29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pengaruh adalah Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 2.2 Independensi Independensi menurut Arens (2008) dapat diartikan mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan (independent in appearance) Independen menurut Mulyadi (2010) dapat diartikan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Rick Hayes (2005) menggambarkan Independensi Sebagai : 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pengaruh adalah Daya

yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak,

kepercayaan atau perbuatan seseorang.

2.2 Independensi

Independensi menurut Arens (2008) dapat diartikan mengambil sudut

pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi

juga harus independen dalam penampilan (independent in appearance)

Independen menurut Mulyadi (2010) dapat diartikan sikap mental yang

bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada

orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam

mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak

dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Rick Hayes (2005) menggambarkan Independensi Sebagai :

11

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

12

1. Having a position to take an unbiased viewpoint in the performance ofaudit tests, analysis of results, and attestation in the audit report,

2. Independence in fact accountant’s ability to maintain an unbiased attitudethroughout the audit, so being objective and impartial,

3. Independent in appearance the result of others interpretations of thisindependence. The code of ethics for Professional Accountants, section 8discusess independence in assurance service in terms of a principles basedapproach that takes into account threats to independence, acceptedsafeguards and the public interest.

Selain itu mengenai fakta dan penampilan menurut Rick Hayes (2005) ialah :

“Independence in Fact and Appearance. Accountants must not only maintain anindependent attitude in fulfilling their responsibilities, but the users of financialstatements must have confidence in that independence. These two objectives arefrequently identified as “independence in fact” and “independence inappearance.” Independence in fact exists when the accountant is able to maintainan unbiased attitude throughout the audit, so being objective and impartial, whereas independence in appearance is the result of others interpretations of thisindependence.

The IFAC ethics guideline states that independence requires : (a) Independence ofmind: the state of mind that permits the provision of an opinion without beingaffected by influences that compromise professional judgement, allowing anindividual to act with integrity, and exercise objectivity and professionalskepticism. (b) Independence in appearance: The avoidance of facts andcircumstances that are so significant that a reasonable and informed third party,having knowledge of all relevant information, including safeguards applied,would reasonably conclude a firm’s, or a member of the assurance team’s,integrity, objectivity or professional skepticism had been compromised.”

“Akuntan tidak hanya harus mempertahankan sikap independen dalam memenuhi

tanggung jawab mereka, namun pengguna laporan keuangan harus memiliki

keyakinan bahwa independen. Kedua tujuan sering diidentifikasi sebagai

“Independen sebenarnya” dan “Independen dalam penampilan”. Independen

sebenarnya ada ketika akuntan mampu mempertahankan sikap berisi seluruh

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

13

audit, sehingga menjadi obyektif dan tidak memihak, sedangkan independensi

dalam penampilan merupakan hasil dari interpretasi orang lain independen ini.

IFAC etika pedoman menyatakan bahwa independen memerlukan : (1)

independen pikiran, keadaan pikiran yang memungkinkan penyediaan pendapat

tanpa dipengaruhi oleh pengaruh yang membahayakan pertimbangan profesional,

memungkinkan suatu individu untuk bertindak dengan integritas, dan latihan

objektivitas dan skeptisisme profesional. (2) independen dalam penampilan,

menghindari fakta dan keadaan yang begitu signifikan bahwa pihak ketiga yang

wajar dan informasi memiliki pengetahuan tentang semua informasi yang relevan,

termasuk pengamanan diterapkan akan cukup menyimpulkan perusahaan atau

anggota dari jaminan tim, integritas, objektivitas atau skeptisisme profesional

telah dikompromikan.

Menurut Mautz dan Sharaf (1980) dalam Theodorus M. Tuanakotta (2011)

menekankan tiga dimensi dari independensi sebagai berikut :

1. Programming Independence, adalah kebebasan (bebas dari pengendalian

atas pengaruh orang lain, misalnya dalam bentuk pembatasan) untuk

memilih teknik dan prosedur audit, dan berapa dalamnya teknik dan

prosedur audit itu diterapkan.2. Investigative independence, adalah kebebasan (seperti diartikan diatas)

untuk memilih area, kegiatan, hubungan pribadi, dan kebijakan manajerial

yang akan diperiksa. Ini berarti, tidak boleh ada sumber informasi yang

legitimate (sah) yang tertutup bagi auditor.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

14

3. Reporting independence, adalah kebebasan (seperti diartikan diatas) untuk

menyajikan fakta yang terungkap dari pemeriksaan atau pemberian

rekomendasi atau opini sebagai hasil pemeriksaan.

