29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Mutu adalah totalitas gambaran dan karakteristik dari produk atau layanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau kebutuhan yang tersirat, merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau penerima manfaat. (PNPM-Mandiri). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mutu merupakan karakteristik dari produk atau jasa yang dipasarkan, apakah sudah mampu memuaskan kebutuhan pelanggan atau sebaliknya. Bagaimana halnya dengan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia? Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya meningkatkan kesehatan hidup semakin tinggi, sehingga ekspektasi terhadap mutu pelayanan kesehatan menjadi meningkat. Faktanya, hingga saat ini baik dari pihak pemerintahan dan professional kesehatan belum mampu memperikan pelayanan kesehatan bermutu terbaik dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Saat ini pemerintah telah 1

Bab i,II Konsep Mutu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

y

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGMutu adalah totalitas gambaran dan karakteristik dari produk atau layanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau kebutuhan yang tersirat, merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau penerima manfaat. (PNPM-Mandiri).Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mutu merupakan karakteristik dari produk atau jasa yang dipasarkan, apakah sudah mampu memuaskan kebutuhan pelanggan atau sebaliknya. Bagaimana halnya dengan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia? Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya meningkatkan kesehatan hidup semakin tinggi, sehingga ekspektasi terhadap mutu pelayanan kesehatan menjadi meningkat. Faktanya, hingga saat ini baik dari pihak pemerintahan dan professional kesehatan belum mampu memperikan pelayanan kesehatan bermutu terbaik dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Saat ini pemerintah telah mencoba meringankan beban tanggungan masyarakat dengan menjalankan program BPJS, namun dalam pelaksanaannya masih belum terlaksana optimal sehingga menimbulkan banyak keluhan dari pihak masyarakat sendiri sebagai penerima pelayanan.Atas dasar latar belakang inilah penulis menyusun makalah dengan judul Konsep Mutu/Kualitas. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai konsep mutu itu sendiri dan bagaimana keterkaitannya dengan bidang pelayanan kesehatan. Sehingga luaran yang diharapkan adalah pembaca kemudian memiliki gambaran mengenai konsep mutu dan mampu mengaplikasikannya dalam menilai mutu/kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia, terutama di Kota Padang dimana pada proses akhirnya penulis berharap akan berdampak pada perbaikan mutu pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajad kesehatan rakyat Indonesia.1.2 RUMUSAN MASALAH1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan mutu?1.2.2 Apa sajakah yang termasuk ke dalam ruang lingkup mutu/kualitas?1.2.3 Apakah yang dimaksud dengan teori inspirasi?1.2.4 Apakah yang dimaksud dengan teori inovasi dan kreasi?1.2.5 Apakah yang dimaksud dengan manajemen resiko?1.2.6 Bagaimanakah hubungan antara kualitas dengan pelayanan prima?

1.3 TUJUAN PENULISAN1.3.1 Tujuan UmumMemenuhi tugas perkuliahan pelayanan prima pada program S1 Keperawataan Universitas Andalas1.3.2 Tujuan KhususUntuk memberikan pemahaman terkait konsep mutu/kualitas kepada pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan universita andalas.

