27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Psikososial Manusia adalah makhluk biopsokososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Kebutuhan manusia bukan hanya menyangkut fisiknya seperti makan, minum, istirahat, eliminasi, tetapi juga kebutuhan psikologis misalnya keinginan untuk rasa dihargai, dicintai, mencintai, serta kebutuhan untuk saling berinteraksi. Dengan demikian, manusia yang sehat adalah individu yang mampu menyelaraskan antara kebutuhan fisik atau bio dengan kebutuhan psikologisnya. Tidak terpenuhinya kebutuhan fisik akan berdampa pada gangguan psikologis dengan demikian juga sebaliknya (Tarwoto&Wartonah, 2015). Kebutuhan manusia bukan hanya menyangkut fisiknya seperti makan, minum, istirahat, eliminasi, tetapi juga kebutuhan psikologis misalnya keinginanuntuk rasa dihargai, dicintai, dan mencintai, serta kebutuhan untuk saling berinteraksi. Dengan demikian, manusia yang sehat adalah individu yang mampu menyelaraskan antara kebutuhan fisik atau bio dengan kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan perilaku manusia, kesehatan, dan gangguan jiwa. Masing-masing mengajukan bagaimana perkembangan normal terjadi berdasarkan keyakinan dan asumsi para ahli teori serta pandangan dunia (Videback, 2015). Erik Erikson dalam Kasiati & Ni Wayan (2016) menjelaskan delapan tahap perkembangan psikososial. Pada setiap tahap tersebut, individu harus menyelesaikan tugas kehidupan yang esensial untuk kesejahteraan dan kesehatan jiwanya, tugas ini memungkinkan individu mencapai nilai moral kehidupan: harapan, tujuan, kesetiaan, cinta, kepedulian, dan kebijaksanaan. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Psikososial

Manusia adalah makhluk biopsokososial yang unik dan menerapkan sistem

terbuka serta saling berinteraksi. Kebutuhan manusia bukan hanya

menyangkut fisiknya seperti makan, minum, istirahat, eliminasi, tetapi juga

kebutuhan psikologis misalnya keinginan untuk rasa dihargai, dicintai,

mencintai, serta kebutuhan untuk saling berinteraksi. Dengan demikian,

manusia yang sehat adalah individu yang mampu menyelaraskan antara

kebutuhan fisik atau bio dengan kebutuhan psikologisnya. Tidak terpenuhinya

kebutuhan fisik akan berdampa pada gangguan psikologis dengan demikian

juga sebaliknya (Tarwoto&Wartonah, 2015).

Kebutuhan manusia bukan hanya menyangkut fisiknya seperti makan,

minum, istirahat, eliminasi, tetapi juga kebutuhan psikologis misalnya

keinginanuntuk rasa dihargai, dicintai, dan mencintai, serta kebutuhan

untuk saling berinteraksi. Dengan demikian, manusia yang sehat adalah

individu yang mampu menyelaraskan antara kebutuhan fisik atau bio dengan

kebutuhan psikososial.

Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan perilaku manusia,

kesehatan, dan gangguan jiwa. Masing-masing mengajukan bagaimana

perkembangan normal terjadi berdasarkan keyakinan dan asumsi para ahli

teori serta pandangan dunia (Videback, 2015). Erik Erikson dalam Kasiati &

Ni Wayan (2016) menjelaskan delapan tahap perkembangan psikososial. Pada

setiap tahap tersebut, individu harus menyelesaikan tugas kehidupan yang

esensial untuk kesejahteraan dan kesehatan jiwanya, tugas ini

memungkinkan individu mencapai nilai moral kehidupan: harapan, tujuan,

kesetiaan, cinta, kepedulian, dan kebijaksanaan.

6

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

7

B. Tinjauan Konsep Asuhan Keperawatan Defisit perawatan diri

1. Masalah Utama

a. Pengertian Defisit perawatan diri

Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia

dalam memenuhi kebutuhnnya guna mempertahankan kehidupan,

kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya (

Sulastri, 2012). Menurut Herdman (2012), Defisit perawatan diri adalah

gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas

perawatan diri untuk diri sendiri; mandi; berpakaian dan berhias untuk

diri sendiri aktifitas makan sendiri; dan aktifitas eliminasi sendiri.

Herdman (2012) membagi Defisit perawatan diri menjadi 4 kegiatan;

mandi, berpakaian/berhias, makan, dan toileting.

Menurut Sutejo, (2016) Defisit perawatan diri adalah keadaan

seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau

menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada

keinginan Pasien untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut,

pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defist

Perawatan Diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada Pasien

gangguan jiwa.

b. Jenis-jenis Defisit perawatan diri

Menurut Herdman (2015) jenis perawatan diri terdiri dari:

1) Defisit perawatan diri : Mandi;

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

mandi/beraktifitas perawatan diri untuk diri sendiri.

2) Defisit perawatan diri: Berpakaian;

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

aktivitas berpakaian dan berias untuk diri sendiri.

3) Defisit perawatan diri: Makan;

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

aktivitas sendiri.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

8

4) Defisit perawatan diri: Eliminasi;

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

eliminasi sendiri.

c. Batasan Karakteristik Defisit perawatan diri

Menurut Herdman (2015), batasan karakteristik Pasien dengan Defisit

perawatan diri adalah:

1) Defisit perawatan diri : mandi

a) ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi,

b) ketidakmampuan mengeringkan tubuh,

c) ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi,

d) ketidakmampuan menjangkau sumber air,

e) ketidakmampuan mengatur air mandi,

f) ketidakmampuan membasuh tubuh.

