26
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Prasekolah 2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah Padmonodewo (2003), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun, mereka biasa mengikuti program prasekolah. Di Indonesia pada umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak (3 bulan-5 tahun) dan kelompok bermain atau Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak- kanak. 2.1.2 Tumbuh dan Kembang Anak Anak merupakan individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangan juga berbeda. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), dan ukuran panjang (centimeter, meter) (Soetjiningsih,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Prasekolah

2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah

Padmonodewo (2003), mengemukakan bahwa yang

dimaksud dengan anak prasekolah adalah mereka yang

berusia antara 3-6 tahun, mereka biasa mengikuti

program prasekolah. Di Indonesia pada umumnya

mereka mengikuti program tempat penitipan anak (3

bulan-5 tahun) dan kelompok bermain atau Play Group

(usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4-6 tahun

biasanya mereka mengikuti program taman kanak-

kanak.

2.1.2 Tumbuh dan Kembang Anak

Anak merupakan individu yang unik, karena faktor

bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka

pertumbuhan dan pencapaian kemampuan

perkembangan juga berbeda. Pertumbuhan (growth)

berkaitan dengan perubahan jumlah, ukuran atau

dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa

diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),

dan ukuran panjang (centimeter, meter) (Soetjiningsih,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

9

1995). Wong (2008), mengemukakan bahwa

pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan

ukuran sel pada saat membelah diri dan mensintesis

protein baru dan kemudian menghasilkan peningkatan

ukuran dan berat.

Perkembangan (development) adalah bertambahnya

kemampuan (skill) dalam struktur tubuh yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.

Dalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi

dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan

sistem yang berkembang sedemikian rupa sehingga

masing-masing dapat memenuhi fungsinya, misalnya

pada perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku

sebagai hasil interaksi dan lingkungannya

(Soetjiningsih, 1995). Wong (2008), mengemukakan

bahwa perkembangan adalah perubahan dan perluasan

secara bertahap, misal perkembangan tahap

kompleksitas dari yang lebih rendah ke lebih yang

tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang

melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

10

2.1.3 Ciri-Ciri Anak Prasekolah

Padmonodewo (2003), mengemukakan ciri-ciri anak

prasekolah yang meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan

kognitif anak.

a. Ciri fisik

Anak prasekolah biasanya sangat aktif. Mereka

telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap

tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan-kegiatan

yang dilakukkan sendiri, sehingga sebagai orang tua

harus memberikan kesempatan kepada anak untuk

melakukan kegiatan, misalnya berlarian, memanjat

dan melompat tetapi tetap dengan pengawasan

orang tua. Pada umumnya anak laki-laki yang paling

aktif dibandingkan dengan anak perempuan, namun

anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang

bersifat praktis khususnya pada kemampuan motorik

halusnya.

b. Ciri sosial

Anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi

dengan orang disekitarnya. Biasanya anak pada

tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat yang

cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

11

menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau

bermain dengan teman.

c. Ciri Emosional

Anak prasekolah cenderung mengekspresikan

emosinya dengan bebas dan terbuka, sikap marah,

iri hati pada anak prasekolah yang sering terjadi, dan

misalnya sering sekali mereka memperebutkan

perhatian gurunya.

d. Ciri Kognitif

Anak prasekolah umumnya sudah terampil

berbahasa. Sebagian besar dari mereka senang

berbicara, khususnya pada kelompoknya. Anak

prasekolah juga memiliki daya ingat yang baik,

kompetensi anak pun dapat dikembangkan melalui

interaksi dengan lingkungan sekitarnya dan minat

ataupun hobi dari anak.

