26
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan Keuangan 2.1.1.1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2013:6), laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Sedangkan menurut Fahmi (2011:2), laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan 2015 didefinisikan sebagai berikut: Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.” Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter (Fahmi, 2011:5). Sedangkan menurut Kartikahadi dkk. (2012:13)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

  • Upload
    vodang

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Laporan Keuangan

2.1.1.1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2013:6), laporan keuangan adalah laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode

tertentu.

Sedangkan menurut Fahmi (2011:2), laporan keuangan merupakan suatu

informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh

informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan

tersebut.

Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar

Akuntansi Keuangan 2015 didefinisikan sebagai berikut:

“Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan

dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta

perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah

besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.”

Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak

yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam

satuan moneter (Fahmi, 2011:5). Sedangkan menurut Kartikahadi dkk. (2012:13)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

12

laporan keuangan yang disusun ditujukan untuk dilaporkan dan digunakan oleh para

stakeholders untuk pengambilan keputusan ekonomi.

2.1.1.2. Komponen Laporan Keuangan

Menurut Kartikahadi dkk. (2012:12) keuangan pada umumnya disusun dan

dilaporkan berupa unsur-unsur sebagai berikut:

1. Laporan Posisi Keuangan atau Neraca; berisikan informasi tentang posisi

keuangan, yaitu keadaan asset, liabilitas, dan ekuitas dari suatu entitas

pada suatu tanggal tertentu.

2. Laporan Laba Rugi Komprehensif; melaporkan kinerja atau hasil usaha

suatu entitas selama suatu periode tertentu.

3. Laporan Perubahan Ekuitas; melaporkan perubahan ekuitas suatu entitas

yang terjadi selama suatu periode tertentu.

4. Laporan Arus Kas; menjelaskan perubahan saldo kas dan setara kas pada

awal dan akhir periode, rincian arus kas masuk dan keluar suatu entitas

selama suatu periode tertentu.

5. Catatan atas Laporan Keuangan; berfungsi untuk memberikan penjelasan

tambahan atas rincian unsur-unsur laporan posisi keuangan (neraca),

laporan laba rugi komprehensif, laporan arus kas, laporan perubahan

ekuitas, atau penjelasan yang bersifat kualitatif, agar laporan keuangan

lebih transparan, dan tidak menyesatkan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

13

6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan;

ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif

atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika

entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Sedangkan menurut Kasmir (2013:28), secara singkat dalam praktiknya

secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan yang biasa disusun, yaitu:

1. Neraca;

2. Laporan laba rugi;

3. Laporan perubahan modal;

4. Laporan arus kas;

5. Laporan catatan atas laporan keuangan.

2.1.2. Analisis Rasio Keuangan

Menurut Irawati (2006:22) menjelaskan analisis rasio keuangan sebagai

berikut:

“Analisis rasio keuangan adalah suatu teknik analisis dalam bidang

manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-

kondisi keuangan suatu perusahaan pada setiap periode tertentu dengan

jalan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan

keuangan perusahaan baik daftar neraca maupun laba rugi.”

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengukuran kondisi keuangan atau

kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai melalui analisis rasio keuangan yang

dilakukan dengan perhitungan atas dua buah variabel atau lebih yang diambil dari

laporan keuangan perusahaan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

14

2.1.2.1. Jenis-jenis Analisis Rasio Keuangan

Menurut Weston (2001) dalam Kasmir (2013:106), bentuk-bentuk rasio

keuangan adalah sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek.

- Rasio Lancar (Current Ratio)

- Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)

2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan

dibiayai dengan utang.

- Rasio Utang (Debt Ratio)

- Jumlah kali perolehan bunga (Times Interest Earned)

- Lingkup Biaya Tetap (Fixed Charge Coverage)

- Lingkup Arus Kas (Cash Flow Coverage)

3. Rasio Aktivity (Activity Ratio)

Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan

sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan utang, dan

lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

melaksanakan aktivitas sehari-hari.

- Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

- Rata-rata jangka waktu penagihan (Average Collection Period)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

15

- Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over)

- Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over)

4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan

atau laba dalam suatu periode tertentu.

- Margin laba penjualan (Profit Margin on Sales)

- Daya laba dasar (Basic Earning Power)

- Hasil pengembalian total aktiva (Return on Total Assets)

- Hasil pengembalian ekuitas (Return on Total Equity)

5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)

Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian

sektor usahanya.

- Pertumbuhan penjualan

- Pertumbuhan laba bersih

- Pertumbuhan pendapatan per saham

- Pertumbuhan dividen per saham

6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)

Rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan

nilai pasar usahanya di atas biaya investasi.

