Upload
duongmien
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
35
BAB III
DASAR FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM
A. Landasan Dasar Pendidikan Islam
Landasan adalah sesuatu yang menjadi sandaran semua dasar dalam
suatu bangunan, sedangkan dasar adalah fundamen yang menegakkan suatu
bangunan, sehingga menjadi kuat dan kokoh dalam pengembangan
pendidikan Islam.
Dalam usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai
suatu tujuan harus mempunyai landasan yang tepat sebagai tempat berpijak
yang baik dan kuat. Oleh karena itu, pendidikan Islam sebagai suatu usaha
dalam membentuk manusia dan peradabannya harus mempunyai landasan
yang kuat ke mana semua kegiatan itu dihubungkan atau disandarkan,1 baik
sebagai sumber maupun dasar yang menjadi pedoman penerapan dan
pengembangannya. Landasan itu terdiri dari al-Qur’an dan sunnah nabi
Muhammad saw. yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al-maslahah al-
mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya.2
Dasar dan fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan
yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan yang menjadikan tetap berdiri
tegaknya bangunan itu.3 Dengan demikian, fungsi dari suatu landasan
pendidikan Islam adalah di samping tegaknya suatu bangunan dalam dunia
pendidikan Islam, juga agar bangunan itu tidak akan terombang-ambing oleh
berbagai “persoalan” yang mempengaruhinya dan bahkan dia akan semakin
kuat dan tegar di dalam menghadapinya.
Filsafat pendidikan Islam merupakan kajian filosofis mengenai
pendidikan Islam yang didasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber
primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof muslim sebagai sumber
1 Prof. Dr. Zakiah Darajad, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996),
hal. 19. 2 Ibid., hal. 20-21. 3 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : al-Ma’arif,
1980), hal. 41.
36
sekunder. Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan filsafat Islam
adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat
pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam.4
Dasar-dasar pendidikan Islam secara prinsipil diletakkan pada dasar-
dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Dasar-dasar
pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utama
tentu saja al-Qur’an dan sunnah. Al-Qur’an misalnya memberikan prinsip
penghormatan kepada akal, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia
dan memelihara kebutuhan sosial yang hal ini sangat penting bagi pendidikan.
Dasar pendidikan Islam selanjutnya adalah nilai-nilai sosial kemasyarakatan
yang tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan as-sunnah atas prinsip
mendatangkan kemaslahatan dan menjauhkan kemudzaratan bagi manusia.
Kemudian warisan pemikiran para ulama dan cendekiawan muslim yang
merupakan dasar penting dalam pendidikan Islam.5 Di samping itu, di bagian
lain Azyumardi Azra juga mengemukakan mengenai sumber dan dasar
pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah serta nilai-nilai, norma dan
tradisi sosial yang memberi corak keislaman dan dapat mengikuti
perkembangannya.6
Pendidikan Islam berpangkal dari ajaran Ilahiyah, maka tentu harus
bersumber dari kebenaran dan kebesaran Ilahi. Bagi kita sumber kebenaran
Ilahi telah diperkenalkan kepada manusia melalui para nabi berupa kitab suci.
Dari empat kitab suci yang pernah diturunkan sebagai petunjuk umat manusia,
maka sejak kehadiran Rasulullah saw. di muka bumi ini satu yang harus
ditegakkokohkan yakni al-Qur’an. Di samping itu ketetapan-ketetapan Rasul
juga merupakan sumber utama pendidikan Islam.7
4 Drs. H. Abuddin Nata, MA., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu,
1997), hal 30-31. 5 Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju
Millenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 9. 6 Prof. Dr. Azyumadi Azra, M.A.,Eseai-Eseai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam,
(Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 76-77. 7 Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah),
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hal. 90
37
Pada dasarnya bangunan syari’at dan moralitas Islam itu mempunyai
dua sumber pokok yaitu al-Qur’an al-Karim dan sunnah Nabi.8 Al-Qur’an
adalah kitabullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad bin Abdillah,
dengan bahasa Arab yang jelas dan fasih yang secara kronologis diturunkan
dalam rentangan waktu kurang lebih 23 tahun, yang memiliki nilai-nilai
ibadah. Serta sumber Islam yang kedua adalah sunnah sebagai landasan
berfikir dan syari’at terdiri dari segala sesuatu yang berasal dari Rasul saw.
1. Al-Qur’an (kalamullah)
Al-Qur’an sebagai kalamullah yang mencakup segala aspek
persoalan kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan pencipta-Nya,
sesama manusia dan alam semesta yang merupakan persoalan mendasar
dalam setiap kehidupan manusia. Al-Qur’an memiliki gagasan mendasar
yang amat luas dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang semuanya
dapat dan harus dijadikan sebagai landasan dasar utama dalam
pengembangan Pendidikan Islam. Kedudukan al-Qur’an dalam kerangka
Pendidikan Islam bukan saja sebagai dasar bahkan menjadi sumber yang
sangat berharga untuk terus digali, dipahami dan diambil intisarinya untuk
senantiasa diaktualisasikan dalam hidup dan kehidupan manusia.
