Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kegiatan Rutinitas Kajian Kitab Kasifatussajah
a. Pengertian Kegiatan Rutinitas Kajian Kitab
Kegiatan rutinitas kajian secara bahasa adalah aktivitas, kegairahan, usaha,
pekerjaan.1 Sedangkan kajian adalah hasil mengkaji.
2 Dalam bahasa inggris
kegiatan dikenal dengan istilah the activities yang berarti aktivitas. Kajian dikenal
dengan istilah study yang berarti belajar.3 Dan dalam bahas arab kegiatan dikenal
dengan istilah انشطت yang berarti aktivitas. Kajian dikenal dengan istilah دراست
yang berarti belajar.4. Jadi dapat disimpulkan secara bahasa kegiatan rutinitas
kajian adalah suatu aktivitas pembelajaran yang dilakukan secara rutin.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kegiatan adalah Aktivitas,
kegairahan, Usaha, Pekerjaan. Kekuatan dan ketangkasan (dalam berusaha).5 kajian
adalah hasil mengkaji. Kajian berasal dari kata “kaji” dengan akhiran “an”, kaji
berarti pelajaran (terutama dalam agama islam). Penyelidikan dan telaah (dengan
pikiran).6 Jadi dapat disimpulkan dalam kamus besar bahasa Indonesia kegiatan
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008),477. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008),618. 3https://www.google.com/search?q=translate&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab
4https://www.google.com/search?q=translate&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab
5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008),477. 6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008),617-618.
rutinitas kajian kitab adalah Aktivitas, kegairahan, Usaha, Pekerjaan. Kekuatan
dan ketangkasan dalam berusaha secara teratur dan berulang-ulang dalam konteks
pembelajaran.
Kegiatan rutinitas kajian kitab adalah suatu aktivitas yang dilakukan
lembaga nonformal kemasyarakatan secra berkala, terencana dan memiliki output
yang menjadi sasaran dalam aktivitas tersebut. Yang dalam esensinya berupa
pengajaran kegamaan khususnya pengajaran syariat Islam yang dalam konteks
fiqih ibadah.
“Ilmu Fiqih adalah ilmu yang bertugas menentuakan dan menguraikan
norma-norma hukum dasar yang terdapat dalam al-Quran dan ketentuan-
ketentuan umum yang terdapat dalam sunnah yang direkam dalam kitab-kitab
hadis.7 Sedangkan syariat adalah landasan fiqih, fiqih adalah pemahaman
tentang syariat.8
Jadi ilmu fiqih merupakan penguraian dalam syariat Islam yang ditukil dari
Al-quran dan Sunnah Nabi (hadis) yang menjadi dasar ajaran Agama. Kegiatan
kajian kitab merupakan suatu Aktivitas yang dilakukan oleh lembaga Non Formal
pondok Pesantren yang secara terperinci mengkaji Ilmu fiqih dengan menggunakan
Kitab yang dikarang oleh Syaikh Nawawi Tanara Banten.
Nama lengkap beliau adalah Abu Abdul Mu‟ti Muhammad bin Umar bin
Arbi bin Ali Al-Tanara Al-Jawi Al-Bantani. Ia lebih dikenal dengan sebutan
Muhammad Nawawi Al-Jawi Al-Bantani. Beliau lahir di kampung Tanara,
kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang Banten pada tahun 1813 M atau 1230
H. Beliau menulis sebanyak 38 Kitab. Kitab Kasifatussajah sebagai kitab
karangan ke 23.
Nama Nawawi bahkan termasuk dalam kategori salah satu ulama besar di
abad ke 14 H/19 M. Karena kemasyhurannya beliau mendapat gelar: Sayyid
Ulama Al-Hijaz, Al-Imam Al-Muhaqqiq wa Al-Fahhamah Al-Mudaqqiq,
7 Muhamad Daud, Hukum Islam, (Jakarta: Pt Grapidno Persada, 2013),48.
8 Muhamad Daud, Hukum Islam, 49.
A‟yan Ulama Al-Qarn Al-Ram Asyar li Al-Hijrah, Imam Ulama‟ Al-
Haramain.
Syekh Nawawi cukup sukses dalam mengajar murid-muridnya, sehingga
anak didiknya banyak yang menjadi ulama kenamaan dan tokoh-tokoh
nasional Islam Indonesia, diantaranya adalah: Syekh Kholil Bangkalan,
Madura, KH. Hasyim Asy‟ari dari Tebu Ireng Jombang (Pendiri Organisasi
NU), KH. Asy‟ari dari Bawean, KH. Tubagus Muhammad Asnawi dari
Caringin Labuan, Pandeglang Banten, KH. Tubagus Bakri dari Sempur-
Purwakarta, KH. Abdul Karim dari Banten.
Pada tanggal 25 Syawal 1314 H. atau 1897 M, Syeikh Nawawi
menghembuskan nafas terakhir di usia 84 tahun.Beliau kemudian dimakamkan
di Ma‟la di Kota Mekkah, dekat makam Siti Khadijah, Ummul Mukminin istri
Rasulullah SAW9
Jadi Syaikh Nawawi adalah Tokoh Agama terkemuaka pada masanya
banyak murid-muridnya-pun yang juga menjadi tokoh agama besar seperti KH.
Hasyim Asy‟ari dari Tebu Ireng Jombang (Pendiri Organisasi NU) dan lain-lain.
Kegiatan Kajian Kitab tidak terlepas dari konsepsi ulama karismatik yang
melenggenda tersebut (Syaikh Nawawi Tanara Banten). Dalam kajian tersebut
peneliti hanya membatasi pembahasan yang terdapat pada kitab Kasifatussajah
pasal shalat fardu berjamaah sebagai salah satu yang mempengaruhi kognitif
Santri.
Metode adalah cara kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat
melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah guna mencapai maksud yang
dilakukan10
Metode yang dilakukan dalam kajian rutinitas Santri adalah Metode
Sorogan, Ceramah, Mutolaah, dan Mudakarah.11
Sorogan yaitu ketika Ustad/Guru
9 https://ponpes-sayidiyyah.blogspot.com/2017/10/biografi-pengarang-kitab-kasyifatu-as.html
10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008),952. 11. Muhamad Subhan, diwawancarai oleh Jaja Abdul Jabar, Hasil Observasi, tanggal 07 Juni 2019, di
Pondok Pesantren Miftahul Huda Petir
membacakan logat santri mendengarkan kemudian mengulangi (membacakan
ulang logat dari ustad). Ceramah yaitu interpretasi dari logat kitab. Mutolaah yaitu
melihat dan mengingat-ngingat kembali. Mudakarah yaitu membaca dan
menjelaskan hasil kajiannya.