- Rasio harga saham terhadap pendapatan

- Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

16

2.1.3. Saham

2.1.3.1. Pengertian Saham

Menurut Fahmi dan Hadi (2011:68) pengertian saham adalah:

1. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dan pada suatu perusahaan;

2. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan

dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya;

3. Persediaan yang siap untuk dijual.

Menurut Martalena dan Maya (2011:12), saham (stock) dapat didefinisikan

sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu

perusahaan atau perseroan terbatas.

Definisi saham menurut Husnan (2005:279) yaitu bahwa saham

menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan

Terbatas (PT).

2.1.3.2. Jenis-jenis Saham

Dalam praktiknya dikenal adanya beraneka ragam jenis saham. Menurut

Gumanti (2011:31) berikut disajikan uraian untuk masing-masing jenis saham:

1. Saham Biasa

Saham biasa merupakan bukti penyertaan kepemilikan pada suatu perusahaan.

Biasanya setiap lembar saham memberikan hak kepada pemegangnya untuk memilih

dalam rapat umum pemegang saham.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

17

Saham biasa biasanya dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis

berdasarkan sifat atau keberadaannya. Jenis-jenis saham dimaksud antara lain:

1) Saham Tumbuh (Growth Stocks) adalah saham suatu perusahaan yang

biasanya atau berkecenderungan atau melekat pada perusahaan yang lebih

kecil dalam ukuran asset yang memiliki pertumbuhan penjualan dan

keuntungan di atas rata-rata industri.

2) Saham Bernilai (Income Stocks) adalah saham umum yang cenderung lebih

tua, dimiliki oleh perusahaan yang sudah mature yang membayar dividen

cukup tinggi dan yang tidak tumbuh secara cepat.

3) Saham dengan Daya Tarik Tinggi dan Likuid (Bluechip Stocks) merupakan

saham umum perusahaan besar yang memiliki kemampuan finansial mapan

dengan sejarah pembayaran dividen yang bagus dan memiliki pertumbuhan

keuntungan yang konsisten.

4) Saham Spekulasi (Speculative Stocks) merupakan kebalikan dari bluechip

stocks. Saham berjenis ini cenderung lebih berisiko dan memiliki tingkat

volatilitas jangka pendek yang tinggi. Kalau respon pasar berlebihan, harga

saham bisa meningkat tajam. Sebaliknya pasar akan dapat dengan mudah

melepas kepemilikan dengan segera jika prospek perusahaan kurang

meyakinkan.

5) Saham Musiman (Cyclical Stocks) merupakan saham-saham yang cenderung

bergerak mengikuti siklus usaha (business cycle). Bila perekonomian sedang

baik, saham berjenis inipun akan baik, dan sebaliknya jika perekonomian

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

18

mengalami resesi saham jenis inipun akan terimbas dan juga mengalami

penurunan harga.

6) Saham Bertahan (Defensive Stocks) merupakan kebalikan dari cyclical

stocks. Saham jenis ini biasanya dapat bertahan dengan baik pada saat

perekonomian sedang resesi atau kondisi ekonomi secara umum kurang baik.

2. Saham Preferen

Saham preferen (Preferred Stocks) adalah jenis saham yang membayar kepada

pemegangnya bentuk dividen yang besarnya sudah ditetapkan. Jadi saham preferen

merupakan bentuk penggabungan dari saham biasa (common stocks) dan obligasi

(bonds), sehingga dikenal dengan „hybrid security’.

Ada dua jenis saham preferen. Cummulative preferred stocks adalah jenis saham

preferen yang memberikan peluang kepada pemegangnya untuk menerima dividen

kumulatif, yaitu sebelum pemegang saham biasa menerima dividen pemegang saham

preferen menerima semua dividen yang harus diterimanya. Participating preferred

stocks adalah saham preferen yang dividennya dikaitkan dengan keberhasilan

perusahaan dengan berdasarkan pada rumus atau perhitungan tertentu.

2.1.4. Economic Value Added (EVA)

Laporan akuntansi tidak mencerminkan nilai pasar sehingga laporan tersebut

tidak memadai untuk tujuan evaluasi kinerja manajer. Untuk membantu mengisi

kekosongan ini, analis keuangan telah mengembangkan dua ukuran kinerja tambahan;

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

19

pertama adalah Economic Value Added (EVA). EVA terkadang disebut “laba

ekonomi” (Brigham and Houston, 2010:111).

