21
35 BAB III DASAR FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM A. Landasan Dasar Pendidikan Islam Landasan adalah sesuatu yang menjadi sandaran semua dasar dalam suatu bangunan, sedangkan dasar adalah fundamen yang menegakkan suatu bangunan, sehingga menjadi kuat dan kokoh dalam pengembangan pendidikan Islam. Dalam usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan yang tepat sebagai tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu, pendidikan Islam sebagai suatu usaha dalam membentuk manusia dan peradabannya harus mempunyai landasan yang kuat ke mana semua kegiatan itu dihubungkan atau disandarkan, 1 baik sebagai sumber maupun dasar yang menjadi pedoman penerapan dan pengembangannya. Landasan itu terdiri dari al-Qur’an dan sunnah nabi Muhammad saw. yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al-maslahah al- mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya. 2 Dasar dan fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan yang menjadikan tetap berdiri tegaknya bangunan itu. 3 Dengan demikian, fungsi dari suatu landasan pendidikan Islam adalah di samping tegaknya suatu bangunan dalam dunia pendidikan Islam, juga agar bangunan itu tidak akan terombang-ambing oleh berbagai “persoalan” yang mempengaruhinya dan bahkan dia akan semakin kuat dan tegar di dalam menghadapinya. Filsafat pendidikan Islam merupakan kajian filosofis mengenai pendidikan Islam yang didasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof muslim sebagai sumber 1 Prof. Dr. Zakiah Darajad, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hal. 19. 2 Ibid., hal. 20-21. 3 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : al-Ma’arif, 1980), hal. 41.

BAB III KHUDORI - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/31/jtptiain-gdl-s1...dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Dasar-dasar ... 7

Embed Size (px)

Citation preview

35

BAB III

DASAR FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM

A. Landasan Dasar Pendidikan Islam

Landasan adalah sesuatu yang menjadi sandaran semua dasar dalam

suatu bangunan, sedangkan dasar adalah fundamen yang menegakkan suatu

bangunan, sehingga menjadi kuat dan kokoh dalam pengembangan

pendidikan Islam.

Dalam usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai

suatu tujuan harus mempunyai landasan yang tepat sebagai tempat berpijak

yang baik dan kuat. Oleh karena itu, pendidikan Islam sebagai suatu usaha

dalam membentuk manusia dan peradabannya harus mempunyai landasan

yang kuat ke mana semua kegiatan itu dihubungkan atau disandarkan,1 baik

sebagai sumber maupun dasar yang menjadi pedoman penerapan dan

pengembangannya. Landasan itu terdiri dari al-Qur’an dan sunnah nabi

Muhammad saw. yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al-maslahah al-

mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya.2

Dasar dan fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan

yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan yang menjadikan tetap berdiri

tegaknya bangunan itu.3 Dengan demikian, fungsi dari suatu landasan

pendidikan Islam adalah di samping tegaknya suatu bangunan dalam dunia

pendidikan Islam, juga agar bangunan itu tidak akan terombang-ambing oleh

berbagai “persoalan” yang mempengaruhinya dan bahkan dia akan semakin

kuat dan tegar di dalam menghadapinya.

Filsafat pendidikan Islam merupakan kajian filosofis mengenai

pendidikan Islam yang didasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber

primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof muslim sebagai sumber

1 Prof. Dr. Zakiah Darajad, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996),

hal. 19. 2 Ibid., hal. 20-21. 3 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : al-Ma’arif,

1980), hal. 41.

36

sekunder. Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan filsafat Islam

adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat

pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam.4

Dasar-dasar pendidikan Islam secara prinsipil diletakkan pada dasar-

dasar ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Dasar-dasar

pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utama

tentu saja al-Qur’an dan sunnah. Al-Qur’an misalnya memberikan prinsip

penghormatan kepada akal, bimbingan ilmiah, tidak menentang fitrah manusia

dan memelihara kebutuhan sosial yang hal ini sangat penting bagi pendidikan.

Dasar pendidikan Islam selanjutnya adalah nilai-nilai sosial kemasyarakatan

yang tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan as-sunnah atas prinsip

mendatangkan kemaslahatan dan menjauhkan kemudzaratan bagi manusia.

Kemudian warisan pemikiran para ulama dan cendekiawan muslim yang

merupakan dasar penting dalam pendidikan Islam.5 Di samping itu, di bagian

lain Azyumardi Azra juga mengemukakan mengenai sumber dan dasar

pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah serta nilai-nilai, norma dan

tradisi sosial yang memberi corak keislaman dan dapat mengikuti

perkembangannya.6

Pendidikan Islam berpangkal dari ajaran Ilahiyah, maka tentu harus

bersumber dari kebenaran dan kebesaran Ilahi. Bagi kita sumber kebenaran

Ilahi telah diperkenalkan kepada manusia melalui para nabi berupa kitab suci.