2) Defisit perawatan diri: Berpakaian;

a) ketidakmampuan mengancing pakaian,

b) ketidakmampuan mendapatkan pakaian,

c) ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian,

d) ketidakmampuan mengenakan sepatu,

e) ketidakmampuan mengenakan kaus kaki,

f) ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian,

g) ketidakmampuan melepas sepatu,

h) ketidakmampuan melepas kaus kaki

i) hambatan memilih pakaian

j) hambatan mempertahanakan penampilan yang memuaskan,

k) hambatan mengambil pakain ,

l) hambatan mengenakan pakaian pada bagia tubuh bawah,

m) hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh atas

n) hambatan memasang sepatu,

o) hamabatan memasang kaus kaki,

p) hambatan melepaskan pakaian,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

9

q) hamabatan melepas sepatu,

r) hamabatan melepas kaus kaki,

s) hambatan mengunakan alat bantu,

t) hambatan menggunakan resleting.

3) Defisit perawatan diri : Makanan;

a) ketidakmampuan menambil makanan dan mengambil kemulut,

b) ketidakmampuan mengunyah makanan,

c) ketidakmampuan menghabiskan makanan,

d) ketidakmampuan menempatakan makanaan ke perlengkapan

makanan,

e) ketidakamapuan menggunakan perlengkapan makanan,

f) ketidakmampuan memakan makanan dalam cara yang dapat

diterima secara sosial,

g) ketidakmampuan memakan maakan dengan cara yang aman,

h) ketidakmampuan memakanan dalam jumlah memadai,

i) ketidakmampuan memanipulasi makanan dalam mulut,

j) ketidakmampuan membuka wadah makanan,

k) ketidakmampuan mengambil gelas dan cangkir,

l) ketidakmampuan makanan untuk dimakan,

m) ketidakmampuan menelan makan,

n) ketidakmampua menggunakan alat bantu.

4) Defisit perawatan diri: Eliminasi;

a) ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat,

b) ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang

air(commode),

c) ketidakmampuan naik ke toilet (commode),

d) ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi,

e) ketidakmampuan berdiri dari toilet,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

10

d. Rentang Respon Defisit perawatan diri

FAKTOR PREDISPOSISI

Biologis Psikologis Lingkungan Sosial Budaya

STRESOR PRESIPITASI

Biologis Gejala Pemicu

PENILAIAN TERHADAP STRESOR

SUMBER KOPING

MEKANISME KOPING

Menarik Diri Proyeksi Regresi penolakan

Konstruktif Destruktif

RENTANG RESPONS NEUROBIOLOGIS

Respons adaptif Respons maladaptif

Gambar 2.1 Model Adaptasi Stress Stuart berhubungan dengan respons

neurobiologis (sumber:Stuart, 2016)

Berpikir logis

Persepsi akurat

Emosi konsisten dengan

pengalaman

Prilaku sesuai

Berhubungan sosial

Waham

Halusinasi

Kesulitan pengolahan

emosi

Prilaku kacau

Isolasi sosial

Pikiran sesekali

terdistorsi ilusi

Reaksi emosional

berlebihan atau tidak

bereaksi

Prilaku aneh atau

penarikan tidak biasa

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

11

2. Proses terjadinya masalah

a. Faktor predisposisi

1) biologis: penyakit fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak

mampu melakukan perawatan diri dan faktor herediter.

2) psikologis: faktor perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi

dan memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

Kemampuan realitas turun, pasien gangguan jiwa yang kemampuan

realitas kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan

lingkungan termasuk perawatan diri.

3) sosial: kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi

kemampuan dalam perawatan diri

b. Faktor presipitasi

faktor presipitasi yang dapat menimbulkan Defisit perawatan diri

adalah penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas,

lelah, yang di alami individu sehingga menyebabkan individu kurang

mampu melakukan perawatan diri.Sedangkan menurut Potter dan Perry

(di dalam buku Sutejo 2016), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

personal hygiene yaitu:

1) Citra tubuh

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi

kebersiahan diri. Perubaha fisik akibat operasi bedah, misalnya,

dapat memicu individu untuk tidak peduli terhadap kebersihannya.

2) Status sosial ekonomi

Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis

dan tingkat praktik keperawatan diri yang dilakukan. Perawat harus

menentukan apakah pasien dapat mencukupi perlengkapan

keperawatan diri yang penting seperti, sabun, pasta gigi, sikat gigi,

sampo. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah

penggunaan perlengkapan tersebut sesuai dengan kebiasaan sosial

yang diperaktikan oleh kelompok sosial pasien.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

12

3) Pengetahuan

Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya

pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri dan implikasinya

bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik keperawatan diri.

4) Variabel kebudayaan

Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri

mempengaruhi perawatan diri. Orang dari latar belakang kebudayaan

yang berbeda mengikuti praktik keperawatan yang berbeda pula.

5) Kondisi fisik

Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri

berkurang dan memperlukan bantuan. Biasanya Pasien dengan

keadaan fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan

perawatan diri.

