32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif 1. Pengertian Keperawatan Perioperatif Keperawatan perioperatif merupakan proses keperawatan untuk mengembangkan rencana asuhan secara individual dan mengkoordinasikan serta memberikan asuhan pada pasien yang mengalami pembedahan atau prosedur invasif (AORN, 2013). Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien (HIPKABI, 2014). Kata “Perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pembedahan yaitu : a. Fase preoperatif Dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim kemeja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien ditatanan klinik ataupun rumah, wawancara preoperatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan dan pembedahan (HIPKABI, 2014). Asuhan keperawatan pre operatif pada prakteknya akan dilakukan secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre operatif dibagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care), atau di unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan di kamar operasi oleh perawat kamar bedah (Muttaqin, 2009). b. Fase inta operatif Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan berakhir saat pasien di pindahkan ke ruang pemulihan atau ruang perawatan intensif. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan infus, pemberian medikasi intravena, 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif

1. Pengertian Keperawatan Perioperatif

Keperawatan perioperatif merupakan proses keperawatan untuk

mengembangkan rencana asuhan secara individual dan

mengkoordinasikan serta memberikan asuhan pada pasien yang

mengalami pembedahan atau prosedur invasif (AORN, 2013).

Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan

pengalaman pembedahan pasien (HIPKABI, 2014).

Kata “Perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga

fase pembedahan yaitu :

a. Fase preoperatif

Dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan

diakhiri ketika pasien dikirim kemeja operasi. Lingkup aktivitas

keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan

pengkajian dasar pasien ditatanan klinik ataupun rumah, wawancara

preoperatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan dan

pembedahan (HIPKABI, 2014).

Asuhan keperawatan pre operatif pada prakteknya akan dilakukan

secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre operatif

dibagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care),

atau di unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan di kamar operasi

oleh perawat kamar bedah (Muttaqin, 2009).

b. Fase inta operatif

Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan

berakhir saat pasien di pindahkan ke ruang pemulihan atau ruang

perawatan intensif. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan

mencakup pemasangan infus, pemberian medikasi intravena,

6

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang

prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Dalam hal ini

sebagai contoh memberikan dukungan psikologis selama induksi

anestesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur

posisi pasien diatas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip

dasar kesimetrisan tubuh (HIPKABI, 2014).

Pengkajian yang dilakukan perawat kamar bedah pada fase intra operatif

lebih kompleks dan harus dilakukan secara cepat dan ringkas agar segera

dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai. Kemampuan dalam

mengenali masalah pasien yang bersifat resiko maupun aktual akan

didapatkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman keperawatan.

Implementasi dilaksankan berdasarkan pada tujuan yang diprioritaskan.

Koordinasi seluruh anggota tim operasi, serta melibatkan tindakan

independen dan dependen (Muttaqin, 2009).

c. Fase paska operatif

Fase paska operatif dimulai dengan masuknya pasien keruang pemulihan

(recovery room) atau ruang intensif dan berakhir dengan evaluasi tindak

lanjut pada tatanan klinik atau rumah. Lingkup aktivitas keperawatan

mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini

fokus pengkajian meliputi efek agen anestesi dan memantau fungsi vital

serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus

pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan,

perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan

dan rehabilitasi serta pemulangan (HIPKABI, 2014).

1. Pre operatif

Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada pasien yaitu (HIPKABI, 2014) :

a. Rumah sakit

Melakukan pengkajian perioperatif awal, merencanakan metode

penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, melibatkan keluarga

dalam wawancara, memastikan kelengkapan pre operatif, menkaji

7

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

kebutuhan pasien terhadap transportasi dan perawatan pasca operatif.

b. Persiapan pasien di unit perawatan

Persiapan fisik, status kesehatan fisik secara umum, status nutrisi,

keseimbangan cairan dan elektrolit, kebersihan lambung dan kolon,

Pencukuran daerah operasi, Personal hygiene, pengosongan kandung

kemih, latihan pra operasi

c. Faktor resiko terhadap pembedahan

Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :

Usia, nutrisi, penyakit kronis, ketidaksempurnaan respon neuroendokrin,

merokok, alkohol dan obat-obatan.

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

tindakan pembedahan. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah

berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium, maupun pemeriksaan lain

seperti (Electrocardiogram) ECG, dan lain-lain.

e. Pemeriksaan status anastesi

Pemeriksaan status fisik untuk dilakukan pembiusan dilakukan untuk

keselamatan pasien selama pembedahan. Pemeriksaan ini dilakukan karena

obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi

pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.

f. Inform consent

Aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, setiap pasien yang

akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan

persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).

g. Persiapan mental/psikis

Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada

integritas seseorang yang akan membangkitkan reaksi stress fisiologis

maupun psikologis (Barbara & Billie, 2006) dalam (HIPKABI, 2014).

2. Intra operatif

a. Persiapan pasien dimeja operasi

8

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

Persiapan di ruang serah terima diantaranya adalah prosedur

administrasi, persiapan anastesi dan kemudian prosedur

drapping.

b. Prinsip-prinsip umum

Prinsip asepsis ruangan antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha

untuk agar dicapainya keadaan yang memungkinkan terdapatnya

kuman-kuman pathogen dapat dikurangi atau ditiadakan.

Cakupan tindakan antisepsis adalah selain alat-alat bedah, seluruh

sarana kamar operasi, alat-alat yang dipakai personel operasi

(sandal, celana, baju, masker, topi, dan lain-lainnya) dan juga cara

membersihkan/ melakukan desinfeksi dari kulit atau tangan

(HIPKABI, 2014).

c. Fungsi keperawatan intra operatif

Perawat sirkulasi berperan mengatur ruang operasi dan

melindungi keselamatan dan kebutuhan pasien dengan memantau

aktivitas anggota tim bedah dan memeriksa kondisi didalam

ruang operasi. Tanggung jawab utamanya meliputi memastikan

kebersihan, suhu sesuai, kelembapan, pencahayaan, menjaga

peralatan tetap berfungsi dan ketersediaan berbagai material yang

dibutuhkan sebelum, selama, dan sesudah operasi (HIPKABI,

2014).

d. Aktivitas keperawatan secara umum

Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif

meliputi safety management, monitor fisiologis, monitor

psikologis, pengaturan dan koordinasi Nursing Care.

3. Post operatif

Tahapan keperawatan post operatif meliputi Pemindahan pasien dari

kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery room),

perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room), transportasi

pasien keruang rawat, perawatan di ruang rawat (HIPKABI, 2014).

