23
19 BAB II TINJUAN PUSTAKA Berdasarkan penyampaian pada bab sebelumnya tentang permasalahan yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu tentang Sinergitas Instansi Pelayanan Kesehatan di Kota Malang Melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional (Studi Mekanisme Pendataan bagi Warga Miskin dalam Menerima PBI). Oleh sebab itu, pada bab ini akan disampaikan beberapa dasar teori dan konsep yang jelas dan digunakan sebagai acuan dalam proses pembahsan hasil penelitian. A. Penelitian Terdahulu Berikut disampaikan penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang menyampaikan pentingnya program JKN, diantaranya; pertama M. Irwanda Firmansyah 26 yang menyampaikan tentang Sinergitas kewenangan antara BPJS Kesehatan dan Organisasi Profesi, penelitian yang disampaikan oleh Irwanda menjadi acuan oleh peneliti untuk mengetahui sinergitas antar instansi, terlebih Irwanda menelusuri persoalan BPJS Kesehatan dengan organisasi profesi dalam penyediaan layanan kesehatan di Kota Surabaya. Irwandan menyampaikan bahwa Keadaan layanan kesehatan Kota Surabaya sudah cukup ada perubahan dari aspek tenaga medis dan pihak fasilitas kesehatan masih berpedoman dengan peraturan yang ada dan para pihak penyedia layanan kesehatan telah menjalankan fungsinya dalam meningkatkan layanan kesehatan Keadaan layanan kesehatan Kota Surabaya sudah cukup ada perubahan dari aspek tenaga medis dan pihak fasilitas kesehatan masih berpedoman dengan peraturan yang ada, sebagai mana yang 26 M. Irwanda Firmansyah. Agustus 2016. Studi Deskriptif Tentang Sinergitas Kewenangan Antara BPJS Kesehatan dengan Organisasi Profesi dalam Penyediaan Layanan Kesehatan di Kota Surabaya. Jurnal Universitas Airlangga Vol 4 No 2 (146 156). http://journal.unair.ac.id/ KMP@studi-deskriptif-tentang-sinergitas-kewenangan-antara-bpjs-article-10910-media-138- category-8.html.

BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

19

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

Berdasarkan penyampaian pada bab sebelumnya tentang permasalahan

yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu tentang Sinergitas Instansi Pelayanan

Kesehatan di Kota Malang Melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional (Studi

Mekanisme Pendataan bagi Warga Miskin dalam Menerima PBI). Oleh sebab itu,

pada bab ini akan disampaikan beberapa dasar teori dan konsep yang jelas dan

digunakan sebagai acuan dalam proses pembahsan hasil penelitian.

A. Penelitian Terdahulu

Berikut disampaikan penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang

menyampaikan pentingnya program JKN, diantaranya; pertama M. Irwanda

Firmansyah26

yang menyampaikan tentang Sinergitas kewenangan antara BPJS

Kesehatan dan Organisasi Profesi, penelitian yang disampaikan oleh Irwanda

menjadi acuan oleh peneliti untuk mengetahui sinergitas antar instansi, terlebih

Irwanda menelusuri persoalan BPJS Kesehatan dengan organisasi profesi dalam

penyediaan layanan kesehatan di Kota Surabaya. Irwandan menyampaikan bahwa

Keadaan layanan kesehatan Kota Surabaya sudah cukup ada perubahan dari aspek

tenaga medis dan pihak fasilitas kesehatan masih berpedoman dengan peraturan

yang ada dan para pihak penyedia layanan kesehatan telah menjalankan fungsinya

dalam meningkatkan layanan kesehatan Keadaan layanan kesehatan Kota

Surabaya sudah cukup ada perubahan dari aspek tenaga medis dan pihak fasilitas

kesehatan masih berpedoman dengan peraturan yang ada, sebagai mana yang

26M. Irwanda Firmansyah. Agustus 2016. Studi Deskriptif Tentang Sinergitas Kewenangan

Antara BPJS Kesehatan dengan Organisasi Profesi dalam Penyediaan Layanan Kesehatan di Kota

Surabaya. Jurnal Universitas Airlangga Vol 4 No 2 (146 – 156). http://journal.unair.ac.id/

KMP@studi-deskriptif-tentang-sinergitas-kewenangan-antara-bpjs-article-10910-media-138-

category-8.html.

Page 2: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

20

dijelaskan narasumber tersebut, dan para pihak penyedia layanan kesehatan telah

menjalankan fungsinya dalam meningkatkan layanan kesehatan

Kedua Fheriyal Sri Isriawaty,27

Indra Perwira,28

Endang Wahyati

Yustina29

dan Dedi Afandi30

yang meneliti tentang tentang hak kesehatan.

Fheriyal Sri Isriawaty yang menyatakan dalam perspektif pemenuhan hak dasar

warga negara atas kesehatan, pemerintah terikat tanggung jawab untuk menjamin

akses yang memadai bagi setiap warga negara atas pelayanan kesehatan yang

layak dan optimal. Oleh karena itu Fheriyal menegaskan sebagai upaya untuk

menghormati (to respect), melindungi (to protect) dan memenuhi (to fulfil)

kewajiban negara mengimplementasikan norma-norma HAM pada hak atas

kesehatan, harus memenuhi prinsip-prinsip: (1). Ketersediaan pelayanan

kesehatan; (2) Aksesibilitas; (3) Penerimaan; dan (4) Kualitas. Lebih lanjut

Fheriyal menyampaikan dalam bentuk kewajiban negara untuk memenuhi hak

atas kesehatan diinternalisasikan dalam bentuk kebijakan pemerintah dengan

prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan;

dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan.

