24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Klinik Sanitasi Klinik sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat melalui upaya terintegrasi kesehatan lingkungan - pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas. Klinik Sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang sendiri. tetapi sebagai bagian didalam dari kegiatan puskesmas. bekerjasama dengan program yang lain dari sektor terkait di wilayah kerja Puskesmas.( Depk RI, 1999:2). Menurut Kangdarma (2009) klinik sanitasi adalah merupakan suatu wahana untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat melalui upaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas. Program klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat peran dan meningkatkan efektifltas Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan sanitasi dasar guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan semua persoalanyang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan. Khususnya pemberantasan penyakit yang berbasis lingkungan.( Depkes RI, 1999:2). Menurut Husein (2008) Klinik Sanitasi merupakan suatu wahana masyarak untuk mengatasi masalah kesehatan lingkungan-pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas. Klinik sanita bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integ kegiatan puskesmas, bekerjasama dengan program yang lain dari sektor terkait d

BAB II Tinjauan Teori

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klinik Sanitasi Klinik sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat melalui upaya terintegrasi kesehatan lingkungan -

pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas. Klinik Sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri. tetapi sebagai bagian didalam dari kegiatan puskesmas. bekerjasama dengan program yang lain dari sektor terkait di wilayah kerja Puskesmas.( Depkes RI, 1999:2). Menurut Kangdarma (2009) klinik sanitasi adalah merupakan suatu wahana untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat melalui upaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas. Program klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat peran dan meningkatkan efektifltas Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan sanitasi dasar guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan semua persoalan yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan. Khususnya pemberantasan penyakit yang berbasis lingkungan.( Depkes RI, 1999:2). Menurut Husein (2008) Klinik Sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan lingkungan-pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas. Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan puskesmas, bekerjasama dengan program yang lain dari sektor terkait di

wilayah kerja puskesmas.Dengan klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat peran dan meningkatkan efektifitas Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan sanitasi dasar, guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan semua peroalan yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan, khususnya

pemberantasan penyakit yang berbasis lingkungan. Adapun yang berkaitan erat dengan peranan klinik sanitasi adalah : 2.1.1. Pasien Penderlta penyakit yang diduga barkaitan dengan kesehatan lingkungan yang dlrujuk oleh petugas medis ke Ruang Sanitasi. 2.1.2. Klien Masyarakat umum bukan penderita penyakit yang datang ke puskesmas untuk berkosultasi masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan. 2.1.3. Bengkel Sanitasi Adalah suatu ruangan atau tempat yang dipergunakan untuk menyimpan peralatan pemantauan dan perbaikan kualitas lingkungan. 2.1.4. Ruang Klinik Sanitasi Adalah suatu ruangan atau tempat yang dipergunakan oleh Sanitarian atau Tenaga Kesling, Tenaga pelaksana kegiatan Klinik Sanitasi untuk rnelakukan fungsi penyuluhan, konsultasi, konseling, pelatihan perbaikan sarana sanitasi dan sebagainya. 2.1.5. Konseling Adalah kegiatan wawancara mendalam dan penyuluhan yang bertujuan untuk mengenali masalah lebih ringan kemudian diupayakan pemecahannya yang dilakukan oleh tenaga sanitarian atau tenaga pelaksana Klinik Sanitasi, sehubungan dengan konsultasi penderita atau klien yang datang ke Puskesmas tentang penyakit