Kegiatan kajian kitab disampaikan oleh para kiyai maupun ustad dengan
mengunakan acuan atau pegangan kitab yang dilaksanakan di dalam majlis
ta‟lim (Tempat Pengajian).12
Menurut sifatnya pengajian adalah suatu lembaga
pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum sendiri,
diselenggarakan secara berkala dan teratur dan diikuti oleh jama‟ah bertujuan
untuk membina dan membangun hubungan yang santun antar manusia dengan
Allah, manusia dengan mansuia, manusia dengan lingkungannya dalam
membina masyarakat. Pengajian merupakan intitusi pendidikan nonformal
keagamaan, dimana prinsif kegiatannya adalah kemandirian dan swadaya
masyarakat dari masing-masing anggotanya.13
Jadi dapat disimpulkan dari penjelasan di atas, kegiatan rutinitan kajian
kitab adalah aktivitas yang dilakukan oleh sekelomok orang (lembaga nonformal
pondok Pesantren) untuk mencapai tujuan keagaman berupa pengajaran fiqih
Ibadah dalam konteks shalat Fardu berjamaah menurut konsepsi ulama Salaf yang
tertuang dalam kitab Kasifatussajah sebagai karangannya.
b. Hakikat Kitab Kasifatussajah
Kitab kasifatussajah adalah kitab kelasik karangan syaikh Nawawi tanara
Banten yang membahas tentang fiqih Ibadah. Kitab Kasifatussajah adalah kitab
karangan syaikh Nawawi nomor 23 dari 38 kitab lainnya.
Kitab adalah literatur kelasik Islam atau yang deikenal dengan kitab
kuning. Kitab kuning merupakan Kitab-Kitab warisan intelektual Muslim dan
Ulama zaman klasik. Meskipun demikian, adalah hasil telaah mendalam atas
12 Muhamad Nurbayanullah. Pengaruh Pengajaian Anak-Anak Terhadap Prestasi Belajar Di Sdn
Taman Baru Serang, skripsi (kearsiapan fakulas tarbiah dan keguruan IAIN banten tahun 2009,),9
13 Siti Nurasiah, Pengaruh Pengajaian Bapak-Bapak Terhadap Kesadaran Beribadah Shalat
Berjamaah Tahun 2015, skripsi,(banten: IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2016),7.
berbagai persoalan Agama, Politik, Ekonomi, Seni, Sosial Budaya pada
zamannya. 14
Kitab kuning (kitab klasik) mengandung pengertian budaya, yaitu
penggunaannya terhadap kitab-kitab warisan para ulama terdahulu sebagai
ajaran suci dan sudah bulat (final). Sakralisasi terhadap kitab kuning ini pada
akhirnya meningkat menjadi semacam pembekuan sebagai referensi setandar
yang otoritatif atau yang dikenal dengan al-qutub al-mutabarah setelah melalu
seleksi „alamiah”.15
Kitab merupakan warisan intelektual Muslim pada zaman dulu dengan
demikian kitab merupakan barang antik yang perlu dilestarikan, dijaga dan dirawat.
Pondok Pesantren tradisonal biasanya lebih mengutamakan pengajaran Kitab-kitab
klasik tersebut, sedangkan Pondok Pesantren yang lebih moderen seringkali
menjadikannya sebatas komplemen.
Menurut Aiman Haedari berdasarkan catatan sejarah, pesantren telah
mengajarkan kitab-kitab kelasik, khususnya karangan-karangan madzhab
Syafi‟iyah. Pengajaran kitab kitab kuning berbahasa arab dan tanpa harkat atau
sering disebut kitab gundul. Merupakan satu-satunya metode yang secara
formal diajarkan dalam komunitas pesantren di indonesia.16
Perlu diketahui
bahwa dalam kajian kitab klasik tidak sekadar membaca teks secara hitam
putih, tetapi juga memberikan pandangan-pandangan atau penjelasan-
penjelasan (interpretasi) pribadi baik mengenai isi maupun bahasa dari teks.
Agar bisa menerjemahkan dan memberikan pandangan tenteng isi dan makna
dari teks kitab tersebut, seorang kiyai ataupun santri harus menguasi tatabahasa
arab (balaghah), literatur dan cabang-cabang pengetahuan agama Islam yang
lain.17
Kitab klasik yang tanpa harkat merupakan ciri khas buku zaman dulu (kitab
klasik), dalam penjelasannya harus menguasi tata bahasa arab (balaghah). Ketika
seorang guru/Ustad dalam kajiannya tidak menguasi tata bahasa arab sangat rentan
akan kekliruan dalam menjelaskan teks kitab yang gundul tersebut (kitab klasik).
14 Amin Haedari, Transpormasi Pesantren, (Jakarta: Lekdis Dan Media Nusantara, 2006), 86-89 15 Mundzier suparta, kritik nalar fiqih pesantren, (jakarta: prenada media grup, 2008), 150. 16 Amin Haedari, Masa Depan Pesantren, (Jakarta: IRD ress, 2006) ,37-40
17Amin Haedari, Masa Depan Pesantren,37-40
Keseluruhan kitab kelasik yang diajarkan dipesantren dapat digolongkan
ke dalam delapan kelompok yaitu, 1.nahwu (sintaksis) dan saraf (morfologi),
2. Fiqih, 3. Ushul fiqih, 4. Hadis, 5. Tafsir, 6. Tauhid, 7. Tasawuf dan etika, 8.
Cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah.18
.
Kitab Kasifatussajah salah satunya yang dipelajari oleh Santri dan diajarkan
oleh Kiyai yang isinya Fiqih Ibadah diantaraanya tentang kaefiah Shalat. Kitab
Kasifatussajah adalah kitab kelasik karangan Syaikh Nawawi Tanara Banten
madhab Imam Syafi,I. Kitab Kasifatussajah adalah sarah Kitab Safinatunnaja yang
di dalamnya terdapat pembahasan tetang Fiqih Ibadah diantaranya:
A‟darus Shalat, Syarat Shalat, Rukun Shalat, Tingkatan Niat Dalam
Shalat, Syarat Takbirotul Ikhram, Syarat Fatihah, Tasdid Fatihah, Sunnah
Mengangkat Dua Tangan, Syarat Sujud, Angota Sujud, Tasdid Tahiyat, Tasdid
Sholwat Dalam Shalat, Tasdid Bacaan Salam, Waktu Wajib Shalat, Waktu
Haram Shalat, Tempat Diamnya Dalam Shalat, Rukun Yang Mewajibkan
Tumaninah Dalam Shalat, Sebeb Sujud Sahwi, Ab‟ad Shalat, Pembatalan
Shalat, Wajib Niat Jadi Imam, Syarat Ma‟mum, Suwaroh Ma‟mum, Syart
Jama,Takdim Dan Takhir, Syarat Qasor, Syarat Jumat, Rukun Hutbah Dua
Dalam Shalat Jumat, Syarat Hutbah Dua Dalam Shalat Jumat.19
.
