27
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian Setiadi dkk. (2014) mengenai perhitungan harga pokok produksi dalam penentuan harga jual pada CV. Minahasa Mantap Perkasa diperoleh hasil bahwa pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok proses dengan pendekatan full costing bertujuan untuk memenuhi persediaan digudang dengan jumlah yang sama dari waktu ke waktu. Penentuan harga jual produk yang dibebankan kepada konsumen dibuat berdasarkan biaya produksi per unit ditambah persentase mark up, dimana peresentase yang diinginkan perusahaan yaitu 30% dari biaya produksi per unit dengan tujuan mendapat keuntungan lebih memadai dan menutup biaya produksi yang telah dikeluarkan. Anita (2014) dengan penelitian analisis perhitungan harga pokok produksi sebagai dasar penetapan harga jual produk furniture, terdapat hasil yang berbeda dengan metode yang dilakukan perusahaan. Penetapan harga jual dengan metode full costing lebih tinggi dibanding dengan metode perusahaan. Hal ini dikarenakan metode full costing memasukkan semua biaya produksi baik yang bersifat tetap maupun variabel. Slat (2013) meneliti tentang analisis harga pokok produk dengan metode full costing dan penentuan harga jual pada CV Anugerah Genteng Manado. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tedapat kelemahan dalam perhitungan harga pokok produk perusahaan dimana kalkulasi harga pokok produk yang dilakukan perusahaan lebih tinggi dari harga pokok produk setelah dievaluasi. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian Setiadi dkk. (2014) mengenai perhitungan harga pokok produksi

dalam penentuan harga jual pada CV. Minahasa Mantap Perkasa diperoleh hasil

bahwa pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok proses dengan

pendekatan full costing bertujuan untuk memenuhi persediaan digudang dengan

jumlah yang sama dari waktu ke waktu. Penentuan harga jual produk yang

dibebankan kepada konsumen dibuat berdasarkan biaya produksi per unit

ditambah persentase mark up, dimana peresentase yang diinginkan perusahaan

yaitu 30% dari biaya produksi per unit dengan tujuan mendapat keuntungan lebih

memadai dan menutup biaya produksi yang telah dikeluarkan.

Anita (2014) dengan penelitian analisis perhitungan harga pokok produksi

sebagai dasar penetapan harga jual produk furniture, terdapat hasil yang berbeda

dengan metode yang dilakukan perusahaan. Penetapan harga jual dengan metode

full costing lebih tinggi dibanding dengan metode perusahaan. Hal ini dikarenakan

metode full costing memasukkan semua biaya produksi baik yang bersifat tetap

maupun variabel.

Slat (2013) meneliti tentang analisis harga pokok produk dengan metode full

costing dan penentuan harga jual pada CV Anugerah Genteng Manado. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa tedapat kelemahan dalam perhitungan harga

pokok produk perusahaan dimana kalkulasi harga pokok produk yang dilakukan

perusahaan lebih tinggi dari harga pokok produk setelah dievaluasi. Hal ini

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

9

disebabkan karena perusahaan tidak membebankan biaya penyusutan gedung

pabrik, biaya penyusutan mesin dan peralatan, dan biaya asuransi dalam

perhitungan harga pokok produksi.

Sakti (2013) dalam penelitiannya mengenai penerapan analisis cost volume

profit dalam perencanaan laba (studi kasus pada UD Rejo Mulyo Surabaya), dapat

diketahui bahwa analisis CVP dapat digunakan untuk mengetahui atau membuat

peramalan laba produksi. Penganalisisan CVP tersebut dilakukan dengan

mengunakan metode analisis contribution margin, analisis BEP, analisis margin

of safety, dan analisis operating leverage. Dengan alat tersebut memberi hasil

bahwa produksi plastic es UD Rejo Mulyo terbukti sangat produktif dan

memberikan kontribusi laba yang cukup besar.

Verawati (2014) melakukan penelitian tentang penerapan metode CVP

sebagai alat bantu analisis perencanaan laba dalam mencapai target perusahaan

pada UKM Vinito Brownis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keadaan periode

Mei-Oktober 2014 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan periode

November 2013-April 2014, atau diestimasikan penjualan kedepannya mampu

meningkat sebesar 34,37% atau sebesar Rp. 121.491.076 setara dengan menjual

lebih banyak 15.186 box periode selanjutnya.

Berdasarkan penjelasan atas beberapa penelitian terdahulu, jika dibandingkan

dengan penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian ini

dengan beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan diatas adalah

menghitung harga pokok produksi dengan metode full costing serta analisis cost

volume profit. Sedangkan untuk perbedaannya terletak pada objek penelitian yaitu

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

10

pada Industri Carang Mas Novita Batu dan periode penelitian yaitu periode

Desember 2015.

B. Landasan Teori

1. Definisi Biaya

Biaya menurut Horngren dkk. (2008: 31) sebagai sumber daya yang

dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu, dimana suatu biaya

biasanya diukur dalam jumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka

memperolrh barangay atau jasa. Mulyadi (2014: 8) mengartikan biaya dalam arti

luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang

telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan

dalam arti yang lebih sempit, biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber

ekonomi untuk memperoleh aktiva.