2.1.4 Tugas Tumbuh Kembang Anak

Soetjiningsih (1995), mengemukakan bahwa semua

tugas perkembangan anak usia 4-6 tahun itu disusun

berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam

empat kelompok besar yang disebut sektor

perkembangan yang meliputi :

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

12

a. Perilaku Sosial

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan

kemandirian, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan

lingkungan, misalnya membantu dirumah,

mengambil makanan, berpakaian tanpa bantuan,

menyuapi boneka, menggosok gigi tanpa bantuan,

dan mengambil makanan.

b. Gerakan Motorik Halus

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan

anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan

yang melibatkan bagian tubuh tertentu yang

dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat misalnya menggambar garis,

lingkaran dan menggambar manusia.

c. Bahasa

Kemampuan yang memberikan respon terhadap

suara, mengikuti perintah misalnya bicara semua

yang dimengerti, mengenal dan menyebutkan warna,

menggunakan kata sifat (besar-kecil)

d. Gerakan Motorik Kasar

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan

dan sikap tubuh misalnya berdiri dengan satu kaki,

berjalan naik tangga dan menendang bola ke depan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

13

2.2 Peran Orang Tua

2.2.1 Pengertian

Peran adalah perilaku yang berkenan dengan siapa

yang memegang posisi tertentu, posisi mengidentifikasi

status atau tepat seseorang dalam suatu sistem sosial.

Setiap individu menempati posisi-posisi yang multipel.

Misalnya seorang suami yang memiliki peran sebagai

kepala rumah tangga dan sebagai pencari nafkah untuk

keluarganya, dan posisi ibu memiliki beberapa peran

yang terkait yaitu sebagai penjaga rumah, merawat

anak, pemimpin kesehatan dalam keluarga, masak,

sahabat atau teman bermain untuk anak-anaknya

(Friedman, 2003). Peran adalah seperangkat tingkah

laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.

Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam

maupun luar yang bersifat stabil (Kozier Barbara, 2010).

Orang tua merupakan seorang ayah dan ibu yang

bertanggung jawab pada keturunannya semenjak

terbentuknya hasil pembuahan atau zigot baik berupa

tubuh maupun sifat-sifat moral dan spiritual

(Widnaningsih, 2005). Sedangkan menurut Maulani

(2005), orang tua adalah tokoh panutan anak, maka

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

14

diharapkan orang tua dapat ditiru, sehingga anak yang

bersekolah pun sudah mau dan mampu menyikat gigi

dengan benar dan teratur melalui model atau contoh

dari orang tuanya.

2.2.2 Macam-Macam Peran

Ada dua macam peran yaitu :

a. Peran Formal

Peran formal merupakan peran yang

membutuhkan ketrampilan dan kemampuan tertentu

dalam menjalankan peran tersebut. Peran formal

yang standar terdapat dalam keluarga yaitu ayah

sebagai pencari nafkah, ibu sebagai pengatur

ekonomi keluarga di samping itu tugas pokok

sebagai pengasuh anak. Jika salah satu anggota

keluarga tidak dapat memenuhi suatu peran maka

anggota keluarga yang lainnya mengambil alih

kekosongan ini dengan memerankan perannya agar

tetap berfungsi (Friedman, 2003).

b. Peran Informal

Peran informal adalah peran yang mempunyai

tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada

usia, jenis kelamin dan lebih berdasarkan pada

atribut personalitas atau kepribadian individu.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

15

Pelaksanaan peran informal yang efektif dapat

mempermudah pelaksaan peran-peran formal

(Friedman, 2003).

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Peran

a. Faktor Kelas Sosial

Menurut Notoatmodjo (2003), mengemukakan

bahwa kelas sosial ditentukan oleh unsur-unsur

seperti pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.

Pendapatan seseorang dari segi finansial akan

memepengaruhi status ekonomi, dimana dengan

pendapatan yang lebih besar memungkinkan lebih

bisa terpenuhinya kebutuhan sehingga yang ada di

masyarakat bahwa semakin tinggi status ekonomi

seseorang maka akan semakin tinggi pula kelas

sosialnya.

