Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Kebutuhan Dasar
1. Definisi Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zatgizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting
dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan
sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi, dan zat-zat lain yang
terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit( Tarwoto dan Wartonah,2014)
Nutrisi adalah zat penyusun bahan makanan yang diperlukan tubuh untuk
metabolisme yaitu karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral
(seperti beras, gula, susu, daging, telut, sayuran( Ngastiyah,2005).
Nutrisi merupakan komponen kesehatan dasar dan sangat penting bagi
tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal
mempertahankan dan memperbaiki jaringan tubuh, metabolisme sel dan
fungsi organ (Niman,2017)
2. Jenis-Jenis Nutrisi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2014) jenis-jenis nutrisi yang diperlukan
pada tubuh adalah :
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber utama tubuh. Selama proses pencernaan
karbohidrat akan terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian
dimanfaatkan tubuh dan kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan
jaringan otot dalam bentuk glikogen, lemak akan disimpan di sekitar
perut, ginjal, dan di bawah perut. Sumber karbohidrat berasal dari
makanan pokok, umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras,
7
jagung, kacang, sagu, singkong. Sementara itu, karbohidrat pada hewani
berbentuk glikogen. Metabolisme karbohidrat merupakan sumber energi
utama tubuh. Hampir 80% energi dihasilkan dari karbohidrat. Setiap 1
gram karbohidrat akan dihasilkan 4 kilokalori(kkal).
Fungsi karbohidrat :
1 ) Sumber energi yang murah.
2 ) Sumber energi utama bagi otak dan saraf.
3 ) Cadangan untuk tenaga tubuh.
4 ) Pengaturan metabolisme lemak.
5 ) Efisiensi penggunaan protein.
6 ) Memberiakan rasa kenyang.
b. Protein
Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam
penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon, dan
antibodi. Protein adalah senyawa kompleks, tersusun atas asam amino
atau peptida. Bentuk sederhana dari protein adalah asam amino pada
manusia terkandung 22 jenis asam amino yang berbeda. Setiap 1 gram
protein akan menghasilkan 4 kkal. Setelah asam amino diserap di usus
dan masuk ke aliran darah menuju ke hati, selanjutnya akan disebar ke
seluruh jaringan tubuh dan dimanfaatkan untuk mengganti sel-sel yang
rusak, pembentukan protein plasma darah, serta pembentukan enzim dan
hormon. Beberapa sumber protein berkulitas tinggi adalah :susu, daging,
telur, hati, udang, kerang, ayam. Beberapa sumber protein nabati adalah :
jagung, kedelai, kacang hijau, tepung terigu.
Fungsi protein :
1) Dalam bentuk albumin berperan dalam keseimbangan cairan, yaitu
dengan meningkatkan tekanan osmotik koloid serta keseimbangan
asam basa.
2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
3) Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon.
4) Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak.
8
5) Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat menyimpan
dan meneruskan sifat-sifat keturunan.
c. Lemak
Sumber lemak dapat berasal dari hewan disebut dengan lemak hewani,
misalnya daging sapi, kambing, telur, ikan. Sumber lemak yang berasal
dari tumbuhan disebut lemak nabati seperti kacang-kacangan, kelapa, dan
alpukat.
Fungsi lemak :
1) Sebagai sumber energi, memberikan kalori di mana dalam 1 gram
lemak pada peristiwa oksidasi akan menghasilkan kalori sebanyak 9
kkal.
2) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus.
3) Untuk aktivitas enzim seperti fosfolipid.
4) Penyusun hormon seperti biosintesis hormon steroid.
d. Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhakan tubuh dalam
jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin sangat
berperan dalm proses metabolisme dalam fungsinya sebagai katalisator.
Vitamin dapat dibagi dalam dua kelas besar yaitu vitamin larut dalam air
(B1, B2, B3, B5, B6, B12 Dan vitamin C ) jenis vitamin ini dapat larut
dalam air sehingga kelebihannya akan dibuang melalui urine dan vitamin
yang larut dalam lemak ( A, D, E, Dan K).
Vitamin yang larut dalam air, seperti vitamin B dan vitamin C mudah
diabsorpsi dalam epitelium mukosa usus melalui proses difusi, kecuali
vitamin B12 yang hanya dapat diabsorpsi dengan bantuan instrinsik
faktor yang dihasilkan oleh sel parietal lambung. Vitamin B12 diabsorpsi
pada ileum terminal. Sementara itu, vitamin yang larut dalam lemak
seperti vitamin A, D, E, dan K Akan diabsorpsi dengan bantuan garam-
garam empedu dan lipase. Vitamin A, D, E, K, dan B12 yang diabsorpsi
dari darah disimpan dalam hati dan kemudian dipergunakan kembali jika
dibutuhkan tubuh.
9
e. Mineral
Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena peranannya
sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak
menghasilkan energi,tetapi merupakan elemen kimia yang berperan
dalam memertahankan proses tubuh.