2. Klasifikasi Biaya

Klasifikasi biaya adalah proses pengelompokkan biaya atas keseluruhan

elemen-elemen biaya secara sistematis ke dalam golongan-golongan tertentu yang

lebih rinci untuk dapat memberikan informasi biaya yang lebih lengkap bagi pihak

manajemen dalam mengelola perusahaan. Biaya harus digolongkan sesuai dengan

manfaat yang diharapkan. Menurut Mulyadi (2014 :13), biaya dapat digolongkan

menurut :

a. Objek pengeluaran.

Pada penggolongan biaya ini, pengklasifikasian biaya didasarkan atas nama

objek pengeluaran. Contohnya, nama objek pengeluaran adalah bahan bakar,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

11

maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya

bahan bakar”. Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran dalam

perusahaan kertas yaitu biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya

soda, biaya asuransi, biaya depresiasi mesin, biaya bunga, biaya zat warna.

b. Fungsi pokok dalam perusahaan.

Biaya menurut fungsi pokok dalam suatu perusahaan (manufaktur), terbagi

menjadi tiga kelompok yaitu:

a) Biaya Poduksi adalah biaya yang terjadi untuk mengelola bahan baku

menjadi produksi yang siap dijual di pasaran. Biaya produksi ini meliputi

biaya depresiasi dan equipment, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, biaya bahan penolong, dan lain-lain. Menurut objek

pengeluarannya, biaya produksi dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

b) Biaya Pemasaran adalah biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan

pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya

karyawan bagian pembungkusan, biaya bahan untuk membungkus, biaya

angkut dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, dan gaji karyawan

kegiatan pemasaran.

c) Biaya administrasi dan umum adalah biaya untuk mengkoordinasi-kan

kegiatan produksi dengan pemasaran produk. Contohnya yaitu gaji karyawan

bagian akuntansi, keuanagan, biaya gaji bagian personalia, dan lain-lain.

c. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

Biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, di bagi menjadi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

12

dua golongan yaitu:

a) Biaya langsung (direct cost) merupakan biaya yang terjadi karena adanya

sesuatu yang dibiayai dan mudah untuk diidentifikasi. Biaya produksi

langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b) Biaya tidak langsung (indirect cost) merupakan biaya yang terjadi tidak

hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya ini dalam hubungannya

dengan produk disebut biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead

pabrik. Biaya ini tidak mudah diidentifikasi dengan produk tertentu.

d. Perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas.

Biaya menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume

aktivitas, terbagi empat yaitu:

a) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan. Contohnya biaya bahan baku dan biaya tenaga

kerja langsung.

b) Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan

perubahan volume kegiatan. Biaya ini mengandung unsur biaya tetap dan

biaya variabel.

c) Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan

tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi

tertentu.

d) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume

tertentu. Contohnya biaya gaji direktur produksi.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

13

e. Jangka waktu manfaatnya

Biaya menurut jangka waktu manfaatnya, terbagi dua yaitu :

a) Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya yang mempunyai

manfaat lebih dari satu periode akuntansi yang dicatat sebagai biaya aktiva

dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara

didepresiasi, diamortisasi atau dideplesi.

b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya yang mempunyai

manfaat dalam periode akuntansi terjadinya penge-luaran. Contohnya biaya

iklan, biaya telepon, dan lain-lain.

3. Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi pada dasarnya menunjukan harga pokok produk

(barang dan jasa) yang diproduksikan dalam suatu periode akuntani tertentu. Hal

ini berarti bahwa harga pokok produksi merupakan bagian dari harga pokok.

Harga pokok dari produk yang terjual dalam suatu periode akuntansi.

Horngren (2008: 45) menjelaskan harga pokok produksi adalah biaya barang

yang dibeli untuk diproses sampai selesai baik sebelum maupun selama periode

akuntansi berjalan. Carter (2009: 40) menyatakan harga pokok produksi terdiri

dari tiga elemen biaya yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan

overhead pabrik. Menurut Mulyadi (2014: 18) Harga pokok produksi atau disebut

harga pokok adalah pengobanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang

yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan.

Informasi yang berkaitan dengan harga pokok produksi dapat digunakan sebagai

dasar penentuan harga jual.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

14

4. Manfaat Penentuan Harga Pokok Produksi

Untuk mengetahui laba atau rugi secara periodik suatu perusahaan dihitung

dengan mengurangkan pendapatan yang diperoleh dengan biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Oleh karena hitu diperlukan

informasi dari harga pokok produksi.

Mulyadi (2014: 39) mengidentifikasi manfaat dari penentuan harga pokok

produksi berdasarkan pesanan, secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.

Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya

berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Maka biaya produksi

yang satu akan berbeda dengan biaya produksi pesanan lain, tergantung

spesifikasi yang dikehendaki oleh pemesan. Oleh karena itu, harga jual yang

dibebankan pada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi

yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu.

2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan

Adakalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah terbentuk di

pasar, sehingga keputusan yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah

menerima atau menolak pesanan. Maka untuk pengambilan keputusan,

manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan yang akan

memberikan dasar perlindungan bagi manajemen agar didalam menerima

perusahaan tidak mengalami kerugian. Tanpa informasi total harga pokok

pesanan, manajemen tidak memiliki jaminan apakah harga yang diminta oleh

pemesan dapat mendatangkan laba bagi perusahaan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

15

3. Memantau realisasi biaya produksi.

Informasi taksiran biaya produksi pesanan dapat dimanfaatkan untuk

menetapkan harga jual yang dibebankan kepada pemesan. Informasi taksiran

biaya juga bermanfaat untuk mempertimbangkan diterima tidaknya suatu

pesanan. Oleh sebab itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan

informasi biaya produksi tiap pesanan yang akan diterima untuk memantau

apakah proses produksi untuk memenuhi pesanan menghasilkan total biaya

pesanan sesuia dengan yang diperhitungkan sebelumnya.

4. Menghitung laba atau rugi bruto tiap pesanan.

Guna mengetahui apakah pesanan tertentu mampu menghasilkan laba bruto

atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya

produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi pesanan. Informasi laba

atau rugi bruto tiap pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap

pesanan dalam menutup biaya nonproduksi dan menghasilkan laba atau rugi.

5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses

yang disajikan dalam neraca.

Saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban per periode,

manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan

laba rugi, yang menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga

pokok yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Berdasarkan catatan

biaya poduksitiap pesanan yang masih melekat pada produk jadi yang belum

di jual pada tanggal neraca serta dapat diketahui biaya produksinya. Biaya

yang melekat pada produk jadi pada tanggal neraca disajikan dalam harga

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

16

pokok persediaan produk jadi. Biaya produksi yang melekat pada produk

yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan disajikan dalam

neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.

5. Unsur Biaya Produksi

Kholmi dan Yuningsih (2009: 26) menyebutkan biaya produksi terdiri dari

biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

pabrik.

a. Biaya bahan baku langsung

Bahan baku langsung merupakan bahan yang sebagian besar membentuk

produk setengah jadi (barang jadi) atau menjadi bagian wujud dari suatu

produk yang dapat ditelusuri ke produk tersebut. Biaya bahan ini dapat

langsung dibebankan ke produk, contohnya kayu (jati, kamper, dll)merupakan

bahan baku landsung dari meubel. Di dalam memperoleh bahan baku

perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya sejumlah harga beli, tetapi biaya-

biaya yang berkaitan dengan perolehan bahan baku tersebut.

b. Biaya tenaga kerja langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang mengubah bahan baku

langsung menjadi produk setengah jadi (barang jadi) atau menjadikan jasa

kepada pelanggan. Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang

dikeluarkan tenaga kerja untuk mengolahbahan baku menjadi produk. Tenaga

kerja dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi,

pengamatan fisik dapat digunakan dalam mengukur kuantitas karyawan yang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

17

digerakan dalam produksi suatu produk atau jasa (contohnya perusahaan

meubel).

c. Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku

langsung dan biaya tenaga kerja langsung atau semua biaya produksi tak

langsung. Contohnya yaitu biaya bahan baku tidak langsung, upah tak

langsung, beban listrik dan air pabrik, beban telepon pabrik, beban sewa

gedung pabrik, beban reparasi dan pemeliharaan mesin dan kendaraan pabrik,

beban pajak bumi dan bangunan pabrik, beban asuransi pabrik, beban

penyusutan bangunan, mesin dan peralatan pabrik.

6. Metode Pemisahan Biaya

Biaya yang termasuk dalam biaya semivariabel perlu dipisahkan kedalam

biaya tetap dan biaya variabel. Metode yang dapat digunakan dalam memisahkan

biaya tetap dan biaya variabel ada 3 metode yaitu:

a. Metode tinggi rendah

Metode tinggi rendah adalah metode yang sederhana, hanya menggunakan

titik tertinggi dan terendah sebagai perhitungan pemisahan biaya semivariabel

menjadi biaya tetap dan biaya variabel (Masiyah & Yuningsih, 2009: 66).

Perbedaan biaya pada kedua periode tersebut dibagi dengan perubahan aktivitas

antara kedua periode ekstrem tersebut untuk memperkirakan biaya variabel per

unit aktivitas (Gaerrison, etal., 2006: 279).