Macam-macam respon Defisit perawatan diri:

1) Pola perawatan diri seimbang : saat Pasien mendapatkan stresor dan

mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang

dilakukan Pasien seimbang, Pasien masih melakukan perawatan diri

2) Kadang perawatan diri kadang tidak: saat Pasien mendapatkan

stresor kadang-kadang Pasien tidak memperhatikan perawatan diri

nya

3) Tidak melakukan perawatan diri: Pasien mengatakan dia tidak peduli

dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor

c. Mekanisme koping

Stuart (2016) mengungkapkan pada fase gangguan jiwa aktif, pasien

menggunakan beberapa mekanisme pertahanan yang tidak didasari

sebagai upaya untuk melindungi diri dari pengalaman menakutkan yang

disebabkan oleh penyakit mereka.

1) Regresi : berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan

pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya untuk mengelola

ansietas, menyisakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehar-hari.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

13

2) proyeksi: upaya untuk menjelaskan persepsi yang membingungkan

dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu.

3) Menarik diri: berkaitan dengan masalah membangun kepercayaan

dan keasyikan dengan pengalaman internal

4) Pengingkaran: sering digunakan oleh klien dan keluarga. Mekanisme

koping ini adalah sama dengan penolakan yang terjadi setiap kali

seorang menerima informasi yang menyebabkan rasa takut dan

ansietas.

d. Sumber koping

Stuart (2016) menjelaskan gangguan jiwa adalah penyakit menakutkan

dan sangat menjengkelkan yang membutuhkan penyesuaian oleh pasien

dan keluarga. Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua

tentang penyakit, ketersediaan keuangan, ketersediaan waktu dan tenaga,

dan kemampuan untuk memberikan dukungan yang berkelanjutan,

memengaruhi jalan nya penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi. Proses

penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi terdiri dari 4 tahap dan dapat

berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun:

1) Disonansi kognitif

Disonansi kognitif melibatkan pencapaian keberhasilan

farmakologi untuk menurunkan gejala dan menstabilkan gangguan

jiwa aktif dengan memilih kenyataan dari ketidaknyataan setelah

episode pertama.

2) Pencapaian wawasan

Permulaan wawasan terjadi dengan kemampuan melakukan

pemeriksaan terhadap kenyataan yang dapat dipercaya.

3) Kognitif yang konstan

Kogniktif konstan termasuk melanjutkan hubungan interpersonal

yang normal dan kembali terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan

usia yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

14

4) Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan pendidikan

Tahap ini termasuk kemampuan untuk secara konsisten terlibat

dalam kegiatan harian yang sesuai dengan usia hidup yang

merefleksikan tujuan sebelum gangguan jiwa.

e. Tanda dan Gejala

Menurut Fitria di dalam buku Mukhripah & Iskandar 2012 defisi

perawatan diri memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:

1) Mandi/Hygiene

Pasien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan

badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu

atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi,

mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.

2) Berpakaian/ Berhias

Pasien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau

mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta

memperoleh atau menukar pakaian. Pasien juga memiliki

ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih

pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,

melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan

penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan

mengenakan sepatu.

3) Makan

Pasien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah

makanan, mendapatkan makanan, mengambil makanan dan

memasukkan kedalam mulut, menggambil cangkir atau gelas, serta

mencerna makanan dengan aman.

4) Eliminasi

Pasien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam

mendapatkan kamar kecil, duduk ata bangkit dari closet,

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

15

memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah

BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut Depkes 2012, tanda dan gejala Pasien dengan Defisit

perawatan diri adalah:

1) Fisik

a) Badan bau, pakaian kotor,

b) Rambut dan kulit kotor

c) Kuku panjang dan kotor

d) Gigi kotor disertai mulut bau

e) Penampilan tidak rapi

2) Psikologis

a) Malas, tidak ada inisiatif

b) Menarik diri

c) Merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa hina

3) Sosial

a) Interaksi kurang

b) Kegiatan kurang

c) Tidak mampu berprilaku sesuai norma

d) Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK di sembarang tempat,

gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri

Menurut Sulastri (2016) Tanda dan Gejala Defisit perawatan diri

dapat dinilai dari pertanyaan pasien tentang kebersihan diri, berdandan

dan berpakaian, makan dan minum, BAB dan BAK dan didukung

dengan data hasil observasi

1) Data subjektif

Pasien mengatakan tentang :

a) Malas mandi

b) Tidak mau menyisir rambut

c) Tidak mau menggosok gigi

d) Tidak mau memotong kuku

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

16

e) Tidak mau berhias/berdandan

f) Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat mandi/kebersihan diri

g) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan

minum

h) BAB dan BAK sembarangan

i) Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah

BAB dan BAK

j) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar

2) data objektif

a) Badan bau, kotor, berdaki, rambut rontok, gigi rontok, kuku

panjang, tidak menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi

dengan benar.

b) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, tidak

mampu berdandan memilih, mengambil dan memakai pakaian,

memakai sendal, sepatu, tidak pandai memakai resleting,

memakai barang-barang yang perlu dalam berpakaian, melepas

barang-barang yang perlu dalam berpakaian.

c) Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak

menggunakan alat makan, tidak mampu(menyiapkan makanan,

memindahkan makanan ke alat makan, memegang alat makan,

membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan

makanan secara aman, menyelesaikan makanan).

d) BAB dan BAK tidak ada tempatnya, tidak membersihkan diri

setelah BAB dan BAK, Tidak mampu (menjaga kebersihan

toilet, menyiran toilet).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

17

3. Pohon masalah

Gambar 2.2 Pohon Masalah Defisit perawatan diri (sumber:Sutejo, 2017)

4. Diagnosa Keperawatan Defisit perawatan diri

Menurut Sulastri (2017) diagnosa keperawatan defisit perawatan

dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala Defisit perawatan diri yang di

temukan. Jika hasil pengkajian menjukan tanda dan gejala Defisit perawatan

diri maka diagnosis keperawatan di tegakkan adalah “ Defisit perawatan diri

: kebersihan diri, makan dan minum, BAB dan BAK.”