2. As-Sunnah
As-Sunnah bermakna seluruh sikap, perkataan dan perbuatan
Rasulullah saw. dalam menerapkan ajaran Islam serta mengembangkan
kehidupan umat manusia yang benar-benar membawa kepada kerahmatan
bagi semua alam, termasuk manusia dalam mengaktualisasikan diri dan
kehidupannya secara utuh dan bertanggung jawab bagi keselamatan dalam
kehidupannya. Kedudukan as-Sunnah dalam kehidupan dan pemikiran
Islam sangat penting, karena di samping memperkuat dan memperjelas
berbagai persoalan dalam al-Qur’an, juga banyak memberikan dasar
pemikiran yang lebih kongkret mengenai penerapan berbagai aktivitas
8 Dr. Abdul Halim Uwies, Koreksi Terhadap Umat Islam Suatu Telaah dan Alternatif
Jawabannya, terj. Abu Hurairah AC., (Jakarta: Darul Ulum Press, 1989), hal. 39-42
38
yang mesti dikembangkan dalam kerangka hidup dan kehidupan umat
manusia.
3. Pemikiran Islam
Pemikiran Islam yakni penggunaan akal budi manusia dalam
rangka memberikan makna dan aktualisasi terhadap berbagai ajaran Islam
yang disesuaikan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman
yang muncul dalam kehidupan umat manusia dalam berbagai bentuk
persoalan untuk dicarikan solusinya yang diharapkan sesuai dengan ajaran
Islam.
4. Sejarah Islam
Sejarah (kebudayaan) Islam merupakan segala dinamika
kehidupan dan hasil karya masa lampau yang pernah dan terus
dikembangkan dalam kehidupan umat Islam secara terus menerus. Semua
ini akan memberikan gambaran bagi pembinaan dan pengembangan
Pendidikan Islam yang dapat dijadikan landasan sebagai sumber penting
Pendidikan Islam.
5. Realitas Kehidupan
Realitas kehidupan sekarang ini, yakni kenyataan realitas yang
tampak dalam kehidupan secara keseluruhan terutama menyangkut
manusia dengan segala dinamikanya, kenyataan alam semesta dengan
segala ketersediaannya. Dengan demikian realitas ini menyangkut
kehidupan manusia dan berbagai makhluk lainnya serta alam semesta ini
semuanya merupakan sumber dalam rangka pengembangan Pendidikan
Islam.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa landasan dasar pendidikan
Islam adalah suatu dasar, landasan yang menjadi sumber dibangun dan
dikembangkannya pendidikan Islam baik secara filosofis, maupun teoritis dan
empiris dalam dunia pendidikan Islam. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa pemikiran mengenai landasan yang menjadi sumber dasar pendidikan
39
Islam adalah al-Qur’an, as-sunnah, pemikiran Islam, sejarah Islam dan realitas
kehidupan.
B. Prinsip Dasar Pendidikan Islam
Prinsip berasal dari kata Principle yang bermakna: asal, dasar, prinsip
sebagai dasar pandangan dan keyakinan, pendirian seperti berpendirian,
mempunyai dasar atau prinsip yang kuat.9 Adapun “dasar” dapat diartikan
asas, pokok atau pangkal (sesuatu pendapat aturan dan sebagainya).10 Dengan
demikian prinsip dasar pendidikan Islam bermakna pandangan yang mendasar
terhadap sesuatu yang menjadi sumber pokok sehingga menjadi konsep, nilai
dan asas bangunan pendidikan Islam.
Achmadi dalam bukunya “Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan”
menyatakan bahwa maksud dasar pendidikan ialah pandangan yang mendasari
seluruh aktivitas pendidikan baik dalam rangka penyusunan teori, perencanaan
maupun pelaksanaannya pendidikan. Karena kita berbicara pendidikan Islam,
maka pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan ialah
pandangan hidup Islami atau pandangan hidup muslim yang pada hakekatnya
merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat transenden, universal, dan eternal.
Dengan nilai-nilai itulah kedudukan pendidikan Islam baik secara normatif
maupun konsepsional berbeda dengan ilmu pendidikan lainnya. Adapun
sumber nilai dalam Islam adalah al-Qur’an dan sunnah Rasul. Karena
banyaknya nilai yang terdapat dalam sumber tersebut, maka dipilih dan
diangkat beberapa di antaranya yang dipandang fundamental dan dapat
merangkum berbagai nilai yang lain, yaitu :
1. Tauhid
2. Kemanusiaan
3. Kesatuan umat manusia
9 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
1992), hal. 447. 10 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hal. 221.
40
4. Keseimbangan
5. Rahmatan lil’alamin.11
Jadi kesemuanya ini saling berhubungan dan memiliki implikasi dalam
kerangka pengembangan pendidikan Islam.