Dari empat kitab suci yang pernah diturunkan sebagai petunjuk umat manusia,

maka sejak kehadiran Rasulullah saw. di muka bumi ini satu yang harus

ditegakkokohkan yakni al-Qur’an. Di samping itu ketetapan-ketetapan Rasul

juga merupakan sumber utama pendidikan Islam.7

4 Drs. H. Abuddin Nata, MA., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu,

1997), hal 30-31. 5 Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju

Millenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 9. 6 Prof. Dr. Azyumadi Azra, M.A.,Eseai-Eseai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam,

(Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 76-77. 7 Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah),

(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hal. 90

37

Pada dasarnya bangunan syari’at dan moralitas Islam itu mempunyai

dua sumber pokok yaitu al-Qur’an al-Karim dan sunnah Nabi.8 Al-Qur’an

adalah kitabullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad bin Abdillah,

dengan bahasa Arab yang jelas dan fasih yang secara kronologis diturunkan

dalam rentangan waktu kurang lebih 23 tahun, yang memiliki nilai-nilai

ibadah. Serta sumber Islam yang kedua adalah sunnah sebagai landasan

berfikir dan syari’at terdiri dari segala sesuatu yang berasal dari Rasul saw.

1. Al-Qur’an (kalamullah)

Al-Qur’an sebagai kalamullah yang mencakup segala aspek

persoalan kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan pencipta-Nya,

sesama manusia dan alam semesta yang merupakan persoalan mendasar

dalam setiap kehidupan manusia. Al-Qur’an memiliki gagasan mendasar

yang amat luas dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang semuanya

dapat dan harus dijadikan sebagai landasan dasar utama dalam

pengembangan Pendidikan Islam. Kedudukan al-Qur’an dalam kerangka

Pendidikan Islam bukan saja sebagai dasar bahkan menjadi sumber yang

sangat berharga untuk terus digali, dipahami dan diambil intisarinya untuk

senantiasa diaktualisasikan dalam hidup dan kehidupan manusia.

2. As-Sunnah

As-Sunnah bermakna seluruh sikap, perkataan dan perbuatan

Rasulullah saw. dalam menerapkan ajaran Islam serta mengembangkan

kehidupan umat manusia yang benar-benar membawa kepada kerahmatan

bagi semua alam, termasuk manusia dalam mengaktualisasikan diri dan

kehidupannya secara utuh dan bertanggung jawab bagi keselamatan dalam

kehidupannya. Kedudukan as-Sunnah dalam kehidupan dan pemikiran

Islam sangat penting, karena di samping memperkuat dan memperjelas

berbagai persoalan dalam al-Qur’an, juga banyak memberikan dasar

pemikiran yang lebih kongkret mengenai penerapan berbagai aktivitas

8 Dr. Abdul Halim Uwies, Koreksi Terhadap Umat Islam Suatu Telaah dan Alternatif

Jawabannya, terj. Abu Hurairah AC., (Jakarta: Darul Ulum Press, 1989), hal. 39-42

38

yang mesti dikembangkan dalam kerangka hidup dan kehidupan umat

manusia.

3. Pemikiran Islam

Pemikiran Islam yakni penggunaan akal budi manusia dalam

rangka memberikan makna dan aktualisasi terhadap berbagai ajaran Islam

yang disesuaikan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman

yang muncul dalam kehidupan umat manusia dalam berbagai bentuk

persoalan untuk dicarikan solusinya yang diharapkan sesuai dengan ajaran

Islam.

4. Sejarah Islam

Sejarah (kebudayaan) Islam merupakan segala dinamika

kehidupan dan hasil karya masa lampau yang pernah dan terus

dikembangkan dalam kehidupan umat Islam secara terus menerus. Semua

ini akan memberikan gambaran bagi pembinaan dan pengembangan

Pendidikan Islam yang dapat dijadikan landasan sebagai sumber penting

Pendidikan Islam.

5. Realitas Kehidupan

Realitas kehidupan sekarang ini, yakni kenyataan realitas yang

tampak dalam kehidupan secara keseluruhan terutama menyangkut

manusia dengan segala dinamikanya, kenyataan alam semesta dengan

segala ketersediaannya. Dengan demikian realitas ini menyangkut

kehidupan manusia dan berbagai makhluk lainnya serta alam semesta ini

semuanya merupakan sumber dalam rangka pengembangan Pendidikan

Islam.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa landasan dasar pendidikan

Islam adalah suatu dasar, landasan yang menjadi sumber dibangun dan

dikembangkannya pendidikan Islam baik secara filosofis, maupun teoritis dan

empiris dalam dunia pendidikan Islam. Dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa pemikiran mengenai landasan yang menjadi sumber dasar pendidikan

39

Islam adalah al-Qur’an, as-sunnah, pemikiran Islam, sejarah Islam dan realitas

kehidupan.

B. Prinsip Dasar Pendidikan Islam

Prinsip berasal dari kata Principle yang bermakna: asal, dasar, prinsip

sebagai dasar pandangan dan keyakinan, pendirian seperti berpendirian,

mempunyai dasar atau prinsip yang kuat.9 Adapun “dasar” dapat diartikan

asas, pokok atau pangkal (sesuatu pendapat aturan dan sebagainya).10 Dengan

demikian prinsip dasar pendidikan Islam bermakna pandangan yang mendasar

terhadap sesuatu yang menjadi sumber pokok sehingga menjadi konsep, nilai

dan asas bangunan pendidikan Islam.

Achmadi dalam bukunya “Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan”

menyatakan bahwa maksud dasar pendidikan ialah pandangan yang mendasari

seluruh aktivitas pendidikan baik dalam rangka penyusunan teori, perencanaan

maupun pelaksanaannya pendidikan. Karena kita berbicara pendidikan Islam,

maka pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan ialah

pandangan hidup Islami atau pandangan hidup muslim yang pada hakekatnya

merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat transenden, universal, dan eternal.

