Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar
1. Konsep Kebutuhan Dasar Menurut Virginia Henderson
Perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja
dengan anak dan orang tua. Selama dalam batas rentang sehat-sakit, anak
membutuhkan bantuan perawat dalam upaya mempertahankan
kesehatannya. Tindakan perawat yang dapat dilakukan adalah upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya kuratif dan rehabilitatif
dilakukan pada pasien yang sakit seperti di rumah sakit. Sedangkan upaya
preventif dan promotif diberikan pada pasien yang sehat, dapat diberikan
di masyarakat ataupun sekolah.
Perawat bekerja dengan beberapa konsep, salah satunya adalah konsep
keperawatan menurut Virginia Henderson. Definisi Virginia Henderson
mengenai fungsi unik keperawatan adalah batu loncatan utama munculnya
keperawatan sebagai satu disiplin ilmu yang terpisah dari ilmu kedokteran.
Sama halnya dengan Nightiangale, Henderson menggambarkan
keperawatan dalam hubungannya dengan klien dan lingkungan klien.
Henderson memandang perawat sebagai pihak yang peduli terhadap
individu yang sehat dan sakit, menyadari bahwa perawat berinteraksi
dengan klien, walaupun penyembuhan tidak mungkin terjadi, dan
menyebutkan peran perawat sebagai pendidik dan penasihat (Kozier,
2011).
Henderson (1966) menggagas peran perawat adalah membantu
individu yang sehat maupun sakit untuk mencapai kemandirian dalam
memenuhi 14 kebutuhan dasar:
a. Bernafas dengan normal
b. Makan dan minum dengan cukup
c. Membuang sampah tubuh
d. Bergerak dan mempertahankan posisi yang diinginkan
8
e. Tidur dan istirahat
f. Memilih pakaian yang pantas
g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan
menyesuaikan pakaian dan memodifikasi lingkungan
h. Memelihara kebersihan tubuh dan berpakaian rapi untuk melindungi
kulit
i. Menghindari bahaya dilingkungan dan menghindari mencederai orang
lain
j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,
kebutuhan, ketakutan, dan opini
k. Beribadah sesuai dengan keyakinan yang dianut
l. Bekerja sesuai dengan keinginan untuk memenuhi aktualisasi diri
m. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk hiburan
n. Belajar, menemukan, atau memuaskan keingintahuan yang akan
membimbing ke arah perkembangan normal dan kesehatan, dan
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia (Kozier, 2011).
Pada penulisan laporan tugas akhir ini penulis menggunakan kategori
kesepuluh dalam kebutuhan dasar Henderson yaitu berkomunikasi dengan
orang lain dalam mengungkapkan emosi. Perawat berperan sebagai
pendidik dan penasihat dalam hubungan klien dengan guru dan orang tua
dalam memajukan kesehatannya, dan membuat klien mengerti akan
dirinya sendiri, juga mampu menciptakan lingkungan yang baik.
2. Teori Perkembangan Menurut Erik H. Erikson
Komunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi
dibutuhkan untuk perkembangan anak. Teori perkembangan pada anak
dibutuhkan agar kita dapat memahami perilaku anak dan interaksi anak
terhadap sosial anak. Alasan penulis mengambil teori perkembangan
psikososial menurut Erikson adalah agar kita lebih mengerti tentang
kebutuhan komunikasi dengan orang lain terutama pada anak-anak.
Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana individu
menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling
9
penting adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada penyelesaian
konflik yang baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas
perkembangannya. Perkembangan psikososial tersebut diantaranya :
a. Trust vs. missstrust ( 0 – 1 tahun)
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan
konflik basic trust dan mistrust, bila anak mendapatkan rasa amannya
maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap
lingkungannya, ibu sangat berperan penting.
b. Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun)
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga
terjadi peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan,
pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan
kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat
anak bertindak dan berfikir ragu – ragu. Kedua orang tua objek sosial
terdekat dengan anak.
c. Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan
mandiri, anak akan mengembangkan kemampuan berinisiatif yaitu
perasaan bebas untuk melakukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila
tahap sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka
ia akan selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan
atas kehendak sendiri.
d. Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)
Semua tahap dalam perkembangan psikososial Erikson sangat
penting untuk tumbuh kembang anak, tetapi penulis pada saat ini
berfokus pada Industry vs inferiority (6 – 11 tahun) yaitu pada anak-
anak SD (anak usia sekolah).
