22
24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB KALABAHI- ALOR 3.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Lembaga Pemasyarakatan merupakan suatu tempat bagi terdakwa yang telah terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan terhadapnya dan telah dijatuhi pidana oleh hakim. Orang yang dijatuhi hukuman pidana seakan telah hilang kebebasannya karena harus menjalani pidana penjara atau pidana kurungan di suatu tempat tertentu. Sebelumnya tempat seperti ini dinamakan penjara , namun setelah sistem penjara beralih ke sistem pemasyarakatan, tempat itu dinamakan Lembaga Pemasyarakatan. Di lembaga ini, para narapidana diberi bimbingan dan pembinaan serta keterampilan, agar kelak bisa kembali ke masyarakat mereka menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna. 1 Dalam sistem pemasyarakatan, narapidana atau anak didiknya dibatasi kebebasan bergerak saja, sedangkan hak-hak kemanusiaan tetap dihargai. Dalam sistem pemasyarakatan, proses pembinaan narapidana didasarkan atas pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia dan memandang narapidana sebagai anggota masyarakat. Pembinaan yang dilakukan meliputi kebutuhan kejiwaan, jasmani, pribadi serta kemasyarakatan, sehingga pada saat narapidana telah menyelesaikan masa tahannya di Lembaga Pemasyarakatan mereka dapat diterima kembali di dalam masyarakat. Melalui pola pembinaan yang diterapkan secara lebih mendalam kepada narapidana, bukan tidak mungkin akan terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam diri narapidana itu sendiri. Penjara berganti nama menjadi Rumah Tahanan berdasarkan keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia N0.M.01-PR.07.03 Tahun 1985. Penjara yang bersifat 1 Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 1, (Jakarta : PT. Delta Pamungkas,2004), hlm 353.

BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

24

BAB III

HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB

KALABAHI- ALOR

3.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Lembaga Pemasyarakatan merupakan suatu tempat bagi terdakwa yang telah terbukti

melakukan tindak pidana yang didakwakan terhadapnya dan telah dijatuhi pidana oleh hakim.

Orang yang dijatuhi hukuman pidana seakan telah hilang kebebasannya karena harus

menjalani pidana penjara atau pidana kurungan di suatu tempat tertentu. Sebelumnya tempat

seperti ini dinamakan penjara , namun setelah sistem penjara beralih ke sistem

pemasyarakatan, tempat itu dinamakan Lembaga Pemasyarakatan. Di lembaga ini, para

narapidana diberi bimbingan dan pembinaan serta keterampilan, agar kelak bisa kembali ke

masyarakat mereka menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna.1

Dalam sistem pemasyarakatan, narapidana atau anak didiknya dibatasi kebebasan

bergerak saja, sedangkan hak-hak kemanusiaan tetap dihargai. Dalam sistem pemasyarakatan,

proses pembinaan narapidana didasarkan atas pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia dan

memandang narapidana sebagai anggota masyarakat. Pembinaan yang dilakukan meliputi

kebutuhan kejiwaan, jasmani, pribadi serta kemasyarakatan, sehingga pada saat narapidana

telah menyelesaikan masa tahannya di Lembaga Pemasyarakatan mereka dapat diterima

kembali di dalam masyarakat. Melalui pola pembinaan yang diterapkan secara lebih

mendalam kepada narapidana, bukan tidak mungkin akan terjadi perubahan yang cukup

signifikan dalam diri narapidana itu sendiri.

Penjara berganti nama menjadi Rumah Tahanan berdasarkan keputusan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia N0.M.01-PR.07.03 Tahun 1985. Penjara yang bersifat

1Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 1, (Jakarta : PT. Delta Pamungkas,2004), hlm 353.

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

25

mengikat dan mengekang sebenarnya tidak sesuai dengan perilaku kehidupan bangsa

Indonesia yang berdasarkan Pancasila, sedangkan Rumah Tahanan atau Lembaga

Pemasyarakatan di pandang sebagai suatu wadah untuk mempersiapakan narapidana atau

anak didik agar kelak kembali ke masyarakat dalam keadaan yang lebih baik.

3.1.1. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kalabahi-Alor2

Kurang lebih pada tahun 1920 pada masa pemerintahan Kolonial Belanda Dibawah

kepemimpinan serdadu Belanda yang disebut Kontrorler ( kini disebut Bupati) yang bernama

Van Hallen, telah dibangun Rumah Tahanan atau Penjara di Pulau Pantar (salah satu pulau

yang berada di Kabupaten Alor) tepatnya di Padang Garam / Blang merang sebagai tempat

untuk menampung para tawanan atau tahanan orang-orang pribumi asli (orang alor) yang

dianggap melawan atau tidak sejalan dengan pemerintahan saat itu dan yang melakukan

perlawanan terhadap pemerintahan Kolonial Belanda atau yang ingin melepaskan diri dari

belenggu penjajahan.

Pada waktu Jepang menguasai Republik Indonsesia dan Belanda meninggalkan Alor,

“Penjara”/Rumah Tahanan yang dibangun oleh Belanda di Blang Merang dipindahkan di

Kalabahi tepatnya di Kampung Pura ( kini kelurahan Kalabahi Kota). Setelah tahun 1945,

saat tentara sekutu menguasai wilayah yang dikuasai tentara Jepang, Kampung Pura tempat

dibangunnya Penjara mendapat serangan bom tentara sekutu yang menyebabkan tidak dapat

digunakan lagi, maka penjara diserahkan kepada pemerintahan setempat yang disebut KPS (

kini disebut Bupati), dan oleh kepala pemerintah setempat dan menunjuk bapak Y.M.Tawa

sebagi kepala Penjara yang pada waktu itu disebut “Sipir” sedangkan staf/bawahannya

disebut “Mandor Penjara”, sehingga pemerintah setempat memerintahkan dipindahkan ke

Tongsi Kepolisian Alor ( kini Asrama Kepolisian) yang berkedudukan di Kopeta Kalabahi.

