21
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep Kebutuhan Dasar Menurut Virginia Henderson Perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua. Selama dalam batas rentang sehat-sakit, anak membutuhkan bantuan perawat dalam upaya mempertahankan kesehatannya. Tindakan perawat yang dapat dilakukan adalah upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya kuratif dan rehabilitatif dilakukan pada pasien yang sakit seperti di rumah sakit. Sedangkan upaya preventif dan promotif diberikan pada pasien yang sehat, dapat diberikan di masyarakat ataupun sekolah. Perawat bekerja dengan beberapa konsep, salah satunya adalah konsep keperawatan menurut Virginia Henderson. Definisi Virginia Henderson mengenai fungsi unik keperawatan adalah batu loncatan utama munculnya keperawatan sebagai satu disiplin ilmu yang terpisah dari ilmu kedokteran. Sama halnya dengan Nightiangale, Henderson menggambarkan keperawatan dalam hubungannya dengan klien dan lingkungan klien. Henderson memandang perawat sebagai pihak yang peduli terhadap individu yang sehat dan sakit, menyadari bahwa perawat berinteraksi dengan klien, walaupun penyembuhan tidak mungkin terjadi, dan menyebutkan peran perawat sebagai pendidik dan penasihat (Kozier, 2011). Henderson (1966) menggagas peran perawat adalah membantu individu yang sehat maupun sakit untuk mencapai kemandirian dalam memenuhi 14 kebutuhan dasar: a. Bernafas dengan normal b. Makan dan minum dengan cukup c. Membuang sampah tubuh d. Bergerak dan mempertahankan posisi yang diinginkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

1. Konsep Kebutuhan Dasar Menurut Virginia Henderson

Perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja

dengan anak dan orang tua. Selama dalam batas rentang sehat-sakit, anak

membutuhkan bantuan perawat dalam upaya mempertahankan

kesehatannya. Tindakan perawat yang dapat dilakukan adalah upaya

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya kuratif dan rehabilitatif

dilakukan pada pasien yang sakit seperti di rumah sakit. Sedangkan upaya

preventif dan promotif diberikan pada pasien yang sehat, dapat diberikan

di masyarakat ataupun sekolah.

Perawat bekerja dengan beberapa konsep, salah satunya adalah konsep

keperawatan menurut Virginia Henderson. Definisi Virginia Henderson

mengenai fungsi unik keperawatan adalah batu loncatan utama munculnya

keperawatan sebagai satu disiplin ilmu yang terpisah dari ilmu kedokteran.

Sama halnya dengan Nightiangale, Henderson menggambarkan

keperawatan dalam hubungannya dengan klien dan lingkungan klien.

Henderson memandang perawat sebagai pihak yang peduli terhadap

individu yang sehat dan sakit, menyadari bahwa perawat berinteraksi

dengan klien, walaupun penyembuhan tidak mungkin terjadi, dan

menyebutkan peran perawat sebagai pendidik dan penasihat (Kozier,

2011).

Henderson (1966) menggagas peran perawat adalah membantu

individu yang sehat maupun sakit untuk mencapai kemandirian dalam

memenuhi 14 kebutuhan dasar:

a. Bernafas dengan normal

b. Makan dan minum dengan cukup

c. Membuang sampah tubuh

d. Bergerak dan mempertahankan posisi yang diinginkan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

8

e. Tidur dan istirahat

f. Memilih pakaian yang pantas

g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan

menyesuaikan pakaian dan memodifikasi lingkungan

h. Memelihara kebersihan tubuh dan berpakaian rapi untuk melindungi

kulit

i. Menghindari bahaya dilingkungan dan menghindari mencederai orang

lain

j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,

kebutuhan, ketakutan, dan opini

k. Beribadah sesuai dengan keyakinan yang dianut

l. Bekerja sesuai dengan keinginan untuk memenuhi aktualisasi diri

m. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk hiburan

n. Belajar, menemukan, atau memuaskan keingintahuan yang akan

membimbing ke arah perkembangan normal dan kesehatan, dan

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia (Kozier, 2011).

Pada penulisan laporan tugas akhir ini penulis menggunakan kategori

kesepuluh dalam kebutuhan dasar Henderson yaitu berkomunikasi dengan

orang lain dalam mengungkapkan emosi. Perawat berperan sebagai

pendidik dan penasihat dalam hubungan klien dengan guru dan orang tua

dalam memajukan kesehatannya, dan membuat klien mengerti akan

dirinya sendiri, juga mampu menciptakan lingkungan yang baik.

2. Teori Perkembangan Menurut Erik H. Erikson

Komunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi

dibutuhkan untuk perkembangan anak. Teori perkembangan pada anak

dibutuhkan agar kita dapat memahami perilaku anak dan interaksi anak

terhadap sosial anak. Alasan penulis mengambil teori perkembangan

psikososial menurut Erikson adalah agar kita lebih mengerti tentang

kebutuhan komunikasi dengan orang lain terutama pada anak-anak.

Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana individu

menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

9

penting adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada penyelesaian

konflik yang baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas

perkembangannya. Perkembangan psikososial tersebut diantaranya :

a. Trust vs. missstrust ( 0 – 1 tahun)

Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan

konflik basic trust dan mistrust, bila anak mendapatkan rasa amannya

maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap

lingkungannya, ibu sangat berperan penting.

b. Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun)

Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga

terjadi peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan,

pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan

kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat

anak bertindak dan berfikir ragu – ragu. Kedua orang tua objek sosial

terdekat dengan anak.

c. Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)

Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan

mandiri, anak akan mengembangkan kemampuan berinisiatif yaitu

perasaan bebas untuk melakukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila

tahap sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka

ia akan selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan

atas kehendak sendiri.

d. Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)

Semua tahap dalam perkembangan psikososial Erikson sangat

penting untuk tumbuh kembang anak, tetapi penulis pada saat ini

berfokus pada Industry vs inferiority (6 – 11 tahun) yaitu pada anak-

anak SD (anak usia sekolah).

1) Industry pada anak

Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan

tugas atau perbuatan yang akhirnya dapat menghasilkan sesuatu

(Industri = menghasilkan). Keingintahuan menjadi sangat kuat

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

10

dan hal itu berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi

berkemampuan (competence) (Nasir, Abdul dan Abdul Muhith,

2011). Kemampuan anak dalam menghadapi segala hal termasuk

dalam menghasilkan sesuatu akan membuat komunikasi anak

menjadi baik. Komunikasi penting dalam hal industry. Tabel 2.1 Industri pada anak

Aspek Penjelasan a) Sosial (1) Anak dapat berbicara (komunikasi) baik dengan teman

sebaya, guru, dan orang lain. (2) Anak bergaul dengan teman sebaya, guru dan orang

dewasa lainnya. (3) Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. (4) Saling memberi dan menerima (saling menolong). (5) Saling bekerja sama dengan teman dan yang lain. (6) Menghargai tindakan yang dilakukan bersama orang

lain. b) Kognitif (1) Pintar dalam pelajaran .

(2) Semangat untuk belajar. (3) Mampu mengingat dan berpikir dengan baik. (4) Rajin belajar. (5) Mampu berpikir keras dalam memecahkan persoalan

di pelajaran. c) Konsep diri (1) Percaya diri.

(2) Mampu mengekspresikan perasaan (3) Bersikap optimis terhadap mengatasi kesulitan. (4) Kreatif. (5) Tidak menyalahkan orang lain. (6) Merasa disenangi orang lain.

d) Spiritual (1) Menganggap Tuhan yang mengsuport dirinya. (2) Rajin dalam sembahyang. (3) Aktif dalam kegiatan keagamaan. (4) Ingat dalam waktu berdoa.

2) Inferior pada anak

Perasaan inferior, yaitu terjadi pada saat orang dewasa

memandang usaha anak untuk belajar bagaimana sesuatu bekerja

melalui manipulasi adalah sesuatu yang bodoh atau merupakan

masalah. Perasaan inferior tersebut adalah ketidaksuksesan di

sekolah, ketidaksusksesan dalam perkembangan keterampilan

fisik, dan mencari teman. Apabila anak tidak dapat memenuhi

keinginan sesuai standar dan terlalu banyak yang diharapkan dari

mereka, maka dapat timbul masalah atau gangguan (Nasir, Abdul

dan Abdul Muhith. 2011). Masalah atau gangguan yang dimaksud

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

11

dapat berupa gangguan komunikasi pada anak. Komunikasi juga

penting dalam hal inferior. Tabel 2.2 Inferior pada anak

Aspek Penjelasan a) Sosial (1) Anak berkata kasar dengan teman sebaya, guru dan

orang lain. (2) Anak menjahili, mengejek, dan memaki teman, guru

dan orang lain. (3) Anak sulit bergaul dengan teman sebaya, guru dan

orang dewasa lainnya. (4) Kurang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

sosial. (5) Kurang saling memberi dan menerima (kurang saling

menolong). (6) kurang bekerja sama dengan teman dan yang lain. (7) Kurang menghargai tindakan yang dilakukan bersama

orang lain. b) Kognitif (1) Kurang pintar dalam pelajaran.

(2) Malas untuk belajar. (3) Kurang mampu mengingat dan berpikir dengan baik. (4) Tidak rajin belajar. (5) Kurang mampu berpikir keras dalam memecahkan

persoalan di pelajaran. c) Konsep

diri (1) Sering ngambek dan marah. (2) Tidak percaya diri (minder, harga diri rendah). (3) Tidak mampu mengekspresikan perasaan. (4) Bersikap pessimis terhadap mengatasi kesulitan dan

sering menangis. (5) Tidak kreatif. (6) Menyalahkan orang lain. (7) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain.

d) Spiritual (1) Tidak menganggap Tuhan yang mengsuport dirinya. (2) Kurang rajin dalam sembahyang. (3) Tidak aktif dalam kegiatan keagamaan. (4) Lupa dalam waktu berdoa.

