35
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMI Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai subjek penelitian yang melaksanakan tradisi sedekah bumi dan tradisi sedekah bumi itu sendiri yang dilaksanakan oleh masyarakat Made. Pembahasan mengenai masyarakat Made meliputi: sejarah masyarakat Made, keadaan geografis, sosiologis, demografis dan keagamaan masyarakat Made. Pembahasan tersebut penting sebagai asumsi pijakan untuk menganalisis sejauh mana keadaan-keadaan yang melingkupi masyarakat Made memengaruhi pemaknaan terhadap tradisi sedekah bumi. Sedangkan pembahasan tradisi sedekah bumi meliputi: sejarah tradisi sedekah bumi masyarakat Made, tata cara sedekah bumi masyarakat Made, tradisi sedekah bumi masyarakat Made dalam konteks modern. 3.1. Masyarakat Made Masyarakat Made yang dimaksud merujuk pada seklompok warga atau masyarakat yang secara administratif tinggal di Kelurahan Made, Kecamatan Sambi Kerep, yang terletak di kawasan Surabaya Barat. 3.1.1. Sejarah dan Asal Usul Desa Made Kelurahan Made terbentuk dari penyatuan pedukuhan Watulawang, Ngemplak, dan Made. Kelurahan Made berbatasan dengan Kabupaten Gresik. Sekitar dua puluh tahun yang lalu, kampung Made masih terasing

BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

  • Upload
    ngoque

  • View
    251

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III

MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMI

Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai subjek

penelitian yang melaksanakan tradisi sedekah bumi dan tradisi sedekah bumi itu

sendiri yang dilaksanakan oleh masyarakat Made. Pembahasan mengenai

masyarakat Made meliputi: sejarah masyarakat Made, keadaan geografis,

sosiologis, demografis dan keagamaan masyarakat Made. Pembahasan tersebut

penting sebagai asumsi pijakan untuk menganalisis sejauh mana keadaan-keadaan

yang melingkupi masyarakat Made memengaruhi pemaknaan terhadap tradisi

sedekah bumi. Sedangkan pembahasan tradisi sedekah bumi meliputi: sejarah

tradisi sedekah bumi masyarakat Made, tata cara sedekah bumi masyarakat Made,

tradisi sedekah bumi masyarakat Made dalam konteks modern.

3.1. Masyarakat Made

Masyarakat Made yang dimaksud merujuk pada seklompok warga atau

masyarakat yang secara administratif tinggal di Kelurahan Made, Kecamatan

Sambi Kerep, yang terletak di kawasan Surabaya Barat.

3.1.1. Sejarah dan Asal Usul Desa Made

Kelurahan Made terbentuk dari penyatuan pedukuhan Watulawang,

Ngemplak, dan Made. Kelurahan Made berbatasan dengan Kabupaten

Gresik. Sekitar dua puluh tahun yang lalu, kampung Made masih terasing

Page 2: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

dari perkampungan lain di Surabaya, sebab wilayahnya yang berada di

pinggiran kota. Terlebih, akses menuju Made saat itu masih berupa jalan

tanah atau makadam.49 Lebih jauh lagi, Sejarahwan Surabaya, Dukut Imam

Widodo, menceritakan bahwa tempo dulu, Karisidenan Soerabaia

(Surabaya) terdiri dari District (Kecamatan) Soerabaja, District Jabakota,

District Bawean, dan District Gunung Kendeng. Desa Made dulunya masuk

dalam wilayah District Gunung Kendeng, kalau sekarang Lakarsantri.50

Mengenai sejarah dan asal usul Made terdapat beberapa versi.

Pertama, menurut Bambang Sugijarto, selaku Lurah Made tahun 2007,

Kampung Made dulu bernama Tawangsari. Penggunaan nama Made

dilakukan untuk menghormati jasa pejuang revolusi I Made Suganda yang

pernah tinggal di kawasan rawa-rawa di kawasan tersebut. I Made Suganda

begitu karismatis dan mengundang simpati warga. Bahkan, kemudian

sejumlah warga memeluk agama Hindu seperti yang dianut I Made

Suganda. Tidak diketahui secara pasti kapan perubahan nama

kampung/desa itu terjadi. Oleh warga setempat, I Made Suganda mendapat

panggilan akrab Wak Made. Dia digambarkan sangat mewarnai kehidupan

masyarakat di situ. Di antaranya, mampu menata daerah Made yang dulu

gersang menjadi hijau subur. Rumahnya kemudian difungsikan sebagai

punden dan tak pernah sepi dikunjungi warga. Rumah tersebut diberi nama

49 Dedy H Syahrul, “Kelurahan Made, Kampung Bali di Surabaya - Adakan Ritual Bersama, Rukun

meski Beda Agama,” Harian Jawa Pos, 20 September 2007. 50 Dukut Imam Widodo, Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe, Buku II, (Surabaya: Dukut Publishing,

2008), 349.

Page 3: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

Punden Singojoyo. Disamping itu, Wak Made juga mengajak masyarakat

sekitarnya hidup rukun, meski berbeda agama.51

Sedikit berbeda dengan versi pertama, bahwa istilah Made memang

berasal dari nama seorang Hindhu yang bernama I Made Suganda, tetapi

versi kedua ini menuturkan bahwa I Made Suganda atau Ida Made Suganda

bukanlah pejuang revolusi kemerdekaan melainkan seseorang yang

menemukan atau membangun kampung Made. Rumah, tempat

persemayaman dan pertapaan Ida Made Suganda, disebut oleh warga sekitar

sebagai Punden Singojoyo. Adapun perjuang revolusi kemerdekaan yang

dimaksud adalah bernama Darmo Sugondo. Pada waktu itu Darmo Sugondo

karena menentang pemerintah kolonial Belanda, dia dikejar-kejar oleh

tentara Belanda. Kemudian Darmo Sugondo bersembunyi dalam Punden

Singojoyo. Konon, Darmo Sugondo saat itu selamat dari kejaran tantara

Belanda karena diselamatkan oleh Ida Made secara ghaib. Walaupun

sejatinya Darmo Sugondo ada di lokasi tersebut, namun para penjajah

kolonial tidak dapat melihatnya.52

Versi ketiga menuturkan bahwa nama “Made” bukanlah berasal dari

Wak Made atau I Made Suganda. Namun “Made” dalam bahasa Jawa Kuno

berarti “di tengah-tengah.” Hal tersebut merujuk pada posisi wilayah Made

pada waktu pembukaannya pertama kali. Dikisahkan dulunya daerah Made

dan sekitarnya adalah alas atau hutan belukar. Lebih kurang 650 hektar

51 Syahrul, “Kelurahan Made,.” 52 “Kampung Made Balinya Surabaya,” Situs AyokeSurabaya.com, diakses Juni 2017,

http://ayokesurabaya.com/home/read/kampung-made-balinya-surabaya

Page 4: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

daerah yang semula alas, dibuka, hingga menjadi desa, namun ketika itu

belum ada yang menghuni melainkan Ingkang Sinuhun (seorang yang

dijunjung/agung – tidak diketahui namanya). Batas selatan semula belukar,

pegunungan sebelah barat hutan yang pernah dihuni bongsone demit

(bangsa jin), bagian utara alas yang hasil tebangan kayunya malang

sungsang dibalut oleh akar beringin, sedangkan di timur sisa tunggak pohon

kesambi yang amat kerep (rapat/dempet), sehingga Ingkang Sinuhun merasa

kecil dihadapan Sang Pencipta Alam yang hutannya telah rampung dibuka

menjadi desa. Karena pohon besar yang disisakan untuk istirahat berada

“ditengah-tengah” daerah perdikan, maka daerah tersebut dinamakan

Made.53

Versi keempat, sebagaimana dituturkan oleh sesepuh masyarakat

Made, yaitu Mbah Seniman atau Mbah Man, bahwa istilah “Made” bukan

berasal dari Bali atau diasosiasikan dengan Bali, tetapi Made adalah

akronim Macan Gedhe (Harimau/Singa Besar) atau Macan Alas Gedhe

(Harimau/Singa dari hutan besar). Hampir sama dengan versi ketiga, bahwa

dulu kala, kawasan Made hanya dihuni satu orang saja, (tidak dijelaskan

siapa namanya), dimana wilayah sekitarnya masih berupa hutan belukar.