2Wawancara dengan Kepala Bagian Tata Usaha pada tanggal 1 September 2017, jam 09.00 WITA.

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

26

Pada tahun 1965 penjara dipindahkan ke kampung Kadelang ( Kalabahi Timur)

disebabkan karena Tongsi Kepolisian akan digunakan sebagai tempat untuk menampung

orang-orang yang terlibat dalam Gerakan 30 September 1965 atau yang dikenal dengan

Gestapu PKI. Istilah Pemasyarakatan untuk pertama kali disampaikan oleh almarhaum Bapak

Saharjo,SH Menteri Kehakiman pada saat itu pada 05 Juli 1963, dan satu tahun kemudian,

pada tanggal 27 April 1964 dalam konverensi jawatan kepenjaraan yang dilaksanakan di

Lembang- Bandung, istilah Pemasyarakatan dibakukan sebagai pengganti Kepenjaraan.

Walaupun secara Nasional istilah penjara telah mengalami perubahan namun penjara

Kalabahi belum mengalami perubahan secara resmi karena kondisi penjara pada saat itu

belum memungkinkan. Kemudian pada tahun 1979 Pemerintah Republik Indonesia melalui

Departemen Kehakiman mengalokasikan anggaran untuk membangun penjara yang

permanen dibawah kepemimpinan Yusuf M.Dusu yang berlokasi di Mola – Kelurahan Welai

Timur Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor. (alamat LP Kelas IIB Kalabahi sekarang).

Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Kalabahi, mempunyai kapasitas untuk menampung

narapidana sebanyak 150 orang.

Organisasi dan Tata Rumah Tahanan/ Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kalabahi-

Alor, berdasarkan organisasi dan Tata Rumah Tahanan Negara. Menteri Kehakiman Republik

Indonesia Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Nomor : M.04-PR..07.03

Tahun 1985 Pasal yang pertama : Rumah Tahanan Negara keputusan ini disebut Rutan untuk

pelaksanaan teknis dibidang penahanan untuk kepentingan penyelidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di siding pengadilan yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung

kepala kantor wilayah Depertemen Kehakiman.

3.1.2. Sarana Prasarana

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

27

Bangunan Gedung Kantor dalam kondisi baik. Bagi narapidana sendiri tersedia blok

hunian 2 blok. Blok A sebanyak 29 kamar. Blok ini diperuntukkan bagi narapidana kaum

pria. Blok B sebanyak 2 kamar diperuntukkan bagi kaum perempuan. Selain blok hunian bagi

narapidana juga tersedia ruang ibadah, dapur, lapangan olaraga, ruang kunjungan sebanyak 1

ruangan.3

Gambar 1 : Gedung Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kalabahi-Alor.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.1.3.Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kalabahi-Alor

3 Wawancara dengan seksi Registrasi pada tanggal 31 Agustus 2017, jam 09.00 WITA.

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

28

Visi : “Menjadi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kalabahi yang akuntabel,

transparan dan profesional dengan didukung oleh petugas yang memiliki

kompetensi tinggi yang mampu mewujudkan tertib pemasyarakatan dan

bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas”.

Misi : “Membangun kebersamaan meningkatkan kedisiplinan serta bekerja ikhlas

dan tuntas”.4

3.1.4. Keadaan Warga Binaan

Berdasarkan data statistik bulan Agustus 2017, jumlah warga binaan di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIB Kalabahi-Alor sebanyak 156 orang, yang terdiri dari 151 orang

laki-laki dan 5 orang perempuan.5

Gambar 2 : Data Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kalabahi-Alor.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

3.1.5. Pembinaan Warga Binaan

4 Wawancara dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan pada tanggal 30 Agustus 2017, jam 09.00

WITA. 5 Data Staf Statistik Jumlah Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kalabahi-Alor.

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

29

Tujuan pidana penjara di samping menimbulkan rasa derita para warga binaan karena

hilangnya kebebasan bergerak, juga membimbing para warga binaan agar bertobat serta

mendidiknya agar menjadi seorang anggota masyarakat yang berguna. Tujuan Pemenjaraan

yang demikian disebut pemasyarakatan. Ide pemasyarakatan tersebut mempunyai dua tujuan

yaitu mengayomi masyarakat dari perbuatan jahat dan membimbing warga binaan sehingga

dapat kembali menjadi anggota masyarakat yang berguna. Pola, bentuk dan segala sesuatu

yang berhubungan dengan pembinaan kepada narapidana diatur dalam Surat Keputusan

Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.82-PK.O4.10.6 Pola pembinaan yang diatur

dalam Surat Keputusan tersebut diatas, pada dasarnya bertujuan agar para warga binaan dapat

berguna bagi masyarakat, bangsa dan Negara.

Dalam pembinaan-pembinaan yang dilakukan, ada kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh para warga binaan. Kegiatan- kegiatan tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu

kegiatan umum dan kegiatan khusus. Kegiatan umum adalah kegiatan yang dilakukan secara

bersama-sama oleh seluruh warga binaan. Ada beberapa kegiatan pembinaan yang wajib

diikuti oleh para warga binaan diantaranya :7 1) membersihkan lingkungan (blok hunian,

perkantoran dan fasilitas umum) Lembaga Pemasyarakatan setiap pagi hari; 2) pembinaan

keterampilan, yang tenaga pelatih disiapkan oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB

Kalabahi-Alor. Kegiatan khusus disini adalah hal-hal yang dilakukan warga binaan Kristen

dalam rangka pembinaan spiritualitas. Kegiatan kerohanian yang rutin dilakukan berupa

Ibadah, Penelaan Alkitab (PA), dan juga shering bersama. Ibadah, PA, dan shering bersama

diadakan pada hari yang sudah ditentukan yaitu pukul 08.00-10.00 WITA. Dalam rangka

pembinaan ini, ada beberapa gereja dan juga Lembaga yang terlibat di dalamnya antara lain :8

6Depertemen Kehakiman Indonesia : Pola Pembinaan Narapidana, (Jakarta : 1990), hlm 1.

