29
76 Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN Berdasar pada permasalahan yang telah dikemukakan terdahulu, penulis berupaya menjawab pertanyaan permasalahan tersebut dengan menyusun metode penelitian yang meliputi metode dan desain penelitian, definisi operasional, tempat sumber data dan waktu penelitian, paradigma penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan instrumen penelitian yang dipaparkan berikut ini. A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologis. Hal ini dilakukan mengingat penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan strategi tindak tutur direktif guru (selanjutnya disingkat STTDG) dalam pembelajaran dan respons warna afektif siswa (selanjutnya disingkat RWAS) terhadap tuturan tersebut secara alami berdasarkan fenomena yang terjadi. Sejalan dengan fungsi metode fenomenologis yang digunakan untuk mengungkap konsep atau fenomena yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dalam situasi yang alami atau natural. Secara konseptual, metode fenomenologis (Cresswell, 1998:51) adalah studi yang menggambarkan arti sebuah pengalaman hidup untuk beberapa orang tentang konsep atau fenomena. Fenomena yang menjadi fokus dalam penelitian ini ialah tindak tutur direktif guru terhadap siswa. Dalam hal ini, peneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam merealisasikan tindak tutur direktif guru kepada siswa. Setelah itu, diidentifikasi respon warna afektif atau emosi siswa terhadap STTDG tersebut. Selanjutnya, hasil penelitian yang berupa STTDG yang berespons warna afektif positif diimplementasikan dalam sebuah model pembelajaran. Oleh karena

BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

76

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Berdasar pada permasalahan yang telah dikemukakan terdahulu, penulis

berupaya menjawab pertanyaan permasalahan tersebut dengan menyusun metode

penelitian yang meliputi metode dan desain penelitian, definisi operasional,

tempat sumber data dan waktu penelitian, paradigma penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, dan instrumen penelitian yang dipaparkan

berikut ini.

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

fenomenologis. Hal ini dilakukan mengingat penelitian bertujuan untuk

mendeskripsikan strategi tindak tutur direktif guru (selanjutnya disingkat

STTDG) dalam pembelajaran dan respons warna afektif siswa (selanjutnya

disingkat RWAS) terhadap tuturan tersebut secara alami berdasarkan fenomena

yang terjadi. Sejalan dengan fungsi metode fenomenologis yang digunakan untuk

mengungkap konsep atau fenomena yang didasari oleh kesadaran yang terjadi

pada beberapa individu. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dalam situasi yang

alami atau natural. Secara konseptual, metode fenomenologis (Cresswell,

1998:51) adalah studi yang menggambarkan arti sebuah pengalaman hidup untuk

beberapa orang tentang konsep atau fenomena. Fenomena yang menjadi fokus

dalam penelitian ini ialah tindak tutur direktif guru terhadap siswa. Dalam hal ini,

peneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam

merealisasikan tindak tutur direktif guru kepada siswa. Setelah itu, diidentifikasi

respon warna afektif atau emosi siswa terhadap STTDG tersebut.

Selanjutnya, hasil penelitian yang berupa STTDG yang berespons warna

afektif positif diimplementasikan dalam sebuah model pembelajaran. Oleh karena

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

77

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

itu, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif (McMillan,

2008; Sugiyono, 2012; Sukmadinata, 2012).

Penelitian kualitatif ditujukan untuk mamahami fenomena sosial dari sudut

perspektif partisipan (Sukmadinata, 2012). Partisipan dalam penelitian ini ialah

guru dan siswa, mereka diobservasi dan diajak berwawancara. Adapun yang

diobservasi adalah tuturan guru dan perilaku peserta didik sebagai respons warna

afektif atau emosi mereka terhadap tuturan gugu tersebut. Setelah pembelajaran,

peneliti melakukan wawancara untuk pengecekan dan klarifikasi terhadap data

yang teramati. Mengingat karakteristik penelitian kualitatif adalah naturalistik,

induktif, holistik, maka pemerian data berdasarkan perspektif partisipan,

kontekstual, dan emik perspektif (Fraenkel, dkk, 2012).

Metode deskriptif melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik

populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual, dan

cermat (Iqbal, 2002). Data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk

bilangan atau angka statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif yang dinyatakan

dalam kata-kata. Selain itu, penelitian ini menekankan kepada kepercayaan

terhadap apa yang dilihat dan didengar sehingga bersifat netral (Iqbal, 2002).

Temuan dalam penelitian kualitatif ini kemudian diimplementasikan

dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model sinektik

(Joyce, dkk. 2012: 243). Mengapa model ini yang dipilih? Model pembelajaran ini

menuntut strategi berpikir kreatif siswa melalui analogi yang dikondisikan oleh

guru. Dengan demikian, guru dituntut untuk bertutur direktif yang dapat

menimbulkan respons warna afektif positif pada positif siswa sehingga dapat

membangkitkan kreativitas berpikir mereka.

Model sinektik dikembangkan dari beberapa asumsi tentang psikologi

kreativitas (Gordon dalam Joyce, dkk.,2012). Asumsi pertama, dengan membawa

proses kreatif menuju kesadaran dan dengan mengembangkan bantuan-bantuan

eksplisit menuju kerativitas, kita dapat langsung meningkatkan kapasitas kreatif

secara individu atau kelompok; kedua, komponen emosional lebih penting

daripada intelektual, irasional lebih penting daripada rasional; dan ketiga, unsur-

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

78

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

unsur emosional, irasional harus dipahami dalam rangka meningkatkan

kemungkinan sukses dalam situasi pemecahan masalah. Ketiga asumsi tersebut

diimplementasikan dalam pembelajaran dengan aktivitas metafora yang

dikondisikan guru dengan tuturan direktifnya. Strategi sinektik menggunakan

aktivitas metafora untuk mengembangkan imajinasi dan wawasan peserta didik

melalui tiga analogi, yaitu analogi personal (personal analogy), analogi langsung

(direct analogy), dan konflik padat (compressed conflict). Adapun model sinektik

ini akan diterapkan dalam pembelajaran menulis dengan sintaks yang tertera

dalam instrumen penelitian.