Fungsi mineral :
1) Penentuan konsentrasi osmotik cairan tubuh, misalnya natrium dan
klorida yang berperan dalam mempertahankan cairan ekstrasel.
Kalsium sangat penting dalam mempertahankan konsentrasi osmotik
intrasel.
2) Proses fisiologi, variasi kombinasi dari ion-ion berperan dalam
berbagai proses fisiologi, seperti mempertahankan transmembran
ootensial, pembentukan dan mempertahankan tulang, konstraksi otot,
pembentukan hormon, pembentukan darah dan sistem penyangga.
f. Air
Merupakan media transpor nutrisi dan sangata penting dalam kehidupan
sel-sel tubuh. setiap hari, sekitar 2 liter air masuk ke dalam tubuh
manusia melalui minum, sedangkan cairan digestif yang diproduksi oleh
berbagai organ saluran pencernaan sekitar 8-9 liter sehingga sekitar 10-
11 liter cairan beredar dalam tubuh. Namun demikian, dari 10-11 liter
cairan yang masuk, hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses
selebihnya direabsorpsi.
Absorpsi air terjadi pada usus halus dan usus besar(kolon) dan terjadi
melalui proses difusi.
3. Fungsi Nutrisi Bagi Tubuh
Menurut Jauhari dan Nasution (2013) fungsi nutrisi bagi tubuh bagi tubuh
manusia adalah :
Tubuh kita terbentuk dari zat-zat yang berasal dari makanan. Oleh karena
itu memerlukan masukan makanan yaitu untuk memperoleh zat-zat yang
10
diperlukan tubuh, zat-zat tersebut nutrisi yang berfungsi membentuk dan
memelihara jaringan tubuh, memperoleh tenaga, mengatur pekerjaan di
dalam tubuh, dan melindungi tubuh terhadap penyakit.Dengan demikian
fungsi utama nutrisi adalah memnerikan energi bagi aktivitas tubuh,
membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh serta mengatur berbagai
prose kimiawi tubuh.
Untuk pertumbuhan tubuh diperlukan zat yang disebut protein mineral dan
juga air. Tenaga yang di perlukan untyuk bekerja dan menjalankan aktivitas
di dalam tubuh yaitu pencernaan makanan, pernafasan dan peredaran darah
di peroleh dari zat hidrat arang, lemak, protein. Protein di gunakan untuk
menghasilkan tenaga terutama bila jumlah hidrat arang dan lemak tidak
cukup. Zat-zat yangberfungsi memelihara, menagtur kerja di dalam tubuh
dan melindungi diri kita terhadap serangan penyakit adalah mineral dan
vitamin.
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Nutrisi
Menurut ( Vaughans,2013 ) faktor yang mempengaruhi asupan nutrisi
manusia dan satatus gizi adalah :
a. Usia dan Tahap Perkembangan
periode waktu dalam hidup seseorang ketika bertumbuh begitu capat dan
membutuhkan tingkat energi yang dikeluarkan lebih tinggidan asupan
nutrisi lebih tinggi. Dua masa tersebut adalah pada permulaan kehidupan
dan selama masa remaja. Ketika ada dorongan pertumbuhan kemampuan
bayi untuk memenuhi kebutuhan energi menjadi berlipat karena faktanya
ia mempunyai saluran pencernaan belum sempurna. Dengan demikian,
bentuk makanan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bayi harus
dimodifikasi untuk menyesuaikan level fungsional saluran pencernaan.
Selama masa remaja, tantangannya untuk memastikan bahwa nutrisi yang
tepat lah yang dikonsumsi. Remaja sangat aktif dan senang bepergian.
Mereka mempunyai tingkat kemandirian lebih tinggi dan lebih senang
memilih makanan cepat saji yang tinggi kaloridan lemak yang mudah di
11
mkan di jalan. Remaja, khususnya remaja wanita sangat perhatian
tentang bentuk tubuhnya dan dapat menjadi korban kelainan makan
seperti anoreksia dan bulimia.
Dengan lanjut usia juga mempunyai tantangan terkait tahap
perkembangan mereka. Meski kebutuhan energi dan kalori menurun
seiring usia, kebutuhan nutrisi tertentu tidak menurun. Ingat
bahwaseseorang individu dapat alami kegemukan dan kekurangan gizi
pada saat bersaamaan. Dengan demikian lanjut usia perlu memonitor
asupan kalorinya sedang pada saat yang sama memastikan asupan nutrisi
yang dibutuhkan seperti kalsium dan besi.
