29
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Pengertian Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit radang pareknim paru karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosa. Tuberkulosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M. tuberculosa (Darmanto, 2014). Menurut Sulianti (2004) Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosa. Sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. 2. Penularan Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus Tuberkulosis (Sudoyo et al., 2009). Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis

1. Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit radang pareknim paru karena infeksi

kuman Mycobacterium tuberculosa. Tuberkulosis paru termasuk suatu

pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M. tuberculosa

(Darmanto, 2014).

Menurut Sulianti (2004) Tuberkulosis adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosa. Sebagian besar

kuman ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh

lainnya. Kuman ini berbentuk batang yang mempunyai sifat khusus yaitu

tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai

Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari

langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap

dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama

selama beberapa tahun.

2. Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah

perkotaan kemungkinan besar mempermudah proses penularan dan berperan

sekali atas peningkatan jumlah kasus Tuberkulosis (Sudoyo et al., 2009).

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

19

Penyakit Tuberkulosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium

tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien

tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut

terhirup oleh orang lain saat bernafas (Dipiro et al., 2008). Bila batuk, bersin

atau bicara saat berhadapan dengan orang lain, basil tuberkulosis tersembur

dan terhisap ke dalam paru orang sehat. Masa inkubasinya, yaitu selama 3 – 6

bulan. Setiap BTA Positif akan menularkan kepada 10 – 15 orang lainnya,

sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular tuberkulosis adalah 17 %.

Hasil studi lainya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga

serumah) akan dua kali lebih beresiko dibandingkan kontak biasa (tidak

serumah) (Widiyono, 2011).

3. Klasifikasi Tuberkulosis menurut Pedoman Nasional Penganggulangan TB

(2014).

Pasien Tuberkulosis juga diklasifikasikan menurut: Lokasi anatomi dari

penyakit, Riwayat pengobatan sebelumnya, Hasil pemeriksaan uji kepekaan

obat dan hasil pemeriksaan dahak mikroskopik.

a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit:

Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis yang terjadi pada parenkim

(jaringan) paru Milier Tuberkulosis dianggap sebagai Tuberkulosis paru

karena adanya lesi pada jaringan paru. Limfadenitis Tuberkulosis dirongga

dada (hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat

gambaran radiologis yang mendukung Tuberkulosis pada paru, dinyatakan

sebagai Tuberkulosis ekstra paru. Pasien yang menderita Tuberkulosis

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

20

paru dan sekaligus juga menderita Tuberkulosis ekstra paru,

diklasifikasikan sebagai pasien Tuberkulosis paru.

Tuberkulosis ekstra paru: Adalah Tuberkulosis yang terjadi pada

organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran

kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang. Diagnosis Tuberkulosis

ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis

atau klinis. Diagnosis Tuberkulosis ekstra paru harus diupayakan

berdasarkan penemuan Mycobacterium tuberculosis.

Pasien Tuberkulosis ekstra paru yang menderita Tuberkulosis pada

beberapa organ, diklasifikasikan sebagai pasien Tuberkulosis ekstra paru

pada organ menunjukkan gambaran Tuberkulosis yang terberat.

b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:

(1) Pasien baru Tuberkulosis: adalah pasien yang belum pernah

mendapatkan pengobatan Tuberkulosis sebelumnya atau sudah

pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (dari 28 dosis).

(2) Pasien yang pernah diobati Tuberkulosis: adalah pasien yang

sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (dari 28

dosis). Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil

pengobatan Tuberkulosis terakhir, yaitu:

(3) Pasien kambuh: adalah pasien Tuberkulosis yang pernah dinyatakan

sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis

Tuberkulosis berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis

(baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

21

(4) Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien Tuberkulosis

yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.

(5) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up):

adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up

(klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pasien setelah

putus berobat /default).

(6) Lain-lain: adalah pasien Tuberkulosis yang pernah diobati namun

hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

c. Klasifikasi pasien Tuberkulosis berdasarkan hasil pemeriksaan dahak

mikroskopis yaitu :

(1) Tuberkulosis paru BTA positif.

(a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

positif.

(b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto thorak dada

menunjukkan tuberkulosis.

