25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan Jubede Jajanan menurut Febry (2010) didefinisikan sebagai makanan siap makan atau dipersiapkan untuk dikonsumsi langsung di lokasi jualan dan dijual di jalanan atau di tempat-tempat umum, seperti area permukiman, pusat perbelanjaan, terminal-terminal, pasar-pasar, atau dijajakan dengan cara berkeliling, sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003, jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran dan hotel. Jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat mengingat terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Jajanan jubede atau orang luar Madura menyebutnya Jubada merupakan makanan khas tradisonal yang berasal dari desa Kapedi Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Jubede mungkin tidak ditemukan di daerah lain, karena itu makanan tradisonal ini menjadi salah satu yang khas dari kabupaten Sumenep yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh ketika berkunjung ke Sumenep. Sebenarnya ada banyak toko oleh-oleh di Sumenep, namun ada dua tempat belanja oleh-oleh tradiosional khas Madura yang sering dikunjungi wisatawan. Kedua tempat 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Jajanan Jubede

Jajanan menurut Febry (2010) didefinisikan sebagai makanan siap makan

atau dipersiapkan untuk dikonsumsi langsung di lokasi jualan dan dijual di jalanan

atau di tempat-tempat umum, seperti area permukiman, pusat perbelanjaan,

terminal-terminal, pasar-pasar, atau dijajakan dengan cara berkeliling, sedangkan

menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

942/Menkes/SK/VII/2003, jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah

oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan

siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan

atau restoran dan hotel. Jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi

makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus meningkat mengingat

terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri.

Jajanan jubede atau orang luar Madura menyebutnya Jubada merupakan

makanan khas tradisonal yang berasal dari desa Kapedi Kabupaten Sumenep Jawa

Timur. Jubede mungkin tidak ditemukan di daerah lain, karena itu makanan

tradisonal ini menjadi salah satu yang khas dari kabupaten Sumenep yang bisa

dijadikan sebagai oleh-oleh ketika berkunjung ke Sumenep. Sebenarnya ada

banyak toko oleh-oleh di Sumenep, namun ada dua tempat belanja oleh-oleh

tradiosional khas Madura yang sering dikunjungi wisatawan. Kedua tempat

10

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

11

tersebut adalah pasar Kapedi yang terletak di desa Kapedi, Kecamatan Bluto dan

pasar Prenduan yang terletak didesa Prenduen, Kecamatan Pragaan. Keduanya

berada di lokasi strategis yaitu dijalan provinsi menuju kabupaten Sumenep

(Nurmaih, 2017).

Gambar 2.1 Jajanan jubede (Ahmad, 2015)

2.2 Cara Pembuatan Jajanan Jubede

Jajanan jubede atau jubada terbuat terbuat dari tepung ketan, gula merah

dan air yang dimasak sampai mengental. Setalah dingin, lalu dibentuk gulungan

panjang, kemudian dipotong kecil berukuran sekitar 2-2,5 cm. Setelah mengeras

jubede diikat per 3 biji gulungan dengan tali yang terbuat dari daun siwalan,

kemudian dikemas dalam plastik kecil atau mika plastik (Ahmad, 2015).

2.3 Tinjauan Tentang Khamir

Khamir termasuk cendawan, tetapi berbeda dengan kapang karena

bentuknya yang terutama uniseluler. Reproduksi vegetatif terjadi dengan cara

pertunasan. Sebahai sel tunggal khamir tumbuh dan berkembang biak lebih cepat

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

12

dibanding kapang yang tumbuh dengan pembentukan filamen. Khamir juga lebih

efektif dalam memecah komponen kimia disbanding kapang, karena mempunyai

perbandingan luas permukaan dengan volume yang lebih besar.Khamir memiliki

ukuran dan morfologi lebih besar dari bakteri (Waluyo, 2007).

2.3.1 Morfologi Khamir

Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5

mm sampai 20-50 mm, dan lebar 1-10 mm. bentuk khamir bermacam-macam

yaitu bulat, oval, silinder, ogival yaitu bulat panjang dengan salah satu ujung

runcing, segitiga melengkung (trianguler), berbentuk botol, bentuk apikulat atau

lemon, membentuk psedomiselium, dan sebagainya (Waluyo, 2007).

Gambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007)

Sel vegetatif yang berbentuk apikulat atau lemon merupakan karakteristik

kelompok khamir yang ditemukan pada tahap awal fermentasi alami buah-buahan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

13

dan bahan lain yang mengandung gula, misal Hanseniaspora dan Kloeckera.

