15
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Bantaran Situ Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bantaran merupakan jalur tanah pada kanan dan kiri perairan atau yang terletak antara perairan dan tanggul. Dengan demikian pengertian dari bantaran adalah jalur tanah yang letaknya berada di pinggiran perairan yang letaknya dibatasi oleh tanggul. Situ merupakan bagian dari elemen alam yang berperan penting bagi masyarakat perkotaan. Menurut buku yang berjudul “Lahan Basah Buatan di Indonesia” , situ adalah sebuah wadah yang didalamnya tergenang air yang merupakan kumpulan dari air hujan, resapan air, dan merupakan aliran limpasan air dari perumahan yang kemudian mengalir ke arah situ yang letaknya di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan (Puspita, Ratnawati, Suryadiputra, & Meutia, 2005). Dari kedua definisi tersebut menurut penulis dapat dijelaskan bahwa pengertian dari bantaran situ adalah jalur tanah yang letaknya berada di pinggiran Situ dan dibatasi oleh tanggul sebagai pembatas antara permukaan tanah dengan wadah yang didalam nya tergenang air yang merupakan kumpulan dari air hujan, resapan air, dan aliran limpasan air. Dengan demikian, daerah bantaran situ adalah salah satu elemen alam yang ada dalam sebuah perkotaan. 2.2 Tinjauan Arsitektural 2.2.1 Urban Tourism Urban tourism merupakan konsep pariwisata perkotaan dengan menggunakan potensi kota yang ada sebagai daya tarik masyarakat dalam dan luar kota. Christopher M. Law mendefinisikan urban tourism sebagai jenis destinasi pariwisata yang paling penting di dunia sejak tahun 1980-an, sebagai fenomena kepariwisataan dunia dengan memperhatikan masyarakat lokal (Law, 1996). Urban tourism memiliki beberapa komponen utama yang menjadi penunjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Bantaran Situ

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bantaran merupakan

jalur tanah pada kanan dan kiri perairan atau yang terletak antara perairan dan

tanggul. Dengan demikian pengertian dari bantaran adalah jalur tanah yang

letaknya berada di pinggiran perairan yang letaknya dibatasi oleh tanggul. Situ

merupakan bagian dari elemen alam yang berperan penting bagi masyarakat

perkotaan. Menurut buku yang berjudul “Lahan Basah Buatan di Indonesia” , situ

adalah sebuah wadah yang didalamnya tergenang air yang merupakan kumpulan

dari air hujan, resapan air, dan merupakan aliran limpasan air dari perumahan

yang kemudian mengalir ke arah situ yang letaknya di atas permukaan tanah yang

terbentuk secara alami maupun buatan (Puspita, Ratnawati, Suryadiputra, &

Meutia, 2005).

Dari kedua definisi tersebut menurut penulis dapat dijelaskan bahwa

pengertian dari bantaran situ adalah jalur tanah yang letaknya berada di pinggiran

Situ dan dibatasi oleh tanggul sebagai pembatas antara permukaan tanah dengan

wadah yang didalam nya tergenang air yang merupakan kumpulan dari air hujan,

resapan air, dan aliran limpasan air. Dengan demikian, daerah bantaran situ adalah

salah satu elemen alam yang ada dalam sebuah perkotaan.

2.2 Tinjauan Arsitektural

2.2.1 Urban Tourism

Urban tourism merupakan konsep pariwisata perkotaan dengan

menggunakan potensi kota yang ada sebagai daya tarik masyarakat dalam dan luar

kota. Christopher M. Law mendefinisikan urban tourism sebagai jenis destinasi

pariwisata yang paling penting di dunia sejak tahun 1980-an, sebagai fenomena

kepariwisataan dunia dengan memperhatikan masyarakat lokal (Law, 1996).

Urban tourism memiliki beberapa komponen utama yang menjadi penunjang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

11

sebuah kota dalam mencapai keberhasilan konsep tersebut. Komponen utama

tersebut dapat memengaruhi aktivitas masyarakat dan meningkatkan kualitas

ruang publik sebagai atribut wisata kota. Christopher M. Law mengatakan bahwa

urban tourism berperan melibatkan masyarakat lokal sebagai pemilik wisata

(Law, 1996). Hal itu menjadikan urban tourism bukan hanya untuk wisatawan

luar kota tetapi masyarakat lokal juga berperan penting untuk mencapai

keberhasilan urban tourism. Menurut Christopher M. Law wisatawan perkotaan

menggunakan fasilitas yang ada sebagai daya tarik wisatanya (Law, 1996).