b. Gaya hidup dan budaya
Gaya hidup seseorang atau keluarganya juga mempunyai pengaruh
terhadap kebiasaan makan. Contoh variable gaya hidup yang
mempengaruhi kebiasaan makan diantaranya :
1) Kedua orang tua yang bekerja di luar rumah dapat mempengaruhi
tipe makanan yang dimakan ( misal makanan cepat saji, makanan
kotak, menu seimbang termasuk pemulihan masing-masing
kelompok makanan )
2) Pendapatan ( makan di restoran, kemampuan untuk membeli
beragam makanan )
3) Kapan dan di mana makanan dimakan ( misal di meja makan,
dalam keluarga, sendiri, di depan tv, pada waktu makan berbeda,
makan sepanjang hari )
4) Keyakinan ( misal keyakinan agama, keyakinan bahwa makan apa
saja akan membuat sehat )
5) Tingkat aktivitas ( mempengaruhi jumlah kalori yang dibutuhkan )
6) Konsumsi alkohol dan obat terlarang.
c. Gangguan kesehatan
Penyakit tertentu dapat mengganggu status nutrisi seseorang, mual,
muntah, ulser mulut, sakit gigi, gangguan menelan dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memproses makanan
12
secara mekanik dan juga menghambat selera terhadap makanan.
Kelainan tertentu ( misal infeksi ) meningkatkan laju metabolisme,
yang selanjutnya mengarah pada meningkatnya permintaan akan
nutrisi. Penyakit lain familiar dengan gangguan nutrisi. Penyakit
familiar lain terkait gangguan nutrisi termasuk diabetes mellitus dan
“sindrom sampah “ terkait HIV.
5. Kebutuhan Nutrisi
Menurut Jauhari dan Nasution (2013) ada tiga cara menghitung kebutuhan
nutrisi seseorang :
a. Cara pertama
1) Bagi orang dewasa
Didasarkan pada kebutuhan kalori dasar /basal dan tingkat aktivitas.
Kebutuhan kalori basal (KKB) adalah hasil perkalian antara berat
badan ideal (BBI) dengan angka 10 (BBI x 10).
Tabel 2.1 Tabel Kalori Basal
Aktivitas Kalori
Tetap KKB x 3
Sedang KKB x 5
Berat KKB x 10
2) Bagi anak-anak ( dibawah usia 12 tahun )
Umumnya memerlukan 1000 kalori ditambah 100 x usia anak.
Sebagai contoh, seorang anak usia 4 tahun mempunyai kebutuhan
kalori sebanyak 1000 + (100 x 4)= 1400 kalori.
13
b. Cara kedua
Berdasarkan tingkat aktifitas dan jumlah kalori untuk setiap loubes/
pound dari berat badan ideal (BBI).
Tabel 2.2 Jumlah Kalori Tiap Berat Badan
Aktifitas Kalori / Ib dari BBI
Tetap 11-12
Ringan 13-14
Sedang 15-16
Berat 17-18
c. Cara ketiga
Pedoman yang digunakan oleh USDA ( United State Dietarian
Assocation) untuk menghitung jumlah kalori per berat badan menurut jenis
kelamin.
Aktifitas
Kalori / Ib dari BB
Laki- Laki Perempuan
Tetap 16 14
Sedang 21 18
Berat 28 22
6. Masalah Nutrisi
Menurut Jauhari dan Nasution (2013) masalah yang berhubungan dengan
nutrisi adalah :
a. Malnutrisi
14
Malnutrisi merupakan kondisi kekurangan bahan-bahan nutrisi esensial
pada tingkat seluler sebagai akibat dari faktor fisiologi, individu, sosial,
pendidikan, ekonomi, budaya, dan politik.
Malnutrisi dibedakan atas defisiensi primer dan defisiensi sekunder.
Defisiensi primer terjadi ketika bahan-bahan nutrisi yang esensial seperti protein,
karbohidrat, lemak, dan vitamin tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dalam
makanan. Sedangkan defisiensi sekunder terjadi karena ketidakmampuan tubuh
mencerna dan menyerap makanan, gangguan metabolisme, atau karena
peningkatan kebutuhan nutrisi misalnya peningkatan kebutuhan karbogidrat
padapasien diabetes melitus.
Ada beberapa indikasi sehingga seseorang dikatakan kekurangan nutrisi :
1 ) Berat badan 20% atau lebih rendah daripada tinggi dan bentuk badan ideal.
2 ) Berat badan rendah dengan masukan makanan memadai.
3 ) Masukan makanan kurangdari keperluan tubuh.
4 ) Kesukaran makanan.
5 ) Ada tanda dan gejala masalah pencernaan seperti nyeri abdomen, diare dan
bising usus hiperaktif.
6 ) Kelemahan otot dan penurunan tingkat energi.
7 ) Rambut rontok (alopesia).