Atau

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

18

Dan

Metode tinggi rendah sangat sederhana dan mudah dilakukan tetapi banyak

mengandung cacat karena hanya menggunakan dua titik saja. Umumnya, dua titik

tidak cukup untuk menghasilkan hasil yang akurat dalam analisis biaya. Periode

yang tidak biasanya rendah atau tinggi dapat mengakibatkan ketidakakuratan

hasilnya (Garrison, et al., 2006: 281).

b. Metode Scattergraph

Metode ini sangat sederhana, hanya menarik garis lurus dari data yang tersedia

untuk menentukan biaya tetap. Setelah biaya tetap diketahui dapat dihitung biaya

variabel yaitu selisih biaya total dengan biaya tetap. Metode ini merupakan

pembuktian atau penyempurnaan dari hasil perhitungan metode kuadrat terkecil.

Kekurangan metode ini, yaitu kurang akurat dalam perhitungan karena dengan

menarik garis lurus yang telah banyak mewakili dianggap dapat menentukan

besarnya biaya tetap. Hal ini seringkali adanya subjektivitas dalam penarikan garis

tersebut, sehingga menyebabkan tidak obyektif dalam menentukan besarnya biaya

variabel dan biaya tetap (Masiyah & Yuningsih, 2009: 66).

c. Metode Kuadrat Terkecil

Menurut Garrison, et al. (2013: 42) metode regresi kuadrat terkecil adalah

metode yang memisahkan biaya semivariabel menjadi komponen biaya tetap dan

biaya variabel dengan menggunakan seluruh data. Metode ini menganggap bahwa

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

19

hubungan antara biaya dan kegiatan berbentuk hubungan garis lurus dengan

persamaan regresi yaitu Y= a+bx.

Keterangan:

Y = Variabel tidak bebas ( total biaya semivariabel)

a = Garis intercept vertical (total biaya tetap)

b = Slope garis (tarif biaya variabel)

x = Variabel bebas (tingkat kejadian)

dalam persamaan tersebu, a menunjukkan unsur biaya tetap dalam Y, sedangkan b

menunjukkan unsur biaya variabel. Rumusan perhitungan a dan b tersebut ialah

sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

∑ (∑ )

∑ ∑

7. Metode Penentuan Biaya Produksi

Berdasarkan Mulyadi (2014: 18) metode penentuan kos produk adalah cara

memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi. Dalam

memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi, terdapat dua

pendekatan diantaranya metode full costing dan metode variable costing. Metode

Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang memperhitungkan

semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, terdiri dari biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku

variabel maupun tetap. Kos produksi berdasarkan metode full costing terdiri dari

unsur biaya produksi berikut:

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

20

Biaya bahan baku xx

Biaya tenaga kerja langsung xx

Biaya overhead pabrik tetap xx

Biaya overhead pabrik variabel xx

Kos produksi xx

Metode full costing menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai

biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi biaya overhead pabrik

yang terjadi, baik tetap maupun variabel masih dianggap sebagai aktiva sebelum

persediaan tersebut terjual (Mulyadi, 2014: 122).

Sedangkan metode variable costing hanya memperhitungkan biaya produksi

variabel saja dalam penentuan kos produksi. Kos produksi berdasarkan metode

variable costing terdiri dari unsur biaya berikut:

Biaya bahan baku xx

Biaya tenaga kerja variabel xx

Biaya overhead pabrik variabel xx

Kos produksi xx

Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan

sebagai period cost dan bukan sebagai unsur harga produk, sehingga dibebankan

sebagai biaya dalam periode terjadinya.

8. Perhitungan Harga Pokok Produksi

Perhitungan harga pokok produksi memang berisi tiga elemen biaya produk

yang terdiri dari bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.

Namun jumlah dari ketiga elemen ini bukanlah harga pokok produksi. Alasannya

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

21

karena sejumlah biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead pabrik yang terjadi

selama periode tertentu berkaitan juga dengan barang-barang setengah jadi. biaya

yang berkaitan dengan barang setengah jadi ditunjukkan dengan adanya barang

dalam proses yang tampak dalam akhir perhitungan. Barang dalam proses awal

harus ditambahkan dalam biaya produksi selama periode itu dan barang dalam

proses akhir harus dikurangkan untuk menentukan harga pokok produksi

(Garisson, et al., 2006). Logika yang mendasari perhitungan harga pokok

produksi tersebut dan harga pokok penjualan dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Perhitungan bahan mentah yang digunakan

Persediaan bahan mentah awal xx

Pembelian bahan mentah xx

Persediaan bahan mentah akhir (xx)

Bahan mentah yang masuk produksi xx

Perhitungan total biaya produksi

Bahan mentah yang masuk produksi xx

Tenaga kerja langsung xx

Total biaya overhead pabrik (xx)

Total biaya produksi xx

Perhitungan harga pokok produksi

Persediaan barang dalam proses awal xx

Total biaya produksi xx

Persediaan barang dalam proses akhir (xx)

Harga pokok produksi xx

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

22

Perhitungan harga pokok penjualan

Persediaan barang jadi awal xx

Harga pokok produksi xx

Persediaan barang jadi akhir (xx)

Harga pokok penjualan xx

9. Analisis Cost Volume Profit

Jumlah produk yang dihasilkan perusahaan selama satu periode tertentu akan

memiliki hubungan langsung dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan.

Besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan tersebut pada saat dipertemukan

dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan perusahaan selama satu periode

akan mempengaruhi secara langsung besarnya yang diperoleh perusahaan.

Analisis untuk melihat hubungan di antara ketiga variabel itulah yang

disebutdengan analisis cost volume profit (Rudianto, 2013: 26).

Rudianto (2013: 27) mendefinisikan analisis biaya volume laba adalah metode

analisis untuk melihat hubungan antar besarnya biaya yang dikeluarkan

perusahaan dan besarnya volume penjualan serta laba yang diperoleh selama suatu

periode tertentu. Analisisi ini membantu manajer untuk melihat hubungan diantara

5 unsur yaitu:

a. Harga produk, yaitu harga yang ditetapkan selama suatu periode tertentu

secara konstan.

b. Volume atau tingkat aktivitas, yaitu banyaknya produk yang dihasilkan dan

direncanakan akan dijual selama suatu periode.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

23

c. Biaya variabel per unit, yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara

langsung pada setiap unit barang yang diproduksi.

d. Total biaya tetap, yaitu keseluruhan biaya periodik selama suatu periode.

e. Bauran produk yang dijual, yaitu proporsi relative produk-produk perusahaan

yang dijual.

Analisis cost volume profit dapat membantu manajer dalam memahami

pengaruh dari unsur-unsur kunci tersebut pada laba, maka analisis cost volume

profit merupakan alat yang sangat penting dalam berbagai keputusan bisnis.

Keputusan tersebut mencakup jenis produk dan jasa yang ditawarkan, harga yang

dikenakan, strategi pemasaran yang dijalankan, dan struktur biaya yang digunakan

(Garrison, et al., 2013: 208).

Menurut Horngren, et al (2008: 69) menguji perilaku pendapatan total, biaya

total, dan laba operasi ketika terjadi perubahan dalam tingkat output, harga jual,

biaya variabel per unit, atau biaya tetap produk. Asumsi analisis cost volume

profit, yaitu:

a. Seluruh jenis biaya dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap atau biaya

variabel. Apabila ada biaya campuran, maka biaya tersebut harus dipisahkan

menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

b. Fungsi biaya total berbentuk garis lurus. Asumsi ini hanya benar apabila

perusahaan berproduksi dalam kisaran relevan.

c. Fungsi pendekatan total juga berbentuk garis lurus. Garis ini menganggap

bahwa harga jual perunit adalah konstan untuk seluruh volume penjualan

yang mungkin.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

24

d. Analisis terbatas pada satu jenis produk. Apabila perusahaan menjual lebih

dari satu jenis produk maka dianggap bahwa kombinasi penjualan adalah

konstan, seperti akan dijelaskan.

e. Jumlah persediaan awal sama dengan jumlah persediaan akhir. Asumsi ini

berarti bahwa seluruh kos di tahun tertentu untuk memperoleh atau

memproduksi barang dilaporkan sebagai biaya yang ditandingkan dengan

pendapatan laba atau rugi tahun tersebut.

Analisis cost volume profit memiliki manfaat yang sangat banyak bagi

manajemen suatu perusahaan. Manfaat dari penggunaan analisis ini adalah untuk

membuat kalkulasi perencanaan laba dan anggaran penjualan dari suatu

perusahaan menjadi akurat. Dengan menggunakan analisis cost volume profit akan

dapat diketahui berapa jumlah penjualan impas agar perusahaan tidak mengalami

kerugian maupun untung, untuk mengetahui berapa jumlah penjualan yang harus

dicapai untuk mencapai target laba tertentu. Analisis cost volume profit juga dapat

digunakan untuk mengetahui seberapa besar penjualan yang dapat membuat

penurunan sebelum mengalami kerugian, serta dapat digunakan untuk

menentukan kombinasi penjualan dari setiap jenis ukuran yang diproduksi untuk

mencapai target laba yang telah ditetapkan.

10. Hubungan Analisis Cost Volume Profit dengan Perencanaa Laba

Menurut Mulyadi (2014), laba perusahaan dalam jangka pendek dipengaruhi

oleh pendapatan (hasil kali volume penjualan dengan harga jual), biaya variabel

dan biaya tetap. Analisis CVP merupakan teknik yang menggunakan informasi

akuntansi diferensial untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

25

Manajemen akan dihadapkan pada pemilihan alternatif apakah harga jual produk

dalam tahun anggaran yang akan dating perlu diturunkan untuk mengungguli

posisi pesaing dipasar. Jika harga jual produk perlu diturunkan, kemungkinan

yang akan terjadi adalah volume penjualan akan naik. Jika volume penjualan naik,

anggaran biaya dimasa yang akakn datang akan naik pula. Dengan mengetahui

dampak terhadap laba setiap alternatif tindakan yang dipertimbangkan sekarang,

manajemen akan memiliki dasar yang kuat untuk memilih, sehingga ia akan

mampu mengambil keputusan secara ekonomis rasional.

