Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Penelitian Terdahulu
No.
Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel
Alat
Analisis
Hasil Penelitian
1. Rijuna
Dewi
(2006)
Pengaruh
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(K3), Lingkungan
Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan
Pada Pada PT.
Ecogreen
Oleochemicals
Medan Plant
(X1) Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
(X2) Lingkungan
Kerja
(Y) Kinerja
Karyawan
Regresi
Linier
Berganda
Variabel Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
serta Lingkungan Kerja
berpengaruh positif
terhadap Kinerja
Karyawan dan
keselamatan kerja
berpengaruh dominan
terhadap kinerja
karyawan.
2. Nia
Indriasari
(2008)
Pengaruh
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Terhadap Kinerja
Karyawan Pada
Karyawan Bagian
Produksi PT.
Surabaya Agung
Industri Pulp &
Kertas
(X) Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
(Y) Produktivitas
Kerja karyawan
Regresi
Linier
Berganda
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
berpengaruh positif
terhadap kinerja
karyawan. Variabel
keselamatan kerja
berpengaruh dominan
terhadap produktivitas
kerja.
3. Aditya
Risna
Cahya
(2015)
Pengaruh
Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja
Terhadap Kinerja
Karyawan (Studi
Pada Karyawan
Bagian Pabrikasi
PT. Pabrik Gula
Krebet Baru
Malang)
(X) Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
(Y) Kinerja
Karyawan
Regresi
Linier
Berganda
Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa
variabel bebas
mempunyai pengaruh
yang signifikan
terhadap kinerja
karyawan secara
bersama-sama dan
sendiri dan
Keselamatan kerja
memiliki pengaruh yang
lebih besar
dibandingkan kesehatan
kerja
11
4. Rizkya
Haerani
(2014)
Pengaruh
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Terhdap Kinerja
Karyawan (Studi
Pada Karyawan
Tetap
PT.Perkebunan
Nusantara X
(Persero) Pabrik
Gula Toelangan
Sidoarjo)
(X) Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
(Y) Kinerja
Karyawan
Regresi
Linier
Berganda
Hasil analisis regresi
linier berganda
menunjukkan bahwa
secara simultan dan
parsial variabel
Keselamatan Kerja dan
Kesehatan Kerja
mempunyai pengaruh
yang signifikan
terhadap Kinerja
Karyawan. Hasil uji
parsial variabel
Kesehatan Kerja (X2)
mempunyai koefisien
beta tertinggi
5. Ade Elvita
(2015)
Pengaruh Program
Keselamatan &
Kesehatan Kerja
(K3) dan Disiplin
Kerja Terhadap
Produktivitas
Karyawan Bagian
Pengolahan Kakao
Pada PT. Tri Bakti
Sarimas Kecamatan
Pucuk Rantau
Kabupaten Kuantan
Singingi
(X1) Keselamatan
Kesehatan Kerja
(X2) Disiplin Kerja
(Y) Produktivitas
Karyawan
Regresi
Linier
Berganda
Variabel Keselamatan
& Kesehatan Kerja
secara simultan
mempunyai pengaruh
yang signifikan
terhadap produktivitas
kerja karyawan bagian
pengolahan kakao PT.
Tri Bakti Sarimas.
6. Azaria
Rispandita
(2013)
Pengaruh
Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
Terhadap Kinerja
Karyawan PG.
Kebon Agung
Malang
(X) Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
(Y) Kinerja
Karyawan
Rentang
Skala
Regresi
Linier
Berganda
Perbedaan penelitian terdahulu dengan sekarang dilihat dari objek
penelitian terdahulu pada Pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant, PT.
Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas, PT. Pabrik Gula Krebet Baru Malang),
PT.Perkebunan Nusantara X (Persero) Pabrik Gula Toelangan Sidoarjo) dan PT.