Definisi tersebut menggambarkan bahwa konsep urban tourism dapat berpotensi

meningkatkan pendapatan dan ekonomi asli daerah dan juga memanfaatkan

penggunaan ruang dengan baik.

Konsep urban tourism memiliki lima komponen utama, antara lain atraksi,

amenitas, aksesibilitas, ansilari, dan community involvement. Komponen utama

tersebut menjadi evaluasi penunjang keberhasilan konsep urban tourism. Urban

tourism memanfaatkan potensi daerah sebagai salah satu komponen kualitas ruang

publik untuk beraktivitas dan rekreasi (Law, 1996). Namun, penerapan konsep

urban tourism masih perlu dikembangkan sesuai dengan potensi yang dimiliki

setiap kota. Oleh karena itu, komponen utama konsep urban tourism tersebut

dapat meningkatkan kualitas ruang publik sebagai daya tarik atribut wisata kota.

2.2.2 Komponen Utama Konsep Urban Tourism

Konsep urban tourism terdiri dari lima komponen utama yang dapat

meningkatkan kualitas ruang publik. Menurut Grety, Pingkan, dan Judy dalam

jurnalnya yang berjudul “Penerapan Konsep Urban Tourism pada Perancangan

Permukiman Sindulang Satu di Manado” membagi komponen utama konsep

urban tourism menjadi lima komponen (Muntiaha, Egam, & Waani, 2017). Urban

tourism merupakan kumpulan sumber daya wisata yang ada di kota-kota untuk

ditawarkan kepada pengunjung dari tempat lain. Ada lima komponen utama

konsep urban tourism (Muntiaha, Egam, & Waani, 2017), yaitu :

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

12

1. Atraksi

Atraksi adalah sesuatu yang menarik perhatian, sehingga atraksi

merupakan sebuah aktivitas yang melibatkan kesenian, kebudayaan,

warisan sejarah, tradisi, dan kekayaan alam yang menjadi daya tarik untuk

wisatawan datang ke daerah tersebut.

2. Amenitas

Amenitas adalah sesuatu yang menimbulkan kesenangan dan kenyaman.

Amenitas dapat diwujudkan dengan fasilitas yang dapat digunakan oleh

wisatawan selama mengunjungi kota wisata. Amenitas dapat berbentuk

fasilitas restoran, toko cenderamata, dan fasilitas umum lainnya yang

dapat digunakan umum. Amenitas bertujuan untuk menjadi penunjang

kegiatan berwisata bagi pengunjung yang ingin menikmati daya tarik

wisata dan aktivitas dengan memanfaatkan aksesibilitas yang ada.

3. Aksesibilitas

Aksesibilitas diartikan sebagai sarana untuk menuju destinasi.

Aksesibilitas harus dapat mempermudahkan wisatawan untuk mencapai

area yang diinginkan dalam berjalan kaki maupun dengan transportasi.

4. Ansilari

Ansilari adalah cara pengelolaan destinasi agar dapat terpelihara dengan

baik dari segi atraksi, aksesibilitas dan amenitasnya. Dengan mengelola

destinasi tersebut dapat memberikan keuntungan bagi pihak-pihak terkait,

seperti pemerintah dan masyarakat lokal.

5. Community Involvement

Keterlibatan komunitas menciptakan ruang publik.

2.2.3 Evaluasi Pembentuk Kualitas Ruang Publik

Evaluasi kualitas ruang publik merupakan penilaian untuk mengukur

efektivitas suatu ruang publik dari kota tersebut agar memiliki daya saing antar

kota untuk meningkatkan kualitas ruang publiknya. Evaluasi dalam bahasa

Indonesia, menurut kamus KBBI adalah sebuah penilaian atau pengamatan untuk

mengukur dampak dan efektivitas dari suatu objek. Menurut Seema Praliya dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

13

Pushplata Garg dalam jurnal yang berjudul “Public space quality evaluation:

prerequisite for public space management”, kualitas ruang publik yang baik

harus dapat memenuhi delapan kriteria evaluasi kualitas ruang publik (Praliya &

Garg, 2019), yaitu :

1. Accessible & Linked (Aksesibilitas)

Merupakan evaluasi dari kualitas ruang yang paling penting karena

memperhatikan visibilitas ruang dari kejauhan, visibilitas ruang dari

lingkungannya, kemudahan aksesibilitas pengguna untuk berjalan, dan

kemudahan aksesibilitas transportasi dalam menjangkau tempatnya. Hal

ini memungkinkan pengunjung agar mudah untuk mengakses banyak

tempat sebagai pilihan.