1) Industry pada anak
Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan
tugas atau perbuatan yang akhirnya dapat menghasilkan sesuatu
(Industri = menghasilkan). Keingintahuan menjadi sangat kuat
10
dan hal itu berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi
berkemampuan (competence) (Nasir, Abdul dan Abdul Muhith,
2011). Kemampuan anak dalam menghadapi segala hal termasuk
dalam menghasilkan sesuatu akan membuat komunikasi anak
menjadi baik. Komunikasi penting dalam hal industry. Tabel 2.1 Industri pada anak
Aspek Penjelasan a) Sosial (1) Anak dapat berbicara (komunikasi) baik dengan teman
sebaya, guru, dan orang lain. (2) Anak bergaul dengan teman sebaya, guru dan orang
dewasa lainnya. (3) Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. (4) Saling memberi dan menerima (saling menolong). (5) Saling bekerja sama dengan teman dan yang lain. (6) Menghargai tindakan yang dilakukan bersama orang
lain. b) Kognitif (1) Pintar dalam pelajaran .
(2) Semangat untuk belajar. (3) Mampu mengingat dan berpikir dengan baik. (4) Rajin belajar. (5) Mampu berpikir keras dalam memecahkan persoalan
di pelajaran. c) Konsep diri (1) Percaya diri.
(2) Mampu mengekspresikan perasaan (3) Bersikap optimis terhadap mengatasi kesulitan. (4) Kreatif. (5) Tidak menyalahkan orang lain. (6) Merasa disenangi orang lain.
d) Spiritual (1) Menganggap Tuhan yang mengsuport dirinya. (2) Rajin dalam sembahyang. (3) Aktif dalam kegiatan keagamaan. (4) Ingat dalam waktu berdoa.
2) Inferior pada anak
Perasaan inferior, yaitu terjadi pada saat orang dewasa
memandang usaha anak untuk belajar bagaimana sesuatu bekerja
melalui manipulasi adalah sesuatu yang bodoh atau merupakan
masalah. Perasaan inferior tersebut adalah ketidaksuksesan di
sekolah, ketidaksusksesan dalam perkembangan keterampilan
fisik, dan mencari teman. Apabila anak tidak dapat memenuhi
keinginan sesuai standar dan terlalu banyak yang diharapkan dari
mereka, maka dapat timbul masalah atau gangguan (Nasir, Abdul
dan Abdul Muhith. 2011). Masalah atau gangguan yang dimaksud
11
dapat berupa gangguan komunikasi pada anak. Komunikasi juga
penting dalam hal inferior. Tabel 2.2 Inferior pada anak
Aspek Penjelasan a) Sosial (1) Anak berkata kasar dengan teman sebaya, guru dan
orang lain. (2) Anak menjahili, mengejek, dan memaki teman, guru
dan orang lain. (3) Anak sulit bergaul dengan teman sebaya, guru dan
orang dewasa lainnya. (4) Kurang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial. (5) Kurang saling memberi dan menerima (kurang saling
menolong). (6) kurang bekerja sama dengan teman dan yang lain. (7) Kurang menghargai tindakan yang dilakukan bersama
orang lain. b) Kognitif (1) Kurang pintar dalam pelajaran.
(2) Malas untuk belajar. (3) Kurang mampu mengingat dan berpikir dengan baik. (4) Tidak rajin belajar. (5) Kurang mampu berpikir keras dalam memecahkan
persoalan di pelajaran. c) Konsep
diri (1) Sering ngambek dan marah. (2) Tidak percaya diri (minder, harga diri rendah). (3) Tidak mampu mengekspresikan perasaan. (4) Bersikap pessimis terhadap mengatasi kesulitan dan
sering menangis. (5) Tidak kreatif. (6) Menyalahkan orang lain. (7) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain.
d) Spiritual (1) Tidak menganggap Tuhan yang mengsuport dirinya. (2) Kurang rajin dalam sembahyang. (3) Tidak aktif dalam kegiatan keagamaan. (4) Lupa dalam waktu berdoa.
Kesimpulan yang didapat adalah pada industry, anak dapat
menghasilkan sesuatu sehingga anak menghadapi dan
menyelesaikan tugasnya sehingga membuat anak memiliki
kemampuan (competence). Tetapi pada inferior, ketidaksuksesan
anak dalam menghadapi masalah dan memenuhi keinginannya
akan menimbulkan suatu masalah atau gangguan pada anak.
Kemampuan (competence) dan masalah/gangguan pada anak akan
berpengaruh pada komunikasi anak. Peran komunikasi pada anak
penting dalam hal industry dan inferiority.
12
e. Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan – harapan kelompoknya dan
dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai
berfikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas
dirinya serta perannya, jika ia berhasil melewati tahap ini maka ia
tidak akan bingung menghadapi perannya.
f. Intimacy vs Isolation ( dewasa awal )
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina
hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman,
sedang yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan
terkucil atau tersaing.
g. Generativy vs self absorbtion (dewasa tengah)
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya,
pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di
masa lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk
kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap – tahap
silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka mungkin ia
terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.
h. Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut)
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan
akan prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbulkan
perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan
timbul kekecewaan yang mendalam.
3. Kegiatan Ekstrakurikuler
Perkembangan anak dapat diperhatikan saat di lingkungan sekolah.
