Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pengaruh adalah Daya
yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan atau perbuatan seseorang.
2.2 Independensi
Independensi menurut Arens (2008) dapat diartikan mengambil sudut
pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi
juga harus independen dalam penampilan (independent in appearance)
Independen menurut Mulyadi (2010) dapat diartikan sikap mental yang
bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada
orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak
dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Rick Hayes (2005) menggambarkan Independensi Sebagai :
11
12
1. Having a position to take an unbiased viewpoint in the performance ofaudit tests, analysis of results, and attestation in the audit report,
2. Independence in fact accountant’s ability to maintain an unbiased attitudethroughout the audit, so being objective and impartial,
3. Independent in appearance the result of others interpretations of thisindependence. The code of ethics for Professional Accountants, section 8discusess independence in assurance service in terms of a principles basedapproach that takes into account threats to independence, acceptedsafeguards and the public interest.
Selain itu mengenai fakta dan penampilan menurut Rick Hayes (2005) ialah :
“Independence in Fact and Appearance. Accountants must not only maintain anindependent attitude in fulfilling their responsibilities, but the users of financialstatements must have confidence in that independence. These two objectives arefrequently identified as “independence in fact” and “independence inappearance.” Independence in fact exists when the accountant is able to maintainan unbiased attitude throughout the audit, so being objective and impartial, whereas independence in appearance is the result of others interpretations of thisindependence.
The IFAC ethics guideline states that independence requires : (a) Independence ofmind: the state of mind that permits the provision of an opinion without beingaffected by influences that compromise professional judgement, allowing anindividual to act with integrity, and exercise objectivity and professionalskepticism. (b) Independence in appearance: The avoidance of facts andcircumstances that are so significant that a reasonable and informed third party,having knowledge of all relevant information, including safeguards applied,would reasonably conclude a firm’s, or a member of the assurance team’s,integrity, objectivity or professional skepticism had been compromised.”
“Akuntan tidak hanya harus mempertahankan sikap independen dalam memenuhi
tanggung jawab mereka, namun pengguna laporan keuangan harus memiliki
keyakinan bahwa independen. Kedua tujuan sering diidentifikasi sebagai
“Independen sebenarnya” dan “Independen dalam penampilan”. Independen
sebenarnya ada ketika akuntan mampu mempertahankan sikap berisi seluruh
13
audit, sehingga menjadi obyektif dan tidak memihak, sedangkan independensi
dalam penampilan merupakan hasil dari interpretasi orang lain independen ini.
IFAC etika pedoman menyatakan bahwa independen memerlukan : (1)
independen pikiran, keadaan pikiran yang memungkinkan penyediaan pendapat
tanpa dipengaruhi oleh pengaruh yang membahayakan pertimbangan profesional,
memungkinkan suatu individu untuk bertindak dengan integritas, dan latihan
objektivitas dan skeptisisme profesional. (2) independen dalam penampilan,
menghindari fakta dan keadaan yang begitu signifikan bahwa pihak ketiga yang
wajar dan informasi memiliki pengetahuan tentang semua informasi yang relevan,
termasuk pengamanan diterapkan akan cukup menyimpulkan perusahaan atau
anggota dari jaminan tim, integritas, objektivitas atau skeptisisme profesional
telah dikompromikan.
Menurut Mautz dan Sharaf (1980) dalam Theodorus M. Tuanakotta (2011)
menekankan tiga dimensi dari independensi sebagai berikut :
1. Programming Independence, adalah kebebasan (bebas dari pengendalian
atas pengaruh orang lain, misalnya dalam bentuk pembatasan) untuk
memilih teknik dan prosedur audit, dan berapa dalamnya teknik dan
prosedur audit itu diterapkan.2. Investigative independence, adalah kebebasan (seperti diartikan diatas)
untuk memilih area, kegiatan, hubungan pribadi, dan kebijakan manajerial
yang akan diperiksa. Ini berarti, tidak boleh ada sumber informasi yang
legitimate (sah) yang tertutup bagi auditor.
14
3. Reporting independence, adalah kebebasan (seperti diartikan diatas) untuk
menyajikan fakta yang terungkap dari pemeriksaan atau pemberian
rekomendasi atau opini sebagai hasil pemeriksaan.