Jadi dapat disimpulkan dari penjelasan di atas, kitab kasifatussajah adalah
kitab kelasik yang membahas secara terperinci dari fasal-fasalnya mengenai fiqih
ibadah yang dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada fasal-fasal tentang
shalat fardu berjamaah. Karna dalam peneliti fokus terhadap kajian kitab mengenai
shalat fardu berjamaah.
2. Pengamalan Shalat Berjamaah
Pengamalan shalat berjamaah adalah orang yang melaksanakan shalat
secara berjamaah, baik rutin maupun tidak. Shalat merupakan kewajiban.
18Amin Haedari, Masa Depan Pesantren,37-40 19 Syeh Nawawi, Kitab kasifatussaja, (Al-Bantani:
Berjamaah adalah keutamaan. Untuk lebih jelasnya peneliti menguraikan sebagai
berikut:
a. Hakikat Shalat Berjamaah
Menurut Abdul Aziz dalam bukunya Fiqih Ibadah Shalat menurut arti
bahasa adalah doa, sedangakan menurut terminologi syara‟ adalah sekumpulan
ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. 20
Ia
disebut shalat karena ia menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya, dan
shalat merupakan manifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah Swt.
21 Dari sini maka, shalat dapat menjadi media pertolongan dalam menyingkirkan
segala bentuk kesulitan yang ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya.
Sedangkan menurut Ash-Shiddieqy dalam bukunya sentot haryanto
mengemukakan pengertian shalat dalam bahasa arab berarti doa memohon
kebajikan dan pujian sedangkan secara hakikat mengandung pengertian
“berhadap hati (jiwa) kepada Allah dan mendatangkan takut kepadanya, serta
menumbuhkan di dalam jiwa rasa keagungan, kebesarannya dan kesempurnaan
kekuasaanya”.22
Jadi shalat adalah segala sesuatu perbuatan, ucapan yang diawalali dengan
takbiratulikhram dan dikahiri oleh salam. Sedangkan secara hakikat mengandung
pengertian berhadap hati (jiwa) kepada Allah dan mendatangkan takut kepadanya,
serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa keagungan, kebesarannya dan
kesempurnaan kekuasaanya.
20 Abdul Aziz Muhamad Azzam, Fiqih Ibadah, (Jakarta: PT Kalola Printing, 2015) 21 Abdul Aziz Muhamad Azzam, Fiqih Ibadah,
22 Sentot Haryanto, Psikologi Shalat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007),59.
Shalat adalah media kominkasi vertikal seorang hamba kepada tuhannya.
Yang mana dalam pelaksananya merupakan kewajiban bagi hambanya yang sudah
balig dan berakal. Sekaligus sebagai pembuktian atas keimanan yang tertanam
dalam dirinya. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-quran surat. An-Nisaa :
103.
لاة فاذكروا الله قياما وق عودا وعلى جنوبكم فإذا اطمأن نتم فإذا قضيتم الصلاة إن الصلاة كانت على المؤمنين كتابا موقوتا فأقيموا الص
Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu), ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian
apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana
biasa). Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman”. (QS. An-Nissa: 103).23
Disamping diwajibkannya melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam
27 rokaat bagi orang mukalaf (balig dan berakal sehat), Ibadah Shalat juga
merupakan ibadah yang sudah ditentuka waktunya. Dan dalam kedudukannya
shalat memiliki kedudukan yang Fundamental dibandingkan dengan Ibadah
lainnya.
Shalat memiliki kedudukan yang sangat agung dalam islam, diantaranya
yang menunjukan peran penting dan kedudukan tingginya adalah: shalat
merupakan tiang agama. agama tidak akan tegak tanpanya. Dalam hadis
Mu‟adz RA. Nabi Muhamad Saw, bersabda: yang artinya “kepala segala
urusan adalah islam, dan tiangnya adalah shalat, sementara puncaknya
adalah jihad”. (Turmudzi, Ibnu Majah, dan Ahmad). Jika tiang itu roboh, akan
hancur pula bangunan di atasnya. 24
23 Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Bandung:CV Penerbit
Diponogoro, 2006),
24 Sa‟id bin Ali bin Wahaf al-Qahthani, Panduan Shalat Lengkap,hal,22-24.
Shalat adalah kewajiaban yang bersifat individual (fardu’ain) yang
penyelenggaraannya disunahkan berjamaah (khususnya untuk shalat wajib) seperti
tercermin dalam hadis hadis nabi muhamad SAW.25
ر رض ر اب اعت افضم ع رسم الله صهى الله عه سهى قال : صلة انج الله ع ا
جزئ )اخرج انبخري عشر ست حذ بخ صلة احذكى ي
Artinya: diriwayatkan dari abu huraerah r.a. bahwasannya Rasulullah Saw.
Telah bersabda: shalat jamaah itu lebih utama 25 kali lipat dari pada sholat
seorang diri. HR bukhori nomor hadis 64826
Nabi mengatakan bahwa shalat berjamaah jauh lebih utama ketimbang
shalat munfarid (sendiri) dengan rasio perbandingan 25:1 tentu saja hitungan ini
tidak hanya mengacu kepada angka yang dinisbahkan kepada pahala, namun
karena memmang dibalik berjamaah tersimpan hikmah sosial yang tidak ditemukan
ketika shalat sendirian
Menurut Asep Berjamaah merupakan miniatur kehidupan sosial. Disana
terdapat pemimpin (imam) dan yang dipimpin (makmum) dalam sebuah ruang
suci (masjid) dengan sistem (shaf) yang ditekankan tertib, lurus, rapat dan
tidak menyisakan ruang kosong.27
Dalam berbagai ayat allah menyerukan kepada kita untuk memperkokoh
jalianan tali silaturahmi, menanamkan kepekaan sosial. Termasuk shalat berjamaah
untuk menggapai solidaritas dan jalinan sosial itu, untuk menopang ukhuwah dan
ummah wahiddah. Allah berfirman dalam (QS- al-Hujurat/49:13)
25 Asep Muhyiddin, dan Asaep Salahudin, Shalat Bukan Sekedar Ritual, (Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya, 2006),274. 26 Imam al munziri, ringkasan hadis shahih muslim, (jakarta: pustaka amani,2003),189.