M. Athiyah al-Abrasyi mengemukakan bahwa arah tujuan yang
mencerminkan prinsip dasar pendidikan Islam adalah :
1. Budi pekerti adalah jiwa pendidikan Islam
2. Memperhatikan agama dan sekaligus
3. Memperhatikan segi-segi manfaat
4. Mempelajari ilmu sampai pada hakekat kebenaran ilmu yang membawa
pada kesempurnaan akhlak.
5. Pendidikan jasmani, kejujuran dan kecakapan untuk memenuhi kehidupan.
Dari sini dinyatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan ideal
dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Kebebasan, demokrasi dan persamaan dalam pendidikan
b. Pembentukan akhlak mulia tujuan utama
c. Menyampaikan materi (berbicara) sesuai dengan akal dan
kemampuannya
d. Pendidikan Islam adalah pendidikan bebas dan terbuka
e. Pendidikan Islam memperhatikan aspek individu dalam kemampuan
dan kesanggupannya
f. Memperhatikan pembawaan, instink dan bakat seseorang
g. Mencintai ilmu dan menyediakan diri untuk belajar
h. Mengembangkan kemampuan berpikir dan berbicara
i. Mengembangkan pendidikan manusiawi
j. Mengembangkan pendidikan menyeluruh bagi masyarakat
k. Mengembangkan perpustakaan untuk merangsang terus belajar
l. Pemberian tanggung jawab merupakan proses pendidikan.12
11 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,
1992), hal. 55-59 12 Prof. Dr. M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Alih Bahasa
Bustami A. Gani dan Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hal. 1-23
41
Dengan demikian pendidikan Islam sangat ideal terutama
memperhatikan kebersamaan, pengembangan diri, masyarakat,
menggalakkan ilmu, dilakukan secara manusiawi, menyeluruh dan selalu
berupaya meningkatkannya.
Prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam adalah aspek-aspek
fundamental yang menggambarkan dasar dan tujuan pendidikan Islam
sehingga ia membedakannya dengan pendidikan non-Islam. Prinsip-
prinsip dasar pendidikan Islam itu meliputi :
1. Pendidikan Islam adalah bagian dari proses rububiyah Tuhan
2. Pendidikan Islam berusaha membentuk manusia seutuhnya
3. Pendidikan Islam selalu berkaitan dengan agama
4. Pendidikan Islam merupakan pendidikan terbuka.13
Dari sini jelas prinsip pendidikan Islam sekaligus merupakan arah tujuan
yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam.
M. Chabib Thoha menyatakan bahwa ketika Allah
memperkenalkan misi manusia untuk mediami bumi dengan
menjadikannya khalifah di bumi yaitu misi khalifah bukan penguasaan
manusia atas manusia, melainkan juga tugas kependidikan sebagai
konsekuensi tanggung jawab intelektual untuk menegakkan kebenaran.
Karena itu hakekat pendidikan Islam bukan bertujuan untuk meleburkan
sifat dan potensi Insani sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan
kebenaran. Berdasarkan hal itulah maka dikemukakan bahwa prinsip-
prinsip pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan Islam sebagai proses kreatif
2. Prinsip percaya pada diri sendiri
3. Pendidikan Islam memberi kebebasan untuk memilih dan
4. Pendidikan berwawasan nilai.14
13 Dr. H. Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999), hal. 28-31. 14 Drs. M. Chabib Thoha, M.A., Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarya: Pustaka
Pelajar, 1996), hal. 32-35.
42
Adapun prinsip dasar pendidikan Islam ini merupakan ciri yang
membedakan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya. Kalau hal ini
yang digunakan dalam memberikan makna prinsip dasar pedidikan Islam,
maka kita dapat melihat pandangan Azyumardi Azra mengenai
karakteristik pendidikan Islam yang menjadi identitas dirinya adalah
bahwa karakteristik pendidikan Islam
1. Penguasaan ilmu pengetahuan
2. Pengembangan ilmu pengetahuan
3. Penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan
4. Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, hanyalah untuk
pengabdian pada Allah dan kemaslahatan umum
5. Penyesuaian kepada perkembangan anak sesuai dengan kemampuan
6. Pengembangan kepribadian
7. Penekanan pada amal shaleh dan tanggung jawab yang menghantarkan
kepada kebahagiaan kelak.15
Karakteristik inilah yang membedakan sekaligus mencerminkan
eksistensi pendidikan Islam di tengah-tengah pendidikan lainnya.
Pendidikan Islam mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan
ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Zakiyah Daradjat ketika membicarakan Ilmu Pendidikan Islam
mengawali pembahasannya mengenai pandangan Islam terhadap manusia
menyatakan bahwa pembahasan pendidikan Islam tidak mungkin
melepaskan diri dari objek sasarannya yaitu manusia yang harus
dibicarakan secara filosofis menurut pandangan Islam. Dalam hal ini
dinyatakan bahwa manusia adalah makhluk Allah dan Dia beserta alam
semesta bukanlah lahir terjadi dengan sendirinya, melainkan diciptakan
Allah. Pemahaman manusia menurut Islam ini sangat berkaitan dengan
prinsip dasar pendidikan Islam yang dapat dilihat pada tiga aspek yaitu :
15 Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Esei-Esei Intelektual Muslim ....... Op. Cit., hal. 12-
14.