2. Maintenance (Pemeliharaan)

Merupakan evaluasi yang memperhatikan manajemen sampah/kotoran,

kondisi area penghijauan, kondisi infrastruktur taman, kondisi area

jogging, berjalan, dan bersepeda, dan pemeliharaan grafiti serta

vandalisme. Maintenance bertujuan untuk memastikan area tersebut

terpelihara dengan baik dari kategori yang berbeda.

3. Attractiveness and appeal (Atraksi)

Merupakan evaluasi kualitas ruang publik adalah daya tarik dari segi

estetika, ruang-ruang visual, tampilan yang tertata rapi, kondisi dari public

art, penyediaan furniture taman, landscape yang baik, kondisi rumput

yang baik dan area-area bermain. Hal ini bertujuan untuk menarik minat

berbagai pengunjung untuk datang.

4. Comfort (Kenyamanan)

Merupakan bagian dari evaluasi kualitas ruang publik yang dapat

diukur melalui tempat duduk yang nyaman pada daerah tersebut, fasilitas-

fasilitas yang hadir di area tersebut, area parkir yang nyaman, dan buffer

untuk menghalang kebisingan.

5. Inclusiveness (Inklusivitas)

Kualitas ruang publik ini berfungsi sebagai definisi ruang publik

sesungguhnya yang dapat dinikmati dan digunakan oleh siapa saja.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

14

Inclusiveness tidak memandang usia, ras, kelas, jenis kelamin, dan

kemampuan fisik.

6. Activity and uses (Aktivitas dan Kegunaan)

Kualitas ruang publik ini mengevaluasi aktivitas masyarakat, seperti

berjalan, bersosialisasi, olahraga, anak-anak bermain, tamasya keluarga,

melihat flora dan fauna yang ada, kunjungan pendidikan, acara atau

pertemuan, dan juga relaxing.

7. Purposefulness (Tujuan)

Merupakan bagian dari evaluasi yang termasuk ke dalam kualitas ruang

publik yang memperhatikan tujuan dari suatu area.

8. Safety & Security (Keselamatan dan Keamanan)

Kualitas ruang publik ini memperhatikan keselamatan dan keamanan yang

menjadi bagian dari kualitas ruang publik, seperti kegiatan pemeriksaan

ataupun ketersediaan informasinya.

2.3 Tinjauan Empiris

2.3.1 Mega Food walk, Thailand

Mega Food walk merupakan sebuah shopping center yang terletak di

Tambon Bang Kaeo Thailand. Bangunan ini dirancang oleh arsitek FOS dengan

luas area sekitar 58000 m2. Bangunan ini memiliki konsep yang dirancang untuk

menghubungkan kembali kehidupan perkotaan dengan alam melalui pengalaman

berbelanja dengan menganalogikan sebagai “Valley” sesuai karakter geografis

metaforanya (González, 2018). Selain menjadi tempat berbelanja, bangunan ini

juga berfungsi sebagai tempat yang mewadahi interaksi sosial dan rekreasi bagi

pengunjungnya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

15

Gambar 2. 1 Perspektif Mega Foodwalk (Sumber : https://www.archdaily.com/894133/mega-foodwalk-

fos?ad_source=search&ad_medium=search_result_all)

Mega Food walk memiliki area atraksi yang menjadikannya sebuah

pengalaman ruang bagi pengunjung yang datang ke bangunan tersebut. Selain itu

atraksi ini menjadi daya tarik dan keunikan pada bangunan, sehingga dapat

menambah kesan untuk pengunjung yang akan datang ke bangunan tersebut

(González, 2018). Pada bagian fasad bangunan digunakan second skin untuk

menahan panasnya matahari yang masuk ke dalam bangunan, sehingga membuat

bagian dalam menjadi lebih nyaman.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

16

Gambar 2. 2 Axonometri Mega Foodwalk

(Sumber : https://www.archdaily.com/894133/mega-foodwalk-

fos?ad_source=search&ad_medium=search_result_all)

Gambar 2. 3 Interior Mega Foodwalk

(Sumber : https://www.archdaily.com/894133/mega-foodwalk-

fos?ad_source=search&ad_medium=search_result_all)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