Sekolah dapat membantu siswa dalam perkembangan sosialnya termasuk
komunikasinya dengan teman sebaya, guru dan orang lain. Komunikasi
yang baik untuk perkembangan anak dapat dibina melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang umumnya diikuti oleh siswa disekolah sebagai jam
tambahan sesuai dengan bakat dan minat.
13
a. Definisi kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan
perbaikan yang berkaitan dengan program kokurikuler dan
intrakurikuler. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa
yang memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan
dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk sikap
positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para siswa. Kegiatan
ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik
disekolah maupun diluar sekolah, bertujuan agar siswa dapat
memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat
dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong
pembinaan sikap atau nilai-nilai.
b. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler
Setiap kegiatan yang dilakukan, pasti tidak lepas dari aspek
tujuan. Kerena suatu kegiatan yang dilakukan tanpa jelas tujuannya,
maka kegiatan itu akan sia-sia. Begitu pula dengan kegiatan
ekstrakurikuler tertentu memiliki tujuan tertentu. Mengenai tujuan
kegiatan dalam ekstrakurikuler dijelasken oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (1995: 2) sebagai berikut:
1) siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan
keterampilan mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran,
menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan
manusia seutuhnya.
2) Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta
mengaitkan pengetahuan yang diperolehnya dalam program
kurikulum dengan kebutuhan dan keadaan lingkungan.
c. Jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler tentu berbeda-beda jenisnya, karena
banyak hal yang memang berkaitan dengan kegiatan siswa selain dari
kegiatan inti. Siswa dapat memilih kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan dan minat masing-masing melalui beberapa kegiatan
14
ekstrakuikuler yang ada. Beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang
diprogramkan disekolah dijelaskan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1995: 3) sebagai berikut :
1) Pendidikan kepramukaan
2) Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA)
3) Palang Merah Remaja (PMR)
4) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
5) Kesenian
6) Olahraga
Dari kegiatan ekstrakurikuler yang ada dilingkungan sekolah, penulis
tertarik memilih salah satu permainan kelompok yaitu bermain futsal,
dengan alasan anak yang mengalami gangguan komunikasi yaitu anak
yang memiliki hambatan individu yaitu emosional, sulit mengungkapkan
kata-kata, sulit menyusun kalimat, verbalisasi tidak tepat, sulit
mempertahankan komunikasi, sulit memahami komunikasi, sulit
menggunakan ekspresi wajah/tubuh, dan tidak ada kontak mata sehingga
permainan yang dipilih adalah permainan yang secara langsung
berkomunikasi, kontak fisik, dan keaktifan, oleh sebab itu bermain futsal
adalah salah satu solusi permainan yang dapat diberikan. Permainan futsal
juga melatih anak dalam hal kerjasama dan kekompakan dalam tim serta
melatih motorik kasar pada anak. Permainan futsal termasuk permainan
untuk anak usia 6-12 tahun.
Menurut (Adriana, 2013) berikut ini adalah Standar Operasional
Prosedur (SOP) permainan futsal :
a. Definisi
Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang
masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah
memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola
dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan
memiliki pemain cadangan. Futsal turut juga dikenali dengan berbagai
15
nama lain. Istilah "futsal" adalah istilah internasionalnya, berasal dari
kata Spanyol atau Portugis, football dan sala.
b. Manfaat
1) Bekerjasama dalam tim dan kekompakan
2) Meningkatkan sosialisasi dengan kelompok
3) Membuat anak lebih percaya diri dalam hal mengambil keputusan
4) Meningkatkan konsentrasi dan fokus anak
5) Persaingan menciptakan motivasi dan dorongan
6) Meningkatkan kesadaran diri melalui peraturan
c. Peraturan
Di dalam permainan futsal, disini kita diharuskan untuk menaati
setiap peraturan yang dibuat apabila ikut dalam permainannya. Pada
umumnya di dalam peraturan permainan sepak bola telah diketahui
oleh banyak orang, baik itu pemain yang ikut pertandingan ataupun
penonton yang melihat.
1) Ukuran lapangan
a) Ukuran panjang lapangan : (38-42M)
b) Lebar lapangan : (18-25M)
c) Luas pada daerah gawang : (18,35 x 5,5M)
d) Jari-jari lingkaran tengah : 9,15 Meter
e) Daerah pinalti : (40,39 x 16,5M)
f) Jarak titik penalti antara garis gawang : 11 Meter
2) Ukuran gawang
a) Tinggi gawang : 2,44 Meter
b) Lebar gawang : 7,32 Meter
3) Jumlah pemain futsal
Dalam permainan futsal, terdiri dari 2 tim yang masing-masing tim
memiliki 5 orang (salah satunya adalah penjaga gawang).
16
4) Pemimpin tim (Captain)
Untuk setiap tim di wajibkan memiliki captain, karena tujuan
adanya kapten itu sendiri apabila terjadi masalah dengan tim, maka
kapten ini yang nantinya akan berdiskusi dengan wasit.