B. Definisi Operasional

Untuk kejelasan terhadap beberapa konsep yang digunakan dalam judul

penelitian ini, berikut penulis uraikan definisi operasional yang menjadi

variabel penelitian.

1. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya

agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam

tuturannya. Tindak tutur direktif disebut juga dengan tindak tutur

impositif. Yang termasuk ke dalam tindak tutur jenis ini antara lain

tuturan meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak,

menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon, menantang,

memberi aba-aba. Indikator dari tuturan direktif adalah adanya suatu

tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan

tersebut.

2. Fungsi komunikasi dalam tindak tutur direktif adalah maksud yang

terkandung dalam setiap tuturan direktif, seperti meminta, mengajak,

memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah,

mendesak, memohon, menantang,dan memberi aba-aba.

3. Strategi tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran adalah bentuk/

struktur lingual atau modus serta fungsi komunikasi dalam tuturan guru

yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

79

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

oleh mitra tutur (peserta didik), meliputi tindak tutur langsung (direct) dan

tindak tutur tidak langsung (indirect). Strategi langsung dan tidak

langsungnya tuturan berkaitan dengan kesesuaian antara struktur tuturan

dengan fungsi tuturan. Yule (1996:95) menjelaskan bahwa ada tiga bentuk

struktur, yaitu deklaratif, imperative, dan interogatif (Wijana

menyebutnya dengan modus, 1996) dan tiga fungsi komunikasi umum,

yakni pernyataan, pertanyaan, dan perintah/permohonan. Apabila ada

hubungan langsung antara struktur/modus dengan fungsi komunikasi,

maka terdapat tindak tutur langsung. Sebaliknya, jika tidak ada hubungan

antara struktur dan fungsi komunikasi, maka terjadilah tindak tutur tidak

langsung. Adapun strategi setiap tipe tersebut sangat bergantung pada

peristiwa tutur beserta konteksnya. Untuk itulah, penelitian ini dilakukan

dalam rangka mendeskripsikan strategi apa saja yang ada dalam tuturan

direktif guru di dalam kelas ketika pembelajaran Bahasa Indonesia di

SMP. Adapun tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran adalah

tuturan guru dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan kata-

kata tertentu (Searle, 1979:14), seperti ask, order, command, request, beg,

plead, pray, entreat, invite, permit, dan advise. Contoh tuturan:

(1) Guru : “Ketua kelas, coba nyalakan LCD!”

Tuturan (1) berbentuk imperatif dengan maksud memerintah. Hal ini

dipahami dari konteks tuturan yang diucapkan guru ketika baru masuk

kelas hendak memproyeksikan slide (PPt) dari laptopnya ke LCD. Dengan

meminta bantuan ketua kelas, guru memerintahnya untuk menyalakan

LCD. Artinya guru bermaksud menyuruh ketua kelas untuk menyalakan

LCD dengan menggunakan kalaimat imperative (perintah). Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa guru bertutur direktif secara langsung.

Berbeda halnya dengan tuturan berikut yang berupa tuturan interogatif

dengan maksud memerintah.

(2) Guru : “Panas sekali kelas ini ya?”

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

80

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tuturan (2) diucapkan guru ketika masuk kelas pada pukul 10.30 dan

cuaca panas terik matahari., baru lima belas menit di ruangan, tiba-tiba dia

menatakan itu. Kalimat dalam tuturan (2) berebtuk interogatif, tetapi

maksud tuturan tersebut bukan meminta jawaban ya atau tidaknya cuaca

panas saat itu. Maksud yang terkandung dalam tuturan tersebut ialah

meminta siswanya untuk membuka pintu atau menyalakan kipas angin/AC

agar tidak panas. Oleh karena itu, tuturan (2) dapat dikatakan sebagai

tuturan direktif tidak langsung karena bentuk tuturan berbeda dengan

maksud tuturannya. Bentuknya berupa kalimat interogatif, sedangkan

maksudnya bukan bertanya, melainkan meminta sesuatu, yakni

menyalakan kipas angin/AC atau membuka pintu agar udara tidak terasa

panas.

4. Warna afektif atau emosi siswa sebagai respons siswa terhadap STTDG

ialah perasaan yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu ketika

mendengar setiap STTDG dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi

(menghayati) STTDG ini meliputi emosi positif, seperti gembira, senang,

bangga dan emosi negatif, seperti kesal, marah, takut, dan malu. Data

respons warna afektif ini diperoleh dari teknik observasi, angket, dan

wawancara. Pengamatan RWAS ini diamati dari reaksi siswa, baik secara

verbal maupun nonverbal ketika mendengar STTDG. Respons warna

afektif siswa secara verbal diketahui dari angket tebuka yang diisi

langsung oleh siswa, sedangkan respons secara nonverbal diketahui dari

bahasa tubuh atau ekspresi wajah (Diener, 1998). Emosi yang bersifat

positif, seperti senang dan gembira terlihat dari ekspresi wajah: tersenyum

atau tertawa, bergerak aktif, sedangkan emosi negatif, seperti malu terlihat

dari bahasa tubuhnya: menunduk, menggigit bibir, tatapan mata ke bawah;

kesal: mulut monyong, mata agak membelalak, kadang disertai dengan

mendengus (menghembuskan napas kuat-kuat).

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

81

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

5. Implikasi hasil penelitian ini terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di

SMP adalah kaitan antara hasil penelitian berupa STTDG yang

menimbulkan RWAPS terhadap keefektifan pembelajaran. Hasil penelitian

ini akan diimplementasikan dalam sebuah desain model pembelajaran

yang efektif, yakni model sinektik yang berbasis STTDG-RWAPS.

C. Tempat, Sumber Data, dan Waktu Penelitian

Tempat pengambilan data dilakukan di Bandar Lampung, tepatnya di sekolah

menengah pertama, baik negeri maupun swasta, yakni SMPN 22 Bandar

Lampung dan SMP IT Fitrah Insani Bandar Lampung. Mengingat penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif, maka pengambilan sampel secara purposif.