Kesimpulan yang didapat adalah pada industry, anak dapat

menghasilkan sesuatu sehingga anak menghadapi dan

menyelesaikan tugasnya sehingga membuat anak memiliki

kemampuan (competence). Tetapi pada inferior, ketidaksuksesan

anak dalam menghadapi masalah dan memenuhi keinginannya

akan menimbulkan suatu masalah atau gangguan pada anak.

Kemampuan (competence) dan masalah/gangguan pada anak akan

berpengaruh pada komunikasi anak. Peran komunikasi pada anak

penting dalam hal industry dan inferiority.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

12

e. Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)

Anak mulai dihadapkan pada harapan – harapan kelompoknya dan

dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai

berfikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas

dirinya serta perannya, jika ia berhasil melewati tahap ini maka ia

tidak akan bingung menghadapi perannya.

f. Intimacy vs Isolation ( dewasa awal )

Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina

hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman,

sedang yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan

terkucil atau tersaing.

g. Generativy vs self absorbtion (dewasa tengah)

Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya,

pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di

masa lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk

kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap – tahap

silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka mungkin ia

terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.

h. Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut)

Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan

akan prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbulkan

perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan

timbul kekecewaan yang mendalam.

3. Kegiatan Ekstrakurikuler

Perkembangan anak dapat diperhatikan saat di lingkungan sekolah.

Sekolah dapat membantu siswa dalam perkembangan sosialnya termasuk

komunikasinya dengan teman sebaya, guru dan orang lain. Komunikasi

yang baik untuk perkembangan anak dapat dibina melalui kegiatan

ekstrakurikuler yang umumnya diikuti oleh siswa disekolah sebagai jam

tambahan sesuai dengan bakat dan minat.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

13

a. Definisi kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan

perbaikan yang berkaitan dengan program kokurikuler dan

intrakurikuler. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa

yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan

dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk sikap

positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa. Kegiatan

ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik

disekolah maupun diluar sekolah, bertujuan agar siswa dapat

memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat

dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong

pembinaan sikap atau nilai-nilai.

b. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler

Setiap kegiatan yang dilakukan, pasti tidak lepas dari aspek

tujuan. Kerena suatu kegiatan yang dilakukan tanpa jelas tujuannya,

maka kegiatan itu akan sia-sia. Begitu pula dengan kegiatan

ekstrakurikuler tertentu memiliki tujuan tertentu. Mengenai tujuan

kegiatan dalam ekstrakurikuler dijelasken oleh Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan (1995: 2) sebagai berikut:

1) siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan

keterampilan mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran,

menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan

manusia seutuhnya.

2) Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta

mengaitkan pengetahuan yang diperolehnya dalam program

kurikulum dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan.

c. Jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler tentu berbeda-beda jenisnya, karena

banyak hal yang memang berkaitan dengan kegiatan siswa selain dari

kegiatan inti. Siswa dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan

kemampuan dan minat masing-masing melalui beberapa kegiatan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

14

ekstrakuikuler yang ada. Beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang

diprogramkan disekolah dijelaskan oleh Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan (1995: 3) sebagai berikut :

1) Pendidikan kepramukaan

2) Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA)

3) Palang Merah Remaja (PMR)

4) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

5) Kesenian

6) Olahraga

Dari kegiatan ekstrakurikuler yang ada dilingkungan sekolah, penulis

tertarik memilih salah satu permainan kelompok yaitu bermain futsal,

dengan alasan anak yang mengalami gangguan komunikasi yaitu anak

yang memiliki hambatan individu yaitu emosional, sulit mengungkapkan

kata-kata, sulit menyusun kalimat, verbalisasi tidak tepat, sulit

mempertahankan komunikasi, sulit memahami komunikasi, sulit

menggunakan ekspresi wajah/tubuh, dan tidak ada kontak mata sehingga

permainan yang dipilih adalah permainan yang secara langsung

berkomunikasi, kontak fisik, dan keaktifan, oleh sebab itu bermain futsal

adalah salah satu solusi permainan yang dapat diberikan. Permainan futsal

juga melatih anak dalam hal kerjasama dan kekompakan dalam tim serta

melatih motorik kasar pada anak. Permainan futsal termasuk permainan

untuk anak usia 6-12 tahun.

Menurut (Adriana, 2013) berikut ini adalah Standar Operasional

Prosedur (SOP) permainan futsal :

a. Definisi

Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang

masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah

memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola

dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan

memiliki pemain cadangan. Futsal turut juga dikenali dengan berbagai

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

15

nama lain. Istilah "futsal" adalah istilah internasionalnya, berasal dari

kata Spanyol atau Portugis, football dan sala.

b. Manfaat

1) Bekerjasama dalam tim dan kekompakan

2) Meningkatkan sosialisasi dengan kelompok

3) Membuat anak lebih percaya diri dalam hal mengambil keputusan

4) Meningkatkan konsentrasi dan fokus anak

5) Persaingan menciptakan motivasi dan dorongan

6) Meningkatkan kesadaran diri melalui peraturan

c. Peraturan

Di dalam permainan futsal, disini kita diharuskan untuk menaati

setiap peraturan yang dibuat apabila ikut dalam permainannya. Pada

umumnya di dalam peraturan permainan sepak bola telah diketahui

oleh banyak orang, baik itu pemain yang ikut pertandingan ataupun

penonton yang melihat.