Bentuk ovigal adalah bentuk memanjang dimana salah satu ujung bulat dan ujung

yang lainnya runcing. Bentuk ini merupakan karakteristik dari khamir

Brettanomyces. Sedang khamir berbentuk bulat misalnya Debaryomyces, bentuk

oval pada genus Saccharomyces, dan yang berbentuk trianguler misal

Trygonopsis. Khamir tidak mempunyai flagela atau organ lain untuk bergerak

(Waluyo, 2007).

Ukuran dan bentuk sel khamir dalam kultur yang sama mungkin berbeda

karena pengaruh perbedaan umur dan kondisi lingkungan selama pertumbuhan.

Sel muda mungkin berbeda bentuknya dari yang tua karena adanya proses

ontogeny, yaitu perkembangan individu sel. Contoh khamir yang berbentuk

apikulat (lemon) umumnya berasal dari tunas berbentuk bulat sampai oval yang

terlepas dari induknya, kemudian tumbuh dan membentuk tunas sendiri . Karena

proses pertunasannya bersifat bipolar, sel muda yang berbentuk oval membentuk

tunas pada ke dua ujungnya sehingga mempunyai bentuk sepeti lemon. Sel-sel

yang sudah tua dan telah mengalami pertunasan berkali-kali, mungkin mempunyai

bentuk yang berbeda-beda (Waluyo, 2007).

2.3.2 Sifat Fisiologi Khamir

Khamir yang biasa digunakan untuk industri mempunyai sifat fisiologi

yang umum. Khamir kebanyakan tumbuh paling baik pada kondisi dengan air

yang cukup.Khamir dapat tumbuh pada medium dengan gula atau garam yang

tinggi, sehingga khamir kebutuhan air untuk pertumbuhan lebih kecil

dibandingkan bakteri. Batas aktivitas air khamir terendah untuk pertumbuhan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

14

berkisar antara 0,88-0,94. Selain itu, banyak khamir yang bersifat osmofilik yakni

dapat tumbuh pada medium dengan aktifitas air relatif rendah, yakni 0,62-0,65.

Khamir mempunyai batas aktifitas air minimal dan untuk pertumbuhan berbeda-

beda dipengaruhi oleh berbagai factor seperti kandungan nutrien substrat, pH,

suhu, tersedianya oksigen, dan ada tidaknya senyawa penghambat dan lain

sebagainya (Waluyo, 2007).

Kisaran suhu untuk pertumbuhan kebanyakan khamir pada umunya

hampir sama dengan kapang, yakni suhu optimum 25-30°C dan suhu maksimum

35-47°C, tetapi beberapa khamir dapat tumbuh pada suhu 0°C. Kebanyakan

khamir lebih cepat turun pada pH 4,0-4,5, dan tidak dapat tumbuh dengan baik

pada medium alkali, kecuali jika telah beradaptasi. Khamir tumbuh baik pada

kondisi aerobic, tetapi yang bersifat fermentasi dapat tumbuh secara anaerobik

meskipun lambat (Waluyo, 2007).

2.3.3 Klasifikasi Khamir

Identifikasi khamir selain dengan bentuk morfologi juga ditentukan oleh

sifat-sifat lain seperti kultur, fisiologi, dan reproduksi seksual. Sifat-sifat penting

yang digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi khamir adalah sebagai berikut:

a. Sifat-sifat Morfologi

1. Reproduksi Vegetatif

• Pertunasan

• Pembelajan

• Pembelah tunas

• Pembentukan spora aseksual

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

15

2. Bentuk Sel Vegetatif

b. Sifat-Sifat Kultur

1. Karakteristik pertumbuhan didalam medium cair

2. Karakteristik pertumbuhan pada medium padat

c. Sifat-sifat Fisiologi

1. Penggunaan senyawa karbon

2. Penggunaan senyawa nitrogen

3. Pertumbuhan didalam medium dengan tekanan osmotik tinggi

4. Pertumbuhan pada suhu relatif tinggi

5. Produksi asam

6. Produksi senyawa ekstraseluler

7. Hidrolisis urea

8. Pemecahan lemak

9. Pembentukan pigmen

10. Produksi ester

11. Ketahanan terhadap aktidion

12. Pencairan gelatin

d. Reproduksi seksual

1. Karakteristik askus dan askospora

2. Infertilitas pada khamir Ascomycetes

3. Karakteristik teliospora dan sporidia (basidiospora)

4. Berdasarkan karakterustik tersebut khamir dapat dibedakan menjadi

tiga kelas utama, yakni:

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

16

1) Kelas Ascomycetes atau khamir askosporogenous, dimana spora

tumbuh dalam askus

2) Kelas Basidiomycetes, yang membentuk spora pada basidium

3) Kelas Deuteromycetes, yakni khamir yang tidak memproduksi

spora seksual, disebut juga fungi imperfecti yang terdiri dari dua

famili yakni:

a) Sporobolomycetaceae yang memproduksi balliospora

b) Cryptococcaceae yang tidak memproduksi balliospora maupun

spora seksual (Waluyo, 2007).

