Upload
dinhnhu
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
52
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk
menganalisis masalah yang akan digalinya secara sistematis untuk mencapai
tujuan tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan Sugiyono (2012:3) bahwa,
“Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu”.
Berdasarkan kecenderungan data yang diperoleh dilapangan maka peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran secara mendalam tentang peran pengelola LPM Kelurahan
Setiamanah dalam meningkatkan partisipasi masyarakatnya dalam pembangunan
rumah layak huni dengan sasaran masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan
kenyataan-kenyataan yang ada dilapangan tidak dapat diramalkan. Oleh karena
itu, peneliti berupaya menggali informasi berdasarkan kenyataan-kenyataan yang
ada dengan berinteraksi langsung dengan sasaran penelitian.
Bogdan dan Taylor (Moleong, 2010:4) mendefinisikan, “Metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”
Miles dan Huberman (1992:1-2) mengemukakan:
Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa
secara kronologis, menilai sebab-akibat dalam lingkup pikiran orang-orang
setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat.
53
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Alasan penggunaan pendekatan kualitatif didasarkan pada permasalahan
dalam penelitian ini dan dengan pertimbangan-pertimbangan. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Moleong (2010:9-10) mengenai metode kualiatif, yaitu:
Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara
langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode
ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012:21-22) adalah
sebagai berikut:
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah
eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk
kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau
outcome.
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).
Sugiyono (2012:35-36) mengemukakan kapan metode kualitatif digunakan,
yaitu:
1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin
malah masih gelap.
Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan menggunakan metode kualitatif,
karena peneliti kualitatif akan langsung masuk ke objek.
54
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2. Untuk memahami makna di balik data yang nampak.
Gejala sosial sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan
dan dilakukan orang. Setiap ucapan dan tindakan orang sering mempunyai
makna tertentu.
3. Untuk memahami interaksi sosial.
Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan
penelitian dengan metode kualitatif dengan cara ikut berperan serta,
wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut.
4. Memahami perasaan orang.
Perasaan orang sulit dimengerti kalau diteliti dengan metode kualitatif,
dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, dan observasi
berperan serta untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang tersebut.
5. Untuk mengembangkan teori.
Metode kualitatif paling cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang
dibangun melalui data yang diperoleh melalui lapamgan.
6. Untuk memastikan kebenaran.
Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Dengan metode kualitatif,
melalui teknik penggumpulan data secara trianggulasi/gabungan, maka
kepastian data akan lebih terjamin.
7. Meneliti sejarah perkembangan.
Dengan menggunakan data dokumentasi, wawancara mendalam kepada
pelaku atau orang yang dipandang tahu, maka sejarah perkembangan
kehidupan seseorang.
55
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Mengacu pada berbagai pendapat di atas, penelitian ini memusatkan pada
pada peran pengelola LPM, sebagai pihak yang menyelenggarakan program
pembangunan rumah layak huni dan pada masyarakat miskin sebagai sasaran
programnya sebagai unit yang diteliti untuk diketahui partisipasi mereka pada
program tersebut.
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi
narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian
(Sugiyono, 2012:298). Penentuan sumber data para orang yang diwawancarai
dilakukan secara purposive, yaitu dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu,
karena peneliti menganggap bahwa informan tersebut dapat lebih dipercaya untuk
menjadi sumber data. Sumber data yang dipilih juga mempertimbangkan beberapa
persyaratan. Sebagaimana yang dikemukakan Faisal (Sugiyono, 2012:303),
sampel sebagai sumber data atau informan sebaiknya memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,
sehingga itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayati.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang tengah diteliti.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi.
56
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”
sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti
sehingga lebih menggarahkan untuk dijadikan semacam guru atau
narasumber.
Berdasarkan kriteria sumber data tersebut maka yang menjadi subjek
penelitian adalah kepala keluarga miskin di Kelurahan Setiamanah. Informan
dalam penelitian ini adalah tiga orang pengelola LPM yaitu Dewan Fasilitator
LPM, Ketua LPM, dan anggota LPM. Kepala keluarga miskin yang menjadi
sasaran dalam program tersebut sebanyak 10 orang yang akan diberikan angket.
Angket diberikan pula untuk 10 orang bukan penerima program.
C. Definisi Operasional
1. Peran terkait dengan fungsi yang harus dijalankan seseorang sesuai dengan
kedudukannya. Peran pengelola LPM dalam penelitian ini ditunjukkan
melalui peran fasilitatif, edukasional, dan evaluasi.
2. Pengelola LPM yang di maksud dalam penelitian ini yaitu pengurus LPM
Kelurahan Setiamanah periode 2009-2014.