8 ) Pucat pada kulit, membran mukosa, dan konjungtiva.
b. Obesitas
Pasien dengan obesitas mempunyai status nutrisi yang melebihi kebutuhan
metabolisme karena kelebihan masukan kalori atau penurunan penggunaan kalori
(energi). Artinya, masukan kalori tidak seimbang dengan penggunaannya yang
pada akhirnya berangsur-angsur berakumulasi meningkatkan berat badan.
c. Diabetes melitus
Diabetes melitus adalah kelainan kronik berupa gangguan metabolisme
karbohidrat karena defisiensi insulin atau penggunaan karbohidrat secara
berlebihan. Meskipun diabetes melitus dapat disebabkan oleh makanan atau
tingkat aktivitas, akan tetapi obesitas dan perilaku makan yang berlebihan
merupakan faktor pendukung (predisposition) terjadinya diabetes melitus.
15
d. Hipertensi
Faktor –faktor predisposisi peningkatan resiko orang menderita hipertensi,
meliputi faktor heriditas, jenis kelamin, umur, obesitas,masukan kalsium dan
natrium.
e. Penyakit Jantung Koroner
Tiga faktorutama penyebab penyakit jantung koroner adalah peningkatan
kolesterol darah, hipertensi, dan merokok. Faktor- faktor resiko lain yang dapar
menyebabkan penyakit jantung koroner adalah stress emosi, gaya hidup,
obesistas, diabetes melitus, kelainan jantung, riwayat keluarga dengan penderitaan
penyakit jantung, umur, jenis kelamin, ras.
f. Kanker
Hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa ada hubungan jumlah lemak
yang dikonsumsi dari makanan dengan insiden kanker khususnya kanker
payudara, usus besar, dan prostat. Bahan- bahan makanan seperti vitamin a,c dan
e, selinium dan makanan yang berserat potensial mencegah kanker bila
dikonsumsi dalam jumlah yang seimbang.
g. Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa ditandai dengan kehilangan berat badan yang drastis
secara berkepanjangan dan pasien memelihara berat badannya pada kadar rendah
yang abnormal. Anoreksia nervosa biasanya terjadi pada usia muda sampaidewasa
tua. Anoreksia nervosa terutama terjadi pada wanita.
Pengkajian nutrisi pada pasien dengan anoreksia nervosa meliputi :
1. Pengukuran antropometrik untuk mengkaji status fisik.
2. Pengukuran nilai biokimia untuk mengetahui defisiensi nutrisi.
3. Pemeriksaan klinik.
4. Mengkaji riwayar nutrisi untuk menentukan perkembangan penyakit,
konsumsi kalori, protein, dan bahan makanan lainnya, pola makan dan
perilaku makan, pengaruh psikologi dan sosial terhadap perilaku makanan,
penggunaan obat-obatan seperti vitamin, laktasif, dan diuretik serta aktivitas
fisik.
16
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas pasien
Umur : Demam tifoid sering ditemukan pada usia di atas 1 tahun.
b. Keluhan utama
Apakah pasien mengeluh lemas, tidak nafsu makan, tidak bergairah
untuk beraktivitas, demam tidak turun-turun, nyeri perut.
c. Riwayat kesehatan
1 ) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama, apakah
anggota keluarga juga pernah sakit yang sama, apakah sebelumnya
pasien pernah sakit, pakah sampai dirawat dan sakit apa.
2 ) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji sejak kapan klien mulai demam, mulai merasakan tidak
berselera makan, mual,muntah, lemas. Apakan terdapat pembesaran
hati dan limpa. Apakah terdapat gangguan kesadaran, apakah terdapat
komplikasi misalnya seperti perdarahan, perforasi, peritonitis dan
sebagainya.
3 ) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama dengan klien atau penyakit gastrointestinal lainya.
d. Pola pengkajian sistem
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Pola klien dengan demam tifoid akan mengalami penurunan nafsu
makan karena mual dan muntah saat makan sehingga makan hanya
sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
2 ) Pola eliminasi
Pada klien demam tifoid dapat mengalami konstipasi oleh karena
tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami
gangguan.
17
Pola istirahat dan tidur terganggu sehubungan peningkatan suhu
tubuh.
3 ) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar
tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
4 ) Personal hygiene
Klien hanya dibersihkan oleh bantuan keluarga di atas bed.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pada klien demam tifoid didapatkan keadaan klien lemah dan suhu
tubuh meningkat 38-400 C.
2) Berat badan
Klien yang mengalami demam tifoid akan menglami penurunan
berat badan.
3) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran
4) Tanda – tanda vital
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, menglami
peningkatan suhu tubuh.
f. Pemeriksaan head to toe
1). Kepala
Inspeksi : Kebersihan kurang, distribusi rambut merata, warna
hitam, tidak ada ketombe
Palpasi : Tidak ada benjolan
2). Wajah
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
3). Mata
Inspeksi : skelera putih, konjungtiva merah muda, reflex pupil
mengecil saat terkena sinar.
4). Telinga
18
Inspeksi : Tidak ada serumen, simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada benjolan
5). Mulut
Inspeksi : Bibir kering, lidah kotor, mukosa kering.
6). Leher
Inspeksi : Tidak ada distensi vena jugularis
7). Perut
Auskultasi : Terdengar bising usus
Inspeksi : Tidak ada asites
Palpasi : Lemas
Perkusi : Pembesaran limfa.