Dengan nilai-nilai itulah kedudukan pendidikan Islam baik secara normatif

maupun konsepsional berbeda dengan ilmu pendidikan lainnya. Adapun

sumber nilai dalam Islam adalah al-Qur’an dan sunnah Rasul. Karena

banyaknya nilai yang terdapat dalam sumber tersebut, maka dipilih dan

diangkat beberapa di antaranya yang dipandang fundamental dan dapat

merangkum berbagai nilai yang lain, yaitu :

1. Tauhid

2. Kemanusiaan

3. Kesatuan umat manusia

9 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia,

1992), hal. 447. 10 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hal. 221.

40

4. Keseimbangan

5. Rahmatan lil’alamin.11

Jadi kesemuanya ini saling berhubungan dan memiliki implikasi dalam

kerangka pengembangan pendidikan Islam.

M. Athiyah al-Abrasyi mengemukakan bahwa arah tujuan yang

mencerminkan prinsip dasar pendidikan Islam adalah :

1. Budi pekerti adalah jiwa pendidikan Islam

2. Memperhatikan agama dan sekaligus

3. Memperhatikan segi-segi manfaat

4. Mempelajari ilmu sampai pada hakekat kebenaran ilmu yang membawa

pada kesempurnaan akhlak.

5. Pendidikan jasmani, kejujuran dan kecakapan untuk memenuhi kehidupan.

Dari sini dinyatakan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan ideal

dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Kebebasan, demokrasi dan persamaan dalam pendidikan

b. Pembentukan akhlak mulia tujuan utama

c. Menyampaikan materi (berbicara) sesuai dengan akal dan

kemampuannya

d. Pendidikan Islam adalah pendidikan bebas dan terbuka

e. Pendidikan Islam memperhatikan aspek individu dalam kemampuan

dan kesanggupannya

f. Memperhatikan pembawaan, instink dan bakat seseorang

g. Mencintai ilmu dan menyediakan diri untuk belajar

h. Mengembangkan kemampuan berpikir dan berbicara

i. Mengembangkan pendidikan manusiawi

j. Mengembangkan pendidikan menyeluruh bagi masyarakat

k. Mengembangkan perpustakaan untuk merangsang terus belajar

l. Pemberian tanggung jawab merupakan proses pendidikan.12

11 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,

1992), hal. 55-59 12 Prof. Dr. M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Alih Bahasa

Bustami A. Gani dan Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hal. 1-23

41

Dengan demikian pendidikan Islam sangat ideal terutama

memperhatikan kebersamaan, pengembangan diri, masyarakat,

menggalakkan ilmu, dilakukan secara manusiawi, menyeluruh dan selalu

berupaya meningkatkannya.

Prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam adalah aspek-aspek

fundamental yang menggambarkan dasar dan tujuan pendidikan Islam

sehingga ia membedakannya dengan pendidikan non-Islam. Prinsip-

prinsip dasar pendidikan Islam itu meliputi :

1. Pendidikan Islam adalah bagian dari proses rububiyah Tuhan

2. Pendidikan Islam berusaha membentuk manusia seutuhnya

3. Pendidikan Islam selalu berkaitan dengan agama

4. Pendidikan Islam merupakan pendidikan terbuka.13

Dari sini jelas prinsip pendidikan Islam sekaligus merupakan arah tujuan

yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam.

M. Chabib Thoha menyatakan bahwa ketika Allah

memperkenalkan misi manusia untuk mediami bumi dengan

menjadikannya khalifah di bumi yaitu misi khalifah bukan penguasaan

manusia atas manusia, melainkan juga tugas kependidikan sebagai

konsekuensi tanggung jawab intelektual untuk menegakkan kebenaran.

Karena itu hakekat pendidikan Islam bukan bertujuan untuk meleburkan

sifat dan potensi Insani sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dan

kebenaran. Berdasarkan hal itulah maka dikemukakan bahwa prinsip-

prinsip pendidikan Islam adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan Islam sebagai proses kreatif

2. Prinsip percaya pada diri sendiri

3. Pendidikan Islam memberi kebebasan untuk memilih dan

4. Pendidikan berwawasan nilai.14

13 Dr. H. Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana

Ilmu, 1999), hal. 28-31. 14 Drs. M. Chabib Thoha, M.A., Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarya: Pustaka

Pelajar, 1996), hal. 32-35.

42

Adapun prinsip dasar pendidikan Islam ini merupakan ciri yang

membedakan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya. Kalau hal ini

yang digunakan dalam memberikan makna prinsip dasar pedidikan Islam,

maka kita dapat melihat pandangan Azyumardi Azra mengenai

karakteristik pendidikan Islam yang menjadi identitas dirinya adalah

bahwa karakteristik pendidikan Islam

1. Penguasaan ilmu pengetahuan

2. Pengembangan ilmu pengetahuan

3. Penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan

pengembangan ilmu pengetahuan

4. Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, hanyalah untuk

pengabdian pada Allah dan kemaslahatan umum

5. Penyesuaian kepada perkembangan anak sesuai dengan kemampuan

6. Pengembangan kepribadian

7. Penekanan pada amal shaleh dan tanggung jawab yang menghantarkan

kepada kebahagiaan kelak.15

Karakteristik inilah yang membedakan sekaligus mencerminkan

eksistensi pendidikan Islam di tengah-tengah pendidikan lainnya.