berhubungan dengan lingkungan dan kesehatan lingkungan penduduk diwilayah kerja Puskesmas. 2.1.6. K eluarga Binaan Adalah keluarga, tetangga penderita atau klien yang perlu difasilitasi untuk mengatasi masalah kesehatan lingkungan. 2.1.7. Kunjungan Rumah Adalah kegiatan sanitarian atau tenaga kesling, tenaga pelaksanaan Klinik Sanitasi untuk rnelakukan kunjungan ke rumah untuk mellhat keadaan lingkungan rumah sebagai tindak lanjut darl kunjungan penderita atau klien ke ruang Klinik Sanitasi. (Depkes RI, 1999:5). 2.2. Kegiatan Klinik Sanitasi. 2.2.1. Kegiatan dalam gedung Adalah kegiatan upaya pelayanan kesehatan lingkungan yang dilakukan di dalam lingkungan gedung puskesmas. Dalam Gedung Puskesmas semua Pasien yang mendaftar di Loket, setelah mendapat kartu status, kemudian diperiksa oleh petugas paramedis dan medis Puskesmas (Bidan, Perawat danDokter). Apabila didapatkan menderita penyakit yang berhubungan erat dengan faktor lingkungan, maka yang bersangkutan dirujuk ke Klinik Sanitasi. Di Ruang Klinik Sanitasi Sanitarian atau tenaga kesling mewawancarai pasien tentang penyakit yang diderita dikaitkan dengan lingkungan. Sanitarian atau tenaga kesling mencatat keterangan pasien, serta memberikan penyuluhan dan data yang diperlukan dttulis dalam Kartu Status Kesehatan Lingkungan. yang akan dibawa Sanitarian atau tenaga kesling membuat janji kunjungan ke rumah pasien dan keluarga. Kemudian Sanitarian atau tenaga kesling membuat janji kunjungan rumah

dengan pasien dan keluarganya. Selanjutnya pasien dan keluarga mengambil obat. Dengan keterpaduan ini, balk Perawat, Bidan dan Dokter maupun Sanitarian atau tenaga kesling memahami secara utuh masalah kesehatan yang dialami paaien, keluarga dan masyarakat sekitarnya. Klien datang dan mendaftar di loket, selanjutnya menuju ruang kerja sanltarian/tenaga kesling untuk melakukan konsultasl masalah-masalah kesehatan lingkungan yang dihadapinya. Sanitarian mencatat hasil wawancara dalam Kartu Status Kesehatan Lingkungan. kemudian sanitarian membuat janji kunjungan rumah dengan klien. Kegiatan lain di dalam gedung yang pertu dilakukan adalah membahas segala permasalahan, cara pemecahan masalah, hasil monitoring, evaluasi dan

perencanaan Klinik Sanitasi dalam Mini Lokakarya Puskesmas yang melibatkan seluruh penanggung jawab kegiatan dan dilaksanakan satu bulan sekali. Dengan demikian diharapkan dapat dilakukan penanganan Klinik Sanitasi secara integratif dan komprehensif. (Depkes RI, 2002:3). Menurut Kangdarma (2009) kegiatan didalam gedung meliputi Semua pasien yang mendaftar di loket setelah mendapat kartu status seterusnya diperiksa oleh petugas paramedis, medis Puskesmas. Apabila di dapatkan penderita penyakit yang behubungan erat dengan faktor lingkungan, maka yang bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi. Kalau klien, setelah mendaftar di loket, mereka langsung ke ruang Klinik Sanitasi untuk mendapatkan bimbingan teknis. Di ruang Klinik Sanitasi, sanitarian/tenaga kesling akan melakukan wawancara dan konseling yang hasilnya ditulis dalam Kartu Status Kesehatan Lingkungan. Selanjutnya sanitarian atau petugas kesling membuat janji kunjungan ke rumah pasien atau klien. 2.2.2. Kegiatan luar gedung