7 Wawancara dengan Seksi Pembinaan pada tanggal 31 Agustus 2017, jam 10.30 WITA.

8 Wawancara dengan Seksi Pembinaan pada tanggal 31 Agustus 2017, jam 10.30 WITA.

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

30

1) untuk ibadah hari Minggu dilayani oleh pelayan (pendeta/para misionaris), dan

Depertemen Agama Kabupaten Alor. Keduanya mempunyai tugas untuk memimpin ibadah

minggu secara bergantian yang sudah ditetapkan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB

Kalabahi-Alor; 2) untuk ibadah hari kamis dilayani dari Depertemen Agama Kabupaten Alor.

3.2. Deskripsi Permasalahan Psikosoial Warga Binaan

3.2.1. Wawancara Mendalam Dengan Warga Binaan

Pada saat melakukan penelitian lapangan, penulis bertemu dan berkenalan dengan

lima orang narasumber pelaku pelecehan seksual. Mereka bersedia diwawancarai oleh

penulis sebagai objek penelitian. Masing-masing narasumber berasal dari latar belakang

pendidikan dan kehidupan yang berbeda-beda. Melalui uraian biodata ini penulis ingin

memperkenalkan ke-lima narasumber yang penulis wawancarai ketika melakukan penelitian

lapangan.

1. Bapak MS

Bapak MS merupakan seorang bapak rumah tangga, berstatus sudah menikah, berusia

38 tahun dan beragama Kristen Protestan, pendidikan terakhir adalah SD (Sekolah Dasar).

Bapak MS adalah ayah dari 5 orang anak. Pekerjaan sehari-hari bapak MS sebelum masuk ke

Lembaga Pemasyarakatan adalah seorang petani dan isterinya juga merupakan seorang

petani. Latar belakang kasus yang menyebabkan bapak MS masuk ke dalam Lembaga

Pemasyarakatan adalah kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Menurutnya

awal mula kejadian tersebut terjadi ketika ia pulang dari bertani dalam keadaan mabuk

sehingga ia tidak dapat mengendalikan keinginan biologisnya dan memaksa anak

kandungnnya yang pertama (AS, umur 15 Tahun) untuk melakukan hubungan seksual.

Menurut bapak MS hubungan ini sudah berulang kali dia lakukan dan sudah cukup lama

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

31

yaitu dari tahun 2014 namun baru terungkap ketika anaknya AS mengandung pada tahun

2017. Bapak MS dilaporkan oleh isterinya dengan tuduhan pelecehan seksual terhadap anak

di bawah umur, kemudian dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan dihukum selama 12

Tahun 6 Bulan.9 Permasalahan psikososial yang dialmi adalah bapak MS adalah ia merasa

sangat depresi sehingga hal tersebut membuat ia sulit untuk tidur, merasa bersalah dan pernah

berencana untuk mengakhiri hidupnya.

2. Bapak OJ

Bapak OJ merupakan seorang bapak rumah tangga, berstatus sudah menikah, berusia

38 tahun dan beragama Kristen Protestan, pendidikan terakhir adalah SD (Sekolah Dasar).

Bapak OJ adalah ayah dari 3 orang anak. Pekerjaan sehari-hari bapak OJ sebelum masuk ke

Lembaga Pemasyarakatan adalah seorang petani dan isterinya juga merupakan seorang

petani. Latar belakang kasus yang menyebabkan bapak OJ masuk ke dalam Lembaga

Pemasyarakatan adalah kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Menurutnya

awal mula kejadian tersebut terjadi ketika ia menggendong anaknya (MJ, umur 18 Tahun)

untuk dibaringkan di kamarnya, sebab anaknya MJ adalah seorang anak yang sakit-sakitan,

sehingga tidak dapat berjalan. Bapak OJ mengatakan bahwa ia sudah beberapa kali

melakukan hubungan seksual tersebut dengan anaknya namun baru terungkap ketika anaknya

MJ mengandung pada bulan juli 2016. Saat itu bapak OJ dilaporkan dan kemudian

dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan di hukum selama 15 Tahun.10

Permasalahan

psikososial yang dialami oleh bapak OJ adalah ia merasa dirinya sangat kotor, ia merasa

gagal menjadi seorang suami yang baik dan gagal menjadi seorang ayah yang baik untuk

anak-anaknya, ia sangat merindukan kehadiran dari isteri dan anak-anaknya. Ia juga

mengatakan bahwa sampai saat ini, ia belum bisa mengampuni dirinya sendiri.

9Wawancara dengan bapak MS pada tanggal 23 Agustus 2017, jam 09.00 WITA.

10

Wawancara dengan bapak OJ pada tanggal 23 Agustus 2017, jam 10.40 WITA.

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

32

3. Bapak RW

Bapak RW merupakan seorang bapak rumah tangga, berstatus sudah menikah, berusia

34 tahun dan beragama Kristen Protestan, pendidikan terakhir adalah SMP (Sekolah

Menengah Pertama). Bapak RW adalah ayah dari 3 orang anak. Pekerjaan sehari-hari bapak

RW sebelum masuk ke Lembaga Pemasyarakatan adalah seorang petani dan isterinya juga

merupakan seorang petani. Latar belakang kasus yang menyebabkan bapak RW masuk ke

Lembaga Pemasyarakatn adalah kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur.

Menurutnya awal mula kejadian tersebut terjadi ketika isterinya ND pergi ke kota (Kalabahi)

untuk membeli keperluan untuk menyambut tahun baru. Pada malam hari, bapak RW tidur

bersama dengan ketiga anaknya, dan disitulah muncul keinginan untuk melakukan hubungan

seksual sehingga ia membangunkankan anakknya yang pertama (FW, 15 tahun) untuk

melakukan hubungan seksual dengan dirinya. Bapak RW mengaku bahwa kejadian itu terjadi

pada akhir desember 2016 namun baru terungkap pada maret 2017. Dimana isterinnya ND

yang melihat kejadian tersebut, sehingga bapak RW dilaporkan dan kemudian dinyatakan

bersalah oleh pengadilan dan di hukum selama 12 Tahun.11

Permasalahan psikosoial yang

dialami oleh bapak RW adalah ia merasa bersalah, merasa kecewa dengan kehidupan dan

perbuatan yang telah dilakukan.