11. Analisis Multiproduk

Analisis CVP cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk tunggal.

Namun, kebanyakanperusahaan memproduksi dan menjual sejumlah produk atau

jasa. Meskipun kompleksitas konseptual dari analisis CVP lebih tinggi dalam

situasi multiproduk, pengoperasiannya tidak jauh berbeda. Analisis produk

mensyaratkan dibuatnya suatu asumsi sehubungan dengan penjualan yang

diharapkan. Pada bauran penjualan tertentu, masalah multiproduk dapat dialihkan

ke analisis produk tunggal. Namun, harus diingat bahwa hasilnya akan berubah

jika bauran penjualannya berubah. Jika bauran penjualan berubah pada

perusahaan multiproduk, maka titik impas juga akan berubah. Kenaikan penjualan

yang memiliki margin kontribusi tinggi umumnya akan memperkecil titik impas,

sedangkan kenaikan penjualan produk dengan margin kontribusi renddah akan

memperbesar titik impas (Hansen & Mowen, 2009: 14).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

26

12. Analisis Cost Volume Profit Berdasarkan Aktivitas

Analisis CVP konvensional mengasumsikan bahwa semua biaya perusahaan

dapat dikelompokkan dalam dua kategori: biaya yang berubah sejalan dengan

volume penjualan (biaya variabel) dan biaya yang tidak berubah (biaya tetap).

Selanjutnya biaya diasumsikan sebagai fungsi linier dari volume penjualan.

Namun saat ini banyak perusahaan sadar bahwa pembeda antara biaya tetap dan

biaya variabel ini terlalu menyederhanakan masalah. CVP dapat digunakan

dengan perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, tetapi analisisnya harus

dimodifikasi. Akibatnya menurut ABC, suatu analisis sensitifitas digunakan.

Biaya tetap dipisahkan dari berbagai jenis biaya yang berubah-ubah dengan

penggerak biaya tertentu. Pada tahap ini cara yang paling mudah yaitu

pengelompokan biaya variabel sebagai tingkat unit, tingkat batch, dan tingkat

produk. Selanjutnya dampak keputusanterhadap batch dan produk dapat diuji

dalam kerangka kerja CVP (Hansen & Mowen, 2009: 32)

13. Resiko dan Ketidakpastian

Asumsi penting dari analisis CVP adalah harga dan biaya yang diketahui

dengan pasti, namun hal tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian adalah

bagian dari pengambilan keputusan dnan bagaiamana hal tersebut harus ditangani.

Secara formal, risiko berdeda dengan ketidakpastian. Distribusi probabilitas

variabel pada ketidakpastian tidak diketahui. Dari kedua istilah tersebut

menentukan bagaimana manajer menghadapi risiko dan ketidakpastian (Hansen &

Mowen, 2009: 27), diantaranya:

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

27

a. Pihak manajemen tentu harus menyadari sifat ketidakpastian harga, biaya dan

kuantitas di masa depan. Selanjutnya, para manajer bergerak dari

pertimbangan titik impas ke pertimbangan kisaran titik impas. Dengan kata

lain, karena sifat data yang tidak pasti, suatu perusahaan mungkin mencapai

titik impas yang lebih tinggi. Jadi, titik impas tidak diestimasi pada titik

tertentu. Selain itu, para manajer dapat menggunakan analisis sensitivitas atau

bagaimana-jika (what-if). Dalam hal ini, penggunaan suatu produk akan

membantu manajer dalam menentukan titik impas (atau target laba) kemudian

memeriksanya untuk melihat dampak harga dan biaya yang bervariasi

terhadap kuantitas yang dijual.

b. Konsep yang bermanfaat bagi manajemen adalah margin pengaman dan

pengungkit operasi. Kedua konsep ini dapat dipertimbangkan untuk

mengukur risiko. Setiap konsep menyaratkan pengetahuan mengenai biaya

tetap dan biaya variabel.

14. Dasar-Dasar Analisis Cost Volume Profit

a. Analisis Break Even Point

Rudianto (2013: 30) mengartikan titik impas sebagai volume penjualan yang

harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian tetapi tidak juga

memperoleh laba sama sekali. Titik impas dapat diketahui dengan membagi antara

total biaya tetap dengan rasio margin kontribusi. Jadi ketika titik impas tercapai,

perusahaan telah mampu menutup seluruh biaya tetap yang dibebankan selama

periode tersebut beserta biaya variabel yang harus dikeluarkan untuk volume

produk pada titik impas.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

28

Menurut Garrison, et al. (2006: 325) titik impas adalah tingkat penjualan

dimana laba adalah nol. Jadi dapat dikatakan bahwa titik impas merupakan titik

dimana biaya dan pendapatan sama besarnya sehingga tidak terjadi laba maupun

rugi. Analisis terhadap titik impas ini digunakan untuk menentukan tingkat

penjualan dan bauran produk yang diperlukan agar semua biaya yang terjadi

dalam periode tersebut dapat tertutupi.