Simpulan dari uraian di atas adalah auditor memiliki tanggung jawab moral
dan profesional untuk mengungkapkan informasi dalam laporan auditor
independen termasuk adanya kecurangan maupun pelanggaran hukum lainnya.
Hal ini berkenaan dengan independensi dan integritas auditor serta tanggung
jawab auditor dalam menciptakan transparansi kepada publik.
2.3 Profesionalisme
Profesionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah
mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri dari seorang profesional.
Menurut Yuwono (2011:9) professional adalah pekerja yang menjalankan
profesi tersebut.
Menurut Kurniawan (2005:73) adalah suatu kemampuan dan keterampilan
seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan masing-
masing.
Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa profesional adalah
seseorang yang melakukan pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, dan
keterampilan khusus dibidang pekerjaannya.
15
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam PSA No. 4 SA Seksi 230
menyatakan bahwa standar ketiga yaitu, dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama. Standar tersebut menuntut auditor independen untuk merencanakan
dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya
secara cermat dan seksama. Penggunaaan kemahiran profesional dengan
kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap profesional
yang bekerja dalam organisasi auditor independen untuk mengamati standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Penggunaan kemahiran profesional
dengan cermat dan seksama menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan
bagaimana kesempurnaan pekerjaannya tersebut.
Seorang auditor harus memiliki tingkat keterampilan yang umumnya
dimiliki oleh auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan
tersebut dengan kecermatan dan keseksamaan yang wajar. Para auditor harus
ditugasi dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengevaluasi bukti audit
yang mereka periksa. Auditor dengan tanggung jawab akhir untuk suatu perikatan
harus mengetahui, pada tingkat yang minimum, standar akuntansi dan auditing
yang relevan dan harus memiliki pengetahuan tentang kliennya. Auditor dengan
tanggung jawab akhir bertanggung jawab atas penetapan tugas dan pelaksanaan
supervisi asisten.
16
Menurut uraian diatas dapat disimpulkan profesional berarti
tanggungjawab untuk berperilaku yang lebih dari sekedar memenuhi tanggung
jawab yang dibebankan kepadanya. Sebagai profesional, akuntan publik mengakui
tanggung jawabnya terhadap masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan
seprofesi, termasuk untuk perilaku yang terhormat, sekalipun ini pengorbanan
pribadi.
2.4 Pengalaman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pengalaman adalah
sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung).
Menurut Gaballa dan Zhou (2010:169) mengenai pengalaman profesional
menyatakan bahwa :
“Professional experience is one of the key determinats that affect upon theefficiency of performance in professional practice. The signs of behavioral studieswhich have focused on the subject of experince that the quality of performance ina particular area increases with their experience in that field.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah suatu
kejadian yang pernah dialami dan dapat meningkatkan kualitas kinerja.
Haynes et al (1998) dalam koroy (2005) membahas hasil ini berkaitan dengan
insentif yang bertentangan (conflicting incentives) yang dihadapi auditor yang
semakin berpengalaman itu. Di satu pihak, auditor diharuskan untuk dapat
mempertahankan klien yang menuntut auditor untuk membangun dan menjaga
hubungan baik dengan klien. Di pihak lain, auditor juga harus mencegah kerugian
17
di masa datang yang diakibatkan adanya tuntutan atau litigasi hukum dan
hilangnya reputasi. Dalam memandang pengaruh pengalaman terhadap
pertimbangan auditor menghadapi preferensi klien, lebih cenderung
mengaitkannya dengan faktor eksternal dari diri auditor, yaitu insentif
kontekstual. Hal yang juga penting dikaitkan dengan hal ini adalah berkaitan
dengan karakteristik individual auditor yang berpengalaman itu, jadi, efek
pengalaman dalam hal ini dihubungkan sebagai faktor internal dalam karakteristik
diri auditor itu.
2.5 Pemberian Opini Audit
Tahap akhir dalam proses pemeriksaan audit, yaitu auditor menyatakan
pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan yang didasarkan atas
kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi
berterima umum. Menurut Theodore M. Tuanakotta (2013) Ada tiga jenis
modified opinions, yakni pendapat WDP (qualified opinion), TW (adverse
opinion), dan TMP (disclaimer of opinion).