1.4 MANFAAT PENULISAN1.4.1 Terpenuhinya tugas perkuliahan pelayanan prima pada program S1 Keperawatan Universitas Andalas1.4.2 Pembaca memahami materi terkait konsep mutu/kualitas dan mampu menerapkannya dalam bidang keperawatan.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Defenisi MutuMenurut Philip B. Crosby, Mutu adalah kesesuaian dengan apa yang disyaratkan. Sebuah produk dapat memiliki mutu atau kualitas apabila sesuai dengan standarisasi yang telah ditentukan. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati (Winston Dictionary, 1956). Jadi, mutu (quality) dapat didefinisikan sebagai keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukan kemampuan dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik kebutuhan yang dinyatakanmaupun kebutuhan yang tersirat.Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata- rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi ( Azhrul Aswar,1996). Mutu pelayanan kesehatan adalah Memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputi pasien, keluarga, dan lainnya yang datang untuk mendapatkan pelayanan dokter, karyawan (MaryR,Zimmerman). Jadi, mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, effisien, dan effektif serta diberikan secara aman dan memuaskan secara norma, etika hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, masyarakat serta konsumen.Tujuan dan fungsi manajemen mutu :1. Fungsi Perncanaan (Planning)Perencanaan menjadi pegangan setiap pimpinan dan pelaksana untuk dilaksanakan. Dengan demikian, melalui perencanaan dapat dipersatukan kesamaan pandangan, sikap dan tindak dalam pelaksanaan di lapangan. Dapat pula dikatakan bahwa pimpinan harus mengetahui secara pasti tujuan jangka menengah dan di atas perencanaan jangka panjang menengah ini pula, ia harus menentukan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek ini harus dirinci berdasarkan skala prioritas, mana yang harus dikerjakan terebih dahulu dan secara bertahap serta terencana melaksanakan tahap-tahap berikutnya sampai tujuan jangka pendek itu dapat tercapai sepenuhnya, perlu diadakan evaluasi untuk menyempurnakan langkah selanjutnya.2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)Fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber daya fisik lain yang dimiliki organisasi pendidikan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan pendidikan.3. Fungsi Pengarahan (Actuating)Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda.4. Fungsi Pengawasan (Controlling)Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dan tujuan yang telah digariskan semula.

2.2 Ruang lingkup/ Dimensi mutu pelayanan kesehatanMenurut Robert dan Prevost (1987) perbedaan dimensi tersebut adalah :1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatanMutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramah-tamahan petugas dalam melayani pasien, atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien.2. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan ilmu dan teknologi kesehatan, standar dan etika profesi, dan adanya otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. 3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efesiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan, atau kemampuan dari pelayanan kesehatan mengurangi kerugian.Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, banyak syarat yang harus dipenuhi, syarat yang dimaksud mencakup delapan hal pokok yakni : tersedia (available), wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accesible), dapat dijangkau (affordable), efisien (efficient) serta bermutu (quality).Menurut Parasuraman dkk (1985) ada tiga dimensi untuk menilai mutu pelayanan kesehatan yaitu :1. Kehandalan (Reliability) Yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya, kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap sempati dan dengan akurasi yang tinggi, memberikan informasi yang akurat, sehingga ketrampilan, kemampuan dan penampilan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan sesuai dengan apa yang ditetapkan sehingga menimbulkan rasa percaya pasien terhadap pelayanan yang diberikan.2. Empati (Emphaty) Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik,perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pasien. Disamping itu empati dapat diartikan sebagai harapan pasien yang dinilai berdasarkan kemampuan petugas dalam memahami dan menempatkan diri pada keadaan yang dihadapi atau dialami pasien. Empati diyakini berpengaruh terhadap hasil komunikasi dalam berbagai tipe dari hubungan-hubungan sosial kita sehari-hari, tanpa empati komunikasi diantara petugas kesehatan dengan pasien akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Empati yakni peduli, memberi perhatian pribadi dengan pasien atau dengan kata lain kemampuan untuk merasakan dengan tepat perasaan orang lain dan untuk mengkomunikasikan pengertian ini kapada orang tersebut. Sikap petugas yang sabar dan telaten dalam menghadapi pasien cukup memberikan harapan yang baik kepada pasien, disamping itu petugas memiliki rasa hormat, bersahabat, memahami keadaan yang dialami pasien dengan baik merupakan harapan para pasien. 3. Berwujud (Tangibles) Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan aksistensinya kepada pihak ekseternal, dimana penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yaitu meliputi fasilitas fisik (gedung), perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), dan penampilan pegawai serta media komunikasi.