9

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

2.2 Tinjjauan Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pre Operasi

2.2.1.1Pengkajian Fokus Keperawatan Pre Operasi

Pada pengkajian anamnesis biasanya didapatkan adanya keluhan

luka, pengkajian penyebab luka sangat penting dilakukan untuk

menentukan intervensi yang tepat, kemampuan untuk memahami dan

mengidentifikasi penyebab luka menjadi aspek penting dalam pengkajian

holistik dan pengembangan rencana keperawatan (Wijaya, 2018)

Pada pengkajian lengkap dengan kebutuhan individu secara menyeluruh,

begitu juga pada pengkajian luka tidak hanya berfokus pada lukanya tetapi

secara keseluruhan individu yang mengalami luka seutuhnya (holistik).

Pengkajian holistik pada klien dengan luka akut dan koronis meliputi;

penyebab luka, durasi luka (usia luka), faktor yang menghambat luka dan

pengkajian luka yang berfokus. Pengkajian holistik yang tepat akan

menyebabkan proses penyembuhan luka terhambat seperti adanya kadar

gula darah yang tidak terkontrol atau ulkus vena yang disebabkan katup

vena (Wijaya, 2018).

Pada pengkajian diruang prabedah, perawat melakukan pengkajian

ringkas mengenai kondisi fisik pasien dan kelengkapan yang berhubungan

dengan pembedahan. Pengkajian ringkas tersebut adalah sbb :

a. Validasi: perawat melakukan konfirmasi kebenaran identitas pasien

sebagai data dasar untuk mencocokan prosedur jenis pembedahan yang

akan dilakukan.

b. Kelengkapan administrasi: Status rekam medik, data-data penunjang

(Laboratorium, dan Radiologi) serta kelengkapan informed consent.

c. Tingkat kecemasan dan pengetahuan pembedahan

d. Pemeriksaan fisik terutama tanda-tanda vital dan kondisi masa pada

kaki.

10

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

2.2.1.2 Diagnosis Keperawatan

Menurut (Muttaqin, 2009) diruang operasi diagnosis yang paling

sering muncul adalah kecemasan dan nyeri.

2.2.1.3 Rencana Intervensi

Menurut (SDKI, 2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan

berdasarkan diagnosa diatas adalah :

1. Ansietas b.d Krisis Situasional

Intervensi :

Observasi :

- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( misal:kondisi,waktu,stresor).

-Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

- Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)

Teraupetik:

- Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan

- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan

- Pahami situasi yang membuat ansietas

- Dengarkan dengan penuh perhatian

- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

- Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan

- Motivasi mengidentifikasi situassi yang memicu kecemasan

- Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi:

- Jelaskan prosedur serta sensasi yang mungkin dialami

- Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan

prognosis

- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

- Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif

- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

- Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat

- Latih tekhnik relaksasi

Kolaborasi:

- Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

11

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

2. Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis

Intervensi:

Observasi:

- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri.

- Identifikasi skala nyeri

- Identifikasi nyeri non verbal

- Identi Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

- Monitor efek samping penggunaan analgetik

Teraupetik:

- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misal:

TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik, biofeedback ,terapi pijat,

aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin.)

- Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (misal: suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan)

- Fasilitasi istirahat dan tidur

- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi:

- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasanyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik , jika perlu

12

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

2.2.2 Intra Operasi

2.2.2.1 Pengkajian Fokus Keperawatan Intra Operasi

Pengkajian intraoperatif Debridemen. Diantaranya adalah

validasi identitas dan prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan,

serta konfirmasi kelengkapan data penunjang laboratorium dan radiologi

(Muttaqin, 2009).

2.2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan intraoperatif debridemen yang lazim adalah

sebagai berikut:

1.Risiko perdarahan b.d tindakan pembedah

2.Risiko hipotermi b.d suhu lingkungan rendah (SDKI, 2018)

2.2.2.3 Rencana Intervensi

Menurut SDKI (2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan

berdasarkan diagnosa diatas adalah:

a. Risiko perdarahan b.d tindakan pembedahan

Intervensi:

Observasi:

- Monitor tanda dan gejala perdarahan

- Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan sesudah

kehilangan darah

- Monitor tanda-tanda vital ortostatik

Monitor koagulasi

Teraupetik:

- Pertahankan bedrest selama perdarahan

- Batasi tindakan invasif, jika perlu

- Gunakan kasur pencegah dekubitus

- Hindari pengukuran suhu rektal

Edukasi:

- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan

- Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi

- Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk mencegah konstipasi

- Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan

- Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K

- Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahanan

13

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu

- Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu

- Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu

b. Risiko hipotermi perioperatif b.d suhu lingkungan rendah

Intervensi:

Observasi:

- Monitor suhu tubuh

- Identifikasi penyebab hipotermia, (Misal: terpapar suhu lingkungan

rendah, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme,

kekurangan lemak subkutan)

- Monitor tanda dan gejala hipotermia

Teraupetik:

- Sediakan lingkungan yang hangat (misal: atur suhu ruangan)

- Ganti pakaian atau linen yang basah

- Lakukan penghangatan pasif (misal: selimut, menutup kepala,

pakaian tebal)

- Lakukan penghatan aktif eksternal (Misal: kompres hangat, botol

hangat, selimut hangat, metode kangguru)

- Lakukan penghangatan aktif internal (misal: infus cairan hangat,

oksigen hangat, lavase peritoneal dengan cairan hangat)

Edukasi:

- Anjurkan makan/minum hangat

14

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

2.2.3 Post Operasi

2.2.3.1 Pengkajian Fokus Keperawatan Post Operasi

Pengkajian post operasi dilakukan secara sitematis mulai dari

pengkajian awal saat menerima pasien, pengkajian status respirasi, status

sirkulasi, status neurologis dan respon nyeri, status integritas kulit dan

status genitourinarius.

e. Pengkajian Awal

Pengkajian awal post operasi adalah sebagai berikut

1) Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan

2) Usia dan kondisi umum pasien, kepatenan jalan nafas, tanda-tanda

vital

3) Anastesi dan medikasi lain yang digunakan

4) Segala masalah yang terjadi dalam ruang operasi yang mungkin

memengaruhi peralatan pasca operasi.

5) Patologi yang dihadapi.

6) Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan penggantian

7) Segala selang, drain, kateter, atau alat pendukung lainnya

8) Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anastesi yang

akan diberitahu.

f. Status Respirasi

a) Kontrol pernafasan

1) Obat anastesi tertentu dapat menyebabkan depresi pernapasan

2) Perawat mengkaji frekuensi, irama, kedalaman ventilasi

pernapasan, kesemitrisan gerakan dinding dada, bunyi nafas, dan

warna membran mukosa

b) Kepatenan jalan nafas

1) Jalan nafas oral atau oral airway masih dipasang untuk

mempertahankan kepatenan jalan nafas sampai tercapai

pernafasan yang nyaman dengan kecepatan normal.

15

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

2) Salah satu khawatiran terbesar perawat adalah obstruksi jalan

nafas akibat aspirasi muntah, okumulasi sekresi, mukosa di

faring, atau bengkaknya spasme faring

c) Status Sirkulasi

1) Pasien beresiko mengalami komplikasi kardiovaskuler akibat

kehilangan darah secara aktual atau resiko dari tempat

pembedahan, efek samping anastesi, ketidakseimbangan

elektrolit, dan defresi mekanisme regulasi sirkulasi normal.

2) Pengkajian kecepatan denyut dan irama jantung yang teliti serta

pengkajian tekanan darah menunjukkan status kardiovaskuler

pasien.

3) Perawat membandingkan TTV pra operasi dan post operasi.

d) Status Neurologi

1) Perawat mengkaji tingkat kesadaran pasien dengan cara

memanggil namanya dengan suara sedang

2) Mengkaji respon nyeri

e) Muskuloskletal

Kaji kondisi organ pada area yang rentan mengalami cedera

posisi post operasi

16

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

2.2.3.2 Diagnosis Keperawatan Post Operasi

Diagnosa yang sering muncul pada post operasi adalah:

g. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik

h. Risiko hipotermi perioperatif b.d suhu lingkungan rendah

i. Kerusakan integritas kulit b.d luka post operasi (SDKI, 2018)

2.2.3.3 Rencana keperawatan

Menurut SDKI (2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan

diagnosa diatas adalah:

j. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik

Intervensi:

Observasi:

- Monitor efek samping penggunaan analgetik

- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri.

- Identifikasi skala nyeri

- Identifikasi nyeri non verbal

- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

Teraupetik:

- Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

(misal:TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik, biofeedbak ,terapi

pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres

hangat/dingin)

- Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (misal: suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan.)

- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

17

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

Edukasi:

- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

- Ajarkan eknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik , jika perlu

k. Risiko hipotermi perioperatif b.d suhu lingkungan rendah

Intervensi:

Observasi:

- Monitor suhu tubuh

- Identifikasi penyebab hipotermia, (Misal:terpapar suhu lingkungan

rendah, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme,

kekurangan lemak subkutan)

- Monitor tanda dan gejala akibat hipotermi

Teraupetik:

- Sediakan lingkungan yang hangat (misal:atur suhu ruangan)

- Lakukan penghangatan pasif (Misal:Selimut, menutup kepala, pakaian

tebal)

- Lakukan penghatan aktif eksternal (Misal:kompres hangat, botol

hangat, selimut hangat, metode kangguru)

- Lakukan penghangatan aktif internal (misal:infus cairan hangat,

oksigen hangat, lavase peritoneal dengan cairan hangat)

l. Kerusakan integritas kulit b.d luka post operasi

Intervensi:

-Observasi Catat karakteristik luka post operasi

-Catat karakteristik dari beberapa drainase

-Bersihkan luka post operasi tiap hari

- Gunakan unnit TENS (Transcutaneous Elektric Nerve Stimulation)

untuk peningkatan penyembuhan luka post operasi yang sesuai

18

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

-Pertahankan teknik septik dan antiseptik dalam perawatan luka post

operasi

-Pantau luka setiap mengganti perban

-Bandingkan dan catat secara teratur perubahan – perubahan pada luka

Ajarkan pasien dan keluarga dalam proses perawatan luka

2.3 Tinjauan konsep penyakit.

2.3.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang di tandai

dengan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah dan selalu di sertai

dengan munculnya gejala utama, yakni urine yang berasa manis dalam

jumlah yang besar. Kelainan yang menjadi penyebab mendasar diabetes

melitus adalah difisiensi relatif atau absoult dari hormone insulin (NANDA,

2015).

2.3.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi diabetes berdasarkan etiologi penyakit, terdapat empat kategori

diabetes:

2.3.2.1 Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 di bagi menjadi dua jenis utama; ia atau autoimun

(sekitar 90% pasien penderita diabetes tipe 1 di Eropa dan Amerika Utara

yang merupakan penanda imun, seperti antibody sel pulau pankreas yang

bersirkulasi, menunjukan penghancuran atau destruksi sel β dan 1 b atau

idiopatik tidak ditemukan bukti autoimun (Tandra, 2017)

2.3.2.2 Diabetes tipe 2

Diabetes tipe ini adalah jenis yang paling sering dijumpai. Biasanya

terjadi pada usia di atas 40 tahun, tetapi biasa pula timbul pada usia di atas

20 tahun. Sekitar 90-95% penderita diabetes adalah tipe 2. Pada diabetes

tipe 2 pankreas masih bisa membuat insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak

berfungsi dengan baik sebagai kunci memasukan gula ke dalam sel. Pada

diabetes tipe 2 pasien biasanya tidak di suntikan insulin dalam

pengobatannya, tetapi memerlukan obat untuk memperbaiki fungsi insulin

itu (Tandra, 2017).

19

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

2.3.2.3 Diabetes pada kehamilan

Diabetes yang muncul hanya pada saat hamil disebut diabetes tipe

gestasi atau gestational diabetes. Keadaan ini terjadi karena pembentukan

beberapa hormone pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin.

Diabetes semacam ini biasannya di ketahui setelah kehamilan bulan

keempat ke atas, kebanyakan pada trimester ke tiga (tiga bulan terakhir

kehamilan). Setelah persalinan, pada umumnya gula darah kembali normal

(Tandra, 2017).