(c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman

Tuberkulosis positif.

(d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen

dahak SPS yang pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA

negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non

OAT.

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

22

(2) Tuberkulosis BTA Negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada Tuberkulosis paru BTA

positif. Kriteria diagnostik Tuberkulosis paru BTA negatif harus

meliputi:

(a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.

(b) Foto thorak abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.

(c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

(d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi

pengobatan.

4. Tanda dan Gejala Tuberkulosis Paru

Keluhan yang dirasakan pasien Tuberkulosis paru dapat bermacam-

macam atau banyak pasien ditemukan Tuberkulosis paru tanpa keluhan

sama sekali. Gejalanya berupa gejala umum dan gejala respiratorik. Gejala

umum berupa demam dan malaise. Demam ini mirip dengan demam yang

disebabkan influenza namun kadang-kadang dapat mencapai 40-41ºC.

Gejala demam ini bersifat hilang timbul. Malaise yang terjadi dalam

jangka waktu panjang berupa pegal-pegal, rasa lelah, anoreksia, nafsu

makan berkurang, serta penurunan berat badan (Darmanto, 2014).

Gejala respiratorik berupa batuk kering ataupun batuk produktif

merupakan gejala yang paling sering terjadi dan merupakan indikator yang

sensitif untuk penyakit Tuberkulosis paru aktif. Nyeri dada biasanya

bersifat nyeri pleuritik karena terlibatnya pleura dalam proses penyakit

(Darmonto, 2014).

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

23

5. Diagnosis Tuberkulosis

Diagnosis Tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan

pemeriksaan bakteriologis dan radiografi. Diagnosis pasti Tuberkulosis

dapat ditegakkan melalui pemeriksaan kultur bakteri atau biakan sputum,

tetapi pemeriksaan tersebut memerlukan fasilitas laboratorium khusus dan

ahli (Mitchison, 2005).

Menurut program penanggulangan Tuberkulosis Nasional (2011)

diagnosis Tuberkulosis paru ditegakkan melalui pemeriksaan sputum

secara mikroskopis. Pemeriksaan tiga spesimen sputum sewaktu-pagi-

sewaktu (SPS) secara mikroskopis hasilnya identik dengan pemeriksaan

sputum secara kultur atau biakan.

Hasil pemeriksaan dinyatakan BTA positif apabila sedikitnya dua

dari tiga spesimen sputum yang diperiksa diperoleh hasil positif atau hanya

satu spesimen BTA positif dengan hasil foto rontgen sesuai gambaran

Tuberkulosis aktif. Jika ketiga spesimen BTA negatif tetapi foto rontgen

sesuai gambaran Tuberkulosis maka diagnosis ditegakkan sebagai BTA

negatif rontgen positif.

Ditemukan satu spesimen yang positif dengan gejala yang

mendukung maka harus dilakukan pemeriksaan ulang. Jika hasil tetap satu

spesimen yang positif atau negatif tetapi gejala mendukung Tuberkulosis

maka penderita diberikan antibiotik spektrum luas selama dua minggu, dan

jika setelah pengobatan gejala hilang maka penderita bukan Tuberkulosis

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

24

paru, tetapi jika gejala tidak hilang maka perlu dilakukan kembali

pemeriksaan sputum (Depkes, 2010).

Menurut Alsagaff (2010), pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk

memberikan diagnosa yang tepat antara lain:

a. Anamnesis baik terhadap pasien maupun keluarganya.

Identifikasi keluhan seperti batuk, batuk berdarah, sesak nafas, nyeri

dada dan nafas berbunyi yang berlangsung lama.

b. Pemeriksaan fisik secara langsung.

Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien dengan penemuan

konjungtiva pucat atau kulit yang pucat karena anemia, badan kurus

atau berat badan menurun. Kelainan paru pada umumnya terjadi di

daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior, serta

daerah apeks lobus inferior. Pemeriksaan pada perkusi didapatkan suara

redup dan auskultasi suara nafas bronchial (Amin dan Bahar, 2009)

c. Pemeriksaan laboratorium

Bahan pemeriksaan adalah dahak pasien. Cara pengambilan dahak 3

kali (SPS) :

(1) Sewaktu / spot (dahak waktu saat kunjungan)

(2) Pagi (keesokan harinya)

(3) Sewaktu / spot (pada saat mengantarkan dahak pagi)

d. Interpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan :

(1) 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif artinya BTA positif.