2.3Teori inspirasiInspirasi adalah percikan ide-ide kreatif yang waktu dan tempatnya jarang anda kenali, kecuali anda sudah melatih-diri dengan pembiasaan. Inspirasi adalah akibat-hasil dari proses pengembangan diri. Inspirasi merupakan penemuan momentum of Aha. Inspirasi dapat anda munculkan dengan conditioning. Caranya? Temukan momen khusus yang menjadi kebiasaan untuk membuka dialog-diri, misalnya tengah malam atau di kamar mandi, atau lain. Agendakan untuk bertemu kenalan tanpa konsekuensi atau interest apapun selain silaturrohim. Cara yang bisa dilakukan saat membutuhkan inspirasi:1. Perhatikan lingkungan sekitar, perhatikan dan amatilah apa yang sering menjadi kebutuhan orang namun kebutuhan tersebut tidak terpenuhi secara baik atau maksimal2. Banyak-banyaklah berjalan dan memperhatikan kisah-kisah kesuksesan orang lain3. Mengembangkan inspirasi menjadi ide menentukan hal yang cukup menentukan untuk keberhasilan

2.4 Teori inovasi dan kreasiDefinisi Inovasi menurut Para Ahli Everett M. Rogers (1983), Mendefisisikan bahwa inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Stephen Robbins (1994), Mendefinisikan, inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa.

Inovasi mempunyai 4 (empat) ciri yaitu :1. Memiliki kekhasan / khusus artinya suatu inovasi memiliki ciri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan.2. Memiliki ciri atau unsur kebaruan, dalam arti suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai sebuah karya dan buah pemikiran yang memiliki kadar Orsinalitas dan kebaruan.3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana, dalam arti bahwa suatu inovasi dilakukan melalui suatu proses yang yang tidak tergesa-gesa, namun keg-inovasi dipersiapkan secara matang dengan program yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu.4. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan, program inovasi yang dilakukan harus memiliki arah yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi untuk mencapai tujuan tersebutBill Moyers mengungkapkan bahwa kreatif atau kreatifitas adalahmenemukan hal-hal yang luar biasa dibalik hal-hal yang tampak biasa.Selain itu kreatif juga memiliki pengertian sebagai kemampuan dalam menemukan solusi baru dan bermanfaat. Pendidikan nasional mengharapkan peserta didik menjadi orang yang kreatif dan membawa makna atau tujuan barudalam suatu tugas, menyelesaikan masalah atau memberikan nilai tambah atau keindahan sehingga dengan mudah peserta didik dapat mengeksplorasi potensi yang dimilikinya menjadi sebuah kreatifitas dan menjadikannya berprestasi Pribadi yang kreatif menjadi salah satu dari tujuan yang hendak dicapaidalam proses pendidikan, dimana pada akhirnya dengan kreatif itulah pesertadidik dapat mencerminkan sikap sebagai berikutnya. Keberanian yang dimiliki adalah ketika peserta didik dihadapkan pada sebuah tantangan baru dan bersedia menghadapi resiko kegagalan. Keberanian seseorang yang kreatif juga terlihat dari ketangkasan dan kecermatannya dalam menyampaikan sesuatu. Ekspresif merupakan kreatifitas tidak takut untuk menyatakan pemikiran dan perasaannya. Dengan potensi yang dimilikinya ia mampu meyakinkan orang lain akan apa yang ungkapkannya.