Orang tersebut memiliki binatang peliharaan Singo dan Macan Gedhe

(Singa dan Harimau). Orang tersebut dan Singa-nya bertapa dan membuat

petilasan, yang kemudian dikenal sengan Singojoyo atau Mbah Singojoyo,

53 “Histori Made,” Situs desomade.blogspot.co.id., diakses Juni 2017,

http://desomade.blogspot.co.id

Page 5: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

sedangkan Macan bertugas menjaganya. Sampai suatu ketika, hutan besar

(alas gedhe) di kawasan selatan rusak dan Macan pergi ke hutan tersebut

(alas gedhe). Lama berselang, suatu hari Macan akhirnya kembali ke

tempatnya, sehingga disebut Macan Alas Gedhe, dari situlah nama Made

terbentuk. Mbah Singojoyo itulah yang kemudian dinisbatkan sebagai

pendiri kampung Made.54

Perihal cerita tentang pejuang revolusi kemerdekaan yang bernama

Darmo Sugondo, Mbah Man menunjukkan dokumen sejarah singkatnya

yang beliau tanda tangani. Dalam dokumen tersebut dijelaskan bahwa

mengenai tokoh pejuang Alamarhum Bapak Darmo Sugondo memang dulu

ada, beliau bernama asli Kamin, yang berasal dari Desa Banjar Melati,

Karang Pilang, Surabaya. Beliau ditemani tiga orang tokoh Desa Made,

yaitu Almarhum Bapak Seno, yang tidak lain adalah Bapak Mbah Seniman,

Bapak Jemblang dan Bapak Blandong. Keempat orang tersebut mempunyai

cita-cita agar warga mendapat keadilan dan kemakmuran. Pada saat itu

masih masa revolusi kemerdekaan, bangsa Indonesia termasuk warga Made

masih belum sejahtera dan penjajahan Belanda masih menghantui. Mereka

meninggalkan kisah sejarah bangunan Tugu Wukiro Tawu atau Punden

Singojoyo. Sampai sekarang bangunan tersebut sudah direnovasi yang

keempat kali tahun 1975 dan yang kelima tahun 2014. Almarhum Bapak

54 Mbah Seniman/Mbah Man, diwawancarai oleh Peneliti, 2017.

Page 6: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

Sugondo pindah ke Jakarta melanjutkan tugasnya dan tak lama kemudian

meninggal dunia tanggan 12 Desember 1959.55

Versi kelima adalah hasil studi dari Bayu Dwi Nurwicaksono yang

mengeksplorasi nilai budaya dalam tradisi lisan Rupa Bumi di Desa Made

tahun 2013, menjelaskan keberadaan cerita rakyat asal mula Desa Made.

Dalam cerita tersebut terdapat tokoh utama yaitu Singojoyo, ia yang paling

banyak diceritakan baik pada saat sosoknya masih ada dalam dunia nyata

maupun saat sosoknya telah tiada. Latar tempat yang digunakan dalam ceita

adalah Alas (Hutan) Gunung Liwang-Liwung, yang dianggap merupakan

cikal bakal Desa Made, dengan latar waktu masa-masa penjajahan Belanda

empat abad silam. Singojoyo merupakan tokoh yang babat alas Gunung

Liwang-Liwung untuk membuka Desa Made. Punden Singojoyo

merupakan petilasan Mbah Joyo sebelum akhirnya menghilang secara

misteirus. Tempat Mbah Joyo biasa bertapa yang berada di bawah pohon

besar jika dilihat terus menerus menunjukkan guratan-guratan yang

membentuk wajah Singo (Harimau/Singa).56

Keseluruhan versi asal usul Kampung Made di atas lebih kurang

terdapat kesamaan cerita, yang intinya menunjukkan bahwa berdirinya

Kampung Made diawali dari adanya orang atau mungkin sekelompok orang

yang membuka lahan hutan sebagai tempat tinggal yang lambat laun

55 Dokumen Mbah Seniman berjudul, “Sejarah Singkat Desa Made Mengenai Tokoh Pejuang 45

dan Bangunan Punden.” 56 Bayu Dwi Nurwicaksono, “Eksplorasi Nilai Budaya dan Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan

Lokal dalam Tradisi Lisan Rupa Bumi dan Ancangan Revitalisasinya Melalui Implementasi

Kurikulum 2013 dan Program Agrowisata,” (Thesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2013).

Page 7: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

menjadi pedukuhan dan pedesaan. Berbagai versi tersebut menunjukkan

adanya cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun di masyarakat

Made. Sebagaimana cerita rakyat pada umumnya, yang terkadang ada

beberapa versi, perbedaan nama tokoh, atau penyebutan tempat, dan

sebainya, tetapi inti ceritanya sama. Tidak ada bukti atau penyeldidikan

sejarah secara mendalam mengenai berdirinya Kampung Made. Sehingga

cerita-ceirta rakyat tersebut cenderung diterima dan dianggap sebagai

kebenaran bagi masyarakat Made.

Dari cerita rakyat itu setidaknya menggambarkan cara pandang dan

kepercayaan masyarakat Made terhadap asal-usul wilayahnya. Cerita rakyat

dan kepercayaan tersebut merupakan mitos, dan Punden Singojoyo sebagai

pusat dari cerita tersebut adalah tempat yang sakral. Sebagaimana dijelaskan

oleh Kuntowijoyo, bahwa orang Jawa (tradisional) tunduk pada alam,

mereka melihat alam sebagai kenyataan yang serba dahsyat, tak terjangkau

dan menguasai manusia. Karenanya kebudayaan Jawa penuh dengan

mitologisasi (memitoskan), sakralisasi (mengeramatkan) dan mistifikasi

(memandang segala sesuatu sebagai misteri). Mitologisasi dan sakralisasi

dapat ditemukan pada orang, tempat, waktu dan peristiwa.57 Dengan

demikian masyarakat Made yang menjadi bagian dari masyarakat Jawa

tidak terepas dari upaya mitologisasi dan sakralisasi terhadap Punden

Singojoyo dan Mbah Singojoyo atau I Made Suganda.

57 Kuntowijoyo, Esai-Esai Budaya dan Politik, Selamat Tinggal Mitos Selamat Datang Realitas,

(Bandung: Mizan, 2002), 108.

Page 8: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

3.1.2. Kondisi Geografis, Sosiologis dan Demografis

Kelurahan Made terletak di Kecamatan Sambikerep, termasuk

wilayah geografis Kota Surabaya yang merupakan bagian dari Wilayah

Surabaya Barat, dengan ketinggian ± 12 meter diatas permukaan laut. Luas

wilayah Kelurahan Made adalah 4,47 Km2 dengan jarak ke kecamatan ±2

Km. 58 Secara keseluruhan di Kecamatan Sambikerep, curah hujan rata-rata

per bulan adalah 209,4 mm dengan rata-rata hari hujan per bulan adalah 17

hari, rata-rata temperatur adalah 28,7 derajat celcius.59 Adapun batas-batas

administratif Kelurahan Made adalah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Bringin Kecamatan

Sambikerep;

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Lakarsantri;

c. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sambikerep,

Kecamatan Sambikerep;

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Gresik.