5) Wasit
Wasit merupakan orang yang memegang penuh dalam jalannya
pertandingan serta memberikan keputusan jika pemain bola telah
melanggar peraturan. Wasit utama juga dibantu oleh 2 asisten
wasit.
6) Waktu permainan
Permainan sepak bola ini dilakukan selama 20 menit dan dibagi 2
babak. Waktu time out diberikan hanyak 1 menit dan untuk waktu
tambahan diberikan waktu 2x5 menit.
7) Peraturan kick off
Kick off dilakukan saat akan memulai permainan, dalam permainan
sepak bola dilakukan saat memulai pertandingan, memulai babak
kedua, terjadinya gol, dan memulai babak extra time
8) Peraturan bola keluar
Saat bola keluar dari sisi lapangan maka terjadi lemparan kedalam.
Dan untuk bola yang keluar di samping gawang maka terjadi yang
namanya tendangan sudut. Dan apabila ada pemain yang cedera,
wasit juga berhak untuk memerintahkan mengeluarkan bola.
9) Tendangan sudut (corner kick)
Tendangan sudut adalah cara untuk memulai kembali permainan.
Gol dapat tercetak langsung dari tendangan sudut, tetapi hanya
dilakukan terhadap tim lawan, tendangan sudut dilakukan dalam
waktu tidak lebih 4 detik oleh pemain yang akan melaksanakan
Corner.
10) Peraturan pelanggaran
Pelanggaran ini dapat terjadi diakibatkan karena tackle keras,
handsball, atau mendorong lawan, menarik, dan masih banyak lagi
17
pelanggaran yang bisa disebabkan. Apabila parah, disini wasit akan
mengeluarkan kartu, ada 2 macam kartu yakni kartu kuning dan
kartu merah. Apabila pemain mendapat kartu kuning, maka
otomatis dia mendapat peringatan keras, dan jika dia mendapat
kartu kuning satu lagi maka dia akan di keluarkan dalam
permainan. Saat permainan apabila ada pemain yang mendapatkan
kartu merah, maka dia akan langsung dikeluarkan dari
pertandingan.
11) Tendangan bebas (free kick)
Untuk tendangan bebas ini bisa dilakukan pada tempat terjadinya
pelanggaran, apabila terjadi tendangan bebas, disini ada 2 pilihan
yang biasa dilakukan yaitu kita bisa menendang langsung ke arah
gawang atau bisa juga mengoper ke teman dalam tim kita.
12) Terjadinya finalty
Penalti ini bisa terjadi dikarenakan adanya pemain yang melakukan
pelanggaran pada area penjaga gawang, misalnya seperti hands
ball, tackle, ataupun pelanggaran lainnya.
B. Tinjauan Konsep Asuhan Keperawatan
Gangguan komunikasi anak didiagnosis saat defisit komunikasi anak
cukup berat untuk mengganggu perkembangan, prestasi akademik, atau
aktivitas hidup sehari-hari, termasuk sosialisasi (Videbeck, 2008). Sosialisasi
pada anak memliki dampak negatif seperti adanya anak yang menarik diri dan
anak yang melakukan agresi (marah/menyerang) terhadap orang lain. Peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dibutuhkan untuk membantu
anak menjalin hubungan interaksi yang baik terhadap sesama. Standar asuhan
keperawatan atau standard praktik keperawatan mengacu pada standard praktik
professional dan standard kinerja professional (PPNI, 2009 dalam Abdul
Muhith, 2015) menjelaskan konsep asuhan keperawatan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari dasar utama dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
18
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Iyer et.al., 1996 dalam Muhith
Abdul, 2015).
Penulis mengkaji anak dengan gangguan berkomunikasi dengan orang
lain dalam mengungkapkan emosi. Selain mengkaji pada tumbuh kembang
anak, penulis juga berfokus pada kemampuan industry dan inferiority
anak. Penulis dapat mengambil informasi melalui wawancara dan
observasi kepada anak, guru dan keluarga. Tabel 2.3 Pengkajian pada perilaku anak yang mengalami gangguan komunikasi
a. Kelengkapan pengkajian dapat membantu perawat
1) Membangun hubungan yang teraupetik dengan anak. 2) Mengkaji perilaku anak yang mengalami gangguan
komunikasi dalam mengungkapkan emosi. 3) Mengkaji perilaku anak yang dapat membahayakan
lingkungan dan orang lain jika anak tidak mau bicara. b. Perilaku anak yang
berhubungan dengan berkomunikasi dengan orang lain.
1) Agitasi motorik: gugup, cemas atau bingung jika ingin mengungkapkan ide.
2) Verbal : selalu mengeluh, belum dapat mengekspresikan perasaan dengan baik, belum dapat minta maaf dengan baik, berkata kasar, kaku saat bicara.