Simpulan dari uraian di atas adalah auditor memiliki tanggung jawab moral

dan profesional untuk mengungkapkan informasi dalam laporan auditor

independen termasuk adanya kecurangan maupun pelanggaran hukum lainnya.

Hal ini berkenaan dengan independensi dan integritas auditor serta tanggung

jawab auditor dalam menciptakan transparansi kepada publik.

2.3 Profesionalisme

Profesionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah

mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri dari seorang profesional.

Menurut Yuwono (2011:9) professional adalah pekerja yang menjalankan

profesi tersebut.

Menurut Kurniawan (2005:73) adalah suatu kemampuan dan keterampilan

seseorang dalam melakukan pekerjaan menurut bidang dan tingkatan masing-

masing.

Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa profesional adalah

seseorang yang melakukan pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, dan

keterampilan khusus dibidang pekerjaannya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

15

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2001) dalam PSA No. 4 SA Seksi 230

menyatakan bahwa standar ketiga yaitu, dalam pelaksanaan audit dan penyusunan

laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat

dan seksama. Standar tersebut menuntut auditor independen untuk merencanakan

dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya

secara cermat dan seksama. Penggunaaan kemahiran profesional dengan

kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap profesional

yang bekerja dalam organisasi auditor independen untuk mengamati standar

pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Penggunaan kemahiran profesional

dengan cermat dan seksama menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan

bagaimana kesempurnaan pekerjaannya tersebut.

Seorang auditor harus memiliki tingkat keterampilan yang umumnya

dimiliki oleh auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan

tersebut dengan kecermatan dan keseksamaan yang wajar. Para auditor harus

ditugasi dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengevaluasi bukti audit

yang mereka periksa. Auditor dengan tanggung jawab akhir untuk suatu perikatan

harus mengetahui, pada tingkat yang minimum, standar akuntansi dan auditing

yang relevan dan harus memiliki pengetahuan tentang kliennya. Auditor dengan

tanggung jawab akhir bertanggung jawab atas penetapan tugas dan pelaksanaan

supervisi asisten.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

16

Menurut uraian diatas dapat disimpulkan profesional berarti

tanggungjawab untuk berperilaku yang lebih dari sekedar memenuhi tanggung

jawab yang dibebankan kepadanya. Sebagai profesional, akuntan publik mengakui

tanggung jawabnya terhadap masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan

seprofesi, termasuk untuk perilaku yang terhormat, sekalipun ini pengorbanan

pribadi.

2.4 Pengalaman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pengalaman adalah

sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung).

Menurut Gaballa dan Zhou (2010:169) mengenai pengalaman profesional

menyatakan bahwa :

“Professional experience is one of the key determinats that affect upon theefficiency of performance in professional practice. The signs of behavioral studieswhich have focused on the subject of experince that the quality of performance ina particular area increases with their experience in that field.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengalaman adalah suatu

kejadian yang pernah dialami dan dapat meningkatkan kualitas kinerja.

Haynes et al (1998) dalam koroy (2005) membahas hasil ini berkaitan dengan

insentif yang bertentangan (conflicting incentives) yang dihadapi auditor yang

semakin berpengalaman itu. Di satu pihak, auditor diharuskan untuk dapat

mempertahankan klien yang menuntut auditor untuk membangun dan menjaga

hubungan baik dengan klien. Di pihak lain, auditor juga harus mencegah kerugian

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

17

di masa datang yang diakibatkan adanya tuntutan atau litigasi hukum dan

hilangnya reputasi. Dalam memandang pengaruh pengalaman terhadap

pertimbangan auditor menghadapi preferensi klien, lebih cenderung

mengaitkannya dengan faktor eksternal dari diri auditor, yaitu insentif

kontekstual. Hal yang juga penting dikaitkan dengan hal ini adalah berkaitan

dengan karakteristik individual auditor yang berpengalaman itu, jadi, efek

pengalaman dalam hal ini dihubungkan sebagai faktor internal dalam karakteristik

diri auditor itu.