1) Ukuran lapangan

a) Ukuran panjang lapangan : (38-42M)

b) Lebar lapangan : (18-25M)

c) Luas pada daerah gawang : (18,35 x 5,5M)

d) Jari-jari lingkaran tengah : 9,15 Meter

e) Daerah pinalti : (40,39 x 16,5M)

f) Jarak titik penalti antara garis gawang : 11 Meter

2) Ukuran gawang

a) Tinggi gawang : 2,44 Meter

b) Lebar gawang : 7,32 Meter

3) Jumlah pemain futsal

Dalam permainan futsal, terdiri dari 2 tim yang masing-masing tim

memiliki 5 orang (salah satunya adalah penjaga gawang).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

16

4) Pemimpin tim (Captain)

Untuk setiap tim di wajibkan memiliki captain, karena tujuan

adanya kapten itu sendiri apabila terjadi masalah dengan tim, maka

kapten ini yang nantinya akan berdiskusi dengan wasit.

5) Wasit

Wasit merupakan orang yang memegang penuh dalam jalannya

pertandingan serta memberikan keputusan jika pemain bola telah

melanggar peraturan. Wasit utama juga dibantu oleh 2 asisten

wasit.

6) Waktu permainan

Permainan sepak bola ini dilakukan selama 20 menit dan dibagi 2

babak. Waktu time out diberikan hanyak 1 menit dan untuk waktu

tambahan diberikan waktu 2x5 menit.

7) Peraturan kick off

Kick off dilakukan saat akan memulai permainan, dalam permainan

sepak bola dilakukan saat memulai pertandingan, memulai babak

kedua, terjadinya gol, dan memulai babak extra time

8) Peraturan bola keluar

Saat bola keluar dari sisi lapangan maka terjadi lemparan kedalam.

Dan untuk bola yang keluar di samping gawang maka terjadi yang

namanya tendangan sudut. Dan apabila ada pemain yang cedera,

wasit juga berhak untuk memerintahkan mengeluarkan bola.

9) Tendangan sudut (corner kick)

Tendangan sudut adalah cara untuk memulai kembali permainan.

Gol dapat tercetak langsung dari tendangan sudut, tetapi hanya

dilakukan terhadap tim lawan, tendangan sudut dilakukan dalam

waktu tidak lebih 4 detik oleh pemain yang akan melaksanakan

Corner.

10) Peraturan pelanggaran

Pelanggaran ini dapat terjadi diakibatkan karena tackle keras,

handsball, atau mendorong lawan, menarik, dan masih banyak lagi

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

17

pelanggaran yang bisa disebabkan. Apabila parah, disini wasit akan

mengeluarkan kartu, ada 2 macam kartu yakni kartu kuning dan

kartu merah. Apabila pemain mendapat kartu kuning, maka

otomatis dia mendapat peringatan keras, dan jika dia mendapat

kartu kuning satu lagi maka dia akan di keluarkan dalam

permainan. Saat permainan apabila ada pemain yang mendapatkan

kartu merah, maka dia akan langsung dikeluarkan dari

pertandingan.

11) Tendangan bebas (free kick)

Untuk tendangan bebas ini bisa dilakukan pada tempat terjadinya

pelanggaran, apabila terjadi tendangan bebas, disini ada 2 pilihan

yang biasa dilakukan yaitu kita bisa menendang langsung ke arah

gawang atau bisa juga mengoper ke teman dalam tim kita.

12) Terjadinya finalty

Penalti ini bisa terjadi dikarenakan adanya pemain yang melakukan

pelanggaran pada area penjaga gawang, misalnya seperti hands

ball, tackle, ataupun pelanggaran lainnya.

B. Tinjauan Konsep Asuhan Keperawatan

Gangguan komunikasi anak didiagnosis saat defisit komunikasi anak

cukup berat untuk mengganggu perkembangan, prestasi akademik, atau

aktivitas hidup sehari-hari, termasuk sosialisasi (Videbeck, 2008). Sosialisasi

pada anak memliki dampak negatif seperti adanya anak yang menarik diri dan

anak yang melakukan agresi (marah/menyerang) terhadap orang lain. Peran

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dibutuhkan untuk membantu

anak menjalin hubungan interaksi yang baik terhadap sesama. Standar asuhan

keperawatan atau standard praktik keperawatan mengacu pada standard praktik

professional dan standard kinerja professional (PPNI, 2009 dalam Abdul

Muhith, 2015) menjelaskan konsep asuhan keperawatan sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari dasar utama dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

18

pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan pasien (Iyer et.al., 1996 dalam Muhith

Abdul, 2015).

