Upload
truongtu
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Anak Usia Dini
2.1.1 Pengertian Pendikan anak usia dini
Anak usia dini adalah investasi yang amat besar bagi keluarga dan bagi
bangsa. Anak-anak kita adalah generasi penerus keluarga dan sekaligus penerus
bangsa. Menurut Direktorat PAUD pengertiannya adalah Pendidikan Anak Usia
Dini, adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak usia dini yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan dasar dan kehidupan tahapan berikutnya (Andriani, 2012).
Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki
karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0 – 6 tahun )
merupakan masa keemasan (golden age), yang pada masa ini stimulasi seluruh aspek
perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Perlu
disadari bahwa masa-masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam
rentang kehidupan seseorang anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Mengingat pentingnya masa ini, maka
peran stimulasi berupa penyediaan lingkungan yang kondusif harus disiapkan oleh
para pendidik, baik orang tua, guru, pengasuh ataupun orang dewasa lain yang ada di
sekitar anak, sehingga anak memilki kesempatan untuk mengembangkan potensinya.
Potensi yang dimaksud meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional
dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni.
9
Pendidikan anak usia dini diberikan pada awal kehidupan anak untuk dapat
berkembang secara optimal (Lusi, 2014).
Dalam hal ini Kemampuan anak sangat penting penanamannya dalam
mengembangkan potensi yang ada pada diri anak. Idealnya kemampuannya
berbahasa munurut Aisyah, dkk (2007) menyatakan.”dari segi berpikir dan
berkomunikasi anak itu sudah bisa menjawab pertannyaan dengan jelas, dapat
bercerita menganai hal yang terjadi pada situasi nyata, dapat memberikan informasi
walaupun masih sulit dalam mencari atau menggunakan kata-kata yang tepat (Pipit,
2007).
Pendidikan usia dini merupakan periode yang penting dan perlu mendapat
penanganan sedini mungkin. Usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa
peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu distimulus,
diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Pemberian stimulus
merupakan hal yang sangat membantu anak untuk berkembang. Anak yang
terstimulus dengan baik dan sempurna maka tidak hanya satu perkembangan saja
yang akan berkembang tapi bisa bermacam-macam aspek perkembangan yang
berkembang dengan baik. Masa ini untuk melakukan dasar pertama dalam
mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, konsep diri,
disiplin, kemandirian dan lain-lain (Lolita, 2012).
PAUD merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan
fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta
10
agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahaptahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (Tejawati, 2011).
2.1.2 Prinsi-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Usia dini merupakan periode penting bagi pembentukan kepribadian anak.
Oleh karena itu proses pendidikan yang baik dan ideal seharusnya dilakukan sejak
anak lahir bahkan semenjak anak dala kandungan. Simulasi dan asupan gizi yang
diberikan pada anak usia dini akan memerikan pengaruh bagi lajunya pertumbunhan
dan perkembangan anak serta sikap dan perilaku sepanjang rentang kehidupannya.
Dalam buku panduan Pedoman penyelenggaraan Pos PAUD disebutkan
bahwa prinsip-prisnipya penyelenggaraan PAUD didasarkan kepada hal-hal adalah
sebagai berikut :
a. Berorientasi pada kebutuhan anak. Kegiatan belajar harus selalu ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan perkembangan masing-masing anak sebagai individu.
b. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain. Dengan bermain yang
menyenangkan dapat merangsang anak untuk melakukan esplorasi dengan
menggunakan benda benda Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain. Dengan
bermain yang menyenangkan dapat merangsang anak untuk melakukan esplorasi
dengan menggunakan benda-benda.
c. Merangsang munculnya kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi
tercermin melalui kegiatan yang membuat anak tertarik, fokus, serius dan
konsentrasi.
11
d. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar. Lingkungan harus
diciptakan menjadi lingkungan yang menarik dan menyenangkan bagi anak
selama mereka bermain.
e. Mengembangkan kecakapan hidup anak. Kecakapan hidup diarahkan untuk
membantu anak menjadi mandiri, displin, mampu bersosialisasi, dan memiliki
kereampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak.
f. Menggunakan berbgai sumber dan media belajar yang ada dilingkungan sekitar.
g. Dilaksanakan secara bertahap dengan mengacu pada prinsip-prinsip
perkembangan anak.
Rangsangan pendidikan mencakup semua aspek perkembangan. Rangsangan
pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan. Saat
anak melakukan sesautu sesungguhnya ia sedang mengembangkan berbagai aspek
perkembangan/kecerdasannya (Andryani, 2012).
2.1.3 Sistem Pendidikan PAUD
a) Pendidkan Non Formal Di Keluarga.