Pada keluarga dengan status ekonomi kurang,

peran orang tua merupakan hal paling penting dari

sang ibu, di mana ibu lebih jauh bersifat tradisional

dalam pandangannya terhadap pengasuhan anak

dengan suatu penekanan yang lebih besar pada

kehormatan, kepatuhan, kebersihan, dan

kedisiplinannya bila dibandingkan keluarga

menengah keatas yang lebih menitik beratkan pada

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

16

pengembangan pengendalian kekuatan sendiri dan

kemandirian perkembangan antara orang tua kepada

anak (Friedman, 2003).

b. Faktor Bentuk Keluarga

Keluarga dengan orang tua lengkap dengan

(ayah dan ibu) akan mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan anggota keluarga terutama anak,

dimana anggota keluarga dengan adanya ayah dan

ibu akan menimbulkan perasaan aman dan nyaman

dalam mengembangkan dan memenuhi kebutuhan

fisik, mental dan sosial dibandingkan dengan

keluarga dengan orang tua tunggal yang hanya

mengenal salah satu sosok orang tua sehingga

anggota keluarga atau anak mengalami kesulitan

mencari identitas diri.

c. Faktor Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga di mulai dari

terjadinya pernikahan yang menyatukan dua peribadi

yang berbeda, dilanjutkan dengan tahap persiapan

menjadi orang tua. Tahap selanjutnya adalah

menjadi orang tua dengan anak usia bayi sampai

tahap-tahap berikutnya yang berakhir dengan tahap

berduka. Dimana dalam setiap tahap individu

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

17

mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan

keadaan.

d. Faktor Peristiwa Situasional Khususnya Masalah

Kesehatan atau Sakit

Kejadian kehidupan situasional yang pasti akan

berhadapan dengan masalah sehat ataupun sakit.

Peran ibu disini adalah sebagai pembuat keputusan

tentang kesehatan utama, pendidik, konselor, dan

pemberi asuhan dalam keluarga (Friedman, 2003).

2.3 Kesehatan Gigi

2.3.1 Pengertian Kesehatan Gigi

Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari

kesehatan pada umumnya. Selain itu gigi merupakan

salah satu organ pencernaan yang berperan penting

dalam proses pengunyahan makanan, sehingga

pemeliharaan kesehatan gigi penting dilakukan (Depkes

RI, 1999). Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian

dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu

dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan

tubuh keseluruhan. Penyebab timbulnya masalah

kesehatan gigi dan mulut pada anak salah satunya

adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan

kebersihan gigi dan mulut (Notoatmodjo, 2004). Hal

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

18

tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan

pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi. Anak masih

tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga

kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya

pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi

(Notoatmodjo, 2003). Perawatan gigi merupakan bagian

penting yang harus diketahui dan dipahami sejak dini

terutama oleh para ibu dalam upaya perawatan gigi

pada anaknya dan mengenalkan kelainan-kelainan

yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Riyanti,

2005).

2.3.2 Tujuan Kesehatan Gigi

Begitu pentingnya gigi bagi manusia sehingga gigi

perlu dirawat dengan benar. Berikut pentingnya

merawat gigi, antara lain :

a. Mencegah terganggunya proses pencernaan karena

gigi merupakan salah satu organ penting

pencernaan. Gigi digunakan untuk mengunyah

makanan sebelum masuk ke saluran pencernaan.

Jika gigi mengalami gangguan, akan terganggu pula

proses pencernaannya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

19

b. Mencegah terjadinya masalah pada gigi karena gigi

yang bermasalah dapat menganggu aktivitas sehari-

hari.

c. Mencegah terjadinya infeksi karena gigi yang tidak

terawat sehingga terkena infeksi dapat menimbulkan

penyakit yang lainnya, seperti penyakit jantung, dan

pembuluh darah antara lain, paru-paru, gulan, stroke

dan kanker.

d. Mencegah terjadinya bau mulut karena sisa

makanan yang masih ada di gigi menyebabkan

aktivitas bakteri berlebihan sehingga mulut

mengeluarkan bau yang kurang sedap.

e. Menjaga keindahan diri seseorang karena gigi juga

berfungsi sebagai keindahan. Gigi adalah komponen

lain dalam kecantikan selain kulit tubuh, kulit wajah,

mata, bibir. Oleh karena itu, setiap orang ingin

punya senyum memikat dengan gigi yang sehat.