4. Bapak EL

11Wawancara dengan bapak RW pada tanggal 25 Agustus 2017, jam 09.00 WITA.

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

33

Bapak EL merupakan seorang bapak rumah tangga, berstatus sudah menikah, berusia

62 tahun dan beragama Kristen Protestan, pendidikan terakhir adalah tidak sekolah. Bapak

EL adalah ayah dari 3 orang anak. Pekerjaan sehari-hari bapak EL sebelum masuk ke

Lembaga Pemasyarakatan adalah seorang petani dan isterinya juga merupakan seorang

petani. Latar belakang kasus yang menyebabkan bapak EL masuk ke Lembaga

Pemasyarakatan adalah kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Menurutnya

awal mula kejadian tersebut terjadi ketika ia bersama isteri dan keponakannya R (umur 17

tahun) melakukan perjalanan ke kampung. Di tengah perjalanan (kebun kemiri) mereka

beristirahat (makan. minum dan membaringkan tubuh). Ketika bapak EL melihat isterinya

sudah tertidur maka bapak EL memanggil R menggunakan bahasa isyarat sebab R merupakan

seorang tunawicara. Bapak EL mengajak R untuk berjalan sekitar 10 meter dari tempat

isterinya berbaring dan mengajak R untuk melakukan hubungan seksual. Setelah melakukan

hubungan seksual bapak EL menggunakan bahasa isyarat untuk berbicara dengan R agar R

tidak boleh berbicara dengan siapapun tentang hal yang baru saja terjadi. Setelah itu bapak

EL dan R kembali ke tempat semula, dan membangunkan isterinya yang tertidur untuk

melanjutkan perjalanan. Namun dalam perjalanan R menceritakan apa yang telah diperbuat

oleh bapak EL kepada isterinya. Sesampainnya mereka di kampung, isterinya bapak EL

menceritakan kejadian tersebut kepada semua keluarga, sehingga bapak EL dikejar dan ingin

dibunuh. Namun bapak EL melarikan diri dan bersembunyi serta menyerahkan dirinya

kepada bapak kepala desa. Sebab ia berpikir bahwa jika ia tidak berlari ke rumah bapak

kepala desa maka ia akan dibunuh. Setelah itu bapak kepala desa mengantar serta

melaporkankan bapak EL kemudian bapak EL dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan

dijatuhi hukuman 5 Tahun 6 Bulan.12

Permasalahan psikosoial yang dialami oleh bapak EL

adalah ia merasa bersalah, dan merasa tertekan dengan sistem yang berada di dalam Lembaga

12Wawancara dengan bapak EL pada tanggal 25 Agustus 2017, jam 10.40 WITA.

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

34

Pemasyarakatan. Sistem yang dimaksudkan di sini adalah tentang waktu berkunjung yang

berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Ia mengatakan bahwa ia berusaha untuk

mempersiapakan mentalnya sebab menjadi narapaidana merupakan suatu aib tersendiri di

dalam pandangan masyarakat.

5. Sdr. MM

Sdr.MM merupakan anak pertama dari tiga orang bersaudara, berstatus belum

menikah, berusia 21 tahun dan beragama Kristen Protestan, pendidikan terakhir adalah tidak

sekolah. Pekerjaan sehari-hari sdr.MM sebelum masuk ke Lembaga Pemasyarakatan adalah

seorang sopir truk. Latar belakang kasus yang menyebabkan sdr. MM masuk ke Lembaga

Pemasyarakatan adalah kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur. Menurutnya

awal mula kejadian tersebut terjadi ketika ia bersama pacarnya MB (18 tahun) pergi untuk

menonton pasar malam. Setelah menonton pasar malam, ia mengantar pacarnya MB untuk

pulang ke rumahnya. Narasumber sdr. MM mengatakan bahwa dalam perjalanan pulang ke

rumah, ia bersama dengan pacarnya MB melakukan hubungan seksual sebab hal ini bagi MM

dan MB merupakan hal yang biasa sebab mereka sudah beberapa kali melakukannya.

Sdr.MM juga mengatakan bahwa ia dan pacarnya sudah dua kali melakukan aborsi jadi bagi

mereka melakukan hubungan seksual merupakan hal yang biasa. Sesampainnya di rumah MB

dipukuli oleh orangtuanya dan orangtuanya mulai menanyakan semua hal kepada MB dan

dari situlah orangtua MB mengetahui bahwa MB dan MM pernah melakukan hubungan

seksual sehingga MM dilaporkan oleh keluarga MB dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan

dan dijatuhi hukuman 7 tahun 2 bulan.13

Permasalahan psikososial yang dialami adalah ia

merasa bahwa adanya ketidakadilan pada dirinya sehingga ada perasaan marah dan benci

kepada korban dan keluarganya. Namun ia berusaha untuk tetap tegar dalam menjalani

kehidupannya di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan menganggap bahwa kehidupan

13Wawancara dengan sdr.MM pada tanggal 28 Agustus 2017, jam 09.00 WITA.

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

35

sekarang yang ia jelani merupakan suatu bentuk teguran dari Tuhan karena Tuhan masih

mengasihinya. Ia terkadang berpikir tentang apa yang akan ia kerjakan di luar sana ketika ia

telah dinyatakan bebas suatu saat nanti sebab latar belakang kehidupannya sebagai seorang

mantan narapidana.

