Upload
trinhnhu
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia, L)
· Tinjauan tentang daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia, L)
1. Klasifikasi tumbuhan jeruk nipis (Citrus aurantifolia, L)
Citrus aurantifolia, L dikenal dengan nama jeruk nipis. Klasifikasi
tanaman ini adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rutales
Familia : Rutaceae
Marga : Citrus
Species : Citrus aurantifolia, L (Cristm.) Swingle
2. Morfologi jeruk Nipis (Citrus aurantifolia, L)
Secara morfologis batang pohon jeruk nipis berkayu ulet dan
keras, sedangkan permukaan kulit luarnya berwarna tua dan kusam.
Tanaman jeruk nipis biasanya mulai berbuah ketika berumur 2 tahun 6
bulan. Bunganya majemuk/tunggal yang tumbuh di ketiak daun atau di
ujung batang dengan diameter 1,5-2,5 cm. Kelopak bunga berbentuk
seperti mangkok dengan diameter 0,4-0,7 cm berwama putih
kekuningan dan tangkai putik silindris putih kekuningan. Daun mahkota
xvii
berjumlah 4-5, berbentuk bulat telur atau lanset dengan panjang 0,7-
1,25 cm dan lebar 0,25-0,5 cm berwarna putih. Sedangkan tulang
daunnya menyirip, tangkai bersayap hijau dan lebarnya 5-25 mm.
Buahnya berukuran kecil seukuran bola pingpong yang kulit luarnya
berwarna hijau atau kekuning-kuningan bila buahnya masak. Daunnya
majemuk, berbentuk elips dengan pangkal membulat, ujung tumpul,
dan tepi beringgit. Panjang daunnya mencapai 2,5-9 cm dan lebarnya 2-
5 cm.
3. Gambaran umum jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia L)
Sumber: Hasil foto peneliti
Gambar 2.1. Tumbuhan jeruk nipis (Citrus aurantifolia, L)
4. Kandungan dan khasiat tumbuhan jeruk nipis
Jeruk nipis Citrus aurantifolia. L (Cristm.) Swingle mengandung
unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat, misalnya: asam sitrat,
asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, felandren,
xviii
lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat, aktilaldehid,
nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi,
belerang vitamin B1 dan C. Jeruk nipis juga mengandung 7% minyak
essensial yang mengandung citral, limonen, fenchon, terpineol,
bisabolene, dan terpenoid lainnya seperti :
· Senyawa Limonoida
Senyawa ini tergolong senyawa terpenoid yaitu limonoida yang
berfungsi sebagai larvasida. Senyawa limonoida terdapat dalam 2
bentuk yaitu limonoida aglicones (La) dan limonoida glucosides (Lg).
Limonoida aglicones (La) menyebabkan rasa pahit pada jeruk dan tidak
larut dalam air. Sedangkan limonoida glucosoides tidak menyebabkan
rasa pahit pada jeruk dan dapat larut dalam air. Limonoida aglycones
dibagi lagi menjadi 4 golongan yaitu limonin, colamin, ichangensin dan
7a-acetate limonoida. Diantara empat golongan tersebut yang paling
dominan menyebabkan rasa pahit dan mempunyai efek larvasida paling
potensial adalah 7a-acetate limonoida. Kandungan senyawa limonoida
paling tinggi pada tanaman jeruk nipis terdapat pada bagian biji yaitu
927 µg/100 mg, pada bagian daun 36,6 µg/100mg, pada bagian kulit 2,5
µg/100 mg, dan yang paling sedikit pada buah yaitu hanya 0,7
µg/100mg.
Tabel 2.1. Senyawa kimia yang terdapat pada daun jeruk nipis (Citrus
aurantifolia, L)
No Chemicalss Ppm
1. α Linolenic acid 190
2. α pinene 80
3. α terpinene 80
xix
4. α terpineol 30
5. Ascorbic-acid 291
6. β pinene 90
7. β terpineol 70
8. Boneol 60
9. Calcium 90
10. Carbohydrates 59000
11. Citric acid 800
12. FAT 2000
13. Fiber 3000
14. δ Selinene 20
5. Manfaat
Buah jeruk nipis berkhasiat sebagai obat batuk, obat penurun
panas, dan obat pegal linu, obat disentri, sembelit, ambeien, haid tidak
teratur, difteri, jerawat, kepala pusing/vertigo, suara serak, menambah
nafsu makan, mencegah rambut rontok, ketombe, flu, menghentikan
kebiasaan merokok, amandel, penyakit anyang-anyangan, mimisan,
radang hidung (getahnya), dan lain sebagainya.
6. Anti Larva
Anti larva adalah obat atau zat kimia yang digunakan untuk
menghambat atau membunuh larva.
Sifat-sifat Anti larva, sebagai berikut :
1. Mempunyai daya untuk menghambat atau mematikan larva.
2. Tidak bersifat alergenik atau tidak menimbulkan efek samping bila
digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Mekanisme kerja insektisida nabati dalam membunuh atau menghambat
pertumbuhan larva meliputi, antara lain :
xx
1. Mengganggu/mencegah perkembangan telur, larva dan pupa,
2. Mengganggu/mencegah aktivitas pergantian kulit dari larva,
3. Mengganggu proses komunikasi seksual dan kawin pada serangga,
4. Menghambat proses metamorfosis pada berbagai tahap,
5. Menolak serangga larva dan dewasa, serta,
6. Menghambat pertumbuhan penyakit.
B. Nyamuk Aedes aegypti, L
· Tinjauan tentang nyamuk Aedes aegypti, L
Nyamuk Aedes aegypti, L berukuran lebih kecil daripada nyamuk
Culex guinguef asciatus, dengan warna dasar hitam belang-belang pada
bagian tubuh, kaki, dan ada gambaran putih pada bagian dorsal toraksnya.
