30
14 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Supervisi Keperawatan 1. Pengertian supervisi Menurut Marquis & Huston (2014), Supervisi diartikan sebagai proses yang memacu anggota unit kerja untuk berkontribusi secara aktif dan positif agar tujuan organisasi tercapai. Menurut Nursalam (2014), supervisi adalah suatu proses pemberian berbagai sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi. Supervisi klinis adalah proses aktif dalam mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi kinerja perawat dalam melaksanakan tugasnya (Marquis, 2014), merupakan proses dukungan formal dan pembelajaran profesional untuk mengembangkan pengetahuan dan kompetensi staf, bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan meningkatkan perlindungan keselamatan konsumen terhadap pelayanan kesehatan di lingkungan klinik yang kompleks (Royal College of Nursing, 2007). Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala bidang perawatan atau pun wakil direktur keperawatan. Sistem

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Supervisi Keperawatan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Supervisi Keperawatan

1. Pengertian supervisi

Menurut Marquis & Huston (2014), Supervisi diartikan sebagai proses yang

memacu anggota unit kerja untuk berkontribusi secara aktif dan positif agar

tujuan organisasi tercapai. Menurut Nursalam (2014), supervisi adalah suatu

proses pemberian berbagai sumber yang dibutuhkan perawat untuk

menyelesaikan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi.

Supervisi klinis adalah proses aktif dalam mengarahkan, membimbing dan

mempengaruhi kinerja perawat dalam melaksanakan tugasnya (Marquis,

2014), merupakan proses dukungan formal dan pembelajaran profesional

untuk mengembangkan pengetahuan dan kompetensi staf, bertanggung

jawab terhadap pekerjaannya dan meningkatkan perlindungan keselamatan

konsumen terhadap pelayanan kesehatan di lingkungan klinik yang

kompleks (Royal College of Nursing, 2007).

Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam

berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi,

kepala bidang perawatan atau pun wakil direktur keperawatan. Sistem

15

supervisi akan memberikan kejelasan tugas, feedback dan kesempatan

perawat pelaksana mendapatkan promosi. Supervisi menurut Nursalam

(2015), merupakan suatu bentuk dari kegiatan manajemen keperawatan yang

bertujuan pada pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada pasiendan

keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan

perawat dalam melaksanakan tugas. Kunci supervisi menurut Nursalam

(2015) meliputi pra (menetapkan kegiatan, menetapkan tujuan dan

menetapkan kompetensi yang akan di nilai), pelaksanaan (menilai kinerja,

mengklarifikasi permasalahan, melakukan Tanya jawab, dan pembinaan),

serta pasca supervisi 3F (fair yaitu memberikan penilaian, feedback atau

memberikan umpan balik dan klarifikasi, reinforcement yaitu memberikan

penghargaaan dan follow up perbaikan).

Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi

adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh manajer keperawatan kepada

bawahannnya untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas pelayanan

terhadap pasien atau klien. Supervisi klinik adalah bentuk pengarahan,

pendmpingan atau pendidikan non formal yang dilakukan oleh soerang

manajer kepada bawahan untuk melakukan pelayanan keperawatan secara

profesional sesuai dengan keilmuannya.

2. Tujuan supervisi

Tujuan supervisi klinis yaitu meningkatkan kemampuan supervisee (peserta

supervisi) untuk mengembangkan dan mempertahankan kualitas praktik

16

keperawatan secara kreatif yang dilakukan secara kontinu selama supervisee

menjalankan kariernya baik ditatanan klinis, manajemen maupun pendidikan

(National Council for the Professionnal Development of Nursing and

Midwifery, 2008).

3. Manfaat supervisi

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik akan diperoleh banyak

manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja peningkatan ini erat kaitannya

dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawaha, serta makin

terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan

dan bawahan.

b. Dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja, peningkatan ini erat kaitannya

dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan sehingga

pemakaian sumber daya (tenaga, harta, dan sarana) yang sia-sia akan

dapat dicegah (Nursalam, 2014).