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan anak
didalam keluagalah anak mendapat contoh pendidkan serta bimbingan awal dari
orang tua bagaiman seharus nya bersikap, berprilaku dan kerjasama dengan baik.
Penenaman dan pembetukan sikap, kebiasaan dan pola tingkah laku pada massa
kanak-kanak dapat dikatakan sepenuh nya terletak pada cara orang tua mengasuh
(Yusuf, 2007).
12
b) Pendidkan Formal Di PAUD
Paud adalah suatu lembaga yang di tunjukan kepada anak , sejak lahir sampai
pada usia 6 tahunyang di lakukan melalui pemberian pemualaan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani supaya anak
memiliki kesiapan dalam rangka memsauki pendidikan lebih lanjut (Hidayah, 2009).
PAUD merupan suatu pendidkan yang di tunjukan pada anak usia 3 sampai 6 tahun,
akan tetapi menurut UU NO 20 tahun 2003 pasal 28 mengatakan bahwa pendidikan
anak di selenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini
perlu dilalukan perlu di lakukan bagi anak sejak lahir sampai usia 6 tahun
(Rahman,2009).
Tujuan utama pendidikan anak usia dini adalah menfasilitasi pertumbuhan
dan perkembangan anak sejak awal yang mencakup aspek fisik, psisikis, dan sosial
secara menyeluruh. Diharapkan anak lebih siap untuk beljar lebih lanjut. Bukan hanya
belajar secara akademik di sekolah, melaikan juga sosial emosional,seta moral
disemua lingkungan (Hartani dkk, 2010).
2.1.4 Karakteristik Anak Usia Dini
Menurut pandangan psikologi anak usia dini memiliki karakteristik yang khas
dan berbeda dengan anak lain yang yang berada di usia di atas 8 tahun. Karakteristik
anak usia dini yang khas tersebut seperti yang kemukakan richard D, kellogh adalah:
1) Anak itu bersifat egosentris
Pada umumnya anak masih bersifat egosentris. Ia cenderung melihat
dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal
ini dapat dilihat dari perilakunya seperti masih berebut alat-alat mainan,
13
menangis bila menghendaki sesuatu yang tidak dipenuhi oleh orang tuanya,
atau memaksakan sesuatu terhadap orang lain. Karakteristik seperti ini terkait
dengan perkembangan kognitifnya yang menurut Piaget disebutkan bahwa
anak usia dini sedang berada pada fase transisi dari fase praoperasional (2-7
tahun) ke fase operasional konkret (7-11 tahun). Pada fase operasional pola
berfikir anak bersifat egosentrik dan simbolik sementara pada fase
operasional konkret anak sudah mulai menerapkan logika unutuk memahami
persepsi-persepsi.
2) Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu Yang Besar
Menurut presepsi, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menarik
dan menakjubkan. Hal ini menimbulkan rasa keingintahuan anak yang tinggi.
Rasa keingintahuan sangatlah bervariasi, tergantung dengan apa yang menarik
perhatiannya. Dalam Brooks and Brooks, dikemukakan bahwa keuntungan
yang dapat diambil dari rasa keingintahuannya adalah dengan menggunakan
fenomena atau kejadian yang tidak biasa.
3) Anak adalah Makhluk Sosial
Anak senang diterima dan berada dengan teman sebayanya. Mereka
senang bekerja sama dalam membuat rencana dan menyalesaikan pekerjaanya.
Mereka secara bersama saling memberikan semangat dengan sesama
temannya. Anak membangun konsep diri melalui interaksi sosial disekolah. Ia
akan membangun kepuasan melalui penghargaan diri ketika diberiakn
kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya. Untuk itu pembelajaran
dilakukan untuk membantu anak dalam perkembangan penghargaan diri.
14
4) Anak Bersifat Unik
Anak merupakan individu yang unik di mana masing-masing memiliki
bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu
sama lain. Disamping memiliki kesamaan, menurut Bredekamp (1987) anak
juga memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat, latar
belakang keluarga. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam
perkembangan anak yang ada dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu
sama lain.
5) Anak Umumnya Kaya dengan Fantasi
Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada
umumnya ia kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita melebihi pengalama-
pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun.
Hal ini disebabkan imajinasi anak berkembang melebihi apa yang dilihatnya.
Sebagai contoh, ketika anak melihat gambar sebuah robot, maka imajinasinya
berkembang bagaimana robot itu berjalan dan bertempur dan seterusnya.
6) Anak Memiliki Daya Konsentrasi yang Pendek
Pada umumnya anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu kegiatan
dalam jangka waktu yang lama. Ia selalu cepat mengalihkan perhatian pada
kegiatan lain, kecuali memang kegiatan tersebut selain menyenangkan juga
bervariasi dan tidak membosankan. Menurut Berg disebutkan bahwa sepuluh
menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat
duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman.