Tri Bakti Sarimas Kecamatan Pucuk Rantau Kabupaten Kuantan Singingi,
12
sedangkan penelitian sekarang dilakukan pada PG. Kebon Agung Malang. Dilihat
dari variabel penelitian, untuk penelitian terdahulu menggunakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja sebagai variabel bebas pertama (X1), Lingkungan Kerja
sebagai variabel bebas kedua (X2), dan kinerja karyawan sebagai variabel terikat
(Y). Sedangkan penelitian sekarang, Kesehatan Kerja sebagai variabel bebas
pertama (X1), Keselamatan Kerja sebagai variabel bebas kedua (X2) dan kinerja
karyawan sebagai variabel terikat (Y). Secara teknis analisis penelitian terdahulu
menggunakan analisi regresi liner berganda, sedangkan penelitian sekarang
menggunakan rentang skala dan analisis regresi linier berganda.
B. Tinjauan Teori dan Studi Pustaka
1. Pengertian Kinerja Karyawan
Menurut Mathis dan Jackson (2001) kinerja merupakan hasil kerja yang
dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi dalam rangka
mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Menurut Rivai (2004)
kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi
kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Kemudian menurut Mangkunegara (2000) kinerja karyawan adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Pendapat dari ahli lain Wibowo (2011) Kinerja merupakan salah satu hal
penting yang dimiliki oleh semua karyawan dalam pencapaian dalam bekerja,
kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan
strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada
13
ekonomi, dengan demikian kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil
yang dicapai dari pekerjaan tersebut karena pekerjaan adalah tentang apa yang
dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Mathis & Jackson (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan individual, yaitu :
1. Kemampuan individual, seperti : bakat, minat, dan faktor kepribadian
2. Tingkat usaha yang dicurahkan, seperti : motivasi, etika kerja, kehadiran,
rancangan tugas.
3. Dukungan organisasi yang diterimanya, seperti : pelatihan dan pengembangan,
peralatan dan teknologi, standar kinerja, manajemen dan rekan kerja.
Berdasarkan pengertian diatas, maka kinerja merupakan kualitas dan
kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu
aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang
diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.
Kinerja (performance) dapat dipengaruhi oleh dua faktor menurut Keith
Davis dalam Mangkunegara (2006), yaitu :
1. Faktor Kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality, artinya pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ diatas
rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil
dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai
14
kinerja maksimal kerja respek dan dinamis, peluang berkarier dan fasilitas
kerja yang relatif memadai.
2. Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja
di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif terhadap situasi
kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka
bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja
yang rendah. Fasilitas atau pelaksanan kesehatan dan keselamatan kerja
menjadi salah satu faktor motivasi yang mempengaruhi pencapaian kinerja.
Menurut Suma’mur (1996:67) bahwa dalam pencapaian kinerja
karyawan diperlukan program keselamatan dan kesehatan kerja, dengan fungsi
: (1) melindungi karyawan terhadap kondisi yang membahayakan keselamatan
dan kesehatan kerja, (2) membantu penyesuaian mental/fisik karyawan
sehingga karyawan sehat dan produktif, (3) membantu tercapainya dan
terpeliharanya derajat kesehatan fisik dan mental serta kinerja karyawan
setinggi-tingginya. Dapat disimpulkan bahwa dengan diperhatikannya
kesehatan karyawan selama bekerja merupakan salah satu faktor penting dan
memiliki pengaruh yang positif yang mendukung agar kinerja karyawan
meningkat.
3. Pengukuran Kinerja
Banyak cara yang dilakukan dalam mengukur kinerja karyawan, sebab
kinerja karyawan yang umum untuk kebanyakan suau pekerjaan. Kinerja dapat
diukur melalui kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari hasil
15
(Mathis & Jackson, 2001). Adapun ukuran-ukuran yang dipakai dalam penilaian
kinerja seseorang adalah :
a. Kualitas pekerjaan, yaitu hasil kegiatan yang dilakukan mendekati
sempurna dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan
kegiatan dalam memenuhi tujuan yang diharapkan dari suatu kegiatan.
b. Kuantitas pekerjaan, yaitu kemampuan menyelesaian pekerjaan yang
ditugaskan termaksud menyelesaikan pekerjaan melebihi yang ditugaskan.
c. Ketepatan waktu, yaitu aktivitas yang diselesaikan pada waktu awal yang
diinginkan dilihat dari sudut koordinasi dari hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4. Pengertian Kesehatan Kerja
Prabu Mangkunegara (2001) mendefinisikan kesehatan kerja adalah
kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan
lingkungan kerja. Menurut Lalu Husni (2005) kesehatan kerja adalah bagian dari
ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan
yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial. Menurut T. Hani Handoko
(2000) Kesehatan kerja yaitu lingkungan yang sehat yang terjadi didalam
perusahaan atau organisasi dengan mewujudkan suatu kondisi kerja yang lebih
aman dan sehat.