Sedangkan menurut Sutejo (2017) berdasarkan data yang diperoleh,

diagnosis masalah keperawatan dalam gangguan Defisit perawatan diri

meliputi kebersihan diri, berhias, makan, eliminasi

5. Rencana tindakan keperawatan pada Pasien Defisit perawatan diri

Rencana tindakan keperawatan pada pasien Defisit perawatan diri

adalah suatu bentuk susunan perencanaaan tindakan keperawatan untuk

mengatasi pasien dengan Defisit perawatan diri. Tindakan keperawatan

diantaranya terdapat strategi pelaksanaan tindakan keperawatan, dan terapi

aktifitas kelompok. Tindakan-tindakan ini dapat ditunjukan pada tindakan

keperawatan untuk individu, tindakan keperawatan untuk keluarga, dan

tindakan keperawatan untuk kelompok.

Berikut adalah tabel 1.1 tentang rencana keperawatan Defisit perawatan

diri menurut Departemen Jiwa Komunitas Politeknik Kesehatan

Tanjungkarang tahun 2016.

Gangguan pemeliharaan kesehatan

Defisit perawatan diri

Kehilangan fungsi tubuh,

kurangnya motifasi

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

18

Tabel 2.1 Rencana asuhan keperawatan pada masalah Defisit perawatan diri (Panduan praktik keperawatan jiwa, 2016)

Diagnosis

Keperawatan

Perencanaan

Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi

Defisit perawatan diri

Tujuan umum :

Pasien dapat mandiri dalam perawatan diri

Tujuan khusus:

1. Pasien dapat

mengenal Defisit

perawatan diri dan

latihan personal hygiene

1. Pasien menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawatan:

Wajah cerah, tersenyum

Mau berkenalan

Ada kontak mata

Menerima kehadiran perawat

Bersedia menceritakan perasaannya

2. Pasien mengetahui pentingnya perawatan

diri, Pasien menyebutkan:

Penyebab tidak merawat diri

Manfaat menjaga perawatan diri

Tanda-tanda bersih dan rapi

Gangguan yang dialami jika perawatan diri tidak diperhatikan

3. Pasien mengetahui cara-cara melakukan

perawatan diri:

3.1. Pasien menyebutkan frekuensi menjaga

perawatan diri:

Frekuensi mandi

Frekuensi gosok gigi

Frekuensi kramas

Frekuensi ganti pakaian

Frekuensi berhias

Frekuensi gunting kuku

1. Bina hubungan saling percaya:

Beri salam setiap interaksi

Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan

perawat berkenalan

Tanyakan nama dan panggilan kesukaaan Pasien

Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali

berinteraksi

Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi Pasien

Buat kontrak interaksi yang jelas

Dengankan ungkapan perasaan Pasien dengan empati

Penuhu kebutuhan dasar Pasien

2. Diskusikan dengan Pasien:

Penyebab Pasien tidak merawat diri

Manfaat menjaga perawatan diri untuk keadaan fisik,

mental, dan sosial.

Tanda-tanda perawatan diri yang baik

Penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa dialami

oleh Pasien bila perawatan diri tidak adekuat

3.1. Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri selama ini

Mandi

Gosok gigi

Keramas

Berpakaian

Berhias

Gunting kuku

18

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

19

3.2. Pasien menjelaskan cara menjaga

keperawatan diri:

Cara mandi

Cara gosok gigi

Cara keramas

Cara berpakaian

Cara berhias

Cara gunting kuku

4. Pasien memperaktekkan perawatan diri

dengan dibantu oleh perawat:

Mandi

Gosok gigi

Keramas

Berpakaian

Berhias

Gunting kuku

3.2. Diskusikan cara praktek keperawatan diri yang baik dan benar

Mandi

Gosok gigi

Keramas

Berpakaian

Berhias

Gunting kuku

3.2. Berikan pujian untuk setiap respon Pasien yang positif

4.1. Bantu Pasien saat perawatan diri

Mandi

Gosok gigi

Keramas

Berpakaian

Berhias

Gunting kuku

4.2 . Beri pujian setelah Pasien selesai melaksanakan

perawatan diri

4.3. masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi, sikat

gigi (2kali per hari), cuci rambut (2 kali per minggu), potong

kuku (satu kali perminggu).

2. Pasien dapat latihan

merias diri

1.Pasien mampu menyebutkan

Perawatan diri yang sudah dilakukan

Cara berhias:

Wanita: bardandan/berhias

Laki-laki: mencukur jenggot dan

kumis

1.1 Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian

1.2. Jelaskan cara dan alat untuk berhias

1.3. Latihan cara berhias setelah kebersihan diri : sisiran, rias

muka untu wanita; sisiran, cukuran untuk pria.

1.4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berhias

19

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

20

4. Pasien dapat

menyebutkan cara

BAB/BAK yang baik.