2.3.4 Identifikasi Khamir

Identifikasi khamir dapat dilakukan dengan identifikasi morfologi

makroskopis, merupakan pengamatan morfologi koloni koloni (warna, bentuk

koloni, tepi dan elevasi koloni) dan morfologi sel (bentuk sel, membentuk pseudo

hifa atau true hifa, reproduksi vegetatif (budding, fission, konidia) dan reproduksi

seksual (bentuk spora: askospora dan basidiospora) serta identifikasi berdasarkan

karakter fisiologi dan biokimia meliputi uji urease, uji fermentasi karbon, uji

asimilasi karbon, uji asimilasi nitrogen, uji pertumbuhan pada temperatur, uji

pertumbuhan pada glukosa, uji pertumbuhan pada 1% (v/v) asam asetat dan uji

produksi asam (Widiastutik, 2013).Satu individu khamir dapat memiliki nama

genus yang berbeda tergantung pada fase reproduksi yang terlihat pada saat

pengamatan morfologi (Yarrow 1998; Jumiyati, 2012).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

17

1) Genus Candida

Genus Candida memiliki bentuk sel bervariasi dari bulat, oval, silindris

hingga memanjang, jarang apikulat, ogival, triangular atau bentuk botol dengan

atau tanpa pseudohifa. Reproduksi aseksual dengan pertunasan multilateral.

Genus Candida tidak membentuk askospora, arthrospora, teliospora, atau pun

ballistospora, tetapi klamidospora mungkin terbentuk pada beberapa spesies.

Tidak memiliki pigmen karotenoid sehingga berwarna putih hingga krem.

Beberapa spesies Candida dapat melakukan fermentasi, dan beberapa yang lain

tidak (Kreger, 1987).

2) Genus Saccharomyces

Genus Saccharomyces memiliki sel berbentuk bulat, elips atau silindris

dengan mungkin membentuk pseudohifa tapi tidak untuk hifa. Reproduksi

aseksual dengan pertunasan multilateral dan secara seksual dengan askospora

(1-4 atau lebih per askus). Pada media cair tidak membentuk pelikel atau cincin

serta mampu melakukan fermentasi dengan cepat (Kreger, 1987).

3) Genus Pichia

Genus Pichia memiliki bentuk sel bulat, elips atau memanjang, sering

membentuk pseudohifa namun sangatjarang membentuk true hifa. Reproduksi

aseksual dengan pertunasan multilateral dan secara seksual dengan askospora

(1-4 per askus). Pada beberapa spesies mungkin membentuk arthrospora.Genus

ini mungkin atau tidak melakukan fermentasi gula (Kreger, 1987).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

18

4) Genus Hansenula

Genus Hansenula memiliki bentuk sel bulat, elips atau memanjang

dengan true hifa atau pseudohifa mungkin terbentuk. Reproduksi aseksual

dengan pertunasan multilateral dan secara seksual dengan askospora (1-4 per

askus). Genus ini mungkin atau tidak melakukan fermentasi gula (Kreger,

1987).

5) Genus Debaryomyces

Genus Debaryomyces memiliki sel berbentuk bulat, oval sampai

silindris dengan atau tanpa pesudohifa. Reproduksi aseksual dengan pertunasan

multilateral dan secara seksual dengan membentuk askospora yang biasanya

berjumlah 1-2 atau bisa lebih sampai 4 per askus pada beberapa spesies. Genus

ini cenderung lamban atau lemah dalam fermentasi (Kreger, 1987).

6) Genus Torulaspora

Genus Torulospora memiliki bentuk sel bulat atau elips dengan

pseudohifa mungkin terbentuk tapi tidak membentuk hifa. Reproduksi aseksual

dengan pertunasan multilateral dan secara seksual dengan askospora (1-4 per

askus). Genus ini mampu melakukan fermentasi dengan cepat (Kreger, 1987).

2.3.5 Sumber Kontaminasi Mikroorganisme dalam Pangan

Mikroorganisme dapat ditemukan pada berbagai jenis habitat yang luas,

mulai dari perairan laut yang dingin hingga ke daerah yang berair panas.