17

2.3.2 Shopping Nord Graz, Austria

Shopping Nord Graz merupakan bangunan shopping center yang terletak di

Austria. Bangunan ini dirancang oleh arsitek BEHF Corporate Architects dengan

luas area sekitar 10600 m2 (ArchDaily, 2017). Bangunan ini memiliki sebuah

konsep yang mengembangkan lokasi tersebut menjadi sustainable atau

berkelanjutan dengan menghadirkan pengalaman berbelanja yang baru untuk

dapat dinikmati dengan bersantai. Pada bagian pintu masuk area ini menggunakan

fasad yang terbuka dengan material kaca untuk memberikan kesan mengundang

pengunjung untuk datang ke bangunan tersebut. Bangunan ini juga memiliki

fasilitas penunjang bagi pengunjungnya seperti adanya toilet umum yang dapat

digunakan oleh siapa saja yang datang ke bangunan tersebut (ArchDaily, 2017).

Gambar 2. 4 Entrance Shopping Nord Graz

(Sumber : https://www.archdaily.com/805071/shopping-nord-graz-behf-corporate-

architects?ad_source=search&ad_medium=search_result_all)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

18

Gambar 2. 5 Fasilitas Toilet Shopping Nord Graz (Sumber : https://www.archdaily.com/805071/shopping-nord-graz-behf-corporate-

architects?ad_source=search&ad_medium=search_result_all)

Shopping Nord Graz ini terdiri dari retail dan restoran yang saling

terhubung melalui atap bangunannya. Atap bangunan berfungsi sebagai kanopi

dengan tinggi 10 m (ArchDaily, 2017). Layout bangunan ini disusun secara acak

untuk menciptakan ruang yang hidup dan cerah. Efek yang ditonjolkan pada

bangunan ini adalah bukaan atap kaca asimetris dan melingkar sebagai arah

datangnya cahaya alami. Bukaan atap tersebut dapat menerangi area tempat duduk

dan bagian dalam bangunan sehingga terasa nyaman saat berjalan di dalamnya.

Bagian atap beton ekspos tidak hanya dipecah oleh tiga skylight bentuk bebas,

tetapi juga bersinar karena warna yang digunakan pada area langit-langit disekitar

skylightnya.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

19

Gambar 2. 6 Interior Shopping Center Nord Graz

(Sumber : https://www.archdaily.com/805071/shopping-nord-graz-behf-corporate-

architects?ad_source=search&ad_medium=search_result_all)

Gambar 2. 7 Skylight Shopping Center Nord Graz

(Sumber : https://www.archdaily.com/805071/shopping-nord-graz-behf-corporate-

architects?ad_source=search&ad_medium=search_result_all)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

20

2.3.3 The Breeze, Indonesia

The Breeze merupakan bangunan shopping center yang berada di BSD

Indonesia. Bangunan ini dirancang oleh Jerde Architect dengan luas site 13500

m2. Bangunan ini memiliki ide konsep open air lifestyle dengan memanfaatkan

potensi waterfront dari Sungai Cisadane. Konsep mall ini memiliki bangunan

yang tidak massif dan saling terbuka satu sama lain dengan minim penggunaan

sekat untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan pencahayaannya.

Gambar 2. 8 The Breeze BSD

(Sumber : http://thebreeze.bsdcity.com/)

Pada area pintu masuk dibuat lebih terbuka untuk memberikan kesan open

plan bagi pengunjung saat datang ke bangunan tersebut. Selain itu area pintu

masuk yang terbuka dapat memberikan kesan mengundang bagi pengunjungnya.

Selain itu pengalaman ruang yang diciptakan dari bangunan ini adalah terdapat

area kosong yang diisi dengan kursi-kursi yang disusun secara acak membuat area

ini menjadi tempat berkumpul dan bersantai bagi pengunjung dengan menikmati

pepohonan hijau dan sirkulasi udara yang alami pada area tersebut.

Gambar 2. 9 Entrance The Breeze BSD (Sumber : Difoto oleh Penulis Tahun 2021)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

21

The Breeze ini memanfaatkan elemen alam yang sudah ada sebagai daya

tarik pengunjung karena terlihat lebih alami dan sejuk. Selain itu penggunaan

material kaca dan kayu pada bangunan menciptakan suasana yang alami. Dan juga

bangunan ini juga dilalui oleh jalan tol sehingga meningkatkan visibilitas dari

arah jalan tol dan juga dapat menaikan value dari tempat tersebut. Selain itu

fasilitas tempat parkir yang sudah tertata dengan baik sirkulasinya.