1. Pasien mampu menyebutkan

Perawatan diri, berhias dan

makan/minum yang sudah dilakukan

Cara/adab BAB/BAK

BAB/BAK di toilet

Membersihkan diri setelah

BAB/BAK

Membersihkan/menyiram toilet setelah BAB/BAK

1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berhias, makan &

minum. Beri pujian

2. jelaskan cara BAB dan BAK yang baik

BAB/BAK di toilet

Membersihkan diri setelah BAB/BAK

Membersihkan/menyiram toilet setelah BAB/BAK

3. bantu/Latih BAB dan BAK yang baik

4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan

diri, berhias, makan & minum, BAB dan BAK

Pasien dapat merawat

diri secara mandiri

Pasien mampu menyebutkan cara merawat

diri dengan baik

Membersihkan diri

Berhias

Makan/minum

BAB & BAK

1. evaluasi kegiatan latihan perawatan diri: kebersihan diri,

berhias, makan &minum, BAB dan BAK, beri pujian

2. latih kegiatan harian

3. nilai kemampuan yang telah mandiri

4. niali apakah perawatan diri telah baik

5. Pasien mendapatkan

dukungan keluarga

untuk meningkatkan

perawatan diri:

keluarga mengenal

masalah DPD dan

melatih Pasien merawat

diri.

5.1. keluarga menyampaikan masalah dalam

merawat pasien

5.2. keluarga menyiapkan sarana perawatan

diri Pasien: sabun mandipasta gigi,

shampoo, handuk, pakaian bersih, sandal

1. diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien,

jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan prpses terjadinya Defisit perawatan diri (ginakan booklet)

Penyebab Pasien tidsk melaksanakan perawatan diri

Tindakan yang telah dilakukan Pasien selama di

rumah sakit dalam menjaga perawatan diri dan

kemajuan yang telah dialami oleh Pasien

Dukungan yang bisa diberikan oleh keluarga untuk

meningkatkan kemampuan Pasien untuk merawat diri

2. jelaskan sarana untuk membersihkan diri

Sarana yang diperlukan untuk menjaga perawatan diri

Pasien

Anjurkan kepada keluarga menyiapkan saran tersebut

20

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

21

dan gunting kuku dll.

5.3. menjelaskan cara-cara membantu kilen

dalam memenuhi kebutuhan perawatan

dirinya

5.4. keluarga mempraktekkan cara

perawatan diri/personal hygiene pada Pasien

3. Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan keluarga dalam perawatan diri:

Anjurkan keluarga untuk memperaktekan perawatan

diri ( mandi, gosok gigi, keramas, ganti baju, dan

gunting kuku)

Ingatkan Pasien waktu mandi, gosok gigi, keramas,

ganti baju, dan gunting kuku

Bantu jika Pasien mengalami hambatan dalam

perawatan diri

Berikan pujian atas keberhasilan Pasien

4. Latih cara merawat : kebersihan diri dan anjurkan

membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

6. Pasien mendapatkan

dukungan keluarga

untuk meningkatkan

perawatan diri: keluarga

melatih Pasien berhias

6.1. Keluarga menyampaikan kemampuan

dalam merawat/melatih pasien

membersikan diri

6.2. Keluarga menyiapkan saraa berhias

Pasien : sisir, bedak & lipstik(wanita); alat

cukur (laki-laki)

6.3. Menjelaskan cara-cara membantu

Pasien dalam berhias

6.4. keluarga memperaktekan cara berhias

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien

kebersihan diri. Beri pujian

2. Jelaskan sarana untuk berhias

Sarana yang diperlukan untuk berhias

Anjurkan kepada keluarga untuk menyiapkan sarana tersebut

3. diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan

keluarga dalam berhias:

Anjutkan keluarga untuk memperaktikan cara berhias

Ingatkan Pasien waktu berhias

Bantu jika Pasien mengalami hambatan dalam berhias

Berikan pujian atas keberhasilan Pasien

4. latihan cara merawat : kebersihan diri dan berhias, anjurkan

membantu pasien sesuia jadwal dan memberikan pujian

21

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

22

pada Pasien

7. Pasien mendapatkan

dukungan keluarga

untuk meningkatkan

perawatan diri:

Keluarga melatih

Pasien makan dan

minum yang baik

7.1. Keluarga menyampaikan kemampuan

dalam merawat/melatih pasien

membersihkan diri dan berhias

7.2. keluarga menyiapkan sarana makan dan

minum

7.3. menjelaskan cara-cara membantu

Pasien dalam makan dan minum

7.4. keluarga memperaktekan cara berhias

pada Pasien

1. Evaluasi kegiatan keluara dalam merawat/melatih pasien

kebersihan diri dan berhias. Berikan pujian

2.Jelaskan sarana untuk makan dan minum

Saraan yang diperlukan untuk makan dan minum

Anjurkan pada keluarga menyiapkan sarana tersebut

3. diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan

keluarga untuk makan dan minum:

Anjurkan keluarga untuk memperaktekan makan dan

minum

Ingatkan Pasien waktu makan dan minum

Bantu jika Pasien mengalami hambatan dalam makan

dan minum

Berikan pujian atas keberhasilan Pasien

4. Latih cara merawat: kebersihan diri, berhias dan makan dan

minum. Beri pujian

8. Pasien mendapatkan

dukungan keluarga

untuk meningkatkan

perawatan diri: keluarga

melatih Pasien

BAB/BAK

8.1. Keluarga menyampaikan kemampuan

dalam merawat/melatih pasien

membersihkan diri, berhias dan

makan/minum

8.2. Keluarga menyiapkan sarana BAB &

BAK

8.3. Menjelaskan cara-cara untuk

membantu Pasien dalam BAB & BAK

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien

kebersihan diri, berhias dan makan/minum. Beri pujian

2. Jelaskan sarana untuk BAB & BAK

Sarana yang diperlukan untuk BAB & BAK

Anjurkan pada keluarga menyiapkan sarana tersebut

3. diskusikan dengan keluarga hal-hal yang perlu dilakukan

keluarga untuk BAB& BAK :

Anjurkan keluarga untuk memperaktekan makan dan

minum

Ingatkan Pasien jika BAB & BAK

Bantu jika Pasien mengalami hambatan dalam BAB &

22

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

23

8.4. Keluarga memperaktekan cara

BAB&BAK pada Pasien

BAK

Berikan pujian atas keberhasilan Pasien

4. Latih cara merawat : kebersihan diri, berhias,

makan/minum, dan BAB&BAK, anjurkan membantu pasien

sesuai jadwal dan beri pujian

Keluarag mampu

merawat Pasien secara

mandiri

Keluarga dapat menyebutkan cara merawat

Pasien dengan masalah Defisit perawatan

diri

Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih

pasien dalam perawattan diri : kebersihan diri,

berhias, makan/minum, dan BAB&BAK, beri pujian

Nilai kemampuan keluarga merawat Pasien

Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke

PKM

Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan

Anjurkan membantu Pasien sesuai jadwal dan

memberikan pujian

23

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

24

6. Implementasi

Proses implementasi adalah melaksanakan rencana tindakan yang sudah

disusun dan disesuaikan dengan kondisi saat itu. Pelaksanaan tindakan

keperawatan bisa lebih dari apa yang telah direncanakan atau lebih sedikit

dari apa yang sudah direncanakan bahkan mampu memodifikasi dari

perencanaan yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pada saat asuhan

diberikan.

Dalam mengimplementasikan intervensi, perawat kesehatan jiwa

menggunakan intervensi yang luas yang dirancang untuk mencegah

penyakit meningkat, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan fisik

dan mental (Damaiyanti, 2012).

7. Evaluasi

a. Evaluasi kemampuan pasien Defisit perawatan diri berhasil apabila

pasien dapat

1) Mandi, memcuci rambut, menggosok gigi dan menggunting kuku

dengan benar.

2) Mengganti pakaian dengan bersih

3) Membereskan pakaian kotor

4) Berdandan dengan benar

5) Mampersiapkan makanan

6) Mengambil makanan dan minuman dengn rapi

7) Menggunakan alat makan dan minum dengan benar

8) BAB dan BAK pada tempstnys

9) BAB dab BAK dengan bersih

b. Evaluasi kemampuan keluarga Defisit perawatan diri berhasil apabila

keluarga dapat:

1) Mengenal amsalah yang dirasakan dalam merawat pasien

(pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya Defisit

perawatan diri)

2) Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

25

3) Merawat dan membimbing pasien dalam merawat diri: kebrsihan

diri , berdandan (wanita), bercukur (pria), makan dan minum,

BAB dan BAK

4) Follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan

C. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia berasal dari bahasa yunani, schizein yang memiliki arti

„terpisah/batu pecah‟ dan phren yang berarti „jiwa‟. Secara umum

skizofrenia diartikan sebagai pecahan/ ketidak serasian antara efek, kognitif,

dan prilaku. Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja.

Sedangkan menurut (Halgin dan Whitbouren 2007, dalam Wahyuni, 2010)

skizofrenia merupakan kumpulan gejala berupa gangguan isi dan bentuk

pikiran, persepsi, emosi/ perasaan, prilaku dan hubungan interpersonal.

Menurut Videback, (2008) Skizofrenia merupakan suatu sindrom klinis atau

proses penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya

pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan prilaku yang aneh dan terganggu.

Sedangkan menurut WHO (2009) skizofrenia merupakan ganguan jiwa

berat yang di karakteristikan dengan terjadinya distrosi persepsi, pikiran,

dan emosi yang tidak sesuai.Skizofrenia adalah suatu penyakit yang

mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi,

gerakan dan prilaku yang aneh dan terganggu (Stuart, 2013).

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya

penyimpangan yang sangat besar dan adanya perbedaan dari pikiran,

disertai dengan adanya ekspresi emosi yang tidak wajar, skizofrenia juaga

merupakan sindrom etiologi yang tidak diketahui dan ditandai dengan distur

gangguan kognisi, emosi, persepsi pemikiran dan prilaku Sutejo (2017).

2. Jenis-jenis Skizofrenia

Maramis, Willy F (2009) membagikan skizofrenia menjadi beberapa

jenis. Penderita digolongkan kedalam salah satu jenis menurut gejala utama

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

26

yang terdapat padanya. Akan tetapi batas-batas golongan-golongan ini tidak

jelas, gejala-gejala dapat berganti-ganti atau mungkin seorang penderita

tidak dapat digolongkan kedalam salah satu jenis. Pembagian adalah sebagai

berikut:

a. Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain

dalam jalannya penyakit. Skizofrenia hebefrenik dan katatonik sering

lama kelamaan menunjukkan gejala-gejala skizofrenia simplex, atau

gejala-gejala hebefrenik dan katatonik bercampuran. Tidak demikian

halnya dengan skizofrenia paranoid yang jalannya agak konstan.