Sehingga Kelurahan Made terletak di kawasan pinggiran Surabaya yang

berbatasan langsung dengan Kabupaten Gresik. Berikut penampakan

wilayah Kelurahan Made berdasarkan citra satelit dari google map:

58 BPS Kota Surabaya, Kecamatan Sambikerep dalam Angka tahun 2016, (Surabaya: BPSKota

Surabaya, 2016), 1-2. 59 Ibid., 3-5.

Page 9: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

Berdasarkan peta di atas dan observasi di lapangan, diketahui bahwa

Kelurahan Made berdekatan dengan kawasan elit Surabaya, yaitu

Perumahan Citra Raya atau Citraland. Kawasan Citraland memang sangat

luas, tidak hanya mencakup sebagian wilayah Kelurahan Made tetapi juga

beberapa kelurahan lain diskeitarnya, seperti Kelurahan Sambikerep,

Lakarsantri, Lontar, dan Lidah Kulon. Selain terdapat perumahan mewah

dengan jalan dan taman yang rindang, juga terdapat berbagai pertokoan,

perkantoran, rumah sakit, sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai dengan

Gambar 3.1. – Peta Citra Satelit Kelurahan Made dari Google Map

Page 10: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

perguruan tinggi yaitu Universitas Ciputra, termasuk juga sarana hiburan,

seperti Ciputra Waterpark, yang lokasinya tidak jauh dari Kantor Kelurahan

Made. Sehingga secara sosiologis terdapat pemandangan yang cukup

mencolok di Kelurahan Made, di satu sisi terdapat kawasan perumahan elit

dengan berbagai sarana dan prasarananya, di sisi lain terdapat suasan

perkampungan.

Secara administratif internal, Kelurahan Made terbagi dalam 8

Rukun Warga (RW) dengan 29 Rukun Tetangga (RT). Berdasarkan data di

Kecamatan Sambikerep tahun 2015, jumlah penduduk Kelurahan Made

adalah 8158 dengan kepadatan penduduk 1825 Jiwa/Km2, dengan jenis

kelamin laki-laki sejumlah 4289 dan perempuan sejumlah 3288.60

Mayoritas penduduk Made adalah suku Jawa, sebagian kecil adalah suku

Madura. Mbah Seniman dan keluarganya merupakan suku Madura yang

sudah turun temurun tinggal di kampung Made.61

Secara tingkat ekonomi atau kesejahteraan, masih cukup banyak

terdapat Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I di Kelurahan

Made. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat ekonomi masyarakat Made

adalah menengah ke bawah. Data dari BPS Kota Surabaya menunjukkan

bahwa jumlah keluarga Pra Sejahtera di Kelurahan Made adalah 110, dan

Keluarga Sejahtera Tingkat I adalah 172.62 Dari total 1885 keluarga,

60 BPS Kota Surabaya, Kecamatan Sambikerep., 16-18. 61 Mbah Seniman, Wawancara dengan Peneliti, Juni 2017. 62 BPS Kota Surabaya, Kecamatan Sambikerep., 54.

Page 11: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

terdapat 196 kepala keluarga di Kelurahan made yang tidak bekerja, dan

167 kepala keluarga perempuan.63

Aktivitas perekonomian penduduk Made, sebagian besar adalah

pekerja, banyak di antaranya bekerja di PT. Citraland, termasuk Pak Sadi,

putra dari Mbah Seniman.64 Kemudian juga ada yang berprofesi sebagai

petani/peternak, pedagang, dan lain-lain. Di Kelurahan Made juga tidak

terdapat bank, terdapat satu buah restoran atau rumah makan, dan dua

minimarket/supermarket.65 Banyaknya lahan yang kemudian dibeli

pengembang dan dialihfungsikan menjadi perumahan dan apartemen,

membuat aktivitas pertanian di Kelurahan Made semakin berkurang tiap

tahunnya.

Mbah Seniman menuturkan bahwa sekitar tahun 1970-an wilayah

Made masih didominasi pertanian, saat itu hanya satu orang saja yang

memiliki sepeda motor. Hal tersebut menunjukkan tingkat ekonomi yang

masih sangat rendah. Namun tidak lama pengembang masuk, mulai

membeli lahan warga, dan melakukan pembangunan. Sebagian

menggunakan jasa warga Made. Mereka yang semula bertani karena tidak

ada lahan juga ada kebutuhan tenaga pembangunan, kemudian beralih

profesi. Sehingga lama kelamaan masyarakat Made menjadi makmur.

Ketika ada proyek perluasan kota Surabaya di tahun 1990-an, membuat

Made semakin kelihatan maju. Dan di tahun 2000-an Made sudah bukan

63 Ibid., 55-56 64 Pak Sadi bin Seniman, Wawancara oleh Peneliti, Juni 2017. 65 BPS Kota Surabaya, Kecamatan Sambikerep., 62-63.

Page 12: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

sebuah desa lagi yang terpencil, tetapi Made adalah kota (menjadi bagian

dari Kota Surabaya).66

Saat ini aktivitas pertanian di Kelurahan Made memang masih ada,

tetapi sistemnya adalah sawah tadah hujan, tidak melalui pengairan/irigasi,

dengan luas lahan kurang lebih 211,85 Ha, dengan catatan sebagian besar

lahan tersebut bukan lahannya warga, tetapi lahan milik pengembang yang

dimanfaatkan sebagai pertanian. Di Kelurahan Made juga terdapat

Gabungan Kelompok Tani Made Bersinar (Gapoktan Made Bersinar) yang

merupakan gabungan kelompok tani, beranggotakan sekitar 563 penduduk

Kelurahan Made dan melaksanakan kegiatan pertanian/bercocok tanam di

lahan persawahan maupun lahan pekarangan. Tanaman yang dikembangkan

oleh Gapoktan Made Bersinar adalah tanaman holtikultura seperti cabe,

tomat, jagung dan tanaman sayuran lainnya.

Pemerintah Kota Surabaya sejak tahun 2009, berupaya menerapkan

urban farming di Kelurahan Made. Hal tersebut dilakukan untuk

meningkatkan perekonomian warga dan memanfaatkan lahan-lahan yang

tidak/masih belum digunakan, meskipun jumlahnya terbatas. Menurut

Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya tahun 2010, Syamsul Arifin,

menjelaskan bahwa kegiatan ini mampu menarik perhatian dan antusias

warga. Warga kota bahu membahu mulai dari pembelian bibit, mananam

hingga pada tahap pemasaran, Karena danyak dampak positif yang dapat

dirasakan warga seperti meningkatnya penghasilan dan hasil kebun juga

66 Mbah Saniman, Wawancara dengan Peneliti, Juni 2017.

Page 13: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

makin beragam. Beberapa komoditi pertanian produksi tanaman

hortikultura yang disiapkan untuk masyarakat, antara lain pare hijau, pare

welut, kacang panjang, gambas, lodrong, terong, sawi cabut, kangkung

cabut, bayam cabut, tomat, daun seruni/kenikir, kemangi, daun ketela

pohon, terong lalap, krai, mentimun, ketela pohon, jagung sayur, ubi jalar

dan cabai merah.67

Studi dari Renny Ratna Dewi dan Eko Budi Santoso terkait arahan

program urban farming di Kelurahan Made menunjukkan bahwa

masyarakat Kelurahan Made hingga saat ini masih menerapkan sistem

pertanian tradisional dengan memanfaatkan lahan-lahan tidur milik

developer sebagai media tanam. Hal itu tentunya tidak akan berjalan dalam

jangka waktu yang cukup lama karena lahan-lahan tersebut akan beralih

fungsi menjadi lahan perumahan yang akan berimbas pada ketersediaan

lahan yang semakin terbatas dan berdampak pada aktivitas pertanian di

Kelurahan Made. Alih fungsi lahan tersebut tentunya akan berimbas pada

ketersediaan lahan yang semakin sedikit dan berdampak pada aktivitas

pertanian di Kelurahan Made. Menanggapi hal tersebut, maka perlu adanya

dorongan dari pemerintah untuk membantu masyarakat dalam

meningkatkan efektivitas kegiatan pertanian perkotaan di wilayah tersebut

dengan cara mengembangkan beberapa metode pertanian modern yang

cocok untuk masyarakat Kelurahan Made agar masyarakat siap dalam

67 “Antusias Warga di Panen Raya Kelurahan Made,” Situs Surabaya.go.id., 13-03-2010,