Pendidikan Islam mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan

ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.

Zakiyah Daradjat ketika membicarakan Ilmu Pendidikan Islam

mengawali pembahasannya mengenai pandangan Islam terhadap manusia

menyatakan bahwa pembahasan pendidikan Islam tidak mungkin

melepaskan diri dari objek sasarannya yaitu manusia yang harus

dibicarakan secara filosofis menurut pandangan Islam. Dalam hal ini

dinyatakan bahwa manusia adalah makhluk Allah dan Dia beserta alam

semesta bukanlah lahir terjadi dengan sendirinya, melainkan diciptakan

Allah. Pemahaman manusia menurut Islam ini sangat berkaitan dengan

prinsip dasar pendidikan Islam yang dapat dilihat pada tiga aspek yaitu :

15 Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., Esei-Esei Intelektual Muslim ....... Op. Cit., hal. 12-

14.

43

1. Manusia sebagai makhluk yang mulia karena memiliki akal dan

perasaan, ilmu pengetahuan dan dengan akal pengetahuannya mampu

membentuk kebudayaan.

2. Manusia sebagai khalifah yang akan memelihara, mengolah dan

mengurus alam semesta termasuk manusia yang dilakukan secara

sadar dan bertanggung jawab.

3. Manusia sebagai makhluk paedagogik yang memiliki potensi (fitrah)

yang dapat dididik dan mendidik sesuai dengan hakekat kemanusiaan

dan ajaran Islam.16

C. Landasan Dasar Filosofis Pendidikan Islam

Upaya membangun dan mengembangkan konsep dasar dan teorisasi

pendidikan Islam tidak hanya dilihat secara normatif, tetapi juga secara

filosofis dan empirik. Berbagai nilai yang secara normatif dalam khasanah

ajaran Islam perlu dipikirkan secara filosofis agar mampu teraktualisasi dalam

dataran empirik dan teoritik sehingga proses pendidikan akan terus dinamik,

kreatif dan inovatif dalam menjawab berbagai tantangan kemajuan. Falsafah

pendidikan Islam merupakan sesuatu yang menjadikan dasar pandangan,

kepercayaan dan keyakinan terhadap pendidikan.

Jalaludin dan Usman Said menyatakan bahwa secara garis besar yang

menjadi dasar kajian falsafah pendidikan Islam seperti yang termuat dalam

kandungan wahyu adalah mengenai pencipta (Allah) ciptaannya (mahluk)

hubungan antara ciptaan dengan pencipta serta hubungan antara sesama

ciptaan-Nya dan utusan yang menyampaikan risalah pencipta (Rasul).17

Berdasarkan pemikiran di atas dan didasarkan bahwa kehidupan

manusia tidak akan terlepas dari persoalan pokok mengenai ketuhanan,

kemanusiaan dan kealaman yang satu sama lain saling berkaitan, di samping

ingin mendapatkan pemikiran yang lebih mendasar, dasar pemikiran

pendidikan Islam yang dikemukakan meliputi:

16 Prof. Dr. Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, ... Op. Cit., hal. 1-18 17 Dr. Jalaluddin dan Drs. Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1994), hal. 20.

44

a. Konsep dasar ketuhanan dalam Islam

b. Konsep dasar manusia dalam Islam

c. Konsep dasar alam semesta dalam Islam.

1. Konsep dasar ketuhanan dalam Islam

Membicarakan konsep dasar ketuhanan (teologi) dalam Islam

umumnya mengetengahkan mengenai keberadaan Tuhan dalam kehidupan

manusia. Teologi dalam Islam disebut juga “Ilmu Tauhid”. Islam adalah

agama yang mengesakan Allah SWT. Tauhid adalah dasar agama ini yang

mencakup dan mempersatukan seluruh agama samawi.18 Tauhid

merupakan konsep revolusioner yang merupakan inti ajaran Islam. Di

dalamnya terkandung pengertian bahwa hanya ada satu Tuhan penguasa

alam semesta ini.19 Adapun arti tauhid menurut bahasa adalah mengetahui

bahwa sesuatu itu satu, sedangkan menurut istilah ilmu yang dapat

menetapkan akidah (tekad) keagamaan seseorang yang dikasab (dicari)

dari dalil-dalil yang berdasarkan keyakinan.20 Tauhid berasal dari kata

wahdah atau wahid yang berarti bahwa Tuhan itu Esa tidak ada dua-Nya,

tak ada lagi suatu zat keabadian lainnya, Yang Maha Luhur, tak tersaingi,

tak tertandingi, tak dapat disamai, tak terlawan.21

Pembahasan soal ketuhanan (teologi) dalam Islam umumnya

dibicarakan dalam persoalan tauhid dan akidah yang sering disebut juga

dengan ilmu tauhid, ilmu aqa’id, ilmu kalam, ilmu ushuluddin, ilmu

syari’at, ilmu thariqat, ilmu hakekat dan ilmu ma’rifat.22 Secara sederhana

tauhid dapat dibagi dalam tiga tingkatan atau tahapan, yaitu pertama,

tauhid Rububiyah (mengimani Allah SWT. sebagai satu-satunya Rabb),

kedua, tauhid Mulkiyah (mengimani Allah sebagai satu-satunya Malik),

18 Muhammad Abu Zahrah, Hakekat Aqidah Qur’ani(Kembali kepada Akidah yang Benar

di dalam Qur’an dan Hadits), (Surabaya: Pustaka Progressif, 1991), hal. 27. 19 Khurshid Ahmad, dkk., Prinsip-Prinsip Pokok Islam, (Jakarta: Rajawali, 1989), hal. 18 20 Syekh Ibrahim al-Bajuri, Ilmu Aqa’id (Tijaanud Daraarii), terj. K.H. Moch. Anwar,