Artinya, sampel atau dalam hal ini diistilahkan sumber data dipilih karena

dianggap kaya dengan informasi tentang fenomena yang diteliti (Sukmadinata,

2012:101).

Adapun data penelitian ini adalah semua strategi tindak tutur guru dalam

proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama.

Adapun yang dijadikan objek penelitian adalah proses pembelajaran Bahasa

Indonesia di kelas VII, VIII, IX SMP dengan asumsi bahwa secara psikologis,

siswa SMP termasuk dalam fase remaja (Santrock, 2001) yang cenderung sangat

mudah terpengaruh oleh lingkungan, baik positif maupun negatif. Dengan begitu,

pengaruh strategi tuturan yang digunakan guru akan sangat terlihat dengan jelas.

Sekolah yang dijadikan lokasi penelitian terdiri atas sekolah negeri dan

sekolah berbasis agama. Kedua kluster sekolah tersebut diasumsikan representatif

untuk lingkungan belajar yang beragam. Dengan demikian, data penelitian yang

diperoleh pun variatif.

Sumber data penelitian ini ialah guru Bahasa Indonesia yang berjumlah

empat orang dari suku bangsa yang berbeda, yakni Lampung, Palembang, Sunda,

dan Jawa. Hal ini diupayakan agar strategi tuturan guru bervariasi karena berasal

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

82

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dari suku bangsa yang berbeda agar tuturah direktif lebih variatif. Waktu peneli-

tian dimulai April 2014 sampai Januari 2015.

D. Paradigma Penelitian

Berdasarkan paparan terdahulu, penelitian ini dapat dibagankan

paradigmanya sebagai berikut.

Masalah Formulasi outcame & output

1. tuntutan kompetensi profesional guru 1.Fungsi Komunikasi formulasi STTDG TDG strategi tindak tutur 2. kebutuhan defisiensi 2. Realisasi STTDG direktif guru dan (fisiologi, keselamatan, warna afektif positif cinta, dan harga diri) 3. Realisasi Bertutur siswa (RWAP) sebagai kebutuhan Santun TDG dasar peserta didik 4. Respons Warna 3. tuturan berdampak Afektif Siswa psikologis berupa (RWAP dan RWAN) emosi (warna afektif) positif dan negatif pada mitra tutur pembelajaran B. Ind. berbasis STTDG yg 4. model pembelajaran be-RWAPS dengan yang efektif dan model sinektik menyenangkan

Bagan 3.1

Paradigma Penelitian

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

83

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik simak

Teknik simak ini identik dengan teknik observasi yang biasa dilakukan dalam

setiap penelitian. Adapun dasar dari teknik simak ini ialah teknik sadap yang

dilanjutkan dengan teknik rekam audio visual. Teknik ini dilakukan sampai

peneliti memperoleh data yang cukup. Peneliti berada dalam satu tempat dengan

objek yang diteliti, yakni berada di ruang kelas dengan guru dan siswa pada saat

proses pembelajaran berlangsung dan berada di luar kelas dengan siswa pada saat

jam istirahat sekolah. Peneliti melakukan pengamatan secara intensif kepada para

responden agar mendapat data empiris tindak tutur direktif guru serta respons

emosi atau warna afektif siswa terhadap tuturan tersebut.

Peneliti menggunakan catatan lapangan. Sifat realitas sosial paling baik

dikemas-sajikan dalam “thick description” atau deskripsi kental, yang kelak akan

dilaporkan kepada para pembaca ke dalam bentuk naratif. Secara keseluruhan,

seseorang biasa menimbang mutu relatif penelitian kualitatif dari prosesnya

(yaitu, bagaimana penelitian tersebut secara keseluruhan dilaksanakan) dan dari

produknya (yaitu, gabungan dari analisis dan interpretasi data yang ditampilkan

dalam naratif) (Wolcott, 1994). Teori yang dikembangkan dalam kualitatif secara

induktif (grounded theory) selama penelitian berlangsung, dan melalui interaksi

yang terus menerus dengan data di lapangan, lalu dites dengan data empiris. Bagi

peneliti kualitatif, baik teori yang ada (existing theory) maupun teori yang

berbasis data (grounded theory) sah dan bermanfaat (Alwasilah: 2002: 119). Bagi

peneliti kualitatif, subjektivitas, yakni latar belakang penelitian dan pengalaman

pribadi merupakan data sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis itu terbesit dari

diri sendiri, kemudian grounded (dikuatkan, dilandaskan, dan didukung) oleh

pengalaman orang lain. Itulah sebabnya penelitian kualitatif disarankan

menggunakan teknik catatan pengalaman peneliti (researce experience memo),

yaitu catatan lapangan yang terakumulasi sewaktu melakukan penelitian.

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

84

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Metode penelitian tidak saja bergantung pada pertanyaan penelitian,

melainkan juga pada situasi penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan.

Merekam gambar atau memvideo situasi penelitian sulit dilaksanakan karena

kelemahan merekam atau memvideo adalah kecenderungan tergangunya suasana

sehingga latar tidak lagi alami, dan mungkin beberapa responden merasa terancam

karena perilakunya terdokumentasikan. Responden merasa tidak aman, dan

kepentingannya terancam oleh kegiatan observasi (2002: 155).

Oleh karena itu, peneliti memiliki catatan observasi atau catatan lapangan

serinci, selengkap, sekonkret, dan sekronologis mungkin. Data dalam penelitian

ini data yang kaya atau melimpah merujuk pada data yang rinci, lengkap, dan

beragam sehingga mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Data yang

diperoleh tidak sekadar berupa catatan kesimpulan, melainkan juga ada

transkripsinya yang lengkap kata perkata, sehingga terasa visualisasi dari kejadian

atau proses yang diobservasi.

Untuk menganalisis data, peneliti membaca ulang transkripsi itu kemudian

menandai pernyataan yang penting untuk dijadikan analisis data. Ketika mencatat,

peneliti setiap harinya berpindah tempat duduk sehingga objek penelitian berbeda

setiap harinya. Oleh karena itu pulalah, peneliti tidak menggunakan teknik

merekam atau video karena menjadi tidak efektif.