2.3.3 Masalah-Masalah Pada Gigi

1) Gigi Berlubang

Gigi berlubang disebut karies gigi. Karies akan

mengakibatkan kerusakan struktur gigi sehingga

terbentuk lubang (Pratiwi, 2009).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

20

Gejala umum :

a. Gigi terasa sakit, gigi menjadi sensitif setelah

makan atau minum, manis, asam atau dingin.

b. Terlihat atau terasa adanya lubang pada gigi.

c. Bau mulut (halitosis)

2) Karang gigi

Karang gigi (kalkulus) adalah plak yang telah

mengalami pengerasan, klasifikasi atau

remineralisasi. Gelaja karang gigi yaitu karang gigi

yang melekat di permukaan mahkota gigi biasanya

berwarna kekuningan sampai kecoklatan yang dapat

terlihat oleh mata. Permukaannya keras seperti gigi

dan tidak dapat dibersihkan dengan sikat gigi atau

tusuk gigi. Karang gigi yang tidak terlihat biasanya

tumbuh dibawah gusi, mengakibatkan gusi infeksi

dan mudah berdarah. Karang gigi biasanya dapat

menyebabkan bau mulut (Pratiwi, 2009).

3) Gusi Berdarah

Gejala gusi berdarah yaitu saat dan setelah

menyikat gigi, ada noda di dalam air liur, gusi bisa

dipisahkan dari gigi dengan menggunakan tusuk

gigi, warna gusi mengkilap dan bengkak, kadang-

kadang berdarah saat disentuh, tidak selalu disertai

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

21

rasa sakit. Terdapat akumulasi plak atau karang gigi

di sekitar leher gigi (Pratiwi, 2009).

2.3.4 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Masalah Gigi

1) Makanan Manis

Mulut dihuni oleh bakteri pemakan gula yang sangat

menyukai makanan manis. Bakteri tersebut akan

mengubah gula dan menyebabkan kondisi asam

pada mulut yang dapat mengikis enamel (email)

gigi. Hanya dalam waktu sekitar 20 detik setelah

mengkonsumsi makanan manis, bakteri sudah

mengubah kondisi mulut menjadi asam.

2) Genetika

Genetika memiliki pengaruh penting terhadap setiap

perkembangan fisiologis alami manusia. Gen tidak

hanya dapat menentukan warna rambut tertapi juga

bertanggung jawab pada kondisi gigi. Kekerasan

enamel (email) gigi juga dipengaruhi oleh faktor

genetika, sehingga seberapa keras usaha untuk

menjaga kesehatan gigi, berbeda dari orang yang

satu dengan orang yang lain.

3) Kebiasaan Menggosok Gigi

Seorang anak harus memulai menjaga kebersihan

mulut jauh sebelum tumbuh gigi. Bau mulut, noda

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

22

pada gigi, atau gigi berlubang disebabkan karena

perawatan gigi dan mulut yang kurang baik sejak

balita. Ajari anak menyikat gigi setiap 30 menit

setelah selesai makan atau setidaknya 2 kali sehari.

4) Makanan Asam

Makanan asam seperti jeruk, permen asam dan

minuman bersoda dapat berkontribusi terhadap

kerusakan gigi. Makanan asam berbahaya karena

dapat menciptakan kondisi yang menguntungkan

bagi bakteri jahat dalam mulut.

5) Email gigi, lapisan luar gigi yang keras

Mimunan dingin ataupun yang terlalu panas adalah

faktor yang menyebabkan gigi rusak. Mungkin pada

awalnya tidak akan terjadi masalah, namun

kelamaan, email gigi akan mulai retak dan bisa

beresiko terjadi lubang pada gigi.

6) Terlalu banyak flouride bisa berakibat buruk

Flouride adalah sesuatu yang sangat penting

supaya gigi sehat. Akan tetapi, pada anak-anak usia

dibawah 8 tahun flouride yang berlebihan akibat

pasta gigi yang tertelan dalam jumlah banyak akan

menyebabkan kondisi yang disebut flourosis.