http://www.surabaya.go.id/pelayanan%20publik/441-antusias-warga-di-panen-raya-kelurahan-

made

Page 14: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

menghadapi tantangan perkotaan di masa yang akan datang terkait dengan

keterbatasan lahan serta daya saing sektor pertanian kedepannya.68

Sementara studi dari Lilik Wahyu Athariyanto menyimpulkan

bahwa penyelenggaraan urban farming di Kelurahan Made dapat dikatakan

cukup berhasil. Hal ini ditandai dengan menurunnya jumlah angka

kemiskinan dan telah terdapat komoditas perdagangan hasil pertanian di

Kelurahan Made. Para petani di Kelurahan Made telah mampu memasarkan

produknya di pasaran dan mendapatkan manfaat finansial dari hasil

penjualan produk hasil pertanian. Tetapi, dalam proses penyelenggaraan

urban farming di Kelurahan Made, terdapat banyak kekurangan yang

bersifat konseptual yang harus dibenahi. Seperti terkait permasalahan

bagaimana Pemerintah Kota Surabaya menjamin keberlangsungan

pelaksanaan urban farming. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya suatu

aturan hukum yang jelas yang menjamin dan melindungi kegiatan pertanian

kota (urban farming) di Kota Surabaya.69

Dari data-data di atas dapat diketahui bahwa masyarakat Made

secara geografis, mulanya merupakan kawasan pertanian, tetapi dalam

perkembangan karena lahannya telah banyak dibeli oleh pengembang maka

kawasan pertaniannya menjadi jauh berkurang. Namun usaha-usaha untuk

mempertahankan dan mengembangkan pertanian masyarakat Made terus

68 Renny Ratna Dewi dan Eko Budi Santoso, “Arahan Peningkatan Pengelolaan Program Urban

Farming di Kelurahan Made Kecamatan Sambikerep Surabaya,” Perencanaan Wilayah dan Kota,

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) (t.t.). 69 Lilik Wahyu Athariyanto, IMPLEMENTASI PROGRAM URBAN FARMING DI

KELURAHAN MADE KECAMATAN SAMBIKEREP KOTA SURABAYA, Jurnal Mahasiswa

Unesa (t.t.)

Page 15: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

dilakukan dan didukung oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui program

urban farming dengan corak holtikultura. Sehingga saat ini, pertanian masih

menjadi profesi sebagian masyarakat Made, meski tidak lagi dominan

seperti dulu. Secara demografis, wilayah Made adalah wilayah yang cukup

padat, sekalipun tidak sepadat wilayah di tengah kota. Hal tersebut sebagai

implikasi dari perkembangan Made yang saat ini sudah menunjukkan

nuansa kota, terlebih terdapat perumahan elit, berbagai perkantoran dan

tempat hiburan yang modern di sekitar wilayah Made. Secara sosial

ekonomi, sekalipun telah terdapat kemajuan, namun sebagian besar

masyarakat Made masih masuk dalam kategori Keluarga Pra Sejahtera dan

Keluarga Sejahtera Tingkat I. Secara sosio kultural masyarakat Made

termasuk dalam sub kultur masyarakat Jawa.

3.1.3. Keberagaman Agama dan Kerukunan

Kebanyakan warga Made memeluk Islam. Hanya segelintir yang

beragama Hindu. Bahkan, kini tinggal tujuh keluarga yang menganut Hindu.

Menurut Samsari, warga yang rumahnya tak jauh dari Punden Singojoyo,

masyarakat sering menggunakan Punden Singojoyo untuk berdoa bersama

khususnya setiap malam Jumat Kliwon. Ritualnya campuran agama Hindu

dan Islam. Tapi, doa-doanya, menggunakan ajaran Islam seperti doa

tahlilan. Sedangkan perlengkapan doanya mirip yang biasa disiapkan umat

Page 16: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

Hindu untuk sesaji, seperti membawa sesajen, dupa, bunga pancawarna, dan

macam-macam makanan.70

Melihat corak keagamaan masyarakat Made, sekalipun mayoritas

Islam, namun praktik-praktik keagamaan yang dijalankan masih kental

dengan nuansa sinkretis. Mengacu pada pembagian sub kultural agama Jawa

oleh Geertz,71 dapat diidentifikasi sebagian masyarakat Made adalah

Abangan atau Islam Abangan. Sistem keagamaan tersebut merupakan

integrasi yang berimbang antara unsur-unsur animisme sebagai warisan

leluhur atau nenek moyang orang Jawa, pengaruh Hindhu dan pengaruh

Islam, sebuah sinkretisme dasar orang Jawa yang merupakan tradisi

sebenarnya masyarakat Jawa.72 Islam Abangan berarti pula merujuk pada

praktik-praktik Islam yang tidak serigid dan seketat sebagaimana kelompok

kultural lain yang disebut Santri, namun secara identitas mereka menyadari

sebagai orang Islam, mengucapkan syahadat, turut berpuasa,

bersedekah/zakat, melakukan salat, dan sebagainya. Namun tetap tidak

meninggalkan kepercayaan terhadap arwah leluhur, para Nabi, para

malaikat, dan waliyullah yang dipandang memiliki kekuatan magis dan

mampu menjadi penyelamat dan perantara doa kepada Allah SWT.

Walaupun juga terdapat kelompok masyarakat Muslim Made yang lebih taat

dan dekat dengan praktik kultural kelompok Santri, tetapi hal tersebut tidak

dominan. Hal tersebut sebagai imbas dari perkembangan wilayah Made

70 Syahrul, “Kelurahan Made,.” 71 Geertz, Agama Jawa. 72 Ibid., xxx.

Page 17: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

sendiri dan interaksi dengan kultur perkotaan yang membawa pada

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemurnian ajaran Islam dari

berbagai kelompok keagamaan yang tumbuh di Kota Surabaya.

Ciri utama lainnya yang juga terdapat dalam masyarakat Made

adalah tradisi situal slametan atau kenduren, yang menjadi pusat seluruh

sistem keagamaan orang Jawa. Slametan hampir dapat digunakan untuk

merespon keseluruhan dinamika hidup, seperti kelahiran, kematian,

pernikahan, pindah rumah, mimpi buruk, ganti nama, panen raya,

kesembuhan dari sakit, dan sebagainya.73 Praktik Sedekah Bumi merupakan

salah satu bentuk ritual slametan atas keberhasilan panen warga Made,

sebagai sebuah tradisi yang terus dipertahankan hingga kini, sekalipun

pertanian tidak lagi menjadi mata pencaharian kebanyakan warga Made.