2.5 Manajemen resikoManajemen resiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko.Proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaanSuatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan /pengelolaan sumberdaya.Derajat RisikoDerajat risiko degree of risk adalah ukuran risiko lebih besar atau risiko lebih kecil. Jika suatu risiko diartikan sebagai ketidakpastian, maka risiko terbesar akan terjadi bila terdapat dua kemungkinan hasil yang masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk terjadi.Klasifikasi RisikoRisiko dalam menajemen risiko diklasifikasikan ke dalam :1. Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena tidak berfungsinya sistem internal yang berlaku, kesalahan manusia, atau kegagalan sistem. Sumber terjadinya risiko operasional paling luas dibanding risiko lainnya yakni selain bersumber dari aktivitas di atas juga bersumber dari kegiatan operasional dan jasa, akuntansi, sistem tekhnologi informasi, sistem informasi manajemen atau sistem pengelolaan sumber daya manusia.2. Risiko hazard ( BAHAYA ) factor faktor yang mempengaruhi akibat akibat yang ditimbulkan dari suatu peristiwa. Hazard menimbulkan kondisi yang kondusif terhadp bencana yang menimbulkan kerugian. Dan kerugian adalah penyimpangan yang tidak diharapkan. Walaupun ada beberapa overlapping (tumpang tindih) di antara kategori-kategori ini, namun sumber penyebab kerugian (dan risiko) dapat diklasifikasikan sebagai risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya.3. Risiko Finansial adalah resiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari ketidakmampuan emiten saham dan obligasi memenuhi kewajiban pembayaran deviden atau bunga atau bunga serta pokok pinjaman.4. Risiko strategic adalah risiko terjadinya serangkaian kondisi yang tidak terduga yang dapat mengurangi kemampuan manajer untuk mengimplementasikan strateginya secara signifikan.

PROSES MANAJEMEN RESIKOPemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk terlibat secara efektif dalam menghadapi uncertainty dengan risiko dan peluang yang berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nilai tambah. 1. Penetapan konteks Penetapan konteks bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis DJA sebagai lingkungan tempat MR akan diterapkan. Dalam proses ini diidentifikasi pihak-pihak yang paling berkepentingan dengan proses penerapan manajemen risiko, ruang lingkup dan tujuan proses, kondisi yang membatasi, serta hasil yang diharapkan dari penerapan manajemen risiko. Sebagai bagian dari penetapan konteks, disusunlah kriteria untuk menganalisis dan mengevaluasi risiko. 2. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko bertujuan untuk mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang berpotensi menghalangi, menurunkan, atau menunda tercapainya sasaran Unit Pemilik Risiko yang ada di DJA. Proses ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab dan proses terjadinya peristiwa risiko yang dapat menghalangi, menurunkan, atau menunda tercapainya sasaran DJA.

3. Analisis Risiko Analisis risiko bertujuan untuk mengetahui profil dan peta dari risiko-risiko yang ada di DJA dan akan digunakan dalam proses evaluasi dan strategi penanganan risiko. Proses analisis risiko dilakukan dengan cara mencermati sumber risiko dan tingkat pengendalian yang ada serta dilanjutkan dengan menilai risiko dari sisi konsekuensi dan kemungkinan terjadinya. 4. Evaluasi Risiko Evaluasi risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko yang telah diidentifikasi dan dianalisis. Evaluasi risiko dilakukan agar para pengambil keputusan di DJA bisa mempertimbangkan perlu tidaknya dilakukan penanganan risiko lebih lanjut serta prioritas penanganannya. 5. Penanganan Risiko Proses penanganan risiko bertujuan menentukan jenis penanganan yang efektif dan efisien untuk suatu risiko. Penanganan risiko dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai opsi penanganan risiko yang tersedia dan memutuskan opsi penanganan risiko yang terbaik yang dilanjutkan dengan pengembangan rencana mitigasi risiko. 6. Monitoring dan RevieuMonitoring dan revieu bertujuan mengantisipasi perubahan risiko yang bersifat mendadak dan persistent baik pada tingkat risiko maupun arah risiko yang berdampak negatif pada profil risiko. Proses Monitoring dan Reviu dilakukan dengan cara memantau efektivitas rencana penanganan risiko, strategi, dan sistem manajemen risiko.7. Komunikasi dan Konsultasi Proses komunikasi dan konsultasi bertujuan memperoleh informasi yang relevan serta mengkomunikasikan setiap tahapan proses Manajemen Risiko sehingga pihak-pihak yang terkait dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan baik. Proses yang melekat pada seluruh proses manajemen risiko ini dilakukan dengan cara mengembangkan komunikasi dengan stakeholder internal maupun eksternal.