Catatan lapangan terdiri atas dua bagian, yaitu deskriptif dan reflektif.

Catatan deskriptif berupa catatan tentang semua tuturan yang muncul pada saat

proses pembelajaran berlangsung serta konteks yang melatarinya. Sementara itu,

catatan reflektif adalah catatan yang berupa komentar/penafsiran peneliti terhadap

peristiwa tutur yang diamati.

Selain catatan lapangan, dilakukan juga teknik wawancara (laporan diri

dan interview terbuka) yang dilakukan terhadap siswa untuk mengetahui emosi

dan perilaku yang muncul sebagai dampak strategi tindak tutur yang digunakan

guru. Siswa diberi sejumlah pertanyaan seputar tanggapan emosi dan perilaku

mereka terhadap semua strategi tuturan guru. Berikut ringkasan teknik

pengumpulan data berikut instrumennya.

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

85

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Rancangan Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

No. Nama Data Jenis Data Sumber Data Teknik Instrumen

1. Fungsi

komunikasi

tuturan direktif

guru dan

strategi yang

digunakannya

Kualitatif Guru Bahasa

Indonesia SMP

dari suku

Jawa, Sunda,

dan Lampung

Observasi catatan

lapangan

peristiwa

tutur

2. Respons

Warna Afektif/

Emosi Siswa

Tuturan

Direktif Guru

kuantitatif

dan

kualitatif

Siswa SMP

yang diajar

guru pada

sumber data

Survei

dan

observasi

angket dan

catatan

lapangan

3. Penilaian

pakar terhadap

instrumen

emosi siswa

terhadap

tuturan direktif

guru

Kualitatif Dua pakar Deskriptif Observasi dan

Angket

4. Penilaian

Pakar terhadap

instrumen

berupa

indikator

strategi tindak

tutur direktif

guru

Kualitatif Tiga pakar Deskriptif Angket

F. Instrumen Penelitian

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

86

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Ada beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan

rancangan dalam teknik pengumpulan data yang telah diungkapkan terdahulu.

Sebagai persiapan telah dirancang instrumen penelitian seperti yang diuraikan

berikut ini.

1. Jenis Instrumen

a. Catatan Lapangan

Format catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan data dengan

teknik simak dan pencatatan. Teknik simak ini dapat disejajarkan dengan teknik

observasi. Peneliti berada di kelas untuk mencatat seluruh tindak tutur direktif

guru serta respon emosi siswa terhadap tuturan tersebut. Catatan lapangan ini

meliputi (a) catatan deskriptif dan (b) catatan reflektif.

Catatan deskriptif berupa catatan tentang semua tuturan yang muncul

pada saat proses pembelajaran berlangsung serta konteks yang melatarinya.

Tuturan yang dijadikan data dalam penelitian ini ialah tuturan direktif guru serta

respons siswa terhadap tutran tersebut. Respons siswa ini difokuskan pada respon

warna afektif atau emosi yang dapat diketahui secra verbal dan nonverbal.

Penjelasan konteks dan respons nonverbal siswa ditulis terapit kurung.

Catatan reflektif adalah catatan yang berupa komentar atau penafsiran

peneliti terhadap peristiwa tutur yang diamati. Dalam catatan ini, peneliti

mengidentifikasi dan menentukan jenis tuturan secara fungsi dan strateginya.

Catatan ini digunakan sebagai pedoman peneliti dalam klasifikasi data tuturan

beserta karakteristik analisis yang telah ditentukan dalam permasalahan penelitan.

b. Daftar Pertanyaan

Selain digunakan teknik simak dan teknik rekam audio-visual, digunakan juga

teknik wawancara berupa laporan diri siswa untuk mendapatkan data awal

respons warna afektif siswa terhadap tindak tutur direktif guru. Hal ini dilakukan

agar data yang diperoleh lebih valid dan reliabel mengingat semua teknik

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

87

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pengumpulan data memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan adanya teknik

angket ini, data respons emosi siswa dapat tergali lebih komprehensif, di samping

data yang diperoleh melalui teknik simak dan rekam.

Adapun kisi-kisi angket ini berdasarkan rumusan masalah penelitian yang

eliputi aspek fungsi komunikasi, realisasi tindak tutur direktif, dan realisasi

kesantunan berbahasa. Jumlah pertanyaan berdasarkan ketiga aspek tersebut

adalah enam puluh soal. Berikut kisi-kisi yang telah disusun.

Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Instrumen Angket Terbuka

Strategi Tuturan Direktif Guru dan Respons Warna Afektif Siswa

Aspek Indikator No ∑ ∑

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

88

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Fungsi Komunikasi

Tindak Tutur Direktif

Guru

1.1 verba penanda tindak tutur memerintah:

verba dasar, berpartikel –lah, bermodalitas

harus

1.2 penanda tindak tutur meminta: coba, tolong,

harap

1.3 penanda tindak tutur melarang: jangan

1.4 penanda tindak tutur menyarankan:

sebaiknya, hendaknya

1.5 penanda tindak tutur menanya: intonasi

tanya, kata tanya

2, 3, 8, 9, 12, 23,

24, 27. 28, 38, 42,

45,

11, 16, 19, 26, 29,

30, 31, 33, 34,35,

39, 46, 53

4, 5, 6, 7, 10, 13,

15, 17, 18, 22, 26,

29

14, 20, 21, 25, 32,

37, 43, 44, 46, 49,

50

47, 48, 55, 57, 58

, 51, 52, 59, 60, ,

54, 56, 41

12

12

12

12

12

60

2. Realisasi Tindak

Tutur Direktif Guru

2.1 tipe tuturan langsung/direct

2.2 tipe tuturan tidak langsung/indirect

2, 3, 8, 9, 12, 14,

20, 21, 23, 24, 25,

27. 28, 32, 37, 38,

41, 42, 43, 44, 45,

46, 47, 48, 49, 50,

51, 52, 55, 57, 58,

59, 60

4, 5, 6, 7, 10, 11,

13, 15, 16, 17, 18,

19, 22, 26, 29, 30,

31, 33, 34,35, 39,

46, 53, 54, 56

34

26

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

89

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4. Realisasi Bertutur

Santun (Kesantunan

Berbahasa)