Adalah kegiatan upaya kesehatan lingkungan yang dilakukan di luar lingkungan gedung puskesmas. Kegiatan luar gedung Ini adalah kunjungan rumah atau lokasi sebagai rencana tindak lanjut kunjungan pasien atau klien ke Klinik di Puskesmas. Sebenamya kunjungan ini merupakan kegiatan rutin yang lebih dipertajam sasarannya. karena saat kunjungan sanitarian telah mempunyai data pasti adanya sarana sanitasi dan lingkungan bermasalah yang perlu diperiksa dan faktor-faktor perilaku yang berperan besar dalam terjadi penyakit atau masalah tersebut. Dalam kunjungannya, Sanitarian sedapat mungkin mengikut sertakan Perawat dan Puskesmas Pembantu atau Bidan setempat, Bidan Desa, untuk melakukan kontrol atas penyakit yang telah diobati tersebut (semacam kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)). Sanitarian membawa kartu status kesehatan lingkungan, reigjister yang telah diisi saat kunjungan pasien ke Klinik Sanitasi sebelumnya. Selain itu Sanitarian juga mengajak kader klinik, Ketua Pokmair, kelompok pemakai sarana, ibu PKK (Pendidikan Kesehatan Keluarga), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), Perangkat Desa. tokoh masyarakat. Maksudnya agar masyarakat turut berperan aktif memecahkan masalah kesehatan yang timbul di lingkungan mereka sendiri. Sangat diharapkan kelak jika timbul masalah yang lebih kurang sama. mereka mampu menanganinya sendiri. Baik Sanitarian maupun petugas kesehatan lain yang mendampinginya dapat mamberikan penyuluhan kepada pasien dan atau

keluarganya serta tetangga-tetangga pasien tersebut. Perlu pula dikoordinasikan melalui Camat dengan kegiatan instansi dan sektor lain yang mempunya kegiatan di desa dimana program Klinik Sanitasi diterapkan.

Instansi dan sektor tersebut adalah instansi yang mempunyai kegiatan yang dapat menunjang pemberdayaan masyarakat di desa klinik Sanitasi (misalnya : sektor pertanian dan peternakan, koperasi, dsb). Bila diperlukan bantuan sektor di Tk. II (Kota Jambi), maka Puskesmas dapat meminta bantuan Dinas Kesehatan Dati. II untuk mengkoordinaskan dengan instansi atau sektor terkait di Tk. II. Apabila dibutuhkan suatu perbaikan atau pembangunan sarana sanitasi dasar dengan biaya besar, seperti pembangunan sistim perpipaan, yang kurang terjangkau oleh masyarakat setempat. Sanitarian akan mengusulkan kegiatan terebut kepada instansi terkait (misalnya : Kantor Cabang PU (Pekerjaan Umum) Kecamatan, Dinas PU Kabupaten). Pertu diingat bahwa kegiatan bantuan tersebut seharusnya berupa stimulan dan masyarakat harus dimotivasi untuk berswadaya sehingga menjadi bangunan sarana sanitasi dasar yang lengkap. (Depkes RI, 2002:4). Menurut Kangdarma (2009) Kegiatan di luar gedung ini adalah kunjungan rumah atau lokasi sebagai tindak lanjut kunjungan pasien dan klien ke Puskesmas (Klinik Sanitasi). Kunjungan ini sebenarnya merupakan kegiatan rutin yang lebih dipertajam sasarannya, sesuai hasil wawancara pasien/klien dengan sanitarian pada waktu di Puskesmas. Kegiatan Klinik Sanitasi di Puskesmas menurut Munir pada dasarnya sebagai usaha pemerintah diharapkan dapat menurunkan insiden penyakit yang berbasis lingkungan. Sanitarian sebagai koordinator petugas Puskesmas yang berkompeten terhadap masalah kesehatan lingkungan dapat melaksanakan kegiatan Klinik Sanitasi sesuai dengan konsep dasar yang ada. Kenyataan kegiatan ini belum bisa jalan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi dan tidak adanya koordinasi yang baik antar semua Petugas Puskesmas. Disamping itu, karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan Petugas Puskesmas terhadap

Program Klinik Sanitasi. Salah satu alternatif mengatasi masalah tentang pengetahuan dan keterampilan Petugas Puskesmas adalah pelatihan partisipatif dengan menggunakan multi metode ( dinamika kelompok, curah pendapat, diskusi dan demonstrasi ).