27 Asep Muhyiddin, dan Asaep Salahudin, Shalat Bukan Sekedar Ritual,279.
يا أي ها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأن ثىجعلناكم شعوبا وق بائل لت عارفوا إن أكرمكم عند الله أت قاكم إن الله عليم خبي
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal” (QS- al-Hujurat/49:13).28
Dengan berjamaah umat akan saling mengenal (ta‟aruf). Ta‟aruf dalam
ajaran Islam merupakan jendela yang dapat mengakses persaudaraan dengan
sesama bahkan dengan seluruh manusia. Modal dasar dalam memandang pakta
prural. Dengan mengnali orang lain, diharapkan kita bisa mengenali dan mampu
menjadi diri sendiri.
Atau meminjam tafsir Gabriel marcel. “agar kita mengenali otentisitas dan
keunikan kita, perlulah kita keluar dari diri”. Dan ini hanya mungkin kalau kita
tidak menutup diri dan berdiam di menara gading, melaikan berani mengenal
dan dikenal orang lain “dengan mengenal sesama, akaupun semakin terbantu
untuk mengenal diri sendiri” tulis filsuf yang dijuluki neosocratisme itu29
Shalat Berjamaah adalah shalat yang dilakukan secara bersama, sekecil-
kecilnya terdiri atas dua orang makmum dan imam. Menurut syaikh Nawawi dalam
kitabnya beberapa syarat Makmum.
شرط انقذة احذ عشر ا لا عهى بطل صلة اياي بحذ ث ا غر ا لا عتقذ جب
عهى اتقالاث قضا ئا عه ا لا ك يأ ييا لا ايا ا لا تقذو عه ف ان قف ا
اياي ا جتعا ف يسجذ ا ف ثل ثاعت رراع تقربا ا ي انقذة ا انجاعت ا ت
افق ظى صل تا ا لا خانف ف ست فا حشت انخانف ا تا بع30
28 Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Bandung:CV Penerbit
Diponogoro, 2006), 29 Asep Muhyiddin, dan Asaep Salahudin, Shalat Bukan Sekedar Ritual, 276
30Syeh Nawawi, Kitab kasifatussaja, (Al-Bantani,tt), 84-88.
Menurut syaikh Nawawi Terdapat sebelas (11) syarat makmum dalam
pelaksanaannya; 1) tidak mengetahui batalnya shalat imam ketika berjamaah,
2) tidak diperbolehkanya kodo shalat ketika berjmaah, 3) imam tidak dalam
kondisi menjadi makmum, 4) Imamnya harus pintar, 5) tidak diperkenankan
menjadi mamkum kepada imam ketika waktu maukif, 6) harus mengetahui
makmum kepada perpindahannya imam, 7) harus dalam kondisi berkumpul di
dalam satu tempat, 8) berniat menjadi makmum, 9) harus runtut, 10) tidak
melakukan hal di luar shalat, 11) harus mengikuti makmum kepada imam. 31
Jalaludin rumi ketika mengilustrasikan kisah mengenani daquqi dengan
shalat berjamaahnya dalam bukunya Asep Muhyidin, (2006) yaitu:
“Daquqi maju untuk memimpin shalat: jamaahnya bagaikan jubah satin
dan ditepinya bersulam indah
Raja-raja (ruhani) itu mengikuti imamnya(berdiri) dalam shaf, Di
belakang teladannya terkemuka.
Ketika mengucapkan takbir, merekapun lepas dari dunia ini, bagaikan
korban.
O imam, makna (sesungguhnya) takbir adalah ini: “kami telah menjelama
korban di hadapan-mu ya Allah” Pada saat penyembelihan ku ucapakan Allahu
akbar: Begitu pula ketika penyembelihan jiwa badani yang mesti dihabisi
Ketika mendirikan shalat (mereka) berjajar dihadapan tuhan bagaikan di
hari kebangkitan, sepenuhnya mawas diri dan dalam bakti
Berdiri di hadapan tuhan dan berurai air mata, bagaikan seorang yang
bangun tegak di (hari) kebangkitan dari kematian”.32
Jadi dapat disimpulkan dari penjelasan di atas, shalat adalah segala sesuatu
ucapan, perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan shalam.
Berjamaah merupakan keutamaan yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Pengamalan shalat berjamaah adalah melaksanakan shalat fardu dengan cara
berjamaah.
b. Hukum shalat berjamaah
31Syeh Nawawi, Kitab kasifatussaja, 84-88. 32 Asep Muhyiddin, dan Asaep Salahudin, Shalat Bukan Sekedar Ritual,277.
Para ulama sepakat bahwa hukum shalat berjama‟ah adalah sunnah
mu‟akkad. Rasulullah Saw sangat menekankan kepada kaum muslimin untuk
melaksanakannnya sehingga para sahabat tidak pernah meninggalkannya, kecuali
ada uzur yang darurat. Shalat berjama‟ah merupakan syiar agama kaum muslimin
sedangkan meninggalkannya adalah meninggalkan keutamaan.
Shalat adalah kewajiaban yang bersifat individual (faedu ain) yang
penyelenggaraannya disunahkan berjamaah (khususnya untuk shalat wajib)
seperti tercermin dalam hadis yang artinya “shalat berjamaah lebih utama
dengan nilai dua puluh derajat ketimbang shalat sendiri”.33
Allah Swt. Menyuruh umat islam mengerjakan shalat dengan orang-orang
yang mengerjakan shalat. 34
(QS. Al-Baqarah:43)
وأقيموا الصلاة وآتوا الزكاة واركعوا مع الراكعين Artinya: “Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta
orang-orang yang rukuk” (QS. Al-Baqarah:43).35
Allah telah memeritahkan kaum muslimin pada saat dicekam rasa takut
untuk tetap shalat berjamaah, 36
(QS. An-Nisaa:102)
هم معك وليأخذوا أسلحت هم وإذا كنت فيهم فأقمت لم لاة ف لت قم طائفة من الصفإذا سجدوا ف ليكونوا من ورائكم ولتأت طائفة أخرى ل يصلوا ف ليصلوا معك
ا لو ت غفلون عن أسلحتكم وأمتعتكم وليأخذوا حذرهم وأسلحت هم ود الذين كفرو لة واحدة ولا جناح عليكم إن كان بكم أذى من مطر أو ف يميلون عليكم مي
33 Asep Muhyiddin, Dan Asaep Salahudin, Shalat Bukan Sekedar Ritual,274. 34 Sa‟id bin Ali bin Wahaf al-Qahthani, panduan Shalat Lengkap, 354-363.