1. WDP (wajar dengan pengecualian) atau qualified opinionKetika dampaknya tidak material dan tidak cukup pervasif
untuk memberikan pendapat TW atau TMP. Diterapkan dalam
hal:
18
a. Bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan
auditor menyimpulkan ada salah saji, sendiri-sendiri atau
tergabung, yang material tetapi tidak pervasif terhadap
laporan keuangan, ataub. Auditor tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat sebagai dasar pemberian opininya. Auditor
menyimpulkan bahwa dampak yang mungkin terjadi atas
laporan keuangan karena salah saji yang tidak ditemukan,
bisa material tetapi tidak pervasif.2. TMP (tidak memberi pendapat) atau disclaimer of opinion
Ketika dampak yang mungkin terjadi atas laporan keuangan
karena salah saji yang tidak ditemukan, bisa material dan
pervasif. Diterapkan dalam hal auditor tidak berhasil
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar
pemberian opininya, dan ia menyimpulkan bahwa dampak
yang mungkin terjadi atas laporan keuangan karena salah saji
yang tidak ditemukan, bisa material dan pervasif.3. TW (tidak wajar) atau adverse opinion
Ketika dampaknya material dan pervasif. Diterapkan dalam hal
bukti audit yang cukup dan tepat diperoleh, dan auditor
menyimpulkan ada salah saji, sendiri-sendiri atau tergabung,
yang material dan pervasif terhadap laporan keuangan.Sedangkan menurut ISA 700.16 menyebutkan bahwa
auditor wajib memberikan opini yang tidak dimodifikasi
(WTP) ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan
19
dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.ISA 700.35 (pendapat yang tidak dimodifikasi)
menjelaskan ketika memberikan pendapat yang tidak
dimodifikasi atas laporan keuangan dibuat sesuai dengan
kerangka penyajian wajar, pendapat auditor harus, kecuali
ditetapkan lain oleh ketentuan perundang-undangan,
menggunakan frasa, yang dipandang ekuivalen dengan:a. Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan [kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku],ataub. Laporan keuangan memberikan gambaran yang benar
dan wajar, sesuai dengan [kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku].
ISA 700.36 (pendapat yang tidak dimodifikasi)
menjelaskan ketika memberikan pendapat yang tidak
dimodifikasi atas laporan keuangan dibuat sesuai
dengan kerangka kepatuhan, pendapat auditor harus
menyatakan laporan keuangan dibuat, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan [kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku].
Kesimpulan dari uraian diatas ialah Opini audit diberikan oleh auditor
melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas
20
opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Pemberian
opini oleh auditor atas laporan keuangan yang diperiksanya tergantung pada
beberapa hal. Salah satu hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam proses
audit yaitu tingkat materialitas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.
2.6 Auditing
2.6.1 Pengertian Auditing
Menurut Mulyadi (2010) auditing dijelaskan sebagai berikut :
“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secaraobjektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataantersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnyakepada pemakai yang berkepentingan.”
Menurut Sukrisno Agoes (2009), pengertian auditing adalah:
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yangindependen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen,beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuanuntuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangantersebut.”
Menurut Rahayu dan Suhayati (2010) pengertian auditing adalah :
“Suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secaraobjektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwaekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepadapihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yangkompeten dan independen.”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses
sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
21
asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.
2.6.2 Tujuan Audit
Menurut Rick Hayes (2005) Tujuan auditing adalah :
“Audit – the objective of an audit of financial statements is to enable the auditorto exress an opinion whether the financial statements are prepared, in all materialrespects, in accordance with an identified financial reporting framework, thephrases used to express the auditor’s opinion are “give a true and fair view” or“present fairly, in all material respects”, which are equivalent terms. A similarobjective applies to the audit of financial or other information prepared inaccordance with appropriate criteria.”
“Audit – tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memungkinkan auditoruntuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan disusun, dalam semua halyang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan diidentifikasi. Fraseyang digunakan untuk mengekspresikan opini auditor yang “memberikanpandangan yang benar dan adil” atau “menyajikan secara wajar, dalam semua halyang material”, adalah istilah yang setara. Tujuan yang sama berlaku untuk auditinformasi keuangan atau lainnya disusun sesuai dengan kriteria yang tepat.”