Gambar 2.1 Alur Klinik Sanitasi PUSKESMAS Penderita L O K E T Poliklinik Apotik Pulang D A L A M G E D U N G L U A R G E D U N G

Klien

Ptg. Klinik Sanitasi

Lokakarya Mini Puskesmas Informasi ke aparat Desa atau Masyarakat Kadus Toma Kader kesling Koordinasi lintas program atau sector Pustu Bides PU Pertanian

Keterangan : Alur Penderita Alur Klien Alur Petugas Umpan Balik

Kunjungan Rumah, Lingkungan, TTU, TP2M, Tempat Kerja, Transportasi

Rekomendasi & implementasi perbaikan Lingkungan dan Prilaku

Pemantauan dan Penilaian

Sumber : DEPKES RI 2007 : 5 2.3. Tujuan Klnik Sanitasi 2.3.1. Umum : Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventtf dan kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terut menerus. 2.3.2. Khusus a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien dan klien serta masyarakat disekitarnya) akan pentingnya lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat. b. Masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan.

c. Terdaptanya keterpaduan antar program - program kesehatan dan antar sektor terkait yang dilaksanakan dl Puskesmas, dengan pendekatan penanganan secara hokstik temadap penyakit-penyakit berbasis lingkungan. d. Meningkatnya kewaspadaan dinl terhadap penyakit-penyakit berbasis

lingkungan melalui Pemantauan Wilayah setempat (PWS) secara terpadu (PWS terhadap lingkungan dan penyakit). (Depkes RI, 1999:5). 2.4. Sasaran. Sasaran dari klinik sanitasi adalah: Penderita atau klien yang menderita dan mengeluhkan masalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di wilayah kerja Puskesmas, Masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan, yang datang ke puskesmas. Lingkungan penyebab masalah bagi penderita atau klien dan masyarakat sekitanya. (Depkes RI ,1999:6). 2.5. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan kllnik sanitasi dalam Depkes RI (1999:6).mencakup berbagai upaya leliputi antara lain : a. Penyediaan dan penyehatan air bersih, jamban dalam rangka pencegahan penyakit diare, kecatingan dan penyakit kulit. b. Penyehatan lingkungan perumahan dalam rangka pencegahan penyakit ISPA, TB-Paru, demam Berdarah dan Malaria. c. Penyehatan lingkungan kerja dalam rangka pencegahan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dari akibat kerja. d. Penyehatan makanan dan minuman dalam rangka pencegahan penyakit saluran pencemaan dan keracunan makanan. e. Pengamanan pestisida dalam rangka pencegahan keracunan pestisida.

2.6. Strategi Operasioanal

2.6.1. Penajaman masalah kesehatan lingkungan yarjg dihadapi masyarakat dan mengatasi dengan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu. 2.6.2. Masalah dalam tiap wilayah Puskesmas tidaklah sama, baik antar desa maupun antar dusun. Oleh sebab itu harus dipahami benar "Peta Masalah Kesehatan" yang berkenaan dengan kesehatan lingkungan. Sehingga penanganannya menjadi lebih spesifik. 2.6.3. Membuat skala prioritas penanganan masalah kesehatan lingkungan dengan mempertimbangkan segala sumber daya yang ada, karena sulit untuk menangani semua masalah yang ada dalam waktu yang bersamaan. Baik luas wilayah (jumlah desa) maupun jenis penyakitnya. 2.6.4. Dilaksanakan secara terpadu dan bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor diwilayah puskesmas. 2.6.5. Menumbuh kembangkan peran terta masyarakat melalul kelembagaan yang sudah ada. misalnya PKK (Pendidikan Kesehatan Keluarga), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), LKMD (Lembaga Keamanan Masyarakat Desa). 2.6.6. Mengutamakan segi penyuluhan, bimbingan teknls dan pemberdayaan untuk mendapatkan kemandlrian masyarakat. Penyuluhan juga dilakukan dengan pemberian contoh dan keteladanan. 2.6.7. Mengupayakan dukungan dana dengan meningkatkan swadaya masyarakat termasuk swasta selain dana dari pemerintah. (Depkes RI, 1999:7). 2.7. Sumber Daya 2.7.1. Tenaga Pelakasana. Menurut Depkes RI (1999) untuk melaksanakan kegiatan klinik sanitasi diperlukan tenaga sebagai berikut :

