19
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi Balita Setiap anak memerlukan nutrisi yang baik dan seimbang. Artinya, setiap balita memerlukan nutrisi dengan menu seimbang dan porsi yang tepat, tidak berlebihan dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuhnya. Jika pemberian nutrisi pada anak balita kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya maka pertumbuhan dan perkembangan anak balita akan berjalan lambat. Sebaliknya, jika pemberian nutrisi melebihi kapasitas yang dibutuhkan akan menyebabkan kegemukan yang mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak balita terganggu (Asydhad, 2006 dalam Diyah 2015). Menurut Beck dalam Jafar (2010) Status gizi adalah status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat zat gizi dibedakan antara gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih (Almatsier , 2011). Status gizi indikator ukur berdasarkan umur, berat badan, dan tinggi badan. Variabel berat badan dan tinggi badan dapat disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative maupun absolute satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TELAAH PUSTAKA

1. Status Gizi Balita

Setiap anak memerlukan nutrisi yang baik dan seimbang. Artinya, setiap

balita memerlukan nutrisi dengan menu seimbang dan porsi yang tepat, tidak

berlebihan dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuhnya. Jika pemberian nutrisi

pada anak balita kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya maka

pertumbuhan dan perkembangan anak balita akan berjalan lambat. Sebaliknya, jika

pemberian nutrisi melebihi kapasitas yang dibutuhkan akan menyebabkan

kegemukan yang mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak balita

terganggu (Asydhad, 2006 dalam Diyah 2015).

Menurut Beck dalam Jafar (2010) Status gizi adalah status kesehatan yang

dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Status gizi

adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau

perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi adalah

keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat – zat gizi

dibedakan antara gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih (Almatsier , 2011).

Status gizi indikator ukur berdasarkan umur, berat badan, dan tinggi badan.

Variabel berat badan dan tinggi badan dapat disajikan dalam bentuk tiga indikator

antropometri yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur

(TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Malnutrisi adalah keadaan

patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative maupun absolute satu

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

8

dari lebih zat gizi (Supariasa et. al 2012). Dapat disimpulkan bahwa status gizi

adalah keadaan tubuh dari konsumsi makanan yang mengandung zat – zat gizi yang

masuk ke dalam tubuh dan bermanfaat bagi tubuh.

Status gizi dapat dinilai melalui beberapa cara yaitu dengan pengukuran

antropometri yang disebut dengan penilaian status gizi secara langsung.

Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang paling sederhana dan

praktis,karena mudah dilakukan dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang

besar. Secara umum antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri

merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat

umur dan tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap Berat Badan (BB), Tinggi

Badan (TB) dan lingkaran bagian-bagian tubuh serta tebal lemak dibawah kulit

(Supariasa, dkk, 2001).

Sampai saat ini, ada beberapa kegiatan penilaian status gizi yang dilakukan

yaitu kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG), kegiatan bulan penimbangan dan

dalam kegiatan penelitian. Jenis pengukuran yang paling sering dilakukan adalah

antropometri, karena mudah, prosedurnya sederhana dan dapat dilakukan berulang

serta cukup peka untuk mengetahui adanya perubahan pertumbuhan tertentu pada

anak balita. Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan terhadap

Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan lingkaran bagian-bagian tubuh serta

Lemak di Bawah Kulit (Supariasa, 2002).

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan

mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh

manusia antara lain : Umur, berat badan, Tinggi badan dan lain – lain.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

9

1) Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan

umur akan menyebabkan kesalahan interprestasi status gizi. Hasil pengukuran

tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti jika tidak

disertai dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa, 2014). Menurut

Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang digunakan adalah tahun umur

penuh (Completed year) dan untuk anak umur 0 – 2 tahun di gunakan bulan

penuh (Completed month).

2) Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering

digunakan pada bayi baru lahir (Neonatus), Berat badan digunakan untuk

mendiagnosis bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat badan

bayi lahir dibawah 2.500 gram atau dibawah 2,5 kg. Pada masa bayi balita berat

badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik dan status gizi,

kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema, dan adanya

tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis

obat dan makanan.

Alat yang digunakan dalam penimbangan berat badan balita adalah :

1) Dacin

2) Timbangan injak Digital

3) Timbangan Baby Scale

Cara menimbang/mengukur berat badan :

Periksalah dacin dengan seksama, apakah masih dalam kondisi baik atau tidak.