Di tengah keragaman agama dan praktik kultural keagamaan

masyarakat Made, sikap tolerasni dan kerjasama terjada di Made, sehingga

kehidupan masyarakat dapat berjalan rukun dan harmonis. Mbah Seniman

menuturkan bahwa kerukunan umat beragama di Kelurahan Made selama

ini berjalan apa adanya dan tidak pernah timbul perselisihan antarumat.

Masyarakat Made yang mayoritas muslim sangat toleran terhadap warga

lain yang menganut Hindu. Bahkan, sering antara umat Muslim dan Hindhu

mengadakan pertemuan bersama. Dia sendiri dulunya merupakan penganut

Islam. Pada tahun 1981, ayahnya yang bernama Seno Seniman berpindah

73 Ibid., 3.

Page 18: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

ke agama Hindu. Dari situlah kemudian Seniman dan anggota keluarga yang

lain mengikuti jejak orang tuanya, menganut Hindu.74

Namun uniknya, di lingkungan keluarga Mbah Seniman sendiri

tidak semuanya menganut agama Hindhu. Beliau memberikan kebebasan

terhadap putra-putranya. Sebagian putranya ada yang tetap memeluk

Hindhu, sebagian yang lain memeluk Islam. Salah satu putranya memeluk

agama Islam. Dan hal tersebut tidak pernah dipersoalkan oleh Mbah

Seniman.75

Studi dari Titien Diah S dari Universitas Airlangga yang berjudul

The Harmony of Living in Plurality: The Cultural Heritage of Kampung

Made in Surabaya, menunjukkan bahwa di Kampung Made memang

terdapat perbedaan nilai-nilai namun sekaligus juga nilai-nilai yang

universal. Perbedaan dan persamaan nilai-nilai dalam masyarakat Made

mengantarkan dan menginspirasi mereka untuk dapat hidup berdampingan

secara harmonis di tengah keragaman/pluralitas komunitas.76

Dari data-data di atas menunjukkan bahwa masyarakat Made

sekalipun secara nominal mayoritas muslim, tetapi memiliki orientasi kultur

keagamaan yang beragam. Terdapat sebagian kecil komunitas Hindhu di

masyarakat Made. Secara keseluruhan keragaman atau pluralitas tersebut

menjadi salah satu ciri masyarakat Made yang dapat hidup rukun dan

berdampingan.

74 Syahrul, “Kelurahan Made,.” 75 Sadi bin Seniman, Wawancara oleh Peneliti, Juni 2017. 76 Titien Diah S, “The Harmony of Living in Plurality: The Cultural Heritage of Kampung Made in

Surabaya,” (tt.).

Page 19: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

3.2. Tradisi Sedekah Bumi Masyarakat Made

3.2.1. Asal Mula dan Perkembangan Tradisi Sedekah Bumi Masyarakat

Made

Berdasarkan penuturan Mbah Seniman, selaku sesepuh dan Ketua

Adat Kampung Made, tradisi sedekah bumi masyarakat Made telah

berlangsung lama, turun trmurun dari nenek moyang masyarakat Made.

Beliau yang lahir tahun 1933 menceritakan bahwa sejak masa kecilnya telah

mengikuti tradisi ritua sedekah bumi masyarakat Made. Ketika ditanya

sejak kapan tradisi itu berlangsung? Mbah Man tidak tahu persis, beliau

mengatakan, “Sejak Mbah Man mangan uyah, wis ono tradisi sedekah bumi

nang Made” (Sejak Mbah Man makan garam, sudah ada tradisi sedekah

bumi di kampung Made),77 dan dari dulu sudah seperti itu diselenggarakan

di Punden Singojoyo. Istilah mangan uyah atau makan garam maksudnya

adalah hanya makan nasi dan garam saja tanpa sayur dan lauk pauk. Hal

tersebut menggambarkan kualitas hidup atau kemiskinan yang menjadi

gejala umum masyarakat Jawa saat itu, salah satunya sebagai akibat dari

penjajahan Belanda. Di lain kesempatan, Mbah Seniman secara tegas

menuturkan bahwa sedekah bumi sudah menjadi tradisi, adat, mulai zaman

nenek moyang, untuk mendoakan agar desa aman, tentram dan ini sejarah.78

77 Mbah Seniman, Wawancara dengan Peneliti, Juni 2017. 78 Ibid.

Page 20: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

Artinya sebagai sebuah warisan sejarah, tradisi Sedekah Bumi masyarakat

Made tidak boleh dilupakan apalagi sampai dihilangkan.

Sebagai sebuah tradisi, ritual sedekah bumi tidak lepas dari

musyawarah persetujuan warga, besar kecilnya upacara adat untuk sedekah

bumi yang dilaksanakan menurut keadaan hasil panen.

Apabila hasil bumi dirasakan baik upacara adat sedekah bumi dimeriahkan

memakai ritual, gending-gending: Giro Taloen, Srunenan, Iling-Iling, Tari

Remo, serta Jula-Juli, dengan tumpengan ikannya ayam panggang serta

kesenian Okol (permainan gulat model anak desa), terkadang malamnya

disusul pagelaran Wayang Kulit, atau Ludruk. Tetapi ketika hasil bumi

menurun upacara adat untuk sedekah bumi tetap dilaksanakan namun

sederhana saja, tumpengan tapi tidak memakai kesenian.79

Menurut Ketua Peguyuban Sosial Kelurahan Made, Muhammad

Nasyik Fahmi, ritual ruwat bumi atau sedekah bumi merupakan bagian dari

budaya yang berkembang dalam masyarakat Made. Tradisi tersebut

sebenarnya dilakukan sejak zaman nenek moyang. Dia tak memungkiri

bahwa tradisi itu mirip prosesi ritual ajaran dalam Hindhu. Lebih lanjut,

Nasyik Fahmi menceritakan bahwa ritual tersebut pernah terhenti pada

2001. Namun, selang tiga tahun, ketika terjadi bencana alam tsunami di

Aceh, tradisi itu dilanjutkan, tujuannya adalah untuk memohon keselamatan

kepada Allah SWT.80

79 http://desomade.blogspot.co.id 80 Syahrul, “Kelurahan Made,.”

Page 21: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

Dari pemaparan data di atas, tidak diketahui secara pasti bagaimana

asal mula tradisi sedekah bumi masyarakat Made. Penjelasan umum yang

didapatkan dari berbagai pihak adalah bahwa kegiatan tersbut berasal dari

nenek moyang masyarakat Made. Tetapi siapa dan bagaimana nenek

moyang masyarakat Made mengawali tradisi sedekah bumi tidak diketahui

secara pasti. Hal tersebut sebenarnya sejalan dengan tradisi slametan

masyarakat Jawa yang dianggap sebagai warisan nenek moyang. Slametan

yang menjadi ritual inti masyarakat Jawa bersumberkan kepada

kepercayaan adanya makhluk-makhluk halus yang bisa mengganggu

manusia.81 Ketika agama Hindhu-Budha dan Islam masuk ke Jawa, tradisi

slametan tetap dipertahankan sengan berbagai modifikasi atau sinkretis

dengan praktek keagamaan yang mempengaruhinya. Sebagai contoh dalam

hal doa, kerap kali orang Islam Jawa (abangan) yang melakukan slametan

menggunakan doa-doa berbahasa Arab atau membaca bacaan bahasa arab

seperti surah Yasin, tahlil, dan sejenisnya. Maka wajar pula jika masyarakat

Made pada hari ini yang merupakan sub kultur masyarakat Jawa, mayoritas

beragama Islam, dengan corak kultur abangan percaya bahwa sedekah bumi

adalah warisan nenek moyangnya.

