30
6 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar 1. Definisi Nutrisi Nutrisi adalah zat-zatgizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi, dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit( Tarwoto dan Wartonah,2014) Nutrisi adalah zat penyusun bahan makanan yang diperlukan tubuh untuk metabolisme yaitu karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral (seperti beras, gula, susu, daging, telut, sayuran( Ngastiyah,2005). Nutrisi merupakan komponen kesehatan dasar dan sangat penting bagi tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal mempertahankan dan memperbaiki jaringan tubuh, metabolisme sel dan fungsi organ (Niman,2017) 2. Jenis-Jenis Nutrisi Menurut Tarwoto dan Wartonah (2014) jenis-jenis nutrisi yang diperlukan pada tubuh adalah : a. Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber utama tubuh. Selama proses pencernaan karbohidrat akan terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian dimanfaatkan tubuh dan kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen, lemak akan disimpan di sekitar perut, ginjal, dan di bawah perut. Sumber karbohidrat berasal dari makanan pokok, umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras,

BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

1. Definisi Nutrisi

Nutrisi adalah zat-zatgizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan

kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh

manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan

hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting

dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan

sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi, dan zat-zat lain yang

terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan

kesehatan dan penyakit( Tarwoto dan Wartonah,2014)

Nutrisi adalah zat penyusun bahan makanan yang diperlukan tubuh untuk

metabolisme yaitu karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral

(seperti beras, gula, susu, daging, telut, sayuran( Ngastiyah,2005).

Nutrisi merupakan komponen kesehatan dasar dan sangat penting bagi

tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal

mempertahankan dan memperbaiki jaringan tubuh, metabolisme sel dan

fungsi organ (Niman,2017)

2. Jenis-Jenis Nutrisi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2014) jenis-jenis nutrisi yang diperlukan

pada tubuh adalah :

a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber utama tubuh. Selama proses pencernaan

karbohidrat akan terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian

dimanfaatkan tubuh dan kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan

jaringan otot dalam bentuk glikogen, lemak akan disimpan di sekitar

perut, ginjal, dan di bawah perut. Sumber karbohidrat berasal dari

makanan pokok, umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras,

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

7

jagung, kacang, sagu, singkong. Sementara itu, karbohidrat pada hewani

berbentuk glikogen. Metabolisme karbohidrat merupakan sumber energi

utama tubuh. Hampir 80% energi dihasilkan dari karbohidrat. Setiap 1

gram karbohidrat akan dihasilkan 4 kilokalori(kkal).

Fungsi karbohidrat :

1 ) Sumber energi yang murah.

2 ) Sumber energi utama bagi otak dan saraf.

3 ) Cadangan untuk tenaga tubuh.

4 ) Pengaturan metabolisme lemak.

5 ) Efisiensi penggunaan protein.

6 ) Memberiakan rasa kenyang.

b. Protein

Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam

penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon, dan

antibodi. Protein adalah senyawa kompleks, tersusun atas asam amino

atau peptida. Bentuk sederhana dari protein adalah asam amino pada

manusia terkandung 22 jenis asam amino yang berbeda. Setiap 1 gram

protein akan menghasilkan 4 kkal. Setelah asam amino diserap di usus

dan masuk ke aliran darah menuju ke hati, selanjutnya akan disebar ke

seluruh jaringan tubuh dan dimanfaatkan untuk mengganti sel-sel yang

rusak, pembentukan protein plasma darah, serta pembentukan enzim dan

hormon. Beberapa sumber protein berkulitas tinggi adalah :susu, daging,

telur, hati, udang, kerang, ayam. Beberapa sumber protein nabati adalah :

jagung, kedelai, kacang hijau, tepung terigu.

Fungsi protein :

1) Dalam bentuk albumin berperan dalam keseimbangan cairan, yaitu

dengan meningkatkan tekanan osmotik koloid serta keseimbangan

asam basa.

2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.

3) Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon.

4) Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak.

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

8

5) Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat menyimpan

dan meneruskan sifat-sifat keturunan.

c. Lemak

Sumber lemak dapat berasal dari hewan disebut dengan lemak hewani,

misalnya daging sapi, kambing, telur, ikan. Sumber lemak yang berasal

dari tumbuhan disebut lemak nabati seperti kacang-kacangan, kelapa, dan

alpukat.

Fungsi lemak :

1) Sebagai sumber energi, memberikan kalori di mana dalam 1 gram

lemak pada peristiwa oksidasi akan menghasilkan kalori sebanyak 9

kkal.

2) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus.

3) Untuk aktivitas enzim seperti fosfolipid.

4) Penyusun hormon seperti biosintesis hormon steroid.

d. Vitamin

Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhakan tubuh dalam

jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin sangat

berperan dalm proses metabolisme dalam fungsinya sebagai katalisator.

Vitamin dapat dibagi dalam dua kelas besar yaitu vitamin larut dalam air

(B1, B2, B3, B5, B6, B12 Dan vitamin C ) jenis vitamin ini dapat larut

dalam air sehingga kelebihannya akan dibuang melalui urine dan vitamin

yang larut dalam lemak ( A, D, E, Dan K).