Dacin yang baik adalah jika letak bandul geser berada pada skala 0,0 kg, jarum

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

10

penunjuk berada pada posisi seimbang. Setelah alat timbaang lainnya (celana

atau sarung timbang) dipasang pada dacin lakukan peneraan dengan cara

menambah beban pada ujung tangkai dacin, misalnya plastik berisi pasir.

Dalam buku kader 1995 diberikan petunjuk 9 langkah penimbangan :

1) Gantungkan dacin pada dahan pohon, palang rumah, penyangga kaki tiga.

2) Periksalah bila dacin sudah tergantung kuat, tarik batang dacin kebawah

kuat – kuat.

3) Sebelum dipakai, letakkan bandul geser pada angka 0 (nol), batang dacin

dikaitkan dengan tali pengaman.

4) Pasanglah celana atau sarung timbang yang kosong pada dacin, ingat letak

bandul geser pada angka 0 (nol).

5) Seimbangkan dacin yang sudag dibebani celana atau sarung timbang dengan

cara memasukkan pasir kedalam kantung plastik.

6) Anak ditimbang dan seimbangkan dacin.

7) Tentukan berat badan anak dengan membaca angka diujung bandul geser.

8) Catat hasil penimbangan diatas pada secarik kertas.

9) Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin pada tali

pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat diturukan.

Cara Menimbang bayi

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang bayi adalah :

1) Pakaian harus seminim mungkin, sepatu dan pakaian yang cukup tebal

ditanggalkan.

2) Kantung celana timbang tidak dapat digunakan untuk bayi.

3) Bayi ditidurkan dalam kain sarung.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

11

4) Geserlah anak timbang sampai tercapai keadaan seimbang, kedua ujung

jarum terdapat pada satu titik.

5) Lihatlah angka pada skala batang dacin yang menunjukkan berat badan

bayi. Catat berat badan dengan teliti sampai atau angka desimal.

Cara Menimbang anak

Dengan cara yang sama seperti menimbang bayi, tetapi dapat digunakan

kantung celana timbang, kain sarung atau keranjang. Harus selalu diingat

bahwa sebelum anak ditimbang, jarum menunjukkan skala 0 (nol) stelah

ditambahkan kain sarung atau keranjang.

3) Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu

dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Selain itu tinggi

badan merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan menghubungkan

berat badan dengan tinggi badan, faktor umur dapat di abaikan.

Pengukuran dengan mikrotoa

Pengukuran tinggi badan anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan

alat pengukur mikrotoa yang mempunyi ketelitian 0,1 cm.

Cara mengukur :

1) Tempelkan mikrotoa dengan paku pada dinding yang lurus dan datar

setinggi tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata.

2) Lepaskan sepatu atau sandal.

3) Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam baris berbaris,

kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan kepala bagian belakang harus

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

12

menempel pada dinding dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke

depan.

4) Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus

lurus menempel pada dinding.

5) Baca angka pada skala yang tampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.

Angka tersebut merupakan tinggi anak yang diukur.

Pengukuran dengan pengukur panjang bayi

Untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri, digunakan alat pengukur

panjang bayi.

Cara mengukur :

1) Alat pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar.

2) Bayi ditidurkan lurus didalam alat pengukur, kepala diletakkan hati-hati

sampai menyinggung bagian atas alat pengukur.

3) Bagian alat pengukur sebelah bawah kaki digeser sehingga tepat

menyinggung telapak kaki bayi dan skala pada sisi alat pengukur dapat

dibaca.

Indeks Antropometri :

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar Antropometri Penilaian Status Gizi

Anak, telah ditentukan ambang batas dari berbagai indeks untuk menentukan

status gizi.

Cara pengukuran dengan antropometri menggunakan beberapa indeks seperti :

Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

13

Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Pada saat sekarang untuk

mengukur status gizi anak balita menggunakan WHO Antro 2005.