2. Pemeriksan diagnostik
Pada pengkajian diagnostik diperlukan pemeriksaan penunjang
meliputi hal-hal berikut :
a). Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar
leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai
infeksi sekunder.
b). Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SOGT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SOGT dan SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus.
c). Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
bakteri salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam tifoid.
Demam tifoid, akibat adanya infeksi dari salmonella typhi maka
penderita membuat antibodi ( aglutinin).
d). Kultur
Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
Kultur urin : bisa positif pada akhir minggu kedua
19
Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga.
e). Anti salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeksi secara dini infeksi akut
salmonella typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan
ke-4 terjadinya demam.
3. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada penderita demam
tifoid yaitu :
1) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.
Hipertermi yaitu peningkatan suhu di atas rentang normal tubuh.
Batasan karakteristik : kulit merah, kejang, takikardi, takipnea,
kulit terasa hangat.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu asupan nutrisi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Batasan karakteristik : Kram/nyeri abdomen, nafsu makan
menurun, cepat kenyang setelah makan, berat badan menurun 10%
di bawah rentang ideal, bising usus hiperaktif, otot pengunyah
lemah, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan,
serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare.
3) Risiko kurang volume cairan berhubungan dengan kurangnya
asupan cairan dan peningkatan suhu tubuh.
Risiko kurang volume cairan yaitu penurunan cairan dari
intravaskuler,interstisital,atau intraseluler.
Batasan karakteristik : perubahan status mental, penurunan tekanan
darah, penurunan tekanan nadi, penurunan turgor kulit, penurunan
haluan lidah, mukosa kering, kulit kering, peningkatan suhu tubuh,
haus, kelemahan.
20
3. Perencanaa Keperawataan
Tabel intervensi keperawatan diagnosa demam tyhpoid
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Intervensi Utama Intervensi Pendukung
1. Hipertermia yang
berhubungan dengan proses
infeksi
Definisi :
Suhu tubuh meningkat di atas
rentang normal
Penyebab :
1). Dehidrasi
2). Terpapar lingkungan
panas
3). Proses penyakit (mis
infeksi, kanker )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan di
harapkan suhu tubuh dalam batas normal dengan
kriteria hasil :
3) Keseimbangan panas, panas yang
diterima, dan kehilangan panas
4) Temperatur stabil 36,5-370 C
5) Tidak ada kejang
6) Tidak ada perubahan warna kulit
1).Manajemen hipertermia
Obsevasi :
Identifikasi penyebab hipertermia (mis dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, penggunaan
inkubator)
1.Edukasi Analgesia Terkontrol
2. Edukasi Dehidrasi
3. Edukasi pengukuran suhu tubuh
4. Edukai program pengobatan
5. Edukasi Terapi Cairan
6. Edukasi termogulasi
7. Kompres Dingin
8. Manajemen cairan
9. Manajemen Kejang
10. Pemantauan cairan
11. Pemberian Obat Intravena
12. Pemberian Obat Oral
13. Pencegahan Hipertermi Keganasan
14. Perawatan Sirkulasi
21
4). Ketidaksesuaian pakaian
dengan suhu lingkungan
5 ). Peningkatan laju
metabolisme
6 ). Respon trauma
7 ). Aktivitas berlebihan
8 ). Penggunaan inkubator.
Batasan karakteristik
1). Gejala dan tanda mayor
Objektif
a). Suhu tubuh di atas nilai
normal
2). Gejala dan tanda minor
Objektif
a). Kulit merah
b). Kejang
c). Takikardi
d). Takipnea
Monitor suhu tubuh
Monitor kadar elektrolit
Monitor haluaran urine
Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapautik :
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaslkan pakaian
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
Lakukan pendinginan eksternal (mis selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
Anjurkan tirah baring
15. Promosi Teknik Kulit Ke Kulit
22
e). Kulit terasa hangat Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Intervensi Utama Intervensi Pendukung
2.Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
Definisi :
Asupan nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
Penyebab :
1). Ketidakmampuan menelan
Setelah dilakukan tindakan diharapkan nutrisi
terpenuhi dengan kriteria hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan
tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan berat badan
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
Meningkatkan fungsi pengecapan dan menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
1).Manajemen nutrisi
Observasi :
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
1). Dukungan Kepatuhan Program
Pengobatan
2). Edukasi Diet
3). Edukasi Kemoterapi
4). Konseling Nutrisi
5). Konsultasi
6). Manajemen Hiperglikemia
7). Manajemen Hipoglikemia
8). Manajemen Kemoterapi
9). Manajemen Reaksi Alergi
10). Pemantauan Cairan
11). Pemantauan Nutrisi
23
makanan
2). Ketidakmampuan mecerna
makanan
3). Ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien
4). Faktor ekonomi (mis
finansial tidak mencukupi )
5). Faktor ekonomi (mis
finansial tidak mencukupi)
6). Faktor psiklologis (mis
stres, keengganan untuk
makan ).