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, maka sama artinya bahwa

tujuan organisasi telah tercapai dengan baik

4. Orang yang melakukan supervisi

Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi, baik dalam

manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar

profesionalisme yang diterapkan pada MPKP ataupun SP2KP. Untuk itu

supervisi berjenjang dilakukan sebagai berikut:

17

a. Kepala Bidang Keperawatan melakukan supervisi baik secara langsung

dan tidak langsung melalui Kepala Seksi Keperawatan.

b. Kepala Seksi Keperawatan melakukan supervisi terhadap Kepala

Ruangan, Ketua Tim dan Perawat Pelaksana.

c. Kepala Ruangan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan

Perawat Pelaksana.

d. Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana.

Pelaksana supervisi atau supervisor sebaiknya atasan langsung dari yang

disupervisi atau apabila hal ini tidak memungkinkan dapat ditunjuk staf

khusus dengan batas-batas kewenangan dan tanggung jawab yang jelas

(Suarli, 2009). Kepala Ruangan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim

dan Perawat Pelaksana.

5. Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi

Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan

keseimbangan manajemen pelayanan keperawatan dan manajemen sumber

daya yang tersedia. Tanggung jawab supervisor adalah :

a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan.

b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan.

c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan

keperawatan bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.

d. Memastikan praktek keperawatan professional dilaksanakan.

e. Manajemen anggaran.

18

6. Teknik supervisi

Supervisi dapat dilakukan dengan teknik langsung dan tidak langsung.

Supervisi langsung adalah supervisi yang dilakukan langsung pada saat

kegiatan berlangsung. Supervisor melihat langsung apa yang dikerjakan oleh

pelaksana dan umpan balik atau arahan dapat diberikan secara langsung

pada saat itu juga. Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan

melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat

langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadi

kesenjangan fakta. Untuk itu diperlukan umpan balik, biasanya diberikan

secara tertulis (Nursalam, 2014).

Proses Supervisi keperawatan terdiri dari 3 elemen pokok, yaitu :

a. Mengacu pada standar asuhan keperawatan.

b. Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk

menetapkan pencapaian.

c. Tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas

asuhan.

Area yang disupervisi adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang

diberikan oleh perawat Primer dan perawat Associate berdasarkan standar

asuhan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan supervisi dapat

dilaksanakan secara individu maupun secara kelompok yang dikenal dengan

bentuk supervisi

19

7. Cara supervisi

a. Supervisi langsung

Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang

berlangsung, dimana supervisor terlibat dalam kegiatan, umpan balik dan

perbaikan. Proses supervisi meliputi:

1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan

keperawatan didampingi oleh supervisor.

2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement

dan petunjuk.

3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi

yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki

yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat

penting dilakukan oleh supervisor.

b. Supervisi tidak langsung

Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.

Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga

mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara

tertulis.

B. Pendokumntasian Keperawatan

1. Pengertian Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh data

yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan, perencanaan

20

keperawatan, tindakan keperawatan, dan penilaian keperawatan yang

disusun secara sistematis, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan secara

moral dan hukum (Ali, 2010). Menurut Asmadi (2010) dokumentasi

merupakan pernyataan tentang kejadian atau aktifitas yang otentik dengan

membuat catatan tertulis. Dokumentasi keperawatan berisi hasil aktivitas

keperawatan yang dilakukan perawat terhadap pasien, mulai dari pengkajian

hingga evaluasi.

Pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa dokumentasi

keperawatan adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan yang dilakukan

perawat terhadap pelayanan keperawatan yang telah diberikan kepada

pasien, berguna untuk pasien, perawat dan tim kesehatan lain sebagai

tangung jawab perawat dan sebagai bukti dalam persoalan hukum.

2. Tujuan dokumentasi asuhan keperawatan

Berdasarkan penjelasan Ali (2010), menjelaskan tujuan dokumentasi asuhan

keperawatan keperawatan yaitu :

a) Menghindari kesalahan, tumpang tindih, dan ketidaklengkapan informasi

dalam asuhan keperawatan.

b) Terbinanya koordinasi yang baik dan dinamis antara sesama atau dengan

pihak lain melalui dokumentasi keperawatan yang efektif.

c) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas tenaga keperawatan.

d) Terjaminnya kualitas asuhan keperawatan.