4.1 Kesantunan Positif

4.2 Kesantunan Negatif

2, 3, 8, 9, 12, 14,

20, 21, 23, 24, 25,

27. 28, 32, 37, 38,

41, 42, 43, 44, 45,

46, 47, 48, 49, 50,

51, 52, 55, 57, 58,

59, 60

4, 5, 6, 7, 10, 11,

13, 15, 16, 17, 18,

19, 22, 26, 29, 30,

31, 33, 34,35, 39,

46, 53, 54, 56

34

26

60

c. Rancangan Pembelajaran

Sebelum melakukan uji coba implementasi temuan penelitian berupa STTDG

yang be-RWAPS dalam sebuah model pembelajaran, yakni sinektik (berorientasi

pada kemampuan guru bertutur analogi dan metafora), dilakukan validasi terhadap

rancangan model pembelajaran dari pakar pedagogik. Instrumen berupa berupa

rancangan model pembelajaran sinektik yang berbasis STTDG-RWAPS adalah

sebagai berikut.

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

89

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Rancangan Model Pembelajaran Sinektik Berbasis STTDG yang be-RWAPS

Tahap Kegiatan

Pembelajaran

Tahap Model

Sinektik Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

STTDG RWAPS

(*)

Komentar dan

Saran

Kegiatan Awal

Tahap Persiapan

Melakukan apersepsi dengan bertanya

jawab dan mengingatkan siswa agar menghubungkannya dengan materi

yang sudah dikuasai sebelumnya

Menjawab pertanyaan guru dengan

mengingat kembali dan menghubungkan dengan materi yang

sudah dipelajari dan dikuasai sebelumnya

(a) Sapaan halus

(b) Melibatkan pn & pt dalam kegiatan

(c) Menghindari kata „saya‟

(d) Menghindari kata

„kamu‟ (e) Menghindari

perbedaan (f) Mengupaya-kan

kesepakatan

(g) Kata berpagar

Menyampaikan kompetensi dasar dan

tujuan pembelajaran

Menyimak dan memperhatikan

kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru

Menjelaskan dan bertanya jawab

dengan mahasiswa tentang langkah-langkah pembelajaran dan

mengingatkan mahasiswa agar memperhatikan

Memperhtikan dan bertanya jawab

tentang langkah- langkah pembelajaran

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

90

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kegiatan Inti

1. Melakukan

proses

kreativitas

melalui

analogi

Tahap Pertama

Guru

menyediakan

informasi

tentang topik

baru

Tahap Kedua

Analogi

Langsung

(Guru

mengusulkan

analogi langsung

dan meminta

siswa

mendeskripsikan

-

Menayangkan gambar katak dengan

topik membedah katak (memberikan pengetahuan secara utuh tentang

konsep membedah katak yang pernah dilakukan sisiwa di laboratorium dalam pelajaran IPA)

Memberi kesempatan kepada siswa

untuk mengemukakan gagasan tentang topik membedah katak

Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan topik baru

tersebut

Mendaftarkan langkah-langkah dalam prosedur membedah katak (topik

familiar) dengan membedah rumah (topik yang relatif baru)

Meminta siswa membuat kalimat sendiri berdasarkan langkah-langkah

prosedur membedah katak

Menganalisis dan memperhatikan

tayangan berdasarkan rambu-rambu yang diberikan guru dan

menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

Menyimak dan memahami topik

struktur teks prosedur.

Berdiskusi tentang langkah-langkah membedah katak.

Mengurutkan langkah- langkah membedah katak secara berurutan

dan logis

Membuat kalimat untuk mengembangkan langkah- langkah

dalam prosedur membedah katak

a) menghindari kata „kamu‟

b) menghindari kata „saya‟

c) memberi perhatian

d) kata berpagar

e) memuji f) menghindari

perbedaan g) mengupaya-kan

kesepatan

a) sapaan halus

b) memuji

c) tuturan tidak

langsung

h)

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

91

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Praktik

Menulis

nya)

Tahap Ketiga

Analogi Personal

(Guru meminta

siswa „menjadi‟ analogi langsung)

Tahap Keempat

Membandingkan

analogi-analogi

(siswa

mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin

kesamaan antara topik baru dan

analogi langsung)

Meminta siswa membuat kalimat sendiri berdasarkan langkah-langkah

dalam prosedur membedah katak

Membimbing siswa membuat kalimat sendiri dan mengedit kesalahan berbahasa mereka

Meminta siswa menyusun kerangka teks prosedur membdah rumah berdasarkan kerangka langkah-

langkah dalam prosedur membedah katak

Meminta siswa menggambarkan ketidakparalelan analogi-analogi yang telah dibuat dalam sebuah paragraf

dingkat.

Membuat kalimat sendiri berdasarkan langkah- langkah dalam

prosedur membedah katak

Mengedit kesalahan berbahasa pada kalimat yang telah disusun secara berurutan dan logis tersebut.

Menysun kerangka teks prosedur tentang membedah rumah secara berkelompok (satu kelompok dua

orang siswa).

Menggambarkan ketidakparalelan

hubungan analogi-analogi yang telah dibuat dalam sebuah paragraf singkat.

d) menghindari kata

„saya‟

e) menghindari kata

„kamu‟

f) melibatkan

penutur dan mitra

tutur dalam

kegiatan

g) mengupayakan

kesepakatan

h)mengisyaratkan

kesamaan

pandangan

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

92

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tahap Kelima

Menjelaskan

perbedaan-

perbedaan

(siswa

menjelaskan di mana saja analogi

yang tidak sesuai)

Tahap Keenam

Eksplorasi

(siswa mengeksplorasi kembali topik

awal)