3.2.2. Hasil Diskusi Bersama Dengan Warga Binaan

Dari wawancara yang dilaksanakan, penulis menemukan berbagai macam

pengalaman menyedihkan dari kehidupan narasumber pelaku pelecehan seksual. Ketika

menceritakan pengalaman hidupnya berbagai ekspresi mereka tunjukan. Ada yang

menceritakan sambil menangis tetapi ada juga yang menyiratkan kebencian atas perilaku

mereka sendiri dan rasa penyesalan terhadap sesuatu yang mereka lakukan terlebih rasa

bersalah kepada korban. Kelima orang narsumber pelaku pelecehan seksual ini mengatakan

bahwa mereka sangat merindukan keluarga mereka. Bapak OJ mengatakan bahwa:14

“Terkadang saya tidak dapat tidur karena selalu memikirkan isteri

dan anak-anak saya, apakah mereka baik-baik saja? Apakah

kebutuhan-kebutuhan mereka bisa terpenuhi? Saya merasa diri saya

sangat kotor, saya tidak bisa mengampuni diri saya sendiri, saya

merasa hukuman yang saya terima tidak sesuai dengan apa yang

telah saya lakukan, saya sudah gagal menjadi seorang suami dan

gagal menjadi seorang ayah yang baik untuk anak saya, saya sangat

merindukan mereka, meskipun mereka sampai saat ini belum bisa

memaafkan saya tapi saya terima semuanya sebab ini kesalahan saya

yang sangat besar dan sulit untuk dimaafkan tapi saya cuma mau

bilang, saya sangat mencintai mereka”.

Ungkapan hati dari bapak OJ juga mewakili ungkapan hati dari bapak RW15

, sebab ia

juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh bapak OJ. Para warga binaan

merasa kecewa dengan kehidupan mereka dan perbuatan yang telah mereka lakukan. Bapak

OJ dan bapak RW mengatakan bahwa terkadang ketika mereka melihat ada keluarga warga

binaan lain yang datang untuk mengunjungi keluargannya, mereka merasa iri hati sebab dari

14Wawancara dengan bapak OJ pada tanggal 24 Agustus 2017, jam 10.40 WITA.

15

Wawancara dengan bapak RW pada tanggal 26 Agustus 2017, jam 09.00 WITA.

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

36

awal mereka berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan, keluarga mereka tidak pernah

datang untuk mengunjungi. Hal tersebut terkadang membuat mereka sedih, kecewa, sakit hati

sehingga mereka memilih untuk lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar agar

supaya mereka tidak melihat hal tersebut. Namun mereka juga berkata bahwa mereka

berusaha untuk bisa menerima semuanya dengan ikhlas sebab itulah konsekuensi yang harus

mereka terima atas perbuatan yang telah mereka lakukan. Hal yang sama juga dijelaskan oleh

bapak seksi pembinaan:16

“apa yang dikatakan bapak OJ dan bapak RW memang benar, sampai

saat ini belum ada isteri ataupun anak-anak mereka yang datang

untuk mengunjungi mereka. Mungkin karena mereka belum bisa

dimaafkan oleh keluarga mereka masing-masing. Kalau saya melihat,

terkadang mereka selalu melamun dan lebih banyak menghabiskan

waktu di dalam kamar, mereka adalah orang-orang yang sangat

tertutup”.

Ketika penulis melakukan wawancara dengan narasumber sdr. MM, ia mengatakan

bahwa ia merasa adanya ketidakadilan pada dirinya sebab baginya hubungan seksual yang

dilakukan oleh pelaku dengan korban bukanlah sebuah pelecehan sebab keduanya merupakan

sepasang kekasih. Tujuan ia melakukan hubungan seksual dengan korban adalah untuk

memenuhi kebutuhan seksual namun didasarkan pada prinsip suka sama suka. Sehingga ia

siap untuk bertanggungjawab dengan korban namun keluarga korban menginginkan cara

yang lain untuk menyelesaikan masalah ini. Narasumber MM mengatakan bahwa :17

“saya sangat kecewa dengan korban dan keluarga korban, saya benci

kepada mereka, bagaimana saya tidak marah, bagaimana saya tidak

benci, dalam persidangan korban tidak bisa katakan satu katapun

untuk buat saya punya hukuman ini ringan, dia malah mengatakan

bahwa, saya yang memaksa dia untuk melakukan hubungan seksual

sehingga saya punya hukuman bertambah berat”.

16Wawancara dengan bagian seksi pembinaan pada tanggal 31 Agustus 2017, jam 10.30 WITA.

17

Wawancara dengan sdr.MM pada tanggal 29 Agustus 2017, jam 09.00 WITA.

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

37

Berbeda dengan bapak EL, dia mengatakan bahwa selama dia berada di dalam

Lembaga Pemasyarakatan, selain ia memiliki penyesalan dan rasa bersalah, ia juga

mengalami satu tekanan hidup. Ia mengatakan bahwa :18

“Terkadang saya merasa tertekan dengan kehidupan di dalam sini

(Lembaga Pemasyarakatan) dimana saya sangat susah untuk

berbicara banyak dengan isteri dan anak-anak saya sebab jam

berkunjung dibatasi yaitu hanya 15 menit saja, saya terkadang

merasa marah sehingga saya menangis sebab bagi saya waktu yang

diberikan untuk bertemu tidak dapat mengobati rasa rindu saya

terhadap mereka namun saya bersyukur karena isteri dan anak-anak

saya masih mau memaafkan saya meskipun kesalahan yang saya

perbuat sangat melukai mereka”

Hal yang sama juga dijelaskan oleh bapak kepala seksi pembinaan:19

“memang waktu yang diberikan kepada para narapidana untuk dapat

berkomunikasi dengan keluargannya hanyalah 15 menit sebab para

narapidana mempunyai banyak kegiatan-kegiatan yang harus

dilakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan”.

Narasumber bapak OJ, bapak RW , bapak MS, bapak EL dan sdr. MM mengatakan

bahwa ada perasaan penyesalan yang sangat dalam, rasa tidak ingin memaafkan dirinya

sendiri, rasa tidak berharga bagi dirinya sendiri dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa

mereka telah melakukan hal tersebut kepada orang-orang yang berada di dekatnnya. Mereka

sangat depresi, dan sangat stres dengan masalah yang dihadapi. Mereka sangat terluka dan

mereka juga tidak bisa memahami apa yang sudah mereka lakukan terhadap para korban,

keluarga, istri, anak-anak dan kepada diri mereka sendiri. Sdr. MM mengakui bahwa ia

seringkali tidak dapat tertidur karena berpikir tentang masa depannya. Apakah nanti setelah

keluar dari Lembaga Pemasyarakatan ini, ia dapat bekerja lagi. Narasumber bapak MS yang

melakukan pelecehan kepada anaknya, mengatakan bahwa ia pernah hampir membunuh

dirinya sendiri karena tidak bisa menerima kenyataan dan tidak bisa memaafkan dirinya

sendiri.