3) Afek : marah, permusuhan, kecemasan yang ekstrim, menghindar.
4) Tingkat kesadaran : composmetis, tidak sadar jika memiliki permasalahan dalam berkomunikasi.
Sumber : Muhith Abdul, 2015 2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul pada anak yang mengalami gangguan
komunikasi:
a. Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (2017), diagnosis
yang muncul adalah gangguan komunikasi verbal.
b. Menurut Muhith Abdul (2015), diagnosis keperawatan yang muncul
adalah resiko mencederai diri sendiri, orang lain.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosa
keperawatan yang muncul setelah melakukan pengkajian dan rencana
intervensi keperawatan dilihat pada tujuan khusus sebagai berikut:
19
Diagnosis : Gangguan Komunikasi Verbal
Tujuan umum : Anak dapat berkomunikasi secara efektif Tabel 2.4 Rencana Tindakan Keperawatan: Gangguan Komunikasi
Melalui Pertemuan
Tujuan Pertemuan : Rencana Tindakan
Individu Pertama Perkenalan perawat dengan Kepala Sekolah, Guru, anak dan orang tua yang mengalami gangguan komunikasi
Rencana tindakan: 1. Perkenalan dengan kepala sekolah untuk
mendapatkan informasi dan memberi anak yang mengalami gangguan komunikasi.
2. Perkenalan dengan guru untuk mengetahui informasi mengenai anak yang mengalami gangguan komunikasi.
3. Perkenalan dengan anak untuk melihat keadaan anak dan komunikasi anak.
4. Perkenalan dengan orang tua untuk membantu anak mengatasi gangguan komunikasi.
Individu Kedua Terapis dan anak dapat mengidentifi kasi tanda-tanda gangguan komunikasi.
Rencana tindakan: 1. Mengidentifikasi masalah komunikasi anak
melalui teman sebaya, guru, dan orang tua. 2. Mengidentifikasi dampak pola komunikasi
anak untuk proses komunikasi dengan anak, orang tua, guru dan proses belajar.
Individu Ketiga Terapis dan anak dapat mengidentifi kasi penyebab gangguan komunikasi
Rencana tindakan: 1. Tanyakan kapan saja anak sulit
berkomunikasi. 2. Tanyakan apa penyebab anak sulit
berkomunikasi.
Individu Keempat Terapis dan anak dapat mengidentifi kasi akibat (keuntungan dan kerugian) dari komunikasi
Rencana tindakan: 1. Diskusikan akibat/kerugian dari cara yang
dilakukan anak dalam berkomunikasi. 2. Diskusikan manfaat/keuntungan jika anak
dapat berkomunikasi dengan baik.
Kelompok Kelima Libatkan anak yang mengalami masalah berkomunika si dalam mengungkap kan emosi dalam permainan futsal
Rencana tindakan: 1. Libatkan anak dalam berkomunikasi yang
baik untuk mengungkapkan emosi dengan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dengan permainan futsal melalui kegiatan ekstrakulikuler.
2. Bantu anak dalam berkomunikasi seperti mengajak bicara, bersalaman, mengucapkan salam atau menyapa, dan memperkenalkan nama.
3. Berikan dukungan/motivasi pada anak sehingga anak percaya diri dalam berkomunikasi melalui permainan futsal yang dicontohkan oleh terapis.
20
Melalui Pertemuan
Tujuan Pertemuan : Rencana Tindakan
Kelompok Keenam Anak dapat berkomunika si dengan baik dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dengan permainan futsal melalui kegiatan ekstrakuliku ler futsal.
Rencana tindakan: 1. Bantu anak dalam berkomunikasi seperti
mengajak anak untuk bermain futsal dengan beberapa peraturan yang akan dijelaskan oleh terapis (perawat).
2. Bantu anak dalam berkomunikasi dengan mendemonstrasikan peraturan pada teman sebaya yang akan dijelaskan oleh terapis untuk mengungkapkan emosi sebelum dan saat permainan futsal dimulai, dengan rincian: a. Anak mampu mengidentifikasi perilaku
kasar: anak mampu meminta temannya untuk tetap semangat, anak mampu tidak berkata kasar dan berprilaku kasar terhadap teman, tidak boleh membalas dengan kasar, dan anak mampu mengungkapkan perasaan marah/kesal kepada temannya.
b. Anak mampu mengekspresikan perasaan: anak mampu melakukan cara minta maaf dan memaafkan, anak mampu melakukan cara menolak dengan baik, anak mampu memberikan pujian yang baik kepada temannya.
3. Lakukan evaluasi pada anak mengenai peraturan setelah selesai bermain futsal.
Kelompok Ketujuh Anak dapat berkomunika si dengan baik dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dengan permainan futsal melalui kegiatan ekstrakuliku ler futsal.