Selanjutnya dari Indra Perwira yang menjelaskan terkait hak kesehatan

sebagai HAM. Indra menguraikan dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang diakui

27

Fheriyal Sri Isriawaty. 2015. Tanggung Jawab Negara dalam Pemenuhan Hak Atas Kesehatan

Masyarakat Berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jurnal

Ilmu Hukum, Universitas Tadulako dengan Vol 3 No 2 (1 – 10). jurnal.untad.ac.id/

jurnal/index.php/ LO/article/view/5867. 28

Indra Prawira. Memahami Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia. http://referensi.elsam.or.id/

wp-content/uploads/2014/12/Kesehatan_Sebagai_Hak_Asasi_Manusia. pdf. 29

Endang Wahyati Yustina. 2015. Hak Atas Kesehatan dalam Program Jaminan Kesehatan

Nasional dan Corporate Social Responsibility (CSR). Jurnal UNIKA Soegijapranata, Universitas

Katolik Soegijapranata dengan Vol 14 No 1. http://journal.unika.ac.id/index.php /kh/article/

view/461/pdf_6 30

Dedi Afandi. Maret 2008. Hak atas Kesehatan dalam Prespektif HAM. Jurnal Ilmu Kedokteran,

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Vol 2

No 1. http://fk.unri.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/Hak-atas-kesehatan-dalam-perspective-

HAM.pdf

Page 3: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

21

dan dimuat dalam Magna Charta (1215) hingga Deglarasi HAM 1948.

Selanjutnya Indra menyesuaikan UUD 1945 dan UU Tentang Kesehatan dengan

hak atas kesehatan.

Sedangkan Endang Wahyati Yustina melihat bagaimana hak atas

kesehatan dalam Program Jaminan Kasehatan Nasional yang diberikan oleh

perusahaan melalui Corporate Social Responsibility (CSR). Yang diartikan oleh

Endang tentang penelitiannya ialah program JKN merupakan salah satu sarana

untuk mewujudkan hak hidup sehat bagi masyarakat Indonesia. Undang-Undang

BPJS mengamanatkan partisipasi Pengusaha (Pemberi Kerja) untuk mewujudkan

hak hidup sehat bagi para Pekerja. Sementara itu Undang-Undang Perseroan

Terbatas mewajibkan Korporasi untuk melaksanakan salah satu kewajibannya

melalui tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR dalam bentuk kegiatan sosial

yang berguna bagi masyarakat di sekitarnya termasuk Pekerja. Oleh karena itu

CSR dapat diselenggarakan dalam bentuk penyelenggaraan jaminan kesehatan

bagi pekerja, dengan demikian hak hidup sehat yang juga merupakan hak dasar

bagi pekerja akan terwujud.

Terakhir dari Dedi Afandi yang meneliti persoalan hak kesehatan, Dedi

lebih menekankan pelayanan kesehatan dari penyelenggara kesehatan untuk

memenuhi akses kesehatan setiap warga negara. Dari penyampaian terhadap

persoalan hak atas kesehatan yang disampaikan oleh setiap peneliti diatas. Dengan

demikian peneliti mencantumkan penelitian ini untuk menggambarkan kesehatan

sebagai hak asasi manusia. Sehubung dengan hal tersebut sesuai dengan hak

kesehatan pada program JKN. Melalui proses pendataan yang dilakukan oleh

Page 4: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

22

penyelenggara kesehatan, maka akan memberikan akses kesehatan tersebut

kepada warga dalam kategori ekonomi tidak mampu.

Ketiga adalah dari Umi Lufiah dkk yang meneliti tentang ketidak tepatan

sasaran jaminan kesehatan masyarakat berdasarkan kriteria miskin pendataan

program perlindungan sosial.31

Umi Lutfiah dkk menjelaksan pada penelitian

tersebut menemukan terkait ketidak singkronan data atas proporsi indikator

miskin, hampir miskin dan tidak miskin dalam mendapatkan kepesertaan

Jamkesmas. Lebih lanjut Umi Latfiah dkk menjelaskan bahwa ketidaktepatan

sasaran ditandai dengan adanya pihak yang tidak berhak menjadi peserta, namun

mendapatkan program Jamkesmas. Lebih lanjut disampaikan tentang pendataaan

yang dilakukan oleh instansi terkait tidak sesuai dengan kebutuhan bantuan sosial

yang seharusnya diperuntukan kepada warga tidak mampu. Begitupun dengan

yang disampaikan oleh Laurati32

tentang bantuan iuran jaminan kesehatan

nasional. Yang ditemukan oleh Larianti sama dengan yang ditemukan oleh Umi

Latifa dkk, bahwa terjadinya ketidak tepatan sasaran dalam pendatan untuk warga

tidak mampu dalam memperoleh akses kesehatan tidak sesuai dengan kebutuhan

bantuan sosial. Pada penelitian tersebut menjadi acuan dalam persoalan pendataan

warga tidak mampu untuk memperoleh akses kesehatan.

Berdasarkan literatur review yang disampaikan diatas, kajian dalam

program Jaminan Kesehatan Nasional dapat ditinjau dari berbagai aspek. Dalam

hal ini diutamakan terhadap persoalan sinergitas antar instani yang

31

Umi Lufiah, dkk. Mei 2015. Ketidaktepatan Sasaran Jaminan Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan Kriteria Miskin Pendataan Program Perlindungan Sosial Penelitian. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Nasional dengan Vol 9 No 4, (362 – 368).http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/

view/750. 32

Lauranti, Maria dkk. 2017. Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional: Ekuitas Kesehatan

bagi Masyarakat Miskin dan Hampir Miskin di Indonesia. Jakarta. Perkumpulan Prakarsa.

Page 5: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

23

menyelenggarakan program JKN di Kota Malang. Oleh sebab itu, irisan

persoalannya berbagai macam, termasuk masalah hak atas kesehatan dan

pendataaan yang dilakukan oleh pemerintah dalam memberikan bantun terdahap

warga tidak mampu untuk memperoleh akses kesehatan.