2.3.2.4 Diabetes lain

Diabetes yang tidak termasuk dalam kelompok di atas yaitu

diabetes sekunder atau akibat dari penyakit lain, yang mengganggu

produksi insulin atau mempengaruhi kerja insulin (Bilous, 2014)

Penyebab diabetes semacam ini adalah:

a. Radang pancreas (pankreatitis)

b. Gagguan kelenjar adrenal atau hipofisis

c. Penggunaan hormone kortikosteroid

d. Pemakaian beberapa obat antihipertensi atau antikolestrol

e. Malnutrisi

f. Infeksi

2.3.3 Penyebab Diabetes Tipe 2

Penderita diabetes tipe 2 Sekitar 80% terbukti mengalami obesitas

atau kegemukan dan resiko diabetes meningkat secara progresif yang

ditunjukan oleh indeks massa tubuh (IMT) yakni berat badan kg di bagi

dengan tinggi badan dalam millimeter meningkat. Bila IMT lebih dari 35

kg/millimeter, resiko diabetes akan meningkat sepanjang 10 tahun sebesar

80 kali lipat dibandingkan dengan nilai IMT yang kurang dari 22

kg/millimeter. Obesitas ditetapkan secara luas bila IMT >30 kg/millimeter,

walaupun IMT tidak secara akurat mencerminkan massa lemak atau

distribusinya terutama pada populasi Asia. Pemeriksaan yang sederhana

untuk mencerminkan massa lemak bersama distribusinya adalah lingkar

lengan (Tandra, 2017)

20

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

2.3.3.1 Olahraga fisik dan diet

Tingkat aktivitas fisik yang rendah juga mempengaruhi terjadinya

diabetes tipe 2, karena olahraga meningkat sensitivitas terjadi diabetes tipe

2, karena olahraga meningkatkan sensitivitas insulin dan membantu

mencegah obesitas. Diabetes prevention programme diabetes prevention di

AS dan filandia telah membuktikan bahwa perubahan atau modifikasi gaya

hidup dengan olahraga tingkat sedang dan penurunan berat badan yang

sedang dapat secara dramatis mengurangu perburukan kondisi dari IGT

menjadi diabetes tipe 2 dan menguatkan pentingnya faktor gaya hidup

sebagai penyebab diabetes (Bilous, 2014).

2.3.3.2 Hormon dan sitokin

Lemak viresal melepaskan asam lemak non-esterifikasi (non-

estweified fatty acid, NEFA) dalam jumlah yang besar melalui lipolysis

yang meningkatkan glukonogenesis pada hati dan menghambat ambilan

glukosa serta penggunaanya pada otot. NEFA dapat juga menghambat

sekresi insulin dengan meningkatkan akumulasi trigliserida dalam sel β.

Selain itu jarngan adipose menghasilkan sitokin yang semuanya telah

terbukti secara riset eksperimen mengganggu kerja insulin (Bilous, 2014).

2.3.3.3 Inflamasi

Sitokin ikut berperan dalam respon fase akut sehingga tidak

mengejutkan bila penanda (marker) dalam darah seperti protein C-reaktif

dan asam sialik meningkat pada pasien diabetes tipe 2. Inflamasi atau

peradangan dapat menjadi presedur dan penghubung yang lazim antara

diabetes dan penyakit arteri coroner (Bilous, 2014).

2.3.3.4 Genetik

Bukti dari adanya faktor genetik pada kasus diabetes tipe 2

bersumber dari agregasi penyakit pada keluarga yang jelas, namun

segregasi tidak terjadi pada hukum mendel klasik. Sekitar 10% pasien

yang menderita diabetes tipe 2 mempunyai saudara kandung yang sama-

sama terkena penyakit tersebut. Angka pewarisan genetik (concordance

rate) pada kembar identik adalah secara beragam diramalkan mencapai 33-

21

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

90% (17-37%) pada bukan kembar identik. Pembawa alel risiko T telah

terbukti mengalami gangguan sekresi insulin dan peningkatan haluaran

glukosa hepatis. Hampir semua gen yang tidak normal tersebut

mempengaruhi massa atau fungsi sel β dan sebagian tanpak berpotensi

menimbulkan resistensi insulin (Bilous, 2014).

2.3.3.5 Sindrom metabolik

Agregasi obesitas, hiperglikemia, hipertensi, dan hyperlipidemia

pada pasien diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular saat ini

diistilahkan dengan sndrom metabolik. Penerapan prediktif terhadap

sindrom metabolik sebagai suatu konsep menambah sedikit kontiusi

terhadap faktor resiko konstituen (sebagian dari seluruh faktor resiko yang

ada) bila faktor risiko tersebut digunakan secara terpisah (Bilous, 2014).

2.3.3.6 disfungsi sel β

Diabetes tipe 2 terjadi karena kemunduran progresif fungsi sel β

ditambah dengan peningkatan resistensi insulin bila sel β tidak mampu

mengompensasinya. Pada saat didiagnosis, fungsi sel β telah berkurang

sekitar 50% dan terus menurun meskipun dengan terapi (Bilous, 2014).

2.3.4 Patofisiologi Diabetes Melitus

Pancreas memiliki sel-sel beta yang menghasilkan insulin untuk

mengatur metabolisme karbohidrat dan membawa glukosa ke sel tubuh.

Gangguan reproduksi insulin di pancreas akibat kerusakan sel pancreas atau

kemampuan tubuh bereaksi terhadap insulin itu sendiri menjadi faktor

penyabab terjadinya diabetes melitus. Faktor genetik bukan menjadi faktor

utama penyebab diabetes, melainkan faktor kebiasaan hidup dan lingkungan

juga dapat memengaruhi (Wijaya, 2018).

Pada diabetes tipe 2 disebabkan oleh kombinasi resisten insulin perifer

dan keadekuatan sekresi insulin dari sel beta pancreas di sebut sebagai Non

Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau tidak tergantung insulin.

Resisten insulin dapat di pengaruhi oleh adannya asam lemak bebas yang

meningkat dan proinflammatory cytokines dalam plasma darah, sehingga

memicu penurunan transport glukosa ke sel otot, peningkatan produksi

22

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

glukosa dan pemecahan lemak juga meningkat. Beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinnya diabetes tipe 2, antara lain obesitas, riwayat

keluarga, etnik minoritas, social ekonomi rendah dan aktivitas fisik rendah

(Wijaya, 2018).

2.3.5 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

Menurut (Nanda, 2015):

2.3.5.1 Banyak kencing

Ginjal tidak dapat menyerap kembali gula yang berlebihan di dalam

darah sehingga gula akan menarik air ke luar jaringan. Selain kencing

menjadi sering dan banyak mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan.

2.3.5.2 Rasa haus

Untuk mengatasi dehidrasi, rasa haus timbul dan anda akan banyak

minum, dan terus minum.