7) Anak merupakan masa belajar yang paling potensial
Masa anak usia dini disebut sebagai masa golden age atau magic years.
NAEYC mengemukakan bahwa masa-masa awal kehidupan tersebut sebagai
15
masa-masanya belajar dengan slogannya sebagai berikut: “early years are
Learning years”. Hal ini disebabkan bahwa selama rentang waktu usia dini, anak
mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dan
berpusat pada berbagai aspek. Pada periode ini hampir seluruh potensi anak
mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan
hebat. Pembelajaran pada periode ini merupakan wahana yang memfsilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencapai tahapan sesuai dengan
tugas perkembangannya (Adryana, 2012).
2.2 Konsep Tumbuh Kembang
2.2.1 Pengertian Tumbuh Kembang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada tiap
makhluk. Pada manusia terutama anak-anak, proses tumbuh kembang ini terjadi
dengan sangat cepat, terutama pada periode tertentu (Depkes RI, 2010).
Menurut Soetjiningsih (2014), Tumbuh kembang mencakup 2 peristiwa
pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sebagai berikut :
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, atau ukuran atau dimensi tingkat sel, yang diukur dengan ukuran berat
(gram, pound, kg), ukuran panjang (cm, meter).
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan/ skill dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
16
2.2.2 Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan
Menurut Depkes RI (2010), Ada 4 aspek tumbuh kembang yang perlu dibina
atau dipantau, yaitu :
1. Gerak Kasar atau Motorik Kasar
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dengan sikap tubuh yang melibatkan otot-
otot besar sperti duduk, berdiri, dsb.
Gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras.
Menurut Laura E. Ber dalam Suyadi (2010), semakin anak bertambah dewasa dan
kuat tubuhnya, maka gaya geraknya semakin sempurna. Hal ini mengakibatkan
tumbuh kembang otot semakin membesar dan menguat, dengan demikian
ketrampilan baru selalu bermunculan dan semakin bertambah kompleks. Contoh
gerakan motorik kasar adalah, melakukan gerakan berjalan, berlari, melompat,
melempar dan sebagainya.
2. Gerak Halus atau Motorik Halus
Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat sperti
mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dsb.
Perkembangan motorik mengikuti hukum arah perkembangan, Hurlock
(1978).dan kemampuan fisik tersebut diatas terjadi secara teratur dan bertahap sesuai
dengan pertambahan umur.
17
Perkembangan fisik-motorik adalah perkembangan jasmaniah melalui
kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi. Hasil pengamatan Laura
E.Berk terhadap anak usia dini adalah ketika anak bermain maka, akan muncul
ketrampilan motorik baru, Suyadi (2010). Anak akan terus melakukan integrasi gerak
dari berbagai macam pola jadi, kemampuannya berkembang dan terbarukan terus
menerus atau disebut sebagai dynamic system. Sehingga bisa mencapai sesuatu yang
disebut ketrampilan motorik seperti yang diungkapkan Gagne dalam Siregar (2010),
bahwa dalam ketrampilan motorik seseorang atau anak belajar melakukan gerakan
secara teratur dalam urutan tertentu, ciri khasnya adalah otomatisme, yakni gerakan
yang berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar.
3. Bahasa
Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi,
mengikuti perintah dsb.
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Melalui bahasa,
seseorang dapat menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat
atau gerak. Pada usia 1 tahun, selaput otak untuk pendengaran membentuk kata-kata,
mulai saling berhubungan.Anak sejak usia 2 tahun sudah banyak mendengar kata-kata
atau memiliki kosa kata yang luas. Gangguan pendengaran dapat membuat
kemampuan anak untuk mencocokkan suara dengan hurufmenjadi terlambat. Bahasa
anak mulai menjadi bahasa orang dewasa setelah anak mencapai usia 3 tahun. Pada
saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara kita (Rahman,2009).
18
4. Sosialisasi
Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain),
berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan
motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras
dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau
aktivitas. Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit
dan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar
keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis,
berenang, main bola atau atletik. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah
satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan
maupun keterampilan. Dengan kata lain, perkembangan motorik sangat menunjang
keberhasilan belajar anak (Martani, 2007).
Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain,
baik dengan teman sebaya, orang tua maupun saudara-saudaranya. Sejak kecil anak
telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling
dekat dengannya, yaitu dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain.
Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarga turut mempengaruhi
pembentukan perilaku sosialnya.
Ada empat faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak bersosialisasi,
yaitu :
19
1) Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang di sekitarnya dari
berbagai usia dan latar belakang.
2) Adanya minat dan motivasi untuk bergaul
3) Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi
“model” bagi anak.
4) Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.