Tahap Ketujuh

Membuat

Analogi

(siswa

menyiapkan

Meminta siswa menjelaskan pada segi

apa saja perbedaan antaranalogi yang telah digambarkan tersebut

Meminta siswa membuat perbandingan-perbandingan kembali

pada topik awal, yakni antara „membedah katak‟ dan „membedah

rumah‟ Meminta kembali siswa

mengeksplorasi analogi langsung dan mengekplorasi persamaan dan

perbedaan

Meminta siswa menulis teks prosedur secara lengkap bagaimana prosedur

membedah rumah

Menjelaskan perbedaan-perbedaan

antaranalogi yang telah dibuat

Membuat perbandingan antara topik „membedah katak „ dan „membedah

rumah‟

Mengidentifikasi seluruh persamaan dan perbedaan antara topik yang baru

dan topik lama

Menulis karangan teks prosedur secara lengkap tentang membedah

rumah berdasarkan hubungan analogi antara membedah katak dan

membedah rumah,

a) menghindari kata „kamu‟

b) menghindari kata „saya‟

c) memuji d) melibatkan

penutur dan mitra

tutur dalam kegiatan

e) menawarkan f) sapaan halus g) menerima atau

menerapkan sikap „saling‟

a) melibatkan

penutur dan mitra tutur dalam kegiatan

b) memuji c) menghindari kata

„kamu‟ d) memberi

penghargaan

a) memuji

b) melibatkan

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

93

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

analogi langsung dan

mengeksplorasi persamaan dan

perbedaan)

penutur dan mitra tutur dalam

kegiatan c) menghindari kata

„kamu‟ d) menerima dan

menerapkan

sikap „saling‟ e) mengupaya-

kan kesepa-

katan.

Kegiatan Akhir

1. Refleksi

2. Menyimpulkn

Tahap Evaluasi

Memfasilitasi siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran yang

telah dilakukan

Menyimpulkan pembelajaran bersama siswa

Melakukan refleksi dibimbing oleh guru

Menyimpulkan secara deduktif materi pembelajaran bersama guru

(g) Sapaan halus (h) Melibatkan pn

dan pt dalam kegiatan

(i) Menghindari kata „saya‟

(j) Menghindari kata

„kamu‟

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

94

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

materi

pembelajaran

(k) Menghindari perbedaan

(l) Mengupayakan kesepakatan

(g) Kata berpagar

3. Memberikan

penguatan

4. Tes Akhir

Tahap Ekspansi Memberikan tugas kepada siswa untuk menulis topik yang lain

Menyimak tugas yang diberikan guru, yakni menulis dengan topik

yang lain

Memfasilitasi siswa melakukan tes akhir (presentasi hasil tulisan berupa teks prosedur membedah rumah)

Melaksanakan tes akhir berupa presentasi hasil menulis teks prosedur dengan topik membedah

rumah

Keterangan

STTDG : Strategi Tindak Tutur Direktif Guru RWAPS : Respons Warna Afektif Positif Siswa (*) : STTDG - RWAPS yang digunakan guru bersifat opsional yang penting merupakan STTDG be-RWAPS

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

95

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Validasi Instrumen Penelitian

Setiap jenis instrumen penelitian ini dilakukan validasi atau penilaian pakar sesuai

dengan bidang ilmu terkait intrumen tersebut.

1. Pedoman Lembar Pengamatan

Untuk mendapatkan data STTDG yang valid dan reliabel, pedoman lembar

observasi ditimbang oleh pakar pragmatik yang terdiri atas tiga orang. Selanjutnya

hasil análisis terhadap catatan lapangan pun ditimbang oleh ketiga pakar tersebut.

Demikian halnya dengan lembar pengamatan RWAS ditimbang oleh pakar

psikologi praktisi. Hasil timbangan para pakar dapat dilihat dalam lampiran (5 dan

6).

2. Kisi-Kisi Angket STTDG

Pada tahap pendahuluan digunakan teknik angket untuk mendapatkan data

tertulis dari RWAS terhadap STTDG. Kisi-kisi dan hasil angket ditimbang oleh

pakar psikologi pendidikan. Hasil timbangan pakar ini dapat dilihat dalam

lampiran (7).

3. Rancangan Model Pembelajaran Sinektik Berbasis Temuan STTDG yang

be-RWAPS

Sebagai implikasi temuan penelitian yang berupa STTDG be-RWAPS

terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP dilakukan uji coba implementasi

dalam sebuah model, yakni sinektik. Oleh karena itu, nama rancangan model

pembelajarannya adalah rancangan model sinektik berbasis STTDG be-RWAPS

(MSBSS). Sebelum diimplementasikan, desain model tersebut ditimpang oleh

pakar pedagogik dan psikologi pendidikan. Hasil timbangan pakar ini dapat

dilihat dalam lampiran (8).

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

96

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Analisis data

Untuk menentukan apakah sebuah tuturan direktif atau bukan, digunakan

parameter berupa penanda golongan verba yang dikemukakan Searle (1979:14),

yaitu ask, order, command, request, beg, plead, entreat, invite, permit, dan advise.

Dalam bahasa Indonesia, verba tersebut dapat dipadankan dengan meminta,

memesan, memerintah, mengundang, dan menyarankan. Jika tuturan guru

mengandung verba tersebut dan memiliki maksud yang sama dengan modusnya,

maka termasuk tutran direktif secara langsung. Sebaliknya, tuturan yang

mengandung verba tersebut, tetapi tidak memiliki maksud yang tidak sesuai

dengan modusnya termasuk dalam tuturan direktif tidak langsung. Untuk

menentukan fungsi komunikasi yang digunakan guru dalam tindak tutur direktif,

penulis menggunakan parameter atau pedoman analisis sebagai berikut.

1) Pedoman Analisis Fungsi Komunikasi Tindak Tutur Direktif

Fungsi komunikasi merupakan tindak atau maksud tuturan dalam TDG

meliputi menyuruh, meminta, menyarankan, melarang, dan menanya. Untuk

menentuka fungsi komunikasi tersebut digunakan indikator sebagai berikut.

a. Tindak tutur menyuruh: menggunakan verba dasar, berpartikel –lah, bermodalitas harus bersufiks kan-, -i, berprefiks di-, per-

b. Tindak tutur meminta: menggunakan kata tolong, coba, atau silakan

c. Tindak tutur melarang: menggunakan kata jangan, nggak usah

d. Tindak tutur menyarankan: menggunakan kata sebaiknya, hendaknya, agar

e. Tindak tutur menanya: intonasi tanya dan atau menggunakan kata tanya

2) Pedoman Analisis Realisasi Tindak Tutur Direktif Guru

Istilah realisasi tindak tutur direktif guru ini mengacu pada tipe (Flor,

2005) atau strategi Brasdefer (2007) yang terdiri atas tindak tutur langsung atau

direct dan tindak tutur tidak langsung atau indirect. Untuk menentukan masing-

masing realisasi tindak tutur direktif tersebut digunakan indikator sebagai berikut.