a. Tenaga Inti di bidang kesehatan lingkungan adalah sanitarian atau D3 kesehatan lingkungan. b. Tenaga pendukung adalah tenaga kesehatan lainnya saparti bidan. parawat kesehatan masyarakat. petugas gizi dan petugas lainnya. c. Tenaga yang telah ditunjuk oleh pimpinan Puskesmas dalam pelaksanaan program. Tenaga-tenaga tersebut di atas, periu mendapat pengetahuan/ orientasi tentang klinik sanitasi. 2.7.2. Prasarana dan Sarana Untuk melakukan kegiatan klinik sanitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan menurut Depkes RI (1999) adalah sebagai berikut : a. Ruangan : Diperlukan ruangan dan atau bengkel sanitasi yang dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan penyuluhan, konsultasi, konseling, demonstrasi,

pelatihan/perbaikan sarana sanitasi dasar dan penyimpanan peralatan kerja. Untuk perkembangan selanjutnya bengkel sanitasi dapat berfungsi sebagai pusat pelatihan masyarakat di bidang sanitasi lingkungan. b. Peralatan Peralatan klinik sanitasi berupa alat-alat peraga penyuluhan, cetakan sarana air bersih dan jamban keluarga, alat perbaikan sarana ABPL. alat pengukuran kualttas lingkungan (air, tanah, dan udara). c. Transportasi. Untuk mendukung kegiatan klinik sanitasi di luar Puskesmas diperlukan alat transportasi. d. Alat peraga dan media penyuluhan.

Untuk kegiatan penyuluhan dan konseling diperlukan alat peraga maupun media penyuluhan antara lain : maket, media cetak, sound system, dan media elektronik. e. Formulir Pencatatan dan Pelaporan : Untuk pencatatan, dan pendataan diperlukan dalam melakukan kegiatan klinik sanitasi yang disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota setempat. 2.7.3. Sumber dana Dana operasional puskesmas APBD I dan APBD II, BLN. kemitraan dan swadaya masyarakat. (Depkes RI, 1999:10). Dana Klinik Sanitasi di Kota Jambi berasal dari APBD Kota Jambi. 2.8 Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi Standar prosedur operasional klinik sanitasi menurut Depkes (2002:6-7) secara umum meliputi standar operasional didalam gedung (Puskesmas) dan di luar gedung (Lapangan). 2.8.1. Dalam gedung Di dalam gedung Puskesmas, petugas klinik sanitasi melakukan langkahlangkah kegiatan terhadap penderita atau pasien dan klien. a. Penderita

Terhadap penderita petugas klinik sanitasi diharuskan melakukan langkahlangkah sebagai berikut : 1. 2. poliklinik. Menerima kartu rujukan dari petugas poliklinik. Mempelajari kartu status rujukan tentang diagnosis oleh petugas

3.

Menyalin dan mencatat nama penderita atau keluarganya, karaktristik penderita yang meliputi Umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat, serat diagnosis penyakit kebuku register.

4.

Melakukan

wawancara

atau

konseling

dengan

penderita

atau

keluarganya yang berkaitan dengan kejadian penyakit, keadaan lingkungan, dan prilaku yang diduga berkaitan dengan kejadian penyakit yang mengacu pada buku pedoman tehnis klinik sanitasi untuk Puskesmas dan panduan konseling bagi petugas klinik sanitasi di puskesmas. 5. Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau prilaku yang berkaitan dengan kejadian penyakit yang diderita. 6. 7. Memberikan saran atau tindak lanjut sesuai permasalahan. Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau

keluarganya tentang jadual kunjungan lapangan. b. Klien Terhadap klien petugas klinik sanitasi diharuskan melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menanyakan permasalahan yang diahadapai klien dan mencatat nama, karaktristik klien yang meliputi Umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat, serat diagnosis penyakit kebuku register. 2. Melakukan wawancara atau konseling dengan klien atau keluarganya yang berkaitan dengan kejadian penyakit, keadaan lingkungan, dan prilaku yang diduga berkaitan dengan kejadian penyakit yang mengacu pada bukupedoman tehnis klinik sanitasi untuk Puskesmas dan panduan konseling bagi petugas klinik sanitasi di Puskesmas.

3.

Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau prilaku yang berkaitan dengan permasalahan yang ada.

4.

Memberikan saran permasalahan masalah yang sederhana, murah dan mudah untuk dilaksanakan klien.

5.

Bila

diperlukan,

membuat

kesepakatan

dengan

penderita

atau

keluarganya tentang jadual kunjungan lapangan ke rumah klien. 2.8.2. Luar gedung Sesuai dengan jadual yang telah disepakati antara penderita,klien atau keluarganya dengan petugas, petugas klinik sanitasi melakukan kunjungan rumah atau kunjungan lapangan dan diharuskan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam

gedung puskesmas. b. Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan

kelengkapan lapangan yang diperlukan seperti formulir kunjungan lapangan, media penyuluhan, dan alat sesuai dengan jenis penyakitnya. c. Memberi tahu atau menginformasikan kepada perangkat

desa, atau kelurahan (kepala desa, lurah, sekertaris, kepala dusun atau ketua RT/RW) dan petugas kesehatan atau bidan desa. d. melakuan pemeriksaan dan pengamatan lingkungan serat

prilaku dengan mengacu pada buku pedoman tehnis klinik sanitasi untuk puskesmas dan panduan konseling bagi petugas klinik sanitasi di puskesmas sesuai dengan penyakit dan permasalahan yang ada. e. Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan.

f.

Memberikan saran atau tindak lanjut kepada sasaran

(keluarga penderita dan keluarga sekitar). g. Apabila permasalahan menyangkut kelompok keluarga atau

kampung, informasikan hasil kepada petugas kesehatan di desa atau kelurahan, perangkat desa atau kelurahan (kepala desa, lurah, sekertaris, kepala dusun atau ketua RT/RW), kader kesehatan lingkungan, serta lintas sektor terkait di tingkat kecamatan intuk dapat di tindak lanjuti secara bersama. (Depkes RI, 2002:6-7). 2.9 Kriteria Keberhasilan. Pelaksanaan klinik saanitasi ini dapat ditunjukan dengan beberapa indikator : 2.9.1. Langsung. a. Meningkatkan kunjungan klien dan menurunkan kunjungan

pasien klinik sanitasi. b. Makin banyaknya pembangunan sarana kesehatan

lingkungan dengan swadaya masyarakat. 2.9.2. Tak Langsung. a. Penurunan angka kejadian penyakit yang menjadi prioritas penanganan seperti Diare, Kecacingan, Penyakit Kulit, ISPA, TB-Paru, Demam Berdarah, Malaria, Penyakit Akibat Kerja, Saluran Pencernaan dan Keracunan. b. Terciptanya hubungan dan kerjasama yang baik antara lintas program dan lintas sektor diwilayah kerja puskesmas. c. Terbentuknya kelembagaan di tingkat desa yang aktif dalam melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan secara swadaya dan berkesinambungan. (Depkes RI, 1999:18). 2.10 Puskesmas.