21

e) Tersedianya perawat dari suatu keadaan yang memerlukan penanganan

secara hukum.

f) Tersedianya data-data dalam penyelenggaraan penelitian karya ilmiah,

pendidikan, dan penyusun/penyempurnaan standar asuhan keperawatan.

g) Melindungi pasien dari tindakan malpraktek.

3. Manfaat Proses Keperawatan

Ada beberapa manfaat proses keperawatan menurut Ali (2010), Proses

keperawatan bermanfaat bagi pasien, perawat, institusi pelayanan, dan

masyarakat (lingkungan).

a) Manfaat bagi Pasien

Pasien mendapatkan pelayanan keperawatan yang berkualitas, efektif,

dan efisien. Asuhan keperawatan yang diberikan telah diseleksi sesuai

dengan kebutuhan pasien melalui penelusuran data, rumusan

permasalahan yang matang, diagnosis keperawatan yang tepat, rencana

yang terarah, tindakan yang sesuai dengan rencana, dan penilian yang

terus-menerus.

b) Manfaat bagi Tenaga Keperawatan

Proses keperawatan akan meningkatkan kemandirian tenaga keperawatan

dan pelaksanaan asuhan keperawatan dan tidak bergantung pada profesi

lain. Proses ini juga memberi kepuasan yang optimal bagi tenaga

keperawatan yang berhasil dalam pelaksanaan asuhan keperawatannya.

22

c) Manfaat bagi Institusi

Institusi pelayanan akan merasakan manfaat, antara lain pasien merasa

puas, cepat sembuh dan pelayanan yang bermutu sekaligus merupakan

promosi institusi tersebut. Dengan demikian, pasien meningkat dan

keuntungan pun meningkat. Citra institusi bertambah baik di mata

masyarakat.

4. Model Dokumentasi Keperawatan

Berdasarkan penjelasan Ali (2010), Dokumentasi keperawatan merupakan

dokumentasi yang legal bagi profesi keperawatan. Oleh karena itu,

dokumentasi keperawatan harus memenuhi standar yang telah ditentukan.

Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO)

merekomendasikan standar dokumentasi keperawatan yang meliputi :

1) Pengkajian awal dan pengkajian ulang.

2) Diagnosis keperawatan dan kebutuhan asuhan keperawatan pasien.

3) Rencana tindakan asuhan keperawatan.

4) Tindakan asuhan keperawatan yang diberikan atas respon pasien.

5) Hasil dari asuhan keperawatan dan kemampuan untuk tindak lanjut

asuhan keperawatan setelah pasien dipulangkan.

5. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

Ali (2010), mengatakan bahwa standar asuhan keperawatan adalah pedoman

terperinci yang menunjukan perawatan yang diprediksi dan diidentifikasi

dalam situasi yang spesifik. Standar asuhan keperawatan harus menunjukan

asuhan yang menjadi tanggung jawab perawat dalam pemberiannya, dan

23

bukan tingkat ideal asuhan. Standar asuhan keperawatan mengacu kepada

tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Ali (2010), menjelaskan tentang standar asuhan keperawatan dari

Departemen Kesehatan RI dengan SK Direktorat Pelayanan Medik No.

YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 tentang pemberlakuan standar asuhan

keperawatan di Rumah Sakit, yaitu :

1) Standar I : Pengkajian keperawatan

Tahapan pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara

sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Data

dapat diperoleh melalui anamnesa, observasi, dan pemeriksaan penunjang

dan kemudian didokumetasikan.

2) Standar II : Diagnosis Keperawatan

Tahapan ini perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan

diagnosa keperawatan, adapun kriteria proses yaitu :

a) Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi

masalah, perumusan diagnosa keperawatan.

b) Diagosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan

tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).

c) Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya untuk

memvalidasi diagnosa keperawatan.

24

d) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data

terbaru.

3) Standar III : Perencanaan keperawatan

Tahapan ini perawat merencanakan suatu tindakan keperawatan agar

dalam melakukan perawatan terhadap pasien efektif dan efisien.

4) Standar IV : Implementasi

Tahapan ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah

rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk

membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan mencakup

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan

memfasilitasi koping.

5) Standar V : Evaluasi

Tahapan ini perawat melakukan tindakan intelektual untuk melengkapi

proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil

dicapai.

6. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.

Pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data

sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan

25

memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu

sebagaimana yang telah ditentukan dalam standa praktik keperawatan dari

ANA (Handayaningsih, 2012).

Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan, mengorganisasikan, dan

mencatat data-data yang menjelaskan respon tubuh manusia yang

diakibatkan oleh masalah kesehatan. Pencatatan pengkajian keperawatan

bertujuan mengidentifikasi kebutuhan unik pasien dan respon pasien

terhadap masalah/diagnosis keperawatan yang akan mempengaruhi layanan

keperawatan yang akan diberikan, mengonsolidasikan dan

mengorganisasikan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber kedalam

sumber yang bersifat umum sehingga pola kesehatan pasien dapat dievaluasi

dan masalahnya dapat teridentifikasi, menjamin adanya informasi dasar

yang berguna yang memberikan referensi untuk mengukur perubahan

kondisi pasien, mengidentifikasi karakteristik unik dari kondisi pasien dan

responnya yang mempengaruhi perencanaan keperawatan dan tindakan

keperawatan, menyajikan data yang cukup bagi kebutuhan pasien untuk

tindakan keperawatan menjadi dasar bagi pencatatan rencana keperawatan

yang efektif (Ali, 2010).

7. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai pengalaman/respon

individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual

atau potensial. Diagnosis keperawatan memberi dasar pemilihan intervensi

26

keperawatan untuk mencapai hasil akhir sehingga perawat menjadi

akuntabel (NANDA, 2012).

8. Perencanaan (Intervensi)

Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, pasien, keluarga,

dan orang terdekat pasien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan

guna mengatasi masalah yang dialami pasien. Perencanaan merupakan suatu

petunjuk atau bukti tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana

tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien sesuai dengan

kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan.

Tahap perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses

keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi

arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk

bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan.

Dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan perlu keterlibatan

keluarga dan orang terdekat pasien atau pasien untuk memaksimalkan

perencanaan tindakan keperawatan tersebut (Nursalam, 2012).

Menurut Nursalam (2012), tahap perencanaan memiliki beberapa tujuan

penting, diantaranya sebagai alat komunikasi perawat dan tim kesehatan

lainya, meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan bagi pasien, serta

mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang

ingin dicapai. Unsur terpenting dalam tahap perencanaan ini adalah

27

membuat prioritas urutan diagnosa keperawatan, merumuskan tujuan,

merumuskan kriteria evaluasi, dan merumuskan intervensi keperawatan.

9. Implementasi

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan

keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki

perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang

efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling

bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan

observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,

kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.

Intervensi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap. Fase pertama

merupakan fase persiapan yang mencakup pegetahuan tentang validasi

rencana, implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua

merupakan puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada

tujuan. Pada fase ini, perawat menyimpulkan data yang dihubungkan dengan

reaksi pasien. Fase ketiga merupakan terminasi perawat-pasien setelah

implementasi keperawatan selesai dilakukan (Nursalam, 2012).

10. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati

dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi

28

dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga

kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan

kriteria hasil, pasien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika

sebaliknya, pasien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari

pengkajian ulang (reassessment) (Nursalam, 2012).

Evaluasi terbagi atas dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil

tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah

perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai

keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan

evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah

SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan pasien), objektif (data hasil

pemeriksaan), analisis data (pembandingan data dengan teori), dan

perencanaan (Nursalam, 2012).

C. Sistem Berbasis Teknologi Informasi Komputerisasi

Komputer mempunyai peran yang penting dalam pengolahan informasi baik

internal maupun eksternal bagi suatu organisasi. Komputer (computer) diambil

dari computare (bahasa Latin) yang berarti menghitung (to compute atau to

reckon). Kata komputer semula dipergunakan untuk menggambarkan orang

yang perkerjaannya melakukan perhitungan aritmatika dengan atau tanpa alat

29

bantu tetapi arti kata ini kemudian dipindahkan kepada mesin itu sendiri

(Susanto, 2009).

a) Manfaat penggunaan komputer didalam Sistem Informasi Manajemen

(SIM).