Berikut Kategori dan Ambang Batas status gizi anak berdasarkan indeks

Indeks Kategori status

Gizi Ambang Batas (Z-Score)

Berat Badan menurut Umur Gizi Buruk < -3 SD

BB/U Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD

Anak umur 0-60 bulan Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi Lebih > 2 SD

Panjang Badan menurut Umur Sangat Pendek < -3 SD

BB/U Pendek -3 SD sampai dengan < -2 SD

Tinggi Badan menurut Umur Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

BB/U Tinggi > 2 SD

Anak umur 0-60 bulan

Berat Badan menurut panjang badan Sangat Kurus < -3 SD

BB/PB Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD

Berat Badan menurut Tinggi badan Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

BB/TB Gemuk > 2 SD

Anak umur 0-60 bulan

1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa

tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan – perubahan yang

mendadak. Misalnya karena terserang penyakit infeksi, penurunan nafsu

makan, atau jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah

parameter Atropometri yang labil, Dalam keadaan normal yaitu ketika

keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan

keseimbangan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti

pertambahan umur. Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi

seseorang saat ini (Supariasa, 2014).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

14

2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan parameter dalam waktu yang relatif lama.

Parameter antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal. Pada

keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring pertambahan umur,

pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan relatif kurang sensitif

terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang singkat pengaruh

devisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak. Berdasarkan

karakteristik tersebut, Indeks antropometri ini menggambarkan status gizi

masa lalu (Supariasa ,2014).

2. Berat Badan Menurut Tinggi Badan ( BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam

keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan

pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB ini

merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini atau

sekarang (Supariasa, 2014).

2. Pola Asuh Ibu

a. Pengertian Pola Asuh

Pola Asuh merupakan sikap dan praktek pengasuhan ibu dalam

kedekatannya dengan anak, merawat, cara memberi makan, serta kasih

sayang. Pengasuhan anak adalah suatu fungsi penting pada berbagai

kelompok sosial dan kelompok budaya. Peranan ibu dalam pola pengasuhan

anak juga meliputi pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti pemberian

makan, mandi, menyediakan dan memakai pakaian buat anak. Termasuk

didalamnya adalah monitoring kesehatan anak, menyediakan obat, dan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

15

membawanya ke petugas kesehatan profesional (O’Connel, 1992 dan Bahar,

2002, dalam Diyah 2011).

Pola berarti susunan, model, bentuk, tata, cara, gaya dalam

melakukan sesuatu. Sedangkan mengasuh berarti membina interaksi dan

komunikasi secara penuh perhatian sehingga anak tumbuh dan berkembang

menjadi pribadi yang dewasa serta mampu menciptakan suatu kondisi yang

harmonis dalam lingkungan keluarga dan masyarakat (Desmita, 2013:8).

Dalam masa pengasuhan, lingkungan pertama yang berhubungan

dengan anak adalah orang tuanya. Anak tumbuh dan berkembang di bawah

asuhan dan perawatan orang tua. Oleh karena itu, orang tua merupakan

dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak, melalui orang tua anak

beradaptasi dengan lingkungannya untuk mengenal dunia sekitarnya serta

pola pergaulan hidup yang berlaku di lingkungannya. Dengan demikian

dasar pengembangan dari seorang individu telah diletakkan oleh orang

tua melalui praktek pengasuhan anak sejak ia masih bayi (Supanto, 1990).

Sesuai dengan yang diajukan oleh Mosley dan Chen (1988) dalam

pengasuhan anak meliputi aktivitas perawatan terkait gizi atau penyiapan

makanan dan menyusui, pencegahan dan pengobatan penyakit, memandikan

anak, membersihkan pakaian anak, membersihkan rumah.

Pola asuh terhadap anak merupakan hal yang sangat penting karena

akan memengaruhi proses tumbuh kembang balita. Pola pengasuhan anak

berkaitan erat dengan keadaan ibu terutama kesehatan, pendidikan,

pengetahuan, sikap dan praktik tentang pengasuhan anak (Suharsih, 2001).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

16

Pengasuhan anak meliputi pula hal-hal seperti cara memandikan,

disiplin buang air, disiplin makan, adat istiadat penyapihan, cara

menggendong bayi dan mengajar sopan santun. Pola pengasuhan merupakan

cara orang tua mendidik dan membesarkan anak dipengaruhi oleh banyak

faktor, diantaranya adalah faktor budaya, agama, kebiasaan, dan

kepercayaan, serta kepribadian orang tua (orang tua sendiri atau orang yang

mengasuh anak). Selain dan faktor tersebut pola pengasuhan sangat

dipengaruhi oleh kepribadian orang tua, terutama pengetahuan, sikap dan

tindakan. Pada umumnya bila orang tua semasa kecil dididik secara keras

dan berdisiplin tinggi, maka ia pun akan mendidik anaknya juga dengan

cara demikian.