2.3.5.2 Berat badan turun

Sebagai kompensasi dehidrasi dan harus banyak minum, bisa jadi

anda mulai banyak makan. Memang pada mulanya berat badan makin

meningkat, tetapi lama-kelamaan otot tidak mendapat cukup gula dan

energi untuk tubuh sehingga mau tak mau jaringan otot dan lemak harus

dipecah untuk memenuhi kebutuhan energi. Efeknya berat badan menjadi

turun walaupin makanya banyak.

2.3.5.3 Rasa seperti flu dan lemah

Keluhan diabetes dapat menyerupai sakit flu, rasa capek, lemah,

dan nafsu makan menurun. Pada diabetes, gula tidak lagi menjadi sumber

energi karena glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel untuk menjadi

energi.

2.3.5.4 Mata kabur

Gula darah yang tinggi akan menarik ke luar cairan dari lensa mata

sehingga lensa menjadi tipis. Akibatnya mata penderita diabetes

mengalami kesulitan focus, selanjutnya membuat penglihatan jadi kabur.

23

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

Apabila anda mengontrol glukosa darah dengan baik, penglihatan jadi baik

karena lensa kembali normal.

2.3.5.5 Luka sukar sembuh

Penyebab luka sukar sembuh adalah pertama, akibat infeksi hebat

sehingga kuman dan jamur mudah tumbuh pada kondisi gula darah tinggi,

kedua karena kerusakan dinding pembuluh darah sehingga aliran darah

yang tidak lancer pada kapiler (pembuluh darah kecil) menghambat

penyembuhan luka, dan yang ketiga adalah kerusakan saraf, luka yang

tidak terasa menyebabkan diabetesi tidak menaruh perhatian pada luka dan

membiarkannya semakin busuk.

2.3.5.6 Rasa semutan

Kerusakan saraf yang disebabkan glukosa tinggi akan merusak

dinding pembuluh darah. Yang kemudian mengganggu nutrisis bagi saraf.

Karena yang rusak saraf sensoris maka keluhan yang paling sering muncul

adalah rasa kesemutan atau baal (tidak terasa), terutama pada tangan dan

kaki. Kemudian bisa timbul rasa nyeri pada anggota tubuh,betis, lali,

tangan, dan lengan, bahkan bisa terasa seperti terbakar.

2.3.5.7 Gusi merah dan bengkak

Kemampuan rongga mulut penderita diabetesi menjadi lemah

dalam melawan infeksi sehingga terjadilah gusi bengkak dan merah,

infeksi, serta gigi yang tampak tidak rata dan mudah tanggal.

2.3.5.8 Kulit kering dan gatal

Kulit terasa kering, sering gatal, dan infeksi. Keluhan ini biasanya

menjadi penyebab pasien datang memeriksakan diri ke dokter. Pada

pemeriksaan dokter kulit barulah di temukan adanya diabetes.

2.3.5.9 Mudah kena infeksi

Leukosit (sel darah putih) yang biasanya dipakai untuk melawan

infeksi tidak dapat berfungsi dengan baik pada keadaan gula daraf tinggi.

Diabetes membuat anda mudah terkena infeksi.

24

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

2.3.5.10 Gatal pada kemaluan

Infeksi jamur menyukai suasana gula darah tinggi. Vagina mudah terkena

infeksi jamur sehingga mengeluarkan cairan kental putih kekuningan

serta timbul rasa gatal (Tandra, 2015).

2.3.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut (Nanda, 2015):

2.3.6.1 Pemeriksaan glukosa darah menggunakan sample darah perifer atau vena.

Hasil yang ditemukan sebagai kriteria hiperglikemi atau diabetes mellitus, yaitu;

glukosa darah puasa >120 mg/dl, glukosa darah 2 jam setelah puasa

>200 mg/dl, dan glukosa darah acak >200 mg/dl, dan glukosa darah acak

>200 mg/dl.

2.3.6.2 Urine lengkap dapat juga digunakan untuk memastikan glukosa yang

berlebihan dalam darah menggunakan reaksi fehling atau kertas strip (BM Test,

Glukotest dan diastix).

2.3.6.3 A1C sebagai test diagnostic dan alat screening yang di anjurkan oleh

American (ADA) memiliki keuntungan mudah diaplikasikan dan tidak

membutuhkan puasa (Patel dan Macerollo, 2010). A1C yang lebih dari 6,5%

dalam dua kali pemeriksaan, maka dapat ditegakkan sebagai diabetes mellitus.

2.3.6.4 C peptide dapat digunakan untuk menentukan penyebab diabetes atau

mengklasifikasi diabetes mellitus. Diabetes tipe 1 memiliki C peptide yang rendah

(<1.51 ng/ml), sedangkan diabetes tipe 2 memiliki C peptide normal atau tinggi >

1.51 ng/dl.

2.3.7 Konsep Luka

2.3,7.1 Pengertian Luka

Luka diabetikum adalah jenis luka yang ditemukan pada penderita

diabetes. Luka mula-mula tergolong biasa dan seperti pada umumnya tetapi

luka yang ada pada penderita diabetes melitus jika salah penanganan dan

perawatan akan menjadi terinfeksi, luka kronis dapat menjadi luka ganggren

(Maghfuri, 2016).

25

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

2.3.7.2 Penampilan luka

Berdasarkan penampilan luka menurut (Maghfuri, 2016) :

a) Nekrotik (hitam), eskar yang mengeras dan nekrotik, dapat kering atau

lembap.

b) Sloughy (kuning), jaringan mati yang fibrous.

c) Terinfeksi (kehijauan), adanya tanda-tanda klinis infeksi (nyeri, bengkak,

panas, kemerahan) dan peningkatan eksudat.

d) Epitelisasi (merah jambu), terjadi epitelisasi proses petrumbuhan jaringan

baru

e) Granulasi (merah),tumbuhnya jaringan baru yang kaya akan pembuluh

darah dalam tahap ini luka riskan terkena gesekan, karena akan mudah

pendarahan (Maghfuri, 2016).

2.3.7.3 Pengkajian Luka

Pengkajian Luka Menurut (Hess, 1999) dalam (Wijaya, 2018)

a. Tipe penyembuhan luka

Tipe penyembuhan luka adalah klasifikasi proses kulit dan

jaringan tubuh yang mengalami cidera untuk memperbaiki diri dan

melakukan proses penyembuhan luka (type of wound repair) dapat di

bagi menjadi tiga tipe dimana setiap tipe tergantung pada luka dapat

diuraikan sebagai berikut:

1) Tipe primer

Tipe penyembuhan primer merupakan perbaikan jaringan

tubuh dalam proses penyebuhan luka dibantu dengan suatu alat

atau bahan. tipe ini terjadi pada luka pasca bedah dimana tepi luka

satu dan lainnya, penyembuhannya dibantu dengan jahitan benang

(suture), surgical staples, tape (plaster), lem atau gel (perekat).