Penulis mengkaji anak dengan gangguan berkomunikasi dengan orang

lain dalam mengungkapkan emosi. Selain mengkaji pada tumbuh kembang

anak, penulis juga berfokus pada kemampuan industry dan inferiority

anak. Penulis dapat mengambil informasi melalui wawancara dan

observasi kepada anak, guru dan keluarga. Tabel 2.3 Pengkajian pada perilaku anak yang mengalami gangguan komunikasi

a. Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat

1) Membangun hubungan yang teraupetik dengan anak. 2) Mengkaji perilaku anak yang mengalami gangguan

komunikasi dalam mengungkapkan emosi. 3) Mengkaji perilaku anak yang dapat membahayakan

lingkungan dan orang lain jika anak tidak mau bicara. b. Perilaku anak yang

berhubungan dengan berkomunikasi dengan orang lain.

1) Agitasi motorik: gugup, cemas atau bingung jika ingin mengungkapkan ide.

2) Verbal : selalu mengeluh, belum dapat mengekspresikan perasaan dengan baik, belum dapat minta maaf dengan baik, berkata kasar, kaku saat bicara.

3) Afek : marah, permusuhan, kecemasan yang ekstrim, menghindar.

4) Tingkat kesadaran : composmetis, tidak sadar jika memiliki permasalahan dalam berkomunikasi.

Sumber : Muhith Abdul, 2015 2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang muncul pada anak yang mengalami gangguan

komunikasi:

a. Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2017), diagnosis

yang muncul adalah gangguan komunikasi verbal.

b. Menurut Muhith Abdul (2015), diagnosis keperawatan yang muncul

adalah resiko mencederai diri sendiri, orang lain.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosa

keperawatan yang muncul setelah melakukan pengkajian dan rencana

intervensi keperawatan dilihat pada tujuan khusus sebagai berikut:

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

19

Diagnosis : Gangguan Komunikasi Verbal

Tujuan umum : Anak dapat berkomunikasi secara efektif Tabel 2.4 Rencana Tindakan Keperawatan: Gangguan Komunikasi

Melalui Pertemuan

Tujuan Pertemuan : Rencana Tindakan

Individu Pertama Perkenalan perawat dengan Kepala Sekolah, Guru, anak dan orang tua yang mengalami gangguan komunikasi

Rencana tindakan: 1. Perkenalan dengan kepala sekolah untuk

mendapatkan informasi dan memberi anak yang mengalami gangguan komunikasi.

2. Perkenalan dengan guru untuk mengetahui informasi mengenai anak yang mengalami gangguan komunikasi.

3. Perkenalan dengan anak untuk melihat keadaan anak dan komunikasi anak.

4. Perkenalan dengan orang tua untuk membantu anak mengatasi gangguan komunikasi.

Individu Kedua Terapis dan anak dapat mengidentifi kasi tanda-tanda gangguan komunikasi.

Rencana tindakan: 1. Mengidentifikasi masalah komunikasi anak

melalui teman sebaya, guru, dan orang tua. 2. Mengidentifikasi dampak pola komunikasi

anak untuk proses komunikasi dengan anak, orang tua, guru dan proses belajar.

Individu Ketiga Terapis dan anak dapat mengidentifi kasi penyebab gangguan komunikasi

Rencana tindakan: 1. Tanyakan kapan saja anak sulit

berkomunikasi. 2. Tanyakan apa penyebab anak sulit

berkomunikasi.

Individu Keempat Terapis dan anak dapat mengidentifi kasi akibat (keuntungan dan kerugian) dari komunikasi

Rencana tindakan: 1. Diskusikan akibat/kerugian dari cara yang

dilakukan anak dalam berkomunikasi. 2. Diskusikan manfaat/keuntungan jika anak

dapat berkomunikasi dengan baik.

Kelompok Kelima Libatkan anak yang mengalami masalah berkomunika si dalam mengungkap kan emosi dalam permainan futsal

Rencana tindakan: 1. Libatkan anak dalam berkomunikasi yang

baik untuk mengungkapkan emosi dengan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dengan permainan futsal melalui kegiatan ekstrakulikuler.

2. Bantu anak dalam berkomunikasi seperti mengajak bicara, bersalaman, mengucapkan salam atau menyapa, dan memperkenalkan nama.

3. Berikan dukungan/motivasi pada anak sehingga anak percaya diri dalam berkomunikasi melalui permainan futsal yang dicontohkan oleh terapis.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

20

Melalui Pertemuan

Tujuan Pertemuan : Rencana Tindakan

Kelompok Keenam Anak dapat berkomunika si dengan baik dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dengan permainan futsal melalui kegiatan ekstrakuliku ler futsal.

Rencana tindakan: 1. Bantu anak dalam berkomunikasi seperti

mengajak anak untuk bermain futsal dengan beberapa peraturan yang akan dijelaskan oleh terapis (perawat).

2. Bantu anak dalam berkomunikasi dengan mendemonstrasikan peraturan pada teman sebaya yang akan dijelaskan oleh terapis untuk mengungkapkan emosi sebelum dan saat permainan futsal dimulai, dengan rincian: a. Anak mampu mengidentifikasi perilaku

kasar: anak mampu meminta temannya untuk tetap semangat, anak mampu tidak berkata kasar dan berprilaku kasar terhadap teman, tidak boleh membalas dengan kasar, dan anak mampu mengungkapkan perasaan marah/kesal kepada temannya.

b. Anak mampu mengekspresikan perasaan: anak mampu melakukan cara minta maaf dan memaafkan, anak mampu melakukan cara menolak dengan baik, anak mampu memberikan pujian yang baik kepada temannya.