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di indonesia sudah dikembangkan sejak pembangunan jangka panjang (PJP) yang pertama pada tahun 1971. Menurut Trihono (2005) dalam bukunya yang berjudul manajemen Puskesmas berbasis paradigma sehat dijelaskan bahwa Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelengarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 128 Th2004 Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana tekhnis Dinas Kesehatan Kab/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah Kecamatan. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselengarakan oleh Puskesmas menurut Trihono (2005) adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajad kesehatan yang setinggi tingginya dalam rangka mewujudkan indonesia sehat 2010. Menurut Trihono Puskesmas mempunyai 3 pungsi yaitu: a. Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan b. Pusat pemberdayaan masyarakat c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Sedangkan dalam Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 128 Th 2004 Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas bahwa Puskemas mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yg berwawasan kesehatan 1. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari

penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya 2. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan b. Pusat pemberdayaan masyarakat Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga& masyarakat: 1. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehatberperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan 2. Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungana. 1. Pelayanan kesehatan perorangan 2. Pelayanan kesehatan masyarakat Program pokok Puskesmas menurut Muninjaya (2004) untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh (comprehensive health care service) kepada seluruh masyarakat diwilayah kerjanya, Puskesmas menjalankan beberapa usaha pokok (basic health care services atau public health esential) yang meliputi program: a. Kesehatan Ibu dan Anak

b. Keluarga Berencana c. Pemberantasan Penyakit Menular d. Peningkatan Gizi e. Kesehatan Lingkungan f. Pengobatan

g. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat h. Laboratorium i. j. Kesehatan Sekolah Perawatan Kesehatan Masyarakat

k. Kesehatan Jiwa l. Kesehatan Gigi Azas Penyelenggaraan Puskesmas Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 128 Th2004 Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas adalah: a. Azas pertanggung jawaban wilayah Yang termasuk azas pertanggung jawaban wilayah adalah : 1. Pusk bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal diwilayah kerjanya 2. 3. Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung Ditunjang dengan Puskesmas pembantu, Bidan di Desa, Puskesmas keliling b. Azas pemberdayaan masyarakat Yang termasuk azas pemberdayaan masyarakat adalah : 1. Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas 2. Potensi masyarakat perlu di himpun

c.

Azas keterpaduan Azas keterpadua adalah setiap upaya diselenggarakan secara terpadu seperti : 1. 2. Keterpaduan lintas program UKS : keterpaduan Promkes, Pengobatan, Kesehatan Gigi, Kesehatan perorangan, Remaja, dan Kesehatan Jiwa 3. Posyandu: keterpaduan KIA & KB, Gizi, P2M, Promosi kesehatan, Kesehatan Jiwa 4. Keterpaduan lintas sektoral

5. Upaya Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, Lurah/Kades, pertanian, pendidikan, agama, dunia usaha, koperasi, PKK 6. Upaya Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan Camat, Lurah/Kades, pertanian, pendidikan, agama d. Azas rujukan Yang termasuk azas rujukan adalah : 1. Rujukan medis atau upaya kesehatan perorangan, rujukan kasus, bahan pemeriksaan dan ilmu pengetahuan 2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat, rujukan sarana dan logistik, rujukan tenaga serta rujukan operasional Beberapa jaringan pelayanan Puskesmas menurut Muninjaya (2004) dapat paparakan sebagai berikut : a. Puskesmas : Umumnya ada satu buah di setiap Kecamatan,

1.

2.

Jenis Puskesmas menurut pelayanan kesehatan medis, dibagi dua kelompok yakni :

3. 4.

Puskesmas Perawatan, pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap Puskesmas Non Perawatan, hanya pelayanan kesehatan rawat jalan

b.

Puskesmas Pembantu (Pustu): Biasanya ada satu buah disetiap desa/kelurahan Pelayanan medis sederhana oleh perawat atau bidan, disertai jadwal kunjungan dokter

1. 2.

c.

Puskesmas Keliling (Puskel) : Kegiatan pelayanan khusus ke luar gedung, di wilayah kerja puskesmas Pelayanan medis terpadu oleh dokter, perawat, bidan, gizi, pengobatan dan penyuluhan.

1. 2.

d.

Pondok Bersalin Desa (Polindes) : Pos pelayanan kesehatan ini sebaiknya ada disetiap desa/kelurahan, sebagai penunjang pelaksanaan desa/kelurahan SIAGA,2.

