-tabel berikut ini:

a. Distribusi Umur Responden berdasarkan Penolong Persalinan

Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi umur

responden berdasarkan penolong persalinan yang dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

Tabel 4.3

Distribusi Umur Responden Berdasarkan Penolong Persalinan

Di Wilayah Kerja PuskesmasMolopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011

Umur

(Tahun)

Penolong Persalinan Jumlah

Non Nakes Nakes

n % n % n %

15 – 19 14 78,0 4 22,0 18 100

20 – 24 53 83,0 11 17,0 64 100

25 – 29 27 77,0 8 23,0 35 100

30 – 34 0 0,0 0 0,0 0 0

35 – 39 5 83,3 1 16,7 6 100

Jumlah 99 76,4 24 23,6 123 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok umur

yang paling banyak yaitu pada umur 20-24 tahun sebanyak 64 responden dimana

yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 11 responden (17,0%) dan ditolong

oleh non tenga kesehatan sebanyak 53 responden (83,0%), sedangkan kelompok

umur terkecil yaitu pada umur 30-34 tahun sebanyak 0 %.

b. Distribusi Alamat Responden Berdasarkan Penolong Persalinan

Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi alamat

responden berdasarkan penolong persalinan yang dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

Tabel 4.4

Distribusi Alamat Responden Berdasarkan Penolong Persalinan

Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011

Alamat

Penolong Persalinan Jumlah

Non Nakes Nakes

n % n % n %

Molanihu 13 81,2 3 18,8 16 100

Molopatodu 12 70,6 5 29,4 17 100

Liyoto 9 75,0 3 25,0 12 100

Kayumerah 13 100 0 0 13 100

Liyodu 3 100 0 0 3 100

Otopade 6 50,0 6 50,0 12 100

Owalanga 6 66,7 3 33,3 9 100

Batu Layar 8 72,7 3 27,3 11 100

Batu Loreng 14 87,5 2 12,5 16 100

Molas 10 71,4 4 28,6 14 100

Jumlah 94 76,4 29 23,6 123 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.4 menunjukkan distribusi responden terbanyak untuk alamat

terdapat di desa Molopatodu yaitu sebanyak 17 responden, responden dimana

yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 5 responden (29,4%) dan ditolong

oleh non tenga kesehatan sebanyak 12 responden (70,6%)sedangkan distribusi

terendah terdapat di desa Liyodu sebanyak 3 responden dimana yang ditolong

oleh tenaga kesehatan sebanyak 0 responden (0%) dan ditolong oleh non tenga

kesehatan sebanyak 3 responden (100%).

c. Distribusi Pekerjaan Responden Berdasarkan Penolong Persalinan

Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi

pekerjaan responden berdasarkan penolong persalinan yang dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 4.5

Distribusi Pekerjaan Responden Berdasarkan Penolong Persalian

Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011

Pekerjaan

Penolong Persalinan Jumlah

Non Nakes Nakes

n % n % N %

IRT 82 83,7 16 16,3 98 100

Swasta 12 48,0 13 52,0 25 100

Jumlah 94 76,4 29 23,6 123 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.5 menunjukkan distribusi responden berdasarkan pekerjaan yang

paling banyak yaitu IRT sebanyak 98 orang atau, dimana yang ditolong oleh

tenaga kesehatan sebanyak 16 responden (16,3%) dan ditolong oleh non tenga

kesehatan sebanyak 82 responden (83,7%) sedangkan pekerjaan yang terkecil

yaitu swasta sebanyak 25 responden, dimana yang ditolong oleh tenaga kesehatan

sebanyak 13 responden (52,0%) dan ditolong oleh non tenga kesehatan sebanyak

12 responden (48,0%).

d. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Berdasarkan Penolong

Persalinan.

Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi tingkat

pendidikan responden berdasarkan penolong persalinan yang dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 4.6

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu

Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011

Pendidikan Ibu

Penolong Persalinan Jumlah

Non Nakes Nakes

n % n % n %

Tidak Tamat SD 16 100 0 0,0 16 100

SD 63 85,0 11 15,0 74 100

SMP 20 67,0 10 33,0 30 100

SMA 2 67,0 1 33,0 3 100

Jumlah 101 82,0 22 18,0 123 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.6 menunjukkan distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

yang paling banyak yaitu SD sebanyak 74 responden, dimana yang ditolong oleh

tenaga kesehatan sebanyak 11 responden (15,0%) dan ditolong oleh non tenaga

kesehatan sebanyak 63 responden (8,05%) sedangkan pendidikan yang terkecil

yaitu SMA sebanyak 3 responden, dimana yang ditolong oleh tenaga kesehatan

sebanyak 1 responden (33,0%) dan ditolong oleh non tenga kesehatan sebanyak 2

responden (67,0%).

e. Distribusi Responden Berdasarkan Penolong Persalinan

Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi

responden berdasarkan penolong persalinan yang dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

Tabel 4.7

Distribusi Responden Berdasarkan Penolong Persalinan

Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011

Penolong Persalinan Jumlah

n %

Non Nakes 94 76,4

Nakes 29 23,6

Jumlah 123 100,0

Sumber : Data Primer

Tabel 4.7 menunjukkan distribusi responden berdasarkan penolong

persalinan yang paling banyak yaitu Non Nakes sebanyak 94 orang atau (76,4%),

sedangkan yang terkecil yaitu Nakes sebanyak 29 orang(23,6 %).

f. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi

responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu yang dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut :

Tabel 4.8

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu

Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011

Tingkat Pengetahuan Ibu Jumlah

n %

Kurang 82 66,7

Cukup 41 33,3

Jumlah 123 100,0

Sumber : Data Primer

Tabel 4.8 menunjukkan distribusi responden berdasarkan pengetahuan Ibu

yang paling banyak yaitu kurang sebanyak 82 orang atau (66,7%), sedangkan

yang terkecil yaitu cukup sebanyak 41 orang(33,3 %).

g. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi

responden berdasarkan pendapata keluarga yang dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

Tabel 4.9

Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga

Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011

Pendapatan Keluarga Jumlah

n %

Kurang Mampu

(< Rp. 762.500) 85 69,1

Mampu

(≥Rp. 762.500) 38 30,9

Jumlah 123 100,0

Sumber : Data Primer

Tabel 4.9 menunjukkan distribusi responden berdasarkan pendapatan

keluarga yang paling banyak yaitu kurang mampu sebanyak 85 orang atau

(69,1%), sedangkan yang mampu sebanyak 38 orang(30,9%).

h. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Ke Tempat Pelayanan

Kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi

responden berdasarkan jarak ketempat pelayanan kesehatan yang dapat dilihat

pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.10

Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Ke Tempat Pelayan kesehatan

Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011

Jarak Ke tempat Pelayanan

Kesehatan

Jumlah

n %

Tidak terjangkau 63 51, 2

Terjangkau 60 48,8

Jumlah 123 100,0

Sumber : data sekunder

Tabel 4.10 menunjukkan distribusi responden berdasarkan jarak ke tempat

pelayanan kesehatan yang paling banyak yaitu tidak terjangkau sebanyak 63 orang

atau (51,2%), sedangkan yang terjangkau yaitu sebanyak 60 orang(48,8%).

i. Distribusi Responden Berdasarkan Sosial Budaya.

Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner diperoleh distribusi

responden berdasarkan sosial budaya yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut

Tabel 4.11

Distribusi Responden Berdasarkan Sosial Budaya

Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011

Sosial Budaya Jumlah

n %

Percaya 87 70,7

Tidak percaya 36 29,3

Jumlah 123 100,0

Sumber : data sekunder

Tabel 4.11 menunjukkan distribusi responden berdasarkan sosial budaya

yang paling banyak yaitu percaya sebanyak 87 orang atau (70,7%), sedangkan

yang tidak percaya yaitu sebanyak 36 orang(29,3%).

C. Analisis Bivariat

a. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Penolong

Persalinan.

Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian diperoleh distribusi penolong

persalinan menurut pengetahuan responden yang dapat di lihat di tabel 4.12

berikut:

Tabel 4.12

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan

Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011

Pengetahuan

Ibu

Penolong Persalinan

Jumlah

p

OR Non Nakes Nakes

n % n % n %

0,000

6,218

Kurang 72 87,8 10 12,2 82 100

Cukup 22 53,7 19 46,3 41 100

Jumlah 94 76,4 29 23,6 123 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukan bahwa sampel lebih banyak mempunyai

pengetahuan kurang yaitu sebanyak 82 sampel, dimana dalam persalinan paling

banyak di tolong oleh Non Nakes sebanyak 72 responden (87,8%), sedangkan

yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 41 sampel dimana dalam

persalinan paling banyak ditolong oleh Non Nakes sebanyak 22 responden

(53,7%). Hal ini menunjukan bahwa responden paling banyak memiliki

pengetahuan kurang dan lebih memilih ditolong oleh Non Nakes dalam

persalinan.

Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji statistic Chi- Square

dengan nilai p = 0.000 < α = 0,05. Dari hasil analisa nilai Odds Ratio (OR)

sebesar 6,218, artinya ibu bersalin dengan pengetahuan kurang kemungkinan

mempunyai peluang memilih dukun bayi sebanyak 6,218 kali dibandingkan ibu

dengan pengetahuan cukup.

Interpretasi :

Berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan

pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Molopatodu Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011.

b. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemilihan Penolong

persalinan.

Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian diperoleh distribusi penolong

persalinan menurut pendidikan responden yang dapat di lihat di tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13

Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemilihan Penolong Persalinan

Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011

Pendidikan

Ibu

Penolong Persalinan

Jumlah

p

OR Non Nakes Nakes

n % n % n %

0,000

6,906

Rendah 78 86,7 12 13,3 90 100

Tinggi 16 48,5 17 51,5 33 100

Jumlah 94 76,4 29 23,6 123 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.13 menunjukan bahwa sampel lebih banyak mempunyai

pendidikan rendah yaitu sebanyak 90 sampel, dimana dalam persalinan paling

banyak di tolong oleh Non Nakes sebanyak 78 responden (86,7%), sedangkan

yang tinggi sebanyak 33 sampel dimana dalam persalinan paling banyak ditolong

oleh Non Nakes sebanyak 16 responden (48,5%). Hal ini menunjukan bahwa

responden paling banyak pendidikan rendah dan lebih memilih ditolong oleh Non

Nakes dalam persalinan.

Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji statistic Chi- Square

dengan nilai p = 0.000 < α = 0.05. Dari hasil analisa nilai Odds Ratio (OR)

sebesar 6,907, artinya ibu bersalin dengan pendidikan rendah kemungkinan

mempunyai peluang memilih dukun bayi sebanyak 6,907 kali dibandingkan ibu

dengan pendidikan tinggi.

Interpretasi :

Berarti ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan

pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Molopatodu Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011.

c. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemilihan Penolong

Persalinan

Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian diperoleh distribusi penolong

persalinan menurut pendapatan responden yang dapat di lihat di tabel 4.14

berikut:

Tabel 4.14

Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemilihan Penolong Persalinan

Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011

Pendapatan

Keluarga

Penolong Persalinan

Jumlah

p

OR Non Nakes Nakes

n % n % n %

0,005

3,307

Kurang Mampu 71 83,5 14 16,5 85 100

Mampu 23 60,5 15 39,5 38 100

Jumlah 94 76,4 29 23,6 123 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.14 menunjukan bahwa sampel lebih banyak mempunyai

pendapatan keluarga yang kurang mampu yaitu sebanyak 85 sampel, dimana

dalam persalinan paling banyak di tolong oleh Non Nakes sebanyak 71 responden

(83,5%), sedangkan yang mampu sebanyak 38 sampel dimana dalam persalinan

paling banyak ditolong oleh dukun sebanyak 22 responden (60,5%). Hal ini

menunjukan bahwa responden paling banyak memiliki pendapatan keluarga yang

kurang mampu dan lebih memilih ditolong oleh Non Nakes dalam persalinan.

Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji statistic Chi- Square

dengan nilai p = 0.005 < α = 0.05, dengan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 3,307,

artinya ibu dengan pendapatan kurang mampu kemungkinan mempunyai peluang

memilih dukun bayi sebanyak 3,307 kali dibandingkan ibu dengan pendapatan

mampu.