Rencana tindakan: 1. Bantu anak dalam berkomunikasi yang baik
untuk mengungkapkan emosi melalui tindakan terapi aktivitas kelompok dalam ekstrakulikuler futsal dengan rincian: a. Anak mampu menjelaskan tentang
peraturan permainan futsal: anak mampu mematuhi peraturan permainan futsal, anak mampu tidak melanggar peraturan saat bermain futsal, anak mampu untuk mengantisipasi adanya kecurangan-kecurangan saat bermain futsal.
b. Anak mampu meningkatkan rasa kepercayaan diri: anak mampu menunjukkan sikap pertemanan yang positif saat bermain futsal, anak mampu menjalin hubungan sosialisasi antar teman saat bermain futsal, anak mampu mengatasi perasaan ketika diejek atau dipojokkan oleh tim yang menang, dan anak mampu mengatasi perasaan ketika diejek atau dipojokkan oleh teman 1 timnya.
2.Lakukan evaluasi pada anak mengenai peraturan setelah selesai bermain futsal.
21
Melalui Pertemuan
Tujuan Pertemuan : Rencana Tindakan
Kelompok Kedelapan
Terapis dan anak dapat mengevalua si kegiatan yang dilakukan dari pertemuan awal hingga akhir.
Rencana tindakan: 1. Bantu anak mengingat peraturan dari semua
pertemuan melalui diskusi kelompok. 2. Bantu anak dalam berkomunikasi dengan
mendemonstrasikan peraturan dari semua pertemuan pada teman sebaya.
3. Anak dapat mengungkapkan pendapatnya/mengevaluasi setelah dilakukan semua kegiatan bersama terapis.
4. Terapis mengevaluasi semua kegiatan yang dilakukan bersama anak.
Sumber : Muhith Abdul, 2015
4. Tindakan Keperawatan
Perawat dapat menginplementasikan berbagai intervensi yang
dilakukan di lapangan olah raga untuk mencegah dan memanajemen
komunikasi pada anak. Intervensi dapat melalui rentang intervensi
keperawatan yaitu sebagai berikut: Tabel 2.5 Tindakan Keperawatan Gangguan Komunikasi
a. Strategi preventif
1) Kesadaran diri
Perawat harus menyadari bahwa setres yang dihadapinya dapat mempengaruhi komunikasinya dengan anak. Bila perawat tersebut merasa letih, cemas, marah atau, apatis maka akan sulit baginya untuk membuat anak tertarik. Oleh karena itu, bila perawat itu sendiri dipenuhi dengan masalah, maka energi yang dimilikinya bagi anak menjadi berkurang. Untuk mencegah semua itu, maka perawat harus terus-menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan melakukan supervisi dengan memisahkan antara masalah pribadi dan masalah anak.
2) Pendidikan anak di sekolah harus kerjasama dengan guru dan kepala sekolah
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara mengekspresikan perasaannya. Anak yang mengalami kesulitan mengekspresikan perasaanya, kebutuhan dan bahkan kesulitan mengomunikasikannya semua ini kepada orang lain atau temannya. Jadi dengan perawat berkomunikasi diharapkan agar anak mau mengekspresikan perasaanya, lalu perawat menilai apakah respon yang diberikan anak adaptif atau maladaptif melalui gambar, cerita dan bermain.
b. Strategi antisipatif
1) Strategi komunikasi
a) Bersikap tenang b) Bicara lembut c) Bicara tidak dengan menghakimi d) Bicara netral dan dengan cara yang konkrit e) Tunjukan respek pada anak f) Hindari intensitas kontak mata langsung g) Demonstrasikan cara mengontrol situasi tanpa
22
kesan berlebihan h) Fasilitasi pembicaraan anak i) Dengarkan anak j) Jangan terburu-buru menginterprestasikan k) Jangan buat janji yang tidak dapat perawat
tepati. l) Berikan sesi khusus bicara kepada anak,
orang tua dan wali kelas 2) Tindakan
perilaku Pada dasarnya, membuat kontrak dengan anak mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, konsekuen yang didapat bila kontrak dilanggar, dan apa saja kontribusi perawat selama perawatan.
Sumber : Townsend, M.C., 1998 dalam Muhith Abdul, 2015 5. Terminasi
Evaluasi untuk masalah gangguan komunikasi dengan orang lain dalam
mengungkapkan emosi: Evaluasi keberhasilan intervensi keperawatan
berfokus pada perawat dan klien. Berfokus pada perawat: evaluasi diri
sendiri (self evaluation) dan supervisi oleh perawat lain yang lebih
berpengalaman.
Berfokus pada anak yang dimaksud sebagai berikut:
a. Perilaku anak berubah, validasi dengan anak
b. Dengan komunikasi non verbal: kontak mata, sentuhan
c. Anak dapat memulai percakapan
d. Anak mampu mengambil keputusan dan mengemukakan pendapat
sehingga harga diri dan rasa percaya diri anak meningkat
e. Anak menggunakan sumber koping yang adekuat
(Muhith Abdul, 2015).