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menyatakan pendapat
atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha
serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2.6.3 Standar Auditing
Standar auditing merupakan panduan umum bagi auditor dalam memenuhi
tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan historis.
22
Standar ini mencakup pula pertimbangan atas kualitas profesional seperti
kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan serta bukti audit.
Standar auditing menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam SA Seksi
150 berbeda dengan prosedur auditing, yaitu “prosedur” berkaitan dengan
tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan dengan kriteria
atau tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar
auditing yang berbeda dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya
kualitas professional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang
digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.
Berikut standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) adalah Standar Umum, Standar Pekerja Lapangan dan
Standar Pelaporan (Arens, et al, 2008) sebagai berikut :
1. Standar Umuma. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
23
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
3. Standar Pelaporana. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.d. Laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan keuangan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai
24
sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor.
Berikut Standar Audit berbasis International Standard on Auditing (ISA) :
200-299 GENERAL PRINCIPLES AND RESPONSIBILITESISA 200 Overall Objectives of the Independent Auditor and the Conduct of an Audit
in Accordance with International Standards on AuditingISA 210 Agreeing the Terms of Audit EngagementsISA 220 Quality Control for an Audit of Financial StatementsISA 230 Audit DocumentationISA 240 The Auditor’s Responsibilities Relating to Fraud in an Audit of Financial
StatementsISA 250 Consideration of Laws and Regulations in an Audit of Financial StatementsISA 260 Communication with Those Charged with GovernanceISA 265 Communicating Deficiencies in Internal Control to Those Charged with
Governance and Management
300-499 RISK ASSESSMENT AND RESPONSE TO ASSESSED RISKSISA 300 Planning an Audit of Financial StatementsISA 315 (Revised), Identifying and Assessing the Risks of Material Misstatement
through Understanding the Entity and it’s Environment ISA 320 Materiality in Planning and Performing an AuditISA 330 The Auditor’s Responses to Assessed RisksISA 402 Audit Considerations Relating to an Entity Using a Service OrganizationISA 450 Evaluation of Misstatements Identified during the Audit
500-599 AUDIT EVIDENCEISA 500 Audit EvidenceISA 501 Audit Evidence-Specific Considerations for Selected ItemsISA 505 External ConfirmationsISA 510 Initial Audit Engagements-Opening BalancesISA 520 Analytical ProceduresISA 530 Audit SamplingISA 540 Auditing Accounting Estimates, Including Fair Value Accounting
Estimates, and Related DisclosuresISA 550 Related PartiesISA 560 Subsequent EventsISA 570 Going ConcernISA 580 Written representations
600-699 USING THE WORK OF OTHERS
25
ISA 600 Special Considerations-Audit of Group Financial Statements (Including theWork of Component Auditors)
ISA 610 (Revised 2013), Using the Work of Internal AuditorsISA 620 Using the Work of an Auditor’s Expert
700-799 AUDIT CONCLUSIONS AND REPORTINGISA 700 Forming an Opinion and Reporting on Financial StatementsISA 705 Modifications to the Opinion in the Independent Auditor’s ReportISA 706 Emphasis of Matter Paragraphs and Other Matter Paragraphs in the
Independent Auditor’s ReportISA 710 Comparative Information-Corresponding Figures and Comparative
Financial StatementsISA 720 The Auditor’s Responsibilities Relating to Other Information in Documents
Containing Audited Financial Statements
800-899 SPECIALIZED AREASISA 800 Special Considerations-Audits of Financial Statements Prepared in
Accordance with Special Purpose FrameworksISA 805 Special Considerations-Audits of Single Financial Statements and Specific
Elements, Accounts or Items of a Financial StatementsISA 810 Engagements to Report on Summary Financial Statements
Kesimpulan dari ISA 700 adalah ketika merumuskan opini, auditor perlu
memastikan apakah laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka pelaporan
yang berlaku, auditor menentukan bentuk laporan audit (apakah tidak
dimodifikasi atau dimodifikasi) yang tepat, sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Secara sederhana, “modifikasi terhadap laporan auditor” bermakna pemberian
opini auditor yang bukan wajar tanpa pengecualian (WTP). Entitas dan
manajemen mengharapkan auditor memberikan opini WTP atas laporan keuangan
entitas. Namun, setelah melaksanakan dan merampungkan proses auditnya,
auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat memberikan WTP, dan sesuai dengan
ISAs ia harus memodifikasi laporannya.