2.5 Pemberian Opini Audit

Tahap akhir dalam proses pemeriksaan audit, yaitu auditor menyatakan

pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan yang didasarkan atas

kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi

berterima umum. Menurut Theodore M. Tuanakotta (2013) Ada tiga jenis

modified opinions, yakni pendapat WDP (qualified opinion), TW (adverse

opinion), dan TMP (disclaimer of opinion).

1. WDP (wajar dengan pengecualian) atau qualified opinionKetika dampaknya tidak material dan tidak cukup pervasif

untuk memberikan pendapat TW atau TMP. Diterapkan dalam

hal:

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

18

a. Bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan

auditor menyimpulkan ada salah saji, sendiri-sendiri atau

tergabung, yang material tetapi tidak pervasif terhadap

laporan keuangan, ataub. Auditor tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup

dan tepat sebagai dasar pemberian opininya. Auditor

menyimpulkan bahwa dampak yang mungkin terjadi atas

laporan keuangan karena salah saji yang tidak ditemukan,

bisa material tetapi tidak pervasif.2. TMP (tidak memberi pendapat) atau disclaimer of opinion

Ketika dampak yang mungkin terjadi atas laporan keuangan

karena salah saji yang tidak ditemukan, bisa material dan

pervasif. Diterapkan dalam hal auditor tidak berhasil

memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat sebagai dasar

pemberian opininya, dan ia menyimpulkan bahwa dampak

yang mungkin terjadi atas laporan keuangan karena salah saji

yang tidak ditemukan, bisa material dan pervasif.3. TW (tidak wajar) atau adverse opinion

Ketika dampaknya material dan pervasif. Diterapkan dalam hal

bukti audit yang cukup dan tepat diperoleh, dan auditor

menyimpulkan ada salah saji, sendiri-sendiri atau tergabung,

yang material dan pervasif terhadap laporan keuangan.Sedangkan menurut ISA 700.16 menyebutkan bahwa

auditor wajib memberikan opini yang tidak dimodifikasi

(WTP) ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

19

dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka

pelaporan keuangan yang berlaku.ISA 700.35 (pendapat yang tidak dimodifikasi)

menjelaskan ketika memberikan pendapat yang tidak

dimodifikasi atas laporan keuangan dibuat sesuai dengan

kerangka penyajian wajar, pendapat auditor harus, kecuali

ditetapkan lain oleh ketentuan perundang-undangan,

menggunakan frasa, yang dipandang ekuivalen dengan:a. Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam

semua hal yang material, sesuai dengan [kerangka

pelaporan keuangan yang berlaku],ataub. Laporan keuangan memberikan gambaran yang benar

dan wajar, sesuai dengan [kerangka pelaporan keuangan

yang berlaku].

ISA 700.36 (pendapat yang tidak dimodifikasi)

menjelaskan ketika memberikan pendapat yang tidak

dimodifikasi atas laporan keuangan dibuat sesuai

dengan kerangka kepatuhan, pendapat auditor harus

menyatakan laporan keuangan dibuat, dalam semua hal

yang material, sesuai dengan [kerangka pelaporan

keuangan yang berlaku].

Kesimpulan dari uraian diatas ialah Opini audit diberikan oleh auditor

melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

20

opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Pemberian

opini oleh auditor atas laporan keuangan yang diperiksanya tergantung pada

beberapa hal. Salah satu hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam proses

audit yaitu tingkat materialitas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.

2.6 Auditing

2.6.1 Pengertian Auditing

Menurut Mulyadi (2010) auditing dijelaskan sebagai berikut :

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secaraobjektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataantersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnyakepada pemakai yang berkepentingan.”

Menurut Sukrisno Agoes (2009), pengertian auditing adalah:

“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yangindependen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen,beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuanuntuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangantersebut.”

Menurut Rahayu dan Suhayati (2010) pengertian auditing adalah :

“Suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secaraobjektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwaekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepadapihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yangkompeten dan independen.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses

sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

21

asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan

tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan

independen.

2.6.2 Tujuan Audit

Menurut Rick Hayes (2005) Tujuan auditing adalah :

“Audit – the objective of an audit of financial statements is to enable the auditorto exress an opinion whether the financial statements are prepared, in all materialrespects, in accordance with an identified financial reporting framework, thephrases used to express the auditor’s opinion are “give a true and fair view” or“present fairly, in all material respects”, which are equivalent terms. A similarobjective applies to the audit of financial or other information prepared inaccordance with appropriate criteria.”