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

97

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pada dasarnya, tindak tutur direktif merupakan tuturan yang mengandung

maksud tertentu dari penutur kepada mitra tutur agar melakukan maksud tersebut.

Tindak tutur dengan penanda verba ini dalam realisasinya termasuk dalam tuturan

langsung. Padahal, tuturan direktif pun dapat direalisasikan secara tidak langsung.

Adapun pedoman analisis realisasi tindak tutur direktif secara garis besar

dituliskan dalam tabel pedoman analisis penelitian berikut ini.

Tabel 3.3

Pedoman Analisis Realisasi Tindak Tutur Direktif Guru

dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP

Aspek Indikator

1. Realisasi tindak tutur direktif

1.1 Tindak Tutur Langsung

Tindak tutur yang digunakan penutur untuk menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu, meliputi menyuruh, meminta, melarang, menyarankan,

menanya, dan sebagainya.

1.2 Tindak Tutur Tidak

Langsung

a. Form dan content atau lokusi dan ilokusi tidak sama (= struktur dan fungsi komunikasi

memiliki hubungan tidak langsung)

b. Form dan content atau lokusi dan ilokusi tidak

sama disertai dengan isyarat, seperti mimik dan gesture (= struktur dan fungsi komunikasi memiliki hubungan tidak langsung)

Selanjutnya, data dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik

analisis heuristik. Teknik analisis heuristik merupakan proses berpikir seseorang

untuk memaknai sebuah tuturan tidak langsung. Di dalam tuturan heuristik sebuah

tuturan tidak langsung diinterprestasikan berdasarkan berbagai

kemungkinan/dugaan sementara, kemudian dugaan sementara itu disesuaikan

dengan fakta-fakta pendukung yang ada dilapangan. Analisis heuristik berusaha

mengidentifikasi daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan hipotesis-

hipotesis dan kemudian mengujinya berdasarkan data-data yang tersedia. Bila

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

98

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

hipotesis tidak teruji, akan dibuat hipotesis yang baru. Hipotesis yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah praanggapan/dugaan sementara. Berikut disajikan

bagan analisis heuristik menurut Leech (1983:41).

1. Masalah 2. Hipotesis 3. Pemeriksaan 4. Interpretasi

Pengujian berhasil

(interpretasi default)

Pengujian gagal

Bagan 3.2 Bagan Analisis Heuristik Leech (1983: 41)

Menurut Leech di dalam analisis heuristik analisis berawal dari problema

yang di lengkapi proposisi, informasi latar belakang konteks, kemudian

dirumuskan hipotesis tujuan. Berdasarkan data yang ada, hipotesis diuji

kebenarannya. Bila hipotesis sesuai dengan bukti-bukti kontekstual yang tersedia,

berarti pengujian berhasil. Hipotesis diterima kebenarannya dan menghasilkan

interprestasi baku yang menunjukkan bahwa tuturan mengandung satuan

pragmatik. Jika pengujian gagal maka terjadi karena hipotesis tidak sesuai dengan

bukti yang tersedia. Proses pengujian ini dapat berulang-ulang sampai diperoleh

hipotesis yang dapat diterima.

Analisis heuristik berusaha mengidentifikasi daya pragmatik sebuah

tuturan dengan merukuskan hipotesi-hipotesis kemudian mengujinya berdasarkan

data-data konteks yang tersedia. Bila hipotesis tidak teruji akan dibuat hipotesis

yang baru. Hipotesis yang dimaksud adalah praanggapan. Berikut disajikan

contoh analisis heuristik berdasarkan pandangan Leech (1983).

Page 25: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

99

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Problem

(Interpretasi tuturan)

“Aduh..apa ini…istirahat nanti temui Ibu di kantor ya!”

(Guru bertutur pada siswa yang telihat kuku tangannya panjang. Ini

baru diketahuinya ketika berkeliling memantau siswa mengerjakan

tugas. Beberapa siswa mendekatinya untuk bertanya, saat itulah sang

guru melihat ada dua siswa laki-laki yang kuku tangannya panjang)

2. Hipotesis

(a) Guru tersebut meminta siswanya untuk ke kantor.

(b) Guru tersebut kaget melihat tangan siswanya kotor.

(c) Guru tersebut marah melihat kuku tangan siswanya panjang.

(d) Guru tersebut memerintah siswanya untuk memotong kuku.

3. Pemeriksaan

(a) Guru tersebut kesal ketika melihat kuku tangan siswanya

panjang

(b) Guru tersebut ingin memotong kuku tangan siswanya yang

panjang tersebut di kantor

(c) Guru tersebut memerintahkan siswa yang kukunya panjang

tersebut agar segera dipotong kalau tidak ia yang akan

memotongnya nanti di kantor

Page 26: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

100

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4a. Pengujisn Berhasil 4.b Pengujian Gagal

5. Interpretasi Default

Bagan 3.3 Contoh Analisis Heuristik

3) Pedoman Analisis Kesantunan Berbahasa

Untuk menganalisasi kesantunan berbahasa ini digunakan parameter

Brown dan Levinson (1987) dengan pertimbangan bahwa (1) konteks peristiwa

tutur adalah situasi formal sehingga tidak perlu adanya basa-basi, (2) perspektif

individu dalam parameter Brown dan Levonson sesuai untuk melihat aspek D dan

P pada konteks pembelajaran di kelas antara guru sebagai penutur dan siswa

sebagai mitra tutur. Adapun strategi kesantunan berbahasa menurut pandangan ini

meliputi kesantunan positif dan kesantunan negatif yang diuraikan berikut ini.