1.

Beberapa pos yang fungsinya sejenis (cuma namanya saja yang berbeda) antara lain:

3. 4. 5.

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) Balai Kesehatan Masyarakat (Bakesra)

e.

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) :

1. 2.

Lumrahnya selalu ada satu atau lebih di setiap RW/Desa/Kelurahan, Hal ini sangat tergantung kepada peran serta aktif para RT, RW, Lurah, tokoh masyarakat setempat, bersama para kader kesehatan yang telah dibentuk dan ditunjuk.

3.

Strata pelayanan posyandu atau tingkat aktifitas posyandu, digolongkan menjadi : Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, Posyandu Mandiri

2.11 Sistem. 2.11.1 Pengertian Berikut ini adalah beberapa pebgertian sistem menurut azwar (1996): a. Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling berhubungan oleh suatu struktur yang berfungsi sebagai suatu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. (Ryans) b. Sistim adalah suatu srtuktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan dan bekerja sebagai salah satu unit organik untuk mencapai keluaran yang di inginkan secara efektif dan efisien. (Mc Manama) c. Sistem adalah kumpulan dari bagian- bagian yang berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang majemuk, dimana masing-maing bagian bekerja sama secara bebas dan terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula. d. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar

mempersiapkan untuk mencapaitujuan yang ditetapkan. 2.11.2.Ciri-ciri Sistem. Ciri-ciri Sistem menurut Azwar(1996) adalah:

a. Dalam sistem terdapat suatu elemen yang satu sama lain saling berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk suatu kesatuan, dalam arti semuanya berfungsi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Fungsi yang diperankan oleh masing-masing bagian atau elemen yang membentuk suatu kesatuan tersebut adalah dalam rangka mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. c. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, semuanya bekerja sama secara babas namun terkait, dalam arti terdapat mekanisme pengendalian yang mengarahkannya agar tetap berfungsi sebagi mana yang telah direncanakan. d. Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu, buakn berarti ia tertutup terhadap lingkungan. 2.11.3 Unsur Sistem. Sistem terdiri dari beberapa unsur menurut Azwar adalah sebagai berikut: a. Masukan Masukan(input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. b. Proses Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. c. Keluaran Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. d. Umpan Balik

Umpan Balik (Feed Back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. e. Dampak Dampak (Impact) adalah akibat yang dihasilkan keluaran oleh sistem.

f.

Lingkungan Lingkungan (environment) adalah dunia diluar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh basar terhadap sistem. Hubungan dari unsur- unsur sistem dapat dilihat dari bagan dibawah ini: Gambar 2.11.3 Hubungan unsur- unsur sistem LINGKUNGAN

MASUKAN

PROSES

KELUARAN

DAMPAK

UMPAN BALIK

Sumber : Azrul Azwar 1996 : 22 2.12 Kerangka Teori Menurut Azrul Azwar (1996 : 23) sistim kesehatan dipandang sebagai suatu upaya untuk menghasilkan pelayanan kesehatan maka dijelaskan dalam berbagai unsusr antara adalah sebagai berikut :

a. Masukan (input) adalah perangkat administrasi yakni tenagga, dana, sarana, dan metoda atau dikenal pula dengan istilah sumber,tata cara dan kesanggupan. b. Proses adalah fungsi administrasi, yang terpenting ialah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian. c. Keluaran (output) adalah pelayanan kesehatan yakni yang dimanfaatkan oleh masyarakat. d. Outcome atau hasil yang didapat seperti peningkatan derajad kesehatan Yang dapat dilihat dalam bagan dibawah ini: Bagan 2.12 Teori Sistim Kesehatan Input Proses Output Outcome

Tenaga Dana Sarana Metoda

Fungsi manajemen Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Penilaian

Pelayanan Kesehatan

Peningkata n Derajat Kesehatan

Sumber : Azrul Azwar 1996 : 23