2) Tipe sekunder

Tipe penyembuhan sekunder adalah perbaikan jaringan

tubuh dalam proses penyembuhan luka tanpa bantuan alat tetapi

dengan menumbuhkan jaringan baru (granulasi) dari dasar luka

sampai luka menutup. Tipe penyembuhan ini menggunakan

berbagai balutan luka yang dapat menstimulasi pertumbuhan

26

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

jaringan granulasi dari dasar luka sampai epitelisasi menutup

seluruh permukaan luka.

3) Tipe tersier

Tipe penyembuhan tersier tersebut sebegai tipe

penyembuhan primer yang lambat (delayed primary intention)

yaitu perbaikan jaringan tubuh dalam proses penyembuhan luka

dengan menghilangkan infeksi atau benda asing yang terjadi pada

tipe penyembuhan primer. Ketika infeksi atau benda asing dapat di

hilangkan, maka tipe penyembuhannya dapat menggunakan tipe

penyembuhan sekunder atau primer. Pada tipe penyembuhan ini,

perawat dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan tenaga

kesehatan profesional lainnya untuk mengatasi infeksi, sehingga

tujuan penyembuhan luka akan cepat tercapai.

b. Lokasi anatomi luka

Pengkajian lokasi anatomi luka dilakukan untuk memberikan

deskripsi luka secara akurat pada kolega dan menjadi tanda terkait

penyebab dari luka. Lokasi anatomi luka juga memberikan gambaran

bagaimana rencana perawatan yang di butuhkan. Pada klien dengan

diabetes yang memiliki luka pada telapak kaki akibat neuropati akan

membutuhkan control glukosa darah adekuat dan off-loading serta

perawatan kaki secara berkelanjutan.

c. Dimensi luka

Dimensi luka adalah hasil pengukuran luas luka menggunakan

parameter standar melupiti dua dimensi (panjang dan lebar) atau Tiga

dimensi (panjang, lebar dan kedalaman). Pengkajian dimensi luka

dilakukan untuk memberikan gambaran perubahan ukuran luka

sebagai indikasi adanya proses penyembuhan luka lebih baik.

d. Stadium luka

Pengkajian stadium luka adalah pengukuran seberapa luas

lapisan kulit dan jaringan yang rusak. menyatakan bahwa pengukuran

luka dapat di gunakan untuk memilih intervensi yang tepat dalam

27

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

mengembalikan integritas kulit dan memberikan informasi berapa

lama waktu yang dibutukan dalam proses penyembuhan luka. Stadium

luka di bagi menjadi empat berdasarkan kerusakan lapisan kulit. Pada

luka yang di tutupi oleh slough atau nekrotik (jaringan mati) maka

pengkajian stadium luka tidak dapat dilakukan sehingga pada keadaan

tersebut diklasifikasikan sebagai unstadium atau tidak terstadiumkan.

1) Stadium 1: lapisan kulit epidermis utuh hanya kemerahan

2) Stadium 2: lapisan epidermis hilang sampai mengenai sebagian

dermis

3) Stadium 3: kerusakan sampai ke lapisan subkutan

4) Stadium 4: kerusakan sampai terlihat tendon, kapsul sendi, tulang

dan fasia

5) Tidak terstadiumkan, tertutup jaringan nekrotik.

e. Warna dasar luka dan tipe jaringan

Dasar luka memiliki tiga tipe jaringan yang di bedakan

berdasarkan warnanya. Sistem warna yang digunakan untuk

membedakan tipe jaringan luka di kenal dengan system RBY (red

yellow black). System ini digunakan karena lebih mudah dan

konsisten dalam penggunaanya. Sistem warna dasar luka tersebut

yaitu; merah (granulasi), kuning (slough), hitam (nekrotik).pada

umumnya luka terdiri dari kombinasi dari berbagai tipe jaringan dan

harus harus di gambarkan dengan presentase, misalnya 50% granulasi,

50% slough.

f. Eksudat

Eksudat atau cairan luka atau drainage adalah akumulasi caira

yang di keluaran oleh luka yang terdiri dari serum, debris selular,

bakteri dan leukosit. Pengkajian eksudat meliputi; jumlah, warna,

konsistensi dan baunya. Menurut Bates-Jensen (1997) membagi

jumlah eksudat menjadi tidak ada eksudate, lembap, sedikit, sedang

dan banyakJumlah eksudat dan efek pada luka;

1) Tidak ada, jaringan luka kering.

28

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

2) Lembap, jaringan lua lembab.

3) Sedikit, jaringan luka basah, kelembapan merata pada luka, cairan

sekitar 25% dari dressing.

4) Sedang, jaringan luka jenih (saturasi),kelembapan mungkin merata

atau tidak pada luka, cairan sekitar 25%-75% dari dressing.

5) Banyak, jaringan luka sangat basah, cairan sekitar membasahi

seluruh dressing atau merembes.

Eksudat juga termasuk memeriksa warna dan kosistensinya yang

dapat dibagi menjadi empat yaitu;

1) Serous; eksudat bening atau kuning pucat yang berisi plasma cair.

2) Sanguineus; eksudat berisi darah segar dengan konsistensi kental

atau cair

3) Serosanguineus; eksudat berisi plasma dan sel darah merah.

4) Purulen; eksudat mengandung sel darah putih, organisme hidup

atau mati, warna kuning, hijau atau coklat sebagai tanda infeksi

serta konsistensi kental atau cair dan berbau.

g. Odor

Odor atau bau pada luka atau cairan luka (eksudat) dapat

menandakan adanya pertumbuhan mikroorganisme pada luka.

Karakteristik bau pada luka akan bervariasi tergantung pada

kelembapan luka, organisme, jumlah jaringan mati. Menurut Hugton

dan Young (1995), bau dapat dikaji dengan Odour Assessment

Scoring Tool yang di bagi menjadi empat sector yaitu;

1) Kuat; bau ketika memasuki ruangan (6-10 kaki atau 2-3 meter dari

klien) dengan dressing utuh tidak di buka.

2) Moderate; bau ketika memasuki ruangan (6-10 kaki atau 2-3 meter

dari klien) dengan dressing sudah di buka.