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

25

(2) 1 kali positif, 2 kali negatif artinya ulang BTA 3 kali, kemudian

bila 1 kali positif, 2 kali negatif artinya BTA positif.

(3) Bila 3 kali negatif, artinya BTA negatif.

e. Rontgen dada

Sesuai dengan gambaran tuberkulosis paru. Lokasi lesi tuberkulosis

umumnya di daerah apeks paru, tetapi bisa juga mengenai lobus bawah

(inferior). Awal ditemukan penyakit, lesi merupakan sarang-sarang

pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan

dengan batas tidak tegas. Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang

mula-mula berdinding tipis. Dalam waktu lama, dinding akan menjadi

sklerotik dan terlihat menebal. Bila terdapat fibrosis terlihat bayangan

yang bergaris-garis (Amin & Bahar, 2009).

6. Tahapan Pengobatan Tuberkulosis

Menurut Darmanto (2014) pengobatan Tuberkulosis harus selalu

meliputi pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan dengan maksud :

a. Tahap Awal : Pengobatan diberikan setiap hari. Panduan pengobatan

pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan

jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir

pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak

sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada

semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya

dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya

penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu/

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

26

b. Tahap Lanjutan : pengobatan tahap lanjutan merupakan merupakan

tahap yang penting untuk membunuh sisa sisa kuman yang masih ada

dalam tubuh khususnya kuman presister sehingga pasien dapat sembuh

dan mencegah terjadinya kekambuhan.

Tabel 1. Obat Anti Tuberkulosis menurut Kemenkes RI (2011)

Tabel 2. Dosis OAT lini pertama pasien dewasa menurut Kemenkes RI (2011)

Catatan :

Pemberian streptomisin untuk pasien yang berumur > 60 tahun atau pasien dengan

berat badan <50 kg mungkin tidak dapat mentoleransi dosis >500 mg/ hari.

Beberapa bukuu rujukan menganjurkan penurunan dosis menjadi 10

mg/kg/BB/hari/

Tabel 3. OAT yang digunakan pada pasien MDR menurut Kemenkes RI (2011)

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

27

7. Paduan OAT KDT Lini Pertama dan Peruntukannya menurut Kemenkes RI

(2015).

a. Kategori-1 : 2(HRZE)/4(HR)3

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:

(1) Pasien Tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis.

(2) Pasien Tuberkulosis paru terdiagnosis klinis

(3) Tuberkulosis ekstra paru

Tabel 4. Dosis OAT KDT Kategori 1:2 (2HRZE)/4(HR)3

Tabel 5. Dosis OAT Kombipak Kategori 1: 2HRZE/4H3R3

b. Kategori -2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3)

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati

sebelumnya (pengobatan ulang):

(1) Pasien kambuh

(2) Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1

sebelumnya

(3) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

28

Tabel 6. Dosis Panduan OAT KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3)

Tabel 7. Dosis Panduan OAT Kombipak Kategori 2: 2HRZES/HRZE/5H3R3E3

Tabel 8. Hasil Pengobatan TB

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

29

8. Pencegahan

Menurut Notoatmodjo (2003) Tuberkulosis paru bisa diobati, asalkan

benar – benar mempunyai keinginan dan semangat yang besar untuk sembuh.

Dorongan dari keluarga dan orang disekitar sangatlah diperlukan.

Pemeriksaan yang intensif dan teliti serta disiplin minum obat yang diberikan

dokter harus dilakukan penderita agar penyakit yang dideritanya segera

sembuh. Pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk menyembuhkan,

mencegah kematian, dan kekambuhan.

a. Tindakan pencegahan Tuberkulosis paru oleh orang yang belum terinfeksi:

(1) Berusaha mengurangi kontak dengan penderita Tuberkulosis paru

aktif.

(2) Selalu menjaga standar hidup yang baik, caranya bisa dengan

mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga

lingkungan selalu sehat baik itu di rumah maupun di tempat kerja

(kantor), dan menjaga kebugaran tubuh dengan cara menyempatkan

dan meluangkan waktu untuk berolah raga.