Gejala-gejala yang mencolok adalah waham primer, disertai dengan

waham-waham sekunder dan halusinasi. Baru dengan pemeriksaan

yang teliti ternyata ada juga gangguan proses berpikir, gangguan afek,

emosi dan kemauan.

Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah umur 30 tahun.

Permulaannya mungkin sub akut, tetapi mungkin juga akut.

Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat digolongkan skizoid.

Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak, dan

kurang percaya pada orang lain.

b. Skizofrenia Hebefrenik

Permulaannya perlahan-lahan atau sub akut dan sering timbul pada

masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah

gangguan proses berpikir, gangguan kemauan, gangguan psikomotor

seperti perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada skizofrenia

hebefrenik. Waham dan halusinasi banyak sekali.

c. Skizofrenia Katatonik

Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya

akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh

gelisah katatonik atau stupor katatonik.

1) Muka tanpa mimic.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

27

2) Stupor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang

lama, beberapa hari, bahkan kadang sampai beberapa bulan.

3) Bila diganti posisinya penderita menderita

4) Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul

didalam mulut dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.

d. Skizorenia Simplex

Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada

jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.

Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan

halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan

sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang

memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan.

Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan

akhirnya menjadi penganggur. Bila tidak ada orang yang menolongnya

ia mungkin akan menjadi pengemis atau penjahat.

e. Skizofrenia Residual

Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat

sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala

berkembang kearah gejala negatif yang lebih menonjol. Gejala negatif

terdiri dari keterlambatan psikomotor, penurunan aktifitas, pasif dan

tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan, ekspersi non verbal

menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.

3. Penyebab Skizofrenia

Menurut Maramis, Willy F (2009) penyebab skizofrenia terdiri atas

Genetik, neurokimia, hipotesis perkembangan saraf .

a. Genetik

Dapat dipastikan bahwa ada faktor ada faktor genetik yang turut

menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan

penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia. Tetapi

pengaruh genetik tidak sesederhana hukum mendel. Diperkirakan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

28

bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan skizofrenia

melalui gen yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga

lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu

apakah akan terjadi manifestasi skizofrenia atau tidak.

b. Neurokimia: Hipotesis dopamin

Menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh overaktivitas pada

jaras dopamin mesolimbik. Hal ini didukung oleh temuan bahwa

amfetamin, yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamin, dapat

menginduksi psikosis yang mirip skizofrenia; obat antipsikotik

(terutama antipsikotik generasi pertama atau antipsikotik tipikal/klasik)

bekerja dengan mengeblok reseptor dopamin.

c. Hipotesis perkembangan saraf

Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan

abnormalitas struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia, antara

lain berupa berat otak yang rata-rata lebih kecil daripada otak normal,

pembesaran ventrikel otak yang nonspesifik, gangguan metabolisme

didaerah frontal dan temporal, dan kelainan susunan seluler pada

struktur saraf dibeberapa daerah kortex dan subkortex tanpa adanya

gliosis yang menandakan kelainan tersebut terjadi pada saat

perkembangan.

Semua bukti tersebut melahirkan hipotesis perkembangan saraf yang

menyatakan bahwa perubahan patologis gangguan ini terjadi pada awal

kehidupan, mungkin sekali akibat pengaruh genetik, dan kemudian

dimodifikasi oleh faktor maturasi dan lingkungan.

4. Tanda Gejala Skizofrenia

Menurut Yosep (2009), secara general tanda gejala serangan

skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu:

a. Tanda gejala positif

Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak

mampu menginterprestasikan dan merespons pesan atau rangsangan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

29

yang datang. Pasien skizofrenia kemungkinan mendengar suara-suara

atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau mengalami suatu

sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucination gejala

yang biasanya timbul yaitu pasien merasakan ada suara dari dalam

dirinya.

Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam

menginterprestasikan suatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan.

Beberapa penderita skizofrenia berubah menjadi seorang paranoid.

Mereka merasa selalu sedang diamati, diintai atau hendak diserang.

Kegagalan berfikir mengarah kepada masalah dimana pasien

skizofrenia tidak mampu memperoses dan mengatur pikirannya. Pasien

skizofrenia tidak mampu mengatuk pikirannya sehingga membuat

mereka berbicara sendiri dan tidak bisa ditamgkap secara logika.

Ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkan ketidakmampuan

mengendalikan emosi dan perasaan.

Semua itu membuat penderita skizofrenia tidak bisa memahami

siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu

manusia dia juga tidak bisa mengerti kenapa dia lahir, dimana dia

berada, dan sebagainya.

b. Tanda gejala negatif

Pasien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti

kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat pasien

menjadi orang yang malas. Perasan yang tumpul membuat emosi pasien

skizofrenia menjadi datar. Pasien skizofrenia tidak memiliki ekspresi

baik dari raut muka maupun gerakan tangannya. Tetapi ini tidak berarti

bahwa pasien skizofrenia tidak bisa merasakan perasaan apapun.

Mereka mungkin bisa menerima pemberian dan perhatian orang lain,

tetapi tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka.