Menjadi orang yang mampu bersosialisasi memerlukan tiga proses yaitu :
1) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.
2) Memainkan peran sosial yang dapat diterima.
3) Perkembangan sikap sosial.
2.2.3 Perkembangan emosi.
Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri
seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan, yang berfungsi
sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk
mencapai kesejahteraan dan keselamatan. Kemampuan untuk bereaksi secara
emosional sudah ada sejak bayi dilahirkan. Gejala pertama perilaku emosional dapat
dilihat dari keterangsangan umum terhadap suatu stimulasi yang kuat. Misalnya bila
bayi merasa senang, maka ia akan menghentak-hentakkan kakinya. Sebaliknya bila ia
tidak senang, maka bayi bereaksi dengan cara menangis.
Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional anak mulai kurang
menyebar, dan dapat lebih dibedakan. Misalnya, anak menunjukkan reaksi
ketidaksenangan hanya dengan menjerit dan menangis, kemudian reaksi mereka
berkembang menjadi perlawanan, melempar benda, mengejangkan tubuh, lari
20
menghindar, bersembunyi dan mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya usia,
reaksi emosional yang berwujud kata-kata semakin meningkat, sedangkan reaksi
gerakan otot mulai berkurang.
Emosi anak memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Emosi yang kuat
Anak kecil bereaksi terhadap suatu stimulusi dengan intensitas yang sama, baik
terhadap situasi yang remeh maupun yang sulit.Anak belum mampu
menunjukkan reaksi emosional yang sebanding terhadap stimulasi yang
dialaminya.
b. Emosi seringkali tampak.
Anak-anak seringkali tidak mampu menahan emosinya, cenderung emosi
anak nampak dan bahkan berlebihan.
c. Emosi bersifat sementara
Emosi anak cenderung lebih bersifat sementara, artinya dalam waktu yang relatif
singkat emosi anak dapat berubah dari marah kemudian tersenyum, dari ceria
berubah menjadi murung.
d. Reaksi emosi mencerminkan individualitas
Semasa bayi, reaksi emosi yang ditunjukkan anak relatif sama. Secara bertahap,
dengan adanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku yang menyertai
berbagai emosi anak semakin diindividualisasikan.
e. Emosi berubah kekuatannya.
Dengan meningkatnya usia, emosi anak pada usia tertentu berubah kekuatannya.
Emosi anak yang tadinya kuat berubah menjadi lemah, sementara yang tadinya
lemah berubah menjadi emosi yang kuat.
21
f. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku.
Emosi yang dialami anak dapat pula dilihat dari gejala perilaku anak seperti :
melamun, gelisah, menangis, sukar berbicara atau dari tingkah laku yang gugup
seperti menggigit kuku atau menghisap jempol (Hayati, 2012).
Pada usia 2-4 tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan marahnya
Untuk menampilkan rasa tidak senang, anak melakukan tindakan yang berlebihan,
misalnya menangis, menjerit-jerit, melemparkan benda, bergulingguling, atau
memukul ibunya. Pada usia ini anak tidak memperdulikan akibat dari perbuatannya,
apakah merugikan orang lain atautidak. Pada usia 5-6 tahun, emosi anak mulai
matang. Pada usia ini anak mulai menyadari akibat-akibat dari tampilan emosinya.
Anak mulai memahami perasaan orang lain, misalnya bagaimana perasaan orang lain
bila disakiti, maka anak belajar mengendalikan emosinya. Ekspresi emosi pada anak
mudah berubah dengan cepat dari satu bentuk ekspresi ke bentuk ekspresi emosi
yang lain. Anak dalam keadaan gembira secara tiba-tiba dapat langsung berubah
menjadi marah karena ada sesuatu yang dirasakan tidak menyenangkan, sebaliknya
apabila anak dalam keadaan marah, melalui bujukan dengan sesuatu yang
menyenangkan bisa berubah menjadi riang (Fatimah, 2015).
2.2.4 Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan Kembang
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal
yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antaralain:
22
2.2.4.1 Faktor dalam (internal ) yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak.
1) Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang di lahirkan dari ras/bang amerika , maka ia tidak memiliki
faktor heriditer ras/bangsa indonesia atau sebalik nya.
2) Keluarga
Ada kecendrungan keluarga yang memiliki postur tubuh yang tinggi ,
pendek, gemuk, dan kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal ,
tahun pertama masa kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin
Fungsi reprodusi pada anak perembpuan berkembang lebih cepat
daripada anak laki-laki.
5) Genetik
Genetik (heredokostitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan ginetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umum nya di sertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Tuner’s.
23
2.2.4.2 Faktor luar(eksternal).
Faktor prenatan
1) Gizi
Gizi ibu hamil terutama pada trimester terakhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
2) Mekanis
posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kognital seperti club
foot.
3) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomid, hiperplasia adrenal.
4) Endokrin
Diabetes militus bisa menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia
adrenal.
5) Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota
gerak, kelainan kongital mata.
6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (tokso plasma,
rubella,sitomegalo virus,herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada
janin: katarak bisul tuli, mikrosefali , retardasi mental dan kelainan jantung
kognital.
7) Kelainan imunologi
24
Eritobaltosis fatalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin
dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah jjanin ,
kemudian melalui plasenta masuk kedalam peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya akan mengakibatkan
hiperbilirubimia dan kern icterus yang kan menyebabkan kerukan jaringan otak.
8) Anoksia emrio
Anoksia embrio yang di sebabkan oleh gangguan fungsi palsenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
9) Pisikologi ibu
Kehamilan yang tidak di inginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu
hamil dan lain-lain.
Faktor persalinan.
Komlikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala ,afiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Faktor Pascasalin
1) Gizi.
Untuk tumbuh kembang bayi ,di perlukan zat makanan yang kuat.
2) Penyakit kronis/kelainan kognital
Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani.
3) Lingkungan fisis dan kimia.
Lingkungan sering di sebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak(profider). Sanitasi
25
lingkungan yang kurang baik , kurang sinar matahari ,paparan sinar radioaktif
, zat kimia tertentu (Pb, mercuri,rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif
terhadap pertumbuhan anak.
4) Pisikologis
Hubungan anak dengan orang sekitar nya seorang anak yang tidak di
kehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan
mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangan nya.
5) Endokrin
Gangguan hormon, misal nya pada penyakit hipoteroid akan menyebabkan
anak mengalami hambatan pertumbuhan.
6) Sosio-ekonomi.
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan , kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidak tahuan , akan menghambat peryumbuhan
anak.
7) Lingkungan pengasuhan.
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
8) Stimulasi.
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khusus nya dalam
keluarga,misal nya penyediaan alat mainan, sosial anak, keterlambatan ibu dan
anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
9) Obat-obatan.
Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan menghambat pertumbuhan,
demikian hal nya dengan pemakaian obat perngsang terhadap susunan saraf
26
yang menyebabkan terlambatnya produksi hormon pertumbuhan (Kemenkes
2012).
2.2.5 Perkembangan Anak Sesuai Usia
Anak usia dini (0 – 6tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai
lompatan perkembangan, karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age
(usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia
tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara lebih rinci akan diuraikan
karakteristik anak usia dini sebagai berikut :
a. Usia 0 – 1 Tahun
Usia 0 – 3 bulan
1) Mengakat kepala setinggi 45
2) Menggerakan kepala dari kiri /kanan dan tengah.
3) Melihat dan menatap wajah anda.
4) Mengoceh spontan atau bereaksi dengan menoceh.
5) Suka tertawa keras.
6) Bereaksi terkejut terhadap suara keras.
7) Membalas tersenyum ketika di ajak bicara /tersenyum.
8) Mengenal ibu dengan penglihatan , penciuman , pendengaran, kontak.
1. Umur 3-6 bulan
1) Berbalik dari telungkup keterlentang.
2) Mengakat kepala setinggi 90
3) Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
4) Menggegam pensil.
5) Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
27
6) Memegang tangannya sendiri.
7) Berusaha memperluas pandangan.
8) Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.
9) Mengeluarkan suara grmbira bernada tinggi atau memekik.
10) Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain
sendiri.
11) Duduk (sikap tripoid-sendiri).
12) Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.
13) Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.
14) Memindah benda dari satu tangan ke tangan yang lain nya.
15) Memungut 2 benda , masingsing-masing tangan pegang satu benda pada
saat yang bersamaan.
16) Memunggut benda sebesar kacang dengan cara meraup.
17) Bersuara tampa arti, mammmamama, bababab, tatata.
18) Mencari mainan /benda-benda yang di jatuhkan.
19) Bermain tepuktangan /cilup ba.
20) Bergembira dengan melempar benda.
21) Makan kue sendiri.
2. Umur 9-12 bulan.
1) Mengakat badan nya ke posisi berdiri.
2) Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.
3) Dapat berjalan dengan di tuntun.
4) Mengeluarkan lengan/badan atau meraih mainan yang di inginkan nya.
5) Menggegam erat pensil.
6) Memasukan benda ke mulut.
28
7) Mengulang dan menirukan bunyi yang di dengar.
8) Menyebut 2-3 suku kata yang sama tampa arti.
9) Mengesplorasi sekitar , ingin tahu, ingin menyentuh apa saja.
10) Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
11) Senang di ajak main”Ciluk Ba”
12) Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum kenal.
b. Usia 2 tahun.
Umur 18-24 bulan.