2.1.4.1. Pengertian Economic Value Added (EVA)

Menurut Brigham and Houston (2010:111) definisi EVA adalah sebagai

berikut:

“EVA merupakan estimasi laba ekonomi usaha yang sebenarnya untuk

tahun tertentu, dan sangat jauh berbeda dari laba bersih akuntansi di mana

laba akuntansi tidak dikurangi dengan biaya ekuitas sementara dalam

penghitungan EVA biaya ini akan dikeluarkan. Jika nilai EVA positif, maka

laba operasi setelah pajak melebihi biaya modal yang dibutuhkan untuk

menghasilkan laba tersebut, dan tindakan manajemen menambah nilai bagi

pemegang saham.”

Menurut Hanafi (2012:52), EVA merupakan ukuran kinerja yang

menggabungkan perolehan nilai dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah

tersebut.

Sedangkan menurut Gallagher and Andrew (2003:108), EVA is a measure of

the amount of profit remaining after accounting for the return expected by the firm’s

investors.

Artinya EVA adalah ukuran dari jumlah keuntungan yang tersisa setelah

akuntansi untuk pengembalian yang diharapkan oleh investor perusahaan.

Menurut Gitman (2009:513), Economic Value Added (EVA) is a popular

measure used by many firms to determine whether an investment contributes

positively to the owner’s wealth.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

20

Artinya Economic Value Added (EVA) adalah ukuran yang populer

digunakan oleh banyak perusahaan untuk menentukan apakah investasi memberikan

kontribusi positif terhadap kekayaan pemilik.

2.1.4.2. Perhitungan Economic Value Added (EVA)

Perhitungan EVA menurut Gitman (2009:513) adalah sebagai berikut:

“EVA is calculated as the difference between an investment’s net

operating profit after tax (NOPAT) and the cost of the funds used to

finance the investment, which is found by multiplying the dollar amount of

the funds used to finance the investment by the firm’s weighted average

cost of capital (WACC).”

Artinya, EVA dihitung sebagai perbedaan antara laba operasi bersih

setelah pajak (NOPAT) dan biaya dana yang digunakan untuk membiayai

investasi, yang ditemukan dengan mengalikan jumlah dolar dari dana yang

digunakan untuk membiayai investasi dengan rata-rata tertimbang biaya modal

perusahaan (WACC).

EVA = NOPAT – Cost of Investment

Dimana:

Cost of Investment = Dollar amound of the funds used to finance the

investment/Invested Capital x WACC

Secara matematis oleh Brigham and Houston (2010:165) EVA dirumuskan

sebagai berikut:

EVA = NOPAT – (Invested Capital x WACC)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

21

Dimana:

NOPAT = Laba Operasi Setelah Pajak (Net Operating Profit

After Tax)

WACC = Biaya Ekuitas Rata-rata Tertimbang (Weighted

Average Cost of Capital)

Invested Capital = Besarnya capital yang diinvestasikan dalam aktivitas

operasional dan non operasional perusahaan

Tabel 2.1.

Langkah Menghitung Economic Value Added

No. Tahapan Perhitungan

1. NOPAT NOPAT = Laba Bersih + Biaya Bunga

2. Kd Kd =

Kd = Kd (1 – t)

3. Ke Ke =

+ Growth

4. Struktur Modal Wd =

We =

5. WACC = [(Kd x Wd) + (Ke x We)]

6. Invested Capital (IC) = Asset – Non Interest Bearing Liabilities

7. COC (Cost of Capital) = WACC x IC

8. EVA = NOPAT – COC Sumber: E-Journal Bisma Undiksha: Darmawan, dkk., 2014.

2.1.5. Market Value Added (MVA)

Konsep EVA dan MVA dikembangkan oleh Joel Stern dan Bennet Stewart,

pendiri perusahaan konsultan Stern Stewart & Co. Stern Stewart telah mendaftarkan

hak cipta atas istilah MVA dan EVA sehingga perusahaan konsultan lain memberikan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

22

nama yang berbeda untuk nilai-nilai tersebut. Meskipun demikian, pada praktiknya,

MVA dan EVA adalah istilah yang umum digunakan. Ukuran kinerja tambahan yang

kedua setelah Economic Value Added (EVA) adalah Market Value Added (MVA)

(Brigham and Houston, 2010:111).

2.1.5.1. Pengertian Market Value Added (MVA)

Definisi Market Value Added (MVA) menurut Brigham and Houston

(2010:111) adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dengan nilai

buku seperti yang disajikan dalam neraca, nilai pasar dihitung dengan mengalikan

harga saham dengan jumlah saham yang beredar.