3. Lakukan evaluasi pada anak mengenai peraturan setelah selesai bermain futsal.

Kelompok Ketujuh Anak dapat berkomunika si dengan baik dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dengan permainan futsal melalui kegiatan ekstrakuliku ler futsal.

Rencana tindakan: 1. Bantu anak dalam berkomunikasi yang baik

untuk mengungkapkan emosi melalui tindakan terapi aktivitas kelompok dalam ekstrakulikuler futsal dengan rincian: a. Anak mampu menjelaskan tentang

peraturan permainan futsal: anak mampu mematuhi peraturan permainan futsal, anak mampu tidak melanggar peraturan saat bermain futsal, anak mampu untuk mengantisipasi adanya kecurangan-kecurangan saat bermain futsal.

b. Anak mampu meningkatkan rasa kepercayaan diri: anak mampu menunjukkan sikap pertemanan yang positif saat bermain futsal, anak mampu menjalin hubungan sosialisasi antar teman saat bermain futsal, anak mampu mengatasi perasaan ketika diejek atau dipojokkan oleh tim yang menang, dan anak mampu mengatasi perasaan ketika diejek atau dipojokkan oleh teman 1 timnya.

2.Lakukan evaluasi pada anak mengenai peraturan setelah selesai bermain futsal.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

21

Melalui Pertemuan

Tujuan Pertemuan : Rencana Tindakan

Kelompok Kedelapan

Terapis dan anak dapat mengevalua si kegiatan yang dilakukan dari pertemuan awal hingga akhir.

Rencana tindakan: 1. Bantu anak mengingat peraturan dari semua

pertemuan melalui diskusi kelompok. 2. Bantu anak dalam berkomunikasi dengan

mendemonstrasikan peraturan dari semua pertemuan pada teman sebaya.

3. Anak dapat mengungkapkan pendapatnya/mengevaluasi setelah dilakukan semua kegiatan bersama terapis.

4. Terapis mengevaluasi semua kegiatan yang dilakukan bersama anak.

Sumber : Muhith Abdul, 2015

4. Tindakan Keperawatan

Perawat dapat menginplementasikan berbagai intervensi yang

dilakukan di lapangan olah raga untuk mencegah dan memanajemen

komunikasi pada anak. Intervensi dapat melalui rentang intervensi

keperawatan yaitu sebagai berikut: Tabel 2.5 Tindakan Keperawatan Gangguan Komunikasi

a. Strategi preventif

1) Kesadaran diri

Perawat harus menyadari bahwa setres yang dihadapinya dapat mempengaruhi komunikasinya dengan anak. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah atau, apatis maka akan sulit baginya untuk membuat anak tertarik. Oleh karena itu, bila perawat itu sendiri dipenuhi dengan masalah, maka energi yang dimilikinya bagi anak menjadi berkurang. Untuk mencegah semua itu, maka perawat harus terus-menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervisi dengan memisahkan antara masalah pribadi dan masalah anak.

2) Pendidikan anak di sekolah harus kerjasama dengan guru dan kepala sekolah

Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara mengekspresikan perasaannya. Anak yang mengalami kesulitan mengekspresikan perasaanya, kebutuhan dan bahkan kesulitan mengomunikasikannya semua ini kepada orang lain atau temannya. Jadi dengan perawat berkomunikasi diharapkan agar anak mau mengekspresikan perasaanya, lalu perawat menilai apakah respon yang diberikan anak adaptif atau maladaptif melalui gambar, cerita dan bermain.

b. Strategi antisipatif

1) Strategi komunikasi

a) Bersikap tenang b) Bicara lembut c) Bicara tidak dengan menghakimi d) Bicara netral dan dengan cara yang konkrit e) Tunjukan respek pada anak f) Hindari intensitas kontak mata langsung g) Demonstrasikan cara mengontrol situasi tanpa

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

22

kesan berlebihan h) Fasilitasi pembicaraan anak i) Dengarkan anak j) Jangan terburu-buru menginterprestasikan k) Jangan buat janji yang tidak dapat perawat

tepati. l) Berikan sesi khusus bicara kepada anak,

orang tua dan wali kelas 2) Tindakan

perilaku Pada dasarnya, membuat kontrak dengan anak mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, konsekuen yang didapat bila kontrak dilanggar, dan apa saja kontribusi perawat selama perawatan.

Sumber : Townsend, M.C., 1998 dalam Muhith Abdul, 2015 5. Terminasi

Evaluasi untuk masalah gangguan komunikasi dengan orang lain dalam

mengungkapkan emosi: Evaluasi keberhasilan intervensi keperawatan

berfokus pada perawat dan klien. Berfokus pada perawat: evaluasi diri

sendiri (self evaluation) dan supervisi oleh perawat lain yang lebih

berpengalaman.