3. Partisipasi dapat berupa harta, pikiran, maupun tenaga yang didasarkan
kepada kemampuan seseorang. Partisipasi dinilai penting dikarenakan
orang-orang dalam masyarakat seharusnya berpartisipasi aktif dalam
perubahan masyarakat (Cary, 1970:145). Partisipasi masyarakat dalam
program pembangunan rumah layak huni menunjukan kemampuan
57
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
masyarakat untuk memberikan kemampuan, yakni bantuan tenaga dan
penyediaan sarana untuk membantu pelaksanaan program tersebut.
4. Rumah layak huni merupakan tempat tinggal yang mencakup aspek
kesehatan, keselamatan, dan luas hunian.
5. Masyarakat miskin dalam penelitian ini adalah keluarga miskin yang
rumahnya berada di bawah standar kelayakan pada umumnya dengan
memenuhi syarat-syarat penerima bantuan sehingga berhak mendapatkan
bantuan program pembangunan rumah layak huni.
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Peneliti dalam penelitian kualitatif berperan sebagai instrumen penelitian.
Moleong (2010: 168) menyebutkan bahwa: “Kedudukan peneliti dalam penelitian
kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis,
penafsir data, dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya”. Jadi dalam hal
peneliti berperan langsung dalam berinteraksi dengan sumber data (sumber
informasi) dalam suatu wawancara bebas dan mengamati situasi sosial dan
kegiatan.
Penelitian kualitatif menyiratkan pentingnya peneliti sebagai alat pengumpul
data. Sebagaimana Moleong (2010:9) kemukakan yaitu:
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang
lain merupakan alat pengumpul data utama… Selain itu, hanya manusia
sebagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek
lainnya, dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-
kenyataannya dilapangan.
Sugiyono (2012:306) mengemukakan:
58
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat
kesimpulan atas temuannya.
Untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian
diperlukan teknik pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan
penelitian. Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2010:157), “Sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan. Selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain”. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan oleh peneliti yaitu:
1. Angket
Kartono (1996:217) menyebutkan:
Angket atau questionnaire ialah penyelidikan mengenai suatu masalah
yang banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dengan jalan
mengedarkan formulir daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada
sejumlah subjek, untuk mendapatkan jawaban (tanggapan, respons) tertulis
seperlunya.
Metode angket dapat digunakan sebagai pelengkap dalam metode kualitatif.
Sebagaimana Kartono kemukakan, “…Metode angket juga dipakai untuk
memperoleh informasi-informasi yang kualitatif”. Angket ditujukan untuk sasaran
melalui sejumlah pertanyaan-pertanyaan mendalam mengenai program
pembangunan rumah layak huni.
Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan kategori
pertanyaan tertutup. Konstruksi item pilihan ganda dengan pertanyaan beragam
yang diajukan disertakan empat pilihan jawaban. Angket diberikan kepada 20
59
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
orang pada tanggal 15 Desember 2012 ketika pelaksanaan program pembangunan
rumah layak huni dilaksanakan.
2. Wawancara
Esterberg (Sugiyono, 2012:317) mengemukakan, “Wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.
Peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang menjadi narasumber
yang dapat dipercaya, yaitu Dewan Fasilitator LPM yang dijabat oleh Lurah
Kelurahan Setiamanah, Ketua LPM Setiamanah, dan Anggota LPM yang diwakili
oleh seksi pembangunan dan lingkungan hidup.
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Sebagaimana
menurut Sugiyono (2012: 319) yaitu:
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa
yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara,
pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disediakan.
Peneliti melakukan wawancara terstruktur kepada tiga orang responden
dengan pertanyaan yang sama. Dalam melakukan wawancara, peneliti dibantu alat
pengumpul data, yaitu buku catatan, kamera untuk memotret rumah masyarakat
miskin sebelum dan sesudah program pembangunan rumah layak huni, dan alat
perekam suara sehingga informasi-informasi penting dapat terkumpul sesuai
dengan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan pada tanggal 5 November 2012
kepada Dewan Fasilitator LPM. Tanggal 17 Desember 2012 kepada anggota LPM
60
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
yaitu seksi pembangunan dan lingkungan hidup. Tanggal 20 Desember 2012
kepada ketua LPM.
3. Observasi
Kartono (1996:157) menyebutkan bahwa, “Observasi adalah studi yang
disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan
jalan pengamatan dan pencatatan”. Di sini peneliti mencoba mengobservasi peran
pengelola LPM dan partisipasi masyarakat di Kelurahan Setiamanah dalam
pembangunan rumah layak huni.
Bentuk observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif. Sebagaimana
Sugiyono (2012:310) kemukakan:
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan
oleh nara sumber, dan ikut merasakan suka dukanya.
Jenis observasi yang dilakukan yaitu observasi partisipasi aktif, yaitu peneliti
ikut melakukan apa yang dilakukan oleh responden, yaitu upaya pengelola LPM
selama proses pembangunan. Peneliti mencoba untuk mengobservasi hasil
wawancara dengan kenyataan pada pelaksanaan program yang dilaksanakan.
