48
Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya 2014 KAJIAN KETENTUAN KEGIATAN INDUSTRI KECIL-MIKRO RUMAH TANGGA DAN USAHA RUMAH TANGGA PADA KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI SURABAYA 1.Latar Belakang Kawasan perumahan/permukiman di Kota Surabaya mempunyai karakteristik historis yang sangat kuat terkait dengan kesejarahannya sebagai pembentuk identitas perkampungan yang berbasis pada kegiatan industri kecil dan rumah tangga. Selain terdapat situs industri rakyat pada jaman kolonial yang tidak lagi ada aktivitasnya tetapi wujud fisik tempatnya telah menjadi bangunan cagar budaya, juga terdapat wujud industri kecil dan industri rumah tangga yang memberikan kecirian yang kuat bagi eksistensi kampung yang bersangkutan. Kedua jenis kegiatan industri tersebut bersifat komunal potensial dan perlu diarahkan pemanfaatan ruangnya. Yang berupa situs industri rakyat dapat ditingkatkan pemanfaatan kualitas ruangnya sebagai bagian dari industri pariwisata sejarah. Sedangkan kawasan industri kecil dan rumah tangga diarahkan pemanfaatan ruangnya sehingga ruang rumah tinggal dan ruang usaha menjadi mempunyai kualitas habitat yang semakin baik, sehat, bersih dan ramah lingkungan. Lain daripada kedua jenis kawasan industri kecil dan rumah tangga dan situs industri rakyat diatas, terdapat jenis lokasi-lokasi industri yang bersifat heterogen jenis usahanya yang dapat berlokasi pada satu kawasan perumahan atau perkampungan, dimana kegiatannya dilakukan sejak sebelum adanya peraturan yang mengatur kegiatan industri di dalam perumahan/permukiman, dan kegiatan yang dilakukan setelahnya. Jenis-jenis kegiatan industri yang heterogen di dalam suatu Ir. Mudji Irmawan, MS. Ir. Andon Setyo Wibowo, MT. Page 1

01 Kajian Kegiatan Usaha Di Kawasan Perumahan_final

Embed Size (px)

DESCRIPTION

outline

Citation preview

Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya

kajian KETENTUAN KEGIATAN industri KECIL-MIKRO RUMAH TANGGA DAN USAHA RUMAH TANGGA PADA KAWASAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI SURABAYA

1. Latar BelakangKawasan perumahan/permukiman di Kota Surabaya mempunyai karakteristik historis yang sangat kuat terkait dengan kesejarahannya sebagai pembentuk identitas perkampungan yang berbasis pada kegiatan industri kecil dan rumah tangga. Selain terdapat situs industri rakyat pada jaman kolonial yang tidak lagi ada aktivitasnya tetapi wujud fisik tempatnya telah menjadi bangunan cagar budaya, juga terdapat wujud industri kecil dan industri rumah tangga yang memberikan kecirian yang kuat bagi eksistensi kampung yang bersangkutan. Kedua jenis kegiatan industri tersebut bersifat komunal potensial dan perlu diarahkan pemanfaatan ruangnya.

Yang berupa situs industri rakyat dapat ditingkatkan pemanfaatan kualitas ruangnya sebagai bagian dari industri pariwisata sejarah. Sedangkan kawasan industri kecil dan rumah tangga diarahkan pemanfaatan ruangnya sehingga ruang rumah tinggal dan ruang usaha menjadi mempunyai kualitas habitat yang semakin baik, sehat, bersih dan ramah lingkungan.

Lain daripada kedua jenis kawasan industri kecil dan rumah tangga dan situs industri rakyat diatas, terdapat jenis lokasi-lokasi industri yang bersifat heterogen jenis usahanya yang dapat berlokasi pada satu kawasan perumahan atau perkampungan, dimana kegiatannya dilakukan sejak sebelum adanya peraturan yang mengatur kegiatan industri di dalam perumahan/permukiman, dan kegiatan yang dilakukan setelahnya. Jenis-jenis kegiatan industri yang heterogen di dalam suatu kawasan ini sergkali mendatangkan berbagai permasalahan terhadap tetangganya dan lingkungan sekitar terdekat.

Pelarangan bagi warga untuk melakukan kegiatan usaha industri kecil dan/atau rumah tangga tidak dapat serta merta dilakukan, meskipun melalui perda yang telah dimiliki saat ini. Pelarangan ini menjadi menyulitkan bagi seorang warga yang akan memulai kegiatan usaha barunya sebagai pemula yang belum mampu menyewa unit rumah toko. Secara fisik spesifikasi pengaturan persil bangunan untuk kegiatan industri kecil dan rumah tangga di dalam lingkungan perumahan/permukiman berdasarkan spesifikasi jenis dan kelas usahanya belum ada penjelasan peraturannya di Kota Surabaya. Peraturan Daerah di Kota Surabaya yang terkait dengan hal ini adalah tentang izin gangguan, penyelenggaraan usaha di bidang perdagangan dan industri, ketentuan pencegahan penanggulangan bahaya kebakaran, dan tentang bangunan.

Menyadari penting dan mendesaknya kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan kepastian hukum perizinan untuk menyelenggarakan kegiatan usahanya pada kawasan/lingkungan perumahan/permukiman maka diperlukan kajian teknis yang dapat mencakup persyaratan jenis dan klasifikasi kegiatan industri kecil dan rumah tangga; fisik bangunan; jarak, luasan dan lokasi usaha di dalam persil terhadap tetangga yang dapat diizinkan; serta mempertimbangkan tata cara menghindari gangguan lingkungan dengan memenuhi persyaratan teknis lingkungan hidup.

2. Lingkup Kajian Lingkup lokasi Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Kota Surabaya adalah pada kawasan perumahan dan permukiman di Kota Surabaya; bukan yang dimaksud oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dimana telah disyaratkan pada Pasal 13 ayat (a).

Sedangkan lingkup materi kajian ini dibatasi pada lingkup teknis terkait dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada Pasal 7 (b) sarana dan prasarana dan (f) kesempatan usaha yang meliputi: jenis kegiatan usaha, luasan kegiatan usaha, intensitas bangunan rumah dan tempat usaha, jarak antara rumah usaha dengan tetangga di sekitarnya, fasilitas/prasarana yang wajib disediakan, dan syarat akses prasarana lingkungan pada kawasan perumahan dan permukiman. Kajian ini TIDAK membahas tentang pendanaan usaha, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, promosi dagang dan dukungan kelembagaan yang telah tertuang di dalam peraturan lainnya.

3. Permasalahan pada Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah Tangga di Kawasan Perumahan dan PermukimanBerbagai masalah terkait dengan gangguan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan usaha industri kecil atau industri rumah tangga sering menjadi pemicu protes tetangga di sekitarnya. Sebagai contoh adalah gangguan bau dari kegiatan peternakan, pengolahan bahan kimia; gangguan asap dari kegiatan mengolah, memasak; gangguan suara yang ditimbulkan oleh mesin pemroses; pencemaran air pada drainase yang diakibatkan oleh buangan hasil olahan suatu kegiatan; meningkatnya suhu udara akibat kegiatan tertentu; terjadinya kebakaran; gangguan penggunaan ruang umum/publik untuk kegiatan usaha individu; dan seterusnya.