(Bandung: Sinar Baru, 1992), hal. 3. 21 Hakim Abdul Hameed, Aspek-Aspek Pokok Agama Islam, terj. Drs. M. Ruslan

Shiddieq, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983), hal. 30 22 M. Hamdani B. Dz., Pendidikan Ketuhanan Dalam Islam, (Surakarta: Muhammadiyah

University Press, 2001), hal. 3-10

45

dan ketiga tauhid Ilahiyah (mengimani Allah SWT. sebagai satu-satunya

Ilah).23

Meskipun demikian, secara mendasar ketuhanan dalam Islam

menyangkut soal “al-Ilahiyat” pada umumnya membicarakan dzat Allah,

nama-nama Allah dan sifat-sifat Allah.24 Dzat Allah tidak dapat dijangkau

oleh akal manusia karena keterbatasan akal tersebut.25 Hakekat dzat

Tuhan, tidak dapat dilihat dan tidak dapat diketahui karena pikiran

manusia tidak dapat menjangkaunya dan manusia sama sekali tidak diberi

perangkat-perangkat untuk mengetahuinya.26

A. Sifat-sifat Allah

Sifat-sifat Allah SWT di antaranya ada yang disebut sifat-sifat

Salbiyah dan sifat Tsubutiyah.

1. Salbiyah adalah yang menarik atau meniadakan dari Allah SWT.

akan sifat-sifat yang tidak sesuai, tidak layak dan tidak cocok

dengan kesempurnaan dzat-Nya.27

a) Awal dan akhir, Firman Allah SWT.:

. بكل شيئ عليم وهو جهواالول واالخر والظاهر والباطن

) 3: الحديد (Artinya : “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan

Yang Bathin dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu ”. (Q.S. al-Hadid : 3)

b) Allah tidak serupa dengan sesuatu, Firman Allah SWT. :

)11: الشورى . (هو السميع البصيرليس آمثله شيئ وArtinya : “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan

Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Q.S. as-Syuura : 11)

23 Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta : LPPI, 1993), hal. 19 24 Prof. Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik, Telaah Manhaj

Akidah dan Harakah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hal. 28-30 25 Ibid., hal. 28 26 Sayid Sabiq, Unsur-Unsur Dinamika Dalam Islam, Alih Bahasa Drs. Haryono S.

Yusuf, (Jakarta: Intermasa, 1981), hal. 9 27 Sayid Sabiq, Aqidah Islam (Ilmu Tauhid), Cet XII, (Bandung: Diponegoro, 2001), hal.

81-104.

46

c) Allah adalah Maha Esa, Firman Allah SWT. :

)4:الزمر . (ارسبحنه هو اهللا الواحد القهArtinya : “Maha Suci Allah, Dialah Allah Yang Maha Esa lagi

Maha Mengalahkan”. (Q.S. az-Zumar : 4)

2. Tsubutiyah adalah sebagai ketetapan keadaan Allah SWT.28

a) Kuasa (qudrah), Firman Allah SWT. :

. حي ويميت وله اختالف الليل والنهار افال تعقلونوهو الذى ي

)80: المؤمنون (Artinya : “Dialah yang menghidupkan serta mematikan dan

Dialah yang (Mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya”.(Q.S. al-Mu’minun : 80)

b) Berkehendak (iradah), Firman Allah SWT. :

)40: النحل . (انما قولنا لشيئ اذا اردنه ان نقول له آن فيكونArtinya : “Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu

apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya : “Kun”: maka (jadilah) ia”. (Q.S. an-Nahl : 40)

c) Mengetahui (ilmu), Firman Allah SWT. :

: المجادلة . (الم تر ان اهللا يعلم ما فى السموت وما فى األرض

7 ( Artinya : “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya

Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi ? ”. (Q.S. al-Mujadilah : 7)

d) Hidup (hayat), Firman Allah SWT. :

)58: الفرقان . (وتوآل على الحي الذي اليموتArtinya : “Dan bertakwalah kepada Allah Yang Hidup(kekal)

yang tidak mati”. (Q.S. al-Furqan : 58)

28 Ibid., hal. 104-113.

47

e) Berfirman (kalam), Firman Allah SWT. :

)164: النساء . (وآلم اهللا موسى تكليماArtinya : “Allah telah berbicara kepada Musa dengan

langsung”. (Q.S. an-Nisa’ : 164)

f) Mendengar (sama’) dan melihat (bashar), Firman Allah

SWT.:

قد سمع اهللا قول التى تجادلك فى زوجها وتشتكي الى اهللا واهللا

) 1: المجادلة . ( ان اهللا سميع بصيرقلىيسمع تحاورآماArtinya : “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan

wanita yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya dan mengadukan (halnya) kepada Allah dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat ”. (Q.S. al-Mujadilah : 1)

Allah memberikan kepada manusia sejumlah potensi

yang berasal atau berkaitan dengan sifat-sifatnya. Atau dengan

kata lain, Allah mempercikkan ke dalam diri manusia sifat-

sifat atau potensi tertentu yang mencerminkan sifat-sifat-Nya.