Vitamin yang larut dalam air, seperti vitamin B dan vitamin C mudah

diabsorpsi dalam epitelium mukosa usus melalui proses difusi, kecuali

vitamin B12 yang hanya dapat diabsorpsi dengan bantuan instrinsik

faktor yang dihasilkan oleh sel parietal lambung. Vitamin B12 diabsorpsi

pada ileum terminal. Sementara itu, vitamin yang larut dalam lemak

seperti vitamin A, D, E, dan K Akan diabsorpsi dengan bantuan garam-

garam empedu dan lipase. Vitamin A, D, E, K, dan B12 yang diabsorpsi

dari darah disimpan dalam hati dan kemudian dipergunakan kembali jika

dibutuhkan tubuh.

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

9

e. Mineral

Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena peranannya

sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak

menghasilkan energi,tetapi merupakan elemen kimia yang berperan

dalam memertahankan proses tubuh.

Fungsi mineral :

1) Penentuan konsentrasi osmotik cairan tubuh, misalnya natrium dan

klorida yang berperan dalam mempertahankan cairan ekstrasel.

Kalsium sangat penting dalam mempertahankan konsentrasi osmotik

intrasel.

2) Proses fisiologi, variasi kombinasi dari ion-ion berperan dalam

berbagai proses fisiologi, seperti mempertahankan transmembran

ootensial, pembentukan dan mempertahankan tulang, konstraksi otot,

pembentukan hormon, pembentukan darah dan sistem penyangga.

f. Air

Merupakan media transpor nutrisi dan sangata penting dalam kehidupan

sel-sel tubuh. setiap hari, sekitar 2 liter air masuk ke dalam tubuh

manusia melalui minum, sedangkan cairan digestif yang diproduksi oleh

berbagai organ saluran pencernaan sekitar 8-9 liter sehingga sekitar 10-

11 liter cairan beredar dalam tubuh. Namun demikian, dari 10-11 liter

cairan yang masuk, hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses

selebihnya direabsorpsi.

Absorpsi air terjadi pada usus halus dan usus besar(kolon) dan terjadi

melalui proses difusi.

3. Fungsi Nutrisi Bagi Tubuh

Menurut Jauhari dan Nasution (2013) fungsi nutrisi bagi tubuh bagi tubuh

manusia adalah :

Tubuh kita terbentuk dari zat-zat yang berasal dari makanan. Oleh karena

itu memerlukan masukan makanan yaitu untuk memperoleh zat-zat yang

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

10

diperlukan tubuh, zat-zat tersebut nutrisi yang berfungsi membentuk dan

memelihara jaringan tubuh, memperoleh tenaga, mengatur pekerjaan di

dalam tubuh, dan melindungi tubuh terhadap penyakit.Dengan demikian

fungsi utama nutrisi adalah memnerikan energi bagi aktivitas tubuh,

membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh serta mengatur berbagai

prose kimiawi tubuh.

Untuk pertumbuhan tubuh diperlukan zat yang disebut protein mineral dan

juga air. Tenaga yang di perlukan untyuk bekerja dan menjalankan aktivitas

di dalam tubuh yaitu pencernaan makanan, pernafasan dan peredaran darah

di peroleh dari zat hidrat arang, lemak, protein. Protein di gunakan untuk

menghasilkan tenaga terutama bila jumlah hidrat arang dan lemak tidak

cukup. Zat-zat yangberfungsi memelihara, menagtur kerja di dalam tubuh

dan melindungi diri kita terhadap serangan penyakit adalah mineral dan

vitamin.

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nutrisi

Menurut ( Vaughans,2013 ) faktor yang mempengaruhi asupan nutrisi

manusia dan satatus gizi adalah :

a. Usia dan Tahap Perkembangan

periode waktu dalam hidup seseorang ketika bertumbuh begitu capat dan

membutuhkan tingkat energi yang dikeluarkan lebih tinggidan asupan

nutrisi lebih tinggi. Dua masa tersebut adalah pada permulaan kehidupan

dan selama masa remaja. Ketika ada dorongan pertumbuhan kemampuan

bayi untuk memenuhi kebutuhan energi menjadi berlipat karena faktanya

ia mempunyai saluran pencernaan belum sempurna. Dengan demikian,

bentuk makanan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bayi harus

dimodifikasi untuk menyesuaikan level fungsional saluran pencernaan.

Selama masa remaja, tantangannya untuk memastikan bahwa nutrisi yang

tepat lah yang dikonsumsi. Remaja sangat aktif dan senang bepergian.

Mereka mempunyai tingkat kemandirian lebih tinggi dan lebih senang

memilih makanan cepat saji yang tinggi kaloridan lemak yang mudah di

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

11

mkan di jalan. Remaja, khususnya remaja wanita sangat perhatian

tentang bentuk tubuhnya dan dapat menjadi korban kelainan makan

seperti anoreksia dan bulimia.

