8
BAB III BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH Kompetensi Dasar Mahasiswa memiliki mampu mengenali dan menjelaskan ciri-ciri BAHASA INDONESIA ragam ilmiah dan mewujudkannya dalam berbahasa Indonesia secara tertulis ataupun lisan dalam kinerja akademik 3.1 Pendahuluan Bahasa Indonesia (BI) digunakan oleh penutur dari wilayah, lapisan masyarakat dan usia, dengan tujuan dan konteks yang berbeda-beda. Bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai penutur dengan berbagai tujuan; berbagai konteks itu melahirkan corak atau ragam bahasa Indonesia yang berbeda-beda. Pemakaian itu hanyalah perbedaan yang kurang signifikan, misalnya mengenai ucapan dan intonasinya (dalam pemakaian secara lisan), sebagian kecil kosakata, dan susunan kalimat. Namun bahasanya tetap bahasa Indonesia. Berdasarkan situasi pemakaiannya dibedakan bahasa Indonesia baku dan nonbaku. Bahasa Indonesia baku digunakan dalam situasi resmi, misalnya dalam pidato, perdebatan, tulisan ilmiah. Bahasa Indonesia nonbaku digunakan dalam situasi yang tidak resmi, misalnya dalam percakapan akrab antar- teman, bersendau-gurau, percakapan di pasar. Dalam bahasa Indonesia nonbaku kaidah bahasa kurang ditaati, kata dan pembentukan kata sedikit menyimpang dari kaidah baku, di sana-sini terjadi pemenggalan. Ragam berdasarkan tempat tinggal penutur disebut dialek, termasuk ragam nonbaku, misalnya bahasa Indonesia yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari di Menado, yang berbeda dengan bahasa Indonesia di Ambon, Medan , atau di Semarang. Bahasa Indonesia 11

Bab III Bi Ragam Ilmiah 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asa

Citation preview

Page 1: Bab III Bi Ragam Ilmiah 2

BAB III

BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH

Kompetensi Dasar

Mahasiswa memiliki mampu mengenali dan menjelaskan ciri-ciri BAHASA INDONESIA ragam ilmiah dan

mewujudkannya dalam berbahasa Indonesia secara tertulis ataupun lisan dalam kinerja akademik

3.1 Pendahuluan

Bahasa Indonesia (BI) digunakan oleh penutur dari wilayah, lapisan masyarakat

dan usia, dengan tujuan dan konteks yang berbeda-beda. Bahasa Indonesia dipakai

oleh berbagai penutur dengan berbagai tujuan; berbagai konteks itu melahirkan corak

atau ragam bahasa Indonesia yang berbeda-beda. Pemakaian itu hanyalah perbedaan

yang kurang signifikan, misalnya mengenai ucapan dan intonasinya (dalam pemakaian

secara lisan), sebagian kecil kosakata, dan susunan kalimat. Namun bahasanya tetap

bahasa Indonesia.

Berdasarkan situasi pemakaiannya dibedakan bahasa Indonesia baku dan

nonbaku. Bahasa Indonesia baku digunakan dalam situasi resmi, misalnya dalam

pidato, perdebatan, tulisan ilmiah. Bahasa Indonesia nonbaku digunakan dalam situasi

yang tidak resmi, misalnya dalam percakapan akrab antar- teman, bersendau-gurau,

percakapan di pasar. Dalam bahasa Indonesia nonbaku kaidah bahasa kurang ditaati,

kata dan pembentukan kata sedikit menyimpang dari kaidah baku, di sana-sini terjadi

pemenggalan.

Ragam berdasarkan tempat tinggal penutur disebut dialek, termasuk ragam

nonbaku, misalnya bahasa Indonesia yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari di

Menado, yang berbeda dengan bahasa Indonesia di Ambon, Medan , atau di Semarang.

Bahasa Indonesia ragam tulis berbeda dengan ragam lisan, bahasa anak-anak berbeda

dengan bahasa orang dewasa, bahasa di kalangan pedagang berbeda dengan bahasa

para guru, berbeda pula dengan bahasa wartawan.