B. Sinergitas Sebagai Strategi Pelayanan Kesehatan

Sinergitas atau sinergi berasal dari bahasa Inggris, Sinergy, yang

diartikan sebagai kegiatan untuk melakukan operasi gabungan. Sinergitas atau

sinergi merupakan hal yang sama, istilah sinergi diartikan sebagai kegiatan

kelompok ataupun individu-individu yang berbeda latar belakang untuk

menyesuaikan kinerja agar mencapai tujuan. Hampden-Turner dalam Irwanda

menyatakan bahwa kegiatan sinergi merupakan suatu tindakan yang melibatkan

segala aktivitas, kegiatan tersebut akan beriringan bersama sehingga menciptakan

sesuatu yang baru.33

Lebih lanjut Hampden-Turner menegaskan bahwa sinergi

merupakan hasil dari relasi dialogik antara berbagai sumber pengetahuan yang

berbeda, dan merupakan suatu proses yang mengakumulasikan berbagai macam

pengetahuan. Dengan demikian, Hartanto mengartikan sinergi adalah suatu

gagasan baru yang terbentuk dari berbagai macam gagasan yang diajukan oleh

banyak pihak hingga menghasilkan gagasan (kebijakan) baru.34

Oleh karena itu sinergitas diartikan oleh Najianti dalam Rahmawati et al.

merupakan kombinasi atau paduan unsur/bagian yang dapat menghasilkan

33

M. Irwanda Firmansyah. Agustus 2016. Studi Deskriptif Tentang Sinergitas Kewenangan

Antara Bpjs Kesehatan dengan Organisasi Profesi dalam Penyediaan Layanan Kesehatan di Kota

Surabaya. Jurnal Universitas Airlangga Vol 4 No 2 (146 – 156). http://journal.unair.ac.id/

KMP@studi-deskriptif-tentang-sinergitas-kewenangan-antara-bpjs-article-10910-media-138-

category-8.html. 34

Ibid

Page 6: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

24

keluaran lebih baik dan lebih besar ketika dibangun secara baik bersama

stakeholders yang ada didalamnya. Dengan tujuan untuk membangun masyarakat

atas kerjasama yang saling menguntungkan dan dilandasi pemikiran-pemikiran

yang rasional, terbuka dan demokratis.35

Silalahi menegaskan sinergi juga

membutuhkan koordinasi untuk menyesuaikan kegiatan, baik yang dilakukan

individu-individu maupun unit-unit dalam suatu kelompok untuk mencapai ke

arah yang sama. Begitu pun dengan Pandu Dwinugraha menyatakan berdasarkan

dari konsep keilmuan administrasi publik, bahwa konsep sinergitas merupakan

suatu cara yang dilakukan pemerintah demi mencapai kesejahteraan masyarakat.36

Dengan demikian terdapat indikator dalam pelaksanaan sinergitas untuk mencapai

jaminan kesehatan semesta, dengan sinergitas, maka yang hubungan antar aktor

dalam mencapai kepentingan bersama dapat diwujudkan. Menurut Najianti,

terdapat dua cara untuk mencapai sinergitas, yaitu; komunikasi dan koordinasi:

a. Komunikasi, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sofyandi dan Garniwa

menjelaskan bahwa komunikasi terdapat dua bagian, komunikasi yang

bersumber dengan awalnya menyatakan bahwa kegiatan dimana seorang

secara sungguh-sungguh memindahkah stimulan guna mendapatkan

tanggapan. Setelah itu komunikasi yang berorientas pada penerima

memandang bahwa, komunikasi sebagai semua kegiatan dimana seseorang

(penerima) menanggapi stimulus atau rangsangan.37

b. Koordinasi, sebagaimana yang dijelaskan oleh Silalahi merupakan untuk

mencapai sinergitas dibutuhan dalam koordinasi antar aktor. Lebih lanjut,

Silalahi menyampaikan bahwa koordinasi adalah integrasi dari kegiatan-

35

Ibid 36

Ibid 37

Sofyandi dan Garniwa. 2007. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Page 7: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

25

kegiatan individual dan unit-unit dalam satu usaha bersama yaitu berkerja

kearah tujuan bersama.38

Begitupun dengan Triana Rahmawati dkk, Ia menjelaskan sinergitas

dapat dilalui dengan dua cara; komunikasi dan koordinasi. Cara menghasilkan

sinergi, maka harus menciptakan komunikasi dan koordinasi yang baik. Karena

sinergi dapat terjadi apabila koordinasi dan komunikasi ada pada dua aktor

bahkan lebih dalam mewujudkan tujuan bersama itu.39

Begitupun dengan

Mulyana dalam Irwanda menyampaikan sinergitas dapat dilakukan melalui

koordinasi dan komunikasi. Menurut Mulyanan koordinasi diperlukan terkait

hubungan antara stakeholder baik secara vertical, horizontal, komando, koordinasi

maupun hubungan kemitraan. Sedangkan komunikasi adalah pertukaran informasi

yang melibatkan berbagai pihak.40

Dengan demikian dapat dipahami bahwa sinergitas adalah kondisi yang

menghubungkan antara actor dalam mencapai tujuan bersama. Tujuan bersama

tersebut dapat tercapai apabila sinergitas tersebut dapat mencantumkan koordinasi

dan komunikasi sebagai langkah menggapai tujuan tersebut.

Dalam hal program Jaminan Kesehatan Nasional tujuan utamanya adalah

semua warga tidak mampu memperoleh akses kesehatan pada tahun 2019 (Perpres

No 19 Tahun 2016 Tentang Jaminan Kesehatan). Oleh sebab itu perlunya BPJS

38

Ulber Silalahi. 2011. Asas-Asas Manajemen. Bandung. Refika Aditama. 39

Rahmawati, Triana dkk. 2014. Sinergitas Stakeholders Dalam Inovasi Daerah (Studi Pada

Program Seminggu Di Kota Probolinggo (Semipro)). Jurnal Administrasi Publik. Universitas

Brawijaya dengan Vol 2, No 4 (641 -647 ). http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.

php/jap/ article/view/435.

40 M. Irwanda Firmansyah. Agustus 2016. Studi Deskriptif Tentang Sinergitas Kewenangan

Antara Bpjs Kesehatan dengan Organisasi Profesi dalam Penyediaan Layanan Kesehatan di Kota

Surabaya. Jurnal Universitas Airlangga Vol 4 No 2 (146 – 156). http://journal.unair.ac.id/

KMP@studi-deskriptif-tentang-sinergitas-kewenangan-antara-bpjs-article-10910-media-138-

category-8.html.