35 Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Bandung:CV Penerbit Diponogoro, 2006),
36 Sa‟id bin Ali bin Wahaf al-Qahthani, panduan Shalat Lengkap, 354-363.
كافرين عذابا كنتم مرضى أن تضعوا أسلحتكم وخذوا حذركم إن الله أعد لل مهينا
Artinya: “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu
kamu hendak mendirikan salat bersama-sama mereka, maka hendaklah
segolongan dari mereka berdiri (salat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian
apabila mereka (yang salat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), maka
hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah
datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah
mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata.
Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu,
lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan
senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena
kamu memang sakit; dan siap-siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan
azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu” (QS. An-Nisaa:102).37
Nabi Muahamad menjelaskan bahwa pentingnya shalat berjamaah dengan
memberikan penjelasan shalat berjamaah itu lebih utama diabandingkan shalat sendiri.
Sesuai hadis Nabi yang diriwayatkan oleh bukhari muslim.
الله ر رض ر اب اعت افضم ع رسم الله صهى الله عه سهى قال : صلة انج ع ا
جزئ )اخرج انبخري عشر ست حذ بخ صلة احذكى ي
Artinya: diriwayatkan dari abu huraerah r.a. bahwasannya Rasulullah Saw.
Telah bersabda: shalat jamaah itu lebih utama 25 kali lipat dari pada sholat
seorang diri. HR bukhori nomor hadis 64838
Shalat berjamaah tidak boleh ditinggalkan menurut rosul dalam bukunya
Asep Muhyidin kecuali dengan beberapa alasan yaitu; pertma, hujan lebat sehingga
menyusahkan dalam perjalanan menuju masjid. Kedua, karena adanya bencana
alam. Ketiga, apabila sakit. Keempat, karena sangat lapar dan atau kebelet ingin
37 Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, (Bandung:CV Penerbit
Diponogoro, 2006),
38 Imam al munziri, ringkasan hadis shahih muslim, (jakarta: pustaka amani,2003),189.
buang air besar. Kelima, karena baru memakan makanan yan berbau busuk. 39
Dengan demikan tidak ada lagi alasan yang valid. Untuk meninggalkan shalat
berjamaah di masjid.
c. Keutamaan Shalat berjamaah
Shalat Fardu Berjamaah adalah salah satu yang diperintahkan Allah dan
Rasulnya, orang Mukalaf (baliq dan berakal) diwajibkan atasnya untuk shalat
Fardu dan Sunnah muakad bagi orang yang melaksanakan Berjamaah. ada
beberapa syarat bagi orang yang melaksanakan shalat berjamaah. dan ada beberapa
keutamaan bagi orang yang melaksanakan Shalat Fardu berjamaah di Masjid.
Beberapa keutamaan shalat berjamaah menurut Sa‟id bin Ali bin Wahaf al-
Qahthani dalam bukunya panduan shalat lengkap. Yaitu sebagai berikut:
1. Shalat jamaah dua puluh tujuh kali lipat dari pada shalat sendirian.
2. Dengan shalat jamaah, Allah akan melindungi pelakunya dari setan.
3. Keutamaan shalat jamaah akan bertambah banyak dengan bertambahnya
jumlah orang yang menunaikannya.
4. Kebebasan dari neraka dan kemunafikan bagi orang yang mengerjakan
shalat karena Allah selama empat puluh hari dengan berjamaah.
5. Barangsiapa mengerjakan shalat subuh dengan berjamaah, dia berada
dalam jaminan dan prlindungan Allah sampai dia memasuki waktu sore.
6. Barangsiapa mengerjakan shalat subuh berjamaah kemudian duduk
sembari berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, maka baginya
pahala haji dan umrah.
7. Besarnya pahala shalat Isya dan subuh berjamaah.40
Alllah telah menjajikan pahala yang besar bagi orang-orang yang
menunaikan shalat berjama‟ah, besarnya pahala tersebut sangat Rosul
menganjurkan umatnya untuk selalu shalat berjamah terutama pada saat
39 Asep Muhyiddin, dan Asaep Salahudin, Shalat Bukan Sekedar Ritual,279. 40 Sa‟id bin Ali bin Wahaf al-Qahthani, panduan Shalat Lengkap, 370-384.
melaksanakan shalat lima waktu. Banyak keutamaan-keutamaan pada saat shalat
berjama‟ah, antara lain shalat berjamaah lebih utama karena mendapatkan 27 drajat
dibanding dengan shalat sendiri, Allah akan melindungi pelakunya dari setan,
Keutamaan shalat jamaah akan bertambah banyak dengan bertambahnya jumlah
orang yang menunaikannya, Kebebasan dari neraka dan kemunafikan bagi orang
yang mengerjakan shalat karena Allah selama empat puluh hari dengan berjamaah,
Barangsiapa mengerjakan shalat subuh dengan berjamaah, dia berada dalam
jaminan dan prlindungan Allah sampai dia memasuki waktu sore, Barangsiapa
mengerjakan shalat subuh berjamaah kemudian duduk sembari berzikir kepada
Allah sampai matahari terbit, maka baginya pahala haji dan umrah dll.
Saat serang hamba telah cukup sayarat untuk mendirikan shalat, sejak ituah
ia mulai menelisik makna dan manfaatnya. Sabab shalat diturunkan untuk
menyempurnakan fasilitasnya bagi kehidupan manusia. Menurut Imam Musbikin
dalam bukunya Trapi Shalat (keajaiban gerakan shalat bagi kesehatan) ada
beberapa manfaat gerakan shalat bagi antomi tubuh. Diantaranya adalah:
1. Takbiratul Ikharam. Manfaat gerakan ini melancarkan aliran darah, ketah
bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak
memungkinkan darah mengalir lancar keseluruh tubuh
2. Rukuk. Manfaat: postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang
belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi
jantung sejajar dengan otak, maka alairan darah maksimal pada tubuh bagian
tengah.
3. I‟tidal. Manfaat: i‟tidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud.
Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang
baik. Organ-oragan pencernan di dalam perut mengalami pemijatan dan
perlonggaran secra bergantian. Efeknya, pencernaa menjadi lebih lancar.
4. Sujud. Manfaat: aliaran getah bening dipompa kebagaian leher dan ketiak.
Posisi jantung di atas otak meneyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir
maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang..
5. Duduk Diantara Dua Sujud. Manfaat: setelah sujud adalah gerakan duduk.
Dalam shalat ada dua macam sikap duduk, yaitu duduk iftirosy (tahiyat awal)
dan duduk tawaruk (tahiyat akhir). Yang terpenting adalah turut
berkontraksinya otot-otot daerah perineum.