Dan sebagaimana diketahui, sifat-sifat Allah terhimpun dalam

istilah “Asmaul Husna”, yaitu nama-nama yang indah, seperti

al-Alim (Maha Mengetahui), al-Khaliq (Maha Pencipta), al-

Hakim (Maha Bijaksana) dan sebagainya.29 Dalam satu hadits

yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu

Hurairah ra. dari Rasulullah saw. bersabda :

ن رسول اهللا صلى اهللا عليه عن أبى هريرة رضى اهللا عنه أ

من , إن هللا تسعة وتسعين إسما مائة اال واحدا: وسلم قال

29 Drs. Imam Bawani, MA., Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam; Studi tentang

Daya Tahan Pesantren Tradisonal, (Surabaya : al-Ikhlas, 1993), hal. 64

48

)رواه البخارى ومسلم. (احصيناه حفظناه, احصاها دخل الجنة30

Artinya : “Dari Abi Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu. Barangsiapa menjaganya, maka ia akan masuk surga” (H.R. Bukhari Muslim)

Nama Allah 99 itu menunjukkan sifat-sifat Allah yang

penuh kesempurnaan. Sifat al-Alim misalnya adalah isyarat ke-

Maha Sempurnaan Allah SWT. sebagai dzat Yang Maha

Mengetahu dan Maha Pandai. Demikian hal dengan sifat-sifat

yang lain, sehingga manusia mampu mengembangkan segala

potensi yang telah dianugrahkan kepadanya. Pada akhirnya

menjadi makhluk yang pandai atau berpengetahuan dalam

mencipta sesuatu bagi keperluan hidupnya. Maka Pendidikan

Islam tidak lain adalah sebagai upaya untuk mengaktualkan

sifat-sifat kesempurnaan yang telah dianugrahkan Allah SWT.

kepada manusia.31

2. Konsep dasar manusia dalam Islam

A. Telaah kejadian dan makna manusia menurut al-Qur’an serta konsep

fitrah dan insan kamil dalam Islam

Manusia adalah salah satu jenis makhluk yang diciptakan oleh

Allah SWT. dan Dia (Allah) menciptakan kamu dari berbagai fase

atau tahap. Sesuai dengan Firman Allah SWT. :

)14: نوح . (وقد خلقكم اطواراArtinya : “Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam

beberapa tingkatan kejadian”. (Q.S. Nuh : 14)32

30 Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz VII, (Beirut: Darul Kutubil Ilmiah, 1992), hal. 525 31 Ibid., hal. 65 32 Prof. Dr. Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ... Op. Cit., hal. 979

49

Mengenai asal usul bagaimana manusia itu tercipta bisa didekati

dari dua sudut pandang yakni sudut pandang produksi dan sudut

pandang reproduksi. Pertama, hanya berlaku bagi proses penciptaan

Adam dan Hawa yakni asal-usul penciptaan manusia pertama kali.

Kedua, aspek asal-usul manusia dari segi keturunan kedua pasangan

manusia pertama disebut pula sebagai aspek reproduksi atau

pembiakan selanjutnya.33

Adapun proses kejadian manusia pertama dijelaskan dalam al-

Qur’an sebagai berikut :

a) Pada awalnya manusia dijadikan seorang diri, sesudah itu Allah

menjadikan isteri dari bahan yang sama. Kemudian Allah

mengembangbiakkan keturunan sampai jumlah yang banyak.

b) Jasad dibuat lebih dahulu, baru kemudian roh ditiupkan Allah ke

dalamnya.34 Firman Allah :

: السجدة . (الذى احسن آل شيئ خلقه وبداء خلق اإلنسان من طين7(

Artinya : “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan

sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah”. (Q.S. as-Sajadah : 7)

Kejadian manusia menurun manusia pertama. Kejadian ini

dijelaskan dalam al-Qur’an sebagai berikut:

a) Keturunan manusia ini dijadikan Allah dari air mani. Firman Allah

SWT. :

)8: السجدة . (ثم جعل نسله من سللة من مآء مهينArtinya : “Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati

air yang hina (air mani)”. (Q.S. as-Sajdah : 8)

33 Drs. H. Abdul Halim Soebahar, M.A., Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta :

Kalam Mulia, 2002), hal. 36 34 Moh. Hasyim dan Zaki Muabarok, Akidah Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001), hal. 5-

6

50

b) Air mani yang bercampur dengan sel telur kemudian disimpan di

tempat yang aman. Firman Allah :

)13: المؤمنون . (كينثم جعلنه نطفة فى قرار مArtinya : “Kemudian Kami menjadikan saripati itu air mani (yang

disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)”. (Q.S. al-Mu’minun : 13)

c) Proses pertumbuhannya hingga menjadi anak manusia bertahap.

Al-Qur’an menerangkan dengan jelas di dalam surat al-Mu’minun

ayat 12-14.