Selain itu masyarakat yang akan mendirikan kegiatan usaha mempunyai beberapa latar belakang penyebab terjadinya masalah, seperti: keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha sehingga tidak mampu menjalankan usaha pada tempat yang telah sesuai peruntukannya; belum memahami risiko yang lebih besar terhadap tetangga di sekitarnya; dengan sengaja menjalankan usaha tanpa izin tetangga; belum sadar hukum; dan seterusnya.

4. Landasan Hukum Kegiatan Industri dan Usaha di Kawasan Perumahan dan Permukiman di Kota SurabayaSebagai dasar acuan ketentuan yang mengatur tentang batasan kegiatan usaha dan industri kecil dan industri rumah tangga pada kawasan perumahan dan permukiman yaitu:a) Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian;b) Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;c) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;d) Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;e) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah;f) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;g) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri;h) Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/SK/I/1986 tentang Sistem Klasifikasi Industri serta Pemberian Nomor Kodenya yang Berada di bawah Pembinaan Masing-Masing Direktorat Jenderal dalam Lingkungan Departemen Perindustrian;i) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2010 tentang Retribusi Izin Gangguan;j) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2010 tentang Izin Gangguan;k) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Usaha di Bidang Perdagangan dan Perindustrian;l) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pengendalian Pencemaran Udara;m) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya 2015;n) Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;o) Peraturan Walikota Surabaya Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Standar Teknis untuk Pelayanan Pemanfaatan Ruang;p) Peraturan Walikota Surabaya Nomor 74 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2010 tentang Izin Gangguan;

5. Sejarah Tempat Usaha di Perumahan dan Perkampungan Kota SurabayaSurabaya adalah kota yang istimewa bagi sebagian masyarakat yang hidup pada awal abad ke-20. Keistimewaannya bukan terletak pada kota itu sendiri, namun lebih pada citra tentang kota Surabaya sebagai...salah satoe kota dagang jang paling djempol di Indonesia...Selain terkenal sebagai kota dagang, sudah sejak lama kota Surabaya dikenal sebagai kota industri. Howard Dick bahkan dengan tegas mengemukakan bahwa industri modern di Indonesia lahir pertama kali di kota Surabaya. Pada awal abad ke-20, industrialisasi di kota Surabaya setara dengan Kalkuta, Bombay (Mumbay, saat ini), dan Osaka, Singapura, Bangkok, Hongkong, Shanghai, dan Tokyo, yang merupakan pusat-pusat industri terkemuka di Asia.Namun, jauh sebelum kota Surabaya berkembang menjadi pusat industri modern, di kota ini sebenarnya telah lahir industri rakyat yang berkembang cukup luas dan mencakup banyak kawasan di kota ini.

A. Situs Industri RakyatAkselerasi modernisasi industri di kota Surabaya terjadi ketika kekuatan asing mulai merambah ke kota ini dan menjadi kekuatan yang memerintah(the ruling class).Masuknya kekuatan asing di kota Surabaya, dalam hal ini adalah penjajah Belanda, telah melahirkan dua model industri. Pertama, industri rakyat berskala kecil yang dikerjakan secara manual (handycraft). Industri ini sudah lahir jauh sebelum kota Surabaya dikuasai oleh orang-orang Eropa. Jenisnya amat beragam, menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Kedua, industri modern yang dikerjakan secara massal dan pengerjaannya dibantu oleh mesin-mesin modern (manufacture). Dua jenis industri tersebut melahirkan dampak yang berbeda. Jenis industri yang pertama kurang melahirkan citra Surabaya sebagai kota industri, sedangkan jenis yang kedua memiliki kekuatan yang besar untuk melahirkan citra Surabaya sebagai kota industri.Jauh sebelum orang-orang Eropa menduduki kota Surabaya, dinamika ekonomi kota ini telah digerakkan oleh sektor industri rumah tangga yang diselenggarakan secara mandiri oleh rakyat. Beberapa nama kampung yang unik di kota Surabaya sebagian terkait erat dengan profesi masyarakat setempat, yang salah satunya berkaitan dengan aktivitas industri rumah tangga. Lahirnya nama-nama kampung tersebut berhubungan dengan kebiasaan orang Jawa yang dengan gampang menamai suatu tempat dengan menggunakan nama orang, nama pohon, nama kejadian, atau nama aktivitas yang melekat dengan kampung yang dimaksud. Von Faber mencatat profesi rakyat, sebagian besar terkait erat dengan industri rumah tangga, yang identik dengan kampung-kampung di kota Surabaya sebagai berikut:

Zona Industri/Profesi Rakyat di Kota Surabaya sampai Akhir Abad ke-19Jenis Pekerjaan(Beroep)Kampung

Horlogemakers(tukang jam)Cantian

Meubelmakers(pembuat mebel)Pesapen

Kopergieters(tukang cor tembaga)Kawatan

Geelgieters(tukang cor kuningan)Pabean

Draaiers(tukang bubut)Bubutan

Ivoor en hoornbew(pembuatan kerajinan gading dan tanduk)Bubutan

Tambanganmakers(tukang tali tambang)Bandaran

Batikkers(pembuat batikKampung Baru

Schoenmakers(pembuat sepatu)Kampung Baru

Kleermakers(tukang jahit)Ampel

Zadelmakers(pembuat sadel)Kramatgantung

Rijtuigmakers(pembuat kereta kuda)Donorejo

Goudsmeden(tukang emas)Pekalongan

Bultzakmakers(tukang kasur)Ampel dan Koblen

Rottanbewerkers(pengrajin rotan)Ampel

Kalkbranders(pembakaran kapur)Pengampon

Steen en potten(pembuat batu bata dan tembikar)Keputran

Waschlieden(tukang cuci)Krembangan

Huidenbereiders(tukang kulit)Songojudan

Slachters rundvee(penyembelihan sapi/jagal)Jagalan

Slachters schapen(penyembelihan domba)Sasak

Slachters varkens(penyembelihan babi)Gili

Sumber: Von Faber,Oud Soerabaia, (Surabaya: Gemeente Soerabaia, 1931), hal. 185

Nama-nama kampung yang identik dengan profesi rakyat misalnya, Kampung Kawatan, karena di tempat tersebut terdapat tempat pembuatan kawat yang berbahan dasar tembaga. Kampung Bubutan, tempat tukang bubut serta kerajinan gading dan tanduk yang pengerjaannya juga dibubut. Kampung Pengampon, terdapat tempat pembakaran kapur(ampo). Kampung Jagalan, di tempat tersebut terdapat penjagalan/penyembelihan sapi.Tidak ada data yang pasti berapa tenaga kerja yang terserap dalam berbagai aktivitas industri dan perdagangan yang dikelola oleh rakyat itu. J. Hageman yang pernah bertugas di kota Surabaya pada pertengahan abad ke-19, memiliki catatan terbatas mengenai jenis pekerjaan penduduk kota Surabaya beserta jumlah pekerjanya untuk tahun 1859, sebagaimana tabel di bawah ini:

Jenis Pekerjaan dan Jumlah Pekerja di Kota Surabaya Tahun 1859Jenis PekerjaanJumlah Pekerja