43
1. Manusia sebagai makhluk yang mulia karena memiliki akal dan
perasaan, ilmu pengetahuan dan dengan akal pengetahuannya mampu
membentuk kebudayaan.
2. Manusia sebagai khalifah yang akan memelihara, mengolah dan
mengurus alam semesta termasuk manusia yang dilakukan secara
sadar dan bertanggung jawab.
3. Manusia sebagai makhluk paedagogik yang memiliki potensi (fitrah)
yang dapat dididik dan mendidik sesuai dengan hakekat kemanusiaan
dan ajaran Islam.16
C. Landasan Dasar Filosofis Pendidikan Islam
Upaya membangun dan mengembangkan konsep dasar dan teorisasi
pendidikan Islam tidak hanya dilihat secara normatif, tetapi juga secara
filosofis dan empirik. Berbagai nilai yang secara normatif dalam khasanah
ajaran Islam perlu dipikirkan secara filosofis agar mampu teraktualisasi dalam
dataran empirik dan teoritik sehingga proses pendidikan akan terus dinamik,
kreatif dan inovatif dalam menjawab berbagai tantangan kemajuan. Falsafah
pendidikan Islam merupakan sesuatu yang menjadikan dasar pandangan,
kepercayaan dan keyakinan terhadap pendidikan.
Jalaludin dan Usman Said menyatakan bahwa secara garis besar yang
menjadi dasar kajian falsafah pendidikan Islam seperti yang termuat dalam
kandungan wahyu adalah mengenai pencipta (Allah) ciptaannya (mahluk)
hubungan antara ciptaan dengan pencipta serta hubungan antara sesama
ciptaan-Nya dan utusan yang menyampaikan risalah pencipta (Rasul).17
Berdasarkan pemikiran di atas dan didasarkan bahwa kehidupan
manusia tidak akan terlepas dari persoalan pokok mengenai ketuhanan,
kemanusiaan dan kealaman yang satu sama lain saling berkaitan, di samping
ingin mendapatkan pemikiran yang lebih mendasar, dasar pemikiran
pendidikan Islam yang dikemukakan meliputi:
16 Prof. Dr. Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, ... Op. Cit., hal. 1-18 17 Dr. Jalaluddin dan Drs. Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1994), hal. 20.
44
a. Konsep dasar ketuhanan dalam Islam
b. Konsep dasar manusia dalam Islam
c. Konsep dasar alam semesta dalam Islam.
1. Konsep dasar ketuhanan dalam Islam
Membicarakan konsep dasar ketuhanan (teologi) dalam Islam
umumnya mengetengahkan mengenai keberadaan Tuhan dalam kehidupan
manusia. Teologi dalam Islam disebut juga “Ilmu Tauhid”. Islam adalah
agama yang mengesakan Allah SWT. Tauhid adalah dasar agama ini yang
mencakup dan mempersatukan seluruh agama samawi.18 Tauhid
merupakan konsep revolusioner yang merupakan inti ajaran Islam. Di
dalamnya terkandung pengertian bahwa hanya ada satu Tuhan penguasa
alam semesta ini.19 Adapun arti tauhid menurut bahasa adalah mengetahui
bahwa sesuatu itu satu, sedangkan menurut istilah ilmu yang dapat
menetapkan akidah (tekad) keagamaan seseorang yang dikasab (dicari)
dari dalil-dalil yang berdasarkan keyakinan.20 Tauhid berasal dari kata
wahdah atau wahid yang berarti bahwa Tuhan itu Esa tidak ada dua-Nya,
tak ada lagi suatu zat keabadian lainnya, Yang Maha Luhur, tak tersaingi,
tak tertandingi, tak dapat disamai, tak terlawan.21
Pembahasan soal ketuhanan (teologi) dalam Islam umumnya
dibicarakan dalam persoalan tauhid dan akidah yang sering disebut juga
dengan ilmu tauhid, ilmu aqa’id, ilmu kalam, ilmu ushuluddin, ilmu
syari’at, ilmu thariqat, ilmu hakekat dan ilmu ma’rifat.22 Secara sederhana
tauhid dapat dibagi dalam tiga tingkatan atau tahapan, yaitu pertama,
tauhid Rububiyah (mengimani Allah SWT. sebagai satu-satunya Rabb),
kedua, tauhid Mulkiyah (mengimani Allah sebagai satu-satunya Malik),
18 Muhammad Abu Zahrah, Hakekat Aqidah Qur’ani(Kembali kepada Akidah yang Benar
di dalam Qur’an dan Hadits), (Surabaya: Pustaka Progressif, 1991), hal. 27. 19 Khurshid Ahmad, dkk., Prinsip-Prinsip Pokok Islam, (Jakarta: Rajawali, 1989), hal. 18 20 Syekh Ibrahim al-Bajuri, Ilmu Aqa’id (Tijaanud Daraarii), terj. K.H. Moch. Anwar,
(Bandung: Sinar Baru, 1992), hal. 3. 21 Hakim Abdul Hameed, Aspek-Aspek Pokok Agama Islam, terj. Drs. M. Ruslan
Shiddieq, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983), hal. 30 22 M. Hamdani B. Dz., Pendidikan Ketuhanan Dalam Islam, (Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2001), hal. 3-10
45
dan ketiga tauhid Ilahiyah (mengimani Allah SWT. sebagai satu-satunya
Ilah).23
Meskipun demikian, secara mendasar ketuhanan dalam Islam
menyangkut soal “al-Ilahiyat” pada umumnya membicarakan dzat Allah,
nama-nama Allah dan sifat-sifat Allah.24 Dzat Allah tidak dapat dijangkau
oleh akal manusia karena keterbatasan akal tersebut.25 Hakekat dzat
Tuhan, tidak dapat dilihat dan tidak dapat diketahui karena pikiran
manusia tidak dapat menjangkaunya dan manusia sama sekali tidak diberi
perangkat-perangkat untuk mengetahuinya.26
A. Sifat-sifat Allah
Sifat-sifat Allah SWT di antaranya ada yang disebut sifat-sifat
Salbiyah dan sifat Tsubutiyah.