“Audit – tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memungkinkan auditoruntuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan disusun, dalam semua halyang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan diidentifikasi. Fraseyang digunakan untuk mengekspresikan opini auditor yang “memberikanpandangan yang benar dan adil” atau “menyajikan secara wajar, dalam semua halyang material”, adalah istilah yang setara. Tujuan yang sama berlaku untuk auditinformasi keuangan atau lainnya disusun sesuai dengan kriteria yang tepat.”

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menyatakan pendapat

atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha

serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2.6.3 Standar Auditing

Standar auditing merupakan panduan umum bagi auditor dalam memenuhi

tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan historis.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

22

Standar ini mencakup pula pertimbangan atas kualitas profesional seperti

kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan serta bukti audit.

Standar auditing menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam SA Seksi

150 berbeda dengan prosedur auditing, yaitu “prosedur” berkaitan dengan

tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan dengan kriteria

atau tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar

auditing yang berbeda dengan prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya

kualitas professional auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang

digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.

Berikut standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI) adalah Standar Umum, Standar Pekerja Lapangan dan

Standar Pelaporan (Arens, et al, 2008) sebagai berikut :

1. Standar Umuma. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi

dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.2. Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

23

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian

yang akan dilakukan.c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,

pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang

diaudit.

3. Standar Pelaporana. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia.b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan

laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.d. Laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa

pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara

keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka

laporan keuangan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

24

sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung

jawab yang dipikul oleh auditor.

Berikut Standar Audit berbasis International Standard on Auditing (ISA) :

200-299 GENERAL PRINCIPLES AND RESPONSIBILITESISA 200 Overall Objectives of the Independent Auditor and the Conduct of an Audit

in Accordance with International Standards on AuditingISA 210 Agreeing the Terms of Audit EngagementsISA 220 Quality Control for an Audit of Financial StatementsISA 230 Audit DocumentationISA 240 The Auditor’s Responsibilities Relating to Fraud in an Audit of Financial

StatementsISA 250 Consideration of Laws and Regulations in an Audit of Financial StatementsISA 260 Communication with Those Charged with GovernanceISA 265 Communicating Deficiencies in Internal Control to Those Charged with

Governance and Management

300-499 RISK ASSESSMENT AND RESPONSE TO ASSESSED RISKSISA 300 Planning an Audit of Financial StatementsISA 315 (Revised), Identifying and Assessing the Risks of Material Misstatement

through Understanding the Entity and it’s Environment ISA 320 Materiality in Planning and Performing an AuditISA 330 The Auditor’s Responses to Assessed RisksISA 402 Audit Considerations Relating to an Entity Using a Service OrganizationISA 450 Evaluation of Misstatements Identified during the Audit

500-599 AUDIT EVIDENCEISA 500 Audit EvidenceISA 501 Audit Evidence-Specific Considerations for Selected ItemsISA 505 External ConfirmationsISA 510 Initial Audit Engagements-Opening BalancesISA 520 Analytical ProceduresISA 530 Audit SamplingISA 540 Auditing Accounting Estimates, Including Fair Value Accounting

Estimates, and Related DisclosuresISA 550 Related PartiesISA 560 Subsequent EventsISA 570 Going ConcernISA 580 Written representations

600-699 USING THE WORK OF OTHERS

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

25

ISA 600 Special Considerations-Audit of Group Financial Statements (Including theWork of Component Auditors)

ISA 610 (Revised 2013), Using the Work of Internal AuditorsISA 620 Using the Work of an Auditor’s Expert

700-799 AUDIT CONCLUSIONS AND REPORTINGISA 700 Forming an Opinion and Reporting on Financial StatementsISA 705 Modifications to the Opinion in the Independent Auditor’s ReportISA 706 Emphasis of Matter Paragraphs and Other Matter Paragraphs in the

Independent Auditor’s ReportISA 710 Comparative Information-Corresponding Figures and Comparative

Financial StatementsISA 720 The Auditor’s Responsibilities Relating to Other Information in Documents

Containing Audited Financial Statements

800-899 SPECIALIZED AREASISA 800 Special Considerations-Audits of Financial Statements Prepared in

Accordance with Special Purpose FrameworksISA 805 Special Considerations-Audits of Single Financial Statements and Specific