Di Jawa, sedekah bumi umum dilakukan di masyarakat agraris untuk

mensyukuri hasil pertanian yang didapatkan. Upacara sedekah bumi

dipersembahkan kepada penguasa pertanian, dewi kesuburan yaitu Dewi

Sri. Karena pengaruh Islam, tradisi tersbut tetap dilakukan hanya arahnya

81 Geertz., Agama Jawa., 7.

Page 22: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

bukan lagi kepercayaan kepada Dewi Sri, tetapi kepercayaan dan rasa

syukur kepada Allah SWT. Mulanya ritual sedekah bumi masyarakat Made

seiring dengan sistem hidup pertanian yang melingkupinya, sehingga juga

awalnya diarahkan wujud syukur kepada Dewi Sri, setelah pengaruh Islam

diarahkan kepada Allah SWT. Namun yang menjadi khas di masyarakat

Made adalah prosesi sedekah bumi dikaitkan dengan rasa

terimakasih/syukur kepada Mbah Singojoyo yang dianggap sebagai pendiri

Kampung Made. Indikasinya adalah kegiatan sedekah bumi selalu di

dilaksanakan di Punden Singojoyo, yang dianggap sebagai makam dan

petilasan Mbah Singojoyo. Sehingga sekalipun masyarakat Made modern

hari ini telah kehilangan sebagaian besar lahan pertanian karena telah

berubah menjadi perumahan, sedekah bumi tetap dilakukan dalam rangka

mengucap syukur dan mohon keselamatan kepada Mbah Singojoyo sebagai

sosok yang dianggap memiliki kekuatan magis di Kampung Made.

Masyarakat Made sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya

percaya terhadp keberadaan makhluk halus, baik itu berupa memedi

(makhluk halus yang menakut-nakuti), lelembut (makhluk halus yang

menyebabkan kesurupan), tuyul (makhluk halus yang karib), demit

(makhluk halus yang menghuni suatu tempat) dan danyang (makhluk halus

pelindung).82 Dalam konteks masyarakat Made. Mbah Singojoyo yang telah

meninggal, roh/arwahnya dipercaya tetap ada dan menjadi pelindung

masyarakat Made, sehingga dapat dikategorikan sebagai danyang. Geertz

82 Ibid., 9-23.

Page 23: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

menjelaskan bahwa beberapa danyang memang dianggap arwah dari tokoh-

tokoh sejarah yang sudah meninggal seperti pendiri desa atau orang yang

pertama kali membabat lahan untuk desa. Danyang menetap di suatu tempat

yang disebut punden dan merespon permintaan tolong warga yang

membutuhkan dengan imbalan menerima janji akan slametan.83 Dengan

demikian terdapat proses pengkeramatan dan mitologisasi terhadap tokoh

Mbah Singojoyo dengan Pundennya, salah satunya adalah dengan

melakukan ritual bersama seluruh masyarakat Made, yaitu sedekah bumi,

sebagai ritual slametan yang diarahkan untuk danyang Mbah Singojoyo.

Oleh karenanya Mbah Seniman selalu menyebut bahwa acara sedekah bumi

adalah hari rayanya masyarkat Made, bahkan lebih meriah daripada hari

raya Idul Fitri. Di situ semua masyarakat Made bertemu, berkumpul,

membawa tumpeng dan berbagai sajian lainnya dan berdoa bersama di

Punden Singojoyo. Punden Singojoyo menjadi pusat dalam ritual sedekah

bumi masyarakat Made.

Dalam perkembangannya sejak tahun 2009, tradisi sedekah bumi

mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Kota Surabaya melalui

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Pada tahun 2011, dalam

rangka mengenalkan tradisi sedekah bumi dan menjadi daya tarik wisata

kultural Surabaya, menggelar serangkaian acara sedekah bumi masyarakat

Made di Taman Bungkul. Taman Bungkul dipilih sebagai pagelaran karena

dinilai strategis dan rame pengunjung. Selain itu, pagelaran budaya ini

83 Ibid., 23-24.

Page 24: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

untuk mengurangi kegiatan negatif yang selama ini diprotes oleh kalangan

kiai NU, seperti tempat mesum dan acara musik yang seringkali

mengganggu kekhusyukan peziarah ke Makam Sunan Bungkul yang ada di

dalam Taman Bungkul. Pagelaran ini baru pertamakali diangkat oleh

Disbudpar. Kepala Bidang Rekreasi dan Hiburan Umum (RHU) Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Agus Purnomo,

mengatakan, bahwa dengan adanya kegiatan budaya di Taman Bungkul

tersebut tentunya diharapkan bisa menarik wisatawan domestik dan

mancanegara. Pihaknya akan memperlihatkan ritual ini, mulai dari potong

tumpeng hingga acara lokal, seperti kesenian okol.84

Namun acara sedekah bumi di Taman Bungkul mendapat tanggapan

dari Direktur Surabaya Heritage, Fredy H Istanto. Fredy mengatakan bahwa

penampilan atraksi sedekah bumi warga Made di Taman Bungkul, tidak ada

gregetnya. Karena tidak diadakan di lokasi aslinya, kalau digelar disana

lebih terasa atmosfer/suasana ritual sedekah bumi. Hal tersebut penting,

sebab dengan dilaksanakan di tempat asalnya atau di perkampungan

sehingga nuansa yang didapatkan lebih asli dan bisa dijual. Sementara kalau

dipindah ke tempat netral, konteksnya bisa tidak kena.85 Oleh karenanya

dalam penyelenggaraan selanjutnya, sedekah bumi masyarakat Made

diselenggarakan di Kampung Made yang dipusatkan di Punden Singojoyo.

84 Taman Bungkul Surabaya Terpilih Jadi Tempat Sedekah Bumi (untuk warga made) 85 Surabaya.go.id. news

Page 25: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

Adanya perkembangan perhatian Pemerintah Kota Surabaya untuk

turut menjaga dan melestarikan tradisi sedekah bumi masyarakat Made

menunjukkan adanya pihak luar masyarakat Made yang menginginkan agar

kegiatan tersebut terus dipertahankan. Sebagai pihak luar, Pemerintah Kota

Surabaya tentu melihat acara sedekah bumi masyarakat Made bukan sebagai

suatu kegiatan ritual, tetapi lebih kepada sisi ekonomi dan kebudayaan.

Diharapkan dengan keterlibatan Pemerintah Kota Surabaya dalam

melaksanakan tradisi sedekah bumi masyarakat tidak hanya

mempertahankan tradisi, tetapi sekaligus menarik wisatawan domestik

maupun luar negeri untuk datang ke Surabaya meramaikan acara sedekah

bumi.