Penggunaan komputer didalam SIM sangat membantu para pimpinan dalam

proses pengambilan keputusan. Komputer dalam sistem informasi

manajemen dirumuskan sebagai suatu perlengkapan elektronik yang dapat

mengolah data, mampu menerima masukan dan keluaran, memiliki

kecepatan yang tinggi, ketelitian yang tinggi dan mampu menyimpan

instruksi untuk memecahkan masalah. Penggunaan komputer didalam SIM

dapat dikatakan efisien dan efektif apabila: 1) volume data yang diolah

dalam jumlah yang besar; 2) pengolahan data memerlukan perhitungan yang

rumit; 3) pengolahan data berulang-ulang; 4) memerlukan proses

pengolahan data yang cepat; 5) memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi.

Nilai informasi yang dihasilkan dari penggunaan komputer dalam sistem

informasi manajemen menurut Sutabri (2009) adalah: a) availability dapat

diperoleh yaitu mendapatkan informasi yang sebelumnya tidak didapatkan;

b) timelines/ketepatan waktu yaitu informasi yang dihasilkan oleh komputer

dapat diperoleh dalam waktu yang cepat dan tepat; c)

accuracy/ketelitian/akurat yaitu informasi yang dihasilkan komputer lebih

terjamin ketelitiannya; d) completeness/kelengkapan yaitu informasi yang

dihasilkan komputer lebih lengkap dan jelas; e) presentation/penyajian yaitu

30

informasi yang dihasilkan dari proses komputer dapat disajikan menurut

selera pemakai informasi tersebut.

Kemajuan teknologi telah merubah bentuk rekam medis tertulis menjadi

bentuk yang berbasis komputer sehingga semakin banyak lembaga

kesehatan yang menggunakan sistem informasi berbasis komputer untuk

mendukung dan meningkatkan pelayanan. Semakin banyak rumah sakit

yang menggunakan sistem informasi keperawatan untuk membantu

dokumentasi aktifitas keperawatan dan menawarkan sumber daya pengatur

penyampaian pelayanan keperawatan (Potter & Perry, 2009). Akses data

yang mudah merupakan tantangan dalam lingkungan pelayanan kesehatan

terutama jika informasi direkam secara manual pada formulir cetak. Perawat

terpaksa melakukan tinjauan halaman demi halaman untuk mengidentifikasi

faktor yang berpengaruh pada suatu kejadian. Rekaman yang dibuat secara

manual dengan tulisan tangan akan menemukan kesulitan dan membutuhkan

waktu yang lama untuk pencarian, peringkasan dan pembandingan informasi

sehingga akan menemui kesulitan untuk mendapatkan akses informasi yang

tepat waktu.

Insitute of Medicine (Potter & Perry, 2009) menyatakan bahwa cara yang

terbaik untuk menggunakan data dan informasi dalam rangka perbaikan

pelayanan, peningkatan kualitas, penelitian dan pendidikan adalah melalui

teknologi informasi. Teknologi Informasi (IT) adalah manajemen dan proses

31

informasi yang umumnya menggunakan komputer (Potter & Perry, 2009).

Definisi informatika keperawatan menurut ANA adalah sebagai area khusus

yang mengintegrasikan ilmu keperawatan, ilmu komputer dan ilmu

informasi untuk mengatur dan mengkomunikasikan data, informasi dan

pengetahuan dalam praktek keperawatan. Penerapan informatika

keperawatan akan menghasilkan sistem informasi keperawatan yang efisien

dan efektif.

Informatika perawatan kesehatan menurut Blais, Hayes, Kozier & Erb,

(2009) adalah aplikasi teknologi informasi untuk memfasilitasi akuntabilitas,

membantu pengendalian biaya dan meningkatkan kualitas perawatan. Sistem

informasi keperawatan pada saat sekarang dijadikan standar sistem

informasi keperawatan kesehatan terintegrasi yang lebih luas, sebagai

contohnya gambaran dokumentasi keperawatan untuk perawatan

perioperatif dapat menjadi bagian sistem informasi yang lebih luas

mencakup registrasi pasien, program manajemen, pengecekan inventaris,

penjadwalan dan pemulangan pasien.

Peran keperawatan dalam informatika berkembang secara terus-menerus.