1. Strategi Kesantunan Positif

a. memberi perhatian (notice);

b. melebihkan dalam memberikan komentar atau

pujian (exaggerate);

c. menegaskan (intensify);

d. menggunakan penanda sebagai anggota

kelompok yang sama (use in-group

identity markers);

e.mengupayakan kesepakatan (seek agreement);

f. menghindari perbedaan pendapat (avoid

disagreement);

g.mengisyaratkan kesamaan pandangan

(presuppose common ground);

h. menggunakan lelucon (joke);

i.menampilkan pengetahuan penutur dan

mempertimbangkan keinginan petutur (assert

S‟knowledge and concern for H‟s wants);

Page 27: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

101

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Strategi Kesantunan Negatif

j. menawarkan, berjanji (offer, promise);

k. bersikap optimis (be optimistic);

l. menyertakan penutur dan petutur dalam

kegiatan (include both S and H in the activity);

m. memberi atau meminta alasan (give reasons);

n. menerima atau menampilkan sikap timbal balik

atau saling (assume or assert reciprocity);

o.memberi hadiah kepada petutur (give gifts to H).

a. menggunakan ujaran tidak langsung (be

conventionally indirect);

b. pertanyaan kalimat berpagar (question, hedge);

c.bersikap pesimis (be essimistic);

d. meminimalkan tekanan (minimize imposition);

e. memberikan penghormatan (give deference);

f. meminta maaf (apologize);

g. menghindarkan penggunaan kata „saya‟ dan

„kamu‟ (impersonalize S and H: avoid the

pronouns „I‟ and „You‟);

h. menyatakan tindakan pengancaman muka

sebagai aturan yang bersifat umum (state the

FTA as a general rule);

i. nominalisasi (nominalize);

j. menyatakan terus terang penutur berhutang

budi kepada petutur (go on records).

4) Pedoman Analisis Respons Warna Afektif Siswa

Berdasasarkan angket terbuka yang diberikan pada siswa, digunakan enam

puluh tuturan direktif guru yang dimintakan responsnya. Secara jujur siswa

Page 28: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

102

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menjawab pertanyaan tentang emosi yang dirasakan saat mendengar tuturan

direktif guru. Dengan demikian, jenis warna afektif sebagai respons siswa

terhadap tindak tutur direktif guru bergantung pada jawaban mereka secara jujur

dan bebas mengungkapkan rasa apa saat mendengar tuturan guru tersebut.

Pada saat pendahuluan, warna afektif yang diungkapkan secara tertulis pada

saat menjawab angket tersebut sangat beragam. Yang jelas berdasarkan skala atau

level emosi dari Davidson (2009) terbagi dalam dua golongan emosi, yakni emosi

positif dan emosi negatif. Masing-masing jenis emosi dalam dua golongan

tersebut memiliki skala tertentu. Semakin positif emosi, semakin tinggi skala atau

levelnya, sebaliknya semakin negatif akan semakin rendah levelnya.

Berdasarkan skala setiap level emosi tersebut, dilakukan penghitungan

sederhana untuk mengetahui kecenderungan warna afektif yang mendominasi

setiap tuturan direktif guru. Dengan demikian, pedoman analisis yang dilakukan

untuk menentukan warna afektif siswa digunakan skala dalam level emosi,

sedangkan pemerian setiap warna afektif digunakan teori Lazarus (1991). Semua

yang dilakukan dalam tahap pendahuluan ini diupayakan sebagai pemokusan

terhadap jenis warna afektif yang muncul.

Akan tetapi, pada saat pengambilan data penelitian, respons warna afektif

siswa dilakukan dengan teknik observasi terhadap perilaku verbal dan

nonverbal siswa (bahasa tubuh dan ekspresi wajah). Sesuai dengan apa yang

dingkapkan Widhiarso dan Hadiyono (2011) bahwa implementasi emosi individu

adalah perilaku verbal dan nonverbal.

Selanjutnya, analisis data dilakukan dengan menggunakan segmentasi dan

mengikuti alur analisis data interaktif, simultan, dan berkelanjutan yang

dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992). Kegiatan analisis data meliputi

reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.

Adapun langkah-langkah analisis data dapat dirinci sebagai berikut.

1. Mencatat semua data alamiah/ujaran spontan baik tuturan guru maupun

siswa yang mengandung kesantunan.

Page 29: BAB III METODE PENELITIAN - repository.upi.edurepository.upi.edu/22248/6/D_BIND_1201101_Chapter3.pdfpeneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam ... induktif,

103

Sumarti, 2015 STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Data dicatat secara deskriptif dan reflektif. Untuk tuturan tidak langsung,

digunakan pula analisis heuristik, yakni analisis konteks.

3. Mengidentifikasi strategi tindak tutur direktif yang digunakan guru

kepada siswa dalam pembelajaran

4. Mengidentifikasi setiap strategi tuturan sesuai dengan fungsi-fungsi

komunikasi dalam tindak tutur direktif

5. Mengidentifikasi respons warna afektif atau emosi siswa terhadap tindak

tutur direktif duru

6. Mengklasifikasi respons emosi pada langkah (5) sesuai dengan fungsi

komunikasi tindak tutur direktif yang dilakukan guru

7. Melakukan triangulasi kepada kolega dan pakar yang berlatar keilmuan

linguistik, khususnya pakar pragmatik

8. Melakukan penarikan simpulan

(dimodifikasi dari tahapan analisis percakapan yang dikembangkan

Tannen, 1986).

Selanjutnya, temuan data kualitatif berupa STTDG-RWAPS tersebut

diimplementasikan dalam sebuah desain pembelajaran sinektik (Joyce, 2011).

Model ini dipilih karena berfokus pada aktivitas guru sebagai motivator dan

fasilitator berlangsungnya pembelajaran. Guru harus dapat memotivasi dan

menstimuli peserta didik dengan tuturan direktifnya sehingga peserta didik

antusias dan bersemangat belajar, dalam hal ini berpikir kreatif melalui model

pembelajaran sinektik (Joice, 2011).