Dari teori yang dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan
kerja lebih merujuk pada penghindaran dari timbulnya penyakit yang bisa diderita
oleh karyawan selama melakukan pekerjaan, dengan lingkungan kerja yang sehat
16
secara tidak langsung akan mempertahankan atau bahkan meningkatkan
produktivitas. Penyakit kerja adalah kondisi abnormal atau penyakit yang
disebabkan oleh kerentanan terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan
pekerjaan. Hal ini meliputi penyakit akut dan kronis yang disebakan oleh
pernafasan, penyerapan, pencernaan, atau kontak langsung dengan bahan kimia
beracun atau pengantar yang berbahaya (Dessler, 2007).
5. Pengertian Keselamatan Kerja
Menurut Sumakmur dalam Abdul Khakim (2003) mengatakan bahwa
keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat alat
kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya, serta melakukan cara-cara pekerjaan. Menurut T. Hani Handoko
(2000) Keselamatan kerja yaitu kondisi aman untuk mengurangi kecelakaan-
kecelakaan yang terjadi didalam perusahaan atau organisasi serta menjadi lebih
bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan terutama
yang memiliki tingkat kecelakaan dan resiko yang tinggi.
Megginson dalam Mangkunegara (2004) keselamatan kerja didefinisikan
sebagai berikut “Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat
dari penderitaan kerusakan atau kerugian di tempat kerja”
Dari uraian di atas dapat dapat diketahui bahwa lingkungan kerja tidak
diperoleh begitu saja melainkan harus diciptakan dimana tenaga kerja merasa
aman dan nyaman karena kondisi lingkungan akan berpengaruh pada kualitas
kerja. Perasaan nyaman mulai dari dalam diri tenaga kerja, apakah dia nyaman
dengan peralatan keselamatan kerja, peralatan yang dipergunakan, tata letak ruang
17
kerja dan beban kerja yang didapat selama bekerja. Menurut Roy Erickson (2009)
membagi unsur-unsur penunjang keselamatan kerja sebagai berikut:
a. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang dijelaskan
sebelumnya.
b. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.
d. Teliti dalam bekerja.
6. Tujuan dan Manfaat Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dan manfaat dari
keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
seselektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
18
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Tujuan dan manfaat dari keselamatan dan kesehatan kerja ini tidak dapat
terwujud dan dirasakan manfaatnya, jika hanya bertopang pada peran tenaga kerja
saja tetapi juga perlu peran dari pimpinan.
7. Penyebab Utama Kecelakaan Kerja
Menurut Marwansyah (2010) Kecelakaan kerja (occupatioal accident)
adalah sebuah kejadian atau peristiwa yang berasal dari atau terjadi dalam
rangkaian pekerjaan yang berakibat cidera fatal atau tidak fatal. Joint Industrial
Safety Council-ILO mengatakan bahwa ada tiga faktor utama yang berkontribusi
terhadap kecelakaan kerja, yaitu :
a. Peralatan Teknis
Contoh : peralatan tidak memadai atau salah rancangannya yang dapat
menimbulkan kejadian yang tidak diharapkan yang pada akhirnya
menimbulkan kecelakaan.
b. Kondisi Kerja
Kondisi kerja dapat mempengaruhi pekerja secara tidak langsung dan oleh
karena itu dapat juga menyebabkan terjadinya kecelakaan. Faktor itu antara
lain kesemrawutan tempat kerja, kebisingan, temperatur, ventilasi dan
pencahayaan.
c. Manusia
Kinerja para karyawan dapat meningkatnya risiko terjadinya kecelakaan.
Konsekuensinya, semua pekerjaan harus direncanakan dengan memperhatikan
19
sudut pandang pekerja. Pengusaha atau pemimpin unit kerja adalah
penanggungjawab utama dalam perencanaan dan penataan tempat kerja.