3) Ringan; bau ketika berada didekat klien dengan balutan di buka.

4) Tidak ada; tidak ada bau walaupun di samping klien dengan

dressing di buka.

h. Pinggiran luka

29

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

Pinggiran luka harus di kaji sebagai bagian integral dari

evaluasi luka. Pinggiran luka akan memberikan gambaran proses

epiteisasi berkembang, kronisitas dan bahkan etiologi. Baranoski dan

Ayello (2012) menyatakan bahwa proses migrasi luka di mulai dari

pinggir luka menuju ke tengah sampai menutupi seluruh luka.

i. Kulit sekitar luka

Pengkajian kulit sekitar luka harus di lakukan secara rutin

setiap mengganti dressing atau balutan. Parameter dalam pengkajian

kulit sekitar luka sebagai berikut;

1) Warna; eritema, pucat atau kebiruan.

2) Tekstur; lembab, kering, maserasi dan mengeras.

3) Suhu kulit; hangat atau dingin.

4) Integritas kulit; maserasi, ekskoriasi, mengelupas, lesi, edema atau

erosi.

j. Infeksi

Ada tidaknya tanda infeksi local harus didokumentasikan

sebagai bagian dari pengkajian. Infeksi local yang klasik dapat di

tandai dengan peningkatan slough, eksudat berlebih disertai perubahan

warna dan konsistensi, jaringan granulasi pucat, kemerahan dan

hangat sekitar luka, nyeri atau nyeri tekan, bau yang tidak sedap dan

luka semakin meluas (Wijaya, 2018).

k. Nyeri

Nyeri pada luka dapat di identifikasi adanya infeksi atau

kerusakan luka lebih parah akibat pilihan tindakan yang tidak tepat

atau insufisiensi vascular. Pengkajian nyeri perlu dilakukan secara

teratur untuk membantu penyembuhan luka. Nyeri tidak hanya di

ungkapkan tetapi juga dapat di ekspresikan dari raut wajahnya,

sehingga perawat dalam melakukan perawatan luka harus

memperhatikan respon non verbal klien (Wijaya, 2018).

2.3.7.4 Ganggren Luka Diabetik

A. Kaki Diabetikuk Akibat Iskemia (KDI)

30

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

Penyebab penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya

makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai,

terutama daerah betis, gambaran klinis KDI sebagai berikut:

a) Penderita mengeluh nyeri pada waktu istirahat

b) Pada perabaan terasa dingin

c) Pulsasi pembuluh darah kurang kuat

d) Didapatkan ulkus pada ganggren

B. Kaki Diabetik Akibat Neuropati (KDN)

Terjadi kerusakan saraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan

dari sirkulasi. Klinis dijumpai di kaki yang kering, hangat, kesemutan,

mati rasa, edema kaki, dengan pulsasi pembulu darah kaki teraba baik.

Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi diabetes yang berkaitan

dengan morbiditas, yang disebabkan oleh makrovaskuler (kerusakan

pembuluh darah besar) dan mikrovaskuler (kerusakan pembuluh darah

kecil) (Handaya, 2016), luka diabetik adalah jenis luka yang ditemukan

pada penderita diabetes melitus. Luka mula-mula tergolong biasa dan

seperti luka pada umumnya tetapi luka pada penderita DM ini jika salah

penanganan dan perawatan akan menjadi terinfeksi. Luka kronis dapat

menjadi luka gangrene dan berakibat fatal serta berujung amputasi

(Maghfuri, 2016)

2.3.7.5 Dampak masalah luka Diabetes Melitus

Adanya penyakit ganggren pada kaki diabetikum akan

mempengaruhi keluarga dan individu dan keluarga, adapun masalah yang

dapat terjadi, pola dan gaya hidup penderita akan berubah, gordon telah

mengembangkan sebelas pola fungsi kesehatan yang dapat digunakan

untuk mengetahui perubahan tersebut (Maghfuri, 2016) :

1) Pola persepsi dan tatalaksna hidup sehat

Pada pasie ganggren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi

dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang

dampak ganggren kaki diabetik.

31

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya

difesiensi insulin maka kadar gula tidak dapat di pertahankan sehingga

menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, berat badan

menurun, dan mudah lelah.

3) Pola eliminasi

Adanya hiperglikemi menyebabkan diuresis osmotik yang

menyebabkan pasien sering kencing (poliuria) dan pengeluaran

glukosa pada urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada

gangguan.

4) Pola tidur dan istirahat

Adanya poliuria, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah

sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat

penderita, dengan demikian, pola tidur dan waktu tidur penderita

mengalami perubahan.

5) Pola aktivitas dan latihan

Adanya luka ganggren dan kelemahan otot-otot pada tungkai

bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas

sehari hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.

6) Pola hubungan dan peran

Luka ganggren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan

penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.

7) Pola sensori dan kognitif

Pasien dengan ganggren cendrung mengalami neuropati/ mati

rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya luka.

8) Pola persepsi dan konsep diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan

menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri,

luka yang sukar sembuh, lama perawatan, banyak biaya perawatan

dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan.

9) Pola seksual dan reproduksi

32

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ

reproduksi sehingga mengalami gangguan potensi seksual, gangguan

kualitas, maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi

serta orgasme.

10) Pola mekanisme stres dan koping

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,

perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi

psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah

tersinggung, dan lain-lain.

11) Pola tata dan kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi

tubuh serta luka pada kakitidak menghambat penderita dalam

melaksnakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.

2.3.7.6 Patofisiologi Ulkus Diabetes Melitus

Menurut (Bilous, 2014), ulkus pada penderita diabetes disebabkan

terutama oleh neuropati (motorik, sensorik, dan otonom) dan iskemia, serta

diperumit oleh infeksi. Neuropati diabetikum terjadi pada setidaknya

sebagian pasien yang berusia lebih dari 60 tahun, dan meningkatkan resiko

ulkus sebanyak tujuh kali lipat. Neuropati sensorik sering kali menyebabkan

kaki penderita diabetes menjadi semacam “ buta dan tuli”. Neuropti motorik

menyebabkan atrofi otot, deformitas kaki, perubahan biomekanik, dan

redistribusi tekanan pada kaki yang semuanya dapat mengarah pada ulkus.