Pembuatan Sepatu60

Kerajinan Batik210

Jahit Baju165

Pembuatan Batu Bata dan Tembikar425

Pertukangan Kayu630

Kerajinan Emas dan Perak170

Sumber: J. Hageman, Aanteekeningen nopens de industrie, handel en nijverheid van Soerabaja dalamTijdschrift voor Nijverheid en Landbouw in Nederlandsch Indie5, 1859, hlm. 137-152Menurut Hageman, pada tahun yang sama, penduduk kota Surabaya yang bekerja di sektor pertanian dan perikanan sekitar 59 persen dari seluruh penduduk kota, sedangkan yang bekerja pada sektor jasa seperti sebagai pembantu rumah tangga, buruh, dan pelaut sebanyak 31,5 persen, dan sisanya yang 9,5 persen di sektor industri rakyat.Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa pada pertengahan abad ke-19, kota Surabaya sedang beranjak menjadi kota industri dan perdagangan, yang ditandai dengan besarnya orang-orang yang bekerja pada sektor jasa. Periode itu juga menandakan bahwa secara perlahan-lahan penduduk sudah mulai meninggalkan sektor agraris.Memasuki abad ke-20, pengelompokan industri rakyat sebagaimana daftar di atas mengalami penyurutan. Sebagian besar industri rakyat mengalami kebangkrutan yang disebabkan masuknya modal asing yang besar. Investasi besar-besaran di sektor industri telah menciptakan industri berskala besar dengan peralatan yang serba modern, yang mampu menghasilkan barang-barang dalam jumlah masal. Sebagai contoh misalnya, pada tahun 1930-an di daerah selatan kota Surabaya tepatnya di Kampung Wonocolo didirikan pabrik kulit, yang terkenal dengan nama Pabrik Kulit Wonocolo. Pabrik kulit tersebut mampu mengolah kulit-kulit mentah menjadi kulit jadi dalam skala besar dan dalam waktu yang lebih cepat. Keberadaan pabrik kulit tersebut tentu saja mempengaruhi produksi kulit rakyat yang terdapat di Kampung Songoyudan.Perubahan lingkungan yang terjadi di perkampungan juga mempengaruhi eksistensi industri rakyat. Sebagai contoh misalnya, ketika kawasan Kampung Pengampon semakin dipenuhi oleh pemukiman penduduk maka aktivitas pembakaran kapur dianggap mengganggu penduduk yang tinggal di kampung tersebut, karena kegiatan tersebut menciptakan polusi udara. Asap dari cerobong pembakaran biasanya sangat pekat dan menyebar ke mana-mana, di samping itu debu dari kapur yang dibakar juga mengganggu pernafasan. Industri pembuatan batu bata dan tembikar yang dilakukan oleh penduduk Kampung Keputran nasibnya sama dengan industri pembakaran kapur, yang harus menyingkir karena mengganggu kenyamanan penduduk. Pada awal abad ke-20, baik di Pengampon maupun di Keputran sudah tidak ada lagi aktivitas pembakaran kapur serta pembuatan batu bata dan tembikar. Kegiatan tersebut bergeser ke Sepanjang yang berada di barat daya kota Surabaya.

B. Perubahan Pengelolaan Industri RakyatSeiring dengan penerapan otonomi kota, dengan pemberian status gemeente kepada kota Surabaya, banyak aktivitas perekonomian rakyat yang kemudian diambil alih oleh Gemeente Surabaya. Pasar-pasar yang semula dikelola oleh kampung, kemudian diambil alih pengelolaannya oleh gemeente dengan membentuk Pasarbedrijf (Dinas Pasar). Aktivitas jagal hewan yang semula ditangani oleh penduduk kampung juga diambil alih oleh gemeente dengan membangun slachthuis (Rumah Pemotongan Hewan). Salah satu alasan pembentukan slachthuis dalah agar kebersihan tempat pemotongan hewan bisa terjaga dan dagingnya bisa dikontrol dengan baik. Di balik alasan pengambilalihan kegiatan perekonomian dan industri rakyat olehgemeentesejatinya adalah alasan ekonomi, karena aktivitas tersebut bisa mendatangkan pemasukan uang yang besar bagi gemeente yang sedang dituntut untuk mengelola keuangannya sendiri secara mandiri. Ketika pasar dan penjagalan hewan dikelola oleh gemeente, kedua lembaga tersebut mampu memberikan kontribusi finansial yang demikian besar kepada Gemeente Surabaya. Pada tahun 1930 semua pasar yang ada di kota Surabaya yang berjumlah 19 buah serta warung-warung di tepi jalan memberikan pemasukan keuangan sebesar 830.026,44. Sedangkan slachthuisper 1 Januari 1931 memberikan penghasilan bagi gemeente sebesar 354.227,43. Pengambilalihan penjagalan hewan dengan sendirinya telah mematikan aktivitas pemotongan hewan yang dilakukan oleh penduduk, walaupun kematian aktivitas tersebut tidak dengan sendirinya menghilangkan nama Kampung Jagalan. Sampai saat ini nama Kampung Jagalan, namun kemungkinan besar masyarakat kota Surabaya sudah tidak tahu lagi bahwa nama kampung tersebut terkait dengan aktivitas rakyat kota ini pada masa lalu. Hal yang sama kemungkinan besar juga terjadi pada nama-nama kampung yang lain.

6. Kajian dan Analisis Kegiatan Usaha Industri Kecil Rumah Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Kota SurabayaA. Definisi Industri Kecil dan Usaha Mikro Rumah Tangga1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mendefinisikan tentang:a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2) Pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/SK/M/I/1986 tentang Sistem Klasifikasi Industri serta Pemberian Nomor Kodenya yang Berada di bawah Pembinaan Masing-Masing Direktorat Jenderal dalam Lingkungan Departemen Perindustrian menyebutkan:a. Industri kecil adalah industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).b. Berdasarkan Peraturan Menteri Peridustrian RI Nomor 41/M-IND/PER/6/2008 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri menyebutkan bahwa jenis industri kecil yang tercantum dalam Lampiran Huruf D Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 07/M-IND/PER/2005 dan atau perubahannya dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

3) Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI Nomor 23/PER/M.KUKM/XI/2005 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra Usaha Kecil dan Menengah, klasifikasi usaha kecil (bukan sentra usaha kecil) adalah:a. Usaha Kecil (UK) adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dengan kekayaan bersih maksimal Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan, penjualan tahunan maksimal Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dan milik Warga Negara Indonesia serta berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya definisi industri kecil dan usaha mikro kecil diklasifikasikan sebagai berikut:a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan (BPS, 2002).b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