1) Berdiri sendiri tampa berpegangan.
2) Membukuk dan mengmungut mainan kemudian berdiri kembali .
3) Berjalan mundur 5 langkah.
4) Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu dengan kata “mama”.
5) Menumpuk 2 kubus.
6) Mamasukan kubus di kotak.
7) Menunjukan apa yang diingginkan tampa menanggis/merengek, anak bisa
mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu.
8) Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing.
c. Umur 3 tahun.
Umur 24-36 bulan.
1) Berdiri sendiri tampa pegangan 30 detik.
2) Berjalan tampa terhuyung-huyung.
3) Bertepuk tangan , melambai-lambai.
4) Menumpuk 4 kubus.
5) Memunggut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
6) Menggelindingkan bola ke arah sasaran.
29
7) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.
8) Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.
9) Memegagng cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri.
d. Umur 4 tahun.
Umur 24-36 bulan.
1) Jalan naik tangga sendiri.
2) Dapat bermain dan menendang bola kecil.
3) Mencoret –coret pensil pada kertas.
4) Bicara dengan baik,dengan 2 kata.
5) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuh nya ketika diminta.
6) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih.
7) Membantu memungut mainan nya sendiri atau membantu mangakat piring
jika diminta.
8) Makan nasi sendiri tampa banyak yang tumpah.
9) Melepas pakaian sendiri.
e. Umur 4 tahun.
Umur 36- 48 bulan.
1) Berdiri 1 kaki 2 detik.
2) Melompat 2 kaki di angkat.
3) Mendayung sepeda roda 3.
4) Menggambar garis lurus.
5) Menumpuk 8 buah kubus.
6) Mengenal 2-4 warna.
7) Menyebut, nama ,umur yang tepat.
8) Mengarti kata di atas , dibawah , di depan.
30
9) Mendengarkan cerita.
10) Mencuci dan mengerikan tangan sendiri.
11) Bermain bersama teman, menikuti aturan permainan.
12) Mmengenakan sepatu sendiri.
13) Mengenakan celana panjang, kemeja, baju.
f. Umur 5 tahun.
Umur 48-60 bulan
1) Berdiri 1 kaki 6 detik.
2) Melompat lompat 1 kaki.
3) Menari
4) Menggambar tanda silang.
5) Menggabar lingkaran.
6) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
7) Mengacing baju atau pakaian boneka.
8) Menyebut nama lengkap tampa bantu.
9) Senang menyebut kata-kata baru.
10) Senang bertanya tentang sesuatu.
11) Menjawab pertanyan dengan kata-kata yang benar.
12) Bicara mudah di mengerti.
13) Bisa membandikan0membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuk nya.
14) Menyebut angka dan menghitung jari.
15) Menyebut nama-nama hari.
16) Berpakaian sendiri tampa di bantu.
17) Menggosok gigi tampa di bantu.
18) Bereaksi tengan dan tidak rewel ketika di tinggal ibu.
31
g. Umur 6 tahun.
Usia 60-72 bulan.
1) Berjalan lurus.
2) Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik.
3) Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap.
4) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan
5) Menggambar segi empat
6) Mengerti lawan kata.
7) Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih.
8) Menjawab pertanyan tentang benda terbuat dari apa dan keguaan nya.
9) Mengenal angka, bisa menghitu angka 5-10.
10) Mengenal warna –warni.
11) Mengukapkan simpati.mengikuti aturan permainan
12) Berpakaian sendiri tampa di bantu.
2.2.6 Konsep Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK)
2.2.6.1 Pengertian DDTK
Deteksi Dini Tumbuh adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah
(Mashal, 2012) Sedangkan menurut Seotjiningsih (2010) mengatakan bahwa, Deteksi
Dini Perkembangan adalah kegiatan/pemeriksaan untuk mengetahui perkembangan
anak normal atau ada penyimpangan.
2.2.6.2 Jenis Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Menurut Soetjiningsih (2010), ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang, yaitu
sebagai berikut :
32
A. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan.
1. Pengukuran berat badan terhadap tinggibadan(BB/TB).
a) Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuka menentukan status gizi anak,
normal , kurus, kurus sekali tau gemuk.
b) Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal tumbuh kembanga
balita, pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih.
c) Pengukuran berat badan/BB:
1) Menggukan timbagna bayi.
1) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai 2 tahun
selama anak masih bisa berbaring / duduk tenang.
2) Letakan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah
bergoyang.
3) Lihat posisi jarum atau angkat harus menunjukan ke angka 0.
4) Bayi sebaiknya telanjang, tampa topi, kaos kaki, sarung tangan.
5) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
6) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
7) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarung timbangan atau angka
timbangan.
8) Bila bayi terus menerus merengek, perhatikan gerak jarum, baca
angka ditengah-tengah antara jarak jarum ke kiri dan ke kanan.