Dengan lanjut usia juga mempunyai tantangan terkait tahap

perkembangan mereka. Meski kebutuhan energi dan kalori menurun

seiring usia, kebutuhan nutrisi tertentu tidak menurun. Ingat

bahwaseseorang individu dapat alami kegemukan dan kekurangan gizi

pada saat bersaamaan. Dengan demikian lanjut usia perlu memonitor

asupan kalorinya sedang pada saat yang sama memastikan asupan nutrisi

yang dibutuhkan seperti kalsium dan besi.

b. Gaya hidup dan budaya

Gaya hidup seseorang atau keluarganya juga mempunyai pengaruh

terhadap kebiasaan makan. Contoh variable gaya hidup yang

mempengaruhi kebiasaan makan diantaranya :

1) Kedua orang tua yang bekerja di luar rumah dapat mempengaruhi

tipe makanan yang dimakan ( misal makanan cepat saji, makanan

kotak, menu seimbang termasuk pemulihan masing-masing

kelompok makanan )

2) Pendapatan ( makan di restoran, kemampuan untuk membeli

beragam makanan )

3) Kapan dan di mana makanan dimakan ( misal di meja makan,

dalam keluarga, sendiri, di depan tv, pada waktu makan berbeda,

makan sepanjang hari )

4) Keyakinan ( misal keyakinan agama, keyakinan bahwa makan apa

saja akan membuat sehat )

5) Tingkat aktivitas ( mempengaruhi jumlah kalori yang dibutuhkan )

6) Konsumsi alkohol dan obat terlarang.

c. Gangguan kesehatan

Penyakit tertentu dapat mengganggu status nutrisi seseorang, mual,

muntah, ulser mulut, sakit gigi, gangguan menelan dapat

mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memproses makanan

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

12

secara mekanik dan juga menghambat selera terhadap makanan.

Kelainan tertentu ( misal infeksi ) meningkatkan laju metabolisme,

yang selanjutnya mengarah pada meningkatnya permintaan akan

nutrisi. Penyakit lain familiar dengan gangguan nutrisi. Penyakit

familiar lain terkait gangguan nutrisi termasuk diabetes mellitus dan

“sindrom sampah “ terkait HIV.

5. Kebutuhan Nutrisi

Menurut Jauhari dan Nasution (2013) ada tiga cara menghitung kebutuhan

nutrisi seseorang :

a. Cara pertama

1) Bagi orang dewasa

Didasarkan pada kebutuhan kalori dasar /basal dan tingkat aktivitas.

Kebutuhan kalori basal (KKB) adalah hasil perkalian antara berat

badan ideal (BBI) dengan angka 10 (BBI x 10).

Tabel 2.1 Tabel Kalori Basal

Aktivitas Kalori

Tetap KKB x 3

Sedang KKB x 5

Berat KKB x 10

2) Bagi anak-anak ( dibawah usia 12 tahun )

Umumnya memerlukan 1000 kalori ditambah 100 x usia anak.

Sebagai contoh, seorang anak usia 4 tahun mempunyai kebutuhan

kalori sebanyak 1000 + (100 x 4)= 1400 kalori.

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

13

b. Cara kedua

Berdasarkan tingkat aktifitas dan jumlah kalori untuk setiap loubes/

pound dari berat badan ideal (BBI).

Tabel 2.2 Jumlah Kalori Tiap Berat Badan

Aktifitas Kalori / Ib dari BBI

Tetap 11-12

Ringan 13-14

Sedang 15-16

Berat 17-18

c. Cara ketiga

Pedoman yang digunakan oleh USDA ( United State Dietarian

Assocation) untuk menghitung jumlah kalori per berat badan menurut jenis

kelamin.

Aktifitas

Kalori / Ib dari BB

Laki- Laki Perempuan

Tetap 16 14

Sedang 21 18

Berat 28 22

6. Masalah Nutrisi

Menurut Jauhari dan Nasution (2013) masalah yang berhubungan dengan

nutrisi adalah :

a. Malnutrisi

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

14

Malnutrisi merupakan kondisi kekurangan bahan-bahan nutrisi esensial

pada tingkat seluler sebagai akibat dari faktor fisiologi, individu, sosial,

pendidikan, ekonomi, budaya, dan politik.

Malnutrisi dibedakan atas defisiensi primer dan defisiensi sekunder.

Defisiensi primer terjadi ketika bahan-bahan nutrisi yang esensial seperti protein,

karbohidrat, lemak, dan vitamin tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dalam

makanan. Sedangkan defisiensi sekunder terjadi karena ketidakmampuan tubuh

mencerna dan menyerap makanan, gangguan metabolisme, atau karena

peningkatan kebutuhan nutrisi misalnya peningkatan kebutuhan karbogidrat

padapasien diabetes melitus.

Ada beberapa indikasi sehingga seseorang dikatakan kekurangan nutrisi :

1 ) Berat badan 20% atau lebih rendah daripada tinggi dan bentuk badan ideal.

2 ) Berat badan rendah dengan masukan makanan memadai.

3 ) Masukan makanan kurangdari keperluan tubuh.

4 ) Kesukaran makanan.

5 ) Ada tanda dan gejala masalah pencernaan seperti nyeri abdomen, diare dan

bising usus hiperaktif.

6 ) Kelemahan otot dan penurunan tingkat energi.

7 ) Rambut rontok (alopesia).