Interpretasi :

Berarti ada hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan

pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Molopatodu Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011.

d. Hubungan Jarak ke Tempat Pelayanan Kesehatan dengan Pemilihan

penolong Persalinan

Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian diperoleh distribusi penolong

persalinan menurut jarak responden yang dapat di lihat di tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15

Hubungan Jarak Ke Tempat Pelayanan Kesehatan dengan Pemilihan

Penolong Persalinan

Di Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011

Jarak Ke Tempat

Pelayanan

Kesehatan

Penolong Persalinan

Jumlah

p

OR Non Nakes Nakes

n % n % n %

0,004

3,701

Tdk Terjangkau 55 87,3 8 12,7 63 100

Terjangkau 39 65.0 21 35,0 60 100

Jumlah 94 76,4 29 23,6 123 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.15 menunjukan bahwa sampel lebih banyak tidak

terjangkau yaitu sebanyak 73 sampel, dimana dalam persalinan paling banyak di

tolong oleh dukun sebanyak 55 responden (87,3%), sedangkan yang terjangkau

sebanyak 60 sampel dimana dalam persalinan paling banyak ditolong oleh dukun

sebanyak 39 responden (65%). Hal ini menunjukan bahwa responden paling

banyak tidak terjangkau dan lebih memilih ditolong oleh dukun dalam persalinan.

Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji statistic Chi- Square

dengan nilai p = 0.004 < α = 0.05. Dari hasil analisa nilai Odds Ratio (OR)

sebesar 3,701, artinya ibu dengan jarak tidak terjangkau kemungkinan mempunyai

peluang memilih dukun bayi sebanyak 3,701 kali dibandingkan ibu dengan jarak

terjangkau.

Interpretasi :

Berarti ada hubungan yang signifikan antara jarak ke tempat pelayanan

kesehatan dengan pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Molopatodu

Kabupaten Gorontalo Tahun 2011.

e. Hubungan Sosial Budaya dengan Pemilihan Penolong Persalinan.

Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian diperoleh distribusi penolong

persalinan menurut sosial budaya responden yang dapat di lihat di tabel 4.16

berikut:

Tabel 4.16

Hubungan Sosial Budaya dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di

Wilayah kerja PuskesmasMolopatodu

Kabupaten Gorontalo

Tahun 2011

Sosial Budaya

Penolong Persalinan

Jumlah

p

OR Non Nakes Nakes

n % n % n % 0,010

3,055

Percaya 72 82,8 15 17,2 87 100

Tidak Percaya 22 61,1 14 38,9 36 100

Jumlah 94 76,4 29 23,6 123 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.16 menunjukan bahwa sampel lebih banyak percaya

yaitu sebanyak 87 sampel, dimana dalam persalinan paling banyak di tolong oleh

dukun sebanyak 72 responden (82,8%), sedangkan yang Tidak percaya sebanyak

36 sampel dimana dalam persalinan paling banyak ditolong oleh dukun sebanyak

22 responden (61,1%). Hal ini menunjukan bahwa responden paling banyak

percaya dan lebih memilih ditolong oleh dukun dalam persalinan.

Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji statistic Chi- Square

dengan nilai p = 0.010 < α = 0.05. Dari hasil analisa nilai Odds Ratio (OR)

sebesar 3,055, artinya ibu yang percaya dengan sosial budaya kemungkinan

mempunyai peluang memilih dukun bayi sebanyak 3,055 kali dibandingkan ibu

yang tidak percaya dengan sosial budaya.

Interpretasi :

Berarti ada hubungan yang signifikan antara sosial budaya dengan pemilihan

penolong persalinan di Puskesmas Molopatodu Kabupaten Gorontalo Tahun

2011.

4.2 Pembahasan

1. Tingkat Pengetahuan Ibu

Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel 4.12 maka

diperoleh p value (0.000 < α 0.05) ini berarti bahwa H0 ditolak atau ada hubungan

pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan di Puskesmas

Molopatodu.

Keadaan ini mencerminkan bahwa secara parsial mempunyai keeratan

hubungan pengetahuan dengan pemilihan penolong persalinan, artinya semakin

tinggi pengetahuan ibu maka cenderung ibu memilih penolong persalinan pada

bidan atau tenaga medis. Pengetahuan yang dimiliki oleh ibu hamil tentang

pemilihan persalinan akan mempengaruhi dirinya dalam bertindak untuk

menghindari kejadian yang beresiko.

Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka

perubahan pola fikir dan perilaku dalam masyarakat. Pengetahuan merupakan

hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Budderudin, 2002).

Ibu yang melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Molopatodu, pengetahuan

mereka kurang karena rata-rata pendidikan mereka adalah SD, hal ini diakibatkan

oleh faktor sekolah yang jauh sehingga mereka sulit menjangkau sekolah dan

mengakibatkan mereka tidak melanjutkan sekolah, serta minat ingin tahu dan

akses informasi di wilayah ini kurang sehingga ibu hamil tersebut kurang

memahami dan mengetahui bahaya atau akibat dari persalinan yang tidak

ditangani oleh tenaga kesehatan. Dan juga pengetahuan mereka kurang karena

didasari tempat tinggal mereka yang cukup jauh dari keramaian dan

keterjangkauan yang menyebabkan ketidak paparan informasi yang terbaru

tentang pentingnya kesehatan ibu dan anak. Namun ada beberapa ibu hamil yang

memilih ditolong oleh tenaga kesehatan karena memiliki jampersal (jaminan

persalinan).

Fakta lain yang ada pada ibu yakni meskipun mereka memiliki pengetahuan

cukup tetap saja memilih dukun sebagai penolong persalinan,berbagai alasan yang

dikemukakan oleh mereka untuk tidak memilih bidan sebagai penolong

persalinan,diantaranya yakni bidan terlalu muda, juga di karenakan tidak adanya

tenaga kesehatan atau bidan yang menetap di desa ,ketidak nyamanan dalam

pelayanan dan alat-alat yang digunakan dalam persalinan, biaya, serta adanya

kaitan kekeluargaan dengan dukun yang dipercayainya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliwanto

(2009) tentang Faktor- faktor yang mempengaruhi pemilihan penolong persalinan

pada ibu hamil, Dengan hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan

antara pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan sebesar p = 0,020.

Pemanfaatan penolong persalinan oleh tenaga profesial (bidan) masih

sangat rendah dibandingkan dengan indikator yang diharapkan. Hal ini

disebabkan oleh faktor ibu seperti pengetahuan, sikap terhadap keputusan untuk

memanfaatkan tenaga ahli dalam pertolongan persalinan serta jangkauan ke

pelayanan kesehatan.

2. Tingkat Pendidikan Ibu

Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel 4.13 maka

diperoleh p value (0.000 < α 0.05) ini berarti bahwa H0 ditolak atau ada hubungan

pengetahuan ibu dengan pemilihan penolong persalinan di Puskesmas

Molopatodu.

Pendidikan sangat penting bagi seseorang di mana pendidikan formal akan

membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan, teori dan logika,

pengetahuan umum, kemampuan analisis serta pengembangan kepribadian. Dalam

hubungannya dengan pelayanan kesehatan, bila seseorang mempunyai

pengetahuan dan pendidikan yang tinggi, maka akan mempercepat penerimaan

pesan-pesan, informasi yang disampaikan tentang manfaat dan jenis pelayanan

yang disediakan.

Di wilayah kerja Puskesmas Molopatodu pendidikan ibu rata-rata adalah SD

(74%) sehingga hal ini mempengaruhi pengetahuan dan sikap mereka dalam

menentukan pilihan penolong persalinan. Dengan demikian responden dengan

tingkat pendidikan rendah lebih cenderung untuk memilih pertolongan persalinan

oleh dukun bayi sedangkan responden dengan tingkat pendidikan yang lebih

tinggi memilih pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Hal ini bisa terjadi

karena di sekitar tempat tinggal mereka hanya ada sekolah dasar yang mudah di

jangkau olehnya. Sedangkan sekolah menengah lanjutan lainnya sangat jauh

untuk di jangkau.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan penolong persalinan

tidak berdasarkan tingkat pendidikan ibu sebab meskipun mereka ditolong oleh

bidan, mereka mengaku bahwa pemilihan bidan sebagai penolong persalinannya

bukan karena mereka tahu tentang persalinan yang baik dan sehat melainkan

karena alasan lain seperti, karena bidan tersebut yang memeriksa sejak awal atau

karena kelahiran anak-anak sebelumnya ditolong oleh bidan yang sama.