Page 8: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

26

Kesehatan beserta penyelenggara kesehatan lainnya merumuskan atau membahas

strategi agar hal tersebut dapat tercapai.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Purnomo Setiawan dalam bukunya

Manajemen Strategi, bahwa strategi awalnya dari bahasa Yunani diambil dari kata

stratos yang berarti militer dan Ag yang berarti memimpin.41

Penekanan Purnomo

adalah stretegi diartikan pada awalnya sebagai general ship berarti sesuatu yang

dikerjakan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukkan musuh

dan memenangkan perang. Strategi dalam bahasa Indonesia adalah rencana atau

taktik, secara umum diartikan sebagai tahapan yang harus dilewati dengan

gagasan dan sebuah aktivitas dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Oleh

sebab itu dalam kurun waktu yang akan dilaksanakan oleh penyelenggara Jaminan

Kesehatan Nasional bahwa semua warga negara Indonesia akan memperoleh

akses kesehatan pada tahun 2019.

Selain dari strategi BPJS Kesehatan dan penyelenggara kesehatan lainnya

untuk melakukan kampanye dan sosialisasi tentang pentinya program JKN.

Menurut peneliti, hal tersebut dapat tercapai dengan dua hal, Pertama adalah

warga yang secara ekonomi mampu memiliki kewajiban menjadi perserta JKN.

Dengan pendatapatan bulanan tersebut dapat disisihkan untuk membayar iuran

JKN yang terbagi kedalam tiga kelas pelayanan kesehatan. Iuran sebagaimana

disampaikan dalam UU No 24 Tahun 2011 Tentang BPJS “adalah sejumlah uang

yang dibayar secara teratur oleh peserta, pemeberi kerja, dan/atau pemerintah”.

Iuaran kelas yang harus dibayar adalah Kelas III dengan iuran Rp25.500, Kelas II

41

Purnomo, Setiawan Hari. 1996. Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar. Depok.

Rajagrafindo Persada.

Page 9: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

27

dengan iuran Rp51.000 dan Kelas I dengan iuran Rp80.000 hal ini disampaikan

pada Perpres 28 Tahun 2016 Tentang Perubahan ketiga atas Perpres No 12 Tahun

2013 Tentang Jaminan Kesehatan. Dengan jumlah iuran yang dibayarkan setiap

bulan tersebut akan membantu dan meringkan persoalan kesehatan, karena

sejatinya program JKN ini diperuntakan untuk memperoleh akses kesehatan

melalui mekanisme gotong royong.42

Kedua, agar tercapainya semua warga dalam memperoleh akses

kesehatan, warga tidak mampu yang dibiayai oleh pemerintah harus disesuikan

dengan data yang diperoleh Dinas Sosial dan BPS. Selama ini data tersebut tidak

sesuai dengan kebutuhan warga, bahkan terjadi salah sasaran dalam pembagian

atau distribusi akses kesehatan tersebut. Dengan demikian penyelengggaraan JKN

di Kota Malang perlu meninjau kembali adanya persoalan pendataan yang tidak

sesuai dengan kebutuhan warga tidak mampu. Meskipun pendataan tersebut telah

dilakukan setiap enam bulan, namun persoalannya tetap terjadi, sebagaimana yang

disampaikan oleh Umi Latifa dkk, bahwa pendataan tersebut tidak sesuai dengan

kebutuhan warga tidak mampu.43

Oleh sebab itu perlunya untuk merumuskan

kondisi faktual yang menjadi permasalahan dalam memberikan akses kesehatan.

Program JKN telah diselenggarakan, maka patutnya untuk melakukan evaluasi.

Dengan demikian dapat ditemukan permasalahan dan dicarikan solusi, sehingga

persoalan tersebut tidak terulang pada pelaksanaan kegiatan berikutnya.44

Pada

tahap evaluasi tersebut, setiap penyelenggara JKN dapat menyesuaikan dengan

42

Thabrany, Hasbullah. 2015. Jaminan Kesehatan Nasional. Depok. Rajagrafindo Persada. Cet II. 43

Umi Lufiah, dkk. Mei 2015. Ketidaktepatan Sasaran Jaminan Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan Kriteria Miskin Pendataan Program Perlindungan Sosial Penelitian. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Nasional dengan Vol 9 No 4, (362 – 368).http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/

view/750. 44

Solichin Abdul Wahab. 2014. Analisis Kebijakan; Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model

Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta. Bumi Aksara. Cet Ke II.

Page 10: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

28

kewenangannya masing-masing, perlunya sinergitas melalui koordinasi dan

komunikasi yang intens antar instansi, maka tujuan dari program JKN ini tercapai.

Penetapan perseta PBI ditetapkan oleh Dinas Kesehatan dari hasil

verifikasi dan validasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial. Pendataan dilakukan

oleh Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) di setiap kelurahan. Data tersebut akan

disesuaikan dengan data kemiskinan dari Badan Pusat Stastistik (BPS).

PBI pada umumnya dikenal dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS), hal ini

mengacu pada Peraturan Presiden No 166 Tahun 2014 Tentang Program

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Inpres No 7 Tahun 2014 tentang

Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar,

dan Program Indonesia Sehat. KIS penyebarannya dilakukan secara bertahap oleh

Presiden Jokowi. Program Indonesia Sehat dan merupakan perluasan dari program

Jaminan Kesehatan Nasional yang telah diluncurkan oleh pemerintah sebelumnya.

Program Indonesia Sehat melalui KIS bertujuan:45

1) Menjamin dan memastikan masyarakat kurang mampu untuk

mendapat manfaat pelayanan kesehatan seperti yang dilaksanakan

melalui program pemerintah yaitu Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan;

2) Perluasan cakupan PBI termasuk Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Bayi Baru Lahir dari peserta

Penerima PBI; serta

3) Memberikan tambahan manfaat berupa layanan preventif, promotif

dan deteksi dini dilaksanakan lebih intensif dan terintegrasi.