26
2.6.4 Tipe Auditor
Ada dua tipe dasar dari auditor: auditor external dan auditor internal.
Auditor pemerintah mengambil kedua fungsi auditor internal dan external. (Rick
Hayes,2005)
1). Auditor internal
Banyak perusahaan besar dan organisasi mempertahankan staf audit
internal. Internal auditor dipekerjakan oleh perusahaan-perusahaan individu untuk
menyelidiki dan menilai efektivitas operasi perusahaan untuk manajemen. Banyak
dari perhatian mereka sering diberikan kepada appraisal pengendalian internal.
Sebagian besar dari pekerjaan mereka terdiri dari audit operasional, selain itu,
mereka dapat melakukan audit kepatuhan. Di banyak negara audit internal sangat
terlibat dalam audit keuangan. Dalam keadaan ini auditor external harus meninjau
pekerjaan yang dilakukan oleh auditor internal.
Departemen audit internal melapor langsung kepada presiden atau direksi.
Auditor internal harus independen dari kepala departemen dan eksekutif lainnya
yang karyanya ulasan. Auditor internal, bagaimana pun, tidak pernah merasa
mandiri dalam yang sama sebagai auditor independen karena mereka adalah
karyawan dari perusahaan mereka memeriksa. Auditor internal memiliki dua efek
utama pada audit laporan keuangan.
27
1. Keberadaan dan pekerjaan mereka dapat mempengaruhi sifat, waktu,
dan luas prosedur audit.2. Auditor external dapat menggunakan auditor internal untuk
memberikan bantuan langsung dalam berkinerja audit. Jika hal ini
terjadi auditor external harus menilai internal auditor kompetensi
(pendidikan,pengalaman, sertifikasi profesional, dll). Dan objektivitas
(status organisasi dalam perusahaan).
2). Auditor external independen:
pelatihan, perizinan, dan otoritas auditor independen memiliki tanggung jawab
utama untuk kinerja fungsi audit pada laporan keuangan yang dipublikasikan
perusahaan publik dan non-publik perusahaan. Beberapa negara memiliki
beberapa kelas auditor yang memiliki fungsi yang berbeda. Auditor independen
biasanya disertifikasi baik oleh organisasi profesional atau agen pemerintah.
2.6.5 Tipe Audit
Menurut Rick Hayes (2005) Audit biasanya diklasifikasikan menjadi tiga
jenis : audit laporan keuangan, operasional audit, dan audit kepatuhan.
1. Audit Laporan KeuanganAudit laporan keuangan memeriksa laporan keuangan untuk
menentukan apakah mereka memberikan benar dan melihat wajar atau
cukup saat ini laporan keuangan sesuai dengan yang ditentukan kriteria.
Kriteria mungkin Standar Pelaporan Keuangan International (IFRS),
28
umumnya prinsip akuntansi yang diterima (GAAP) seperti di Amerika
Serikat.2. Audit Operasional
Audit operasional adalah studi tentang unit tertentu dari sebuah
organisasi untuk tujuan mengukur kinerjanya. Audit operasional meninjau
semua atau bagian dari organisasi prosedur operasi untuk mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi operasi. Efektivitas adalah ukuran apakah sebuah
organisasi mencapai tujuan dan sasaran. Efisiensi menunjukkan seberapa
baik organisasi menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuannya.
Ulasan operasional mungkin tidak terbatas pada akuntansi. Mereka
mungkin termasuk evaluasi struktur organisasi, pemasaran, metode
produksi, operasi komputer atau bidang apa pun organisasi terasa evaluasi
diperlukan. Rekomendasi yang biasanya dibuat untuk manajemen untuk
meningkatkan operasi. 3. Kepatuhan Audit
Sebuah audit kepatuhan adalah review prosedur organisasi untuk
menentukan apakah organisasi mengikuti prosedur tertentu, aturan atau
peraturan yang ditetapkan oleh beberapa lebih tinggi wewenang. Sebuah
audit kepatuhan mengukur kepatuhan entitas dengan didirikan kriteria.