Elements, Accounts or Items of a Financial StatementsISA 810 Engagements to Report on Summary Financial Statements

Kesimpulan dari ISA 700 adalah ketika merumuskan opini, auditor perlu

memastikan apakah laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka pelaporan

yang berlaku, auditor menentukan bentuk laporan audit (apakah tidak

dimodifikasi atau dimodifikasi) yang tepat, sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Secara sederhana, “modifikasi terhadap laporan auditor” bermakna pemberian

opini auditor yang bukan wajar tanpa pengecualian (WTP). Entitas dan

manajemen mengharapkan auditor memberikan opini WTP atas laporan keuangan

entitas. Namun, setelah melaksanakan dan merampungkan proses auditnya,

auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat memberikan WTP, dan sesuai dengan

ISAs ia harus memodifikasi laporannya.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

26

2.6.4 Tipe Auditor

Ada dua tipe dasar dari auditor: auditor external dan auditor internal.

Auditor pemerintah mengambil kedua fungsi auditor internal dan external. (Rick

Hayes,2005)

1). Auditor internal

Banyak perusahaan besar dan organisasi mempertahankan staf audit

internal. Internal auditor dipekerjakan oleh perusahaan-perusahaan individu untuk

menyelidiki dan menilai efektivitas operasi perusahaan untuk manajemen. Banyak

dari perhatian mereka sering diberikan kepada appraisal pengendalian internal.

Sebagian besar dari pekerjaan mereka terdiri dari audit operasional, selain itu,

mereka dapat melakukan audit kepatuhan. Di banyak negara audit internal sangat

terlibat dalam audit keuangan. Dalam keadaan ini auditor external harus meninjau

pekerjaan yang dilakukan oleh auditor internal.

Departemen audit internal melapor langsung kepada presiden atau direksi.

Auditor internal harus independen dari kepala departemen dan eksekutif lainnya

yang karyanya ulasan. Auditor internal, bagaimana pun, tidak pernah merasa

mandiri dalam yang sama sebagai auditor independen karena mereka adalah

karyawan dari perusahaan mereka memeriksa. Auditor internal memiliki dua efek

utama pada audit laporan keuangan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

27

1. Keberadaan dan pekerjaan mereka dapat mempengaruhi sifat, waktu,

dan luas prosedur audit.2. Auditor external dapat menggunakan auditor internal untuk

memberikan bantuan langsung dalam berkinerja audit. Jika hal ini

terjadi auditor external harus menilai internal auditor kompetensi

(pendidikan,pengalaman, sertifikasi profesional, dll). Dan objektivitas

(status organisasi dalam perusahaan).

2). Auditor external independen:

pelatihan, perizinan, dan otoritas auditor independen memiliki tanggung jawab

utama untuk kinerja fungsi audit pada laporan keuangan yang dipublikasikan

perusahaan publik dan non-publik perusahaan. Beberapa negara memiliki

beberapa kelas auditor yang memiliki fungsi yang berbeda. Auditor independen

biasanya disertifikasi baik oleh organisasi profesional atau agen pemerintah.

2.6.5 Tipe Audit

Menurut Rick Hayes (2005) Audit biasanya diklasifikasikan menjadi tiga

jenis : audit laporan keuangan, operasional audit, dan audit kepatuhan.

1. Audit Laporan KeuanganAudit laporan keuangan memeriksa laporan keuangan untuk

menentukan apakah mereka memberikan benar dan melihat wajar atau

cukup saat ini laporan keuangan sesuai dengan yang ditentukan kriteria.

Kriteria mungkin Standar Pelaporan Keuangan International (IFRS),

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

28

umumnya prinsip akuntansi yang diterima (GAAP) seperti di Amerika

Serikat.2. Audit Operasional

Audit operasional adalah studi tentang unit tertentu dari sebuah

organisasi untuk tujuan mengukur kinerjanya. Audit operasional meninjau

semua atau bagian dari organisasi prosedur operasi untuk mengevaluasi

efektivitas dan efisiensi operasi. Efektivitas adalah ukuran apakah sebuah

organisasi mencapai tujuan dan sasaran. Efisiensi menunjukkan seberapa

baik organisasi menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuannya.