Mikroorganisme dalam pangan dapat berupa mikroflora alami bahan pangan atau

organisme yang berasal dari luar pangan yang masuk ketika bahan pangan

dipanen/disembelih, diolah, disimpan dan didistribusikan (Adams & Moss. 2008).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

19

Beberapa sumber kontaminasi mikroorganisme pada pangan menurut Sopandi &

Wardah (2014), yakni:

1) Sumber Kontaminasi Mikroorganisme dari Air

Air digunakan untuk memproduksi, mengolah, dan pada kondisi

tertentu digunakan untuk menyimpan pangan. Air digunakan untuk irigasi

pertanian, minuman ternak, pemeliharaan ikan dan hewan air, pencucian,

pengolahan, dan penyimpanan pangan. Air juga digunakan sebagai bahan

dalam berbagai pangan olahan. Kualitas air akan berpengaruh sangat besar

terhadap kualitas pangan.

2) Sumber Kontaminasi Mikroorganisme dari Manusia

Selama proses produksi dan konsumsi, pangan akan bersentuhan

dengan berbagai orang yang menangani pangan, termasuk dengan orang yang

bekerja di pertanian, petugas penanganan pangan di restoran, toko,

supermarket, dan di rumah. Tangan dan pakaian yang tidak bersih, serta rambut

dapat menjadi sumber kontaminasi. Luka pada tangan, penyakit umum seperti

flu, radang tenggorokan, atau stadium awal hepatitis dapat meningkatkan

kontaminasi pangan. Pelatihan yang tepat mengenai higenitas, pemerikasaan

kesehatan, pemeliharaan kesehatan, sanitasi, serta penggunaan standar etika

diperlukan untuk mereduksi kontaminan yang berasal dari manusia.

3) Sumber Kontaminasi Mikroorganisme dari Bahan Tambahan Pangan

Beberapa zat aditif pangan dapat menjadi sumber kontaminasi pangan.

Berbagai rempah dan bumbu secara umum mempunyai populasi kapang dan

bakteri berspora tinggi. Bahan pangan harus diproduksi pada kondisi sanitasi

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

20

yang baik dan diberi perlakuan antimikroba. Selain itu, perancangan spesifikasi

mikroba yang dapat diterima untuk bahan pangan akan mereduksi mikroba

kontaminan dari sumber bahan pangan.

4) Sumber Kontaminasi Mikroorganisme dari Peralatan

Berbagai peralatan secara luas digunakan dalam pemanenan,

penyembelihan, transportasi, pengolahan, dan penyimpanan pangan. Berbagai

jenis mikroba dari udara, bahan baku, air dan peralatan dapat berada pada

peralatan dan mengkontaminasi pangan. Mikroorganisme dapat berkembang

pada kondisi lingkungan peralatan (kadar air, nutrisi, suhu dan waktu). Pada

penggunaaan peralatan yang terus menerus dalam waktu yang lama,

mikroorganisme awal akan berkembang biak dan terus menjadi sumber

kontaminasi dalam produk. Pencucian dan sanitasi yang tepat terhadap

peralatan secara terus-menerus dapat mereduksi jumlah mikroba pangan.

5) Sumber Lain Kontaminasi Mikroorganisme

Pangan dapat terkontaminasi mikroorganisme dari berbagai sumber

lain, seperti bahan baku pembuatan pangan seperti buah-buahan, sayuran, biji-

bijian, dan pangan hewani yang juga dapat dipengaruhi oleh mikroorganisme

dimana bahan baku tersebut diperoleh. Material pengemas dan pembungkus

pangan, wadah maupun hewan-hewan kecil seperti serangga juga menjadi

salah satu sumber kontaminasi pangan. Oleh karena itu, fasilitas pengemasan

dan penyimpanan pangan harus mendapat perhatian karena membawa

mikroorganisme patogen.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

21

Tingkat kerentanan pangan terhadap mikoorganisme penyebab kerusakan

pangan bervariasi, yang dipengaruhi oleh perbedaan faktor intrinsik seperti

aktivitas air (aw). Pangan yang mempunyai aw tinggi (sekitar 0,98) atau pH sekitar

6,4 lebih rentan kerusakan pangan dibandingkan pangan yang mempunyai aw

(kurang dari 0,90) rendah atau pH rendah (kurang dari 5,3). Kapang dapat

tumbuh baik pada kedua kondisi tersebut (Ray, 1992). Berdasarkan tingkat

kerentanannya terhadap kerusakan mikroba, pangan dapat dikelompoknya

menjadi 3 yakni, pangan perishabel yang cepat rusak dalam beberapa hari,

semiperishabel yang mempunyai masa simpan relatif panjang dalam beberapa

minggu atau bulan, serta pangan non-perishabel yang mempunyai masa simpan

sangat panjang beberapa bulan atau tahun (Sopandi & Wardah, 2014).