8 ) Pucat pada kulit, membran mukosa, dan konjungtiva.

b. Obesitas

Pasien dengan obesitas mempunyai status nutrisi yang melebihi kebutuhan

metabolisme karena kelebihan masukan kalori atau penurunan penggunaan kalori

(energi). Artinya, masukan kalori tidak seimbang dengan penggunaannya yang

pada akhirnya berangsur-angsur berakumulasi meningkatkan berat badan.

c. Diabetes melitus

Diabetes melitus adalah kelainan kronik berupa gangguan metabolisme

karbohidrat karena defisiensi insulin atau penggunaan karbohidrat secara

berlebihan. Meskipun diabetes melitus dapat disebabkan oleh makanan atau

tingkat aktivitas, akan tetapi obesitas dan perilaku makan yang berlebihan

merupakan faktor pendukung (predisposition) terjadinya diabetes melitus.

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

15

d. Hipertensi

Faktor –faktor predisposisi peningkatan resiko orang menderita hipertensi,

meliputi faktor heriditas, jenis kelamin, umur, obesitas,masukan kalsium dan

natrium.

e. Penyakit Jantung Koroner

Tiga faktorutama penyebab penyakit jantung koroner adalah peningkatan

kolesterol darah, hipertensi, dan merokok. Faktor- faktor resiko lain yang dapar

menyebabkan penyakit jantung koroner adalah stress emosi, gaya hidup,

obesistas, diabetes melitus, kelainan jantung, riwayat keluarga dengan penderitaan

penyakit jantung, umur, jenis kelamin, ras.

f. Kanker

Hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa ada hubungan jumlah lemak

yang dikonsumsi dari makanan dengan insiden kanker khususnya kanker

payudara, usus besar, dan prostat. Bahan- bahan makanan seperti vitamin a,c dan

e, selinium dan makanan yang berserat potensial mencegah kanker bila

dikonsumsi dalam jumlah yang seimbang.

g. Anoreksia Nervosa

Anoreksia nervosa ditandai dengan kehilangan berat badan yang drastis

secara berkepanjangan dan pasien memelihara berat badannya pada kadar rendah

yang abnormal. Anoreksia nervosa biasanya terjadi pada usia muda sampaidewasa

tua. Anoreksia nervosa terutama terjadi pada wanita.

Pengkajian nutrisi pada pasien dengan anoreksia nervosa meliputi :

1. Pengukuran antropometrik untuk mengkaji status fisik.

2. Pengukuran nilai biokimia untuk mengetahui defisiensi nutrisi.

3. Pemeriksaan klinik.

4. Mengkaji riwayar nutrisi untuk menentukan perkembangan penyakit,

konsumsi kalori, protein, dan bahan makanan lainnya, pola makan dan

perilaku makan, pengaruh psikologi dan sosial terhadap perilaku makanan,

penggunaan obat-obatan seperti vitamin, laktasif, dan diuretik serta aktivitas

fisik.

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

16

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian keperawatan

a. Identitas pasien

Umur : Demam tifoid sering ditemukan pada usia di atas 1 tahun.

b. Keluhan utama

Apakah pasien mengeluh lemas, tidak nafsu makan, tidak bergairah

untuk beraktivitas, demam tidak turun-turun, nyeri perut.

c. Riwayat kesehatan

1 ) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama, apakah

anggota keluarga juga pernah sakit yang sama, apakah sebelumnya

pasien pernah sakit, pakah sampai dirawat dan sakit apa.

2 ) Riwayat kesehatan sekarang

Kaji sejak kapan klien mulai demam, mulai merasakan tidak

berselera makan, mual,muntah, lemas. Apakan terdapat pembesaran

hati dan limpa. Apakah terdapat gangguan kesadaran, apakah terdapat

komplikasi misalnya seperti perdarahan, perforasi, peritonitis dan

sebagainya.

3 ) Riwayat kesehatan keluarga

Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang

sama dengan klien atau penyakit gastrointestinal lainya.

d. Pola pengkajian sistem

1) Pola nutrisi dan metabolisme

Pola klien dengan demam tifoid akan mengalami penurunan nafsu

makan karena mual dan muntah saat makan sehingga makan hanya

sedikit bahkan tidak makan sama sekali.

2 ) Pola eliminasi

Pada klien demam tifoid dapat mengalami konstipasi oleh karena

tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami

gangguan.

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

17

Pola istirahat dan tidur terganggu sehubungan peningkatan suhu

tubuh.

3 ) Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar

tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.

4 ) Personal hygiene

Klien hanya dibersihkan oleh bantuan keluarga di atas bed.

e. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Pada klien demam tifoid didapatkan keadaan klien lemah dan suhu

tubuh meningkat 38-400 C.

2) Berat badan

Klien yang mengalami demam tifoid akan menglami penurunan

berat badan.

3) Tingkat kesadaran

Dapat terjadi penurunan kesadaran

4) Tanda – tanda vital

Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, menglami

peningkatan suhu tubuh.

f. Pemeriksaan head to toe

1). Kepala

Inspeksi : Kebersihan kurang, distribusi rambut merata, warna

hitam, tidak ada ketombe

Palpasi : Tidak ada benjolan

2). Wajah

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan

3). Mata

Inspeksi : skelera putih, konjungtiva merah muda, reflex pupil

mengecil saat terkena sinar.

4). Telinga

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

18

Inspeksi : Tidak ada serumen, simetris kiri dan kanan

Palpasi : Tidak ada benjolan

5). Mulut

Inspeksi : Bibir kering, lidah kotor, mukosa kering.