Setelah melakukan pendataan dan telah diverifikasi dan validasi, maka

kartu kesehatan tersebut akan di distribusikan. Yang menangani pendistribusian

adalah setiap cabang BPJS Kesehatan yang ada di kota dan kabupaten.

45

Lauranti, Maria dkk. 2017. Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional: Ekuitas Kesehatan

bagi Masyarakat Miskin dan Hampir Miskin di Indonesia. Jakarta. Perkumpulan Prakarsa.

Page 11: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

29

Pendistribusian telah bekerja sama dengan Pos Indonesia dan JNE. Begitupun

dengan kantor kelurahan dilibatkan untuk melakukan pembagian kartu PBI

sebagai cara untuk memberikan sosialisasi kepada warga yang bersangkutan.

Dilain hal menurut Lauranti walaupun sudah menggunakan single based

datadari data BPS dan di validasi Kementerian Sosial, namun kepesertaan PBI

masih sering bermasalah karena data yang didapatkan berbeda-beda antara pusat

dan daerah. Hal ini dapat disebabkan karena data kemiskinan terus berubah,

sehingga harus dilakukan pemutakhiran data secara terus menerus. Penetapan data

PBI ini dilakukan melalui surat keputusan Menteri Sosial yang sesuai aturan

dilakukan enam bulan sekali, sehingga perubahan dan revisi tidak bisa dilakukan

secara langsung.46

C. Kesehatan Merupakan Hak Asai Manusia

Kesehatan tidak hanya dapat dilihat sebagai suatu pelayanan yang

diberikan oleh penyelenggara kesehatan. Namun kesehatan diperhatikan karena

menjadi hak hidup setiap individu untuk mendapatkannya. Dengan menjadi

sehat, setiap orang dapat dengan mudah melakukan aktivitas, baik

mengembangkan diri, kesadaran, dan kemauan untuk memujudkan derajat

kesehatan.47

Senada dengan yang disampaikan pada Pasal 1 ayat (1) pada UU 36

Tahun 2009 Tentang Kesehatan, bahwa yang dimaksud dengan

kesehatan:“Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual

46

Ibid 47

Fheriyal Sri Isriawaty. 2015. Tanggung Jawab Negara dalam Pemenuhan Hak Atas Kesehatan

Masyarakat Berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jurnal

Ilmu Hukum, Universitas Tadulako dengan Vol 3 No 2 (1 – 10). jurnal.untad.ac.id/

jurnal/index.php/ LO/article/view/5867.

Page 12: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

30

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

sosial dan ekonomis.”

Pada tahun 1215 pengakuan atas hak hidup manusia dicetuskan melalui

Magna Charta di Inggris pada masa Raja Henry I. Dimana raja dijamin hak-hak

prerogatifnya namun harus tunduk terhadap batasan hukum, baik formil maupun

materil.T. Koopmans dalam Indra Perwira membagi hak asasi manusia menjadi

tiga generasi.48

Menurut T. Koopmans, genarasi hak asasi pertama adalah bidang

sipil dan politik, pada generasi hak asasi pertama menghendaki kebebasan dari

suatu kekangan tertentu.Penjelasan generasi hak asasi kedua yang disampaikan

oleh T. Koopmans adalah munculnya hak asasi dalam bidang ekonomi, sosial dan

budaya. Sedangkan hak asasi manusia generasi ketiga yang T. Koopmans sebut

sebagai “solidarity rights”diartikan olehnya sebagai pembangunan kesejahteraan

masyarakat.

Oleh karena itu Indra Perwira melihat bahwa perkembangan atas hak

asasi manusia terus dikembangkan mulai dari pengakuan Raja Henry I hingga

pada Revolusi Prancis, Revolusi Amerika dan Revolusi Industri Inggris. Pada

Revolusi Prancis hak asasi manusi dicantumkan pada Mukadimah Konstitusi

Prancis yang mengakui hak asasi warga negara di bidang sipil dan politik,

begitupun dengan Amerika yang mencantumkan pada Piagam HAM, dan 10

amandemen pertama Piagam tersebut dimasukan menjadi bagian Konstitusi

Amerika Serikat 1787.

48

Indra Prawira. Memahami Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia. http://referensi.elsam.or.id/

wp-content/uploads/2014/12/Kesehatan_Sebagai_Hak_Asasi_Manusia. pdf.

Page 13: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

31

Menurut Indra pengakuan hak atas kesehatan lahir pada abad ke-19

ketika terjadinya Revolusi Industri Inggris. Ketika itu tenaga buruh diganti oleh

mesin, maka berdampak pada pengangguran yang cukup besar. Kaum buruh

tersebut tinggal pada pemukiman kumuh dengan sistem distribusi air dan sanitasi

yang buruk sehingga berakibat pada munculnya penyakit yang menular. Selain

menular berdampak juga terhadap kesehatan fisik dan mental. Oleh karena itu

banyak bayi dan anak yang meninggal dikarenakan kekurangan gizi dan sistem

reproduksi para ibu. Kondisi inilah yang mengakibatkan munculnya gagasan

mengenani, hak asasi manusia dibidang ekonomi, seperti pekerjaan, jaminan

sosial dan hak atas kesehatan.

Dengan kondisi semacam itu dan perkembangan ilmu kedokteran dan

kesehatan sehingga memaksa dari hasil temuan ilmiah pada bidang penyakit

menular, maka pemerintah Inggris melakukan reformasi pada bidang kesehatan

masyarakat. Kebijakan pemerintah Inggris yang ditetapkan pada abad ke-19

dikenal dengan Sanitary Revolution dan sejak saat kesehatan diakui sebagai hak

asasi manusia.49

Oleh karena itu dalam Deklarasi HAM pada 10 Desember 1948 pasal 25

menyampaikan pentingnya hak atas kesehatan:

“Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan

dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan,

pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial

yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur,

menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau

keadaan lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang

berada di luar kekuasaannya.”