(3) Pemberian vaksin BCG, tujuannya untuk mencegah terjadinya kasus

infeksi Tuberkulosis yang lebih berat. Vaksin BCG secara rutin

diberikan kepada semua balita.

b. Tindakan pencegahan Tuberkulosis paru oleh penderita agar tidak

menular:

Bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi penderita Tuberkulosis

paru aktif tindakan yang bisa dilakukan adalah menjaga kuman (bakteri)

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

30

dari diri sendiri, hal ini biasanya membutuhkan waktu lama sampai

beberapa minggu untuk masa pengobatan dengan obat Tuberkulosis

hingga penyakit Tuberkulosis sudah tidak bersifat menular lagi.

Menurut Priyoto (2014) adapun cara untuk membantu menjaga

pencegahan Tuberkulosis agar infeksi bakteri tidak menular kepada orang

– orang disekitar baik itu teman atau keluarga di rumah:

(1) Selama beberapa minggu menjalani pengobatan sebaiknya tidak tidur

sekamar dengan orang lain meskipun keluarga sendiri sebagai usaha

pencegahan Tuberkulosis paru agar tidak menular.

(2) Selalu menggunakan masker untuk menutup mulut, hal ini merupakan

langkah pencegahan Tuberkulosis paru secara efektif dan jangan

membuang masker yang sudah tidak dipakai lagi pada tempat yang

tepat dan aman dari kemungkinan terjadinya penularan Tuberkulosis

paru ke lingkungan sekitar.

(3) Jangan meludah di sembarangan tempat.

(4) Menghindari udara dingin dan selalu mengusahakan agar pancaran

sinar matahari dan udara segardapat masuk secukupnya ke ruangan

tempat tidur. Usahakan selalu menjemur kasur, bantal, dan tempat

tidur terutama di pagi dan di tempat yang tepat.

(5) Tidak melakukan kebiasaan sharing penguunaan barang atau alat.

Semua barang yang digunakan penderita Tuberkulosis paru harus

terpisah dan tidak boleh digunakan oleh orang lain.

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

31

(6) Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kadar karbohidrat

dan protein tinggi.

B. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2010), bahwa perilaku merupakan respons

atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku

manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon sehingga

teori Skinner ini disebut “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons).

2. Bentuk Perilaku

Menurut Benyamin Bloom yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010),

membedakan adanya tiga ranah perilaku, yaitu kognitif (cognitive), afektif

(affective), dan psikomotor (psychomotor).

a. Sikap

Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik,

dan sebagainya).

Menurut Notoatmodjo (2010) sikap terdiri dari beberapa tingkatan

yaitu:

(1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

(2) Menanggapi (responding)

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

32

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

(3) Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan

nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti

mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon.

(4) Bertanggung Jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung

jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

Azwar (2013) menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi sikap

adalah :

(1) Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk

dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial.

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap,

untuk dapat mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek

psikologis.

(2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara

komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang

yang kita anggap penting, akan banyak mempengaruhi

pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

(3) Pengaruh kebudayaan

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

33

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempenyui

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Tanpa kita sadari,

kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap

berbagai masalah.

(4) Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbgai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan orang.

(5) Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap yang ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang suatu

bentuk sikap merupakan pernyataan yang disadari oleh emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun

tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau

objek yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).

b. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over

behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

34

antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan

faktor pendukung (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2003).

(1) Tingkat Tindakan menurut Notoatmodjo (2010).

(a) Praktik terpimpin (guided response)

Apabila suatu subjek atau sesorang telah melakukan

sesuatu tapi masih tergantung pada tuntunan atau

menggunakan panduan.

(b) Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau

mempraktikan sesuatu hal secara otomatis, maka disebut

praktik atau tindakan mekanis.

(c) Adopsi (adoption)

Suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.

Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau

mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau

tindakan atau perilaku yang berkualitas.

(d) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat

pertama.

(2) Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

35

Menurut Lawrence Green yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2010) bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor

utama, yaitu:

(a) Faktor – faktor predisposisi (pre disposing factors) adalah

faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya

perilaku sesorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,

kepercayaan, nilai – nilai, tradisi, dan sebagainya.