2.6 Hubungan antara kualitas dengan pelayanan primaPrinsip utama perbaikan mutu dan kinerja pelayanan kesehatan adalah kepedulian terhadap pelanggan. Pelanggan menjadi fokus pelayanan. Pasien sebagai pelanggan eksternal tidak hanya menginginkan kesembuhan dari sakit yang diderita yang merupakan luaran (outcome) pelayanan, tetapi juga merasakan dan menilai bagaimana ia diperlakukan dalam proses pelayanan. Ketika ditanya apakah penyedia pelayanan kesehatan peduli kepada pelanggan, mereka pasti menjawab mereka peduli kepada pelanggan. Akan tetapi ketika ditanya apakah ada mekanisme untuk mengenal kebutuhan dan keinginan pelanggan, pada umumnya mereka akan menjawab tidak ada. Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai pelayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan, yaitu sebagai berikut: 1. Pelanggan dan harapannyaHarapan pelanggan mendorong upaya peningkatan mutu pelayanan. Organisasi pelayanan kesehatan mempunyai banyak pelanggan potensial. Harapan mereka harus diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan. 2. Perbaikan kinerjaBila harapan pelanggan telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah menidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan, dan pemberian reward. 3. Proses perbaikanProses perbaikan juga penting. Sering kali kinerja disalahkan karena masalah pelayanan dan ketidakpuasan pelanggan pada saat proses itu sendiri tidak dirancang dengan baik untuk mendukung pelayanan. Dengan melibatkan staf dalam proses pelayanan, maka dapat diidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, mendiagnosis penyebab, mengidentifikasi, dan menguji pemecahan atau perbaikan4. Budaya yang mendukung perbaikan terus menerusUntuk mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah sebabnya perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan mutu. Untuk dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan peningkatan mutu pelayanan terus-menerus. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat, maka perlu dilaksanakan berbagai upaya. Upaya ini harus dilakukan secara sistematik, konsisten dan terus menerus.

Zeithmalh, dkk (1990: 23) menyatakan bahwa dalam menilai kualitas jasa/ pelayanan, terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa/ pelayanan, yaitu :

1) Tangible (nyata/berwujud)2) Reliability (keandalan)3) Responsiveness (Cepat tanggap)4) Competence (kompetensi)5) Access (kemudahan)6) Courtesy (keramahan)7) Communication (komunikasi)8) Credibility (kepercayaan)9) Security (keamanan)10) Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan) Di samping harus memiliki tujuan yang jelas dan komperehensif, pelayanan kesehatan harus berfokus pada pelanggaran .pengalaman pasien dan masyarakat yang menjadi pelanggan pelayanan kesehatan harus mendapat perhatian utama sehingga kebutuhan , harapan, dan nilai pelanggan dapat dipenuhi oleh organisasi pelayanan kesehatan. Peningkatan mutu pelayanan yang berkesinambungan menjadi salah satu kunci penting dalam menghadapi era globalisasi yang mengisyaratkan bahwa pelayanan harus dilakukan sesuai standar dan memenuhi kaidah-kaidah mutu yang berorientasi kepada kepentingan konsumen, berarti penyedia layanan harus terus beradaptasi dengan kebutuhan konsumen. Untuk pelayanan petugas, yaitu kecepatan pelayanan, penampilan petugas, kepercayaan dan komunikasi, harapan pasien masih belum terpenuhi karena ada yang belum sesuai dengan etika pelayanan kedokteran karena kadang-kadang dokter meninggalkan tugas pada jam kerja di puskesmas yang membebaskan tarif, bila dibandingkan dengan pelayanan di puskesmas yang menerapkan tarif. Berarti pelayanan di puskesmas yang membebaskan tarif pelayanan tidak bermutu halini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa pelayanan yang bermutu apabila penerapan kode etik kedokteran dan standar pelayanan dapat memuaskan pasien Harapan pasien terhadap tarif puskesmas (gratis dan bayar) dari hasil wawancara mendalam mengenai harapan pasien terhadap pembayaran tarif, untuk kategori biaya pelayanan pasien berharap tidak perlu naik. Untuk puskesmas yang membebaskan tarif, dari 6 pasien yang diwawancara 60% menyatakan kebijaksanaan ini tidak perlu dihentikan karena dalam situasi ekonomi yang sulit dapat membantu pasien, asal mutu pelayanan ini dapat ditingkatkan. Tetapi sebagian lagi pasien menyarankan pemberlakuan tarif kembali asal tidak memberatkan masyarakat dan mutu pelayanan ditingkatkan lagi, karena tidak ada peningkatan mutu pelayanan setelah diberlakukan pembebasan tarif. Hal ini sesuai penelitian di India, bahwa fasilitas pemerintah sebaiknya memberlakukan pembayaran (fee) yang sangat berguna sebagai pendapatan (revenue) yang sebagian dapat langsung digunakan sebagai penunjang biaya operasional. Hal ini didukung juga laporan dari Campbell bahwa pasien psikatri yang membayar di praktek dokter swasta lebih puas daripada di rumah sakit pemerintah yang membebaskan tarif. Untuk memberikan pelayanan yang baik di puskesmas