Gambar 2. 10 Interior The Breeze BSD

(Sumber : Difoto oleh Penulis Tahun 2021)

Gambar 2. 11 Parkir The Breeze BSD (Sumber : Difoto oleh Penulis Tahun 2021)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

22

2.3.4 Kuta Beachwalk, Indonesia

Kuta Beachwalk merupakan bangunan shopping center yang berada di Bali,

Indonesia. Bangunan ini dirancang oleh PT. Envirotech dan PT. Atelier 6 Struktur

dengan luasan site sekitar 37000 m2. Bangunan yang memiliki konsep modern

dengan memanfaatkan Pantai Kuta sebagai daya tariknya. Bangunan ini didesain

sebagai tempat peristirahatan dari panasnya Pantai Kuta dan menjadi landmark

bagi daerah tersebut.

Gambar 2. 12 Perspektif Kuta Beachwalk Bali

(Sumber : https://au.hotels.com/go/indonesia/kuta-beachwalk)

Pada bangunan ini Terdapat atrium di tengah yang luas memberikan

sirkulasi aliran udara alami dan keteduhan yang cukup oleh taman yang dipenuhi

penghijauan. Desain tersebut juga menerapkan langkah-langkah ramah

lingkungan dalam desain berkelanjutannya, termasuk penggunaan AC yang

minim di ruang terbuka dan bahkan terdapat sistem pengumpulan air hujan

khusus. Dan juga fasad pada bangunan menggunakan tanaman gantung Lee Kuan

Yew sebagai second skin yang dapat melindungi dari sinar matahari dan

mengurangi penggunaan material kaca.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

23

2.4 Tinjauan Teori

2.4.1 Eco Tourism

Eco-tourism merupakan sebuah konsep turunan dari urban tourism yang

lebih berfokus kepada elemen alamnya. Hal tersebut dapat menjadi daya tarik bagi

objek wisata rekreasi yang dapat selaras dengan alam. Menurut organisasi The

Ecotourism Society (1990) mendefinisikan eco-tourism sebagai suatu bentuk

perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi

lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan dari penduduk

setempat (Wood, 2002).

Menurut J. Stephen, Page dan Dowling K. Ross (2002) dalam bukunya yang

berjudul “Ecotourism”, ekowisata adalah kegiatan pengusahaan wisata yang

dapat memberikan banyak manfaat, seperti sumber pendanaan bagi kawasan

konservasi, perlindungan kawasan konservasi, alternatif sumber mata pencaharian

masyarakat lokal, pilihan untuk mempromosikan konservasi dan dorongan upaya

konservasi secara khusus (Page & Dowling, 2002). Eco-tourism merupakan

konsep yang berbasis alam dan memiliki lima prinsip eco-tourism yang harus

dipenuhi yaitu:

1. Nature based yang berarti berbasis alam memiliki pengertian yaitu

pengembangan eco-tourism yang berfokus pada lingkungan alam sekitar.

2. Ecologically sustainable yang berarti berkelanjutan secara ekologis

memiliki pengertian yaitu eco-tourism dapat memberikan acuan terhadap

pariwisata secara keseluruhan dan dapat membuat ekologi yang

berkesinambungan.

3. Environmentally educative yang berarti pendidikan lingkungan memiliki

pengertian tentang pengembangan ekowisata harus mengandung unsur

pendidikan atau perilaku seseorang menjadi memiliki kepedulian,

tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan.

4. Locally beneficial yang berarti manfaat bagi masyarakat lokal memiliki

pengertian tentang pengembangan ecotourism harus dapat menciptakan

keuntungan yang nyata bagi masyarakat sekitar. Pengembangan harus

didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat serta

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI

24

peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan

yang dianut masyarakat di sekitar kawasan.

5. Generates tourist satisfaction yang berarti menghasilkan kepuasan

wisatawan memiliki pengertian tentang pengembangan ekowisata harus

mampu memberikan kepuasan pengalaman kepada pengunjung untuk

memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan. Selama lima prinsip

diatas, dalam penerapan pengembangan ekowisata, juga diharuskan bagi

para pengelola dan pengembang untuk memperhatikan aspek legalitas di

tingkat lokal, regional, nasional dan internasional, serta mengembangkan

pola kemitraan antar pihak (Page & Dowling, 2002).