Neuropati sensorik memengaruhi nyeri dan ketidaknyamanan, yang

menunjang kearah trauma berulang pada kaki. Saraf otonom yang rusak

menyebabkan penurunan pengeluaran keringat sehingga kulit menjadi

kering dan pecah-pecah disertai fisura yang akibatnya dapat menjadi pintu

masuk bakteri yang akhirnya menyebabkan infeksi menyebar. Kerusakan

persarafan simpatis pada kaki menimbulkan taut (shunting) arterivenosa dan

distensi vena. Kondisi tersebut memintas bantalan kapiler pada area yang

terkena dan dapat menghambat suplai nutrisi serta oksigen. Penyakit

33

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

mikrovaskuler dapat juga mengganggu suplai nutrisi oleh darah ke jaringan

kaki (Bilous, 2014).

Pathway

Pathway Diabetes Mellitus

(Sumber: Muttaqin, 2008)

34

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

2.3.7.7 Pengertian Debridemen

Pengertian debridemen adalah menghilangkan jaringan mati juga

membersihkan luka dari kotoran yang berasal dari luar yang termasuk benda

asing bagi tubuh.Caranya yaitu dengan mengompres luka menggunakan

cairan atau beberapa material perwatan luka yang fungsinya utuk menyerap

dan mengangkat bagian-bagian luka yang nekrotik (Wesnawa, 2015).

2.3.7.8 Tujuan Debridemen

Tujuan dilakukannya debridement yaitu untuk mengeluarkan

kontaminan dengan rasa nyeri yang minimal pada pasien serta trauma

jaringan yang minimal pula. Untuk luka yang kotor, mencelupkan bagian

yang cidera ke dalam air yang sama dengan suhu tubuh, dapat meredakan

nyeri dan dapat membantu menghilangka debris (Wesnawa, 2015).

2.3.7.9 Macam macam Debridemen

Terdapat 4 metode debridemen, yaitu autolitik, mekanikal, enzimatik

dan surgikal. Metode debridemen yang dipilih tergantung pada jumlah

jaringan nekrotik, luasnya luka, riwayat medis pasien, lokasi luka dan

penyakit sistemik (Wesnawa, 2015).

A. Debridement Otolitik

Otolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi,

melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik. Debridemen

otolitik bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang dihilangkan. Proses

ini juga tidak nyeri bagi pasien. Debridemen otolitik dapat dilakukan

dengan menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang

mempertahankan cairan luka kontak dengan jaringan nekrotik.

Debridemen otolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid,

hidrogel (Wesnawa, 2015)

B. Debridemen Enzymatik

Debridemen enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk

merangsang debridemen, seperti kolagenase. Seperti otolisis, debridemen

enzimatik dilakukan setelah debridemen surgical atau debridemen

otolitik dan mekanikal. Debridemen enzimatik direkomendasikan untuk

luka kronis (Wesnawa, 2015)

35

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

C. Debridemen Mekanik

Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang

melekat pada luka. Lapisan luar dari luka mengering dan melekat pada

balutan anyaman. Selama proses pengangkatan, jaringan yang melekat

pada anyaman akan diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut non-viable,

sementara beberapa yang lain viable. Debridemen ini nonselektif karena

tidak membedakan antara jaringan sehat dan tidak sehat. Debridemen

mekanikal memerlukan ganti balutan yang sering. Proses ini bermanfaat

sebagai bentuk awal debridemen atau sebagai persiapan untuk

pembedahan. Hidroterapi juga merupakan suatu tipe debridemen mekanik.

Keuntungan dan risikonya masih diperdebatkan (Wesnawa, 2015)

D. Debridemen Surgikal

Debridemen surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan

menggunakan skalpel, gunting atau instrumen tajam lain Debridemen

surgikal merupakan standar perawatan untuk mengangkat jaringan

nekrotik. Keuntungan debridemen surgikal adalah karena bersifat selektif;

hanya bagian avital yang dibuang. Debridemen surgikal dengan cepat

mengangkat jaringan mati dan dapat mengurangi waktu. Debridemen

surgikal dapat dilakukan di tempat tidur pasien atau di dalam ruang operasi

setelah pembedahan (Wesnawa, 2015).

2.4 Jurnal Terkait

Berdasarkan penelitian oleh Rahmatun & Heru (2020) tentang pene

rapan tehnik distraksi nafas ritmik untuk menurun kan nyeri pada pasien

post op debridemen RSUD dr.Dahyatma,MPH Semarang dengan mendapat

responden sebanyak 2 pasien dengan post operasi debridemen.

Data pengambilan ini menggunakan kuisioner dan observasi.Hasil

Penelitian menunjukkan adanya intervensi penerapan terapi distraksi nafas

ritmik yang diberikan pada Nn.S dan Tn.R dapat menurunkan intensitas

36

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Konsep Perioperatif …

nyeri yang dialami oleh kedua responden. Luka post op debridemen yang

dirasakan oleh Nn.S dan Tn.R sebelum diberikan intervensipemberian terapi

distraksi nafas ritmik intensitas nyeri responden dalam rentang 1 – 4 ,setelah

diberikan terapi distraksi nafas ritmik intensitas nyeri pasien tergolong dalam

nyeri ringan yaitu skala 1-3. Berdasarkan penurunan rata-rata intensitas nyeri

tersebut responden dianjurkan melakukan tehnik distraksi ritmik setelah post

operasi debridemen untuk menurunkan atau mengurangi nyeri yang

dirasakan.Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan tehnik distraksi

ritmik berpengaruh dalam menurunkan skala nyeri.

Berdasarkan penelitian Aprianto,dkk (2013)tentang efektivitas tehnik

relaksasi imajinasi terbimbing dan nafas dalam terhadap penurunan kecemasan

pada pasien pre operasi di RSUD RA Kartini jepara. Penelitian ini mengambil

sampel partisipan berjumlah 60 pasien pre operasi di RSUD RA Kartini jepara

yang dilakukan selama 1 hari.Peneliti memberikan terapi imajinasi terbimbing

dan nafas dalam saat pasien sebelum memasuki ruang operasi agar terapi yang

diberikan kepada pasien mencapai hasil optimal. Setelah dilakukan pengelolaan

selama 1 hari terjadi penurunan kecemasan yang dirasakan pasien sebelum dan

sesudah dilakukan tindakan. Yang semula pada pasien merasakan kecemasan

yang dirasakannya berada pada cemas tinggi, turun menjadi cemas ringan, jadi

ada pengaruh terapi imajinasi terbimbing dan nafas dalam terhadap penurunan

kecemasan pada pasien pre operasi.

37