C. Tinjauan Konsep Penyakit Gangguan Komunikasi Dengan Orang Lain
1. Pengertian Gangguan Komunikasi Pada Anak
Gangguan komunikasi anak didiagnosis saat defisit komunikasi anak
cukup berat untuk mengganggu perkembangan, prestasi akademik, atau
aktivitas hidup sehari-hari, termasuk sosialisasi. Gangguan berbahasa
ekspresif mencakup gangguan kemampuan untuk berkomunikasi melalui
bahasa verbal dan isyarat. (Videbeck, 2008). Contoh dari gangguan
komunikasi pada anak adalah inferior dalam teori perkembangan Erikson
usia 6-12 tahun.
23
2. Faktor-Faktor yang menyebabkan gangguan komunikasi anak
a. Kondisi fisiknya yang bermasalah, seperti adanya alergi yang
berdampak pada kestabilan emosionalnya. Obat-obatan yang
dikonsumsi anak, nyatanya juga dapat berpengaruh pada perilaku dan
komunikasi.
Sumber: https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/gangguan-
emosional-dan-perilaku/
b. Masalah di sekolah kadang terbawa hingga ke rumah. Ketika anak
sulit mengerjakan tugas atau memahami pelajaran, hal itu juga perlu
dicermati, karena berdampak menimbulkan stress tambahan pada
anak.
Sumber: https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/gangguan-
emosional-dan-perilaku/
c. Keluarga anak yang bermasalah. Faktor ini juga merupakan faktor
umum yang wajar dialami anak yang mengalami gangguan
komunikasi, emosional dan perilaku. Seperti, perceraian atau
perpisahan orang tua, cemburu mempunyai adik baru, merasa tidak
adil orangtuanya memberikan kasih sayang, dan trauma pada
kehilangan sosok sesorang yang berarti, atau kematian.
Sumber: https://hellosehat.com/parenting/tips-parenting/gangguan-
emosional-dan-perilaku/
d. Anak memiliki keterbatasan kemampuan kognitif. Anak memiliki
keterbatasan dalam kemampuan merepresentasikan objek yang dilihat
dalam bentuk image. Kondisi ini biasanya bisa dideteksi sendiri oleh
orang tua dengan melihat kemampuan motorik anak. Misalnya, anak
yang mengalami gangguan bicara biasanya juga kurang mampu
melakukan aktivitas lain yang sederhana sekalipun seperti memakai
sepatu atau mengancingkan baju.
Sumber: http://jalurilmu.blogspot.com/2011/12/faktor-faktor-yang-
menyebabkan- gangguan.html
24
e. Faktor Keturunan. Gangguan berbicara pada anak bisa disebabkan
oleh faktor keturunan. Gangguan ini bisa dikarenakan, retardasai
mental, ketulian, gangguan saraf, cacat pada alat bicara seperti pada
lidah, gigi, bibir, langit-langit dan anak lidah. Bisa juga karena
gangguan perkembangan bicara, seperti gagap dan gangguan saraf-
saraf motorik.
Sumber: http://jalurilmu.blogspot.com/2011/12/faktor-faktor-yang-
menyebabkan- gangguan.html
3. Dampak dari komunikasi yang kurang efektif pada anak
Komunikasi yang kurang baik pada anak dapat mengganggu
produktifitas anak di sekolah. Dampak yang akan muncul :
a. Memicu perselisihan
Perselisihan akibat proses komunikasi yang kurang efektif pada
anak-anak bisa saja terjadi. Katakanlah seseorang tidak mampu
menyampaikan informasi dengan benar dan tepat, penerima informasi
tersebut tentu saja akan mendapatkan permasalahan dalam menelaah
pemahaman. Ini akan mengakibatkan terjadinya perselisihan akibat
kesalahan penyampaian informasi yang dilakukan selama terjadi
interaksi, seperti adanya agresi dengan marah ataupun menyerang
teman.
b. Menimbulkan kesalahpahaman
Kesalahpahaman juga bisa muncul akibat dari komunikasi
interpersonal anak yang kurang baik. Ada baiknya, menyamakan
persepsi sebelum berinteraksi dilakukan sehingga tidak akan terjadi
kesalahpahaman. Bagaimana pun juga, komunikasi antar anak tentu
saja akan menimbulkan banyak persepsi. Penilaian pribadi anak bisa
saja muncul dan bila tidak ada kesepahaman di sana justru akan
memicu terjadinya perdebatan.
c. Mudah melakukan labeling
Labeling atau memberikan penilaian kepada orang lain juga bisa
timbul sebagai dampak komunikasi interpersonal anak yang tidak
25
efektif. Kita harus belajar untuk tidak mudah melakukan
judgement kepada orang lain. Dengan demikian, labeling tidak akan
mudah terjadi. Manakala komunikasi berlangsung dengan kurang
baik, maka bisa saja seseorang menjadi mudah memberikan penilaian
hanya dari satu sudut pandang saja.