1. Salbiyah adalah yang menarik atau meniadakan dari Allah SWT.
akan sifat-sifat yang tidak sesuai, tidak layak dan tidak cocok
dengan kesempurnaan dzat-Nya.27
a) Awal dan akhir, Firman Allah SWT.:
. بكل شيئ عليم وهو جهواالول واالخر والظاهر والباطن
) 3: الحديد (Artinya : “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan
Yang Bathin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu ”. (Q.S. al-Hadid : 3)
b) Allah tidak serupa dengan sesuatu, Firman Allah SWT. :
)11: الشورى . (هو السميع البصيرليس آمثله شيئ وArtinya : “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan
Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Q.S. as-Syuura : 11)
23 Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta : LPPI, 1993), hal. 19 24 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik, Telaah Manhaj
Akidah dan Harakah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hal. 28-30 25 Ibid., hal. 28 26 Sayid Sabiq, Unsur-Unsur Dinamika Dalam Islam, Alih Bahasa Drs. Haryono S.
Yusuf, (Jakarta: Intermasa, 1981), hal. 9 27 Sayid Sabiq, Aqidah Islam (Ilmu Tauhid), Cet XII, (Bandung: Diponegoro, 2001), hal.
81-104.
46
c) Allah adalah Maha Esa, Firman Allah SWT. :
)4:الزمر . (ارسبحنه هو اهللا الواحد القهArtinya : “Maha Suci Allah, Dialah Allah Yang Maha Esa lagi
Maha Mengalahkan”. (Q.S. az-Zumar : 4)
2. Tsubutiyah adalah sebagai ketetapan keadaan Allah SWT.28
a) Kuasa (qudrah), Firman Allah SWT. :
. حي ويميت وله اختالف الليل والنهار افال تعقلونوهو الذى ي
)80: المؤمنون (Artinya : “Dialah yang menghidupkan serta mematikan dan
Dialah yang (Mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya”.(Q.S. al-Mu’minun : 80)
b) Berkehendak (iradah), Firman Allah SWT. :
)40: النحل . (انما قولنا لشيئ اذا اردنه ان نقول له آن فيكونArtinya : “Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu
apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya : “Kun”: maka (jadilah) ia”. (Q.S. an-Nahl : 40)
c) Mengetahui (ilmu), Firman Allah SWT. :
: المجادلة . (الم تر ان اهللا يعلم ما فى السموت وما فى األرض
7 ( Artinya : “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi ? ”. (Q.S. al-Mujadilah : 7)
d) Hidup (hayat), Firman Allah SWT. :
)58: الفرقان . (وتوآل على الحي الذي اليموتArtinya : “Dan bertakwalah kepada Allah Yang Hidup(kekal)
yang tidak mati”. (Q.S. al-Furqan : 58)
28 Ibid., hal. 104-113.
47
e) Berfirman (kalam), Firman Allah SWT. :
)164: النساء . (وآلم اهللا موسى تكليماArtinya : “Allah telah berbicara kepada Musa dengan
langsung”. (Q.S. an-Nisa’ : 164)
f) Mendengar (sama’) dan melihat (bashar), Firman Allah
SWT.:
قد سمع اهللا قول التى تجادلك فى زوجها وتشتكي الى اهللا واهللا
) 1: المجادلة . ( ان اهللا سميع بصيرقلىيسمع تحاورآماArtinya : “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan
wanita yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya dan mengadukan (halnya) kepada Allah dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat ”. (Q.S. al-Mujadilah : 1)
Allah memberikan kepada manusia sejumlah potensi
yang berasal atau berkaitan dengan sifat-sifatnya. Atau dengan
kata lain, Allah mempercikkan ke dalam diri manusia sifat-
sifat atau potensi tertentu yang mencerminkan sifat-sifat-Nya.