Perasaan depresi adalah suatu yang sangat menyakitkan mereka,

tidak merasa memiliki perilaku yang menyimpang, tidak bisa membina

hubungan relasi dengan orang lain, dan tidak mengenal cinta. Di

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

30

samping itu, perubahan otak secara biologis juga memberi andil dalam

depresi. Depresi yang berkelanjutan akan menyebabkan pasien menarik

diri dari lingkungannya. Mereka selalu merasa aman bila sendirian.

5. Penatalaksanaan Skizofrenia

a. Farmakologi

Menurut Maramis, Willy F (2009), indikasi pemberian obat anti

psikotik pada skizofrenia adalah: untuk mengendalikan gejala aktif dan

mencegah kekambuhan. Strategi pengobatan tergantung pada fase

penyakit apakah akut atau kronis. Fase akut biasanya ditandai oleh gejala

psikotik yang perlu segera diatasi. Tujuan pengobatan adalah mengurangi

gejala psikotik yang parah. Dengan fenotiazin biasanya waham dan

halusinasi hilang dalam waktu 2-3 minggu. Di fase ini halusinasi dan

waham tetap ada tetapi penderita tidak begitu terpengaruh lagi dan

menjadi lebih kooperatif. Setelah 4-6 minggu, pasien masuk ketahap

stabilitas dimana pada fase ini gejala-gejala sudah tterati, akantetapi

resiko relaps masih tinggi terlebih lagi jika pasien berhenti mengonsumsi

obat-obatan dan pasien mengalami setres. Setelah 6 bulan pasien masuk

ada fase rumatan yang bertujuan untuk mencegah kekambuha. Stategi

rumatan adalah menemukan disis efektif terendah yang dapat

memberikan pelindungan terhadap kekambuhan dan tidak mengganggu

fungsi psikososial pasien

Menurut Videback (2009) terapi medis utama untuk skizofrenia

ialah psikofarmakologi. Antipsikotik yang juga dikenal sebagai

neuroleptik, diprogramkan terutama karena keefektifannya dalam

mengurangi gejala psikotik. Obat-obatan ini tidak menyembuhkan

skizofrenia, tetapi digunakan untuk mengatasi gejala penyakit tersebut.

Antipsikotik tipikal mengatsi tanda-tannda positif skizofrenia, seperti

waham, halusinasi, gangguan pikir, gejala psikotik lainnya, tetapi tidak

memiliki efek yang tampak pada tanda-tanda negatif. Antipsikotik

tipikaal tidak hanya mengurangi tanda-tanda negatif tetapi untuk banyak

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

31

pasien, obat-obatan ini juga mengurangi tanda-tanda negatif seperti tidak

memiliki kemauan dan motivasi, menarik diri dari masyarakat (Littrel &

Littrel, 1998 dalam Videback, 2009).

Antipsikotik juga tersedia dalam bentuk injeksi dengan pot untuk

terapi rumatan, flufenazim dalam sedian dekanoat dan enantat dan

haloperidol (haldol) dekanoat ( Spratto & woods, 2000 dalam Videback,

2009). Efek obat-obatan ini berlangsung dua sampai empat minggu

sehingga antipsikotik tidak perlu diberikan tiap hari. Terapi oral dengan

obat-obatan ini untuk mencapai kadar dosis yang stabil memerlukan

waktu beberapa minggu sebelum menggantinya dengan injeksi. Dengan

demikian, sedian ini tidak cocok untuk mengatasi episode akut psikosis,

akan tetapi sedian ini akan bermanfaat untuk pasien yang perlu di awasi

kepatuhan minum obat dalam jangka panjang (Videback, 2009).

b. Non-farmakologi

Selain terapi farmakologi ada juga terapi non-farmakologis banyak

metotede terapi yang dapat bermanfaat bagi penderita skizofrenia yaitu

terapi kelompok dan individu, terapi lingkungan dan terapi keluarga

dapat dilaksanakan pada pasien di lingkungan rawat inap maupun

lingkungan masyarakat. Berikut penjelasannya.

1) Sesi terapi kelompok dengan individu sering kali bersifat suportif,

dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk kontak sosial dan

mmenjalin hubungan yang berbakna dengan orang lain. Kelompok

yang berfokus pada topik masalah seperti penatalaksanaan

pengobatan, penggunaan dukungan masyarakat, dan masalah

keluarga juga bermanfaat bagi pasien penderita skizofrenia (Fenton

& Cole, 1995 dalam Videback, 2009).

2) Lingkungan yang terstruktur tersebut dapat menyediakan kelompok

aktivitas, sumber-sumber untuk menyelesaikan konflik, dan

kesempatan untuk mempelajari keterampilan baru. Perawat juga

dapat menggunakan musik dan menggambar untuk mengurangi

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/316/3/BAB II.pdf · kebutuhan psikososial. Ada banyak teori yang berupaya menjelaskan

32

prilaku pasien menarik diri dari masyarakat, mengurangi ansietas,

dan meningkatkan motivasi dan lebih percaya diri (Videback, 2009).

3) Penyuluhan dan terapi keluarga diketahui mengurangi efek negatif

skizofrenia sehingga mengurangi angaka relaps (McFarlane, 1995

dalam Videback, 2009). Selain itu, anggota keluarga dapat

memperoleh manfaat dari lingkungan suportif yang membantu

mereka melakukan koping terhadap banyak kesulitan yang terjadi

ketika seseorang yang dicintai menderita skizofrenia (Videback,

2009).