1). Gejala dan tanda mayor
Objektif
a). Berat badan menurun
minimal 10% di bawah
rentang ideal
2). Gejala dan tanda minor
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastrik
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboraturium
Terapeutik :
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis
piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
Berikan makanan tinngi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemenmakanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang
12). Manajemen Ciran
13). Manajemen Demensia
14). Manajemen Diare
15). Manajemen Eliminasi Fekal
16). Manajemen Energi
17). Manajemen Gangguan Makan
18). Pemantauan Tanda Vital
19).Pemberian Makan
20). Pemberian Makanan Enteral
21). Pemberian Makanan Parenteral
22). Pemberian Obat Intravena
23). Terapi Menelan
24
Subjektif
a). Cepat kenyang setelah
makan
b). Kram/nyeri abdomen
c). Nafsu makan menurun
objektif
a). Bising usus hiperaktif
b). Otot pengunyah lemah
c). Otot menelan lemah
d). Membran mukosa pucat
e). Sariawan
f). Serum albumin turun
g). Rambut rontok berlebihan
h). Diare
nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan ,
jika perlu
25
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Intervensi Utama Intervensi Pendukung
3.Risiko kurang volume cairan
berhubungan dengan kurangnya asupan
cairan dan peningkatan suhu tubuh.
Definisi : penurunan cairan dari
intravaskule,interstisital,atau intraseluler
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan cairan terpenuhi ditandai
dengan kriteria hasil :
Mempertahankan urine output sesuai
dengan usia dan BB, BJ urine
normal,HT normal
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam
batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan
1).Manajemen Cairan
Observasi :
1). Identifikasi risiko
2). Insersi intravena
3). Insersi selang nasogastrik
4). Katerisasi urine
5). Manajemen aritmia
6). Manajemen autotransfusi
7). Manajemen edema cerebral
8). Manajemen elektrolit
9). Manajemen hipervolemia
10). Manajemen hipovolemia
11). Manajemen nutrisi
12). Manajemen medikasi
13). Manajemen perdarahan
14). Manajemen spesimen darah
15). Manajemen syok
26
Monitor status hidrasi (mis frekuensi
nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembapan mukosa, turgor
kulit, tekanan darah)
Monitor berat badan harian
Monitor berat badan badan sebelum
dan sesudah dialisis
Monitor hasil pemeriksaan
laboraturium
Monitor status hemodinamik
Terapeutik :
Catat intake-output dan hitung balans
cairan 24 jam
Berikan asupan cairan , sesuai
kebutuhan
Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian diuretik, jika
16). Manajemen syok anafilaktik
17). Manajemen syok hipovolemik
18). Manajemen syok kardiogenik
19). Manajemen syok neurogenik
20). Manajemen syok obstruktif
27
perlu
(SIKI,2018)
28
C. Tinjauan Konsep Demam Thypoid
1. Definisi
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang
disebabkan oleh sallmonella typhi, sallmonella paratyphi A dan salmonella
paratyphi B, salmonella C, paratypoid biasanya lebih ringan dengan
gambaran klinis yang sama (Ridha,2017).
Demam typoid (typus abdominalis) merupakan penyakit infeksi
akut pada usus halus yang disebabkan oleh salomenella typhosa dan hanya
terdapat pada manusia (Marni,2016).
Demam typoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyebab penyakit
ini adalah salmonella typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan
bulu getar, tidak berspora (Ngastiyah, 2005).
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat
pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan
terdapat gangguan kesadaran (Suriadi dan Yuliani,2006).
2. Etilogi
Salmonella typhosa yang juga dikenal dengan nama salmonella
typhi merupakan mikroorganisme patogen yang berada di jaringan limfatik
usus halus, hati, limpa, dan aliran darah yang terinfeksi. Kuman ini berupa
Gram negatif yang akan nyaman hidup dalam suhu tubuh manusia. Kuman
ini akan mati pada suhu 70˚C dan dengan pemberian antiseptik. Masa
inkubasi penyakit ini antara 7-20 hari. Namun, ada juga yang memiliki
masa inkubasi paling pendek yaitu 3 hari, dan paling panjang yaitu 60 hari.
Menurut Rampengan (2007), kuman salmonella typhosa atau eberthella
typhosa mempunyai 3 macam antigen (Tabel 2.1)
29
Macam-macam antigen pada kuman Salmonella typhosa atau Eberthella
typosa
Macam – macam Antigen Karakteristik
Antigen O (Ohne Hauch) Antigen somatik (tidak menyebar)
Antigen H ( Hauch ) Menyebar
Antigen V ( kapsul ) Kapsul yang meyelimuti tubuh kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis
3. Penyebaran kuman
Mekanisme masuknya kuman adalah diawali infeksi yang terjadi pada
saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus. Basil melalui pembuluh
limfe pada usus halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ-
organ terutama hati dan limpa, sehingga organ-organ tersebut akan
membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian, basil masuk kembali
ke dalam darah (bakteriemia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke
dalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga menimbulkan tukak terbentuk
lonjong pada mukosa di atas plak peyeri. Tukak tersebut dapat
mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan
oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan
oleh kelainan pada usus.