6). Leher

Inspeksi : Tidak ada distensi vena jugularis

7). Perut

Auskultasi : Terdengar bising usus

Inspeksi : Tidak ada asites

Palpasi : Lemas

Perkusi : Pembesaran limfa.

2. Pemeriksan diagnostik

Pada pengkajian diagnostik diperlukan pemeriksaan penunjang

meliputi hal-hal berikut :

a). Pemeriksaan darah perifer lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar

leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai

infeksi sekunder.

b). Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SOGT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal

setelah sembuh. Peningkatan SOGT dan SGPT ini tidak

memerlukan penanganan khusus.

c). Pemeriksaan uji widal

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap

bakteri salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk

menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam tifoid.

Demam tifoid, akibat adanya infeksi dari salmonella typhi maka

penderita membuat antibodi ( aglutinin).

d). Kultur

Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama

Kultur urin : bisa positif pada akhir minggu kedua

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

19

Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga.

e). Anti salmonella typhi IgM

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeksi secara dini infeksi akut

salmonella typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan

ke-4 terjadinya demam.

3. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada penderita demam

tifoid yaitu :

1) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.

Hipertermi yaitu peningkatan suhu di atas rentang normal tubuh.

Batasan karakteristik : kulit merah, kejang, takikardi, takipnea,

kulit terasa hangat.

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu asupan nutrisi tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

Batasan karakteristik : Kram/nyeri abdomen, nafsu makan

menurun, cepat kenyang setelah makan, berat badan menurun 10%

di bawah rentang ideal, bising usus hiperaktif, otot pengunyah

lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan,

serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare.

3) Risiko kurang volume cairan berhubungan dengan kurangnya

asupan cairan dan peningkatan suhu tubuh.

Risiko kurang volume cairan yaitu penurunan cairan dari

intravaskuler,interstisital,atau intraseluler.

Batasan karakteristik : perubahan status mental, penurunan tekanan

darah, penurunan tekanan nadi, penurunan turgor kulit, penurunan

haluan lidah, mukosa kering, kulit kering, peningkatan suhu tubuh,

haus, kelemahan.

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

20

3. Perencanaa Keperawataan

Tabel intervensi keperawatan diagnosa demam tyhpoid

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan

Intervensi Utama Intervensi Pendukung

1. Hipertermia yang

berhubungan dengan proses

infeksi

Definisi :

Suhu tubuh meningkat di atas

rentang normal

Penyebab :

1). Dehidrasi

2). Terpapar lingkungan

panas

3). Proses penyakit (mis

infeksi, kanker )

Setelah dilakukan tindakan keperawatan di

harapkan suhu tubuh dalam batas normal dengan

kriteria hasil :

3) Keseimbangan panas, panas yang

diterima, dan kehilangan panas

4) Temperatur stabil 36,5-370 C

5) Tidak ada kejang

6) Tidak ada perubahan warna kulit

1).Manajemen hipertermia

Obsevasi :

Identifikasi penyebab hipertermia (mis dehidrasi,

terpapar lingkungan panas, penggunaan

inkubator)

1.Edukasi Analgesia Terkontrol

2. Edukasi Dehidrasi

3. Edukasi pengukuran suhu tubuh

4. Edukai program pengobatan

5. Edukasi Terapi Cairan

6. Edukasi termogulasi

7. Kompres Dingin

8. Manajemen cairan

9. Manajemen Kejang

10. Pemantauan cairan

11. Pemberian Obat Intravena

12. Pemberian Obat Oral

13. Pencegahan Hipertermi Keganasan

14. Perawatan Sirkulasi

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

21

4). Ketidaksesuaian pakaian

dengan suhu lingkungan

5 ). Peningkatan laju

metabolisme

6 ). Respon trauma

7 ). Aktivitas berlebihan

8 ). Penggunaan inkubator.

Batasan karakteristik

1). Gejala dan tanda mayor

Objektif

a). Suhu tubuh di atas nilai

normal

2). Gejala dan tanda minor

Objektif

a). Kulit merah

b). Kejang

c). Takikardi

d). Takipnea

Monitor suhu tubuh

Monitor kadar elektrolit

Monitor haluaran urine

Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapautik :

Sediakan lingkungan yang dingin

Longgarkan atau lepaslkan pakaian

Basahi dan kipasi permukaan tubuh

Berikan cairan oral

Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika

mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)

Lakukan pendinginan eksternal (mis selimut

hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,

dada, abdomen, aksila)

Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi :

Anjurkan tirah baring

15. Promosi Teknik Kulit Ke Kulit

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

22

e). Kulit terasa hangat Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit

intravena,jika perlu

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan

Intervensi Utama Intervensi Pendukung

2.Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat

Definisi :

Asupan nutrisi tidak cukup

untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme

Penyebab :

1). Ketidakmampuan menelan

Setelah dilakukan tindakan diharapkan nutrisi

terpenuhi dengan kriteria hasil :

Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan

tujuan

Berat badan ideal sesuai dengan berat badan

Tidak ada tanda tanda malnutrisi

Meningkatkan fungsi pengecapan dan menelan

Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

1).Manajemen nutrisi

Observasi :

Identifikasi status nutrisi

Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

1). Dukungan Kepatuhan Program

Pengobatan

2). Edukasi Diet

3). Edukasi Kemoterapi

4). Konseling Nutrisi

5). Konsultasi

6). Manajemen Hiperglikemia

7). Manajemen Hipoglikemia

8). Manajemen Kemoterapi

9). Manajemen Reaksi Alergi

10). Pemantauan Cairan

11). Pemantauan Nutrisi

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

23

makanan

2). Ketidakmampuan mecerna

makanan

3). Ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrien

4). Faktor ekonomi (mis

finansial tidak mencukupi )

5). Faktor ekonomi (mis

finansial tidak mencukupi)

6). Faktor psiklologis (mis

stres, keengganan untuk

makan ).