Hal ini menunjukkan perbedaan proses kejadian manusia secara

umum dengan penciptaan Adam dan kita, penciptaan manusia secara

umum terjadi melalui proses keterlibatan Tuhan bersama selain-Nya

yaitu ibu dan bapak, sedangkan penciptaan Adam tidak termasuk

keterlibatan lainnya hanya Allah Penciptanya.35

B. Memahami istilah basyar, insan, an-nas dan Bani Adam yang

memberi makna manusia dalam al-Qur’an

1. Basyar dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 36 kali dan tersebar

dalam 26 surat.36 Secara etimologi Basyar berarti kulit kepala,

wajah, atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut.

Penamaan ini menunjukkan makna bahwa secara biologis yang

mendominasi manusia adalah pada kulitnya.37 Pada aspek ini

terlihat perbedaan umum biologis manusia dengan hewan yang

lebih didominasi oleh bulu atau rambut. Makna etimologis dapat

dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki

segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum

kebahagiaan dan sebagainya.

35 Dr. M. Quraish Shihab, M.A., Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai

Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1998), hal. 281 36 Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim,

(T.kp. : Darul Fikri , 1992), hal. 153-154 37 Dr. H. Samsul Nizar, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis

dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 2

51

2. Kata Insan yang berasal dari kata al-Uns dinyatakan dalam al-

Qur’an sebanyak 65 kali dan tersebar dalam 43 surat.38 Insan

dapat diartikan secara etimologis adalah harmonis, lemah lembut,

tampak atau pelupa.39 Kata insane digunakan dalam al-Qur’an

untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa

dan raganya.40 Kata ini dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 73

kali. Di antaranya terdapat dalam surat an-Nisa’ ayat 28.41

3. An-Nas dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 241 kali dan tersebar

dalam 55 surat.42 Dalam al-Qur’an keterangan yang jelas

menunjukkan pada jenis keturunan nabi Adam as. kata an-Nas

menunjuk manusia sebagai makhluk social dan kebanyakan

digambarkan sebagai kelompok manusia tertentu yang sering

melakukan mafsadah.43

4. Bani Adam di sebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 9 kali. Di

antaranya pada surat Yasin ayat 60.44 Adam di dalam al-Qur’an

mempunyai pengertian manusia dengan keturunannya yang

mengandung pengertian basyar, insan dan an-nas.45 Kata Bani

Adam lebih ditekankan pada aspek amaliah manusia, sekaligus

pemberi arah ke mana dan dalam bentuk apa aktivitas itu

dilakukan.46

38 Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim,

... Op. Cit., hal. 119-120 39 Dr. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an; Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan

Umat, (Bandung : Mizan, 1996), hal. 280 40 Ibid. 41 Dr. H. Samsul Nizar, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis

dan Praktis, ... Op. Cit., hal. 5 42 Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim,

... Op. Cit., hal. 895-899 43 Dr. H. Samsul Nizar, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis

dan Praktis, ... Op. Cit., hal. 12 44 Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Qur’an al-Karim,

... Op. Cit., hal. 32 45 Moh. Hasyim dan Zaki Mubarok, Akidah Islam, ...... Op. Cit., hal. 1-3 46 Dr. H. Samsul Nizar, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis

dan Praktis, ... Op. Cit., hal. 14

52

C. Konsep Fitrah sebagai Dasar Potensi Kehidupan Manusia

Fitrah manusia adalah kejadiannya sejak semula atau bawaan

sejak lahir. Mengenai uraian fitrah manusia ditemukan sekali pada

surat ar-ruum ayat 30 :

فطرة اهللا التى فطر الناس عليها التبديل قلىفأقم وجهك للدين حنيفا

)30: الروم . (لمون ذلك الدين القيم ولكن اآثر الناس اليعقلىلخلق اهللاArtinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

(Allah) tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, (itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ”. (Q.S. ar-Ruum : 30)

Fitrah manusia adalah potensi laten atau kekuatan terpendam

yang ada di dalam diri manusia yang dibawanya sejak lahir. Adapun

jumlah fitrah yang ada di dalam diri manusia itu cukup banyak, namun

yang dianggap penting dalam kerangka pendidikan untuk

dikembangkan meliputi fitrah agama, intelek, sosial dan fitrah susila.47

D. Manusia Seutuhnya “Insan Kamil” Dalam Islam

Dalam rangka memahami insan kamil (manusia seutuhnya)

dalam Islam tentunya kita dapat melihat berdasarkan proses kejadian

manusia, istilah manusia dalam Islam dan konsep Fitrah yang

merupakan cerminan kejadian manusia itu sendiri. Dengan demikian

dalam rangka memahami insan kamil dalam Islam yang sesungguhnya

sebagai implikasi dari konsep fitrah dapat dilihat keseluruhan dengan

meninjau aspek hakekat wujud manusia, tujuan dan fungsi penciptaan

manusia, potensi sumber daya manusia dan karakteristik manusia

dalam Islam.