18Wawancara dengan bapak EL pada tanggal 26 Agustus 2017, jam 09.00 WITA.

19

Wawancara dengan seksi pembinaan pada tanggal 31 Agustus 2017, jam 10.30 WITA.

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

38

“Saya merasa terpuruk, saya merasa hidup saya tidak ada gunanya

lagi, saya merasa saya gagal menjadi orangtua, saya selalu dihantui

oleh rasa bersalah, saya sadar saya adalah orang yang sangat bodoh

sehingga melakukan hal tersebut dengan anak kandung saya sendiri,

padahal saya sangat menyayangi dia, saya tidak bisa memaafkan diri

saya sendiri, dan saya tidak bisa mengampuni diri saya, saya rasa

hukuman yang saya terima tidak sebanding dengan masa depan anak

saya yang telah saya hancurkan. Saya sulit untuk tidur, saya

terkadang paksa ini mata untuk tertutup tapi susah, jadi saya hanya

baca Alkitab dan berdoa semoga Tuhan bisa ampuni saya punya

kesalahan-kesalahan. mau makan juga kadang-kadang saya rasa itu

makanan ada tertinggal di leher, saya sangat menderita di sini ketika

saya ingat perbuatan yang telah saya lakukan”.20

Para warga binaan yang berada di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Kalabahi-Alor

berkata bahwa merasa tertekan dengan keadaan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan.

Mereka tertekan dengan kehidupan yang hanya bisa dihabiskan belas tahun di balik jeruji

besi. Mereka mengaku kesepian, bosan bahkan sedih jika merenungi dan terkenang dengan

masa-masa indah yang pernah dilaluinya bersama keluarga, isteri dan anak-anaknya. Mereka

mengungkapkan bahwa tingkat kejenuhan yang tinggi dirasakan sebab mereka hanya bisa

melakukan kegiatan di dalam ruangan yang sempit yang dibatasi oleh tembok dan jeruji.

Mereka mengungkapkan kesedihan yang mendalam karena tidak dapat lagi melihat keluarga,

anak , orangtua, bahkan tidak bisa lagi memberikan kasih sayang kepada mereka.

Menyandang status sebagai seorang warga binaan telah menjadi aib tersendiri bagi

para warga binaan yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Kalabahi-Alor,

status yang akan selalu melekat pada diri mereka selama sisa hidup mereka di dunia,

mendapatkan pandangan “sebelah mata” dari masyarakat tentunya akan menjadi kendala

ketika mereka dibebaskan dan ingin memulai hidupnya yang baru. Seperti yang diungkapkan

oleh bapak MS dan bapak EL :21

20Wawancara dengan bapak MS pada tanggal 24 Agustus 2017, jam 09.00 WITA.

21

Wawancara dengan bapak MS pada tanggal 24 Agustus 2017, jam 09.00 WITA, dan bapak EL pada

tanggal 26 Agustus 2017, jam 10.40 WITA.

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

39

“masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan ini, sudah membuat saya

trauma, saya tahu bahwa masuk Lembaga Pemasyarakatan dan

menjadi seorang warga binaan merupakan hal yang memalukan, dan

pasti itu akan sangat mengganggu aktivitas saya dan keluarga saya

nanti ketika saya dinyatakan bebas. Bahkan mungkin saat ini juga

saya sudah menjadi bahan gosip oleh keluarga maupun masyarakat di

sekitar saya. Itulah yang menjadi salah satu beban saya, ya saya

berusaha mempersiapakan mental saja dan fokus ke keluarga karena

mereka yang selalu mendukung saya”.

Bapak MS dan bapak EL mengakui bahwa menyandang status sebagai warga binaan

tentu harus siap untuk mendapat pandangan negatif dari oranglain sehingga mereka berusaha

menguatkan diri dengan berpikir yang positif dan juga dukungan dari keluarga yang membuat

mereka kuat. Demikian juga dengan sdr. MM, ia mengatakan bahwa:22

“ini sangat memalukan bagi saya, saat masuk di Lembaga

Pemasyarakatan, yang saya pikirkan adalah bagimana orang-orang

akan nilai saya, orangtua saya juga pada awalnya membenci saya,

keluarga besar saya juga seperti itu, bagaimana dengan teman-teman,

apakah mereka masih mau bergaul dengan saya setelah tahu saya

berada di sini. Tapi saya bersyukur karena sekarang orangtua saya

sudah mau memaafkan saya dan masih ada teman-teman yang

mendukung saya. Tapi yang masih menjadi beban pikiran, bagaimana

nanti kalau saya keluar dari sini, saya mau kerja di mana karena

status saya mantan narapidana.

Berbeda dengan bapak OJ dan bapak RW yang terlihat tidak peduli dengan

pandangan tentang dirinya, mereka mengatakan bahwa :23

“saya tidak peduli dengan komentar oranglain di luar sana, bukan mereka yang kasih makan

saya dan keluarga saya, saya hanya berpikir bagaimana keluarga saya, apakah mereka baik-

baik saja, saya hanya berharap bisa keluar cepat dari sini biar saya bisa minta maaf

langsung pada isteri dan anak-anak saya. Saya sangat merindukan isteri dan anak-anak

saya. Saya divonis 15 tahun dan 12 tahun tanpa redmisi, saya tidak bisa melihat

perkembangan anak-anak saya, saya berharap bisa mendapatkan maaf dari isteri dan anak-

anak saya, itu saja yang saya pikirkan”.

Respon yang diberikan oleh keluarga, kerabat dan masyarakat tempat para warga

binaan berasal bermacam-macam tetapi pada umumnya masyarakat memberikan pandangan

22Wawancara dengan sdr MM pada tanggal 29 Agustus 2017, jam 09.00 WITA.