(b) Faktor – faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor –

faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau

tindakan.

(c) Faktor – faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor –

faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

(3) Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Notoatmodjo (2003) menyatakan perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

(a) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha – usaha seseorang untuk

memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha

untuk penyembuhan bilamana sakit.

(b) Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas

kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan

(health seeking behaviour). Perilaku ini adalah menyangkut

upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit.

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

36

(c) Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.

(4) Perilaku kesehatan pada penderita Tuberkulosis. Berikut adalah

perilaku kesehatan :

(a) Diupayakan cahaya matahari sebanyak mungkin masuk ke

dalam rumah.

(b) Membuka jendela setiap hari.

(c) Segera membuang tissue yang sudah dipakai kedalam tempat

sampah.

(d) Cuci tangan dengan menggunakan air bersih atau sabun.

(e) Menggunakan masker selama berpergian.

(f) Penderita tidak meludah di lantai atau disembarang tempat,

agar kuman tidak menyebar dan menular ke orang lain.

(g) Penderita harus menutup mulut dengan sapu tangan, bila batuk

atau bersin.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu

dengan wawancara terhadap kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan

beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga

dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi

tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2010).

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

37

C. DOTS

DOTS merupakan pengobatan Tuberkulosis jangka pendek dengan

pengawasan secara langsung. Upaya pengendalian Tuberkulosis secara

nasional dilakukan dengan menerapkan strategi DOTS mulai tahun 1995,

yaitu strategi penatalaksanaan Tuberkulosis yang menekankan pentingnya

pengawasan untuk memastikan pasien menyelesaikan pengobatan sesuai

ketentuan sampai dinyatakan sembuh (Kemenkes RI, 2013). Strategi ini

direkomendasikan WHO secara global dalam pengendalian Tuberkulosis

karena menghasilkan angka kesembuhan yang tinggi yaitu mencapai 85%

(Kurniawan, 2015).

Fokus utama DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) adalah

penemuan dan penyembuhan penderita, prioritas diberikan kepada penderita

Tuberkulosis tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan

Tuberkulosis dan dengan demikian menurunkan insidens Tuberkulosis di

masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan penderita merupakan cara

terbaik dalam upaya pencegahan penularan Tuberkulosis.

Kemenkes RI (2013) menyatakan strategi DOTS dalam angka pada

penemuan kasus menunjukan peningkatan yang signifikan yaitu dari 21%

pada tahun 2001 menjadi 82,38% pada tahun 2012. Angka keberhasilan juga

menunjukan peningkatan yaitu dari 87% pada tahun 2001 menjadi 90,2%

pada tahun 2012. Angka penemuan kasus Tuberkulosis dan keberhasilan

pengobatan merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui

keberhasilan upaya pendeteksian kasus Tuberkulosis (Kurniawan, 2015).

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

38

Dengan menggunakan DOTS, maka proses penyembuhan Tuberkulosis

paru dapat berlangsung secara cepat. Kategori kesembuhan penyakit

Tuberkulosis yaitu suatu kondisi dimana individu telah menunjukan

peningkatan kesehatan dan memiliki salah satu indikator kesembuhan

penyakit Tuberkulosis, diantaranya: menyelesaikan pengobatan secara

lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow up) hasilnya negatif pada akhir

pengobatan dan minimal satu pemeriksaan follow up sebelumnya negatif

(Nizar, 2010).

Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen yaitu:

a. Komitmen politik dari para pengambil keputusan termasuk dukungan

dana.

b. Penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis.

c. Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek

dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).

d. Jaminan tersedianya OAT jangka pendek secara teratur, menyeluruh dan

tepat waktu dengan mutu terjamin.

e. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian

terhadap hasil pengobatan penderita dan kinerja program secara

keseluruhan.