Titik impas dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan (equation

method) dan metode margin kontribusi (contribution margin).

a) Metode Persamaan

Metode persamaan menggunakan data-data dari laporan laba rugi yang disusun

dengan format kontribusi. Format laba rugi dapat disajikan dengan persamaan

sebagai berikut (Garrison, et al., 2006: 334):

( )

Persamaan tersebut dapat diubah menjadi

b) Metode margin Kontribusi

Metode margin kontribusi pada dasarnya hanyalah versi jalan pintas dari

metode persamaan yang telah disajikan. Pendekatan ini memusatkan pada ide

bahwa setiap unit yang terjual memberikan margin kontribusi tertentu yang dapat

digunakan untuk menutupi biaya tetap. Untuk menentukan berapa unit yang harus

dijual untuk mencapai titik impas, total biaya tetap dibagi dengan margin

kontribusi per unit (Garrison, et al., 2006: 336).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

29

b. Contribution Margin

Langkah awal dalam melihat hubungan antara cost volume profit suatu

perusahaan adalah memahami dan melihat besarnya margin kontribusi yang

diperoleh perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan. Pada setiap tingkat kegiatan,

perusahaan akan memiliki kemampuan menghasilkan margin kontribusi per unit

yang dapat diperoleh perusahaan akan menentukan kecepatan perusahaan tersebut

menutup biaya tetapnya dan kemampuannya dalam menghasilkan laba.

Hansen dan Mowen (2009: 7) berpendapat bahwa margin kontribusi adalah

pendapatan penjualan dikurangi total biaya variabel. Pada impas, margin

kontribusi sama dengan beban tetap. Menurut Garrison, et al., (2013: 209) margin

kontribusi adalah jumlah yang tersisa dari pendapatan penjualan dikurangi beban

variabel, yang merupakan jumlah yang tersedia untuk menutup beban tetap dan

kemudian untuk menyediakan laba pada periode tersebut. Margin kontribusi

dihitung dengan rumus:

Margin kontribusi = Penjualan – Biaya variabel

Semakin besarnya margin kontribusi yang diperoleh perusahaan dari setiap

unit produk yang dijual, semakin cepat perusahaan menutup biaya tetapnya dan

mencapai laba yang diinginkan. Semakin kecil margin kontribusi yang dihasilkan

dari setiap unit produk yang dihasilkan, semakin lama perusahaan menutup biaya

tetapnya dan mencapai laba yang diinginkan. Apabila perusahaan telah menjual

produknya sampai jumlah tertentu dimana seluruh biaya tetapnya dapat ditutupi,

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

30

maka pada volume penjualan selanjutnya perusahaan tinggal memperoleh laba

usaha (Rudianto, 2013:28).

Margin kontribusi yang disajikan dalam persentase penjualan mengacu pada

rasio margin kontribusi. Rasio margin kontribusi tersebut menunjukkan pengaruh

dari perubahan total penjualan terhadap margin kontribusi. Rasio ini dihitung

dengan rumus:

c. Analisis Margin Of Safety

Margin pengaman berdasarkan Hansen dan Mowen (2009: 28) merupakan unit

yang terjual atau diharapkan terjual atau pendapatan yang dihasilkan atau

diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi volume impas. Margin pengaman

dapat dipandang sebagai gambaran kasar dari risiko, karena kenyataannya

peristiwa yang tidak diketahui selalu muncul ketika rencana disusun. Hal tersebut

dapat menurunkan jumlah penjualan dibawah dari apa yang diharapkan.

Analisis margin of safety menggambarkan tentang seberapa besar penjualan

yang boleh turun dari jumlah penjualan tertentu dimana perusahaan belum

menderita rugi atau dalam keadaan Break Even. Dengan kata lain, margin of

safety merupakan batas keamanan bagi perusahaan dalam hal terjadi penurunan

penjualan, dimana berapapun penurunan penjualan yang terjadi sepanjang dalam

batas-batas tersebut perusahaan tidak akan menderita rugi. Kelebihan dari

penjualan yang dianggarkan (aktual) diatas titik impas volume penjualan dengan

artian semakin tinggi margin pengaman, maka semakin rendah resiko untuk tidak

balik modal (Garrison, et al., 2013: 225).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

31

Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

Batas keamanan = total penjualan yang dianggarkan – penjualan titik impas

d. Operating Leverage

Hansen dan Mowen (2009: 29) berpendapat bahwa pengungkit operasi

(operating leverage) merupakan penggunaan biaya tetap untuk menciptakan

perubahan persentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas penjualan berubah.

Semakin besar tingkat pengungkit operasi maka semakin banyak perubahan

aktivitas penjualan yang akan mempengaruhi laba. Leverage operasi dalam

Horngren dkk. (2008: 83) menggambarkan dampak perubahan biaya tetap

terhadap laba operasi ketika terjadi perubahan unit yang terjual, dan tentunya

marjin kontribusi. Organisasi yang memiliki porsi biaya tetap yang besar dalam

struktur biayanya akan mempunyai leverage operasi yang tinggi. Trade off risiko

pengembalian (risk-return trade-off) antar alternative struktur biaya dapat diukur

dengan leverage operasi.