Umumnya flourosis dengan kondisi yang terlihat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

23

seperti titik putih dan akhirnya berubah menjadi

kecoklatan.

2.3.5 Peran Orang Tua Terhadap Perawatan Gigi

Dengan perawatan yang baik kita dapat mencegah

penyakit gigi dan mulut, yaitu dengan menerapkan

teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan membersihkan

gigi dan mulut dari sisa-sisa makanan serta fisur yang

harus lebih diperhatikan kebersihannya. Anak-anak

memang masih dalam taraf memerlukan bimbingan

yang ketat, memerlukan kesabaran yang luar biasa,

memerlukan kebijaksaan yang sempurna dengan cara

yang baik (Machfoedz, 2005).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

menerapkan teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut pada anak prasekolah adalah :

a. Mengajarkan waktu yang tepat menggosok gigi

Maulani (2005), mengemukakan bahwa

seseorang menyikat gigi setelah makan, khususnya

makanan yang mengandung karbohidrat, akan

mengalami fermentasi atau peragian terhadap gula

(glukosa) makanan. Hasilnya berupa senyawa

bersifat asam dan membuat lingkungan sekitar gigi

bersuasana asam. Dalam beberapa menit derajat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

24

keasaman tadi akan meningkatkan atau pH-nya

turun. Jika berlanjutan, penurunan nilai pH kritis,

yaitu nilai pH yang dapat memicu hilangnya garam

kalsium pada email gigi sebagai penyebab gigi

berlubang.

Dengan demikian setelah beberapa waktu, pH

plak akan berangsur naik kembali mencapai pH

normal. Demikianlah yang selalu terjadi setelah

makan terutama makan-makanan yang mengandung

gula jadi, sebenarnya terjadi proses alamiah yang

bertujuan untuk melindungi gigi. Berbagai penelitian

memperlihatkan bahwa pH akan kembali normal

setelah 20-30 menit setelah kita menyantap

makanan yang mengandung karbohidrat

(mengandung gula) merupakan saat-saat sangat

rentan untuk terjadinya kerusakan gigi. Penyikatan

gigi pada saat derajat keasaman dalam mulut masih

pada tingkat kritis ini akan menambah kerusakan

permukaan gigi. Jadi, jangan menyikat gigi setelah

makan, tunggulah sampai lewat masa genting

sesudah makan, yaitu sekitar setengah jam sesudah

makan. Frekuensi menyikat gigi yang baik adalah 2

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

25

kali sehari, pagi 30 menit setelah sarapan pagi dan

malam hari sebelum tidur (Maulani, 2005).

b. Mengajarkan syarat-syarat memilih sikat gigi yang

baik

Memilih sikat gigi anak disesuaikan dengan

keadaan gigi anak. Apabila gigi dan rahangnya kecil,

pilihlah sikat gigi dengan bulu yang pendek dan

semt. Namun apabila gigi dan rahangnya agak

besar, pilih sikat gigi dengan bulu yang lebih besar

dan lebih sesuai. Selalu cari sikat gigi dengan bulu

nilon yang lebih lembut atau ujung bulunya

membulat karena bulu sikat gigi dan ujung yang

kasar dapat melukai gusi, sedangkan anak yang

masih belajar melakukan kontrol terhadap tekanan

sikat giginya.

Jika anak sudah mulai mengerti anak bisa

diajak memilih sikat giginya sendri. Ajaklah anak

membandingkan beberapa sikat gigi dan doronglah

supaya dia memilih sikat gigi dengan bulu yang

lembut. Sikat gigi anak di ganti setidaknya 2 bulan

sekali atau segera ganti jika bulu sikat gigi sudah

lebar. Sikat gigi harus dipakai satu orang, tidak boleh

dipakai bersama-sama atau bergantian. Jadi jika

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

26

mempunyai anak lebih dari satu, tentukan warna

masing-masing kesukaan anak dan 2 bulan

kemudian diganti bersamaan, bisa dengan warna

yang sama atau berubah warna antara satu anak

dengan anak yang lain. Ingatkan anak akan sikat

giginya sendiri, sehingga disaat orang tua lupa, anak

bisa mengingatkan sikat giginya sendiri dengan

tepat.