6. Salam. manfaat gerakan terakhir yaitu salam dan menengok ko kanan dan ke
kiri dan kanan punya pengaruh besar pada kekencangan kulit wajah. Gerakan
ini tak ubahnya reaksi wajah dan leher.41
Perlu ditegaskan di sini bahwa pada dasarnya gerakan-gerakan dalam shalat
mirip yoga atau peregangan (stretching). Intinya untuk melenturkan tubuh dan
melancarkan peredaran darah. keunggulan shalat dibandingkan gerakan lainnya
adalah shalat menggerakan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari kaki dan
tangan.
Selain itu, seluruh gerakan shalat bertujuan memanjakan tubuh. Jika tubuh
lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan secara rutin,
41 Imam Musbikin, Terapi Shalat (Keajaiban Gerakan Shalat Bagi Kesehatan), (Yogyakarta: Dua
Satria Offset, 2011),83-92.
maka sel-sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasipun berlangsung
lancar. Alhasil, tubuh senantiasa bugar. Wallahu a’lam
Shalat berjama‟ah ternyata menurut Sentot Haryanto dalam bukunya
Psikologi shalat. mempunyai dimensi psikologis tersendiri, antara lain yaitu asfek
demokratis, rasa diperhatikan dan beraarti kebersamaa, Terapi lingkungan,
pengalihan perhatian (terapi lingkungan dan interdependensi), Melatih saling
ketergantungan, Membantu pemecahan masalah.42
1. Aspek demokratis. hal ini terlihat dari berbagai aktivitas yang melingkupi
shalat berjamaah itu sendiri diantarana memukul kentongan atau bedug, dalam
hal ini siapa saja boleh memukul bedug tersebut.
2. Rasa perhatian dan beraarti. artinya dalam shalat berjamaah ada unsur-unsur
rasa diperhatikan dan rasa berarti bagi diri seseorang. Salah satunya adalah
memilih dan menempati shaf, dala shalat siapa saja yang datang terlebih
dahulu maka berhak untuk menepati shaf atau barisan pertama.
3. Terapi lingkungan. kesempurnaan shalat adalah dengan berjama‟ah adapaun
lebih utamanya adalah di masjid.
4. Pengalihan perhatian. dengan melakukan shalat berjama‟ah di masjid atau
musola, maka diharapakan akan mengalihkan perhatian seseorang dari
kesibukan yang sudah menyita dari segala energi yang ada dalam diri
seseorang.
42 Imam Musbikin, Terapi Shalat (Keajaiban Gerakan Shalat Bagi Kesehatan), 92.
5. Melatih saling ketergantungan. Shalat berjama‟ah yang utama adalah
dilakukan di masjid atau musola, karena hal ini mengajarkan nilai-nilai seperti
yang dikemukakan oleh covey dan ancok yaitu saling membutuhkan atau
ketergantungan satu jama‟ah dengan jama‟ah lainnya.
6. Membantu pemecahan masalah. dari setiap permasalan tentunya membutuhkan
pemecahan, misalnya pergi dengan keluarga, ustad atau kyai untuk konsultasi
atau pergi kemasjid untuk shalat, baik sendiri maupun berjama‟ah. Adapun
pemecahannya adalah shalat, dzikir, dan do‟a atau permohonan merupakan
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.43
Dari beberapa keutamaan di atas, dapat disimpulkan Allah dan Rasulnya
memerintahkan kepada ketaqwaan tidak hanya akan mendapat amal shalah tapi
juga memberikan efek samping yang positif bagi manusia, diantaranya Allah akan
memberikan ganjaran yang lebih terhadap orang yang melaksanakan shalatnya
secara berjamaah dan Allah juga memeberikan kesehatan kepada orang yang
melaksanakan shalat diantarany ketika orang yang sering sujud dengan posisi
kepala di bawah jantung maka orang tersebut akan memiliki kecerdasan.
3. Indkator Variabel Penelitan
Indikator menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah alat pemantau
(sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan.44
43 Sentot Haryanto,Psikologi Shalat,(Yoyakarta: Mitra Pustaka, 2007), 114-145.
44 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008),551.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah salah satu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.45
Berdasarkan pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan indikator
penelitian merupakan sesuatu yang dapat menandakan bahwa variabel dalam
penelitian dapat diukur, dan diamati oleh peneliti untuk ditarik kesimpulannya
a. Kegiatan kajian kitab
Kegiatan kajian kitab kasifatussajah adalah aktivitas yang dilakukan
lembaga nonformal kemasyarakatan secra berkala, terencana dan memiliki output
yang menjadi sasaran dalam aktivitas tersebut. Yang dalam esensinya berupa
pengajaran kegamaan khususnya pengajaran syariat Islam yang dalam konteks
fiqih ibadah dalam konsepsi Ulama salaf Syaikh Nawawi al Bantani.
Menurut Ahmadi dan Supriyono suatu proses perubahan baru dapat
dikatakan sebagai hasil belajar jika memiliki ciri-ciri:
1) Terjadi secara sadar : seseorang dikatakan berhasil dalam belajar secara
sadar akan merasakan adanya perubahan yang ada pada dirinya
2) Bersifat fungsional : sebagai hasil belajar perubahan yang terjadi dalam diri
individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang
terjadi akan menimbulkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun belajar berikutnya.
3) Bersifat aktif dan positif : dalam prosesnya belajar membutuhkan latihan
yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian kinerja akademik yang
telah dicapai pelajar.
4) Bukan bersifat sementara : perubahan yang terjadi berssifat permanen.
Artinya apabila pelajar tersebut dalam prosesnya mengetahui nilai-nilai
posisitif dan dapat ia praktekan maka diwaktu yang akan datang ia akan
dapat melakukannya lagi.
5) Bertujuan dan terarah : tidak mungkin perubahan yang dialami setelah
proses belajar tersebut memiliki unsur kesengajaan dari individu untuk
mengubah perilakunya.
45 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, Cet Xxiii,2016), 60.
6) Mencakup seluruh aspek tingkah laku : perubahan yang diperoleh dari
proses belajar tersebut mencakup aspek baik secara kognitif, afektif fan
psikomotornya.46
b. Pengamalan shalat berjamaah
Pengamalan shalat berjamaah adalah orang yang melaksanakan shalat
secara berjamaah, baik rutin maupun tidak. Shalat merupakan kewajiban.
Berjamaah adalah keutamaan.