Kerja perawat informatika mencakup banyak aspek sistem informasi

termasuk rancangan, pengembangan, pemasaran, pengujian, implementasi,

pelatihan dan evaluasi. Perawat informatika terlibat dalam praktek klinis,

32

pendidikan, konsultasi, penelitian, administrasi dan informatika murni

(Potter & Perry, 2009).

b) Tujuan suatu sistem informasi keperawatan yang efektif menurut (Potter &

Perry, 2009) yaitu:

1) Tujuan pertama adalah sistem informasi keperawatan mendukung fungsi

dan kerja perawat dengan memberikan fleksibilitas penggunaan sistem

untuk meninjau data dan mengumpulkan informasi, memberikan asuhan

keperawatan dan melakukan dokumentasi kondisi pasien.

2) Tujuan kedua adalah sistem informasi keperawatan mendukung dan

meningkatkan praktik keperawatan melalui perbaikan akses informasi

dan alat pengambilan keputusan klinis.

c) Kelebihan Sistem Informasi Keperawatan

Kelebihan Sistem Informasi Keperawatan terhadap praktik keperawatan

menurut Hebda et al., (Potter & Perry, 2009) adalah:

1) Peningkatan waktu bersama pasien.

2) Akses informasi yang lebih baik.

3) Peningkatan kualitas dokumentasi.

4) Penurunan jumlah kesalahan.

5) Penurunan biaya rawat di rumah sakit.

6) Peningkatan kepuasan kerja perawat.

7) Pembentukan data klinis dasar yang sama.

33

D. Perawat

1. Definisi Perawat

Menurut UU RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan bahwa perawat

adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di

dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut UU RI No. 36 tahun

2009 tentang kesehatan, mendefinisikan perawat adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan

dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk

melakukan upaya kesehatan. Sedangkan menurut keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 1239 Tahun 2001, perawat adalah

seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan baik di dalam maupu di

luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku (Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.

94 Tahun 2001 dalam Simamora, 2009). Perawat pelaksana diruang rawat

adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi wewenang untuk

melaksanakan pelayanan atau asuhan di ruang rawat inap (Depkes RI,

2009).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perawat adalah

seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan dan mempunyai

kemampuan dan kewajiban dalam merawat dan menolong orang yang sakit

atau pasien sesuai dengan bidangnya.

34

2. Fungsi dan Peran Perawat

Menurut Hidayat (2012), dalam melaksanakan keperawatan, perawat

mempunyai fungsi sebagai perawat sebagai berikut:

a. Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien

dengan menggunakan proses keperawatan.

b. Sebagai advokat pasien, perawat berfungsi sebagai penghubung pasien

dengan tim kesehatan yang lain, membela kepentingan pasien dan

membantu pasiendalam memahami semua informasi dan upaya kesehatan

yang diberikan. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat

bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam pengambilan

keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh pasien atau

keluarganya.

c. Sebagai pendidik pasien, perawat membantu pasien meningkatkan

kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan

keperawatan dan tindakan medik sehingga pasien dan keluarganya dapat

menerimanya.

d. Sebagai koordinator, perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan

potensi yang ada secara terkoordinasi.

e. Sebagai kolaborator, perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan

keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan

keperawatan guna memenuhi kesehatan pasien.

f. Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir,

bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan pasien atau

keluarga agar menjadi sehat.

g. Sebagai pengelola, perawat menata kegiatan dalam upaya mencapai

tujuan yang diharapkan yaitu terpenuhinya kepuasan dasar dan kepuasan

perawat melakukan tugasnya.

35

Dalam praktik keperawatan, fungsi perawat terdiri dari tiga yaitu sebagai

berikut:

1) Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, yaitu

perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan

keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi

kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis

(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan

elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas

dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan

kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan

aktualisasi diri.

2) Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan

atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan

tugas yang diberikan. Hal ini biasanya silakukan oleh perawat spesialis

kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

3) Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling

ketergantungan di antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat

terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam

pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan

pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak

dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun

lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan

bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah

diberikan.