Sikat gigi dengan gagang sikat yang

transparan atau tembus cahaya kemungkinan bulu

sikat gigi dapat terlihat sampai pangkalnya, sehingga

pembersihan bulu sikat akan lebih baik. Jika akan

sudah mulai menyikat giginya sendiri, periksalah

sekali waktu sikat gigi anak, karena sering kali sisa

pasta gigi mengendap pada dasar bulu sikat gigi.

Setelah sikat gigi bersih, letakkan sikat dengan bulu

diatas, sehingga memungkinkan air mengalir

kebawah dan bulu sikat gigi cepat kering. Dengan

mengajak anak memilih dan membeli pasta gigi dan

sikat gigi kesukaannya, motivasi anak akan

meningkat dan ia akan rajin membersihkan gigi

setiap hari dengan sikat gigi kesukaannya (Maulani,

2005).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

27

Menurut Machfoedz (2005), mengemukakan

bahwa sikat gigi yang baik sebagai berikut :

1) Tangkai lurus dan mudah dipegang

2) Kepala sikat gigi kecil, sebagai ancar-ancar

paling besar sama dengan jumlah lebar keempat

gigi bawah. Kenapa harus kecil, sebab kalau

besar tidak dapat masuk ke bagian-bagian yang

sempit ke dalam.

3) Bulu sikat gigi harus lembut dan datar, bila sikat

gigi terlalu besar bulu dapat dicabut sebagian.

c. Mengajarkan cara menyikat gigi yang benar

Pada umumnya anak senang makanan yang

manis-manis padahal gula adalah musuh gigi anak,

yang artinya apabila anak terlalu banyak makan gula

dan jarang membersihkan maka giginya akan rusak

atau karies. Gula di dalam gigi akan diubah oleh

kuman dengan bahan dari mulut, kuman itu menjadi

asam. Asam yang menempel pada permukaan email

akan melunakkan email, diatas email itu kuman akan

melubanginya, kemudian kuman itu akan tinggal di

dalam lubang karies untuk berkembang biak

(Machfoedz, 2005).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

28

Apabila kita membersihkan gigi secara benar,

plak pun ikut bersih dari permukaan gigi, namun plak

ini secara alamiah akan terbentuk lagi dari waktu ke

waktu. Plak ini merupakan lapisan tipis transparan,

tidak bisa dilihat oleh mata telanjang dan melekat

erat pada permukaan gigi. Gigi disikat setidaknya

selama 2 menit supaya air ludah juga dapat keluar

dan membersihkan kantong gusi yang terletak

diperbatasan gigi dan gusi. Kantong gusi ini

mempunyai kedalaman normal 2-4 mm yang perlu

juga dibersihkan untuk mencegah makanan terselip

diantaranya. Kemiringan bulu sikat sebesar 450 pada

daerah kantong gusi dapat membantu bulu sikat gigi

masuk kedalam kantong gusi untuk pembersihan

yang lebih maksimal (Maulani, 2005).

Pada dasarnya bersikat gigi yang benar adalah

menyikat semua permukaan gigi sampai bersih dan

plak juga hilang sempurna. Gerakan bersikat gigi

pendek-pendek saja dan jangan terburu-buru.

Bersihkan salah satu sisi dulu baru pindah ke sisi

yang lain. Untuk menyikat permukaan samping baik

luar maupun dalam jangan melawan arah

permukaan gusi (ujung pinggir gusi). Jadi kalau gigi

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

29

atas jangan menyikat kearah atas, sebaliknya untuk

gigi bawah jangan menyikat ke arah bawah. Ini untuk

menghindarkan diri agar gusi tidak terkelupas. Tetapi

bulu-bulu sikat harus dikenakan gusi tujuannya ialah

supaya gusi terjepit oleh bulu-bulu halus itu.