B. Batasan tentang Ketentuan Pengaturan Kegiatan UsahaKetentuan yang mengatur pemanfaatan ruang kegiatan usaha industri kecil dan industri rumah tangga pada kawasan perumahan dan permukiman meliputi:1) Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, pada Pasal 49 ayat (1) menyatakan suatu rumah diperbolehkan untuk dipergunakan sebagai kegiatan usaha selama tidak membahayakan dan mengganggu fungsi hunian. Yang dimaksud dengan kegiatan yang tidak mengganggu fungsi hunian adalah kegiatan yang tidak menimbulkan penurunan kenyamanan hunian dari penciuman, suara, suhu/asap, sampah yang ditimbulkan dan sosial.2) Undang-Undang Nomor 03 Tahun 2014 tentang Perindustrian pada Pasal 75 menyebutkan bahwa untuk mewujudkan industri kecil dan menengah yang berdaya saing, berperan dalam pengentasan kemiskinan melalui perluasan kesempatan kerja, das seterusnya maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan fasilitas berupa penyediaan Kawasan Industri untuk Industri Kecil dan Industri Menengah yang berpotensi mencemari lingkungan, dan seterusnya.Di dalam Undang-Undang ini pada Pasal 13 menyebutkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek sarana dan prasarana, kesempatan berusaha dan seterusnya untuk:a. mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil, dan seterusnya;b. menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima, serta lokasi lainnya, dan seterusnya.3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah menyebutkan dalam Pasal 3 yang dimaksud dengan gangguan meliputi:a. Gangguan lingkungan yang meliputi: gangguan terhadap fungsi tanah, air tanah, sungai, laut, udara dan gangguan yang bersumber dari getaran dan/atau kebisingan;b. Gangguan terhadap sosial kemasyarakatan yang meliputi: terjadinya ancaman kemerosotan moral dan/atau ketertiban umum;c. Gangguan terhadap ekonomi meliputi ancaman terhadap:i. penurunan produksi usaha masyarakat sekitar; dan/atauii. penurunan nilai ekonomi benda tetap dan benda bergerak yang berada di sekitar lokasi usaha.Kegiatan atau usaha yang Tidak Wajib Izin menurut Undang-Undang ini meliputi:a. kegiatan yang berlokasi di dalam Kawasan Industri, Kawasan Berikat, dan Kawasan Ekonomi Khusus;b. kegiatan yang berada di dalam bangunan atau lingkungan yang telah memiliki izin gangguan; danc. usaha mikro dan kecil yang kegiatan usahanya di dalam bangunan atau persil yang dampak kegiatan usahanya tidak keluar dari bangunan atau persil.Jadi selain kegiatan atau usaha industri yang tidak termasuk klasifikasi diatas diwajibkan untuk mendapatkan izin dari Pemerintah Daerah setempat.4) Perda Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya 2015 mengarahkan lokasi-lokasi industri terpisah (individual) yang masih berada di luar kawasan industri dan terindikasi atau berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan akan direlokasi secara bertahap ke kawasan-kawasan yang direncanakan sebagai kawasan industri. Sedangkan lokasi industri kecil dan rumah tangga dapat berada di kawasan perumahan sejauh tidak mengganggu fungsi lingkungan hunian. Pembangunan dan pelaksanaan kegiatan industri harus disertai dengan upaya-upaya terpadu dalam mencegah dan mengatasi terjadinya pencemaran lingkungan mulai dari penyusunan AMDAL atau UKL/UPL, penyediaan IPAL dan disertai dengan pengawasan oleh Pemda secara intensif terhadap kegiatan industri yang dilaksanakan.5) Di dalam bagian Lampiran daripada Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 01 Tahun 2004 tentang Izin Gangguan, untuk tempat usaha yang dimungkinkan berada di daerah perumahan adalah jenis tempat usaha yang Wajib memiliki Izin Gangguan dengan kategori gangguan ringan adalah sebagai berikut:a. usaha yang tidak mengerjakan, menyimpan atau memproduksi bahan berbahaya dan beracun ( B3 );b. usaha yang tidak menggunakan peralatan produksi yang dijalankan dengan memakai tenaga elektro motor maupun motor lain lebih dari 3 KW (4 PK);c. usaha yang tidak menggunakan atau memakai asap, gas-gas atau uap-uap dengan tekanan berat;d. bangunan tempat usaha tidak bertingkat.

Tempat-tempat usaha lainnya yang dapat menimbulkan bahaya, yang menurut UURI Nomor 01 Tahun 2011 yang dilarang di perumahan dan kawasan permukiman, dan Wajib memiliki izin gangguan (mungkin masih dijumpai di dalam perumahan/kawasan permukiman), meliputi:a. usaha di bidang pariwisata (kecuali usaha bidang pariwisata yang memperoleh izin usaha pariwisata bersyarat/khusus), meliputi:i. usaha rekreasi dan hiburan umum yaitu taman rekreasi, gelanggang renang, pemandian alam, padang golf, kolam memancing, gelanggang permainan ketangkasan, gelanggang bowling dan bilyard, klub malam, diskotik, panti pijat, panti mandi uap, bioskop, pusat pasar seni, dunia fantasi, theatre atau panggung terbuka dan tertutup, taman satwa, pentas pertunjukan satwa, usaha fasilitas wisata tirta, usaha sarana fasilitas olah raga, balai pertemuan, barber shop, salon kecantikan, pusat kesehatan atau health centre, pusat kesegaran jasmani atau fitnes centre;ii. rumah makan, restaurant, bar, depot dan cafe;iii. tempat penginapan (hotel, penginapan remaja, losmen, motel, home stay dan guest house) ;iv. tempat penyelenggaraan musik hidup, tempat penyelenggaraan kesenian tradisional dan sejenisnnya.

b. usaha di bidang perindustrian dan perdagangan, meliputi:i. ruang/gedung/tempat penyimpanan penimbunan barangbarang dagangan;ii. perusahaan konveksi dengan menggunakan 5 (lima) mesin atau lebih;iii. perusahaan percetakan;iv. pengelolaan gedung-gedung perkantoran/pertokoan;v. perusahaan studio rekaman;vi. setasiun bahan bakar umum, penjualan minyak pelumas eceran termasuk servis ganti minyak pelumas;vii. tempat penyimpanan dan penjualan bahan - bahan kimia;viii. tempat penyimpanan dan penjualan eceran minyak tanah, minyak solar, residu, spiritus, alkohol, gas elpiji dan karbit;ix. tempat penyepuhan, pencelupan, chroom, elektronik pating dan sejenisnya;x. bengkel perbaikan sepeda, sepeda motor, mobil, aki dan dinamo;xi. tempat penampungan dan penjualan kertas bekas, besi bekas, kayu bekas, plastik bekas, dan barang-barang bekas lainnya;xii. pengepakan barang-barang dagangan, sortasi, perusahaan ekspedisi;xiii. ruang pamer;xiv. toko elektronik yang menimbulkan kebisingan;xv. tempat menyimpan/mengolah/mengerjakan barang-barang hasil laut, hasil bumi, hasil hutan;xvi. tempat pembuatan makanan dan minuman;

c. usaha di bidang kesehatan, meliputi:i. apotek, toko obat;ii. klinik spesialis/rumah sakit bersalin/rumah bersalin/rumah sakit, labora-torium, balai pengobatan, industri farmasi, klinik kecantikan;iii. peredaran produk makanan, minuman dan rokok.

d. usaha di bidang perhubungan :i. stasiun radio dan televisi;ii. tempat penyimpanan/pool container;iii. tempat penyimpanan/garasi/pool kendaraan angkutan barang maupun orang.

e. usaha di bidang jasa:i. tempat pencucian kendaraan bermotor (sepeda motor, mobil dan lain-lain );ii. travel, perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia.

f. usaha di bidang pertanian: tempat peternakan unggas, sapi, sapi perah dan sejenisnya;

g. jenis tempat usaha atau kegiatan lain yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