Dan sebagaimana diketahui, sifat-sifat Allah terhimpun dalam
istilah “Asmaul Husna”, yaitu nama-nama yang indah, seperti
al-Alim (Maha Mengetahui), al-Khaliq (Maha Pencipta), al-
Hakim (Maha Bijaksana) dan sebagainya.29 Dalam satu hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah ra. dari Rasulullah saw. bersabda :
ن رسول اهللا صلى اهللا عليه عن أبى هريرة رضى اهللا عنه أ
من , إن هللا تسعة وتسعين إسما مائة اال واحدا: وسلم قال
29 Drs. Imam Bawani, MA., Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam; Studi tentang
Daya Tahan Pesantren Tradisonal, (Surabaya : al-Ikhlas, 1993), hal. 64
48
)رواه البخارى ومسلم. (احصيناه حفظناه, احصاها دخل الجنة30
Artinya : “Dari Abi Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu. Barangsiapa menjaganya, maka ia akan masuk surga” (H.R. Bukhari Muslim)
Nama Allah 99 itu menunjukkan sifat-sifat Allah yang
penuh kesempurnaan. Sifat al-Alim misalnya adalah isyarat ke-
Maha Sempurnaan Allah SWT. sebagai dzat Yang Maha
Mengetahu dan Maha Pandai. Demikian hal dengan sifat-sifat
yang lain, sehingga manusia mampu mengembangkan segala
potensi yang telah dianugrahkan kepadanya. Pada akhirnya
menjadi makhluk yang pandai atau berpengetahuan dalam
mencipta sesuatu bagi keperluan hidupnya. Maka Pendidikan
Islam tidak lain adalah sebagai upaya untuk mengaktualkan
sifat-sifat kesempurnaan yang telah dianugrahkan Allah SWT.
kepada manusia.31
2. Konsep dasar manusia dalam Islam
A. Telaah kejadian dan makna manusia menurut al-Qur’an serta konsep
fitrah dan insan kamil dalam Islam
Manusia adalah salah satu jenis makhluk yang diciptakan oleh
Allah SWT. dan Dia (Allah) menciptakan kamu dari berbagai fase
atau tahap. Sesuai dengan Firman Allah SWT. :
)14: نوح . (وقد خلقكم اطواراArtinya : “Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam
beberapa tingkatan kejadian”. (Q.S. Nuh : 14)32
30 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz VII, (Beirut: Darul Kutubil Ilmiah, 1992), hal. 525 31 Ibid., hal. 65 32 Prof. Dr. Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ... Op. Cit., hal. 979
49
Mengenai asal usul bagaimana manusia itu tercipta bisa didekati
dari dua sudut pandang yakni sudut pandang produksi dan sudut
pandang reproduksi. Pertama, hanya berlaku bagi proses penciptaan
Adam dan Hawa yakni asal-usul penciptaan manusia pertama kali.
Kedua, aspek asal-usul manusia dari segi keturunan kedua pasangan
manusia pertama disebut pula sebagai aspek reproduksi atau
pembiakan selanjutnya.33
Adapun proses kejadian manusia pertama dijelaskan dalam al-
Qur’an sebagai berikut :
a) Pada awalnya manusia dijadikan seorang diri, sesudah itu Allah
menjadikan isteri dari bahan yang sama. Kemudian Allah
mengembangbiakkan keturunan sampai jumlah yang banyak.
b) Jasad dibuat lebih dahulu, baru kemudian roh ditiupkan Allah ke
dalamnya.34 Firman Allah :
: السجدة . (الذى احسن آل شيئ خلقه وبداء خلق اإلنسان من طين7(
Artinya : “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah”. (Q.S. as-Sajadah : 7)
Kejadian manusia menurun manusia pertama. Kejadian ini
dijelaskan dalam al-Qur’an sebagai berikut:
a) Keturunan manusia ini dijadikan Allah dari air mani. Firman Allah
SWT. :
)8: السجدة . (ثم جعل نسله من سللة من مآء مهينArtinya : “Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati
air yang hina (air mani)”. (Q.S. as-Sajdah : 8)
33 Drs. H. Abdul Halim Soebahar, M.A., Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta :
Kalam Mulia, 2002), hal. 36 34 Moh. Hasyim dan Zaki Muabarok, Akidah Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), hal. 5-
6
50
b) Air mani yang bercampur dengan sel telur kemudian disimpan di
tempat yang aman. Firman Allah :
)13: المؤمنون . (كينثم جعلنه نطفة فى قرار مArtinya : “Kemudian Kami menjadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)”. (Q.S. al-Mu’minun : 13)
c) Proses pertumbuhannya hingga menjadi anak manusia bertahap.
Al-Qur’an menerangkan dengan jelas di dalam surat al-Mu’minun
ayat 12-14.
Hal ini menunjukkan perbedaan proses kejadian manusia secara
umum dengan penciptaan Adam dan kita, penciptaan manusia secara
umum terjadi melalui proses keterlibatan Tuhan bersama selain-Nya
yaitu ibu dan bapak, sedangkan penciptaan Adam tidak termasuk
keterlibatan lainnya hanya Allah Penciptanya.35
B. Memahami istilah basyar, insan, an-nas dan Bani Adam yang
memberi makna manusia dalam al-Qur’an
1. Basyar dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar
dalam 26 surat.36 Secara etimologi Basyar berarti kulit kepala,
wajah, atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut.