3.2.2. Tujuan Sedekah Bumi Masyarakat Made

Mbah Seniman menuturkan bahwa sedekah bumi adalah ritual

tahunan masyarakat Made. Sedekah bumi dilakukan dalam rangka untuk

bersyukur kepada Tuhan dan menghindarkan masyarakat Made dari

bencana (alam). Bagi masyarakat Made, bumi adalah kehidupan, sebab

bumi dibutuhkan untuk kehidupan, oleh karenanya harus dihargai dan

dijaga. Ritual sedekah bumi adalah simbol untuk menghargai bumi.86 Di

lain kesempatan, Mbah Seniman menuturkan bahwa sesaji yang digunakan

dalam sedekah bumi merupakan simbol permohonan keselamatan

masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Inti ruwatan atau sedekah bumi

86 Mbah Seniman, Wawancara oleh Peneiti, Juni 2017

Page 26: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

adalah untuk menghindarkan masyarakat Made dari bencana sekaligus

sebagai bentuk perseduluran (persaudaraan) antarwarga.87

Lebih lanjut menurut Mbah Seniman, keadaan bumi (alam sekitar)

sekarang sudah berbeda dengan dulu. Menurut pengalaman beliau, sampai

dengan sekitar sebelum tahun 1960an, seandainya diumpakan 100% air

hujan turun ke bumi, maka seperempatnya (25%) kembali ke laut, dan tiga

perempatnya (75%) turun ke bumi meresap ke dalam tanah karena sawah-

sawah masih ada, semua penampung air masih ada, akhirnya terjadi sejuk

luar biasa. Tapi sekarang terbalik, 75% air hujan ke laut dan 25% turun ke

bawah (tanah) tetapi tidak bisa karena ada tegel, aspal jalan, bangunan yang

bermacam-macam, dan sebagainya. Akhirnya yang terjadi adalah orang

merasa kepanasan (hawa panas luar biasa). Inilah akibat manusia tidak

menghargai bumi/alam. Manusia bersifat kurang (selalu merasa kurang dan

tidak pernah puas). Alam dirusak, sekarang akibatnya dapat dirasakan

apabila musim panas, panasnya luar biasa, jika musim hujan dinginnya luar

biasa. Berbagai penyakit juga muncul, beliau menyatakan tidak heran

dengan fenomena tersebut, karena itu adalah kesalahan manusia sendiri

yang tidak menghargai alam. Manusia kini hidup bercampur besi-besi, batu-

batu, buatan manusia sendiri (seperti gedung-gedung berkaca, bangunan-

bangunan, dan lain-lain), dan lupa dengan bumi (tanah/alam).88

87 Surabaya.go.id. 88 Mbah Seniman, Wawancara dengan Peneliti, Juni 2017.

Page 27: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

Dari pemaparan data di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan ritual

sedekah bumi masyarakat Made adalah sebagai berikut:

a) Memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat

Made serta agar terhindar dari bencana, sebagian masyarakat yang

percaya terhadap roh/arwah Mbah Singojoyo maka permohonan

keselamatan tidak hanya ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi

juga kepada arwah Mbah Singojoyo selaku pelindung masyarakat

Made.

b) Mengingatkan masyarakat secara umum dan masyarakat Made

khususnya untuk menghargai bumi (alam), sebab bumi adalah

kehidupan.

c) Sebagai sarana untuk membangun persaudaraan dan kerukunan

antarwarga Made, oleh karenanya kegiatan ini dianggap sebagai hari

raya-nya masyarakat Made.

3.2.3. Tata Cara dan Makna Sedekah Bumi Masyarakat Made

Upacara sedekah bumi Masyarakat Made dipusatkan di Punden

Singojoyo yang bertempat di Gg. Made Njeroe (sekarang Made Barat) jarak

dari Pendopo Agung (Balai Kelurahan) kira-kira 300 meter. Kegiatan

sedekah bumi diawali dengan pengadaan rapat akbar. Seluruh penduduk

dari berbagai kalangan membahas bersama waktu ruwat bumi. Termasuk

elemen dari pemerintah, tokoh agama, dan perwakilan keluarga hadir.

Warga wajib berkumpul di Balai Agung (sekarang Balai Kelurahan).

Page 28: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

Upacara adat ini tiap-tiap tahun selalu diadakan setelah musim

panen/musim kemarau (kira-kira bulan Agustus) pada hari libur atau hari

Minggu.89

Setelah hari H dipastikan, disusunlah rangkaian acara upacara.

Mbah Seniman (Wak Man) menjelaskan bahwa yang pokok dalam acara

sedekah bumi adalah nasi tumpeng raksasa yang dibuat bersama. Ada yang

menyiapkan nasi, sayur-mayur, lauk-pauk, dan berbagai hal lainnya. Ritual

diadakan sehari semalam tersebut juga menampilkan hiburan seperti ludruk

serta wayang kulit. Cerita yang diangkat dalam wayang kulit adalah cerita

yang bertema kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa terhadap makhluknya.

Upacara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin tokoh-tokoh agama,

baik dari agama Hindu maupun Islam, yang intinya, memanjatkan doa

keselamatan dan keamanan bagi masyarakat Made.90 Ratusan tumpeng

yang terkumpul setelah dibacakan doa kemudian dibagikan lagi beramai-

ramai kepada masyarakat.91

Tak hanya itu, kegiatan sedekah bumi juga diramaikan dengan

lomba menghias dengan aneka hasil bumi, kemudian dikirab keliling

kampung. Dalam kegiatan tersebut, Mbah Seniman atau Mbah Man, selaku

sesepuh kampung Made menjelaskan terkait ritual sedekah bumi, sejarah

serta pesan-pesan moral uantuk penerus dikampung Made. Beliau berpesan

agar anak-anak muda dapat meneruskan budaya masyarakat yang sudah

89 desomadeblogspot 90 Ibid. 91 Ibid.

Page 29: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

turun temurun ini dengan baik. Setelah acara "rebutan" hasil bumi,

dilanjutkan dengan pagelaran budaya kuda lumping dan reog, siang hari

dilanjutkan dengan "gulat tradisional" yang disebut okol, serta pagelaran

wayang kulit.92

Okol adalah gulat tradisional khas masyarakat Made. Okol berbeda

dengan acara gulat bebas, sebab tidak pakai otot, tetapi menggunakan teknik

membanting khusus, sehingga belum tentu yang lebih besar menjadi

pemenang. Dalam adu okol peserta dinyatakan kalah apabila sudah jatuh

terpelanting ke tanah. Peserta adu okol harus mematuhi sejumlah aturan.

Mereka harus membuka baju (kecuali perempuan), tidak boleh memukul,

menggigit, meninju lawan, serta diharuskan membuka semua asesoris

seperti cincin, gelang, dan lain-lain.93

Asal mula kesenian okol diceritakan bahwa ketika itu waktu

kemarau panjang terjadi di Made. Di saat air hujan yang sejak lama

ditunggu-tunggu oleh warga Made dan sekitarnya turun membasahi bumi,

sungguh luar biasa kegembiraan hati warga Made seluruhnya sehingga

hampir tidak bisa digambarkan. Di kala anak-anak gembala sedang

memberi makan ternak mereka, seketika meloncat-loncat sambil

menggendong teman mereka bergantian, begitulah setelah jatuh dan bangun

lagi saking gembiranya hampir tidak merasakan capek. Di saat itu pula

luapan kegembiraan anak-anak desa sesama temannya mengadakan dolanan

92 http://ayokesurabaya.com/home/read/kampung-made-balinya-surabaya 93 Adu Okol di Sedekah Bumi, Jawa Pos 31 Oktober 2016

Page 30: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

adu kekuatan yang dinamakan okol, selain kekuatan dolanan ini juga penuh

dengan siasat, maka dari dalam pemainan okol, orang yang bertubuh besar

belum tentu menang. Sementara itu para orang tua mereka tidak pernah

melarang dengan adanya permainan tersebut, bahkan untuk melestarikan

dolanan bocah yang disebut okol ini diberikan wadah bersamaan dengan

acara ritual tahunan tegal deso atau sedekah bumi sampai dengan hari ini.94

Dalam wawancaranya dengan peneliti, Mbah Seniman menuturkan

bahwa dalam tata cara sedekah bumi masyarakat Made, hal yang pasti harus

ada dan tidak bisa dirubah adalah Tumpeng atau Gunungan. Sementara

kegiatan lain seperti kesenian wayang kulit, okol, tayub, ludruk, dan

sebagainya hanyalah tambahan saja. Artinya kegiatan-kegiatan tersebut

tidak harus ada dalam ritual sedekah bumi masyarakat Made dan hanya

bersifat untuk menyemarakkan serangkaian acara sedekah bumi masyarakat

Made.95 Tumpeng merupakan nasi lengkap dengan berbagai lauk pauk,

sayur mayur dan lain-lainnya, yang ditata sedemikian rupa sehingga

menyerupai bentuk gunung, oleh karenanya disebut pula gunungan.