Sedangkan kegiatan-kegiatan yang menurut UURI Nomor 01 Tahun 2011 yang dilarang di perumahan dan kawasan permukiman yaitu Jenis tempat usaha yang Wajib memiliki izin gangguan dengan kategori gangguan berat berdasarkan (Staatsblad Tahun 1926 Nomor 226 yang telah diubah dengan Staatsblad Tahun 1940 Nomor 14 dan Nomor 450) adalah:a. usaha yang dijalankan dengan alat kerja tenaga uap air dan gas, termasuk pula dengan elektro motor dan tempat usaha lainnya yang mempergunakan tenaga uap, air dan gas atau uap bertekanan tinggi;b. tempat yang dipergunakan untuk membuat, mengerjakan dan menyimpan mesin dan bahan peledak lainnya termasuk pabrik dan tempat penyimpanan petasan;c. tempat yang dipergunakan untuk membuat ramuan kimia, termasuk pabrik korek api;d. tempat yang dipergunakan untuk memperoleh, mengerjakan dan menyimpan bahan-bahan atsiri (vluchting) atau yang mudah menguap;e. tempat yang dipergunakan untuk penyulingan kering dari bahan-bahan tumbuh-tumbuhan dan hewani serta mengerjakan hasil yang diperoleh daripadanya, termasuk pabrik gas;f. tempat yang dipergunakan untuk mengerjakan lemak-lemak dan damar;g. tempat yang dipergunakan untuk menyimpan dan mengerjakan sampah;h. tempat pengeringan gandum/kecambah (mouterij), pabrik bir, tempat pembuatan minuman keras dengan cara pemanasan (branderij), perusahaan penyulingan, pabrik spiritus, pabrik cuka, perusahaan pemurnian, pabrik tepung dan perusahaan roti serta pabrik setrup buah-buahan;i. tempat pembantaian, tempat pengulitan (vinderij), perusahaan pencucian jerohan (penserij), tempat penjemuran , tempat pengasapan bahan bahan hewani, termasuk tempat penyamakan kulit;j. pabrik porselin dan pecah belah (aaderwark), tempat pembuatan batu merah, genteng, ubin dan tegel, tempat pembuatan barang dari gelas, tempat pembakaran gamping, gipsa dan pembasahan (pembuatan) kapur;k. tempat pencairan logam, tempat pengecoran logam, tempat pertukangan besi, tempat penempatan logam, tempat pemipihan logam, tempat pertukangan kuningan, kaleng dan tempat pembuatan ketel;l. tempat penggilingan tras, penggergajian kayu dan pabrik minyak;m. galangan kapal kayu, tempat pembuatan barang dari batu dan penggergajian batu, tempat pembuatan gilingan dan kereta, tempat pembuatan tong dan tempat pertukangan kayu;n. tempat persewaan kendaraan;o. tempat penembakan;p. gudang penggantungan tembakau;q. pabrik tapioka;r. pabrik untuk mengerjakan karet, getah (gummi), getah perca atau bahanbahan yang mengandung zat karet;s. gudang kapuk, perusahaan batik;t. warung dalam bangunan tetap, begitu juga tempat usaha lainnya yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian atau gangguan.

Sedangkan di dalam Perda Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2010 tentang Izin Gangguan, di dalam Lampirannya jenis tempat usaha/kegiatan yang wajib memiliki izin gangguan tidak lagi diklasifikasikan menurut tingkatan bahayanya, seperti yang ditetapkan di dalam UURI Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Jenis-jenis kegiatan usaha yang berkembang pada saat ini setelah Perda Kota Surabaya Nomor 01 Tahun 2004 tentang Izin Gangguan dan pada saat diberlakukannya erda Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2010 tentang Izin Gangguan, yang termasuk ke dalam klasifikasi gangguan ringan meliputi: rumah kost, sekolah KB/TK, tempat penitipan anak, tempat praktek dokter/pengobatan alternatif, bidan, konsultan, teknisi elektronik, biro travel/tiket, biro jasa dan internet marketer; pembuatan snack dan penganan, bisnis barang kerajinan/membuat souvenir, percetakan kecil, bisnis kue, counter pulsa, video shooting, merangkai bunga, usaha menjahit/konveksi, persewaan buku, toko kelontong, dan usaha lain sejenis; gudang, bengkel kerja atau workshop, dan kantor, toko ATK, laundry, warnet, catering, toko pakaian adat/pakaian muslim, usaha pijat kesehatan, butik, pengolahan air minum isi ulang, salon, toko obat/apotek, toko roti, warung makan dan usaha makanan sejenis lainnya (pinggir jalan utama perumahan).6) Berdasarkan Lampiran IV Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 64/M-IND/7/2011 jenis-jenis industri yang termasuk di dalam kategori industri kecil dan menengah adalah:a. Industri penggaraman/pengeringan ikan;b. Industri pemindangan ikan;c. Industri penggaraman/pengeringan biota air lainnya;d. Industri pemindangan biota air lainnya;e. Industri pengasinan/pemanisan buah-buahan dan sayuran;f. Industri tempe kedelai;g. Industri tahu kedelai;h. Industri pengupasan dan pembersihan dan kacang-kacangan;i. Industri pengupasan dan pembersihan umbi-umbian (termasuk rizoma);j. Industri gula merah;k. Industri kain tenun ikat;l. Industri pencetakan kain (motif batik dan tradisional);m. Industri batik (tulis);n. Industri kain rajutan (renda);o. Industri kain sulaman/border;p. Industri pakaian jadi (konveksi) dari tekstil;q. Industri pengawetan rotan, bamboo dan sejenisnyar. Industri barang anyaman dari tanaman bukan rotan dan bambu;s. Industri kerajinan ukiran dari kayu bukan mebeler;t. Industri alat dapur dari kayu, rotan, dan bambu;u. Industribarang dari kayu, rotan, gabus lainnya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain;v. Industri perlengkapan rumah tangga dari tanah liat/keramik;w. Industri perkakas tangan untuk pertanian;x. Industri perkakas tangan pertukangan;y. Industri perkakas tangan yang digunakan dalam rumah tangga;z. Industri peralatan umum;aa. Industri alat music tradisional;ab. IndustriJasa reparasi produk logam pabrikasi lainnya;ac. Reparasi dan perawatan sepeda motor;ad. Jasa reparasi peralatan rumah tangga dan peralatan rumah dan kebun;ae. Jasa reparasi alas kaki dan barang dari kulit;af. Jasa reparasi furniture dan perlengkapan rumah;ag. Jasa reparasi barang rumah tangga dan pribadi lainnya.

C. Persyaratan Teknis yang Wajib Dipenuhi untuk Kegiatan Usaha pada Perumahan/ Kawasan PermukimanSelain dikenakannya Perda tentang Izin Gangguan, para pengelola/pemilik usaha juga wajib memenuhi persyaratan-persyaratan teknis untuk kegiatan usaha yang berada di perumahan dan kawasan permukiman, meliputi:1) Ketentuan akses, dimensi jalan dan fasilitas parkir;2) Ketentuan intensitas bangunan;3) Ketentuan keselamatan kebakaran;4) Ketentuan kualitas udara ambien dan kebisingan untuk perumahan;5) Standar pemenuhan cahaya dan ventilasi udara untuk rumah sehat;6) Ketentuan kualitas air baku;7) Ketentuan pengelolaan lingkungan untuk sanitasi, air limbah dan persampahan;8) Ketentuan gangguan getaran/keretakan/rusak bangunan tetangga.

1) Ketentuan Akses, Dimensi Jalan dan Fasilitas Parkir;Kendaraan yang memasuki perumahan dan kawasan permukiman mempunyai batasan dimensi sesuai dengan kelas jalan yang ada pada kawasan yang bersangkutan. Oleh karena itu dimensi dan berat/kelas kendaraan yang keluar-masuk pada kawasan yang bersangkutan harus menyesuaikan dengan kelas jalan yang disediakan. Adapun klasifikasi jalan pada perumahan dan kawasan permukiman adalah sebagai berikut:

Hirarki dan Kelas JalanLebar Badan JalanKecepatan KendaraanJumlah KendaraanJarak antar Simpang

Lokal Sekunder I (III-C)Minimum 5,00 m (Dawasja min.4 m)Min. 10 km/jam, maks 40 km/jam800-2000 kendaraan/hari> 200 m

Lokal Sekunder II (III-C)Minimum 5,00 m (Dawasja min.4 m)Min. 10 km/jam, maks 40 km/jam200-1000 kendaraan/hari100-200 m

Lokal Sekunder III (III-C)Minimum 5,00 m (Dawasja min.4 m)Min. 10 km/jam, maks 40 km/jamKurang dari 350 kendaraan/hari50-100 m

Lebar minimum bagian-bagian jalan untuk masing-masing hirarki jalan perumahan/ kawasan permukiman diatas adalah sebagai berikut:

Sumber: SNI03-6967-2003 Persyaratan Umum Sistem Jaringan&Geometrik Jalan Perumahan.