Berfokus pada anak yang dimaksud sebagai berikut:

a. Perilaku anak berubah, validasi dengan anak

b. Dengan komunikasi non verbal: kontak mata, sentuhan

c. Anak dapat memulai percakapan

d. Anak mampu mengambil keputusan dan mengemukakan pendapat

sehingga harga diri dan rasa percaya diri anak meningkat

e. Anak menggunakan sumber koping yang adekuat

(Muhith Abdul, 2015).

C. Tinjauan Konsep Penyakit Gangguan Komunikasi Dengan Orang Lain

1. Pengertian Gangguan Komunikasi Pada Anak

Gangguan komunikasi anak didiagnosis saat defisit komunikasi anak

cukup berat untuk mengganggu perkembangan, prestasi akademik, atau

aktivitas hidup sehari-hari, termasuk sosialisasi. Gangguan berbahasa

ekspresif mencakup gangguan kemampuan untuk berkomunikasi melalui

bahasa verbal dan isyarat. (Videbeck, 2008). Contoh dari gangguan

komunikasi pada anak adalah inferior dalam teori perkembangan Erikson

usia 6-12 tahun.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

23

2. Faktor-Faktor yang menyebabkan gangguan komunikasi anak

a. Kondisi fisiknya yang bermasalah, seperti adanya alergi yang

berdampak pada kestabilan emosionalnya. Obat-obatan yang

dikonsumsi anak, nyatanya juga dapat berpengaruh pada perilaku dan

komunikasi.

Sumber: https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/gangguan-

emosional-dan-perilaku/

b. Masalah di sekolah kadang terbawa hingga ke rumah. Ketika anak

sulit mengerjakan tugas atau memahami pelajaran, hal itu juga perlu

dicermati, karena berdampak menimbulkan stress tambahan pada

anak.

Sumber: https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/gangguan-

emosional-dan-perilaku/

c. Keluarga anak yang bermasalah. Faktor ini juga merupakan faktor

umum yang wajar dialami anak yang mengalami gangguan

komunikasi, emosional dan perilaku. Seperti, perceraian atau

perpisahan orang tua, cemburu mempunyai adik baru, merasa tidak

adil orangtuanya memberikan kasih sayang, dan trauma pada

kehilangan sosok sesorang yang berarti, atau kematian.

Sumber: https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/gangguan-

emosional-dan-perilaku/

d. Anak memiliki keterbatasan kemampuan kognitif. Anak memiliki

keterbatasan dalam kemampuan merepresentasikan objek yang dilihat

dalam bentuk image. Kondisi ini biasanya bisa dideteksi sendiri oleh

orang tua dengan melihat kemampuan motorik anak. Misalnya, anak

yang mengalami gangguan bicara biasanya juga kurang mampu

melakukan aktivitas lain yang sederhana sekalipun seperti memakai

sepatu atau mengancingkan baju.

Sumber: http://jalurilmu.blogspot.com/2011/12/faktor-faktor-yang-

menyebabkan- gangguan.html

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

24

e. Faktor Keturunan. Gangguan berbicara pada anak bisa disebabkan

oleh faktor keturunan. Gangguan ini bisa dikarenakan, retardasai

mental, ketulian, gangguan saraf, cacat pada alat bicara seperti pada

lidah, gigi, bibir, langit-langit dan anak lidah. Bisa juga karena

gangguan perkembangan bicara, seperti gagap dan gangguan saraf-

saraf motorik.

Sumber: http://jalurilmu.blogspot.com/2011/12/faktor-faktor-yang-

menyebabkan- gangguan.html

3. Dampak dari komunikasi yang kurang efektif pada anak

Komunikasi yang kurang baik pada anak dapat mengganggu

produktifitas anak di sekolah. Dampak yang akan muncul :

a. Memicu perselisihan

Perselisihan akibat proses komunikasi yang kurang efektif pada

anak-anak bisa saja terjadi. Katakanlah seseorang tidak mampu

menyampaikan informasi dengan benar dan tepat, penerima informasi

tersebut tentu saja akan mendapatkan permasalahan dalam menelaah

pemahaman. Ini akan mengakibatkan terjadinya perselisihan akibat

kesalahan penyampaian informasi yang dilakukan selama terjadi

interaksi, seperti adanya agresi dengan marah ataupun menyerang

teman.

b. Menimbulkan kesalahpahaman

Kesalahpahaman juga bisa muncul akibat dari komunikasi

interpersonal anak yang kurang baik. Ada baiknya, menyamakan

persepsi sebelum berinteraksi dilakukan sehingga tidak akan terjadi

kesalahpahaman. Bagaimana pun juga, komunikasi antar anak tentu

saja akan menimbulkan banyak persepsi. Penilaian pribadi anak bisa

saja muncul dan bila tidak ada kesepahaman di sana justru akan

memicu terjadinya perdebatan.