49

Ibid

Page 14: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

32

WHO yang merupakan organisasi kesehatan menyampaikan hak manusia

atas kesehatan ialah kenikmatan yang dicapai dengan standar tertinggi kesehatan

adalah salah satu hak-hak mendasar setiap manusia.50

Begitu pentingnya hak atas

kesehatan, sehingga di Indonesia melalui UUD 1945 mencantunkan pentingnya

kesehatan untuk setiap warga negara yang disampaikanolehPasal 28H “Setiap

orang berhak ... memperoleh pelayanan kesehatan”dan Pasal 34“Negara

bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan ...”

Begitupun yang tertuang dalam UU 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

pada bagian konsideran menyampaikan:

“bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”

Negara Indonesia adalah negara yang menganut sistem negara

kesejahteraan sebagaimana yang disampaikan dalam UUD 1945 alinea keempat

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia

yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraan umum ... ”

Dengan demikian yang disampaikan pada konsideran UU Kesehatan

mengakui, kesehatan merupakan HAM dan harus diwujudkan karena telah

menjadi cita-cita negara Indonesia. Lebih lanjut dalam UU Kesehatan

menyampaikan tentang hak atas kesehatan pada pasal 2“Pembangunan kesehatan

diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,

50

Ibid

Page 15: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

33

pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan

nondiskriminatif dan norma-norma agama.”

Dilanjutkan pada pasal 4, 5 dan 6 bahwa setiap orang memiliki hak yang

sama untuk memperoleh akses kesehatan, pelayanan kesehatan, dan menentukan

sendiri pelayanan kesehatan bagi dirinya serta lingkungan yang sehat. Karena

amanat dari UUD 1945 adalah pelayanan kesehatan merupakan tanggungjawab

negara, maka pemerintah memiliki peran untuk memelihara dan meningkatkan

pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan

masyarakat. Sebagai penyelenggara negara, pemerintah bertanggungjawab pada

sektor kesehatan dengan menjamin tersedianya sumber daya kesehatan sesuai

kebutuhan hingga dalam bentuk upaya pelayanan kesehatan untuk terpenuhinya

hak masyarakat atas kesehatan. Oleh karena itu, tanggugjawab pemerintah

disampaikan dalam pasal 14 hingga pasal 20.

Untuk menyalurkan bahwa kesehatan adalah hak setiap orang, UU

Kesehatan menyampaikan dalam penyelenggara kesehatan dapat memfasilitasi hal

tersebut dengan mencantumkan empat bagian; promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Adapun penjelasan daripada promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif disampaikan dalam UU Kesehatan, bahwa;

“Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan

kegiatan yang bersifat promosi kesehatan; Pelayanan kesehatan preventif

adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah

kesehatan/penyakit; Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan

dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk

penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,

pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas

penderita dapat terjaga seoptimal mungkin; dan Pelayanan kesehatan

rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk

mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat

Page 16: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

34

berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya

dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya”.

Begitu pentingnya akses kesehatan, dari persoalan non deskriminasi

hingga pelayanan kesehatan disediakan oleh pemerintah, dengan demikian

Wahyati Yustina menyampaikan:51

“Hak masyarakat untuk hidup sehat merupakan hak dasar yang harus

dijamin. Karena kesehatan merupakan bagian dari kebutuhan primer

setiap manusia. Kondisi sehat badan dan jiwa akan memungkinkan

setiap manusia untuk melakukan aktifitas dan karyanya. Kesehatan

merupakan pula bagian dari kebutuhan menuju hidup sejahtera.”

Sebagai tanggungjawab negara dalam menyediakan fasilitas serta akses

kesehatan kepada masyarakatnya. Juga Indonesia merupakan negara yang telah

menganut sistem negara kesejahteraan.52

Dalam kajian negara kesejahteraan,

selain masalah pelayanan publik merupakan tanggungjawab negara, negara juga

harus mengembangkan mekanisme jaminan sosialdan hal tersebut telah di

tuangkan dalam UUD 1945 Pasal 28H ayat (3) “Setiap orang berhak atas

jaminan sosial ...”dan Pasal 34 Ayat (2):“Negara mengembangkan sistem

jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah

dan tidak mampu ...”.

Oleh karena itu, setiap orang berhak mendapatkan jaminan sosial agar

seluruh rakyat dapat diberdayakan. Melalui UU No 40 Tahun 2004 Tentang SJSN

diamanatkan agar semua warga mendapatkan akses terhadapat jaminan

(perlindungnan) sosial. Oleh karena itu UU SJSN mengamanatkan agar adanya

51

Endang Wahyati Yustina. 2015. Hak Atas Kesehatandalam Program Jaminan Kesehatan

Nasionaldan Corporate Social Responsibility (CSR). Jurnal UNIKA Soegijapranata,

Universitas Katolik Soegijapranata dengan Vol 14 No 1. http://journal.unika.ac.id/index.php

/kh/article/view/461/pdf_6. 52

Lutfi J. Kurniawan dan Mustafa Lutfi. 2011. Perihal Negara, Hukum & Kebijakan Publik;

Perspektif Politik Kesejahteraan yang Berbasis Kearifan Lokal, Pro Civil Society dan Gender.

Malang. Setara Press.

Page 17: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

35

suatu badan hukum untuk memberikan jaminan sosial (BPJS), dimana salah satu

jaminan sosial adalah jaminan kesehatan. Karena kesehatan adalah hak hidup

masyarakat dan negara memiliki kewanangan untuk menyediakannya,

haltersebutdisampaikanpadapasal19bahwa“Jaminan kesehatan diselenggarakan

secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.”

Pada UU Tentang Kesehatan disampaikan bahwa Pemerintah

berkewajiban memenuhi hak masyarakat untuk memperoleh derajad kesehatan

yang setinggi-tingginya, yakni terpenuhi hak hidup sehat jasmani dan rohani, dan

terpunuhi kebutuhan dasarnya. Karena hak atas pelayanan kesehatan adalah hak

yang bersumber dari hak asasi manusia,maka hak asasi manusia adalah

seperangkat hak yang pada hakikatnya melekat dan karena keberadaan manusia

sebagai makluk Tuhan YME dan juga merupakan anugerah-Nya yang wajib

dihormati, dijunjung tinggi oleh negara, hukum, pemerintahan dan setiap orang

demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.53

Sebagaimana yang disampaikan diatas, pentingnya hak atas kesehatan

yang dirumuskan melalui UU Tentang Kesehatan adalah peran pemerintah sangat

besar agar masyarakat mendapatkan akses kesehatan, pada penyampaian pasal 20

ayat (1):“Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan

masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan

perorangan.”