Ulasan operasional mungkin tidak terbatas pada akuntansi. Mereka

mungkin termasuk evaluasi struktur organisasi, pemasaran, metode

produksi, operasi komputer atau bidang apa pun organisasi terasa evaluasi

diperlukan. Rekomendasi yang biasanya dibuat untuk manajemen untuk

meningkatkan operasi. 3. Kepatuhan Audit

Sebuah audit kepatuhan adalah review prosedur organisasi untuk

menentukan apakah organisasi mengikuti prosedur tertentu, aturan atau

peraturan yang ditetapkan oleh beberapa lebih tinggi wewenang. Sebuah

audit kepatuhan mengukur kepatuhan entitas dengan didirikan kriteria.

Kinerja audit kepatuhan tergantung pada keberadaan data diverifikasi dan

kriteria atau standar yang diakui, seperti hukum yang didirikan dan

peraturan, atau kebijakan dan prosedur organisasi. Personil akuntansi.

Hasil audit kepatuhan yang umumnya dilaporkan kepada manajemen

dalam unit organisasi yang diaudit. Audit kepatuhan biasanya berhubungan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

29

dengan auditor pemerintahan misalnya pajak otoritas, pemerintah audit

internal, atau audit dari bank oleh regulator perbankan. 2.7 Kode Etik

Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2013) Kode etik profesi bisa bersifat

global, seperti yang dikeluarkan IESBA (International Ethics Standards

Board for Accountans), atau nasional (misalnya yang ditetapkan oleh IAPI),

yang bisa (tapi tidak wajib) ditegaskan dengan kode etik KAP. Di samping

kode etik yang merupakan “payung moral profesi”, juga ada aturan-aturan

mengenai perilaku anggota profesi (rules of professional conduct). Dalam

budaya aristokratis, diawal lahirnya profesi, cara berpakaian dan sapaan

kepada sesama anggota profesi, di atur dalam aturan perilaku. Di abad ke-21

kode etik dan aturan perilaku tidak lagi terbuai dengan keagungan profesi

semata, tapi lebih membumi dan berkaitan langsung dengan pemeliharaan

kepercayaan masyarakat terhadap profesi.

Ciri istimewa profesi akuntansi ialah pengakuan akan tanggung jawab

untuk bertindak atas nama kepentingan umum. Oleh karenanya, tanggung

jawab akuntan profesional tidaklah semata-mata memuaskan kebutuhan klien

atau pegawainya.

Prinsip-prinsip Dasar mengenai kode etik menjadi kerangka

konseptual yang wajib diterapkan akuntan ketika:

1. Mengidentifikasi ancaman (threats) terhadap kepatuhan atas

Prinsip-prinsip Dasar,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

30

2. Mengevaluasi seberapa signifikannya ancaman yang

diidentifikasi (threats identified),3. Melakukan pengamanan (safeguards) untuk mengeliminasi atau

menekan ancaman (threats) ke tingkat yang dapat diterima

(acceptable level).2.8 Kantor Akuntan Publik

Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2015) Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik mengatur kegiatan

Akuntan Publik yang dirangkum dibawah. Akuntan Publik adalah seseorang

yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa-jasa sebagaimana diatur

dalam undang-undang. KAP adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha

berdasarkan undang-undang.

Berdasarkan undang-undang, Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang

meliputi:

a. Jasa audit atas informasi keuangan historis,b. Jasa revisi atas informasi keuangan historis, danc. Jasa asurans lainnya.

Jasa asurans ini hanya dapat diberikan oleh Akuntan Publik.

Selain jasa asurans, Akuntan Publik dapat memberikan jasa

lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan

manajemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

31

Mengenai jasa-jasa yang dapat diberikan Akuntan Publik,

undang-undang menjelaskan, sebagai berikut:1. “Jasa Asurans” adalah jasa Akuntan Publik yang bertujuan

untuk memberikan keyakinan bagi pengguna atas hasil

evaluasi atau pengukuran informasi keuangan dan

nonkeuangan berdasarkan suatu kriteria.2. “Jasa audit atas informasi keuangan historis” adalah