Wulan K Nangley dkk (2017), dalam penelitian Hubungan Antara

Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Balita di Desa Tetelu Selatan Kecamatan

Dimembe Kabupaten Minahasa Utara menyimpulkan bahwa teradapat

hubungan antara praktek merawat anak dengan status gizi berdasarkan

indeks antropometri BB/U dan PB/U, terdapat hubungan antara praktek

memberi makan anak dengan status gizi berdasarkan indeks PB/U.

Hasil penelitian Rasmaniar, 2007 mendapatkan bahwa faktor resiko

yang paling dominan terhadap status gizi adalah pola asuh makan (kualitas

pengasuhan), kepada ibu dan calon ibu perlu adanya sosialisasi pengasuhan

yang baik sehingga nantinya akan tumbuh sesuai harapan. Meningkatkan

kuantitas maupun kualitas interaksi ibu dan anak dalam hal pengasuhan agar

tercipta Emotional bonding/attachment yang aman bagi anak.

b. Macam Pola Asuh

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

17

Pola asuh ibu yang diteliti dalam penelitian ini meliputi :

a) Pola Asuh Makan

Pola asuh makan adalah cara makan seseorang atau sekelompok

orang dalam memilih makanan dan memakannya sebagai tanggapan

terhadap pengaruh fisiologi, psikologi budaya dan sosial (Waryana,

2010) . Untuk kebutuhan pangan/gizi, ibu menyiapkan diri sejak prenatal

dalam mengatur dietnya selama kehamilan, masa neonatal berupa

pemberian ASI, menyiapkan makanan tambahan berupa makanan padat

yang lebih bervariasi bahannya atau makanan yang diperkaya dan

dukungan emosional untuk anak.

Dalam Depkes 2014 tentang Pola Gizi Seimbang untuk Anak 6-

24 bulan Pada anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai zat gizi

semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja.

Pada usia ini anak berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan

cepat,mulai terpapar terhadap infeksi dan secara fisik mulai aktif,

sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi dengan

memperhitungkan aktivitas bayi/anak dan keadaan infeksi. Agar

mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan Makanan

Pendamping ASI atau MP-ASI, sementara ASI tetap diberikan sampai

bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan kepada

makanan lain, mula-mula dalam bentuk lumat, makanan lembik dan

selanjutnya beralih ke makanan keluarga.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

18

Saat bayi berusia 1 tahun. ibu sebaiknya memahami bahwa pola

pemberian makanan secara seimbang pada usia dini akan berpengaruh

terhadap selera makan anak selanjutnya, sehingga pengenalan kepada

makanan yang beranekaragam pada periode ini menjadi sangat penting.

Secara bertahap, variasi makanan untuk bayi usia 6-24 bulan semakin

ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayuran dan buah-buahan, lauk pauk

sumber protein hewani dan nabati, serta makanan pokok sebagai sumber

kalori. Demikian pula jumlahnya ditambahkan secara bertahap dalam

jumlah yang tidak berlebihan dan dalam proporsi yang juga seimbang.

Gizi Seimbang untuk Anak usia 2-5 tahun Kebutuhan zat gizi

anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena masih berada pada masa

pertumbuhan cepat dan aktivitasnya tinggi. Demikian juga anak sudah

mempunyai pilihan terhadap makanan yang disukai termasuk makanan

jajanan. Oleh karena itu jumlah dan variasi makanan harus mendapatkan

perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama dalam

“memenangkan” pilihan anak agar memilih makanan yang bergizi

seimbang. Disamping itu anak pada usia ini sering keluar rumah

sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan kecacingan, sehingga

perilaku hidup bersih perlu dibiasakan untuk mencegahnya.

Pada prinsipnya pemberian makanan kepada balita bertujuan

untuk mencukupi zat – zat gizi yang dibutuhkan balita. Menurut

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2018), jumlah zat gizi terutama

energi dan protein yang harus dikonsumsi bayi usia 6 – 11 bulan adalah

725 kalori dan 18 gram protein. Untuk usia 1 – 3 tahun adalah 1125

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

19

Kalori dan 26 gram protein, sedangkan untuk usia 4-5 tahun 1600 kalori

dan 35 gram protein.