2) Menggunakan timbangan injak
1) Letakkan timbangan di lantai datar sehingga tidak mudah bergerak.
2) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka nol.
33
3) Anak sebaiknya memakai baju yang tipis tidak memakai alas kaki,
jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.
4) Anak berdiri diatas timbangan tanpa dipegangi.
5) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
6) Baca angka yang ditunjukkan timbangan atau angka timbangan.
7) Bila anak terus menerus merengek perhatikan gerak jarum, baca
angka di tengah antara gerak jarum ke kanan dan ke kiri.
d) Pengukuran panjang badan (PB) atau Tinggi Badan (TB)
1) Cara mengukur dengan posisi berbaring :
1) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
2) Bayi dibaringkan terlentang pada alas yang datar.
3) Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
4) Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap
menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
5) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki.
6) Petugas 2 : membaca angka di tepi diluar pengukur.
2) Cara mengukur dengan posisi berdiri :
1) Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
2) Berdiri tegak menghadap ke depan.
3) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
4) Turunkan batas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
5) Baca angka pada batas tersebut.
2. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
34
a) Tujuan pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk mengetahui lingkar
kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.
b) Jadwal, sesuaikan dengan umur ana. Umur 0-11 bulan pengukuran dilakukan
setiap tiga bulan. Pada anak lebih besar umur 12-72 bulan pengukuran
dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan penilaian lingkar kepala anak
dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih
c) Cara mengukur lingkar kepala :
1) Alat pengukur lingkarkan pada kepala anak melewati dahi menutupi
alis mata diatas kedua telinga dan bagian belakang kepala yang
menonjol tarik agak kencang.
2) Baca angka pada pertemuan angka 0.
3) Tanyakan tanggal lahir bayi atau anak. Hitung umur bayi atau anak.
4) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur
dan jenis kelamin anak.
5) Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dan ukuran
yang sekarang
6) Interpretasi :
7) Bila ukuran lingkar kepala anak berada di dalam “jalur hijau” maka
lingkar kepala anak normal.
8) Bila lingkar kepala anak berada diluar jalur “jalur hijau” maka lingkar
kepala anak normal.
9) Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2, yaitu makrosefal bila berada
diatas “jalur hijau” dan mikrosefal bila berada dibawah “jalur hijau”.
10) Intervensi :
11) Bila ditemukan makrosefal atau mikrosefal segera dirujuk ke rumah sakit.
35
B. Deteksi dini penyimpangan anak.
1. Tanyakan perkembangan anak dengan KPSP ( Kuesioner pra skrining
perkembangan).
a) Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP
adalah untuk mengetahui perkembangan anak atau ada penyimpangan.
b) Jadwal skrining pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18,
21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai
skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat
untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi pada umur 7 bulan, minta kembali
untuk skrining KPSP pada umur 9 bulan.
c) Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka
pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih
mudah.
d) Skrining pemeriksaan/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru
TK dan petugas pembantu PADU terlatih.
e) Alat/instrumen yang digunakan adalah :
1) Formulis KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan
tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran
KPSP anak berumur 0-72 bulan.
2) Alat bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm.
f) Cara penggunaan KPSP
1) Pada waktu pemeriksaan atau skrining, anak harus dibawa.
36
2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak
lahir. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
a. Contoh : bayi berumur 13 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan
bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
3) Setelah menentukan umur anak pilih KPSP sesuai umur anak
4) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu :
1) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu pengasuh anak, contoh :
dapatkah bayi makan kue sendiri ?
2) Perintah kepada ibu atau pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP, contoh : pada posisi
bayi anda terlentang tarikalah bayi pada pergelangan tangan secara
perlahan lahan ke posisi duduk.
5) Jelaskan pada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab oleh
karena itu pastikan ibu atau pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya.
6) Tanyakan pertanyaan itu secara berurutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catatlah jawaban
tersebut pada formulir.
7) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu atau pengasuh anak
menjawab pertanyaan terlebih dahulu.
8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan sudah dijawab.
g) Interpretasi hasil KPSP :
1) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
1) Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab : anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
37
2) Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab : anak belum
pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak
tahu.
2) Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S).
3) Jumlah jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
4) Jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpanga (P)
5) Untuk jawaban Tidak, perlu dirinci jumlah jawaban ‘Tidak’ menurut jenis
keterlambatan (Gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi
dan kemandirian).
h) Intervensi :
1) Bila perkembangan anak susuai umur (S), lakukan tindakan sebagai
berikut:
1) Beri pujian pada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
2) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
3) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,
sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
4) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan
diposyandu secara teratur sebualan 1 kali dan setiap ada kegiatan
bina keluarga balita (BKB). Jika anak sudah memasuki anak
prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan
dipusat pendidikan anak usia dini (PAUD), kelompok bermain dan
taman kanak-kanak.