Menurut Hasby yang menjadi ciri-ciri indikator dalam
pelaksanaan/pengamalan shalat adalah sebagai berikut:
1) Ketepatan waktu atau kedisiplinan waktu shalat : dalam pelaksanaannya
ketepatan waktu atau kedisiplianan waktu shalat merupakan suatu hal yang
penting jika seseorang berkeinginan melaksanakan shalatnya secara
berjamaah.
2) Rajin melaksanakan shalat : tidak dikatakan baik jika masih melaksanakan
shalatnya hanya semaunya saja.
3) Hafal bacaan shalat : dalam shalat ada rukun kauli yang mana jika
seseorang tidak baik bacaanya (kesalahan dalam bacaan) tidak dikatakan
syah shalatnya menurut ilmu fiqih.
4) Benar dalam gerakan shalat : gerakan dalam shalat merupakan rukun shalat
yang wajib dilaksanakan.
5) Terhindar dari perbuatan keji dan mungkar : orang yang melakasanakan
shalat akan terhidar dari perbuatan keji dan mungkar.47
B. Penelitian Terdahulu
Pertama, skripsi karya, Susilawati (122111293) yang berjudul “Pengaruh
pembelajaran kitab bulugul maram terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran fiqih”. Disebutkan bahwa pengaruh pembelajaran kitab bulugul maraam
terhadapa hasil belajar siswa ada mata pelajaran fiqih di MA Al-Inayah diperoleh
harga koefisien korelasi sebesar 0,51 yang berarti pengaruh diantara keduanya
46 Nyayu Khadijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016)51 47 Hasby As-Shidieqi, Pedoman Shalat (Jakarta: Bulan Bintang, 2000),125.
bernilai sedang atau cukup. Berdasarkan uji signifikan korelasi keduanya
mempunyai pengaruh yang segnifikan antara pembelajaran kitab bulugul maram
(vasiabel X) dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih (variabel Y) hal
tersebut dilihat dari hasil yang diperoleh.48
Kedua, Skripsi karya Rif‟atul Muharromah (122111429) yang berjudul
“peran pondok pesantren dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada bidang studi
pendidikan agama islam”. Disebutkan bahwa pran pondok pesantren babunnajah
dalam penigkatan hasil balajar Siswa pada bidang studi PAI bisa lebih optimal dan
efektif manakala diwududkan dalam beberapa kegiatan yang konkret dan metode
pelaksanaannya bisa melibatkan siswa secara langsung. Kemudian pondok
pesantren yang tinggal di pondok pesantren sangat membantu dalam hasil belajar
siswa pada bidang studi PAI. Karena di pondok pesantren banyak mengajarkan
tentang keagamaan.49
Ketiga, Skripsi karya Ovy Oktaviani (112111180) yang berjudul “hubungan
pembiasaan shalat pardu berjamaah dengan disiplin belajar siswa di kelas XI”.
Disebutkan bahwa hubungan pembiasaan shalat pardu berjam‟ah dengan disiplin
belajar siswa diperoleh nilai “r”=0,18 yang jika dirujuk dengan tabel “r” product
momen, niali tersebut berada antara (0,20-0,40) yang artinya variabel X dan
variabel Y terdapat dalam kategori rendah. Dan besarnya kontrbusi variabel X dan
48 Susilawati, pengaruh pembelajaran kitab bulugul maram terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran fiqih, (studi di MA Al-Inayah Cilegon) tahun pelajaran 2016-2017, Skripsi (banten: IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2016)
49 Rif‟atul Muahrromah, peran podnok pesantren dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
bidang studi pendidikan agama islam, tahun pelajaran 2016-2017, Skripsi (banten: IAIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten, 2016).
variabel Y adalah 3,24% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang dapat diteliti lebih lanjut.50
Persamaan dan pembedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
dilakukan peneliti antara lain: a) penelitian dari Susilawati membahas tentang
pembelajaran kitab bulugul maram terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
fiqih, sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang kegiatan kajian kitab
kasifatussajah terhadap pengamalan shalat berjamaah. b) penelitian dari Rif‟atul
Muharromah membahas tentang peran pondok pesantren dalam meningkatkan hasil
belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama islam, sedangkan dalam
penelitian ini membahas tentang kegiatan kajian kitab kasifatussajah terhadap
pengamalan shalat berjamaah. c) penelitian dari Ovy Oktaviani membahas tentang
hubungan pembiasaan shalat pardu berjamaah dengan disiplin belajar siswa di
kelas XI, sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang kegiatan kajian kitab
kasifatussajah terhadap pengamalan shalat berjamaah
C. Kerangka Berpikir
Menurut Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) yang
dikutip oleh Sugiyono mengemukakan bahwa, kerangka berpikir merupakan model
konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.51
50 Ovy Oktavaiani, hubungan pembiasaan shalat pardu berjamaa‟ah dengan disiplin belajar siswa di
kelas XI (studi di MA At-Taqwa) tahun pelajaran 2014-2015, Skripsi (banten: IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten,2015).
51 Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, Cet XXIII, 2016), 91
Untuk lebih jelasnya, lembaga pendidikan di indonesia terbagi atas
pendidikan formal, non formal dan informal. Yang dalam esensinya dapat
mempengaruhi terhadap SDM yang dikemudian hari sebagai cikal bakal generasi
penerus NKRI. Akan seperti apa bangsa yang akan datang bergantung pada
generasi milenial ini. Maka sebagai konsekuensi logisnya pemerintah dalam hal ini
dinggap perlu memperhatikannya.
Pondok pesantren salafi yang telah banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional
dan juga sebagai awal mula berdirinya sistem pendidikan nasional yang dalam hal
ini pondok pesantren memiliki legitimasi historis yang takan pernah bisa dilupakan.
Pemerintah talah banyak andil dalam dunia pendidikan khususnya
pendidikan Formal (skolah/madrasah) sampai kepada perguruan tinggi. Namun
masih bersifat ambigu terhadap pendidikan pondok pesantren (non formal).