Berkaitan dengan faktor manusia dalam kecelakaan kerja, faktor-faktor penting
yang harus diperhatikan oleh manajemen antara lain :
1. Pengalaman kerja. Tahap-tahap awal dalam pekerjaan baru atau prosedur
baru merupakan saat-saat yang paling kritis. Kondisi yang sama bila seorang
pekerja berganti pekerjaan.
2. Informasi dan instruksi tentang metode kerja dan risiko yang mungkin
terjadi.
3. Usia. Pekerja yang usia tua lebih mudah terluka, misalnya bila terjatuh.
Secara umum penglihatan dan pendengaran akan menurun kemampuannya
seiring dengan bertambahnya usia.
Menurut Simanjuntak (2011) kecelakaan kerja dapat mengakibatkan
korban manusia, kehancuran atau kerusakan alat-alat produksi, kerusakan
bangunan dan aset lainnya. Faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit
kerja, antara lain karena :
1. Pekerja yang bersangkutan tidak terampil atau tidak mengetahui cara
mengoperasikan alat-alat tersebut;
2. Pekerja tidak hati-hati, lalai, dalam kondisi yang terlalu lelah atau dalam
keadaan sakit;
3. Tidak tersedia alat-alat pengaman;
20
4. Alat kerja atau alat produksi yang digunakan dalam keadaan tidak baik atau
tidak layak lagi
8. Hubungan Kesehatan Kerja Dengan Kinerja Karyawan
Menurut Mangkunegara (2010) istilah kesehatan kerja mencakup dua
istilah yaitu resiko kesehatan. Dalam kepegawaian, istilah tersebut dibedakan.
Kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari fisik, mental, emosi
atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Dari penjelasan mengenai
pengertian keselamatan dan kesehatan kerja yang telah disebutkan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
salah satu cara untuk melindungi para karyawan dari bahaya atau ancaman
kecelakaan kerja selama bekerja yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan
kerja yang aman dan sehat yang mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Dari uraian tersebut maka kesehatan karyawan mencakup fisik dan mental,
kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stres maupun kecelakaan.
Program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja secara materil,
karena mereka akan lebih jarang mangkir dan dapat bekerja dalam lingkungan
yang lebih nyaman, sehingga secara keseluruhan mereka akan mampu bekerja
lebih lama, dengan kata lain para pekerja akan dapat bekerja secara lebih
produktif . Menurut Rivai (2005) kesehatan kerja merujuk kepada kondisi-kondisi
fisiologis-fiskal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan
kerja yang disediakan oleh perusahaan dan pada akhirnya dapat mempengaruhi
pencapaian kinerja para karyawan.
21
9. Hubungan Keselamatan Kerja Dengan Kinerja Karyawan
Penyakit akibat kerja apabila tidak ditangani secara sungguh-sungguh dan
terpadu, dapat menjadi bumerang bagi para pekerja dan perusahaan di tempat
mana mereka bekerja. Bagi tenaga kerja, penyakit akibat kerja dapat menurunkan
kinerja sekaligus menurunkan pendapatan yang mereka terima. Sedangkan bagi
perusahaan berakibat menurunnya jumlah produksi serta memberikan citra yang
kurang baik terhadap kualitas dan kapasitas perusahaan. Pekerja bukanlah
sebagai robot, untuk itu pertimbangan ekonomi secara nyata tidak baik, maka
perlu untuk “memanusiakan pekerjaan” atau membuat suasana kerja lebih
manusiawi. Pekerja yang kesejahteraannya buruk tidak hanya menyebabkan rasa
kecil hati tetapi produktivitas mereka akan menurun.
Lebih lanjut mereka tidak menaruh minat, apatis dalam melakukan
pekerjaan dan loyalitas mereka terhadap perusahaan akan berkurang pula.