4. Patofisiologi
Kuman salmonella typhosa masuk ke dalam saluran pencernaan,
khususnya usus halus bersama makanan, melalui pembuluh limfe. Kuman
ini masuk atau menginvasi jaringan limfoid mesenterika. Di sini akan
terjadi nekrosis dan peradangan. Kuman yang berada pada jaringan
limfoid tersebut masuk ke peredaran darah menuju hati dan limpa. Di sini
biasanya pasien maerasakan nyeri. Kuman tersebut akan keluar dari hati
dan limpa. Kemudian, kembali ke usus halus dan kuman mengeluarkan
endotoksin yang dapat menyebabkan reinfeksi di usus halus. Kuman akan
berkembang biak di sini. Kuman salmonella typhosa dan endotoksin
30
merangsang sintesis dan pelepasan pirogen yang akhirnya beredar di darah
dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang
menimbulkan gejala demam. Kuman menyebar ke suluruh tubuh melalui
peredaran darah serta dapat menyebabkan terjadinya tukak mukosa yang
mengakibatkan perdarahan dan perforasi.
31
5. Pathway
6. Manisfestasi klinis
Salmonella
typhosa
masuk ke dalam
saluran pencernaan
(usus halus )
Menginvasi
jaringan limfoid
Masuk peredaran
darah
Limpa Hati
Kembali ke usus halus
(berkembang biak )
Kuman dan
endotoksin
Merangsang sintesis Pelepasan pingmen
Beredar pembuluh
darah
Mempengaruhi pusat
termoregulator
Demam
Menyebar ke
seluruh tubuh
Tukak mukosa
Perdarahan
perforasi
Nektoris
Peradangan
Pasien merasa nyeri
Pelepasan endotoksin
32
Tanda khas penyakit ini yaitu demam tinggi kurang lebih satu
minggu desertai nyeri kepala hebat dan gangguan saluran pencernaan,
bahkan ada yang sampai mengalami gangguan kesadaran. Demam tinggi
biasanya dimulai sore hari sampai dengan malam hari. Kemudian,
menurun pada pagi hari. Demam ini terjadi kurang lebih selama 7 hari.
Pada anak yang mengalami demam tinggi dapat terjadi kejang. Gangguan
pencernaan yang terjadi pada pasien demam tifoid yaitu mual, muntah,
nyeri ulu hati, perut kembung, anoreksia, lidah tifoid (kotor, bagian
belakang tampak putih pucat dan tebal, serta bagian ujung dan tepi
kemerahan). Selain itu, juga dapat menyebabkan diare dan konstipasi.
Gangguan kesadaran juga dapat terjadi pada pasien demam tifoid yaitu
apatis dan somnolen. Pada minggu kedua, dapat terjadi hepatomegali,
splenomegali, dan roseola. Roseola ini terdapat pada daerah perut, dada,
dan kadang bokong.
Pemeriksaan fisik menunjukkan peningkatan suhu tubuh, lidah
tifoid, hepatomegali, splenomegali, dan terdapat roseola (tidak semua
pasien ada). Pembesaran limpa terjadi pada akhir minggu pertama, tidak
progresif, dengan konsistensi yang lebih lunak. Pada anak berusia di
bawah 2 tahun, tanda dan gejala yang terjadi yaitu demam tinggi
mendadak, disertai muntah, kejang, dan tanda rangsangan meningeal.
7. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi menjadi :
a. Komplikasi intestinal
1 ). Perdarahan usus.
2 ). Perforasi usus.
3 ). Ilues paralitik.
b. Komplikasi ekstraintertinal
1). Komplikasi kardiofaskuler: miakarditis, trombosis, dan trombo
flebitis.
2). Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombusta penia dan sindrom
urenia hemolitik.
33
3). Komplikasi paru : premonia, emfiema, dan pleuritis.
4). Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitaris.
5). Komplikasi ginjal: glumerulonetritis, plelene tritis, dan perine pitis.
6). Komplikasi tulang: ostieomilitis, spondilitis, dan ortitis. Pada anak-
anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi.
Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan tak semua berat dan
kelemahan umum, bila perawatan pasien kurang
sempurna(Ridha,2017)
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium akan menuunjukan peninggakan leukosit atau
leukositosis (20.000-25.000/mm3). Laju endap darah meningkat dan
terdapat gambaran leukosit normokromik normositik. Selain itu, juga
dapat ditemukan leukopenia dengan limfositosis relatif. Untuk memastikan
diagnosis demam tifoid, perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologis dan
pemeriksaan serologi.