Adapun kewajiban perawat dalam Pasal 37 Undang-Undang Nomor 38

Tahun 2014 tentang Keperawatan, Perawat dalam melaksanakan praktik

keperawatan berkewajiban:

36

a. Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai

dengan standar Pelayanan Keperawatan dan ketentuan Peraturan

Perundang-undangan.

b. Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar

Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional,

dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

c. Merujuk Pasienyang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga

kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat

kompetensinya.

d. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar.

e. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah

dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Pasiendan/atau

keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.

f. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan

lain yang sesuai dengan kompetensi Perawat.

g. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki sejumlah peran di dalam

menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewajiban yang ada.

Kedudukan perawat yang utama adalah sebagai berikut:

1) Pelaksana layanan keperawatan (care provider). Perawat memberikan

layanan berupa asuhan keperawatan secara langsung kepada

pasien(individu, keluarga, maupun komunitas) sesuai dengan

kewenangannya. Asuhan keperawatan diberikan kepada pasiendi

semua tatanan layanan kesehatan dengan menggunakan metodologi

proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi

oleh etik dan etika keperawatan, serta berada dalam lingkup

wewenang dan tanggung jawab keperawatan. Asuhan keperawatan ini

merupakan bantuan yang diberikan kepada pasienkarena adanya

kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta

37

kurangnya kemauan untuk dapat melaksanakan kegiatan hidup

seharihari secara mandiri.

2) Pengelola (manager). Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab

dalam mengelola layanan keperawatan di semua tatanan layanan

kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dan sebagainya) maupun tatanan

pendidikan yang berada dalam tanggung jawabnya sesuai dengan

konsep manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan dapat

diartikan sebagai proses pelaksanaan layanan keperawatan melalui

upaya staf keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan,

pengobatan, dan rasa aman kepada pasien/keluarga/masyarakat.

Dengan demikian, perawat telah menjalankan fungsi manajerial

keperawatan yang meliputi planning, organizing, actuating, staffing,

directing, dan controlling.

3) Pendidik dalam keperawatan. Sebagai pendidik, perawat berperan

mendidik individu, keluarga, masyarakat, serta tenaga keperawatan

dan tenaga kesehatan lainnya. Perawat bertugas memberikan

pendidikan kesehatan kepada pasiendalam hal ini individu, keluarga,

serta masyarakatsebagai upaya menciptakan perilaku

individu/masyarakat yang kondusif bagi kesehatan. Pendidikan

kesehatan tidak semata ditujukan untuk membangun kesadaran diri

dengan pengetahuan tentang kesehatan. Lebih dari itu, pendidikan

kesehatan bertujuan untuk membangun perilaku kesehatan individu

dan masyarakat. Kesehatan bukan sekadar untuk diketahui dan

disikapi, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4) Peneliti dan pengembang ilmu keperawatan. Sebagai sebuah profesi

dan cabang ilmu pengetahuan, keperawatan harus terns melakukan

upaya untuk mengembangkan dirinya. Berbagai tantangan, persoalan,

dan pertanyaan seputar keperawatan harus mampu dijawab dan

diselesaikan dengan baik. Salah satunya adalah melalui upaya riset;

Riset keperawatan akan menambah dasar pengetahuan ilmiah

keperawatan dan meningkatkan praktik keperawatan bagi klien.

38

Praktik berdasarkan riset merupakan hal yang harus dipenuhi

(esensial) jika profesi keperawatan ingin menjalankan kewajibannya

pada masyarakat dalam memberikan perawatan yang efektif dan

efisien

E. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu :

1. Usia

Usia sering kali dikaitkan dengan kemampuan dan keterampilan seseorang

dalam bekerja, selain itu usia juga mempengaruhi fisik dan psikis seseorang

dimana semakin bertambah usia seseorang maka akan cenderung mengalami

perubahan potensi dan produktifitas kerja. Usia produktif dikatakan mulai

dari umur 20 sampai 35 tahun karena pada usia tersebut seseorang identik

memiliki idealisme tinggi dan tenaga yang masih prima (Handoko, 2009).