Menurut Swasto (2011) “keselamatan kerja menyangkut segenap proses
perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya yang timbul
dalam lingkungan pekerjaan yang mempengaruhi pencapaian kinerja para
karyawan”
10. Hubungan Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja Dengan Kinerja
Karyawan
Menurunnya jumlah produksi pada perusahaan serta memberikan citra
yang kurang baik terhadap kualitas dan kapasitas perusahaan. Pekerja bukanlah
sebagai robot, untuk itu pertimbangan ekonomi secara murni mungkin tidak baik
maka perlu untuk “memanusiakan pekerjaan” atau membuat suasana kerja lebih
22
manusiawi. Pekerja yang kesejahteraannya buruk tidak hanya menyebabkan rasa
kecil hati tetapi produktivitas mereka akan menurun. Lebih lanjut mereka tidak
menaruh minat, apatis dalam melakukan pekerjaan dan loyalitas mereka terhadap
perusahaan akan berkurang pula. Kondisi tersebut menjadikan pencegahan
penyakit akibat kerja dilakukan melalui pendekatan pekerja, pengusaha dan
pengaturan oleh pemerintah tentang norma-norma keselamatan dan kesehatan
kerja, seperti norma pengamanan kerja, norma memperlancar pekerjaan bongkar
muat dan penyimpanan barang, norma pencegahan aliran listrik dan sebagainya
sehingga mempengaruhi pencapaian produktivitas kerja para karyawan. (Bartos,
2001:150).
C. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana
landasan teori yang telah dijabarkan berhubungan secara logis dengan berbagai
faktor yabng diidentifikasikan sebagai masalah yang penting (Sekaran, 2006).
Sebuah model yang baik dapat menjelaskan hubungan antar variabel penelitian,
yakni variabel independen dan variabel dependen (Ferdinan, 2006).
23
Gambar 2.1
Hubungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja Dengan Kinerja
Karyawan
Kerangka pikir dimaksudkan untuk mengetahui konsep pemikiran
penelitian dalam melakukan pembahasan. Kesehatan dan keselamatan kerja yang
diambil dari teori Handoko (2001) sangat berpengaruh dalam menentukan kinerja
karyawan PG. Kebon Agung, para karyawan hendaknya mentaati petunjuk
keselamatan kerja serta menjaga kebersihan lingkungan tempat mereka bekerja
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja maka para karyawan dapat
memberikan kontribusinya kepada perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan
dengan maksimal sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas, kuantitas dan
ketepatan waktu (Mathis & Jackson, 2001). Serta teori yang menghubungkan
Keselamatan Kerja (X2)
a. Perlindungan kerja
b. Peralatan keamanan kerja
c. Memperbaiki kualitas kerja
d. Kondisi lingkungan kerja
Sumber:
T. Hani Handoko (2000)
Kesehatan Kerja (X1)
a. Pengawasan intensif
b. Petunjuk dalam bekerja
c. Pengobatan P3K
d. Jaminan kesehatan
Sumber:
T. Hani Handoko (2000)
Kinerja Karyawan (Y)
a. Kualitas kerja
b. Kuantitas kerja
c. Ketepatan waktu
Sumber:
Mathis & Jackson (2001)
24
antara variabel kesehatan dan kinerja karyawan menggunakan teori dari Rivai
(2005) Kesehatan kerja merujuk kepada kondisi-kondisi fisiologis-fiskal dan
psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan
oleh perusahaan dan pada akhirnya dapat mempengaruhi pencapaian kinerja para
karyawan, sedangkan teori yang menghubungkan antara variabel keselamatan
kerja dan kinerja karyawan menggunakan teori Swasto (2011) Keselamatan kerja
menyangkut segenap proses perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan
adanya bahaya yang timbul dalam lingkungan pekerjaan yang mempengaruhi
pencapaian kinerja para karyawan.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari landasan
teori penelitian terdahulu serta merupakan jawaban sementara terhadap masalah
yang sedang diteliti, dimana jawaban itu masih bersifat lemah dan perlu dilakukan
secara empiris kebenarannya. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
H1: Berdasarkan hasil penelitian Aditya Risna Cahya (2015) diduga variabel
keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh positif terhadap Kinerja
Karyawan PG. Kebon Agung”.
H2 : Variabel keselamatan berpengaruh dominan terhadap Kinerja Karyawan
PG. Kebon Agung Malang berdasarkan hasil penelitian Aditya Risna
Cahya (2015).