53

Endang Wahyati Yustina. 2015. Hak Atas Kesehatandalam Program Jaminan Kesehatan

Nasionaldan Corporate Social Responsibility (CSR). Jurnal UNIKA Soegijapranata,

Universitas Katolik Soegijapranata dengan Vol 14 No 1. http://journal.unika.ac.id/index.php

/kh/article/view/461/pdf_6.

Page 18: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

36

Melalui program jaminan kesehatan untuk memudahkan masyarakat agar

mendapatkan akses kesehatan. Meskipun banyaknya sumber pendapatan negara,

dan belum memberikan sumbangsih secara signifikan agar masyarakat

mendapatkan akses kesehatan dengan mudah. Oleh karena itu, dalam

penyampaian UU SJSN bahwa penyelenggaraan jaminan sosial diselenggarakan

secara nasional dengan sistem asuransi sosial, maka masyarakat diwajibkan untuk

membayar iuran, sedangkan masyarakat miskin dan orang tidak mampu dibiayai

oleh pemerintah.

Dedi Afandi dalam jurnalnya yang berjudul Hak atas Kesehatan dalam

Prespektif HAM54

menyampaikan kewajiban negara mengimplementasikan

norma-norma HAM pada hak atas kesehatan harus memenuhi prinsip-prinsip :

a) Ketersediaan pelayanan kesehatan, dimana negara diharuskan memiiki

sejumlah pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk;

b) Aksesibilitas. Fasilitas kesehatan, barang dan jasa, harus dapat diakses

oleh tiap orang tanpa diskriminasi dalam jurisdiksi negara. Aksesibilitas

memiliki empat dimensi yang saling terkait yaitu :tidak diskriminatif,

terjangkau secara fisik, terjangkau secara ekonomi dan akses informasi

untuk mencari, menerima dan atau menyebarkan informasi dan ide

mengenai masalah-masalah kesehatan.

c) Penerimaan. Segala fasilitas kesehatan, barang dan pelayanan harus

diterima oleh etika medis dan sesuai secara budaya, misalnya

menghormati kebudayaan individu-individu, kearifan lokal, kaum

minoritas, kelompok dan masyarakat, sensitif terhadap jender dan

persyaratan siklus hidup. Juga dirancang untuk penghormatan

kerahasiaan status kesehatan dan peningkatan status kesehatan bagi

mereka yang memerlukan.

d) Kualitas. Selain secara budaya diterima, fasilitas kesehatan, barang, dan

jasa harus secara ilmu dan secara medis sesuai serta dalam kualitas

yang baik. Hal ini mensyaratkan antara lain, personil yang secara medis

berkemampuan, obat-obatan dan perlengkapan rumah sakit yang secara

ilmu diakui dan tidak kadaluarsa, air minum aman dan dapat diminum,

serta sanitasi memadai.

54

Dedi Afandi. Maret 2008. Hak atas Kesehatan dalam Prespektif HAM. Jurnal Ilmu Kedokteran,

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Vol 2

No 1. http://fk.unri.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/Hak-atas-kesehatan-dalam-perspective-

HAM.pdf

Page 19: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

37

Keempat norma yang telah disampaikan diatas, terdapat dua norma yang

lebih mengarah pada kebutuhan masyarakat terhadap akses kesehatan, yaitu

ketersediaan dan aksesibilatas pelayanan kesehatan. Pada dua norma tersebut Dedi

Afandi menegaskan bahwa ketersediaan pelayanan kesehatan harus dilaksankan

oleh negara (pemerintah), sedangkan aksesibilitas pelayanan kesehatan Ia

menekankan bahwa semua orang berhak untuk mendapatkan fasilitas kesehatan

tanpa deskriminasi – untuk dua norma terakhir Ia menyampaikan bahwa hal

tersebut merupakan kewenangan dari penyelenggara kesehatan.

Pada era JKN ini, karena semua orang berhak mendapatkan akses

kesehatan dengan asumsi telah menjadi peserta JKN, baik yang telah membayar

iuran maupun yang dibiayai oleh pemerintah – dengan pengelolaan dana gotong

royong. Maka, tidak ada lagi warga yang sulit mendapatkan akses kesehatan.

Karena tujuan besar dari program JKN adalah mencapai jaminan kesehatan

semesta.

D. Hubungan Dinas Sosial dan BPJS Kesehatan untuk Mencapai Sinergitas

Jaminan Kesehatan Nasional

Sebagaimana yang disampaikan oleh Najianti dalam Rahmawati et al,

bahwa untuk mencapai sinergitas terdapat dua hal, yaitu koordinasi dan

komunikasi. Sebelum membahas tentang sinergitas, tentu banyak yang bertanya

kenapa Dinas Sosial yang menjadi aktor untuk memberikan akses kesehatan?