c. Mudah melakukan labeling

Labeling atau memberikan penilaian kepada orang lain juga bisa

timbul sebagai dampak komunikasi interpersonal anak yang tidak

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

25

efektif. Kita harus belajar untuk tidak mudah melakukan

judgement kepada orang lain. Dengan demikian, labeling tidak akan

mudah terjadi. Manakala komunikasi berlangsung dengan kurang

baik, maka bisa saja seseorang menjadi mudah memberikan penilaian

hanya dari satu sudut pandang saja.

d. Memberikan kesan yang negatif

Kesan negatif pada anak juga merupakan salah satu dampak yang

sebenarnya sangat berpengaruh. Orang akan menjadi enggan untuk

berkomunikasi kembali dengan kita karena pesan yang akan

disampaikannya dirasa tidak akan diterima dengan baik. Komunikasi

yang kurang efektif bisa memicu timbulnya permasalahan ini.

e. Menimbulkan kesalahan informasi

Kesalahan informasi juga bisa timbul manakala anak tidak

menyampaikan pesan dengan baik. Terdapat banyak cara

berkomunikasi dengan baik yang bisa dipelajari seperti memberikan

perhatian penuh ke lawan bicara sehingga informasi yang akan

disampaikan juga bisa diterima oleh orang lain.

f. Merenggangkan hubungan sosial

Anak mungkin akan menjadi lebih enggan untuk mengajak

temannya berkomunikasi saat proses komunikasi yang berlangsung

seringkali kurang efektif. Akibatnya, hubungan sosial menjadi lebih

renggang. Anak menjadi lebih dijauhi orang lain dan menarik diri

hanya karena komunikasinya yang kurang baik.

g. Memicu timbulnya konflik berkepanjangan

Konflik yang berkepanjangan akibat hubungan sosial yang

merenggang merupakan akibat paling akhir yang bisa saja timbul

hanya karena persoalan komunikasi anak yang kurang baik. Oleh

karenanya, penting upaya yang dilakukan untuk bisa

menghindari dampak ketidakefektifan komunikasi pada anak.

Sumber: https://pakarkomunikasi.com/dampak-komunikasi-interperso

nal-yang-tidak-efektif

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

26

4. Teknik mengembangkan kemampuan berkomunikasi pada anak

Komunikasi memerlukan pendekatan atau teknik khusus agar

hubungan yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan

tumbuh kembang anak. Secara umum ada dua teknik berkomunikasi yang

digunakan pada anak, yaitu teknik komunikasi verbal dan nonverbal.

(Anjaswarni Tri, 2016).

a. Teknik Verbal

1) Bersikap asertif

Sikap asertif merupakan ungkapan perasaan, pendapat, dan

kebutuhan kita secara jujur dan wajar. Anak dapat saling

berkomunikasi dengan sikap asertif sehingga membuat

komunikasi menjadi lebih baik.

2) Meminta untuk menyebutkan keinginan

Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi anak dengan

anak. Dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan, dapat

diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan

tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat

itu.

3) Bermain dan permainan

Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling

penting dan dapat menjadi tehnik yang paling efektif untuk

berhubungan dengan anak. Dengan bermain dapat memberikan

hubungan sosial yang baik terhadap sesama.

4) Pro dan kontra

Anak diminta mengajukan pilihan positif atau negatif sesuai

dengan pendapat anak. Teknik komunikasi ini dilakukan dengan

tujuan mengeksplorasi perasaan-perasaan, baik yang

menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Dengan

mengeksplorasi perasaan dapat membuat hubungan yang baik

diantara anak.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep …repository.poltekkes-tjk.ac.id/443/3/2.pdf · 2019. 12. 4. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep

27

b. Teknik Nonverbal

Teknik komunikasi nonverbal yang dapat digunakan pada anak-

anak :

1) Menulis

Menulis adalah pendekatan komunikasi yang secara efektif

tidak saja dilakukan pada anak tetapi juga pada remaja. Melalui

cara ini, anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada

keadaan sedih, marah, atau lainnya dan biasanya banyak

dilakukan pada anak yang jengkel, marah, dan diam.

2) Menggambar

Teknik ini dilakukan dengan cara menggambar sesuatu terkait

dengan dirinya, misalnya perasaan, apa yang dipikirkan,

keinginan, dan lain-lain. Dasar asumsi dalam menginterpretasi

gambar adalah anak-anak mengungkapkan dirinya melalui

coretan atau gambar yang dibuat.

3) Nada suara

Gunakan nada suara lembut, terutama jika emosi dalam

keadaan komunikasi tidak stabil. Hindari berteriak karena

berteriak hanya akan mendorong pergerakan fisik dan

merangsang kemarahan semakin meningkat.

4) Ungkapan marah

Kadang-kadang anak merasa jengkel, tidak senang, dan marah.

Pada situasi ini, izinkanlah anak untuk mengungkapkan perasaan

marahnya serta dengarkanlah dengan baik dan penuh perhatian

apa yang menyebabkan dia merasa jengkel dan marah.

5) Sentuhan

Sentuhan adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara

memagang sebagian tangan atau bagian tubuh anak, misalnya

pundak, usapan di kepala, berjabat tangan, atau pelukan,

bertujuan untuk memberikan perhatian dan penguatan terhadap

komunikasi. (Anjaswarni, 2016).