47 Drs. Syahminan Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, .... Op. Cit.,

hal. 5-6

53

1. Hakekat Wujud Manusia

Manusia makhluk yang paling mulia, manusia makhluk yang suci

sejak lahir, manusia makhluk etik religius dan makhluk individu

dan sosial.48

2. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia

Islam menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk mengabdi

kepada Allah. Dalam pengertian filosofis, ini berarti bahwa tujuan

eksistensi manusia adalah realisasi “summum bonum” atau

perangkat lengkap nilai-nilai. Jelas bahwasanya apa yang telah

ditegaskan di sini adalah tujuan hidup manusia.49

Agar manusia beribadah pada Allah, khalifatullah fil ard dan untuk

saling membentuk manusia yang saling mengenal dalam rangka

menunaikan tugas kekhalifahannya.50

3. Potensi Sumber Daya Manusia

Jasad adalah aspek fisik yang harus dikembangkan menjadi

manusia yang memiliki jasmani yang sehat, kuat dan

berketrampilan.51 Misalkan potensi jasad, akal, hati, nafs (roh),

kebebasan berkehendak dan berbuat (free will dan free act).52

3. Konsep dasar alam semesta dalam Islam

Makhluk adalah kata benda yang menunjukkan objek dari kata kerja

khalaqa berarti menciptakan, maka makhluk mencakup segala sesuatu

yang diciptakan. Kata lain dari segala sesuatu yang diciptakan ini adalah

alam semesta dengan segala isinya alam atau makhluk mencakup benda,

flora, fauna, manusia dari jenis yang terkecil seperti bakteri sampai yang

terbesar seperti planet dan galaksi.53 Dalam statusnya sebagai khalifah

Allah manusia diamanatkan untuk menciptakan kemakmuran di bumi

48 Lihat, Achmadi, ... Op. Cit., hal. 30-43 49 Isma’il Raji al-Faruqi, Tauhid, (Bandung : Pustaka, 1995), hal. 66 50 Ibid., hal. 41-42 51 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, ... Op. Cit., hal. 41 52 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, ... Op. Cit., hal. 43 53 Dr. Bustanuddin Agus, M.A., AL-Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hal.

12

54

tempat manusia hidup. Alam semesta memang diciptakan Allah untuk

dimanfaatkan manusia atas petunjuk penciptaannya. Jadi ada nilai-nilai

tertentu sebagai pengikat antara manusia dan alam semesta. Pemikiran

tersebut menjadi bagian dari pertimbangan dasar pendidikan Islam. Maka

pemikiran tentang alam semesta mengacu pada prinsip bahwa lingkungan

alam baik berupa lingkungan sosial maupun lingkungan fisik

mempengaruhi pendidikan, sikap dan akhlak manusia. Lingkungan alam

termasuk juga jagat raya adalah bagian dari ciptaan Allah dan alam

merupakan sarana yang diperuntukkan bagi manusia sebagai upaya

meningkatkan kemampuan diri sejalan dengan potensi yang dimilikinya.54

Konsep alam semesta dalam al-Qur’an digambarkan dengan kata “langit

dan bumi serta isinya”. Dengan merujuk kepada pernyataan Allah SWT.

pada surat az-Zumar ayat 5 dan 6.

Adapun tujuan penciptaan alam semesta ini sesungguhnya banyak

sekali digambarkan dalam al-Qur’an. Sebagaimana telah dipahami bahwa

formulasi ayat-ayat al-Qur’an mengenai teori penciptaan alam semesta

dapat dijelaskan bahwa Allah telah mengeluarkan suatu iradah dirumuskan

dalam Firman-Nya yang berbunyi “kun” (jadilah). Maka Allah telah

menganugerahi manusia yang dengannya manusia dapat menguasai alam

semesta yang memang dicipta untuk kepentingan manusia. Artinya, Allah

melarang manusia menghinakan diri kepada alam semesta.55

Adapun alam kehidupan manusia menurut Islam, sebagaimana

diketahui bahwa titik sentral penciptaan alam semesta berhubungan

dengan keberadaan manusia yang akan menghuninya dan sekaligus

mengelola dan memanfaatkan bagi keperluan, kesejahteraan dan

kebahagiaan hidupnya, maka persoalan manusia senantiasa menjadi pusat

perhatian dalam kejadian, tujuan dan kesempurnaan alam semesta ini.

Untuk itulah persoalan berikutnya yang juga penting dikemukakan dalam

54 Prof. Dr. H. Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001),

hal. 12 55 Drs. Kaelany HD, M.A., Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2000), hal. 243

55

kerangka ini, menyangkut alam kehidupan manusia yang merupakan suatu

proses awal hingga sepanjang kehidupan setiap manusia.

Adapun alam kehidupan manusia adalah suatu proses yang

semuanya ditempati dan dilewati oleh manusia dalam kehidupan ini sejak

awal hingga akhir yang abadi , meliputi alam kehidupan, alam dunia, alam

barzakh dan alam akherat.56 Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Firman

Allah dalam surat al-Hajj ayat 66 dan surat Nuh ayat 17-18 sebagai

berikut:

)66: الحج . (ثم يميتكم ثم يحييكم ان اإلنسان لكفوراقلى وهو الذى احياآمArtinya : “Dan dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian

mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi) sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat mengingkari nikmat”. (Q.S. al-Hajj : 66)

). 18(ثم يعيدآم فيها ويخرجكم اخراجا ) 17(واهللا انبتكم من األرض نباتا

)18-17: نوح (Artinya : “Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-

baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya ”. (Q.S. Nuh : 17-18)

56 Chairuddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press,

1996), hal. 131-136