Observasi pada keluarga miskin yang mendapatkan bantuan dan masyarakat yang
ikut terlibat dalam pelaksanaan program dengan tujuan hasil angket dengan
pelaksanaan program yang mereka lakukan. Observasi dilakukan selama program
pembangunan dilaksanakan, yaitu pada tanggal 15 Desember 2012-29 Desember
2012 yang dilakukan pada 10 penerima program.
61
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4. Studi dokumentasi
Sugiyono (2012:329) menyebutkan bahwa “Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang’. Studi dokumen merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan
studi dokumentasi guna memperoleh data secara tertulis yang diperlukan untuk
melengkapi data penelitian, yaitu dengan cara membaca, menelaah, mengkaji
berbagai dokumen yang sekiranya berhubungan dengan permasalahan yang
sedang diteliti. Dokumentasi yang dikaji adalah dokumen LPM (sejarah
pembentukan, sarana prasarana yang dimiliki, dan lain-lain), foto-foto
pelaksanaan program pembangunan rumah layak huni yang sebelumnya telah
dilakukan, surat-surat yang berkaitan dengan pelaksanaan program.
E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif langkah-langkah/tahapan secara garis besar
dibagi kedalam tiga bagian, yaitu: 1) tahap persiapan/pra lapangan, 2) tahap
pelaksanaan, dan 3) tahap pelaporan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pra lapangan
Tahap pra lapangan merupakan tahap awal dalam penelitian. Pada tahap ini
peneliti mula-mula melakukan:
a) Menyusun rancangan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan berangkat
dari permasalahan dalam lingkup peristiwa yang sedang terus berlangsung
62
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
dan bisa diamati. Peristiwa-peristiwa yang diamati dalam konteks kegiatan
orang-orang/organisasi.
b) Memilih lapangan. Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian, maka dipilih lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber
data. Pemilihan lapangan didasarkan pada rekomendasi pihak-pihak yang
berhubungan langsung dengan lapangan. Selain itu pemilihan lapangan juga
mempertimbangkan teori substantif dan rumusan masalah penelitian.
c) Mengurus perijinan. Mempersiapkan surat ijin dari lembaga terkait untuk
pelaksanaan penelitian, yang dimulai dari lingkungan UPI sampai ke lembaga
pemerintahan yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini.
d) Menjajaki dan menilai lapangan. Hal ini dilakukan untuk mengenal unsur
lingkungan sosial, fisik, dan keadaan alam sehingga peneliti dapat
mempersiapkan diri, mental, maupun fisik.
e) Memilih dan memanfaatkan informan. Informan dapat membantu peneliti
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
f) Menyiapkan perlengkapan penelitian. Peneliti sejauh mungkin menyiapkan
segala alat dan perlengkapan penelitian yang diperlukan sebelum memasuki
lapangan, seperti buku catatan, alat tulis, kamera foto, tape recorder, dan lain-
lain.
g) Persoalan etika dalam penelitian. Peneliti harus menghormati dan mematuhi
nilai-nilai yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, peneliti hendaknya
menyesuaikan diri dengan adat, kebiasaan, dan kebudayaan setempat.
2. Tahap pelaksanaan
63
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Tahap ini merupakan tahap penggalian informasi data secara keseluruhan dan
mendalam dengan mengenal lebih dekat kepada subyek penelitian. Pada tahap ini
peneliti melakukan:
a) Memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri. Memahami latar
penelitian; latar terbuka; di mana secara terbuka orang berinteraksi sehingga
peneliti hanya mengamati, sedangkan latar tertutup di mana peneliti
berinteraksi secara langsung dengan subjek yang perlu diamati secara teliti
melalui wawancara secara mendalam.
b) Menyiapkan instrumen penelitian berdasarkan hasil pra lapangan mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan informasi yang akan digali.
c) Peneliti memilih subjek yang akan dijadikan sebagai sumber data untuk
dimintai informasinya. Yaitu wawancara dengan satu orang pengelola LPM,
satu orang Lurah, dan tiga orang masyarakat miskin sebagai sasaran program
pembangunan rumah layak huni dan mengobservasi sesuai dengan tujuan
penelitian.
3. Pelaporan
Pelaporan merupakan tahap terakhir yang dilakukan peneliti. Pada tahap ini
peneliti melakukan penyusunan data sehingga menjadi sebuah laporan penelitian
yang disusun secara sistematis. Oleh karena itu, data perlu diolah terlebih dahulu
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
64
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan berasal dari hasil angket yang telah diisi
oleh responden yang berjumlah 20 orang, hasil wawancara kepada tiga orang
pengelola LPM, dan hasil observasi yang peneliti amati selama pembangunan
dilaksanakan.