Penamaan ini menunjukkan makna bahwa secara biologis yang
mendominasi manusia adalah pada kulitnya.37 Pada aspek ini
terlihat perbedaan umum biologis manusia dengan hewan yang
lebih didominasi oleh bulu atau rambut. Makna etimologis dapat
dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki
segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum
kebahagiaan dan sebagainya.
35 Dr. M. Quraish Shihab, M.A., Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai
Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1998), hal. 281 36 Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim,
(T.kp. : Darul Fikri , 1992), hal. 153-154 37 Dr. H. Samsul Nizar, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 2
51
2. Kata Insan yang berasal dari kata al-Uns dinyatakan dalam al-
Qur’an sebanyak 65 kali dan tersebar dalam 43 surat.38 Insan
dapat diartikan secara etimologis adalah harmonis, lemah lembut,
tampak atau pelupa.39 Kata insane digunakan dalam al-Qur’an
untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa
dan raganya.40 Kata ini dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 73
kali. Di antaranya terdapat dalam surat an-Nisa’ ayat 28.41
3. An-Nas dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 241 kali dan tersebar
dalam 55 surat.42 Dalam al-Qur’an keterangan yang jelas
menunjukkan pada jenis keturunan nabi Adam as. kata an-Nas
menunjuk manusia sebagai makhluk social dan kebanyakan
digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering
melakukan mafsadah.43
4. Bani Adam di sebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 9 kali. Di
antaranya pada surat Yasin ayat 60.44 Adam di dalam al-Qur’an
mempunyai pengertian manusia dengan keturunannya yang
mengandung pengertian basyar, insan dan an-nas.45 Kata Bani
Adam lebih ditekankan pada aspek amaliah manusia, sekaligus
pemberi arah ke mana dan dalam bentuk apa aktivitas itu
dilakukan.46
38 Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim,
... Op. Cit., hal. 119-120 39 Dr. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an; Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung : Mizan, 1996), hal. 280 40 Ibid. 41 Dr. H. Samsul Nizar, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis, ... Op. Cit., hal. 5 42 Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim,
... Op. Cit., hal. 895-899 43 Dr. H. Samsul Nizar, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis, ... Op. Cit., hal. 12 44 Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim,
... Op. Cit., hal. 32 45 Moh. Hasyim dan Zaki Mubarok, Akidah Islam, ...... Op. Cit., hal. 1-3 46 Dr. H. Samsul Nizar, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis, ... Op. Cit., hal. 14
52
C. Konsep Fitrah sebagai Dasar Potensi Kehidupan Manusia
Fitrah manusia adalah kejadiannya sejak semula atau bawaan
sejak lahir. Mengenai uraian fitrah manusia ditemukan sekali pada
surat ar-ruum ayat 30 :
فطرة اهللا التى فطر الناس عليها التبديل قلىفأقم وجهك للدين حنيفا
)30: الروم . (لمون ذلك الدين القيم ولكن اآثر الناس اليعقلىلخلق اهللاArtinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Allah) tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, (itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ”. (Q.S. ar-Ruum : 30)
Fitrah manusia adalah potensi laten atau kekuatan terpendam
yang ada di dalam diri manusia yang dibawanya sejak lahir. Adapun
jumlah fitrah yang ada di dalam diri manusia itu cukup banyak, namun
yang dianggap penting dalam kerangka pendidikan untuk
dikembangkan meliputi fitrah agama, intelek, sosial dan fitrah susila.47
D. Manusia Seutuhnya “Insan Kamil” Dalam Islam
Dalam rangka memahami insan kamil (manusia seutuhnya)
dalam Islam tentunya kita dapat melihat berdasarkan proses kejadian
manusia, istilah manusia dalam Islam dan konsep Fitrah yang
merupakan cerminan kejadian manusia itu sendiri. Dengan demikian
dalam rangka memahami insan kamil dalam Islam yang sesungguhnya
sebagai implikasi dari konsep fitrah dapat dilihat keseluruhan dengan
meninjau aspek hakekat wujud manusia, tujuan dan fungsi penciptaan
manusia, potensi sumber daya manusia dan karakteristik manusia
dalam Islam.