Berdasarkan penelitian Setyowati dkk (2017), menyimpulkan

bahwa peran ibu yang paling berpengaruh terhadap status gizi balita

adalah pola asuh makanan.

b) Pola Asuh Kebersihan

Sulistijani (2001), Mengatakan bahwa lingkungan yang sehat

perlu diupayakan dan dibiasakan tetapi tidak dilakukan dalam sekaligus,

harus perlahan-lahan dan terus menerus. Lingkungan sehat terkait

dengan keadaan bersih, rapi dan teratur. Oleh karena itu, anak perlu

dilatih untuk mengembangkan sifat-sifat sehat seperti berikut :

1) Mandi 2 kali sehari

2) Cuci tangan sebelum dan sesudah makan

3) Makan teratur 3 kali sehari

4) Menyikat gigi sebelum tidur

5) Buang air kecil pada tempatnya/WC

Anwar (2000), menyatakan asuh diri meliputi perilaku ibu

memelihara kebersihan rumah, hygiene makanan, dan sanitasi

lingkungan. Pemberian nutrisi tanpa memperhatikan kebersihan akan

meningkatkan risiko balita mengalami infeksi, seperti diare. Hasil

penelitian Widodo (2005), mengungkapkan akibat rendahnya sanitasi

dan hygiene pada pemberian MP – ASI memungkinkan terjadinya

kontaminasi oleh mikroba, sehingga meningkatkan risiko atau infeksi

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

20

lain pada balita. Sumber infeksi lain adalah permainan dan lingkungan

yang kotor.

c) Pola Asuh Kesehatan

Asuh kesehatan berdasarkan aspek pola asuh menurut Engle et.al

(1997), meliputi perawatan anak balita dalam keadaan sakit seperti

pencari pelayanan kesehatan. Status kesehatan merupakan salah satu

aspek pola asuh yang dapat mempengaruhi status gizi balita kearah yang

lebih baik. Balita merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit.

Hal ini berkaitan dengan interaksi terhadap sarana dan prasarana yang

ada di lingkungan rumah tangga dan lingkungan sekelilingnya. Menurut

Budi (2006), menyatakan bahwa jenis sakit yang dialami, frekuensi sakit,

lama sakit yang diderita sangat mempengaruhi kesehatan dan status gizi

balita.

Menurut Budi (2006), perilaku ibu dalam menghadapi anak balita

yang sakit dan pemantauan kesehatan terprogram adalah pola

pengasuhan kesehatan yang sangat mempengaruhi status gizi anak balita.

Anak balita yang mendapatkan imunisasi akan lebih rendah mengalami

risiko penyakit. Anak balita yang dipantau status gizinya di posyandu

melalui kegiatan penimbangan akan lebih dini mendapatkan informasi

akan adanya gangguan status gizi. Sakit yang lama atau berulang akan

mengurangi nafsu makan yang berakibat pada rendahnya asupan gizi.

Sebagian aktif mengikuti pemeliharaan gizi maka orang tua dapat

melihat pertumbuhan anak melalui penimbangan balita, pemberian

vitamin A pada bulan februari dan agustus serta pemberian makanan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

21

tambahan (Shochib, 1998). Perilaku ibu dalam menghadapi anak balita

yang sakit dan pemantauan kesehatan terprogram adalah pola

pengasuhan kesehatan yang sangat mempengaruhi status gizi balita.

3. Karakteristik Balita

a. Pengertian Balita

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik

pertumbuhan cepat pada usia 0 – 1 tahun, dimana umur 5 bulan berat badan

naik 2 kali berat badan lahir dan berat badan naik 3 kali dari berat badan

lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4 kali pada umur 2 tahun.

Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan berat badan

kenaikan berat badan kurang lebih 2 kg pertahun kemudian pertumbuhan

konstan mulai berakhir (Soetjiningsih, 2001).

b. Karakteristik Balita

Septiari (2012), menyatakan karakteristik balita dibagi menjadi dua

yaitu :

1) Anak usia 1 – 3 Tahun

Usia 1 – 3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima

makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan usia balita lebih

besar daripada usia pra sekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang

relatif besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang

mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila dibandingkan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

22

dengan anak yang lebih besar. Oleh sebab itu, pola makan yang diberikan

porsi kecil dengan frekuensi sering.