Berdasarkan tujuan dan konteks pemakaiannya, bahasa juga memperlihatkan

ciri yang berbeda. Bahasa iklan berbeda dengan bahasa sastra, bahasa kepariwisataan

berbeda dengan bahasa hukum, bahasa hukum berbeda dengan bahasa kedokteran,

dan sebagainya. Bahasa yang digunakan untuk membahas berbagai persoalan dalam

ilmu hukum, kesehatan, ekonomi, dan sebagainya, disebut bahasa keilmuan, dan

sebagai ragam disebut ragam bahasa ilmiah. Bahasa Indonesia ragam ilmiah berbeda

dengan bahasa Indonesia ragam sastra, berbeda dengan bahasa Indonesia ragam

jurnalistik dan bahasa Indonesia ragam administratif atau kedinasan.

11

Page 2: Bab III Bi Ragam Ilmiah 2

Sebenarnya ragam-ragam itu masih dapat dibedakan menjadi beberapa

subragam. Ragam ilmiah , misalnya, dapat dibeda berdasarkan bahasa Indones bidang

ilmunya menjadi ragam ilmiah hukum, ragam ilmiah ekonomi, ragam ilmiah filsafat.

Perbedaan di antara subragam itu terutama dalam bahasa Indonesiadang peristilahan,

sebab di samping istilah umum, tulisan ilmiah itu memiliki istilah khusus atau teknis.

3.2 Pengertian dan Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah

Ragam ilmiah ialah ragam bahasa keilmuan, yaitu corak dan ciri bahasa yang digunakan

dalam penulisan karya ilmiah. Ragam bahasa ilmiah harus dapat menjadi wahana

pemikiran ilmiah yang tertuang dalam teks karya ilmiah. Pengertian ragam bahasa

ilmiah dan karakteristik ragam ilmiah dalam bahasa Indonesia diuraikan berikut ini.

3.2.1 Pengertian Ragam Ilmiah

Ilmiah itu merupakan kualitas dari tulisan yang membahas persoalan-persoalan dalam

bahasa Indonesia bidang ilmu tertentu. Kualitas keilmuan itu didukung juga oleh

pemakaian bahasa dalam ragam ilmiah. Jadi, ragam bahasa ilmiah itu mempunyai

sumbangan yang tidak kecil terhadap kualitas tulisan ilmiah. Ragam ilmiah merupakan

pemakaian bahasa yang mewadahi dan mencerminkan sifat keilmuan dari karya ilmiah.

Sebagai wadah, ragam ilmiah harus menjadi ungkapan yang tepat bagi kerumitan

(sofistifikasi) pemikiran dalam karya ilmiah. Dari pemakaian ragam itu juga bukan saja

tercermin sikap ilmiah, melainkan juga kehati-hatian, kecendekiaan, kecermatan, ke

bijaksanaan (wisdom), dan kecerdasan dari penulisnya.

Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia

yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Sebagai bahasa yang digunakan untuk

memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempatnya, bahasa

Indonesia diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik

secara tertulis maupun lisan.

3.2.2 Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah

Karakteristik ragam bahasa ilmiah ialah: (1) mencerminkan sikap ilmiah, (2)

transparan, (3) lugas, (4) menggunakan paparan (eksposisi) sebagai bentuk karangan

yang utama, (5) membatasi pemakaian majas (figures of speech), (6) penulis menyebut

diri sendiri sebagai orang ketiga (penulis, peneliti), (7) sering menggunakan definisi,

klasifikasi, dan analisis, (8) bahasanya ringkas tetapi padat, (9) menggunakan tata cara

12

Page 3: Bab III Bi Ragam Ilmiah 2

penulisan, dan format karya ilmiah secara konsisten (misalnya dalam merujuk sumber

dan menyusun daftar pustaka), (10) dan menggunakan bahasa Indonesia baku.

Sikap ilmiah yang harus tercermin dalam ragam ilmiah ialah sikap objektif, jujur,

hati-hati, saksama, dan tidak ‘bombastis’. Ragam ilmiah bersifat cendekia (intelektual),

artinya bahasa Indonesia ragam ilmiah itu dapat digunakan secara tepat untuk

mengungkapkan hasil berpikir logis, yaitu mampu membentuk pernyataan yang tepat

dan saksama.

Ragam ilmiah bersifat transparan dalam arti kata-kata itu membawa pembaca

langsung ke maknanya; kata-kata yang digunakan hendaknya tidak bermakna ganda

(ambigu). Kata-kata yang dipilih hendaknya kata-kata yang denotatif bukan konotatif.