23

Wawancara dengan bapak OJ pada tanggal 24 Agustus 2017, jam 10.40 WITA, dan bapak RW pada

tanggal 26 Agustus, jam 09.00 WITA.

Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

40

yang negatif terhadap status “warga binaan” dan hal inilah yang menjadi salah satu masalah

bagi para warga binaan harus digumuli selama menjalani masa hukuman di dalam Lembaga

Pemasyarakatan dan dalam mempersiapakan diri untuk kembali ke masyarakat ketika

dibebaskan nantinya. Seperti yang diungkapkan oleh bapak LP bagian pembinaan bahwa:

“saya rasa yang penting bagi para warga binaan adalah bagimana

mereka harus siapkan mental dengan sebaiknya sebab ketika mereka

bebas nantinya ada begitu banyak pandangan negatif dari masyarakat

yang akan mereka terima”.24

3.2.3. Wawancara Dengan Keluarga Warga Binaan

Penulis melakukan wawancara dengan 3 orang dari keluarga pelaku. Penulis

mendatangi keluarga pelaku di rumah:

1. Kepada keluarga bapak MS, penulis melakukan wawancara dengan isteri pelaku.25

Isteri

pelaku mengungkapkan perasaannya kepada penulis, sambil menangis, ia menceritakan

bahwa pada saat kejadian itu terjadi, keluarga besar termaksud saya sendiri tidak dapat

menerima hal tersebut. Sebenarnya keluarga bahkan saya sendiri sangat malu dengan apa

yang telah pelaku lakukan namun saya berusaha untuk menguatkan hati agar bisa

menerima semua ini dengan lapang dada. Istrinya juga mengungkapkan bahwa sekarang ia

yang menjadi tulang punggung keluarga menggantikan posisi pelaku yang adalah kepala

keluarga dengan bertani. Ia mengatakan ia tetap setia untuk mengunjungi pelaku dan

memperhatikan semua kebutuhan pelaku ketika berada di dalam Lembaga

Pemasyarakatan. Namun tidak setiap hari ia pergi untuk mengunjungi pelaku sebab ia

harus bekerja untuk menghidupi ke-lima anaknya. Selain itu jarak antara rumah dan

Lembaga Pemasyarakatan terbilang cukup jauh dan memakan biaya yang besar untuk

dapat tiba di sana jadi biasanya 2 atau 3 bulan baru saya kesana untuk menjenguk pelaku.

24Wawancara dengan bagian seksi pembinaan pada tanggal 31 Agustus 2017, jam 10.30 WITA.

25

Wawancara dengan keluarga narapidana, pada tanggal 31 Agustus 2017, jam 15.00 WITA.

Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

41

2. Kepada keluarga bapak EL, penulis melakukan wawancara dengan Isteri pelaku.26

Narasumber keluarga mengungkapkan bahwa keluarga sangat kecewa dan berduka dengan

perbuatan yang telah dilakukan oleh pelaku. Keluarga merasa malu dan kelaurga merasa

terpuruk dari masyarakat akibat perbuatan pelaku. Tetapi kelurga tetap dengan setia

memberi dukungan moril kepada pelaku dengan mengunjungi pelaku dan menyediakan

setiap kebutuhan pelaku selama berada di Lembaga Pemasyarakatan.

3. Kepada Keluarga MM, Penulis melakukan wawancara dengan orangtua pelaku. Dalam hal

ini adalah ibu dari pelaku27

. Sambil menangis ibunya mengatakan bahwa sebenarnya ia

sangat merasa malu dengan masyarakat dan kelurga korban. Ibu pelaku sangat sedih hal

tersebut terlihat dari airmata yang berderai ketika penulis melakukan wawancara. Ia sangat

kecewa dengan apa yang telah dilakukan oleh anaknya tetapi ia mengungkapkan bahwa

bagaimanapun, pelaku adalah anaknya jadi ia tetap memberikan dukungan moril berupa

kunjungan yang dilakukan olehnya kepada pelaku di Lembaga Pemasyarakatan.

3.3. Upaya Penanggulangan Yang Dilakukan Lembaga Pemasyarakatan Untuk

Mengatasi Permasalahan Psikososial Warga Binaan

Upaya penanggulangan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan untuk

mengatasi permasalahan psikosoial warga binaan adalah berupa pembinaan. Pembinaan yang

dimaksudkan disini adalah pembinaan keterampilan dan pembinaan spiritualitas. Pembinaan

keterampilan ini bersifat manual, contohnya seperti menjahit, membuat tas laptop, membuat

tutupan gelas, bingkai foto dan sebagainya. Bentuk pembinaan ini disesuaikan dengan bakat

masing-masing warga binaan.28

Dengan tujuan agar ketika mereka keluar dari Lembaga

Pemasyarakatan, mereka mampu untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, selain itu

26Wawancara dengan keluarga narapidana pada tanggal 3 September 2017, jam 11.00 WITA.

27

Wawancara dengan keluarga narapidana pada tanggal 2 September 2017, jam 16.00 WITA.

28

Wawancara dengan bagian seksi pembinaan pada tanggal 31 Agustus 2017, jam 10.30 WITA.

Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

42

pembinaan ini bertujuan untuk mengurangi rasa bosa/jenuh para warga binaan dalam

menjalani masa hukuman di dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Pembinaan spiritualitas khususnya bagi warga binaan yang beragama kristen, pihak

Lembaga Pemasyarakatan bekerjasama dengan beberapa denominasi Gereja yang berada di

wilayah Kabupaten Alor dan juga Depertemen Keagamaan, agar dapat membantu dalam

memberikan pembinaan spiritual. Dengan diberikannya pembinaan spiritualitas ini,

diharapkan para warga binaan dapat menyadari dan menyesal atas perbuatan salah yang telah

dilakukan dan dapat merubah sikap serta perilakunya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Dalam penelitian ini, penulis juga melakukan wawancara dengan salah satu denominasi

gereja dan Depertemen Keagamaan yang melakukan pembinaan di Lembaga

Pemasyarakatan. Selain wawancara, penulis juga ikut serta dalam pelayanan yang dilakukan.