Pendidikan dapat mempengaruhi daya intelektual seseorang dalam

memutuskan suatu hal, termasuk penentuan penolong persalinan. Pendidikan yang

kurang menyebabkan daya intelektualnya masih terbatas sehingga perilakunya

masih dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya sedangkan seseorang dengan tingkat

pendidikan lebih tinggi memiliki pandangan lebih luas tentang suatu hal dan lebih

mudah untuk menerima ide atau cara kehidupan baru.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Jakir dan Amiruddin (2007) yang

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Borong Kecamatan Sinjai Sulawesi

Selatan. Dalam penelitiannya mereka menyatakan bahwa pendidikan ibu

merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan penolong

persalinan. (p=0,000)

3. Pendapatan Keluarga

Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel 4.13 maka

diperoleh p value (0.005 < α 0.05) ini berarti bahwa H0 ditolak atau ada hubungan

pendapatan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan di Puskesmas

Molopatodu.

Berdasarkan data penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden

69,1 % termasuk dalam status kurang mampu dan 30,9 % responden termasuk

mampu. Sebagian besar responden yang termasuk dalam kurang mampu memilih

pertolongan persalinan oleh dukun bayi, sedangkan seluruh responden yang

mampu memilih pertolongan persalinan oleh bidan.

Responden yang termasuk dalam status kurang mampu cenderung tidak

mempunyai pendapatan keluarga yang memadai untuk memenuhi biaya pelayanan

pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan lain. Hal ini terjadi

karena biaya persalinan di dukun bayi cenderung lebih murah dibandingkan

dengan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan lain.

Dari hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa alasan responden

tidak memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya adalah

karena kondisi keuangan yang tidak memadai. Biaya persalinan yang dikeluarkan

bila ditolong oleh dukun bayi bisa dibayarkan beberapa kali setelah bayi lahir,

selain itu besar biaya yang harus dikeluarkan pasien tidak ditentukan. Mereka bisa

membayar sesuai dengan keikhlasan hati mereka.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukn oleh Latifah (2010)

tentang Faktor- faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan

pada ibu hamil, Dengan hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan

antara pendapatan dengan pemilihan penolong persalinan sebesar p = 0,000.

Di wilayah kerja Puskesmas Molopatodu Ibu yang mempunyai pendapatan

keluarganya tinggi cenderung lebih memilih bidan sebagai penolong persalinan

dibandingkan dukun bayi. Pemanfaatan bidan cenderung pada ibu dengan

pendapatan tinggi, sedangkan masyarakat dengan pendapatan rendah lebih

memilih dukun, hal ini karena masyarakat mempunyai persepsi bahwa

pertolongan persalinan pada bidan mahal dan masyarakat kurang percaya terhadap

pelayanan kesehatan bidan di desa, karena bidan terlalu muda dan belum menikah

sehingga belum mempunyai pengalaman terutama persalinan ibu melahirkan.

4. Jarak Ke tempat Pelayanan Kesehatan

Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel 4.14 maka

diperoleh p value (0.004 < α 0.05) ini berarti bahwa H0 ditolak atau ada hubungan

jarak ke tempat pelayanan kesehatan dengan pemilihan penolong persalinan di

Puskesmas Molopatodu.

Keterjangkauan didasarkan atas persepsi jarak dan ada tidaknya kendaraan

pribadi maupun umum untuk mencapai sarana kesehatan terdekat. Responden

yang memilih pertolongan persalinan oleh dukun bayi umumnya merupakan

masyarakat yang jarak rumahnya menuju tempat dukun bayi lebih dekat

sedangkan responden yang memilih pertolongan persalinan oleh bidan

membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mendapatkan pelayanan karena

jaraknya yang lebih jauh. Ketersediaan dan kemudahan menjangkau tempat

pelayanan, akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi merupakan salah satu

pertimbangan keluarga dalam pengambilan keputusan mencari tempat pelayanan

kesehatan.

Pada waktu memilih dukun bayi, jarak dari rumah ke tempat dukun tersebut

sangat mempengaruhi. Lebih nyaman melahirkan di rumah sendiri dengan

memanggil dukun bayi. Rumah dukun bayinya dekat sehingga lebih cepat datang

dari pada harus ke tempat lain yang lebih jauh, padahal bayinya sudah akan

keluar.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden diketahui

bahwa reponden yang tidak memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinannya beralasan karena letak rumahnya yang jauh dari sarana kesehatan

penolong persalinan. Alasan lain yang dikemukakan responden yaitu tidak

memiliki alat transportasi maupun alat komunikasi untuk menjemput /

menghubungi bidan di desa tersebut. Kendala itu akan semakin berat ketika

responden melahirkan pada malam hari.