Fasilitas pendukung, perlengkapan jalan dan angkutan umum dengan klasifikasi jalan, dapat dilihat pada table dibawah ini.

Sumber: SNI03-6967-2003 Persyaratan Umum Sistem Jaringan&Geometrik Jalan Perumahan

Lahan parkir untuk perumahan dan kawasan permukiman pada skala unit RT (250 jiwa), unit RW (2500 jiwa) disediakan lahan parkir umum yang sekaligus dapat digunakan untuk tempat mangkal sementara bagi kendaraan umum. Pada malam hari lahan parkir ini dapat dipergunakan sebagai tempat pool kendaraan penghuni. Lokasi dan besaran luas yang disyaratkan untuk lahan parkir adalah:

Rumus luasan parkir untuk area perumahan:

Sumber: SNI 03-1733-2004 Tata cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Untuk pusat-pusat kegiatan yang dilayani baik berkelompok maupun menyebar maka standar besaran parkir yang umumnya dipakai adalah: Setiap luas 60 m2 luas area usaha untuk 1 lot parkir mobil. Setiap luas 100 m2 luas area kantor untuk 1 lot parkir mobil.

2) Ketentuan Intensitas BangunanKetentuan untuk intensitas lahan dan bangunan di Kota Surabaya mengikuti ketentuan Perwali Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pedoman Standar Teknis Pelayanan Pemanfaatan Ruang, yang dituangkan ke dalam Surat Keterangan Rencana Kota (SKRK) untuk setiap persil pemanfaatan lahan dan bangunan. SKRK pada suatu persil/lahan berisikan: a. peruntukan lahan dan penggunaan bangunan; b. syarat-syarat zoning yang berisi KDB maksimum, KLB maksimum, KDH minimum, KTB maksimum, jumlah lantai/ ketinggian maksimum bangunan, jumlah lantai bangunan dibawah permukaan tanah, serta ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku pada lokasi yang bersangkutan; c. lampiran gambar yang memuat tentang GSP, GSB, serta prasarana dan sarana jaringan utilitas apabila dibutuhkan.

GSP dan GSB ditentukan dengan mempertimbangkan rencana tata ruang yang ada sebagai penjabaran detail teknis dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya yang berlaku. Pada lokasi yang belum ada perencanaannya, GSP dapat ditentukan berdasarkan konsep Rencana Tata Ruang yang ada dan/atau mempertimbangkan perizinan pemanfaatan ruang yang pernah diterbitkan. Pada lokasi yang belum ada konsep Rencana Tata Ruang dan pelayanan perizinan pemanfaatan ruang yang pernah diterbitkan, secara umum GSP pada jalan lingkungan paling sedikit 3 m (tiga meter). Pada lokasi yang belum ada perencanaan, apabila terdapat saluran yang direncanakan lebih dari sama dengan 8 (delapan) meter (termasuk penampang basah dan kering), maka perlu ditentukan GSP yang berfungsi sebagai sempadan sungai maupun jalan inspeksi paling sedikit 3 m (tiga meter) satu sisi atau mempertimbangkan rencana tata ruang dan kondisi sekitarnya.

Pada lokasi yang belum ada perencanaan GSBnya dapat ditentukan berdasarkan konsep Rencana Tata Ruang yang ada dan/atau mempertimbangkan pelayanan perizinan pemanfaatan ruang yang pernah diterbitkan. Untuk tempat usaha pada jalan lingkungan yang lebih dari 6 (enam meter), maka GSB ditentukan dengan mempertimbangkan ukuran kavling dan peruntukan lahan. Pada lokasi yang belum ada perencanaan, apabila terdapat saluran yang direncanakan kurang dari 8 m (delapan meter) termasuk penampang basah dan kering, maka perlu ditentukan GSB yang berfungsi sebagai sempadan sungai paling sedikit 2 m (dua meter). Pada bangunan yang pemanfaatannya untuk industri atau pergudangan sistem tunggal, GSB Samping dan Belakang ditentukan paling sedikit 4 m (empat meter) atau dengan memperhitungkan KDB paling banyak 50% (lima puluh persen). Pada bangunan yang pemanfaatannya untuk perdagangan dan jasa komersial atau fasilitas umum dengan panjang lahan setelah terpotong GSP paling sedikit adalah 20 m (dua puluh meter) atau dengan lebar lahan paling sedikit 20 m (dua puluh meter) dan/atau bangunan maksimum 3 (tiga) lantai, GSB Belakang paling sedikit 3 m (tiga meter). Standar-standar teknis yang digunakan dalam pemberian pelayanan pemanfaatan ruang antara lain standar parkir, standar luasan diatur di dalam Lampiran IV dari Perwali ini.

3) Ketentuan Luasan Maksimum BangunanLuasan maksimum tempat usaha dan industri kecil dan mikro rumah tangga berikut beserta bangunan tempat tinggalnya dapat dihitung berdasarkan definisi yang telah diuraikan diatas dan standar perencanaan/perancangan arsitektur. Untuk industri rumah tangga, tenaga kerja maksimum sebanyak 4 orang (termasuk anggota keluarganya), dan untuk industri kecil tenaga kerjanya berjumlah maksimum 19 orang.

Luasan tempat bekerja pada rumah usaha ataupun bangunan industri kecil yang menjadi satu dengan tempat tinggal menurut buku standar The Architects Handbook (Pickard, Q., 2002) hal. 206-216 adalah sebagai berikut:

Untuk industri kecil (seperti sepatu dan lainnya) dengan karyawan yang diijinkan di lokasi perumahan maksimum sebanyak 19 orang, luasan tempat kerja maksimum lebih kurang 200 m2, dengan pendekatan luasan tempat kerja 10 m2 per orang.

Adapun pendekatan standar luasan sesuai standar arsitektural untuk luasan tempat kerja adalah sebagai berikut:

NOKEGIATANJUMLAH PEKERJA OPTIMAL (Org)SATUAN LUASAN (m2/Org)LUASAN OPTIMAL TEMPAT KERJA (m2)

ATEMPAT USAHA RUMAH TANGGA

1Toko peracangan/ barang kelontong/sembako520100

2Salon kecantikan/Rias pengantin/Spa/Sauna1020200

3Kos-kosan (Penyewa, bukan pekerja)199171

4Katering1910190

5Kantin/Warung Kopi1010100

6Foto copy1010100

7Wartel/Warnet/Pengetikan1010100

8Laundry1020200

9Cabang biro perjalanan1910190

10Panti pijat/refleksologi1910190

11Klinik kecantikan/Klinik dokter bersama1020200

12Praktek dokter perorangan1020200

13Apotek1020200

14Laboratorium optik1010100

15Toko pulsa/mobilephone1010100

16Butik pakaian1010100

17Kelompok belajar/playgroup/tempat kursus ketrampilan1910190

18Usaha MLM kesehatan, kecantikan, air isi ulang1020200

BINDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI PERUMAHAN

1Kerajinan dan reparasi kulit, sepatu, topeng, kaca/ kayu/ pigura1910190

2Jasa boga/Pembuatan kue/es krim 1020200

3Konveksi/pembuatan pakaian, gorden, bed cover (dengan memakai tenaga listrik maksimum total 3 KWh (4 PK).1910190