Sedangkan menurut Hanafi (2012:55), MVA adalah selisih antara nilai pasar

dengan nilai buku saham.

Definisi MVA menurut Gallagher and Andrew (2003:109) adalah sebagai

berikut:

“Market Value Added (MVA) is the market value of the firm, debt plus

equity, minus the total amount of capital invested in the firm. MVA is similar

to the market to book ratio (M/B). MVA focuses on total market value and

total invested capital, whereas M/B focuses on the per share stock price and

invested quality capital.”

Artinya Market Value Added (MVA) adalah nilai pasar dari perusahaan, utang

ditambah ekuitas, dikurangi jumlah total modal yang diinvestasikan dalam

perusahaan. MVA mirip dengan Market to Book Ratio (M/B). MVA berfokus pada

nilai total pasar dan jumlah modal yang diinvestasikan, sedangkan M/B berfokus

pada harga per saham dan kualitas modal investasi.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

23

2.1.5.2. Perhitungan Market Value Added (MVA)

Dari definisi yang dikemukakan oleh Brigham and Houston (2010:111) maka

secara matematis MVA dapat dirumuskan sebagai berikut:

MVA = Nilai Pasar Ekuitas – Nilai Buku Ekuitas

Dimana:

Nilai Pasar Ekuitas = Harga Saham x Jumlah Saham yang Beredar

Nilai Buku Ekuitas = seperti yang disajikan dalam Neraca

Sedangkan menurut Hanafi (2012:55), MVA dihitung sebagai berikut:

MVA = Nilai Pasar Saham – Nilai Buku Saham

Dalam menghitung MVA dua kemungkinan hasil yang akan diperoleh yaitu

(O‟Bryne and Young, 2001:26):

1. MVA positif, jika nilai pasarnya, yang merupakan fungsi dari harapan pasar

modal terhadap arus kas bebas masa mendatang, didiskontokan pada biaya modal,

melebihi modal yang diinvestasikan.

2. MVA negatif, jika nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari

modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal.

2.1.6. Return on Investment (ROI)

Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah

memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya.

Besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk

mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

24

rasio profitabilitas. Jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan antara lain adalah

Return On Investment (ROI) (Kasmir, 2013:196-198).

2.1.6.1. Pengertian Return on Investment (ROI)

Menurut Kasmir (2013:201), hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal

dengan nama Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil

(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan

suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Di

samping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh

dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil

(rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini

digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

Sedangkan menurut Munawir (2010:89), Return On Investment (ROI) adalah

salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur

kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva

yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari

operasinya perusahaan (net operating income) dengan jumlah investasi atau aktiva

yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (net operating

assets).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

25

2.1.6.2. Perhitungan Return on Investment (ROI)

Rumus untuk mencari Return on Investment dapat digunakan sebagai berikut

(Kasmir, 2013:202):

Return on Investment =

Besarnya ROI dapat diketahui dengan rumus (Munawir, 2010:89):

ROI = Operating Assets Turnover x Profit Margin

atau

ROI =

x

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Return on Investment (ROI) dapat diukur

melalui laba setelah bunga dan pajak perusahaan dibagi dengan jumlah seluruh aset

yang dimiliki perusahaan.

2.1.7. Likuiditas Saham

2.1.7.1. Pengertian Likuiditas Saham

Reilly and Brown (2009:296) menyatakan market liquidity as the ability to

buy or sell an asset quickly with little price change from a prior transaction assuming

no new information.

Artinya, likuiditas pasar adalah kemampuan untuk membeli atau menjual

aset secara cepat dengan perubahan harga yang kecil dari transaksi sebelumnya

diasumsikan tidak ada informasi baru.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

26

Menurut Madura (2006:47), liquid meaning that securities could be easily

converted to cash without a loss in value.

Artinya likuiditas berarti sekuritas dapat dengan mudah dikonversi menjadi

kas tanpa kehilangan nilai.

Sedangkan, menurut Arifin (2007;16) likuiditas saham adalah tingkat

kecepatan sebuah sarana investasi untuk dicairkan menjadi dana cash (uang) atau

ditukar dengan suatu nilai.

Definisi likuiditas saham menurut Bursa Efek Indonesia dalam Mulyana

(2011) adalah kelancaran yang menunjukkan tingkat kemudahan dalam mencairkan

modal investasi.