perikatan asurans yang diterapkan atas informasi keuangan

historis yang bertujuan untuk memberikan keyakinan

memadai atas kewajaran penyajian informasi keuangan

historis tersebut dan kesimpulannya dinyatakan dalam

bentuk pernyataan positif. Informasi keuangan historis

mencakup antara lain laporan keuangan, bagian dari suatu

laporan keuangan, atau laporan yang dilampirkan dalam

suatu laporan keuangan.3. “Jasa revisi atas informasi keuangan historis” adalah

perikatan asurans yang diterapkan atas informasi keuangan

historis yang bertujuan untuk memberikan keyakinan

terbatas atas kewajaran penyajian informasi keuangan

historis tersebut dan kesimpulannya dinyatakan dalam

bentuk pernyataan negatif.4. “Jasa asurans lainnya” adalah perikatan asurans selain jasa

audit atau revisi atas informasi keuangan historis. Yang

termasuk jasa asurans lainnya antara lain perikatan asurans

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

32

untuk melakukan evaluasi atas kepatuhan terhadap

peraturan, evaluasi atas efektivitas pengendalian internal,

pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif, dan

penerbitan comfort letter untuk penawaran umum.5. “Jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi,keuangan,

dan manajemen” antara lain adalah jasa audit kinerja, jasa

internal audit, jasa perpajakan, jasa kompilasi laporan

keuangan, jasa pembukuan, jasa prosedur yang disepakati

atas informasi keuangan, dan jasa sistem teknologi

informasi.

2.8.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Studi Empiris dengan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Ida Suraida(2005)

Pengaruh Etika,Kompetensi, PengalamanAudit dan Risiko Auditterhadap SkeptisismeProfesional Auditor danKetepatan PemberianOpini Akuntan Publik

(X1) PengaruhEtika, (X2) Kompetensi,(X3) PengalamanAudit, (X4) SkeptisismeProfesionalAuditor, dan (Y) KetepatanPemberian OpiniAkuntan Publik

Etika, Kompetensi,pengalaman audit danresiko auditberpengaruh terhadapskeptisme profesionaldan ketepatanpemberian opiniakuntan publik baiksecara parsial maupunsimultan

2 I Wayan AriPrasetya,Maria M.

Independensi,Profesionalisme, danSkeptisme Profesional

(X1) Independensi,(X2)Profesionalisme,

Independensi,profesionalisme danskeptisme profesional

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

33

Ratna Sari(2014)

Auditor sebagaiPrediktor KetepatanPemberian Opini Auditor

(X3) SkeptismeProfesional Auditordan (Y) KetepatanPemberian OpiniAuditor

auditor berpengaruhpositif terhadapketepatan pemberianopini auditor padakantor akuntan publikdi Bali

3 LisnawatiDewi(2015)

Pengaruh SkeptisismeProfesional Auditor,Independensi, Keahlian,Etika Profesi,Pengalaman, dan SituasiAudit terhadap KetepatanPemberian Opini Auditor

(X1) SkeptisismeProfesionalAuditor, (X2) Independensi,(X3) Keahlian, (X4) Etika Profesi,(X5) Pengalaman,(X6) Situasi Auditterhadap (Y) Kualitas Audit

Adanya pengaruhpositif antaraskeptisime profesionalauditor dan ketepatanpemberian opiniauditor. Tidak adanyapengaruh antaraindependensi danketepatan pemberianopini auditor. Adanyapengaruh positifantara keahlian danketepatan pemberianopini auditor. Tidakadanya pengaruhantara etika profesidan ketepatanpemberian opiniauditor. Adanyapengaruh positifantara pengalamandan ketepatanpemberian opiniauditor. Adanyapengaruh positifantara situasi auditdan ketepatanpemberian opiniauditor.

4 ReniFebriyanti(2014)

Pengaruh Independensi,Due Professional Care,dan Akuntabilitas

(X1) Independensi,(X2) DueProfessional Care,

Independensi tidakberpengaruh positifterhadap kualitas

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

34

terhadap Kualitas Audit dan (X3)Akuntabilitasterhadap (Y)Kualitas Audit

audit. Dueprofessional careberpengaruh positifterhadap kualitasaudit. Akuntabilitastidak berpengaruhterhadap kualitas auditpada KAP diSumatera Barat danRiau

5 I PutuSukendradan GedeAdiYuniarta(2015)

Pengaruh SkeptismeProfesional, PengalamanAuditor, dan KeahlianAudit terhadap KetepatanPemberian Opini olehAuditor

(X1) SkeptismeProfesional, (X2) PengalamanAuditor,(X3) KeahlianAudit terhadap (Y) KetepatanPemberian Opinioleh Auditor

Skeptisme profesionalberpengaruh positifterhadap ketepatanpemberian opini olehauditor. Pengalamanauditor berpengaruhpositif terhadapketepatan pemberianopini oleh auditor.Keahlian auditberpengaruh positifterhadap ketepatanpemberian opini olehauditor.