D. Kepatuhan Berobat

Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat

pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh

dokternya atau oleh orang lain (Smet, 1994). Kepatuhan pasien sebagai

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

39

sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh

profesional kesehatan (Niven, 2002). Atau juga dapat didefinisikan kepatuhan

atau ketaatan terhadap pengobatan medis adalah suatu kepatuhan pasien

terhadap pengobatan yang telah ditentukan (Gabit, 1999). Keberhasilan

pengobatan Tuberkulosis paru ditentukan oleh kepatuhan pasien Tuberkulosis

dalam meminum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) (Kemenkes RI, 2013).

Kepatuhan menyangkut aspek jumlah dan jenis OAT yang diminum, serta

keteraturan waktu minum obat (Nainggolan, 2013). Menurut Kemenkes RI

(2013) keberhasilan pengobatan ditentukan juga oleh penemuan kasus secara

mikroskopis.

Kendala dalam Tuberkulosis paru adalah motivasi yang kurang dari

penderita, putus berobat yang disebabkan karena pengobatan yang

memerlukan waktu lama, jumlah dosis sekali minum akan mempengaruhi

kepatuhan, keteraturan dan keinginan untuk minum obat sehingga seringkali

penderita menghentikan pengobatan sebelum masa pengobatan selesai.

Kepatuhan terhadap pengobatan membutuhkan partisipasi aktif pasien

dalam manajemen perawatan diri dan kerja sama antara pasien dan petugas

kesehatan (Robert, 1999). Kesembuhan penderita Tuberkulosis paru dalam

Depkes (2008) dijelaskan bahwa dikatakan sembuh dalam pengobatan

Tuberkulosis paru adalah penderita telah menyelesaikan pengobatannya

secara lengkap 6-9 bulan dan pemeriksaan ulang dahak (follow-up) hasilnya

negatif pada akhir pengobatan (AP) dan minimal satu pemeriksaan follow-up

sebelumnya negatif.

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

40

Walaupun telah diketahui obat-obat untuk mengatasi Tuberkulosis dan

penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan dengan obat-obat Tuberkulosis,

penanggulangan dan pemberantasannya sampai saat ini belum memuaskan.

Pengobatan yang terputus ataupun tidak sesuai dengan standar DOTS juga

dapat berakibat pada munculnya kasus kekebalan multi terhadap Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) yang memunculkan jenis kuman Tuberkulosis yang

lebih kuat, yang dikenal dengan Multi Drug Resistant (MDR-TB) (Bagiada &

Primasari, 2010).

Berhasil atau tidaknya pengobatan Tuberkulosis tergantung pada

pengetahuan pasien ada tidaknya upaya dari diri sendiri atau motivasi dan

dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi kepatuhan pasien

untuk mengkonsumsi obat. Dampak jika penderita berhenti minum obat

adalah munculnya kuman Tuberkulosis yang resisten terhadap obat, jika ini

terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar pengendalian obat

tuberkulosis akan semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya angka

kematian akibat penyakit Tuberkulosis. Tujuan pengobatan pada penderita

Tuberkulosis bukanlah sekedar memberikan obat saja, akan tetapi

pengawasan serta memberikan pengetahuan tentang penyakit ini (Enjang,

2002).

Menurut Smet (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kepatuhan adalah faktor komunikasi, pengetahuan, dan fasilitas kesehatan.

1. Faktor komunikasi

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

41

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dengan dokter mempengaruhi

ketidaktaatan, misalnya informasi dengan pengawas yang kurang,

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter,

ketidakpuasan terhadap obat yang diberikan.

2. Pengetahuan

Ketetapan dalam memberikan informasi secara jelas dan eksplisit terutama

penting sekali dalam pemberian antibotik. Karena sering sekali pasien

menghentikan obat tersebut setelah gejala yang dirasakan hilang bukan

saat obat itu habis.

3. Fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dimana dalam memberikan

penyuluhan terhadap pasien. Diharapkan pasien menerima penjelasan dari

tenaga kesehatan.

Karena jangka waktu pengobatan yang ditetapkan lama maka terdapat

beberapa kemungkinan pola kepatuhan penderita yaitu penderita berobat

teratur dan memakai obat secara teratur, penderita tidak berobat secara teratur

(defaulting), penderita sama sekali tidak patuh dalam pengobatan yaitu putus

berobat (droup out) (Partasasmita, 1996). Oleh karena itu menurut Cramer

(1991) kepatuhan penderita dapat dibedakan menjadi:

1. Kepatuhan penuh (Total compliance)

Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur sesuai batas

waktu yang ditetapkan melainkan juga patuh memakai obat secara teratur

sesuai petunjuk.