Podok pesantren adalah lembaga pendidikan Yang di dalamnya mengkaji
kitab-kitab secara rutin. Kitab merupakan istilah khusus yang digunakan untuk
menyebut karya tulis di bidang keagamaan yang ditulis dengan huruf arab. Sebutan
ini membedakannya dengan sebutan karya tulis dengan huruf selain arab yang
disebut dengan buku.52
Kegiatan yang dilakukan di pesanteren dalam mempelajari khajanah
keilmuan yaitu kegiatan kajian kitab yang dilakukan secara ruttin dengan
menggunakan Metode Sorogan, Ceramah, Mutolaah, dan Mudakarah.53 Sorogan
yaitu ketika Ustad/Guru membacakan logat santri mendengarkan kemudian
52 Afandi Mochtar, Membedah Diskursus Pendidikan Islam, (Ciputat: Kalimah, 2001), 36.
53 Muhamad Subhan, diwawancarai oleh Jaja Abdul Jabar, Hasil Observasi, tanggal 07 Juni 2019, di
Pondok Pesantren Miftahul Huda Petir
mengulangi (membacakan ulang logat dari ustad). Ceramah yaitu interpretasi dari
logat kitab. Mutolaah yaitu melihat dan mengingat-ngingat kembali. Mudakarah
yaitu membaca dan menjelaskan hasil kajiannya.
Kitab kasifatussajah salah satunya yang dipelajari oleh santri dan diajarkan
oleh kiyai yang isinya fiqih ibadah diantaraanya tentang kaefiah shalat. Dengan
harapan santri setelah belajar dan mempelajari kitab kasifatussajah bisa mampu
melaksanakan kewajiban sebagai mana yang diperintahkan Allah SWT di dalam al-
Quran sesuai dengan kaifiahnya. Dan melaksanakan shalat tepat waktu berjamaah
di masjid.
Kitab Kasifatussajah adalah kitab kelasik karangan Syaikh Nawawi Tanara
Banten madhab Imam Syafi,I. Kitab Kasifatussajah adalah sarah Kitab
Safinatunnaja yang di dalamnya terdapat pembahasan tetang Fiqih Ibadah
diantaranya:
A‟darus Shalat, Syarat Shalat, Rukun Shalat, Tingkatan Niat Dalam
Shalat, Syarat Takbirotul Ikhram, Syarat Fatihah, Tasdid Fatihah, Sunnah
Mengangkat Dua Tangan, Syarat Sujud, Angota Sujud, Tasdid Tahiyat, Tasdid
Sholwat Dalam Shalat, Tasdid Bacaan Salam, Waktu Wajib Shalat, Waktu
Haram Shalat, Tempat Diamnya Dalam Shalat, Rukun Yang Mewajibkan
Tumaninah Dalam Shalat, Sebeb Sujud Sahwi, Ab‟ad Shalat, Pembatalan
Shalat, Wajib Niat Jadi Imam, Syarat Ma‟mum, Suwaroh Ma‟mum, Syart
Jama,Takdim Dan Takhir, Syarat Qasor, Syarat Jumat, Rukun Hutbah Dua
Dalam Shalat Jumat, Syarat Hutbah Dua Dalam Shalat Jumat.54
Dengan demikian santri selah menguasi dan menghayati kandungan dalam
kitab tersebut mampu melaksanakan shalatnya dengan baik sesuai dengan kaefiah
shalat.
54 Syeh Nawawi, Kitab kasifatussaja, (Al-Bantani,tt)
Shalat secara etimologis, berarti doa. Adapun shalat secara terminologi,
adalah seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa
syarat tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan shalam.55
Ibadah shalat adalah salah satu media komunikasi antara manusia dengan
ALLah SWT. Disamping itu, rukun islam yang kedua ini juga merupakan amaliah
ibadah seorang hamba kepada khaliknya sebagai media untuk mendekatkan diri.
Dalam agama islam, shalat menempati kedudukan tertinggi dibandingkan dengan
ibadah-ibadah yang lain, bahkan kedudukan ibadah shalat dalam islam sangat besar
sekali hingga tidak ada ibadah lain yang mampu menandinginnya.
Shalat berjamaah bukanlah sebuah kewajiban tetapi keutamaan yang
pahalanya lebih besar dari shalat sendirian atau yang dalam hadis disebut fadzdzi
dan wahdah dan dalam fiqih disebut munfarid.56 Sesuai dengan hadis nabi
muhamad SAW.
رسم الله صهى الله الله ع ا ر رض ر اب اعت افضم ع عه سهى قال : صلة انج
جزئ )اخرج انبخري عشر ست حذ بخ صلة احذكى ي
Artinya: diriwayatkan dari abu huraerah r.a. bahwasannya Rasulullah Saw.
Telah bersabda: shalat jamaah itu lebih utama 25 kali lipat dari pada sholat
seorang diri. HR bukhori nomor hadis 64857
Kegiatan rutinitas kajian kitab adalah kegiatan yang dilakukan oleh pondok
pensantren (lembaga pendidikan Non Formal) yang memiliki peran penting dalam
kehidupan sehari-hari trutama dalam kontek bernegara dan beragama.
55 Supiana dan m. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya,
2001),3. 56 Asjmuni Abdurohman, Shalat Berjamaah, (Yogyakarta : Suara Muhamadiah, 2003),4.
57 Imam Al Munziri, Ringkasan Hadis Shahih Muslim, (Jakarta: Pustaka Amani,2003),189.
Pengamalan shalat berjamaah adalah suatu aktivitas keagamaan yang
dilakukan secara rutin dan memiliki landasan yang jelas. Mengamalkan shalat
berjamaah di berbagai kalangan masayarakat adalah Salahsatu keberhasilan umat
islam dalam membuat dan menjalankan roda pendidikan.
Pembahasan dalam kerangka berfikir ini menghubungkan antara kegiatan
rutinitas kajaian kitab kasifatussajah dengan pengamalan shalat berjamaah.
Beberapa penjelasan di atas memberikan suatu model kerangka berfikir sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Kerangka Berpikir
(Kegiatan Rutinitas Kajian
Kitab Kasifatussajah)
1) Terjadi secara sadar
2) Bersifat Fungsional
3) Bersifat Aktif dan
Positif
4) Bukan bersifat
sementara
5) Bertujuan dan terarah
6) Mencakup seluruh
aspek tingkah laku
Indikator Variabel Y Indikator Variabel X
(Pengamalan Shalat
Berjamaah)
1) Kedisiplinan waktu
shalat
2) Rajin melaksanakan
shalat
3) Hafal bacaan shalat
4) Benar dalam gerakan
shalat
5) Terhindar dari
perbuatan keji dan
mungkar
Pengaruh
Hipotesis
D. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.58
Berdasarkan kerangka
berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ho : tidak ada pengaruh yang signifikan antara kegiatan rutinitas kajian
kitab kasifaatussajah terhadap pengamalan shalat berjamaah santri
2. Ha : ada pengaruh yang segnifikan antara kegiatan rutinitas kajian kitab
kasifatussajah terhadap pengamalan shalat berjamaah santri
58 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), (Jakarta:PT RINEKA
CIPTA,1998), 67