Penulis menanyakan bagaimana penatalayanan gereja kepada warga binaan pelecehan

seksual dan metode apa yang digunakan dalam pembinaan /pendampingan. Bapak Ev. E

Selly29

dan Depertemen Agama 30

mengatakan bahwa pembinaan/pendampinganyang

diberikan adalah melalui ibadah-ibadah bersama setiap hari minggu dan kamis, melalui

diskusi PA dan shering bersama. Mereka mengatakan dalam melakukan

pembinaan/pendampingan belum cukup maksimal dikarenakan beberapa faktor, faktor-faktor

tersebut penulis jabarkan sebagai berikut :

1. Faktor Situasi

29Wawancara dengan bagian seksi pembinaan pada tanggal 27 Agustus 2017, jam 10.15 WITA.

30

Wawancara dengan Bimas Kristen pada tanggal 31 Agustus 2017, jam 11.00 WITA.

Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

43

Waktu dan tempat yang tidak ada, tidak memungkinkan untuk memberikan

pendampingan (pembinaan) secara maksimal. Waktu berkunjung yang disediakan oleh

Lembaga Pemasyarakatan bagi Gereja dan Lembaga Pemasyarakatan adalah 1 kali dalam

seminggu selama 2 jam untuk memberikan pelayanan (pembinaan) kepada warga binaan.

2. Faktor Metode

Setiap warga binaan memiliki latar belakang permasalahan yang berbeda-beda.

Dengan waktu yang diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan kepada Gereja dan Depertemen

Agama selama 2 jam secara otomatis hal yang dapat dilakukan adalah ibadah dan shering

bersama sehingga tidak dapat menjawab apa yang menjadi kebutuhan dari warga binaan.

3. Faktor Komunikasi

Karakter yang berbeda dari setiap orang dan juga pola komunikasi yang tercipta pada

diri masing-masing antara konselor dan konseli dalam proses konseling cukup menyulitkan

dalam menjalani komunikasi. Ada dialek-dialek tertentu yang terkadang membuat Gereja dan

Depertemen Agama agak lambat untuk mencerna cerita-cerita yang diungkapkan oleh para

pelaku. Bukan hanya bahasa melainkan jenis kelamin, latar belakang kehidupan, lingkungan

sosial asal, perkembangan kepribadian yang berbeda juga turut mempengaruhi kelancaran

berkomunikasi.

3.4. Rangkuman

Dari hasil wawancara dengan kelima narasumber pelaku pelecehan seksual, penulis

dapat simpulkan bahwa masalah kejahatan merupakan masalah yang sangat sulit untuk

diatasi. Salah satu dari bentuk untuk memperbaiki adalah dengan hukuman penjara. Namun

ketika berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan (penjara), ada permasalahan-permasalahan

yang dihadapi oleh warga binaan, baik itu masalah yang bersumber dari diri sendiri maupun

dari keluarga atau masyarakat tempat mereka berasal. Disamping itu juga, mereka harus

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru yang tidak bebas, mereka berhadapan

Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

44

dengan berbagai orang dengan karakter dan latar belakang masalah yang beragam, sehingga

hal tersebut menjadi beban tersendiri bagi mereka. Adapun permasalahan-permasalahan

psikosoial yang dialmi oleh para warga binaan yang berada di dalam Lembaga

Pemasyarakatan adalah :

1. Lost Of Liberty : keberadaan warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan menyebabkan

mereka tidak bebas menjalani kehidupan mereka sebebas ketika mereka masih berada di

luar Lembaga Pemasyarakatan karena sebagai orang hukuman, mereka harus menaati

setiap aturan dan jadwal yang ada di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Keadaan fisik

yang tidak bebas seringkali menyebabkan adanya perasaan jenuh (bosan) yang dirasakan

oleh para warga binaan.

2. Lost of Personal Comunication : Selama menjalani masa hukuman, kebebasan untuk

berkomunikasi dibatasi, hal ini tentu menjadi suatu beban tersendiri bagi para warga

binaan, sehingga mereka merasa tertekan dan marah dengan sistem tersebut.

3. Depresi : Warga binaan mengalami depresi, hal tersebut terlihat ketika para warga

binaan mengatakan bahwa mereka merasa bersalah, merasa menyesal, yang

mengakibatkan mereka sulit untuk tidur, dan mencoba untuk mengakhiri kehidupannya.

Mereka kecewa dengan kehidupan dan perbuatan yang telah mereka lakukan. Selain itu,

ditambah lagi dengan stigama negatif dari masyarakat yang seringkali membebani

pikiran mereka.

Upaya penanggulangan yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan untuk mengatasi

permasalahan psikososial bagi warga binaan berupa adalah berupa pembinaan. Pembinaan ini

terbagi menjadi dua yaitu pembinaan keterampilan dan pembinaan spiritualitas. Pembinaan

ketrampilan bertujuan membekali mereka agar supaya ketika mereka keluar dari Lembaga

Pemasyarakatan, mereka dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat selain itu dengan

pembinaan keterampilan ini, dapat membantu para warga binaan untuk mengurangi rasa

Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/15964/3/T2... · 2018-08-24 · 24 BAB III HASIL PENELITIAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

45

bosan ketika berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Pembinaan spiritualitas bertujuan

membantu para warga binaan untuk menyadari kesalahan yang telah dilakukan dan merubah

sikap dan perilaku mereka untuk menjadi lebih baik lagi namun dalam pembinaan spritualitas

yang dilakukan oleh gereja maupun oleh Depertemen Keagamaan, belum menyentuh dengan

permasalahan-permasalahan yang dialami oleh para warga binaan hal tersebut dikarenakan 3

faktor yaitu : Faktor Situasi, Faktor Metode dan Komunikasi. Pembinaan yang dilakukan

untuk saat ini hanya berupa ibadah-ibadah, Ber - PA dan shering bersama.