38
5) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3
bulan pada anak berumur kurang dari 42 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak umur 24-72 bulan.
2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan sebagai
berikut:
1) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan
pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
2) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalan.
3) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangannya.
4) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP sesuai dengan umur anak.
5) Jika hasil KPSP ulang jawaban ‘Ya’ tetap 7 atau 3 maka
kemungkinan ada penyimpangan (P).
3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan
sebagai berikut : Rujuk ke rumah sakit dengan menuliskan jenis dan
jumlah penyimpangan perkembangan (Gerak kasar, gerak halus, bicara
dan bahasa, sosial kemandirian).
2. Tes Daya Dengar (TDD)
a) Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran
sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan daya dengar
dan bicara anak.
39
b) Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan
setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih lainnya.
c) Alat/sarana yang diperlukan adalah :
1) Instrumen TDD menurut umur anak
2) Gambar binatang (ayam, anjing, kucing, dan manusia).
3) Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola).
d) Cara melakukan TDD :
1) Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam
bulan.
2) Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak.
3) Pada anak umur kurang dari 24 bulan :
1) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak.
Tidak usah ragu-ragu atau takut menjawab, karena tidak untuk
mencari siapa yang salah.
2) Tunggu jawaban dari orang tua/pengasuh anak.
3) Jawaban Ya, jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat
melakukannya dalam satu bulan terakhir.
4) Jawaban Tidak jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak
pernah tidak tahu atau tidak pernah melakukannya dalam satu
bulan terakhir.
4) Pada anak umur 24 bulan atau lebih :
1) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orang
tua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
40
2) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang
tua/pengasuh.
3) Jawaban Ya jika anak dapat melakukan perintah orang
tua/pengasuh.
4) Jawaban Tidak jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan
perintah orang tua/pengasuh.
e) Interpretasi :
1) Bila ada satu atau lebih jawaban ‘TIDAK’ kemungkinan anak mengalami
gangguan pendengaran.
2) Catat dalam Buku KIA atau kartu kohort bayi/balita atau status/catatan
medik anak, jenis kelainan.
f) Intervensi :
1) Tidak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada
2) Rujuk ke RS bila tidak dapat di tanggulangi.
3. Tes Daya Lihat (TDS)
a) Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat
agar segera dapat dilakukan tindakan lanjut sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
b) Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur
36 bulan – 72 bulan. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK,
tenaga PAUD dan petugas terlatih lainnya.
c) Alat/sarana yang diperlukan :
1) Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.
2) Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.
3) Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak.
41
4) Alat penunjuk.
d) Cara melakukan tes daya lihat :
1) Pilih salah satu ruangan yang tenang, dengan penyinaran yang baik.
2) Gantung poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
3) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke
poster “E”.
4) Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E” untuk pemeriksa.
5) Pemeriksa memberikan karut “E” pada anak. Latih anak dalam
mengarahkan kartu “E” menghadap atas, bawah, kiri dan kanan. Sesuai
yang ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak
mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu
“E” dengan benar.
6) Selanjutnya, anak diminta untuk menutup mata sebelah matanya dengan
buku atau kertas. Dengan alat menunjuk tunjuk huruf “E” pada poster,
satu persatu, mulai baris pertama sampai baris ke empat atau baris “E”
terkecil yang dapat dilihat.
7) Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi kartu “E” yang
dipegangnya pada poster.
8) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.
9) Tuliskan baris “E” terkecil yang dapat dilihat, pada kertas yang telah
disediakan : mata kanan . . . . . . . mata kiri : . . . . . . . .
e) Interpretasi :
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai baris
ketiga pada poster “E” . bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris ketiga
poster “E”, artinya tidak dapat mencocokkan kartu “E” yang dipegangnya
42
dengan arah “E” pada baris yang ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa,
kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
f) Intervensi :
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang
lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pemeriksaan berikutnya, anak tidak dapat
melihat sampai pada baris yang sama “E”, atau tidak dapat melihat baris yang
sama dengan kedua matanya, rujuk kerumah sakit dengan menuliskan mata
yang mengalami gangguan (kanan dan kiri).
C. Deteksi dini penyimpangan mental emosional.
Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu :
1. KMEE (Kuesioner masalah mental emisional) bagi anak umur 36 bulan
sampai 72 bulan.
2. CHAT (Check List for Autism Toddles :Leklis Deteksi Dini Autis) bagi anak
umur 18 bulan sampai 36 bulan.
3. GPPH ( Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas) menggunakan
Abreviated Conner Rating Scale bagi anak umur 36 bulan keatas (Kemenkes,
2012).