Kinerja audit kepatuhan tergantung pada keberadaan data diverifikasi dan
kriteria atau standar yang diakui, seperti hukum yang didirikan dan
peraturan, atau kebijakan dan prosedur organisasi. Personil akuntansi.
Hasil audit kepatuhan yang umumnya dilaporkan kepada manajemen
dalam unit organisasi yang diaudit. Audit kepatuhan biasanya berhubungan
29
dengan auditor pemerintahan misalnya pajak otoritas, pemerintah audit
internal, atau audit dari bank oleh regulator perbankan. 2.7 Kode Etik
Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2013) Kode etik profesi bisa bersifat
global, seperti yang dikeluarkan IESBA (International Ethics Standards
Board for Accountans), atau nasional (misalnya yang ditetapkan oleh IAPI),
yang bisa (tapi tidak wajib) ditegaskan dengan kode etik KAP. Di samping
kode etik yang merupakan “payung moral profesi”, juga ada aturan-aturan
mengenai perilaku anggota profesi (rules of professional conduct). Dalam
budaya aristokratis, diawal lahirnya profesi, cara berpakaian dan sapaan
kepada sesama anggota profesi, di atur dalam aturan perilaku. Di abad ke-21
kode etik dan aturan perilaku tidak lagi terbuai dengan keagungan profesi
semata, tapi lebih membumi dan berkaitan langsung dengan pemeliharaan
kepercayaan masyarakat terhadap profesi.
Ciri istimewa profesi akuntansi ialah pengakuan akan tanggung jawab
untuk bertindak atas nama kepentingan umum. Oleh karenanya, tanggung
jawab akuntan profesional tidaklah semata-mata memuaskan kebutuhan klien
atau pegawainya.
Prinsip-prinsip Dasar mengenai kode etik menjadi kerangka
konseptual yang wajib diterapkan akuntan ketika:
1. Mengidentifikasi ancaman (threats) terhadap kepatuhan atas
Prinsip-prinsip Dasar,
30
2. Mengevaluasi seberapa signifikannya ancaman yang
diidentifikasi (threats identified),3. Melakukan pengamanan (safeguards) untuk mengeliminasi atau
menekan ancaman (threats) ke tingkat yang dapat diterima
(acceptable level).2.8 Kantor Akuntan Publik
Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2015) Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik mengatur kegiatan
Akuntan Publik yang dirangkum dibawah. Akuntan Publik adalah seseorang
yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa-jasa sebagaimana diatur
dalam undang-undang. KAP adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha
berdasarkan undang-undang.
Berdasarkan undang-undang, Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang
meliputi:
a. Jasa audit atas informasi keuangan historis,b. Jasa revisi atas informasi keuangan historis, danc. Jasa asurans lainnya.
Jasa asurans ini hanya dapat diberikan oleh Akuntan Publik.
Selain jasa asurans, Akuntan Publik dapat memberikan jasa
lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan
manajemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
31
Mengenai jasa-jasa yang dapat diberikan Akuntan Publik,
undang-undang menjelaskan, sebagai berikut:1. “Jasa Asurans” adalah jasa Akuntan Publik yang bertujuan
untuk memberikan keyakinan bagi pengguna atas hasil
evaluasi atau pengukuran informasi keuangan dan
nonkeuangan berdasarkan suatu kriteria.2. “Jasa audit atas informasi keuangan historis” adalah
perikatan asurans yang diterapkan atas informasi keuangan
historis yang bertujuan untuk memberikan keyakinan
memadai atas kewajaran penyajian informasi keuangan
historis tersebut dan kesimpulannya dinyatakan dalam
bentuk pernyataan positif. Informasi keuangan historis
mencakup antara lain laporan keuangan, bagian dari suatu
laporan keuangan, atau laporan yang dilampirkan dalam
suatu laporan keuangan.3. “Jasa revisi atas informasi keuangan historis” adalah
perikatan asurans yang diterapkan atas informasi keuangan
historis yang bertujuan untuk memberikan keyakinan
terbatas atas kewajaran penyajian informasi keuangan
historis tersebut dan kesimpulannya dinyatakan dalam
bentuk pernyataan negatif.4. “Jasa asurans lainnya” adalah perikatan asurans selain jasa
audit atau revisi atas informasi keuangan historis. Yang
termasuk jasa asurans lainnya antara lain perikatan asurans
32
untuk melakukan evaluasi atas kepatuhan terhadap
peraturan, evaluasi atas efektivitas pengendalian internal,
pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif, dan
penerbitan comfort letter untuk penawaran umum.5. “Jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi,keuangan,
dan manajemen” antara lain adalah jasa audit kinerja, jasa
internal audit, jasa perpajakan, jasa kompilasi laporan
keuangan, jasa pembukuan, jasa prosedur yang disepakati
atas informasi keuangan, dan jasa sistem teknologi
informasi.