(Machfoedz, 2005).

2.4 Perilaku

2.4.1 Pengertian

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu

aktivitas dari pada manusia itu sendiri, untuk

kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa

perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme

tersebut, baik dapat diamati secara langsung dan tidak

langsung. Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku

merupakan hasil hubungan antara perangsang

(stimulus) dan tanggapan (respon) yang dibedakan

adanya dua respon, yakni :

a. Respondent respons ialah respon yang ditimbulkan

rangsangan-rangsangan tertentu dan menimbulkan

rangsangan tetap, misalnya makanan yang lezat

menimbulkan air liur.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

30

b. Operant respons adalah yang timbul dan

perkembangannya diikuti oleh perangsang dan

diperkuat oleh respon yang telah dilakukakn

organisme, misalnya seorang anak belajar atau telah

melakukan perbuatan kemudian memperoleh reward

atau hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar

atau akan lebih baik melakukan perbuatan tersebut.

2.4.2 Prosedur Pembentukan Perilaku

Notoatmodjo (2003), mengemukakan bahwa

sebagian besar perilaku manusia adalah operant

respons. Sehingga untuk membentuk jenis respon atau

perilaku ini diciptakan adanya suatu kondisi tertentu,

yang disebut operant conditing. Prosedur pembentukan

perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skiner

adalah sebagai berikut :

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang

merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah

atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

Melakukan analisis untuk mengidentifikasi

komponen-komponen kecil yang membentuk

perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen

tersebut dengan disusun dalam urutan yang tepat

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

31

untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang

dimaksud.

b. Dengan menggunakan secara urut komponen itu

sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi

reinforcer atau hadiah untuk masing-masing

komponen tersebut.

c. Melakukan pembentukan perilaku, dengan

menggunakan urutan komponen yang telah disusun

itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan,

maka hadiahnya diberikan, hal ini akan

mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan)

tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau

perilaku ini sudah terbentuk, maka dilakukan

komponen (perilaku) yang kedua yang diberikan

hadiah (komponen pertama tidak memerlukan

hadiah lagi), demikian berulang-ulang, sampai

komponen kedua terbentuk.

Misalnya dikehendaki agar anak mempunyai

kebiasaan menggosok gigi untuk berperilaku seperti

ini maka anak tersebut harus :

1. Pergi ke kamar mandi sebelum tidur ataupun

saat mandi pagi

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

32

2. Mengambil sikat dan pasta gigi. Sebelum

memulai sikat gigi, sikat gigi terlebih dahulu di

cuci sampai bersih. Kemudian diberi odol/

pasta gigi yang sesuai rasa kesukaan anak.

3. Mengambil air dan berkumur, sediakan

segelas air matang mulailah berkumur-kumur

terlebih dahulu.

4. Melaksanakan gosok gigi. Untuk usia balita,

orang tua membantu atau pun mengawasi

anak untuk melakukan penyikatan gigi

(menggosok gigi).

5. Menyimpan sikat gigi dan odol yang benar.

Setelah melakukan gosok gigi maka sikat gigi

harus di cuci sampai bersih, setelah itu

digantung dengan kepala diatas atau

diposisikan dengan kepala diatas apabila

tidak digantung, kemudian odol/ pasta gigi

diletakan dengan posisi tutup berasa diatas

dengan tertutup dengan rapat.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9049/2/T1_462010008_BAB II.pdfDalam hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel

33

2.5 Kerangka Konseptual

Variabel bebas Variabel terikat

(Variabel Independen) (Variabel Dependen)

2.6 Hipotesis

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara peran orang tua

terhadap perilaku menggosok gigi pada anak prasekolah RA

Sudirman IV Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara peran orang

tua terhadap perilaku menggosok gigi pada anak prasekolah RA

Sudirman IV Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang.

Perilaku Menggosok Gigi

Peran Orang Tua