2.3.6 Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku

pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan

atau pembuatan makanan atau minuman. Pangan olahan adalah makanan atau

minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan

tambahan sedangkan pangan tercemar adalah pangan yang mengandung bahan

beracun, berbahaya atau yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan

atau jiwa manusia; pangan yang mengandung cemaran yang melampaui ambang

batas maksimal yang ditetapkan; pangan yang mengandung bahan yang dilarang

digunakan dalam kegiatan atau proses produksi pangan; pangan yang

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

22

mengandung bahan yang kotor, busuk, tengik, terurai, atau mengandung bahan

nabati atau hewani yang berpenyakit atau berasal dari bangkai sehingga

menjadikan pangan tidak layak dikonsumsi manusia; pangan yang sudah

kedaluwarsa (BPOM, 2009).

Cemaran pangan yang selanjutnya disebut cemaran adalah bahan yang

tidak sengaja ada danatau tidak dikehendaki dalam pangan yang berasal dari

lingkungan atau sebagai akibat proses di sepanjang rantai Pangan, baik berupa

cemaran biologis, cemaran kimia, residu obat hewan dan pestisida maupun benda

lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia

(BPOM, 2018). Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) No. 16 tahun 2016 tentang kriteria

mikrobiologi dalam pangan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kriteria mikrobiologi dalam pangan Kategori

Pangan

Jenis

Olahan

Pangan

Jenis

Mikroba

n c m M

Kue Beras Dodol,

jenang,

gelamai

Kapang &

khamir

5 2 10

koloni/g

103

koloni/g

Keterangan:

n : Jumlah sampel yang diambil dan dianalisis

c : Jumlah yang boleh melampaui batas mikroba untuk menentukan keberterimaan suatu

produk pangan

m, M : Batas Mikroba

ALT : Angka Lempeng Total (BPOM, 2016)

Makanan yang diproduksi, diimpor dan diedarkan di wilayah Indonesia

harus memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi pangan. Persyaratan

keamanan makanan harus dipenuhi untuk mencegah makanan dari kemungkinan

adanya bahaya, baik karena cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat

mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (BPOM, 2009)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

23

Batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan secara kuantitatif dinyatakan

sebagai jumlah maksimum mikroba yang diizinkan terdapat dalam pangan

dinyatakan dalam angka atau jumlah koloni per satuan berat atau volume, dan

secara kualitatif dinyatakan sebagai negatif per satuan berat atau volume tertentu

(BSNI, 2009).

2.4 Tinjauan Tentang Angka Lempeng Total (ALT)

Menurut BSNI (2009) Angka Lempeng Total (ALT) adalah menunjukkan

jumlah mikroba dalam suatu produk. Dibeberapa negara dinyatakan sebagai

Aerobic Plate Count (APC) atau Standard Plate Counts (SPC) atau Aerobic

Microbial Count (AMC). ALT secara umum tidak terkait dengan bahaya

keamanan pangan namun kadang bermanfaat untuk menunjukkan kualitas, masa

simpan atau waktu paruh, kontaminasi dan status higienis pada saat proses

produksi.

Angka Lempeng Total (ALT) merupakan metode kuantitatif yang

digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel. Uji

ALT atau lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan

media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual

berupa angka dalam koloni(cfu) per ml/g atau koloni/100 ml (BPOM, 2009).

Menurut Waluyo (2010) dalam metode Angka Lempeng Total (ALT),

bahan yang diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel mikroba per ml atau per

gram atau per cm (jika pengambilan sampel dilakukan pada permukaan),

memerlukan perlakuan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar

didalam cawan petri. Setelah inkubasi, akan terbentuk koloni pada cawan tersebut

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

24

dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah diantara 30

sampai 300 koloni. Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal, yaitu 1:10,

1:100, dan 1:1000, dan seterusnya. Umumnya larutan pengencer yang digunakan

adalah peptone water 0,1%, buffer fosfat atau larutan ringers (4 kali kuat), dan

peptone 0,1% plus NaCL 0,85% (ISO 6887:1983) (BPOM, 2008).

2.4.1 Teknik Perhitungan Angka Lempeng Total (ALT)

Uji Angka Lempeng Total dapat dilakukan dengan dua metode hitungan

cawan, yakni metode tuang (pour plate) dan metode permukaan (spread plate).

Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode tuang. Pada metode tuang,

sejumlah sampel (1 ml atau 0,1 ml) dari pengenceran yang dikehendaki

dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambah agar-agar cair steril yang

telah didinginkan (47-500C) sebanyak 15-20 ml dan digoyangkan supaya

sampelnya menyebar (Fardiaz, 1992). Jumlah koloni dalam sampel dapat dihitung

sebagai berikut:

Faktor pengenceran = Tingkat pengenceran x jumlah suspensi yang ditumbuhkan

=Jumlah koloni pada = media lempeng x𝟏

𝐅𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧

Laporan dari hasil menghitung dengan cara hitungan cawan menggunakan

standart yang disebut Standard Plate Counts (SPC) sebagai berikut:

1) Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni

antara 20-300; jika tidak ada yang memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya

mendekati 300.

Jumlah koloni

Kapang per g sampel

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

25

2) Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan

koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai

koloni,

3) Satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung

sebagai satu koloni.

4) Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas petri disk; koloni

demikian dinamakan spreader.

5) Perbandingan jumlah bakteri hasil pengenceran yang berturut-turut antara

pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya; jika sama atau

lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata. Tetapi jika lebih besar dari 2 yang

dipakai jumlah mikroba dari hasil pengenceran sebelumnya.

6) Jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-rata (Waluyo,

2010).

Dalam SPC ditentukan cara pelaporan dan perhitungan koloni sebagai

berikut:

1) Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka yakni angka pertama

(satuan) dan angka kedua (desimal) jika angka ketiga sama dengan atau lebih

besar dari pada 5, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua.

Sebagai contoh, didapatkan 1,7 x 104 unit koloni/ ml atau 2,0 x 106 unit

koloni/ gram.

2) Jika pada semua pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni per cawan petri,

berarti pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. Karena itu, jumlah koloni

pada pengenceran terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

26

dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya

harus dicantumkan didalam tanda kurung.

3) Jika pada semua pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni pada cwan petri,

berarti pengenceran yang dilakukan terlalu rendah. Karena itu, jumlah koloni

pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih

dari 300 dikalikan dengan faktor pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya

harus dicantumkan didalam tanda kurung.

4) Jika jumlah cawan dari dua tingkat pengenceran dihasilkan koloni dengan

jumlah antara 30-300, dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari

kedua pengenceran tersebut lebih kecil atau sama dengan dua, dilaporkan rata-

rata dari kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan faktor pengencerannya.

Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari dua, yang

dilaporkan hanya hasil yang terkecil.

5) Jika dugunakan dua cawan petri (duplo) perpengenceran, data yang diambil

harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh dari satu. Oleh karena itu, harus

dipilih tingkat pengenceran yang menghasilkan kedua cawan duplo dengan

koloni antara 30-300 (Waluyo, 2010).

2.5 Tinjauan Tentang Sumber Belajar

Pengajaran merupakan suatu proses sistematik yang meliputi banyak

komponen. Salah satu dari komponen sistem pengajaran adalah sumber belajar.

Menurut Arif Sadirman (1989) berpendapat bahwa, segala macam sumber yang

ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan atau

memudahkan terjadinya proses belajar disebut sebagai sumber belajar. Dengan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

27

peranan sumber belajar (seperti: guru, buku, film, majalah, laboratorium,

peristiwa, dan sebagainya) memungkinkan individu berubah dari tidak tahu

menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak terampil menjadi

terampil, dan menjadikan individu dapt membedakan yang baik dan tidak baik

dan seterusnya. Dengan kata lain, sesungguhnya tidak ada bahan yang jelas

mengenai sumber belajar, sebab segala apa yang bisa mendatangkan manfaat atau

mendukung dan menunjang individu untuk berubah kearah yang lebih positif,

dinamis, atau menuju berkembang, dapat disebut sumber belajar. Bahkan proses

pengajaran itu sendiri dapat disebut sebagai sumber belajar (Rohani, 2010).

2.5.1 Klasifikasi Sumber Belajar

Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pembelajaran

sangat beraneka ragam jenis dan bentuknya. Sumber belajar tersebut bukan hanya

dalam bentuk bahan cetakan seperti buku teks akan tetapi peserta didik dapat

memanfaatkan sumber belajar yang lain seperti radio pendidikan, televisi,

komputer, e-mail, video interaktif, komunikasi satelit, dan teknologi komputer

multimedia dalam upaya meningkatkan interaksi dan terjadinya umpan balik

dengan peserta didik (Mclsaac dan Gunawardena, 1996) sedangkan menurut Seels

dan Richeydalam Abdullah (2012) mengklasifikasikan sumber belajar sebagai

berikut:

1) Pesan yang merupakan informasi yang disampaikan oleh komponen yang lain,

biasanya berupa ide, makna, dan fakta. Berkaitan dengan konteks

pembelajaran, pesan ini terkait dengan isi bidang studi dan akan dikelola dan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

28

direkonstruksikan kembali oleh pebelajar. Orang: orang tertentu yang terlibat

dalam penyimpanan dan atau penyaluran pesan.