6 Yulfa Zailia(2013)

Pengaruh Etika,Profesionalisme danPengalaman Auditterhadap KetepatanPemberian OpiniAkuntan Publik

(X1) Etika, (X2)Profesionalisme,(X3 PengalamanAudit dan (Y)KetepatanPemberian OpiniAkuntan Publik

Bahwa etika,profesionalisme, danpengalaman auditberpengaruh secarasimultan dan positifterhadap ketepatanpemberian opini audit

2.9 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Hubungan Independensi dengan Keputusan Pemberian Opini Audit

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

35

Independensi sering juga disebut sebagai sikap mental yang bebas

dari pengaruh, tidak dikendalian dan tidak tergantung pada pihak lain.

Independensi auditor adalah salah satu faktor terpenting yang sangat

mendukung terhadap hasil audit yang berkualitas. Sikap independensi

yang tinggi akan menghasilkan laporan audit yang berkualitas dan dapat

dipertanggungjawabkan. Sebaliknya jika auditor tidak memiliki sikap

independensi atau kejujuran dalam memeriksa dan mempertimbangkan

hasil laporan audit maka akan berdampak pada kualitas audit itu sendiri

Menurut penelitian I Wayan Ari Prasetya dan Maria M. Ratna Sri (2014)

Independensi menunjukkan sikap mental auditor untuk tidak memihak

dalam melakukan audit, semakin independen semakin bebas auditor dari

pengaruh pihak lain sehingga pertimbangan pemberian opini pun akan

bebas dari pihak lain. Atau dengan kata lain opini yang dirumuskan sesuai

dengan kenyataan.

Hubungan Profesionalisme dengan Keputusan Pemberian Opini

Audit

Profesionalisme adalah sikap dari seorang yang profesional dalam

menjalankan profesinya. Dalam menjalankan audit auditor harusnya

profesional dan independen.

Menurut penelitian Yulfa Zailia (2013) Profesionalisme auditor

memiliki pengaruh terhadap ketepatan opini audit. Dengan kata lain

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

36

semakin tinggi tingkat profesionalisme yang dimiliki oleh auditor semakin

tepat opini yang akan diberikan.

Hubungan Pengalaman Auditor dengan Keputusan Pemberian Opini

Audit

Pengalaman merupakan salah satu penentu utama yang mempengaruhi

pada efisiensi kinerja profesional dalam praktik sehingga pengalaman

dapat meningkat kualitas kinerja auditor dalam tugas lapangan dan praktik.

Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit

laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya

penugasan yang pernah ditangani. Libby dan Frederick (1990) dalam Ida

Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor

semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan

temuan audit dan mampu membuat judgment yang relative lebih baik

dalam tugas-tugas profesionalnya.

Dari uraian di atas maka dapat di gambarkan model penelitian sebagai

berikut :

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

37

Independensi

(X1)

Profesionalisme

(X2)

Ketepatan PemberianOpini Audit

(Y)

Pengalaman Auditor

(X3)

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

38

Gambar 2.1 Model Penelitian

Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:93) mendefinisikan hipotesis adalah sebagaiberikut:

“Jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimanarumusan masalah penelitian dinyatakan dalam betuk kalimat pernyataan.Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teoriyang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melaluipengumpulan data”.

Berdasarkan model penelitian diatas, dinyatakan bahwa variabel

independen terdiri dari 3 (tiga) variabel yaitu variabel pertama Independensi (X1),

variabel independen kedua yaitu Profesionalisme (X2), variabel independen ketiga

yaitu Pengalaman Auditor (X3). Sedangkan untuk variabel dependennya adalah

Keputusan Pemberian Opini Auditor (Y).

Maka hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut :

H1 : Independensi mempunyai pengaruh terhadap keputusan pemberian opini

audit.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh

39

H2 : Profesionalisme mempunyai pengaruh terhadap keputusan pemberian opini

audit.

H3 : Pengalaman Auditor mempunyai pengaruh terhadap keputusan pemberian

opini audit.