Analisis operating leverage merupakan keadaan saat manajer memperoleh

laba yang tinggi hanya dengan menaikkan sedikit penjualan atau menambah

sedikit sumber daya perusahaan (aktiva) serta merupakan suatu ukuran tentang

seberapa sensitif laba bersih terhadap perubahan dalam penjualan (Garrison, et al.,

2013: 228). Persentase kecil peningkatan penjualan dapat menghasilkan

persentase yang lebih besar pada peningkatan laba, apabila operating leverage

tinggi. Rumus tingkat leverage operasi:

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

32

e. Analisis Target Laba

Managemen perusahaan tepatnya pada bidang keuangan dapat menggunakan

elemen analisis CVP dalam menyusun rencana kerja serta untuk melakukan

evaluasi lebih mendalam. Analisis target laba adalah salah satu penggunaan pokok

dalam analisis CVP. Dalam analisis target laba (target profit analusis), kita

mengestimasikan volume penjualan yang diperlukan untuk mencapai laba

tertentu. Analisis target laba dapat menggunakan metode persamaan atau metode

Rumus (Garrison, et al., 2013: 222).

a) Metode Persamaan

Kita dapat menggunakan persamaan laba dasar guna mengetahui volume

penjualan yang dibutuhkan untuk memperoleh target laba.

Atau

b) Metode Rumus

Metode rumus merupakan versi pintas dari metode persamaan, yaitu dapat

dihitung dengan rumus berikut:

15. Perencanaan Laba

Perencanaan laba menurut Carter (2009: 4) adalah pengembangan dari suatu

rencana operasi guna mencapai cita-cita dan tujuan perusahaan. Laba sangat

penting dalam perencanaan karena tujuan utama dari suatu rencana adalah laba

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

33

yang memuaskan. Perencanaan laba yang baik sulit karena ada kekuatan-kekuatan

eksternal yang memengaruhi bisnis. Kekuatan-kekuatan ini mencakup perubahan

dalam teknologi, tindakan pesaing, ekonomi, demografi, selera serta preferensi

pelanggan, perilaku sosial, serta faktor-faktor politik.

Perencanaan jangka panjang didefinisikan sebagai proses yang kontinu untuk

membuat keputusan-keputusan sekarang secara sistematis dan dengan

pengetahuan terbaik yang memungkinkan mengenai dampak dimasa depan,

mengorganisasikan secara sistematis usaha-usaha yang diperlukan untuk

melaksanakan keputusan-keputusan tersebut dan mengukur hasil keputusan-

keputusan ini terhadap ekspektasi melalui umpan balik yang terorganisir dan

otomatis (Carter, 2009: 5).

Menurut Garrison, et al. (2013: 382) mengembangkan sasaran dan menyusun

anggaran untuk mencapai sassaran tersebut. Sebuah perencanaan laba dicapai

melalui penyusunan sejumlah anggaran yang bila disatukan menjadi anggaran

induk (master budget). Anggaran induk merupakan alat manajemen yang sangat

penting yang mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen di dalam suatu

perusahaan, mengalokasi sumber daya, dan mengkoordinasi aktivitas.

a. Bagian-bagian dari penyusunan anggaran induk

a) Anggaran penjualan, yang mencakup daftar pemikiran penerimaan kas.

b) Anggaran produksi (anggaran pembelian barang dagangan untuk perusahaan

dagang).

c) Anggaran bahan langsung yang mencakup daftar pengeluaran kas untuk

bahan mentah.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/44998/3/jiptummpp-gdl-lissasevit-42986-3-babii.pdfpendekatan . full costing . bertujuan untuk memenuhi persediaan

34

d) Anggaran tenaga kerja langsung

e) Anggaran overhead pabrik

f) Anggaran persediaan akhir barang jadi

g) Anggaran beban penjualan dan administrasi

h) Anggaran kas

i) Anggaran laporan laba rugi

j) Anggaran laporan posisi keuangan

b. Manfaat penganggaran bagi perusahaan

a. Anggaran merupakan alat komunikasi bagi rencana manajemen kepada

seluruh organisasi.

b. Anggaran memaksa manajer untuk memikirkan dan merencanakan masa

depan. Tanpa penyusunan anggaran, maka akan terlalu banyak manajer yang

haru menghabiskan waktunya untuk mengatasi berbagai masalah darurat.

c. Proses penganggran merupakan alat alokasi sumber daya pada berbagai

bagian dari organisasi agar dapata digunakan seefektif mungkin.

d. Anggaran mengkoordinasikan aktivitas seluruh aktivitas organisasi dengan

cara mengintegrasikan renacana dari berbagai bagian. Penganggaran ikut

memastikan agar setiap orang dalam organisasi menuju tujuan yang sama.

e. Anggaran menentukan tujuan dan sasaran yang dapat dijadikan acuan untuk

mengevaluasi kinerja selanjutnya.