4Percetakan kertas, kotak makanan430120

5Kerajinan/Reparasi alat musik, furniture/ukir kayu485340

6Reparasi elektronik425100

7Air isi ulang1010100

8Pembuatan tempe/tahu/bahan makanan1020200

9Pemindangan/penggaraman/pengeringan/ pengasapan ikan di perkampungan nelayan825200

10Pembuatan batik, kain tenun/rajut825200

11Peralatan rumah tangga dari kayu825200

13Kerajinan dari plastik bekas, tumbuhan kering/ merangkai bunga1010190

14Pembuatan minuman tidak beralkohol, jamu tradisional1010100

15Fotografi42080

16Percetakan/sablon baju/spanduk620120

17Pembuatan emping/kerupuk tanpa dibakar1020200

18Kerajinan besi tempa/elektro pada kelompok industri1020200

Sumber: The Architects Handbook, 2002

Pendekatan luasan optimal tempat kerja diatas dimaksud mencapai kondisi ideal, tergantung dari luasan lahan yang tersedia. Luas maksimum tempat usaha dan kegiatan industri kecil dan mikro di perumahan adalah 300 m2, atau kurang dari 50% KDB.

4) Ketentuan Keselamatan KebakaranPengaturan lebar jalan, jarak antar bangunan dan fasilitas yang harus disediakan untuk menjamin tempat usaha memenuhi ketentuan keselamatan kebakaran untuk perumahan dan kawasan permukiman mengikuti ketentuan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.Bangunan tempat usaha pada perumahan dan kawasan permukiman ini menurut klasifikasinya pada peraturan menteri ini adalah Kelas 3 dan Kelas 4 Bangunan Gedung Hunian Campuran. Berdasarkan peraturan ini, untuk melakukan proteksi kebakaran dan memudahkan operasi pemadaman, maka di dalam lingkungan bangunan gedung harus tersedia jalan lingkungan dengan perkerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran. Untuk akses mobil pemadam kebakaran ini maka ditentukan jarak minimum antar bangunan gedung adalah sebagai berikut:

Sumber: Permen PU Nomor 26/PRT/M/2008.

Jalan akses pemadam kebakaran meliputi jalan kendaraan, jalan untuk pemadam kebakaran, jalan ke tempat parkir, atau kombinasi jalan-jalan tersebut.

Gambar Posisi perkerasan pada bangunan rumah usaha.

Gambar Perkerasan untuk ke luar masuknya mobil pemadam kebakaran.

5) Ketentuan Kualitas Udara Ambien dan Kebisingan untuk PerumahanMenurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan ambang nilai kebisingan yang diizinkan untuk perumahan adalah sebagai berikut:

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 718 Tahun 1987, terdapat pembagian wilayah kesehatan menjadi 4 (empat) zona, yaitu:i) Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingan yang diijinkan berkisar 35-45 dB.ii) Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Tingkat kebisingan yang diijinkan antara 45-55 dB.iii) Zona C Antara lain untuk perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar. Tingkat kebisingan yang diijinkan antara 50-60 dB.iv) Zona D untuk lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, da terminal bus. Tingkat kebisingan yang diijinkan Antara 60-70 dB.Menurut Leslie (1993) tingkat kebisingan ruang luar bangunan yang dapat diterima di dalam bangunan rumah tinggal untuk kota dekat dengan lalu lintas padat pada ruang tidur adalah 35 dB, sedangkan pada ruang keluarga adalah 40 dB, sebagaimana ditunjukkan pada table berikut ini:

Sebagai pembanding, penelitian gangguan kebisingan lalu lintas sebagai referensi yang lakukan oleh Arifin Efendi dan tim (2003) pada lokasi perumahan di Kota Yogyakarta menunjukkan tingkat kebisingan lalu lintas di lingkungan perumahan tipe tertutup adalah Antara 60,7 68,5 dB dan pada perumahan tipe terbuka mencapai 70,8 74,5 dB. Kedua hasil pengukuran pada tipe yang berbeda menunjukkan bahwa kebisingan yang terjadi telah melampaui baku mutu kebisingan yang disyaratkan.

Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut:i) Gas H2S mempunyai konsentrasi maksimum 1 mg/m3ii) Amonia (NH3) mempunyai konsentrasi maksimum 17 mg/m3 dan 25 ppm;iii) Karbon Monooksida (CO) mempunyai konsentrasi maksimum 29 mg/m3 dan 25 ppm;iv) Nitrogen Dioksida (NO2) mempunyai konsentrasi maksimum 5,6 mg/m3 dan 3,0 ppm;v) Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3 ;vi) Gas SO2 mempunyai konsentrasi maksimum 5,2 dan 2 ppm;vii) Debu maksimum 350 mm3 /m2 per hari.viii) Kebisingan dan getaranix) Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;x) Untuk ruang kerja tingkat kebisingan maksimum yang diijinkan 85 dB.A.xi) Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.Sedangkan baku mutu udara ambien untuk perumahan disyaratkan memenuhi Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Penetapan Baku Mutu Udara Ambien Daerah sebagai berikut:

Sumber: Permen LH 12/2010

6) Standar Pemenuhan Cahaya dan Ventilasi Udara untuk Rumah Sehat;Kualitas udara yang disyaratkan untuk perumahan dan kawasan permukiman Antara lain mempunyai benchmark sebagai berikut:i) Suhu udara nyaman antara 18 28 C;ii) Kelembaban udara 40 60 %;iii) Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm/24 jam;iv) Pertukaran udara 5 kaki 3 /menit/penghuni;v) Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam;vi) Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3;vii) Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.viii) Intensitas cahaya di ruang kerja minimum 100 Lux.

7) Ketentuan Kualitas Air BakuUntuk memenuhi ketentuan kegiatan usaha maka sekurang-kurangnya perlu disediakan air bersih dengan kebutuhan sebagai berikut:i) Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/ orang/hari untuk kegiatan usaha dan 120 liter/orang/hari untuk penghuni rumah;ii) Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

8) Ketentuan Pengelolaan Lingkungan untuk Sanitasi, Air Limbah dan PersampahanKegiatan usaha pada perumahan dan kawasan permukiman juga wajib memenuhi ketentuan pengelolaan sanitasi, air limbah dan persampahan. Untuk pengolahan limbah cair (air limbah) dan limbah padat (sampah) secara umum kriterianya adalah:i) Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit; ii) Limbah cair yang berasal rumah tangga/tempat usaha tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;iii) Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan;iv) Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah;v) Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan; vi) Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg;vii) Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg;viii) Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg;ix) Kandungan Benzopyrene maksimum 1 mg/kg.