2.8.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Studi Empiris dengan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Ida Suraida(2005)
Pengaruh Etika,Kompetensi, PengalamanAudit dan Risiko Auditterhadap SkeptisismeProfesional Auditor danKetepatan PemberianOpini Akuntan Publik
(X1) PengaruhEtika, (X2) Kompetensi,(X3) PengalamanAudit, (X4) SkeptisismeProfesionalAuditor, dan (Y) KetepatanPemberian OpiniAkuntan Publik
Etika, Kompetensi,pengalaman audit danresiko auditberpengaruh terhadapskeptisme profesionaldan ketepatanpemberian opiniakuntan publik baiksecara parsial maupunsimultan
2 I Wayan AriPrasetya,Maria M.
Independensi,Profesionalisme, danSkeptisme Profesional
(X1) Independensi,(X2)Profesionalisme,
Independensi,profesionalisme danskeptisme profesional
33
Ratna Sari(2014)
Auditor sebagaiPrediktor KetepatanPemberian Opini Auditor
(X3) SkeptismeProfesional Auditordan (Y) KetepatanPemberian OpiniAuditor
auditor berpengaruhpositif terhadapketepatan pemberianopini auditor padakantor akuntan publikdi Bali
3 LisnawatiDewi(2015)
Pengaruh SkeptisismeProfesional Auditor,Independensi, Keahlian,Etika Profesi,Pengalaman, dan SituasiAudit terhadap KetepatanPemberian Opini Auditor
(X1) SkeptisismeProfesionalAuditor, (X2) Independensi,(X3) Keahlian, (X4) Etika Profesi,(X5) Pengalaman,(X6) Situasi Auditterhadap (Y) Kualitas Audit
Adanya pengaruhpositif antaraskeptisime profesionalauditor dan ketepatanpemberian opiniauditor. Tidak adanyapengaruh antaraindependensi danketepatan pemberianopini auditor. Adanyapengaruh positifantara keahlian danketepatan pemberianopini auditor. Tidakadanya pengaruhantara etika profesidan ketepatanpemberian opiniauditor. Adanyapengaruh positifantara pengalamandan ketepatanpemberian opiniauditor. Adanyapengaruh positifantara situasi auditdan ketepatanpemberian opiniauditor.
4 ReniFebriyanti(2014)
Pengaruh Independensi,Due Professional Care,dan Akuntabilitas
(X1) Independensi,(X2) DueProfessional Care,
Independensi tidakberpengaruh positifterhadap kualitas
34
terhadap Kualitas Audit dan (X3)Akuntabilitasterhadap (Y)Kualitas Audit
audit. Dueprofessional careberpengaruh positifterhadap kualitasaudit. Akuntabilitastidak berpengaruhterhadap kualitas auditpada KAP diSumatera Barat danRiau
5 I PutuSukendradan GedeAdiYuniarta(2015)
Pengaruh SkeptismeProfesional, PengalamanAuditor, dan KeahlianAudit terhadap KetepatanPemberian Opini olehAuditor
(X1) SkeptismeProfesional, (X2) PengalamanAuditor,(X3) KeahlianAudit terhadap (Y) KetepatanPemberian Opinioleh Auditor
Skeptisme profesionalberpengaruh positifterhadap ketepatanpemberian opini olehauditor. Pengalamanauditor berpengaruhpositif terhadapketepatan pemberianopini oleh auditor.Keahlian auditberpengaruh positifterhadap ketepatanpemberian opini olehauditor.