d. Memberikan kesan yang negatif
Kesan negatif pada anak juga merupakan salah satu dampak yang
sebenarnya sangat berpengaruh. Orang akan menjadi enggan untuk
berkomunikasi kembali dengan kita karena pesan yang akan
disampaikannya dirasa tidak akan diterima dengan baik. Komunikasi
yang kurang efektif bisa memicu timbulnya permasalahan ini.
e. Menimbulkan kesalahan informasi
Kesalahan informasi juga bisa timbul manakala anak tidak
menyampaikan pesan dengan baik. Terdapat banyak cara
berkomunikasi dengan baik yang bisa dipelajari seperti memberikan
perhatian penuh ke lawan bicara sehingga informasi yang akan
disampaikan juga bisa diterima oleh orang lain.
f. Merenggangkan hubungan sosial
Anak mungkin akan menjadi lebih enggan untuk mengajak
temannya berkomunikasi saat proses komunikasi yang berlangsung
seringkali kurang efektif. Akibatnya, hubungan sosial menjadi lebih
renggang. Anak menjadi lebih dijauhi orang lain dan menarik diri
hanya karena komunikasinya yang kurang baik.
g. Memicu timbulnya konflik berkepanjangan
Konflik yang berkepanjangan akibat hubungan sosial yang
merenggang merupakan akibat paling akhir yang bisa saja timbul
hanya karena persoalan komunikasi anak yang kurang baik. Oleh
karenanya, penting upaya yang dilakukan untuk bisa
menghindari dampak ketidakefektifan komunikasi pada anak.
Sumber: https://pakarkomunikasi.com/dampak-komunikasi-interperso
nal-yang-tidak-efektif
26
4. Teknik mengembangkan kemampuan berkomunikasi pada anak
Komunikasi memerlukan pendekatan atau teknik khusus agar
hubungan yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan
tumbuh kembang anak. Secara umum ada dua teknik berkomunikasi yang
digunakan pada anak, yaitu teknik komunikasi verbal dan nonverbal.
(Anjaswarni Tri, 2016).
a. Teknik Verbal
1) Bersikap asertif
Sikap asertif merupakan ungkapan perasaan, pendapat, dan
kebutuhan kita secara jujur dan wajar. Anak dapat saling
berkomunikasi dengan sikap asertif sehingga membuat
komunikasi menjadi lebih baik.
2) Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi anak dengan
anak. Dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan, dapat
diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan
tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat
itu.
3) Bermain dan permainan
Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling
penting dan dapat menjadi tehnik yang paling efektif untuk
berhubungan dengan anak. Dengan bermain dapat memberikan
hubungan sosial yang baik terhadap sesama.
4) Pro dan kontra
Anak diminta mengajukan pilihan positif atau negatif sesuai
dengan pendapat anak. Teknik komunikasi ini dilakukan dengan
tujuan mengeksplorasi perasaan-perasaan, baik yang
menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Dengan
mengeksplorasi perasaan dapat membuat hubungan yang baik
diantara anak.
27
b. Teknik Nonverbal
Teknik komunikasi nonverbal yang dapat digunakan pada anak-
anak :
1) Menulis
Menulis adalah pendekatan komunikasi yang secara efektif
tidak saja dilakukan pada anak tetapi juga pada remaja. Melalui
cara ini, anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada
keadaan sedih, marah, atau lainnya dan biasanya banyak
dilakukan pada anak yang jengkel, marah, dan diam.
2) Menggambar
Teknik ini dilakukan dengan cara menggambar sesuatu terkait
dengan dirinya, misalnya perasaan, apa yang dipikirkan,
keinginan, dan lain-lain. Dasar asumsi dalam menginterpretasi
gambar adalah anak-anak mengungkapkan dirinya melalui
coretan atau gambar yang dibuat.
3) Nada suara
Gunakan nada suara lembut, terutama jika emosi dalam
keadaan komunikasi tidak stabil. Hindari berteriak karena
berteriak hanya akan mendorong pergerakan fisik dan
merangsang kemarahan semakin meningkat.
4) Ungkapan marah
Kadang-kadang anak merasa jengkel, tidak senang, dan marah.
Pada situasi ini, izinkanlah anak untuk mengungkapkan perasaan
marahnya serta dengarkanlah dengan baik dan penuh perhatian
apa yang menyebabkan dia merasa jengkel dan marah.
5) Sentuhan
Sentuhan adalah kontak fisik yang dilakukan dengan cara
memagang sebagian tangan atau bagian tubuh anak, misalnya
pundak, usapan di kepala, berjabat tangan, atau pelukan,
bertujuan untuk memberikan perhatian dan penguatan terhadap
komunikasi. (Anjaswarni, 2016).