1). Gejala dan tanda mayor

Objektif

a). Berat badan menurun

minimal 10% di bawah

rentang ideal

2). Gejala dan tanda minor

Identifikasi makanan yang disukai

Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

Identifikasi perlunya penggunaan selang

nasogastrik

Monitor asupan makanan

Monitor berat badan

Monitor hasil pemeriksaan laboraturium

Terapeutik :

Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis

piramida makanan)

Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang

sesuai

Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah

konstipasi

Berikan makanan tinngi kalori dan tinggi protein

Berikan suplemenmakanan, jika perlu

Hentikan pemberian makan melalui selang

12). Manajemen Ciran

13). Manajemen Demensia

14). Manajemen Diare

15). Manajemen Eliminasi Fekal

16). Manajemen Energi

17). Manajemen Gangguan Makan

18). Pemantauan Tanda Vital

19).Pemberian Makan

20). Pemberian Makanan Enteral

21). Pemberian Makanan Parenteral

22). Pemberian Obat Intravena

23). Terapi Menelan

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

24

Subjektif

a). Cepat kenyang setelah

makan

b). Kram/nyeri abdomen

c). Nafsu makan menurun

objektif

a). Bising usus hiperaktif

b). Otot pengunyah lemah

c). Otot menelan lemah

d). Membran mukosa pucat

e). Sariawan

f). Serum albumin turun

g). Rambut rontok berlebihan

h). Diare

nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi :

Anjurkan posisi duduk, jika mampu

Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

(mis pereda nyeri, antiemetik), jika perlu

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan ,

jika perlu

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

25

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan Keperawatan

Intervensi Utama Intervensi Pendukung

3.Risiko kurang volume cairan

berhubungan dengan kurangnya asupan

cairan dan peningkatan suhu tubuh.

Definisi : penurunan cairan dari

intravaskule,interstisital,atau intraseluler

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan cairan terpenuhi ditandai

dengan kriteria hasil :

Mempertahankan urine output sesuai

dengan usia dan BB, BJ urine

normal,HT normal

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam

batas normal

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,

Elastisitas turgor kulit baik, membran

mukosa lembab, tidak ada rasa haus

yang berlebihan

1).Manajemen Cairan

Observasi :

1). Identifikasi risiko

2). Insersi intravena

3). Insersi selang nasogastrik

4). Katerisasi urine

5). Manajemen aritmia

6). Manajemen autotransfusi

7). Manajemen edema cerebral

8). Manajemen elektrolit

9). Manajemen hipervolemia

10). Manajemen hipovolemia

11). Manajemen nutrisi

12). Manajemen medikasi

13). Manajemen perdarahan

14). Manajemen spesimen darah

15). Manajemen syok

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

26

Monitor status hidrasi (mis frekuensi

nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian

kapiler, kelembapan mukosa, turgor

kulit, tekanan darah)

Monitor berat badan harian

Monitor berat badan badan sebelum

dan sesudah dialisis

Monitor hasil pemeriksaan

laboraturium

Monitor status hemodinamik

Terapeutik :

Catat intake-output dan hitung balans

cairan 24 jam

Berikan asupan cairan , sesuai

kebutuhan

Berikan cairan intravena, jika perlu

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian diuretik, jika

16). Manajemen syok anafilaktik

17). Manajemen syok hipovolemik

18). Manajemen syok kardiogenik

19). Manajemen syok neurogenik

20). Manajemen syok obstruktif

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

27

perlu

(SIKI,2018)

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

28

C. Tinjauan Konsep Demam Thypoid

1. Definisi

Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang

disebabkan oleh sallmonella typhi, sallmonella paratyphi A dan salmonella

paratyphi B, salmonella C, paratypoid biasanya lebih ringan dengan

gambaran klinis yang sama (Ridha,2017).

Demam typoid (typus abdominalis) merupakan penyakit infeksi

akut pada usus halus yang disebabkan oleh salomenella typhosa dan hanya

terdapat pada manusia (Marni,2016).

Demam typoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,

gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyebab penyakit

ini adalah salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan

bulu getar, tidak berspora (Ngastiyah, 2005).

Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat

pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan

terdapat gangguan kesadaran (Suriadi dan Yuliani,2006).

2. Etilogi

Salmonella typhosa yang juga dikenal dengan nama salmonella

typhi merupakan mikroorganisme patogen yang berada di jaringan limfatik

usus halus, hati, limpa, dan aliran darah yang terinfeksi. Kuman ini berupa

Gram negatif yang akan nyaman hidup dalam suhu tubuh manusia. Kuman

ini akan mati pada suhu 70˚C dan dengan pemberian antiseptik. Masa

inkubasi penyakit ini antara 7-20 hari. Namun, ada juga yang memiliki

masa inkubasi paling pendek yaitu 3 hari, dan paling panjang yaitu 60 hari.