Kenapa tidak dengan Dinas Kesehatan yang merupakan kewenangannya. Perlu

diketahui kewenangan Dinas Kesehatan dalam program Jaminan Kesehatan

Page 20: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

38

Nasional yaitu menerima dana iuran dari BPJS Kesehatan untuk kebutuhan

pelayanan kesehatan (obat dan perlengkapan medis lainnya) serta pengawasan

terhadap penyelenggara kesehatan seperti Rumah Sakit tipe C dan D Puskesmas,

poliklinik dan apotek yang berkerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Oleh karena itu, persoalan pendataan untuk warga tidak mampu agar

mendapatkan akses kesehatan menjadi kewenangan dari Dinas Sosial, sedangkan

penetapan jumlah warga tidak mampu untuk memperoleh akses kesehatan adalah

Kewenangan Dinas Kesehatan. Dari hasil temuan di lapangan beserta beberapa literasi

yang diperoleh kenapa Dinas Sosial memiliki kewenangan tersebut karena secara

kewenangan Dinas Sosial memiliki peran penting untuk mengetahui situasi sosial

masyarakat. Berhubungan dengan perosoalan akses kesehatan melalui program

Jaminan Kesehatan Nasional dan ditentukan pula melalui PP 101 Tahun 2012 bahwa

yang melakukan verifikasi dan validasi sebelum diserahkan kepada Kementrian

Keungan adalah Kementrian Sosial, oleh sebab itu Dinas Sosial secara dekosentrasi di

daerah memiliki kewenangan yang sama untuk melakukan verifikasi dan validasi

peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang dibiayai oleh pemerintah. Dengan demikian

persoalan kesehatan tentu harus berkoordinasi juga dengan Dinas Kesehatan, karena

nomenklatur anggaran kesehatan serta tanggungjawab dan kinerja dari Dinas

Kesehatan.

Penyampaian diatas dari hasil temuan di lapangan akan disambung

dengan sejauh mana sinergitas antara lembaga yang menjalankan program

Jaminan Kesehatan Nasional. Melalui pendataan diketahui bahwa sinergitas

antara penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional belum memiliki kekuatan yang

kuat untuk mendorong Universal Health Converage (UHC). BPJS Kesehatan

Page 21: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

39

dibentuk agar pelayanan kesehatan diperoleh untuk semua warga negara, namun

persoalan untuk warga miskin agar mendapatkan akses kesehatan belum ada

kajian serius untuk penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Malang.

Diperlukannya sinergitas untuk mengelaborasi setiap persoalan,sehingga

tujuan awal dari program Jaminan Kesehatan Nasional dapat tercapai. Dalam hal

pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional keikut sertaan lembaga

pemerintah untuk melaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional

sebagaimana yang dimotori oleh BPJS Kesehatan agar tercapai UHC pada tahun

2019. PP No 85 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Hubungan Antara Lembaga

BPJS. Pada pasal 3 ayat (2) menyampaikan“Hubungan kerja sama BPJS dengan

lembaga Pemerintah dan lembaga pemerintah daerah … dilaksanakan sesuai

dengan ruang lingkup tugas dan fungsi lembaga Pemerintah dan lembaga

pemerintah daerah yang bersangkutan”.

Pada pemerintah pusat program JKN, BPJS dibantu oleh Kementrian

Keuangan, Kementrian Sosial, Kementrian Kesehatan dan Kementrian

Ketenagakerjaan. Pun didaerah sama halnya, secara tata organisasi BPJS memiliki

cabang dan bertanggungjawab secara langsung kepada presiden melalui Dewan

Jaminan Sosial Nasional (DJSN). Hierarki kerja dekosentrasi, di daerah dibantu

oleh Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, dan Dinas Ketenagakerjaan. Terkhusus pada

program jaminan kesehatan maka hanya Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial.

Sedangkan dalam peningkatan pelayanan kesehatan, maka BPJS Kesehatan

berkerjasama dengan beberapa fasilitas kesehatan, seperti poliklinik, dokter

praktik, dan rumah sakit. Setiap hubungan kerja antara BPJS dengan pemerintah

daerah harus dilandasi dengan perjanjian kerjasama, yang disampikan pada pasal

Page 22: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

40

4 PP 85 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Hubungan Antara Lembaga

BPJS“Hubungan kerja sama BPJS dengan lembaga Pemerintah dan lembaga

pemerintah daerah dilaksanakan melalui perjanjian kerjasama.”

Oleh karena itu, kewenangan BPJS Kesehatan dalam melaksanakan

progragm JKN harus dilaksanakan melalui perjanjian kerjasama, baik hal tersebut

dengan pemerintah daerah maupun dengan pihak swasta yang melaksanakan

penyelenggara kesehatan, sehingga akses kesehatan mendapatkan kemudahan

bagi masyarakat tidak mampu yang memiliki hak untuk mendapatkan jaminan

kesehatan dari negara (pemerintah).

Melalui sistem BPJS yang baru, dimana BPJS Kesehatan juga

berkerjasama dengan pemerintah untuk tetap mengembangkan sistem jaminan

kesehatan. Maka, pentingnya menarik dari persoalan integrasi hingga kerjasama

(sinergitas) BPJS dengan pemerintah agar semua warga negara mendapatkan

akses kesehatan dengan mudah. Adapun kewenangan yang dimiliki oleh BPJS

Kesehatan dan Dinas Sosial dalam mengembangkan jaminan sosial pada sektor

kesehatan, dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.1 Kewenangan BPJS dan Dinas Sosial

No Kewenangan BPJS Kesehatan Dinas Sosial

1. Peserta Perluasan menambah peserta

dengan kategori sebagai

perserta mandiri

Pendataan kepada

warga tidak mampu

untuk mendapatkan

bantuan sosial (PBI-

JKN)

2. Pembiayaan Iuran sesuai dengan

kemampuan keuangan, bagi

peserta penerima upah dibiayai

oleh pemberi kerja, sedangkan peserta pekerja bukan penerima

upah dan peserta bukan pekerja

dibayar oleh peserta atau pihak

lain atas nama peserta. Adapun

pembiayaan tersebut

Dibiayai oleh

pemerintah sebesar Rp

23.000 per orang per

bulan

Page 23: BAB II TINJUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39302/3/BAB II.pdf · prinsip: (a) Menghormati hak atas kesehatan; (b) Melindungi hak atas kesehatan; dan (c) Memenuhi hak atas kesehatan

41

disesuaikan dengan kelas

kesehatan yang diambil; kelas

III 25.500, kelas II 51.000 dan

kelas III 80.000 berlaku untuk

per orang per bulan

3. Fasilitas

Kesehatan

Seluruh fasilitas kesehatan yang

bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang

bekerjasama dengan

BPJS Kesehatan; seperti

FKTP dan RS Kelas III Sumber: Diolah dari Perpres No 19 Tahun 2016 dan Perpres No 28 Tahun 2016.