Nyamuk tersebut dapat mengandung virus dengue bila menghisap darah
seorang penderita DBD, virus ini kemudian masuk ke dalam intestinum dan
hemoecoelum bereplikasi dan akhirnya masuk ke kelenjar air liur, dari sini
sudah siap untuk ditularkan lagi. Aedes aegypti, L merupakan vektor
nyamuk yang paling efisien untuk arbovirus karena nyamuk ini sangat
antrofilik dan hidup dekat manusia dan sering hidup di dalam rumah.
1. Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti, L
Kedudukan nyamuk Aedes aegpypti, L dalam klasifikasi hewan adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
xxi
Kelas : Insecta
Bangsa : Diptera
Suku : Culicidae
Marga : Aedes
Jenis : Aedes aegypti, L
2. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti, L
a. Telur nyamuk
Gambar 2.2. Telur nyamuk Aedes aegypti, L
Secara morfologi Telur Aedes aegypti, L berbentuk bulat panjang
(oval) menyerupai torpedo, mempunyai dinding yang bergaris-garis yang
menyerupai sarang lebah. Telur tidak berpelampung dan diletakkan satu
persatu terpisah diatas permukaan air dalam keadaan menempel pada
dinding tempat perindukannya (Depkes RI, 2004).
b. Larva nyamuk
Secara morfologi larva Aedes memiliki sifon yang pendek dan
hanya ada sepasang sisir subventral yang jaraknya tidak lebih dari ¼
bagian dari pangkal sifon dengan satu kumpulan rambut. Pada waktu
istirahat membentuk sudut dengan permukaan air posisi tubuh tampak
xxii
menggantung pada permukaan air. Stadium larva umumnya berlangsung
4-9 hari untuk kemudian menjadi pupa.
Sumber :http//blogspot.com.
Gambar 2.3 larva nyamuk Aedes aegypti, L
c. Pupa
Secara morfologi bentuk pada stadium pupa ini seperti bentuk
terompet panjang dan ramping (Depkes RI, 2004).
d. Nyamuk dewasa
Sumber :http//blogspot.com
Gambar. 2.4. Morfologi nyamuk Aedes aegypti, L
xxiii
Secara morfologis nyamuk Aedes aegypti, L berukuran tubuh
kecil dengan panjang mencapai 3-4 mm, terdapat bintik hitam dan putih
pada badan, serta mempunyai ring putih di kaki (Zulkoni, 2011).
3. Vektor
Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti, L dan Aedes albopictus, L ( betina ). Kedua jenis
nyamuk ini mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang
terbatas. Meskipun merupakan vektor yang sangat baik untuk virus
dengue, biasanya Aedes albopictus, L merupakan vektor epidemik yang
kurang efisien dibanding Aedes aegypti, L.
4. Penularan
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, L /
Aedes albopictus, L (betina) yang sebelumnya telah membawa virus
dalam tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes
aegypti, L sering menggigit manusia pada waktu pagi hari (setelah
matahari terbit) dan siang hari (sampai sebelum matahari terbenam).
5. Perilaku nyamuk
Nyamuk betina meletakkan telur diatas permukaan air, menempel
pada dinding tempat-tempat perindukan. Tempat perindukan yang
disenagi nyamuk biasanya berupa barang buatan manusia misalnya bak
mandi, pot bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil bekas, tempurung,
tunggak bambu dan lain-lain. Setiap bertelur dapat mencapai 100 butir,
setelah nyamuk menetas biasanya singgah di semak, tanaman hias di
xxiv
halaman, tanaman pekarangan,tanaman kebun, yang berdekatan dengan
pemukiman manusia (maksimal berjarak 500 m), juga singgah di pakaian
kotor yang tergantung. Nyamuk mampu terbang mencapai 2 kilo meter
(Zulkoni, 2011-147).
6. Siklus Hidup
Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis
sempurna (holometabola) karena mengalami empat tahap dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan. Tahapan yang dialami oleh nyamuk
yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Telur nyamuk akan menetas menjadi
larva dalam waktu 1-2 hari pada suhu 20-40°C. Kecepatan pertumbuhan
dan perkembangan larva dipengaruhi oleh suhu, tempat, keadaan air dan
kandungan zat makanan yang ada di tempat perindukan. Pada kondisi
optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9 hari,
kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari sehingga
waktu yang dibutuhkan dari telur hingga dewasa yaitu 7-14 hari
(Lestari, 2010). Kelembaban udara juga merupakan salah satu kondisi
lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan jentik nyamuk
Aedes aegypti, L kelembaban udara yang berkisar 81,5-89,5% merupakan
kelembaban yang optimal untuk proses embriosasi dan ketahanan hidup
embrio nyamuk.
xxv
C. Kerangka Teori
Daun jeruk nipis
(Citrus aurantifolia)
Kandungan kimia
Terpenoid + larva Terpenoid
Larva nyamuk Aedes
aegypti, L mati
D. Hipotesis
Hipotesis: Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia, L) berdaya larvasida
terhadap larva nyamuk (Aedes aegypty, L) secara laboratoris
Larva nyamuk
Aedes aegypti