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanMutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati (Winston Dictionary, 1956). Mutu pelayanan kesehatan memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputi pasien, keluarga, dan lainnya yang membutuhkan pelayanan. Manajemen mutu memiliki fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta pengawasan.Berdasarkan dimensinya, mutu jika dipandang oleh pengguna layanan lebih terfokus pada ketanggapan, kelancaran komunikasi dan keramahan pemberi layanan. Sedangkan bagi pemberi layanan sendiri menilai mutu dengan terfokus pada pemberian pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna sesuai dengan standar operasional dan etika yang ada. Selanjutnya bagi penyandang dana mutu dinilai dari aspek efektivitas pemakaian sumber dana. Adapun dimensi mutu sendiri terdiri atas kehandalan, empati, dan keberwujudan. Dalam meningkatkan mutu/kualitas suatu layanan dibutuhkan inspirasi-inspirasi yang kreatif dan inovatif dari pemberi pelayanan itu sendiri dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada guna meningkatkan kepuasan pelanggan/ mampu memberikan pelayanan prima dan meminimalisir resiko yang mungkin terjadi. Jenis-jenis resiko terbagi menjadi: resiko operasional, resiko hazard, resiko financial, dan resiko strategic. Bagaimana cara mengelola adanya resiko? Manajemen resiko terdiri atas 7 tahap, yaitu: penetapan konsep, identifikasi resiko, analisis resiko, evaluasi resiko, penanganan resiko, monitoring dan review dan komunikasi beserta konsultasi.

3.2 Saran

Memberikan pelayanan yang prima sama halnya dengan berupaya meningkatkan mutu/kualitas layanan itu sendiri. Untuk itu, dalam hal ini dibutuhkan pekerja-pekerja yang handal dalam membaca situasi lapangan serta mampu memberikan inspirasi-inspirasi yang inovatif dan kreatif dalam menjawab persoalan yang ada guna meningkatkan kepuasan masyarakat sebagai pengguna layanan.

Daftar PustakaMuninjaya, Gde. (2001). Manajemen Mutu Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.Abbas Salim, 2007, Asuransi & Manajemen Risiko, RajaGrafindo Persada, JakartaWiyono DJ. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan : Teori, Strategi dan Aplikasi, Universitas Airlangga, Surabaya.Sallis E. 2008. Total Quality Management, Jakarta: Gramedia.Simanjuntak, L.S. Konsep Sistem Manajemen Mutu dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan Tinggi. Diakses pada tanggal 22 Agustus 2014, dari http://mmpt.pasca.ugm.ac.id/home.php?k=9&j=52Anonim. Diakses pada tanggal 24 Agustus 2014, dari http://thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00469-TI%20bab%202.pdfJanis, N. BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan Diakses pada tanggal 24 Agustus 2014 dari http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/2014_kajian_pprf_BPJS.pdf

5