2) Anak usia prasekolah 3 – 5 tahun

Usia 3 – 5 tahun anak akan menjadi konsumen aktif. Anak sudah

mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak

cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak beraktifitas lebih

banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang disediakan

orang tuanya.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

23

B. KERANGKA TEORI

Kerangka pikir penyebab masalah gizi ibu dan anak balita

(Bapennas; 2011). Sumber UNICEF (1990) , disesuaikan dengan Kondisi Indonesia.

Penyebab

Langsung

Penyebab

Tdk langsung

Akar Masalah

Menurut Unicef (2017), gizi kurang pada anak balita disebabkan oleh

beberapa faktor, seperti faktor penyebab langsung, pokok masalah dan akar

masalah. Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh konsumsi makanan yang

Status Gizi Balita

Konsumsi Makanan Penyakit Infeksi

Ketersedian & Pola Konsumsi

RT

Pola Asuh Pemberian

Asi/MPASI,Pola Asuh Psikososial,Penyediaan MPASI, kebersihan &

Sanitasi

Pelayanan

Kesehatan &

Kesling

Daya beli,Akses pangan, Akses Informasi, Akses Pelayanan

Kemiskinan, Ketahanan Pangan & Gz, Pendidikan, Kesehatan, Kependududkan

Pembangunan Ekonomi, Politik, Sosial

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

24

tidak seimbang. Yang mana zat gizi di dalam makanan yang dikonsumsi tersebut

tidak cukup atau atau tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh yang seharusnya.

Sehingga mempengaruhi daya tahan tubuh menjadi lemah. Dengan keadaan tersebut

akan memudahkan munculnya penyakit infeksi seperti diare, demam dan lain

sebagainya kemudiaan mempengaruhi nafsu makan menjadi turun dan akhirnya

dapat menderita kurang gizi.

Begitu juga pada anak yang mengalami penyakit infeksi, Walaupun

mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam

akhirnya dapat menderita kurang gizi, karena penyakit infeksi memerlukan zat gizi

yang lebih dari kebutuhan tubuh pada kondisi normal.. Dalam kenyataannya

makanan dan penyakit memiliki hubungan timbal balik yang saling terkait menjadi

penyebab munculnya masalah kurang gizi.

Penyebab tidak langsung yaitu bahan makanan yang ada tidak mampu

memenuhi kebutuhan keluarga baik secara jumlah maupun zat gizinya. Kemudian

juga disebabkan oleh pola asuh dari orang tua ke anaknya tidak memadai, Selain

kedua hal tersebut, juga dikarenakan pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan

yang tidak memadai, Pelayanan kesehatan seharusnya tidak hanya memberi promosi

saja namun melaakukan tinjauan langsung ke masyarakat untuk melihat higiene

lingkungan dan langsungmenindak lanjuti jika ada anak yang memiliki ciri – ciri

kurang gizi.

Berbagai faktor yang langsung dan tidak langsung, mempunyai kaitan yang

erat dengan masalah utama. Masalah utama seperti kurangnya pemberdayaan wanita

dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumberdaya masyarakat dapat

mempengaruhi kurangnya pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan dari

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. Status Gizi ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/1437/3/BAB II.pdf · tumor. Selain itu berat badan dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

25

masyarakat dan keluarga. Sehingga masyarakat dan keluarga tidak berdaya dalam

mengatasi permasalahan krisis ketahanan pangan, ketidak tahuan mengasuh anak

yang baik, serta tidak mampu untuk memanfaatkan pelayanan kesehataan yang

tersedia.

Akar masalah dari kurang gizi adalah karena adanya krisi ekonomi, politik

dan sosial, yang mana hal tersebut akan berdampak pada pengambilan kebijakan

oleh pemerintah dan kemampuan masyarakat yang rendah akibat tidak stabilnya

keadaan negara. Misalnya seperti krisis ekonomi yang memunculkan krisis moneter

mengakibatkan daya beli masyarakat rendah karena ketidak mapuan masyarakat

dalam membeli bahan makanan yang dibutuhkan keluarganya.

C. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Pola Pengasuhan Ibu

Pola Asuh Makan

Pola Asuh Kebersihan

Pola Asuh Kesehatan

Status Gizi Balita