2) Bahan yang merupakan kelompok alat yang sering disebut dengan perangkat

lunak. Dalam hal ini bahan berfungsi menyimpan pesan sebelum disalurkan

dengan menggunakan alat yang telah dirancang. Bahan yaitu segala sesuatu

yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dan Iain-Iain yang

dapat digunakan untuk belajar.

3) Alat yang merupakan alat yang sering disebut perangkat keras. Berkaitan

dengan alat ini dipergunakan untuk mengeluarkan pesan yang tersimpan dalam

bahan. Alat juga merupakan benda-benda yang berbentuk fisik yang sering

disebut dengan perangkat keras, yang berfungsi untuk menyajikan bahan

pembelajaran. Sumber belajar tersebut, seperti komputer, kamera, radio,

televisi, film bingkai, tape recorder, dan VCD/DVD.

4) Teknik yang merupakan prosedur baku atau pedoman langkahlangkah dalam

penyampaian pesan. Dalam hal ini dapat dengan kata lain, teknik adalah cara

atau prosedur yang digunakan orang dalam kegiatan pembelajaran untuk

tercapai tujuan pembelajaran.

5) Latar yang merupakan lingkungan di mana pesan ditransmisikan. Lingkungan

adalah tempat di mana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses

perubahan tingkah laku maka dikategorikan sebagai sumber belajar, misalnya

perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah,

kolam ikan dan lain sebagainya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

29

2.5.2 Fungsi Sumber Belajar

Menurut Morrison dalam Abdulah (2012) fungsi dari sumber belajar

adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran, melalui:

percepatan laju belajar dan membantu pengajar untuk menggunakan waktu secara

lebih baik dan pengurangan beban guru atau dosen dalam menyajikan informasi,

sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar murid

atau mahasiswa. (2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih

individual, melalui: pengurangan kontrol guru atau dosen yang kaku dan

tradisional serta pemberian kesempatan kepada murid/mahasiswa untuk belajar

sesuai dengan kemampuannya. (3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap

pengajaran, melalui: perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis dan

pengembangan bahan pembelajaran berbasis penelitian. (4) Lebih memantapkan

pembelajaran, melalui: peningkatkan kemampuan manusia dalam penggunaan

berbagai media komunikasi serta penyajian data dan informasi secara lebih

konkrit. (5) Memungkinkan belajar secara seketika, melalui: pengurangan jurang

pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang

sifatnya konkrit dan memberikan pengetahuan yang bersifat langsung. (6)

Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, terutama dengan adanya

media massa, melalui: pemanfaatan secara bersama yang lebih oleh luas tenaga

tentang kejadiankejadian yang langka, dan penyajian informasi yang mampu

menembus batas geografis.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

30

2.5.3 Bahan Ajar Leaflet

Salah satu tugas pendidik adalah menyediakan suasana belajar yang

menyenangkan. Pendidik harus mencari cara untuk membuat pembelajaran

menjadi menyenangkan dan mengesampingkan ancaman selama proses

pembelajaran. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi

menyenangkan adalah dengan menggunakan bahan ajar yang menyenangkan pula,

yaitu bahan ajar yang dapat membuat peserta didik merasa tertarik dan senang

mempelajari bahan ajar tersebut. Menurut Prastowo (2012) bahan ajar pada

dasarnya merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang

disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang

akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan

perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Salah satu contoh bahan

ajar menurut bentuknya adalah bahan ajar cetak (printed), yaitu sejumlah bahan

yang disiapkan dalam kertas seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa,

brosur, leaflet, wall chart, foto atau gambar, model, atau maketdapat berfungsi

untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi.

Hasil dari penelitian akan dimanfaatkan menjadi bahan ajar berupa leaflet.