Di Wilayah kerja Puskesmas Molopatodu Kebanyakan ibu hamil lebih

memilih Dukun bayi dengan alasan mereka merupakan tetangga sendiri, sikap

mereka terhadap masyarakat lebih baik, tiap hari dijenguk, bayinya dirawat

sampai umur 40 hari, jarak dukun dari rumah lebih dekat dan kurangnya

transportasi juga mempengaruhi pemilihan penolong persalinan pada dukun. Jalan

yang akan dilalui menuju puskesmas juga tidak memadai, sehingga memiliki

resiko terhadap ibu hamil, bahkan melewati beberapa kali sungai untuk bisa

sampai ke tempat sarana kesehatan.

Sebagian besar responden 35,0 % yang terjangkau aksesnya menuju sarana

kesehatan memilih bidan untuk menolong persalinan, dan sebagian besar 87,3 %

responden yang tidak terjangkau aksesnya memilih dukun bayi untuk menolong

persalinannya. Responden yang memilih pertolongan persalinan oleh dukun bayi

umumnya merupakan masyarakat yang jarak rumahnya menuju tempat dukun

bayi lebih dekat sedangkan responden yang memilih pertolongan persalinan oleh

bidan membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mendapatkan pelayanan

karena jaraknya yang lebih jauh. Ketersediaan dan kemudahan menjangkau

tempat pelayanan, akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi merupakan

salah satu pertimbangan keluarga dalam pengambilan keputusan mencari tempat

pelayanan kesehatan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukn oleh Amirudin (2006)

yang menyatakan bahwa ada hubungan jarak dengan pemilihan penolong

persalinan.

5. Sosial Budaya

Analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square pada tabel 4.15 maka

diperoleh p value (0.010 < α 0.05) ini berarti bahwa H0 ditolak atau ada hubungan

sosial budaya dengan pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Molopatodu.

Berdasarkan data yang diperoleh, 63,4% responden memilih pertolongan

persalinan oleh dukun bayi dan 36,6% memilih pertolongan persalinan oleh bidan.

Faktor budaya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pemilihan

penolong persalinan di desa–desa, mengingat ada beberapa desa yang terisolir dan

susah dijangkau oleh fasilitas kesehatan dan tenaga medis sehingga hal ini

membuka peluang bagi dukun bayi, serta akan menambah keperyaan masyarakat

terhadap dukun bayi.

Di wilayah kerja puskesmas Molopatodu, hampir seluruh masyarakat sangat

fanatik dengan budaya dan adat istiadatnya, sehingga bidan terkadang sulit

diterima. Keadaan ini mencerminkan bahwa masyarakat lebih memilih melahirkan

di dukun bayi dari pada bidan. Hal ini karena pertimbangan tradisi di desa mereka

yang sudah sejak dahulu jika melahirkan ditolong oleh dukun bayi. Selain itu

dukun bayi lebih cepat dipanggil, mudah dijangkau, biayanya lebih murah, serta

adanya hubungan yang akrab dan bersifat kekeluargaan dengan ibu-ibu yang

ditolongnya.

Masih banyak wanita negara berkembang khususnya di pedesaan lebih suka

memanfaatkan pelayanan tradisional dibanding fasilitas pelayanan kesehatan

modern. Dari segi sosial budaya masyarakat khususnya di daerah pedesaan,

kedudukan dukun bayi lebih terhormat, lebih tinggi kedudukannya dibanding

dengan bidan sehingga mulai dari pemeriksaan, pertolongan persalinan sampai

perawatan pasca persalinan banyak yang meminta pertolongan dukun bayi.

Masyarakat tersebut juga sudah secara turun temurun melahirkan di dukun bayi

dan menurut mereka tidak ada masalah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Latifah (2009)

yang menyatakan bahwa ada hubungan sosial budaya dengan pemilihan penolong

persalinan.