9) Ketentuan gangguan getaran/keretakan/rusak bangunan tetangga.Untuk mengatasi terjadinya gangguan akibat getaran/rusaknya bangunan tetangga, maka pada saat kegiatan konstruksi bangunan, pemilik bangunan disyaratkan mengikuti ketentuan metoda pelaksanaan konstruksi yang aman terhadap getaran. Sedangkan pada saat dilakukannya kegiatan usaha, getaran yang ditimbulkan sebagai akibat operasionalisasi mesin produksi harus diantisipasi atau diredam sedemikian sehingga tidak menimbulkan getaran terhadap bangunan yang ada disekelilingnya. Ketentuan untuk getaran maksimum untuk kenyamanan dan kesehatan pekerja maka tingkat getaran maksimumnya yaitu:

7. Kesimpulan dan Rekomendasi7.1. KesimpulanKegiatan usaha industri kecil dan rumah tangga di perumahan dan kawasan permukiman Kota Surabaya tidak terlepas dari kesejarahannya sejak jaman colonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, datangnya industri modern hingga perkembangan yang terjadi saat ini. Nilai kesejarahan ini menjadi salah satu asset wisata bagi Kota Surabaya dengan adanya situs industri rakyat yang menjadi cagar budaya kegiatan ekonomi dan industri kecil. Berlatar belakang industri kecil dan rumah tangga yang berakar kuat inilah tidak mudah menata keberadaan kegiatan usaha industri kecil dan rumah tangga di perumahan dan kawasan permukiman.

Selain faktor nilai kesejarahan kegiatan usaha industri kecil dan rumah tangga, kegiatan ini dalam perkembangannya mengalami perubahan-perubahan yang signifikan. Perubahan skala kegiatan dengan penambahan besaran ruang bangunan pada lahan yang kian terbatas mendatangkan risiko gangguan terhadap lingkungannya. Dengan berbagai keluhan yang dirasakan oleh para tetangganya ini maka kegiatan usaha industri kecil dan rumah tangga di dalam perumahan dan kawasan permukiman wajib dikendalikan, sesuai dengan ketentuan UURI Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Mengikuti pembaruan undang-undang ini dan adanya UURI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka ketentuan Peraturan Daerah Kota Surabaya tentang Izin Gangguan juga menyesuaikan dari Perda yang lama ke Perda yang baru yaitu Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2010 tentang Retribusi Izin Gangguan dan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2010 tentang Izin Gangguan.

Ketentuan terakhir dari Pemerintah Kota Surabaya yang mengatur intensitas lahan dan bangunan pada kegiatan usaha industri kecil dan rumah tangga di perumahan dan kawasan permukiman yaitu adanya ketentuan pelaksanaan daripada Perda-perda diatas melalui Peraturan Walikota Surabaya Nomor 39 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Standar Teknis untuk Pelayanan Pemanfaatan Ruang dan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 74 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2010 tentang Izin Gangguan.

Sebagai pegangan pelengkap bagi aparat instansi teknis terkait dalam menerapkan instrumen perizinan untuk menerbitkan SKRK, diperlukan arahan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang telah akan tertuang di dalam RDTRK dan RTBL masing-masing Sub-blok di dalam blok peruntukan dan di dalam unit lingkungan dan unit pengembangan perkotaan Kota Surabaya yang berwujud zoning map dan zoning text, serta matriks ITBX.

Bagi para pemohon izin usaha yang bersangkutan, selain wajib memenuhi persyaratan-persyaratan administratif yang telah ditetapkan di dalam Perda dan Perwali tentang Izin Gangguan dan SKRK, maka wajib pula memperhatikan syarat-syarat teknis yang meliputi:

1) Ketentuan akses, dimensi jalan dan fasilitas parkir;2) Ketentuan intensitas bangunan dan luasan maksimum ruang usaha/industri;3) Ketentuan keselamatan kebakaran;4) Ketentuan kualitas udara ambien dan kebisingan untuk perumahan;5) Standar pemenuhan cahaya dan ventilasi udara untuk rumah sehat;6) Ketentuan kualitas air baku;7) Ketentuan pengelolaan lingkungan untuk sanitasi, air limbah dan persampahan;8) Ketentuan gangguan getaran/keretakan/rusak bangunan tetangga;sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian diatas.

7.2. RekomendasiSebagai rekomendasi berikut ini diuraikan arahan pemanfaatan dan intensitas bangunan yang dirangkum pada tabel dibawah ini.Kajian Ketentuan Kegiatan Industri Kecil-Mikro Rumah Tangga dan Usaha Rumah Tangga pada Kawasan Perumahan dan Permukiman di Surabaya2014

Ir. Mudji Irmawan, MS.Ir. Andon Setyo Wibowo, MT.Page 23

NOKEGIATANJUMLAH PEKERJA MAKS. (Org)LUASAN MAKSIMUM TEMPAT KERJA (m2)KDB/KLBPARKIR(tamu+ pemilik)(srp)KETERANGAN

ATEMPAT USAHA RUMAH TANGGAMengikuti ketentuan RDTR setempat Jumlah ruang parkir di dalam persil antara tamu dan pemilik fleksibel Lebar jalan lingkungan minimal 6 m Instalasi dan Utilitas pada ruang Dawasja (sempadan bangunan)

1Toko peracangan/ barang kelontong/sembako51001 + 1

2Salon kecantikan/Rias pengantin/Spa/Sauna102005 + 1

3Kos-kosan (pengguna)5 (19)45 (171)10 motor (standar)6 (mewah) + 1 Maksimum jumlah srp Jumlah pekerja maksimum 5 org melayani 19 org

4Katering191903 + 3Parkir: 60 m2/srp

5Kantin/Warung Kopi101002 + 1Parkir: 60 m2/srp

6Foto copy101002 + 1

7Wartel/Warnet/Pengetikan101002 + 1

8Laundry102004 + 2

9Cabang biro perjalanan191904 + 2

10Panti pijat/refleksologi191905 + 1

11Klinik kecantikan/Klinik dokter bersama102005 + 1

12Praktek dokter perorangan102005 + 1

13Apotek102005 + 1

14Laboratorium optik101002 + 1

15Toko pulsa/mobilephone101002 + 1

16Butik pakaian101002 + 1

17Kelompok belajar/playgroup/tempat kursus ketrampilan191905 + 1

18Usaha MLM kesehatan, kecantikan102005 + 1

BINDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI PERUMAHAN Jumlah ruang parkir di dalam persil antara tamu dan pemilik fleksibel Lebar jalan lingkungan minimal 6 m Instalasi dan Utilitas pada ruang Dawasja (sempadan bangunan)

1Kerajinan dan reparasi kulit, sepatu, topeng, kaca/ kayu/ pigura19190

Mengikuti ketentuan RDTR setempat5 + 1

2Jasa boga/Pembuatan kue/es krim 102005 + 1

3Konveksi/pembuatan pakaian, gorden, bed cover (dengan memakai tenaga listrik maksimum total 3 KWh (4 PK).191905 + 1

4Percetakan kertas, kotak makanan41202 + 2

5Kerajinan/Reparasi alat musik, furniture/ukir kayu43405 + 2

6Reparasi elektronik41002 + 2

7Air isi ulang101002 + 2

8Pembuatan tempe/tahu/bahan makanan102004 + 2

9Pemindangan/penggaraman/pengeringan/ pengasapan ikan di perkampungan nelayan82003 + 3

10Pembuatan batik, kain tenun/rajut82003 + 3

11Peralatan rumah tangga dari kayu82004 + 2

13Kerajinan dari plastik bekas, tumbuhan kering/ merangkai bunga101903 + 3

14Pembuatan minuman tidak beralkohol, jamu tradisional101002 + 2

15Fotografi4803 + 1

16Percetakan/sablon baju/spanduk61202 + 2

17Pembuatan emping/kerupuk tanpa dibakar102003 + 3

18Kerajinan besi tempa/elektro pada kelompok industri102003 + 3