2. Jenis Kelamin

Pengaruh jenis kelamin dalam melakukan pekerjaan tergantung dari jenis

pekerjaan itu sendiri. Pada pekerjaan yang lebih mengandalkan otot akan

lebih baik menggunakan pekerja laki-laki sedangkan pada pekerjaan yang

lebih mengutamakan keteramilan akan baik menggunakan pekerja

perempuan. Robbins (2009), menyatakan antara pria dan wanita tidak

memiliki perbedaan kemampuan untuk menyelesaikan masalah, keterampilan

analisis, motivasi dan bersosialisasi.

39

3. Pendidikan

Pendidikan keperawatan bukan lagi merupakan pendidikan vokasional akan

tetapi bertujuan untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai

ilmu keperawatan dan mampu melaksanakan keperawatan secara profesional

kepada masyarakat. Seperti yang telah dijelaskan dalam lokakarya nasional

tahun 1983 bahwa pendidikan keperawatan telah mulai dibenahi dengan

sistem pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi. Pengembangan sistem

pendidikan tinggi sangat berperan dalam pengembangan pendidikan

keperawatan secara profesional, teknologi keperawatan serta pembinaan

keprofesian karena pendidikan keperawatan sebagai sarana mencapai

profesionalisme keperawatan (Hidayat, 2009). Pada saat ini berbagai upaya

untuk lebih mengembangkan pendidikan keperawatan profesioal memang

sedang dilakukan dengan mengkonvensikan pendidikan SPK ke jenjang

pendidikan akademi keperawatan (D III keperawatan) dan dari lulusan

akademi keperawatan diharapkan dapat melanjutkan pendidikan ke D IV

keperawatan atau SI Keperawatan (Nursalam, 2009).

4. Lama bekerja

Masa kerja perawat dalam Rumah Sakit di pandang berpengaruh terhadap

kualitas kerja, karena dengan masa kerja yang lebih lama perawat akan

memiliki lebih banyak pengalaman dan keterampilan yang lebih baik dalam

menyelesaikan pekerjaanya. Masa kerja diukur dengan satuan waktu,

misalnya tahun atau bulan. Masa kerja berhubungan dengan waktu kerja

40

seseorang, yaitu segi kuantitas seseorang didalam menjalankan tugasnya

(Tulus, 2009).

F. Teori Keperawatan Marylin Anne Ray

Penelitian ini menggunakan teori keperawatan Marylin Anne Ray, karena didalam

teori Marylin membicarakan tentang caring birokrasi dan salah satu poinnya

adalah teknologi pendokumentasian. Konsep inti adalah sebagai gambaran yang

komplek, terhadap kondisi transkultural, berhubungan dengan proses mencakup

etika dan spiritual yang berhubungan dengan budi dan perilaku yang baik yang

didasarkan atas kasih sayang sebagai respon terhadap suatu kebutuhan,

penderitaan dan keadaan lain.

Falsafah keperawatan menurut Marylin Anne Ray adalah Theory of Bureaucratic

Caring. Menurut Marylin, Faktor teknologi termasuk sumber daya yang harus

dimanfaatkan, seperti penggunaan mesin atau peralatan elektronik untuk menjaga

kesejahteraan fisiologis pasien, tes diagnostik, agen farmasi, pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan untuk memanfaatkan sumber daya ini seperti dalam

hal pendokumentasian asuhan keperawatan di layanan keperawatan. Dari teori ini

juga dikatakan bahwa dengan teknologi praktik dan dokumentasi keperawatan

bisa dilaksanakan dengan baik (Campling & Lopez-Devine, 2011).

41

Konsep asli teori Bureaucratic Caring Marylin Anne Ray

42

Holografik teori Bureaucratic Caring Marylin Anne Ray

43

G. Kerangka Teori

Dari uraian di atas dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut :

Gambar 2.1 : Kerangka Teori

Sumber : Ali (2010), Nursalam (2011).

Kinerja Perawat

pelaksana

1. Kompetensi

2. Praktik

3. Sikap

4. Askep

Kelengkapan pendokumentasian

asuhan keperawatan

1. Pengkajian

2. Diagnosa

3. Intervensi

4. Implemnetasi

5. Evaluasi

Supervisi

1. Supervisi klinik

2. Secara langsung

3. Frekuensi

Teknologi

informasi

1. Sarana

prasarana

2. Pelatihan/

orientasi