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

42

2. Penderita yang sama sekali tidak patuh (non compliance) Yaitu penderita

yang putus berobat atau tidak menggunakan obat sama sekali.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan penderita Tuberkulosis

menurut Niven (2002) adalah :

1. Faktor penderita atau individu :

a. Sikap atau motivasi individu ingin sembuh

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu

sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatanya

sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan

denganperilaku penderita dalam kontrol penyakitnya.

b. Keyakinan

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani

kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap keyakinanya

akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat

menerima keadaannya, demikian juga cara perilaku akan lebih baik.

Kemauan untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi

oleh keyakinan penderita, dimana penderita memiliki keyakinan yang

kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan kalau tahu

akibatnya.

c. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang

paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa

senang dan tenteram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

43

keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan

kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya

dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang

diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya.

d. Dukungan sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari

anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor yang penting dalam

kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat

mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan dapat

mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan.

e. Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat

mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama

berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru

tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat

mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias

mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus

menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah

mampu berapdatasi dengan program pengobatanya.

2. Kultur budaya dan agama

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,

karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai atau tidak

dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

44

3. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal-hal baru

dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.

4. Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa pendidikan

yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua umur

seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.

Morisky Medication Adherence Scale (MMAS) adalah suatu kuesioner

untuk mengukur kepatuhan seseorang dalam minum obat, biasanya

digunakan pada pasien penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan

jangka waktu lama. MMAS merupakan hasil pengembangan dari Modified

Morisky Scale (MMS) yang dapat meningkatkan sensitivitas pengukuran

kepatuhan penggunaan obat, karena item pertanyaan dan skala nilai lebih

spesifik (Purwaningtyastuti dkk, 2011).

E. Kerangka Teori

TAHU, MEMAHAMI, APLIKASI,

ANALISIS, SINTESIS, EVALUASI

PENGETAHUAN PENIDIDIKAN MEDIA MASA

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

45

Gambar 2. Kerangka Teori

F. Kerangka Konsep

KEPATUHAN BEROBAT

PASIEN DALAM MENGIKUTI

PROGRAM PENGOBATAN

SISTEM DOTS

PERILAKU

PASIEN

PENGALAMAN

SIKAP

LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA

PERILAKU

Sumber :

Kerangka Teori Menurut Benyamin Bloom (1908), Budiman

(2013), Notoatmodjo (2010), Kemenkes (2011).

KEPATUHAN

• BAIK

• TIDAK BAIK

KEBERHASILAN PENGOBATAN

TB

MENERIMA,

MENANGGAPI,

MENGHARGAI,

BERTANGGUNG

JAWAB

• KEPATUHAN TINGGI

• KEPATUHAN

SEDANG

• KEPATUHAN

RENDAH

TINDAKAN

1. Baik

2. Tidak Baik

a. Kepatuhan Tinggi

b. Kepatuhan Sedang c. Kepatuhan Rendah

Kerangka Teori :

Studi Yang Diteliti :

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.uberkulosis Trepository.ump.ac.id/4312/3/YOANISA APRILIA... · Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit: Tuberkulosis paru adalah Tuberkulosis

46

G. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang

dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntut / mengarahkan

penelitian selanjutnya (Umar, 2005). Dari penelitian ini peneliti merumuskan

hipotesis sebagai berikut :

H0 : “Tidak ada hubungan antara perilaku pasien Tuberkulosis paru

dengan kepatuhan program pengobatan sistem DOTS di Balai

Kesehatan Paru Masyarakat Purwokerto”

H1 : “Ada hubungan antara perilaku pasien Tuberkulosis paru dengan

kepatuhan program pengobatan sistem DOTS di Balai Kesehatan

Paru Masyarakat Purwokerto”

Gambar 1. Kerangka Konsep

KEBERHASILAN PENGOBATAN TB

Hubungan Perilaku Pasien...,Yoanisa Aprilia Mutianingtyas, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017