Miles and Huberman (1992:21) mengemukakan hal-hal yang terdapat dalam
analisis kualitatif. Analisis tersebut terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi. Langkah-langkah tersebut digambarkan sebagai berikut:
1. Reduksi Data (data reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,
dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data (data display)
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian-penyajian ini meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan
bagan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang
sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah
65
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-
penyajian tersebut.
3. Kesimpulan (conclusion)/verifikasi.
Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak akan muncul sampai
pengumpulan data berakhir, tergantung besarnya kumpulan-kumpulan catatan
lapangan. Kesimpulan-kesimpulan juga diversifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas
dalam pikiran penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-
catatan lapangan serta tukar pikiran.
Analisis data yang telah terkumpul melalui angket diolah dengan
pengolahan statistik deskriptif yaitu persentase dengan berbagai tafsiran.
Langkah-langkah yang ditempuhnya adalah sebagai berikut :
a. Membuat tabel dengan kolom alternatif jawaban, frekuensi dan
presentasinya.
b. Membuat frekuansi yang di observasi (f) dengan jalan menjumlahkan tally
dari setiap alternatif jawaban
c. Mencari frekuensi seluruhnya (n) dengan jalan menjumlahkan frekuensi-
frekuensi yang diobservasi dari setiap alternatif jawaban.
d. Mencari presentase dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P = persentase jawaban
f = jumlah frekuensi jawaban yang diberikan
66
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
n = jumlah responden yang menjawab pertanyaan
100 % = Bilangan tetap
Setelah data diolah dengan formula diatas, untuk memudahkan penarikan
kesimpulan menggunakan penafsiran dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :
0 % = Tak Seorangpun
1 % - 24 % = Sebagian Kecil
25 % - 49 % = Kurang dari setengahnya
50 % = Setengahnya
51 % - 74 % = Lebih dari setengahnya
75 % - 99 % = Sebagian besar
100 % = Seluruhnya
(Arikunto, 1998:115)
Dengan berpedoman kepada perhitungan di atas, maka setiap jawaban yang
diperoleh dapat diketahui persentasenya, dan akan mempermudah menafsirkan
data dalam penelitian ini. Penafsiran dilakukan dengan membandingkan frekuensi
data presentase dari jawaban yang telah diberikan responden, kemudian hasilnya
dianalisa berdasarkan teori dan konsep maupun hasil temuan yang telah ada dan
relevan dengan penelitian ini.
G. Validitas Hasil Penelitian
Moleong (2010:324-343) mengungkapkan uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi: uji credibility (validitas internal), transferability
(validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).
67
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
1. Derajat kepercayaan (credibility)
Kriteria ini berfungsi: pertama melaksanakan inkuiri sedemikian rupa
sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, kedua
mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Hal ini
mencakup:
a) Perpanjangan keikutsertaan. Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah
instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam
pengumpulan data. Kelikutsertaan terebut tidak hanya dilakukan dalam
waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada
latar penelitian.
b) Ketekunan pengamatan. Hal ini bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang di cari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara
rinci.
c) Triangulasi. Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.
d) Pemeriksaan sejawat melalui diskusi. Maksud dari teknik ini yaitu: 1) untuk
membuat peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, 2)
diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik
untuk menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti.
68
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
e) Analisis kasus negatif. Teknik analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan
mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan
kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai
bahan pembanding.
f) Kecukupan referensial. Bahan-bahan yang tercatat atau terekam dapat
digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan
penafsiran data, seperti alat perekam.
g) Pengecekan anggota. Para anggota yang terlibat yang mewakili rekan-rekan
mereka dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan
situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti.
2. Keteralihan (transfersiblity)
Generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua
konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada
sampel yang secara representatif mewakili populasi itu. Hal ini mencakup uraian
rinci (thick description). Keteralihan bergantung pada pengetahuan seorang
peneliti tentang konteks pengirim dan penerima. Dengan demikian peneliti
bertanggung jawab terhadap penyediaan dasar secukupnya yang memungkinkan
seseorang merenungkan suatu aplikasi pada penerima sehingga memungkinkan
adanya pembandingan.
3. Kebergantungan (dependability)
Peninjauan dalam kualitatif memperhitungkan segalanya-galanya, yaitu yang
ada pada reliabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lainnya yang bersangkutan.
Hal ini mencakup audit, yaitu pencatatan pelaksanaan secara klasifikasi, seperti
69
Devy Swasti Argyarini, 2013 Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Rumah Layak Huni Bagi Masyarakat Miskin (Studi Di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
data mentah, data yang direduksi dan hasil kajian, catatan tentang proses
penyelenggaraan, dan lain-lain.
4. Kepastian (conformability)
Pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa
atau banyak orang, barulah dikatakan objektif. Jika sesuatu itu objektif, berati
dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Hal ini dilakukan dengan teknik
auditing.