Menurut penelitian yang dilakukan Gani (2014) penggunaan leaflet lebih efektif

dalam memberikan informasi karena memiliki bentuk yang sederhana, informasi

yang tersaji jelas sehingga mudah dibawa dan dibaca dimanapun. Begitu pula

dengan hasil penelitian yang dilakukan (Susana, 2017) bahwa penggunaan bahan

ajar leaflet memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan materi

biologi siswa kelas X SMA Negeri 16 Bandar Lampung tahun pelajaran

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

31

2016/2017, hal ini juga dipertegas oleh penelitian Budiyanto (2016) bahwa

penggunaan leaflet dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mencuci

tangan dengan sabun pada Mahasiswi Asrama Putri Sang Surya Universitas

Muhamadiyah Malang.

2.5.3.1 Pengertian Leaflet

Leaflet merupakan salah satu contoh bahan ajar cetak. Leaflet adalah bahan

cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan atau dijahit. Agar

terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan

ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami.

Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring

peserta didik untuk menguasai satu atau lebih kompetensi dasar (Majid, 2008).

Menurut Soekidjo (2010) Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan

dengan kalimatkalimat singkat, padat, mudah dimengerti, dan gambar-gambar

yang sederhana. Leaflet atau sering juga disebut pamflet merupakan selembar

kertas yang berisi tulisan cetaktentang suatu masalah khusus untuk sasaran dan

tujuan tertentu. Ukuran leaflet biasanya 20 x 30 cm yang berisi tulisan 200-400

kata. Ada beberapa leaflet yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk

memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi

pengolahan air ditingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare serta

pencegahannya, dan lain-lain. Isinya harus bisa ditangkap dengan sekali baca.

Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan

seperti pertemuan Focus Group Discussion (FGD), pertemuan posyandu,

kunjungan rumah, dan lain-lain.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

32

2.5.3.2 Struktur Leaflet

Menurut Susana (2017) dalam penyusunan sebuah leaflet sebagai bahan ajar,

harus memperhatikan beberapa hal berikut:

1) Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya

materi.

2) KD/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL.

3) Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik, memperhatikan

penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya.

Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidakterlalu panjang,

maksimal 25 kata perkalimat dan dalam satu paragraf 3–7 kalimat.

4) Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan

materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan secara individu

atau kelompok dan ditulis dikertas lain.

5) Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.

6) Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya

buku, majalah, internet, dan jurnal hasil penelitian.

2.5.3.3 Teknik Penyajian Leaflet

Leaflet harus bersifat komunikatif, yakni menarik perhatian, menarik

minat, dan menimbulkan kesan. Komunikatif tidaknya sebuah leaflet ditentukan

oleh berbagai faktor, seperti yang dijelaskan oleh Effendy dalam Indriyana

(2017), yaitu:

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

33

1) Faktor Bentuk: bentuk membawa makna, meskipun sering sekali tanpa

disadari. Seperti leaflet yang bentuknya persegi panjang yang berarti normal,

tepat dan fungsional.

2) Faktor Warna: bagi media leaflet warna merupakan faktor penting karena

menjadi pemikat perhatian khalayak.

3) Faktor Ilustrasi: sesuatu yang indah, cantik, lucu, aneh dan luar biasa adalah

hal-hal yang dapat menarik memikat perhatian khalayak. Jadi untuk membina

daya tarik pada leaflet, pihak yang akan menggunakan leaflet dapat memilih

dari salah satu unsur-unsur tersebut.

4) Faktor Bahasa: kalimat yang singkat tetapi komunikatif itu merupakan pesan

yang menimbulkan kesan pada publik. Jadi untuk leaflet kalimatnya harus

singkat, tepat dan ampuh.

5) Faktor Huruf: leaflet harus mampu memikat perhatian khalayak yang dapat

dibaca dalam sekilas pandang. Huruf-huruf yang berderet mengungkapkan

makna kata-kata yang merupakan suatu pesan, amat penting.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Jajanan ...eprints.umm.ac.id/52317/3/BAB 2.pdfGambar 2.2 Berbagai bentuk sel khamir (Waluyo, 2007) Sel vegetatif yang berbentuk apikulat

34

2.6 Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak ditel

Jajanan Jubede

Sumber Kontaminasi Khamir

1. Kebersihan bahan baku dan peralatan

2. Kebersihan pembuat

3. Kondisi tempat pembuatan

4. Cara pengemasan

5. Cara penjualan

6. Lama penyimpanan

Cemaran Khamir

Uji Laboratorium

Inokulasi dan Inkubasi Sampel

Ada Koloni Kapang (Berdasarkan

Perhitungan Angka Lempeng Total/ALT)

Tidak Ada Koloni Kapang

Dirujuk pada BPOM 2016 Identifikasi Genus Khamir

Bahan Ajar Leaflet Biologi SMA Kelas X Semester 1

Pengamatan Morfologi