Bahasa ragam ilmiah bersifat lugas, dalam arti menggambarkan keadaan atau

fakta sebagaimana adanya. Ragam ilmiah tidak berbunga-bunga penuh ornamen

seperti ragam bahasa sastra. Ragam ilmiah tidak berputar-putar dalam menuju ke satu

tujuan, bahasa ragam ilmiah langsung menuju ke sasaran, langsung ke pokok masalah.

Bentuk karangan utama yang digunakan dalam tulisan ilmiah ialah paparan atau

eksposisi, dan dapat diselingi deskripsi, argumentasi, narasi. Dalam tulisan ilmiah ada

sesuatu yang perlu dideskripsikan, kadang diceritakan, atau beberapa definisi

diperbandingkan dan dibahas secara lebih tepat. Seperti yang sudah disebutkan, dalam

paparan banyak digunakan definisi, klasifikasi atau analisis.

Berbeda dengan tulisan ragam sastra, dalam ragam ilmiah pemakaian majas

dibatasi. Majas itu sebenarnya juga menjelaskan, tetapi lebih mengacu pada imajinasi

daripada realitas. Dalam ragam sastra, majas dapat menumbuhkan “keremang-

remangan” suatu hal yang kadang memang diupayakan dalam karya sastra yang

berbentuk puisi. Mengapa majas hanya dibatasi dan tidak disingkirkan? Karena dalam

ragam bahasa ilmiah terdapat kata atau istilah yang sebenarnya semula berupa majas,

misalnya mewatasi, melahirkan, membuahkan.

Dalam ragam ilmiah, penyebutan penulis bukan aku atau saya melainkan penulis

atau dalam hal laporan hasil penelitian, peneliti, atau kalimat-kalimatnya menggunakan

bentuk pasif, sehingga penyebutan penulis dapat dilesapkan.

Ragam bahasa ilmiah bersifat ringkas berpusat pada pokok permasalahan.

Kalimat-kalimatnya harus hemat, tidak terdapat kata-kata yang mubazir. Namun kalimat-

kalimatnya harus lengkap, bukan penggalan kalimat.

13

Page 4: Bab III Bi Ragam Ilmiah 2

Ragam bahasa ilmiah harus mengikuti tata tulis karya ilmiah yang standar.

Misalnya penggunaan salah satu sistem penulisan rujukan atau catatan kaki diterapkan

secara konsisten, demikian pula dalam menyusun daftar pustaka.

Pemakaian bahasa dalam tulisan ilmiah termasuk pemakaian bahasa dalam

situasi resmi. Pemilihan kata (diksi) harus memenuhi beberapa prinsip, yaitu ketepatan,

kebakuan, keindonesiaan, dan kelaziman. Dalam prinsip ketepatan, kata yang dipilih

secara tepat sesuai dengan yang dimaksudkan. Prinsip kebakuan menekankan

pemakaian kata baku. Prinsip keindonesiaan menyarankan penggunaan kata-kata

bahasa Indonesia. Prinsip kelaziman, menyarankan penggunaan kata-kata yang sudah

umum.

3.2.3 Bahan Pustaka dan Sistem Rujukan

Ilmu itu berkembang secara akumulatif dari satu generasi ke generasi berikutnya. Apa

yang sudah dicapai oleh suatu generasi, dipelajari oleh generasi berikutnya kemudian

dikembangkan. Jadi suatu generasi di samping mempelajari juga menambahkan

penemuan-penemuan yang baru pada perbendaharaan ilmu yang diwarisi dari generasi

sebelumnya. Sebenarnya juga bukan sekedar penambahan, melainkan juga

pembaharuan atau koreksi terhadap ilmu yang telah dikembangkan dan diwariskan oleh

generasi sebelumnya. Dengan demikian, ilmu itu senantiasa berkembang dari zaman ke

zaman, bahkan dari tahun ke tahun.

Seorang ilmuwan perlu selalu mengikuti perkembangan ilmu dalam bahasa

Indonesia yang yang ditekuninya. Untuk itu seorang ilmuwan dituntut untuk mengikuti

perkembangan buku yang mutakhir atau mengikuti berbagai pertemuan ilmiah yang

terkait dengan bidang ilmunya.. Di samping itu jurnal ilmiah pun harus dibaca.