47 Drs. Syahminan Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, .... Op. Cit.,
hal. 5-6
53
1. Hakekat Wujud Manusia
Manusia makhluk yang paling mulia, manusia makhluk yang suci
sejak lahir, manusia makhluk etik religius dan makhluk individu
dan sosial.48
2. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia
Islam menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk mengabdi
kepada Allah. Dalam pengertian filosofis, ini berarti bahwa tujuan
eksistensi manusia adalah realisasi “summum bonum” atau
perangkat lengkap nilai-nilai. Jelas bahwasanya apa yang telah
ditegaskan di sini adalah tujuan hidup manusia.49
Agar manusia beribadah pada Allah, khalifatullah fil ard dan untuk
saling membentuk manusia yang saling mengenal dalam rangka
menunaikan tugas kekhalifahannya.50
3. Potensi Sumber Daya Manusia
Jasad adalah aspek fisik yang harus dikembangkan menjadi
manusia yang memiliki jasmani yang sehat, kuat dan
berketrampilan.51 Misalkan potensi jasad, akal, hati, nafs (roh),
kebebasan berkehendak dan berbuat (free will dan free act).52
3. Konsep dasar alam semesta dalam Islam
Makhluk adalah kata benda yang menunjukkan objek dari kata kerja
khalaqa berarti menciptakan, maka makhluk mencakup segala sesuatu
yang diciptakan. Kata lain dari segala sesuatu yang diciptakan ini adalah
alam semesta dengan segala isinya alam atau makhluk mencakup benda,
flora, fauna, manusia dari jenis yang terkecil seperti bakteri sampai yang
terbesar seperti planet dan galaksi.53 Dalam statusnya sebagai khalifah
Allah manusia diamanatkan untuk menciptakan kemakmuran di bumi
48 Lihat, Achmadi, ... Op. Cit., hal. 30-43 49 Isma’il Raji al-Faruqi, Tauhid, (Bandung : Pustaka, 1995), hal. 66 50 Ibid., hal. 41-42 51 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, ... Op. Cit., hal. 41 52 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, ... Op. Cit., hal. 43 53 Dr. Bustanuddin Agus, M.A., AL-Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hal.
12
54
tempat manusia hidup. Alam semesta memang diciptakan Allah untuk
dimanfaatkan manusia atas petunjuk penciptaannya. Jadi ada nilai-nilai
tertentu sebagai pengikat antara manusia dan alam semesta. Pemikiran
tersebut menjadi bagian dari pertimbangan dasar pendidikan Islam. Maka
pemikiran tentang alam semesta mengacu pada prinsip bahwa lingkungan
alam baik berupa lingkungan sosial maupun lingkungan fisik
mempengaruhi pendidikan, sikap dan akhlak manusia. Lingkungan alam
termasuk juga jagat raya adalah bagian dari ciptaan Allah dan alam
merupakan sarana yang diperuntukkan bagi manusia sebagai upaya
meningkatkan kemampuan diri sejalan dengan potensi yang dimilikinya.54
Konsep alam semesta dalam al-Qur’an digambarkan dengan kata “langit
dan bumi serta isinya”. Dengan merujuk kepada pernyataan Allah SWT.
pada surat az-Zumar ayat 5 dan 6.
Adapun tujuan penciptaan alam semesta ini sesungguhnya banyak
sekali digambarkan dalam al-Qur’an. Sebagaimana telah dipahami bahwa
formulasi ayat-ayat al-Qur’an mengenai teori penciptaan alam semesta
dapat dijelaskan bahwa Allah telah mengeluarkan suatu iradah dirumuskan
dalam Firman-Nya yang berbunyi “kun” (jadilah). Maka Allah telah
menganugerahi manusia yang dengannya manusia dapat menguasai alam
semesta yang memang dicipta untuk kepentingan manusia. Artinya, Allah
melarang manusia menghinakan diri kepada alam semesta.55
Adapun alam kehidupan manusia menurut Islam, sebagaimana
diketahui bahwa titik sentral penciptaan alam semesta berhubungan
dengan keberadaan manusia yang akan menghuninya dan sekaligus
mengelola dan memanfaatkan bagi keperluan, kesejahteraan dan
kebahagiaan hidupnya, maka persoalan manusia senantiasa menjadi pusat
perhatian dalam kejadian, tujuan dan kesempurnaan alam semesta ini.
Untuk itulah persoalan berikutnya yang juga penting dikemukakan dalam
54 Prof. Dr. H. Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001),
hal. 12 55 Drs. Kaelany HD, M.A., Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2000), hal. 243
55
kerangka ini, menyangkut alam kehidupan manusia yang merupakan suatu
proses awal hingga sepanjang kehidupan setiap manusia.
Adapun alam kehidupan manusia adalah suatu proses yang
semuanya ditempati dan dilewati oleh manusia dalam kehidupan ini sejak
awal hingga akhir yang abadi , meliputi alam kehidupan, alam dunia, alam
barzakh dan alam akherat.56 Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Firman
Allah dalam surat al-Hajj ayat 66 dan surat Nuh ayat 17-18 sebagai
berikut:
)66: الحج . (ثم يميتكم ثم يحييكم ان اإلنسان لكفوراقلى وهو الذى احياآمArtinya : “Dan dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian
mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi) sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat mengingkari nikmat”. (Q.S. al-Hajj : 66)
). 18(ثم يعيدآم فيها ويخرجكم اخراجا ) 17(واهللا انبتكم من األرض نباتا
)18-17: نوح (Artinya : “Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-
baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya ”. (Q.S. Nuh : 17-18)
56 Chairuddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press,
1996), hal. 131-136