Gunungan dalam bentuk lain juga bisa berupa berbagai hasil bumi mulai

dari jenis sayur mayur seperti terong, kacang panjang, tomat, wortel, kubis,

dan lain-lain, juga jenis buah-buahan seperti pisang, jeruk, mangga, apel,

dan lain-lain yang ditata sedemikian rupa menyerupai bentuk gunung.

94 Desomade.blogspot. 95 Mbah Seniman, Wawancara dengan Peneliti, Juni 2017.

Page 31: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

Mbah Seniman menjelaskan, “Opoo tumpeng kok bentuk’e gunung?

(kenapa tumpeng bentuknya gunung?),” “Karena gunung adalah simbol

kehidupan, simbol bumi, yang merupakan kebutuhan manusia.”96 Hal ini

sejalan dengan latar belakang dan tujuan sedekah bumi Masyarakat Made

di atas, yaitu selain untuk mohon pertolongan dan keselamatan bagi warga

Made, juga untuk mengingatkan masyarakat untuk menjaga bumi/alam,

karena bumi/alam adalah kebutuhan manusia. Dalam hal ini, tumpeng yang

berupa gunungan mewakili simbol tersebut.

Mbah Seniman juga menjelaskan selain tumpeng yang isi pokoknya

adalah nasi, juga perlu didampingi ayam yang telah disembelih. Sehingga

pasti ada ayam potong selain nasi tumpeng. Mbah Man menjelaskan, “Mesti

potong pithik, opo maknane? (Mesti potong ayam, apa maknanya?),”

“Pithik potong, maksude iku simbol, sing dipotong sifatnya, sifate pithik,

(Potong ayam maksudnya adalah sebagai simbol, yang dipotong adalah

sifatnya ayam).” Di antara sifatnya adalah, “Pithik (ayam) ketika

dikumpulkan selalu tidak aman, tarung terus (bertengkar terus), sifatnya

pithik (ayam) ini yang dipotong. Jangan sampai manusia menggunakan

sifatnya pithik (ayam). Ketika manusia dikumpulkan harus aman, kalau

sampai tarung (bertengkar, konflik) berarti keliru.”97 Hal ini juga sejalan

dengan tujuan sedekah bumi, dimana salah satunya adalah untuk

membangun persaudaraan dan kerukunan warga Made. Potong ayam adalah

96 Ibid. 97 Ibid.

Page 32: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

simbol agar warga Made memotong atau membuang sifat-sifat seperti ayam

yang ada pada dirinya, sehingga bisa tercipta kehidupan yang harmonis di

masyarakat Made.

Dalam penentuan waktu sedekah bumi masyarakat Made, Mbah

Man menuturkan bahwa tiap tahunnya tidak ada waktu khusus pelaksanaan

sedekah bumi, semuanya tergantung hasil musyawarah warga, termasuk

dengan pihak pemerintah. Tetapi umumnya kegiatan sedekah bumi

dilaksanakan dua atau tiga bulan setelah Hari Raya Idul Fitri.98 Dulu

memang sedekah bumi dilaksanakan setelah musim panen padi, karena

orientasinya juga untuk rasa syukur keberhasilan panen. Tetapi saat ini,

karena pertanian tidak lagi dominan di masyarakat Made, maka tidak

mungkin mengikuti siklus tersebut. Sehingga penetapan waktunya

dilaksanakan melalui musywarah warga, dengan panduan waktu setelah

Hari Raya Idul Fitri.

Ketika Pemerintah Kota Surabaya turut dalam pelestarian kegiatan

sedekah bumi masyarakat Made maka format acara selalu dibuat semarak

dengan beraneka ragam kegiatan. Tanpa mengurangi acara inti dalam ritual

sedekah bumi yaitu penyajian tumpeng dan doa bersama di Punden

Singojoyo. Hal ini karena bagi Pemerintah Kota, kegiatan tersebut tidak

hanya untuk melestarikan kebudayaan tetapi juga untuk menarik minta

wisatawan ke Surabaya. Sebagaimana dalam acara sedekah bumi

masyarakat Made yang digelar bulan Oktober 2015, beragam rangkaian

98 Ibid.

Page 33: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

acara akan di gelar untuk menyemarakkan acara Sedekah Bumi Surabaya

ini, yaitu:

1) Arak-arakan dan Kirab Tumpeng yang akan di arak dari Balai

Kelurahan Made hingga Punden Singoyudan. (08.30 wib)

2) Ruwatan Bumi yang akan di lakukan di Punden Singoyudan. (09.00 -

12.00 wib)

3) Atraksi Reog yang akan di lakukan di Punden Singoyudan. (12.00 -

13.00 wib)

4) Atraksi Gulat Okol yang akan di lakukan di Punden Singoyudan. (13.00

- selesai)

Acara ini akan di selenggarakan mulai pukul 08.30 sampai selesai.

Pemerintah Kota bahkan gencar mensosialisasikan acara tersebut melalui

berbagai media, sebagaimana dalam pamflet berikut:

Page 34: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

Dari serangkaian data di atas dapat disimpulkan bahwa tata cara dan makna

sedekah bumi di masyarakat Made terdiri atas berikut:

1) Secara tempat dilaksanakan di Punden Mbah Singojoyo, sebagai tempat

yang dipandang keramat dan petilasan Mbah Singojoyo, pendiri Made;

2) Secara waktu, untuk saat ini tidak ada waktu khusus, atau menggunakan

pitungan, perhitungan hari dalam kultur Jawa. Tetapi waktu ditetapkan

Gambar 3.2. – Poster Promosi Acara Sedekah Bumi Desa Made oleh Pemerintah Kota Surabaya

Page 35: BAB III MASYARAKAT MADE DAN TRADISI SEDEKAH BUMIdigilib.uinsby.ac.id/19567/6/Bab 3.pdf · tradisi sedekah bumi ... Bab ini akan membahas dua hal yaitu masyarakat Made sebagai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

berdasarkan musyawarah yang melibatkan sesepuh desa, warga dan

pemerintah;

3) Secara acara, terdapat acara inti dan non inti. Acara inti adalah sesajian

tumpeng dan gelar doa bersam di Punden Mbah Singojoyo. Acara non

inti atau bersifat tambahan di antaranya adalah okol, pagelaran wayang

kulit, reog, dan berbagai atraksi kesenian lainnya;

4) Sesaji berupa tumpeng (gunungan), terbuat dari nasi dan berbagai lauk

pauk dan sayur pelengkapnya, yang utama adalah ayam potong. Warga

menyiapkan tumpeng dan membawanya ke Punden Singojoyo;

5) Tumpeng atau gunungan merupakan simbol kehidupan dan kebutuhan

manusia, supaya manusia ingat dan menghargai bumi sebagai

kebutuhannya. Sedangkan potong ayam, merupakan simbol agar

manusia membuang sifat-sifat buruknya sebagaimana ayam, supaya

bisa hidup rukun;

6) Acara-acara tambahan seperti okol, wayang kulit, dan lain-lain

merupakan bentuk atraksi kesenian yang tidak hanya untuk

menyemarakkan acara sedekah bumi tetapi juga agar warga dapat

bertemu, berkumpul dan terhibur, sehingga dapat meningkatkan

kerukunan dan persaudaraan antarwarga.