6 Yulfa Zailia(2013)
Pengaruh Etika,Profesionalisme danPengalaman Auditterhadap KetepatanPemberian OpiniAkuntan Publik
(X1) Etika, (X2)Profesionalisme,(X3 PengalamanAudit dan (Y)KetepatanPemberian OpiniAkuntan Publik
Bahwa etika,profesionalisme, danpengalaman auditberpengaruh secarasimultan dan positifterhadap ketepatanpemberian opini audit
2.9 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Hubungan Independensi dengan Keputusan Pemberian Opini Audit
35
Independensi sering juga disebut sebagai sikap mental yang bebas
dari pengaruh, tidak dikendalian dan tidak tergantung pada pihak lain.
Independensi auditor adalah salah satu faktor terpenting yang sangat
mendukung terhadap hasil audit yang berkualitas. Sikap independensi
yang tinggi akan menghasilkan laporan audit yang berkualitas dan dapat
dipertanggungjawabkan. Sebaliknya jika auditor tidak memiliki sikap
independensi atau kejujuran dalam memeriksa dan mempertimbangkan
hasil laporan audit maka akan berdampak pada kualitas audit itu sendiri
Menurut penelitian I Wayan Ari Prasetya dan Maria M. Ratna Sri (2014)
Independensi menunjukkan sikap mental auditor untuk tidak memihak
dalam melakukan audit, semakin independen semakin bebas auditor dari
pengaruh pihak lain sehingga pertimbangan pemberian opini pun akan
bebas dari pihak lain. Atau dengan kata lain opini yang dirumuskan sesuai
dengan kenyataan.
Hubungan Profesionalisme dengan Keputusan Pemberian Opini
Audit
Profesionalisme adalah sikap dari seorang yang profesional dalam
menjalankan profesinya. Dalam menjalankan audit auditor harusnya
profesional dan independen.
Menurut penelitian Yulfa Zailia (2013) Profesionalisme auditor
memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini audit. Dengan kata lain
36
semakin tinggi tingkat profesionalisme yang dimiliki oleh auditor semakin
tepat opini yang akan diberikan.
Hubungan Pengalaman Auditor dengan Keputusan Pemberian Opini
Audit
Pengalaman merupakan salah satu penentu utama yang mempengaruhi
pada efisiensi kinerja profesional dalam praktik sehingga pengalaman
dapat meningkat kualitas kinerja auditor dalam tugas lapangan dan praktik.
Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit
laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya
penugasan yang pernah ditangani. Libby dan Frederick (1990) dalam Ida
Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor
semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan
temuan audit dan mampu membuat judgment yang relative lebih baik
dalam tugas-tugas profesionalnya.
Dari uraian di atas maka dapat di gambarkan model penelitian sebagai
berikut :
37
Independensi
(X1)
Profesionalisme
(X2)
Ketepatan PemberianOpini Audit
(Y)
Pengalaman Auditor
(X3)
38
Gambar 2.1 Model Penelitian
Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:93) mendefinisikan hipotesis adalah sebagaiberikut:
“Jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimanarumusan masalah penelitian dinyatakan dalam betuk kalimat pernyataan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teoriyang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melaluipengumpulan data”.
Berdasarkan model penelitian diatas, dinyatakan bahwa variabel
independen terdiri dari 3 (tiga) variabel yaitu variabel pertama Independensi (X1),
variabel independen kedua yaitu Profesionalisme (X2), variabel independen ketiga
yaitu Pengalaman Auditor (X3). Sedangkan untuk variabel dependennya adalah
Keputusan Pemberian Opini Auditor (Y).
Maka hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut :
H1 : Independensi mempunyai pengaruh terhadap keputusan pemberian opini
audit.
39
H2 : Profesionalisme mempunyai pengaruh terhadap keputusan pemberian opini
audit.
H3 : Pengalaman Auditor mempunyai pengaruh terhadap keputusan pemberian
opini audit.