Menurut Rampengan (2007), kuman salmonella typhosa atau eberthella

typhosa mempunyai 3 macam antigen (Tabel 2.1)

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

29

Macam-macam antigen pada kuman Salmonella typhosa atau Eberthella

typosa

Macam – macam Antigen Karakteristik

Antigen O (Ohne Hauch) Antigen somatik (tidak menyebar)

Antigen H ( Hauch ) Menyebar

Antigen V ( kapsul ) Kapsul yang meyelimuti tubuh kuman dan

melindungi antigen O terhadap fagositosis

3. Penyebaran kuman

Mekanisme masuknya kuman adalah diawali infeksi yang terjadi pada

saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus. Basil melalui pembuluh

limfe pada usus halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ-

organ terutama hati dan limpa, sehingga organ-organ tersebut akan

membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian, basil masuk kembali

ke dalam darah (bakteriemia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke

dalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan tukak terbentuk

lonjong pada mukosa di atas plak peyeri. Tukak tersebut dapat

mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan

oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan

oleh kelainan pada usus.

4. Patofisiologi

Kuman salmonella typhosa masuk ke dalam saluran pencernaan,

khususnya usus halus bersama makanan, melalui pembuluh limfe. Kuman

ini masuk atau menginvasi jaringan limfoid mesenterika. Di sini akan

terjadi nekrosis dan peradangan. Kuman yang berada pada jaringan

limfoid tersebut masuk ke peredaran darah menuju hati dan limpa. Di sini

biasanya pasien maerasakan nyeri. Kuman tersebut akan keluar dari hati

dan limpa. Kemudian, kembali ke usus halus dan kuman mengeluarkan

endotoksin yang dapat menyebabkan reinfeksi di usus halus. Kuman akan

berkembang biak di sini. Kuman salmonella typhosa dan endotoksin

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

30

merangsang sintesis dan pelepasan pirogen yang akhirnya beredar di darah

dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang

menimbulkan gejala demam. Kuman menyebar ke suluruh tubuh melalui

peredaran darah serta dapat menyebabkan terjadinya tukak mukosa yang

mengakibatkan perdarahan dan perforasi.

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

31

5. Pathway

6. Manisfestasi klinis

Salmonella

typhosa

masuk ke dalam

saluran pencernaan

(usus halus )

Menginvasi

jaringan limfoid

Masuk peredaran

darah

Limpa Hati

Kembali ke usus halus

(berkembang biak )

Kuman dan

endotoksin

Merangsang sintesis Pelepasan pingmen

Beredar pembuluh

darah

Mempengaruhi pusat

termoregulator

Demam

Menyebar ke

seluruh tubuh

Tukak mukosa

Perdarahan

perforasi

Nektoris

Peradangan

Pasien merasa nyeri

Pelepasan endotoksin

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

32

Tanda khas penyakit ini yaitu demam tinggi kurang lebih satu

minggu desertai nyeri kepala hebat dan gangguan saluran pencernaan,

bahkan ada yang sampai mengalami gangguan kesadaran. Demam tinggi

biasanya dimulai sore hari sampai dengan malam hari. Kemudian,

menurun pada pagi hari. Demam ini terjadi kurang lebih selama 7 hari.

Pada anak yang mengalami demam tinggi dapat terjadi kejang. Gangguan

pencernaan yang terjadi pada pasien demam tifoid yaitu mual, muntah,

nyeri ulu hati, perut kembung, anoreksia, lidah tifoid (kotor, bagian

belakang tampak putih pucat dan tebal, serta bagian ujung dan tepi

kemerahan). Selain itu, juga dapat menyebabkan diare dan konstipasi.

Gangguan kesadaran juga dapat terjadi pada pasien demam tifoid yaitu

apatis dan somnolen. Pada minggu kedua, dapat terjadi hepatomegali,

splenomegali, dan roseola. Roseola ini terdapat pada daerah perut, dada,

dan kadang bokong.

Pemeriksaan fisik menunjukkan peningkatan suhu tubuh, lidah

tifoid, hepatomegali, splenomegali, dan terdapat roseola (tidak semua

pasien ada). Pembesaran limpa terjadi pada akhir minggu pertama, tidak

progresif, dengan konsistensi yang lebih lunak. Pada anak berusia di

bawah 2 tahun, tanda dan gejala yang terjadi yaitu demam tinggi

mendadak, disertai muntah, kejang, dan tanda rangsangan meningeal.

7. Komplikasi

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi menjadi :

a. Komplikasi intestinal

1 ). Perdarahan usus.

2 ). Perforasi usus.

3 ). Ilues paralitik.

b. Komplikasi ekstraintertinal

1). Komplikasi kardiofaskuler: miakarditis, trombosis, dan trombo

flebitis.

2). Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombusta penia dan sindrom

urenia hemolitik.

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

33

3). Komplikasi paru : premonia, emfiema, dan pleuritis.

4). Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitaris.

5). Komplikasi ginjal: glumerulonetritis, plelene tritis, dan perine pitis.

6). Komplikasi tulang: ostieomilitis, spondilitis, dan ortitis. Pada anak-

anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi.

Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan tak semua berat dan

kelemahan umum, bila perawatan pasien kurang

sempurna(Ridha,2017)

8. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium akan menuunjukan peninggakan leukosit atau

leukositosis (20.000-25.000/mm3). Laju endap darah meningkat dan

terdapat gambaran leukosit normokromik normositik. Selain itu, juga

dapat ditemukan leukopenia dengan limfositosis relatif. Untuk memastikan

diagnosis demam tifoid, perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologis dan

pemeriksaan serologi.

Pemeriksaan bakteriologis dilakukan melalui biakan darah, feses,

urin, sumsum tulang ataupun duodenum. Pada pasien demam tifoid,

biasanya dilakukan pada minggu kedua, dan biakan urin dilakukan pada

minggu ketiga. Pada pemeriksaan serologis, yang digunakan yaitu tes

widal, dengan dasar reaksi aglutinasi antara antigen salmonella typhosa

dan antibodi pada serum pasien. Tes widal dilakukan beberapa kali, karena

jika hanya dilakukan satu kali saja, maka pemeriksaan tersebut belum bisa

di jadikan standar untuk menentukan diagnosis demam tifoid, setiap rumah

sakit mempunyai standar nilai widal sendiri. Standar nilai untuk:

Menentukan diagnosis demam tifoid tercantum pada tabel 2.2.

Kota Standar Nilai

Surabaya >1/200

Yogyakarta >1/160

Manado >1/180

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

34

9. Penatalaksaan medis

Penatalaksaan demam tifoid dilakukan dengan terapi suportif,

simptomatis, dan pemberian antibiotik jika sudah ditegakkan diagnosis.

Pasien demam tifoid harus segera dirawat di rumah sakit atau pelayanan

kesehatan karena pasien memerlukan istirahat selama 5-7 hari. Selain itu,

pengawasan ketat perlu dilakukan agar tidak terjadi komplikasi yang

berbahaya. Pasien boleh bergerak (mobilisasi) sewajarnya, misalnya ke

kamar mandi, duduk di teras, mandi sendiri, dan makan sendiri, yang

prinsipnya adalah tidak melakukan aktivitas berat yang membutuhkan

banyak energi.

Pengaturan pola makan sangat penting pada penyakit ini mengingat

organ yang terganggu yaitu sitem pencernaan, khusunya usu halus. Jika

pasien tidak sadar, maka dapat diberikan makanan cair dengan

menggunakan sonde lambung. Jika pasien sadar, maka pemberian

makanan bisa dimulai dari bubur saring. Jika kondisi pasien sudah

membaik, maka ditingkatkan makanannya menjadi bubur kasar, dan jika

sudah normal, maka dapat diberikan nasi biasa. Susu diberikan dua gelas

sehari. Pemberian makanan padat secara dini lebih mengutnntungkan

karena dapat mengurangi resiko penurunan berat badan yang berlebihan

(berat badan stabil) masa perawatan lebih pendek karena pasien lebih

cepat sembu, menekan perunan albumin dan dapat mecegah terjadinya

infeksi lain. Pada prinsipnya, makanan yang diberikan adalah makanan

yang tidak begitu merangsang, misalnya terlalu pedas dan asam. Selain itu,

dapat pula diberika makanan yang rendah selulosa serta tidak

menimbulkan gas.

Obat diberikan secara simptomatis, misalnya pada pasien yang

mual dapat diberikan antiemetik, pada pasien yang demam dapat diberikan

antiperitik, dan boleh ditambahkan vitamin untuk meningkatkan stamina

tubuh pasien. Antibiotik dapat diberikan jika diagnosissudah ditegakkan.

Antibiotik yang mengatasi demam tifoid yang sering kali di gunakan yaitu

kloramfenikol, kotrimoksazol, ampisilin, amoksisilin, dan seftriakson. Obat

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Kebutuhan Dasar

35

yang paling efektif mengatasi infeksi ini yaitu kloramfenikol yang

diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg/BB/hari. Selain pemberian

antipiretik pada opasien demam, juga dapat dilakukan kompres air dingin

biasa tanpa es di daerah ketiak, leher, maupun selangkangan.

Untuk mencegah terjadinya demam tifoid, perlu diberikan

kombinasi vaksin. Vaksin yang sering diberikan yaitu vaksin polisakarida.

Vaksin lain yang dapat digunakan sebagai kombinasi yaitu vaksin

salmonella typhosa yang dimatikan dan vaksin dari strain salmonella yang

dilemahkan. Pemberian vaksin diulang setiap 3 tahun. Kontraindikasi

pemberian vaksin tersebut yaitu anak yang hipersensitif, wanita hamil,ibu

yang menyusui anak nya, kondisi anak yang sedang demam, anak berusia

di bawah 2 tahun. Anak usia di atas 2 tahun dianggap sudah mempunyai

antibodi untuk menerimavaksin salmonella tersebut dan suda terpapar

dengan bakteri salmonella dari makanan jajanan.

Untuk mengontrol epidemi, dapat dilakukan dengan penyediaan air

bersih yang adekuat, sanitasi lingkungan, dan personal hagiene yang

memadai. Pemberian penyuluhan tentang perilaku hidup bersi dan sehat

dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup bersih

dan sehat. Tindakan tersebut diharapkan dapat mengurangi atau

menghilangkan kejadian penyakit demam tifoid.