Dalam kaitan ini, pemanfaatan, penyebutan, atau perujukan tulisan ilmuwan lain,

menjadi penting. Di samping menaati etika penulisan ilmiah, perujukan sumber itu juga

dapat digunakan untuk memperkuat, menunjang atau membuktikan kebenaran

pernyataan-pernyataannya.

3.3 Penggunaan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dalam Presentasi

Dalam presentasi ilmiah hendaknya menerapkan kriteria dan prinsip-prinsip

ragam bahasa ilmiah. Khusus dalam presentasi perlu memperhatikan aspek-aspek

intonasi, artikulasi, ritme, dan motivasi pendengar. Ketika melakukan presentasi ilmiah,

penyaji juga dituntut berusaha sekuat tenaga agar bahasa Indonesia lisan yang

14

Page 5: Bab III Bi Ragam Ilmiah 2

digunakan ialah ragam bahasa ilmiah. Karena presentasi ilmiah itu sebagian besar

menggunakan ragam bahasa lisan, hendaknya pelafalannya menggunakan yang baku,

misalnya pelafalan /perubahan/, /tetapi/, /Bandung/ bukan /probahan/, /tE tapi/,

/mBandung/.

3.4 Ragam Ilmiah dalam Varian Bahasa Indonesia

Dalam bahasa Indonesia terdapat varian-varian, yaitu varian menurut pemakai dan

varian menurut pemakaian. Varian menurut pemakai disebut dialek. Berdasarkan varian

pemakai bahasa, dialek dibedakan : (1) dialek regional, (2) dialek social, (3) dialek

temporal, dan (4) idiolek. Selanjutnya varian menurut pemakaian bahasa disebut ragam.

Ragam dibagi atas dasar pokok pembicaraan, media pembicaraan, dan buhungan antar

pembicara.

Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan antara laian: (1) ragam bahasa undang-

undang, (2) ragam bahasa jurnalistik, (3) ragam bahasa ilmiah, (4) ragam bahasa

sastra.

Ragam bahasa menurut media pembicaraannya dibagi menjadi ragam bahasa lisan,

dan ragam bahasa tulis. Termasuk dalam ragam bahasa lisan antara lain (1) ragam

bahasa cakapan, (2) ragam bahasa pidato, (3) ragam bahasa kuliah, dan (4) ragam

bahasa panggung. Kemudian yang termasuk ragam tulis antara lain: (1) ragam bahasa

teknis, (2) ragam bahasa undang-undang, (3) ragam bahasa catatan, (4) ragam bahasa

surat.

Adapun ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara: (1) ragam bahasa resmi,

(2) ragam bahasa agak resmi, (3) ragam bahasa akrab, dan (4) ragam bahasa santai,

dan sebagainya.

Di samping itu, ada varian bahasa baku, yaitu varian bahasa yang digunakan dalam:

(1) komumikasi resmi, (2) wacana teknis, (3) pembicaraan di depan umum, dan

pembicaraan dengan orang yang dihormati.

Bertolak dari paparan ringkas varian bahasa di atas perlu diketahui bahwa ragam

bahasa ilmiah dominan bewujud ragam bahasa tulis, namun terkait juga dengan ragam

bahasa teknis, ragam bahasa`resmi, dan varian bahasa baku. Tulisan ilmiah perlu

memperhatikan EYD. Presentasi dan pidato memang bewujud ragam bahasa lisan,

namun dalam penyampaian dimungkinkan berdasarkan teks.

15

Page 6: Bab III Bi Ragam Ilmiah 2

3.5 Etika dalam Tulisan Ilmiah

a) Penulis karya ilmiah harus akurat.

b) Penulis karya ilmiah harus jujur.

c) Penulis karya ilmiah harus menjunjung tinggi tanggung jawabnya.

d) Penulis karya ilmiah tidak boleh mengganti fakta dengan dugaan.

e) Penulis karya ilmiah tidak boleh menyembunyikan kebenaaran.

f) Penulis karya ilmiah tidak boleh menggunaakan ide orang lain tanpa keterangan

yang jelas.

g) Penulis karya ilmiah tidak boleh melanggar hak cipta.

h) Penulis karya ilmiah tidak boleh berbohong dengan data statistik.

i) Penulis karya ilmiah tidak boleh memasukkan dugaan pribadi.

16