Pemeriksaan bakteriologis dilakukan melalui biakan darah, feses,
urin, sumsum tulang ataupun duodenum. Pada pasien demam tifoid,
biasanya dilakukan pada minggu kedua, dan biakan urin dilakukan pada
minggu ketiga. Pada pemeriksaan serologis, yang digunakan yaitu tes
widal, dengan dasar reaksi aglutinasi antara antigen salmonella typhosa
dan antibodi pada serum pasien. Tes widal dilakukan beberapa kali, karena
jika hanya dilakukan satu kali saja, maka pemeriksaan tersebut belum bisa
di jadikan standar untuk menentukan diagnosis demam tifoid, setiap rumah
sakit mempunyai standar nilai widal sendiri. Standar nilai untuk:
Menentukan diagnosis demam tifoid tercantum pada tabel 2.2.
Kota Standar Nilai
Surabaya >1/200
Yogyakarta >1/160
Manado >1/180
34
9. Penatalaksaan medis
Penatalaksaan demam tifoid dilakukan dengan terapi suportif,
simptomatis, dan pemberian antibiotik jika sudah ditegakkan diagnosis.
Pasien demam tifoid harus segera dirawat di rumah sakit atau pelayanan
kesehatan karena pasien memerlukan istirahat selama 5-7 hari. Selain itu,
pengawasan ketat perlu dilakukan agar tidak terjadi komplikasi yang
berbahaya. Pasien boleh bergerak (mobilisasi) sewajarnya, misalnya ke
kamar mandi, duduk di teras, mandi sendiri, dan makan sendiri, yang
prinsipnya adalah tidak melakukan aktivitas berat yang membutuhkan
banyak energi.
Pengaturan pola makan sangat penting pada penyakit ini mengingat
organ yang terganggu yaitu sitem pencernaan, khusunya usu halus. Jika
pasien tidak sadar, maka dapat diberikan makanan cair dengan
menggunakan sonde lambung. Jika pasien sadar, maka pemberian
makanan bisa dimulai dari bubur saring. Jika kondisi pasien sudah
membaik, maka ditingkatkan makanannya menjadi bubur kasar, dan jika
sudah normal, maka dapat diberikan nasi biasa. Susu diberikan dua gelas
sehari. Pemberian makanan padat secara dini lebih mengutnntungkan
karena dapat mengurangi resiko penurunan berat badan yang berlebihan
(berat badan stabil) masa perawatan lebih pendek karena pasien lebih
cepat sembu, menekan perunan albumin dan dapat mecegah terjadinya
infeksi lain. Pada prinsipnya, makanan yang diberikan adalah makanan
yang tidak begitu merangsang, misalnya terlalu pedas dan asam. Selain itu,
dapat pula diberika makanan yang rendah selulosa serta tidak
menimbulkan gas.
Obat diberikan secara simptomatis, misalnya pada pasien yang
mual dapat diberikan antiemetik, pada pasien yang demam dapat diberikan
antiperitik, dan boleh ditambahkan vitamin untuk meningkatkan stamina
tubuh pasien. Antibiotik dapat diberikan jika diagnosissudah ditegakkan.
Antibiotik yang mengatasi demam tifoid yang sering kali di gunakan yaitu
kloramfenikol, kotrimoksazol, ampisilin, amoksisilin, dan seftriakson. Obat
35
yang paling efektif mengatasi infeksi ini yaitu kloramfenikol yang
diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg/BB/hari. Selain pemberian
antipiretik pada opasien demam, juga dapat dilakukan kompres air dingin
biasa tanpa es di daerah ketiak, leher, maupun selangkangan.
Untuk mencegah terjadinya demam tifoid, perlu diberikan
kombinasi vaksin. Vaksin yang sering diberikan yaitu vaksin polisakarida.
Vaksin lain yang dapat digunakan sebagai kombinasi yaitu vaksin
salmonella typhosa yang dimatikan dan vaksin dari strain salmonella yang
dilemahkan. Pemberian vaksin diulang setiap 3 tahun. Kontraindikasi
pemberian vaksin tersebut yaitu anak yang hipersensitif, wanita hamil,ibu
yang menyusui anak nya, kondisi anak yang sedang demam, anak berusia
di bawah 2 tahun. Anak usia di atas 2 tahun dianggap sudah mempunyai
antibodi untuk menerimavaksin salmonella tersebut dan suda terpapar
dengan bakteri salmonella dari makanan jajanan.
Untuk mengontrol epidemi, dapat dilakukan dengan penyediaan air
bersih yang adekuat, sanitasi lingkungan, dan personal hagiene yang
memadai. Pemberian penyuluhan tentang perilaku hidup bersi dan sehat
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup bersih
dan sehat. Tindakan tersebut diharapkan dapat mengurangi atau
menghilangkan kejadian penyakit demam tifoid.