2.1.7.2. Perhitungan Likuiditas Saham

Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur likuiditas

suatu saham. Dalam Mulyana (2011), parameter yang sering digunakan untuk

mengukur likuiditas suatu saham (Conroy et al., 1990) adalah:

1. Volume perdagangan

2. Tingkat spread

3. Information flow (aliran informasi)

4. Jumlah pemegang saham

5. Jumlah saham yang beredar

6. Transaction cost (besarnya biaya transaksi)

7. Harga saham

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

27

8. Volatilitas harga saham

Reilly and Brown (2009:296) menyatakan bahwa the most important

determinant of external market liquidity is the number of shares or the dollar value of

shares traded (the dollar value adjusts for different price levels).

Maksudnya penentu yang paling penting dari likuiditas pasar eksternal

adalah jumlah saham atau nilai uang dari saham yang diperdagangkan (nilai uang

menyesuaikan untuk tingkat harga yang berbeda).

Untuk menghitung likuiditas saham masing-masing emiten digunakan rumus

dengan menggunakan Trading Volume Activity (TVA) (Conroy et al. 1990 dalam

Mulyana, 2011):

TVA =

Kemudian dicari rata-ratanya dengan rumus:

Rata-rata TVA =

2.1.8. Return Saham

2.1.8.1. Pengertian Return Saham

Return merupakan keuntungan berupa tingkat pengembalian atas suatu

sekuritas yang dimiliki oleh investor. Besarnya return menjadi pertimbangan utama

bagi investor dalam berinvestasi pada sekuritas suatu perusahaan. Menurut Gitman

(2009:311) definisi return adalah sebagai berikut:

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

28

The total rate of return is the total gain or loss experienced on an

investment over a givenperiod. Mathematically, an investment’s total

return is the sum of any cash distributions (for example, dividends or

interest payments) plus the change in the investment’s value, divided by the

beginning-of-period value.

Artinya, total tingkat pengembalian adalah total keuntungan atau kerugian

yang dialami pada investasi selama periode tertentu. Secara matematis, total

pengembalian investasi adalah jumlah dari distribusi kas apapun (contohnya,

dividen atau pembayaran bunga) ditambah dengan perubahan dalam nilai investai,

dibagi dengan nilai periode awal investasi tersebut.

Sedangkan menurut Martalena dan Maya (2011:13), pada dasarnya ada dua

keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu:

1. Dividen

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan

berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah

mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal

ingin mendapatkan dividen, pemodal tersebut harus memegang saham tersebut

dalam kurun waktu yang relatif lama, yaitu hingga kepemilikan saham tersebut

berada dalam periode di mana diakui sebagai pemegang saham yang berhak

mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen

tunai -artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai

dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham- atau dapat pula berupa dividen

saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

29

saham sehingga jumlah saham yang dimiliki oleh seorang pemodal akan bertambah

dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

2. Capital Gain

Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital

Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.

Menurut Zubir (2011:4), return saham terdiri dari capital gain dan dividen

yield. Capital gain adalah selisih antara harga jual dan harga beli saham per lembar

dibagi dengan harga beli, dan dividen yield adalah dividen per lembar dibagi dengan

harga beli saham per lembar.

Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa return

saham terdiri dari dividen saham yang berasal dari keuntungan perusahaan dan

diputuskan pembagiannya dalam RUPS, dan dari capital gain/loss yang merupakan

selisih harga beli saham awal dengan harga jual saham pada periode lain.

2.1.8.2. Perhitungan Return Saham

Brigham and Houston (2010:388) menjelaskan perhitungan dari tingkat

keuntungan yang dihasilkan oleh dividen dan tingkat keuntungan yang dihasilkan

oleh capital gain sebagai berikut:

1. Dividen Yield (Imbal Hasil Dividen)

Dividen yang diharapkan dibagi dengan harga saham saat ini.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

30

D1 = Nilai Dividen

P0 = Harga Pembelian Saham

2. Capital Gain Yield (Imbal Hasil Keuntungan Modal)

Keuntungan modal sepanjang satu tahun tertentu dibagi dengan harga awal.

Pt = Harga Penjualan Saham

Pt-1 = Harga Awal ketika Pembelian Saham

2.1.9. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian yang dijadikan referensi pada penelitian ini

ditampilkan dalam tabel berikut:

Tabel 2.2.

Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Jurnal Judul Hasil

1. Deden

Mulyana

(2011)

Jurnal Magister

Manajemen

Volume 4 Nomor

1 Maret 2011

Analisis Likuiditas

Saham serta

Pengaruhnya terhadap

Harga Saham pada

Perusahaan yang

Berada pada Indeks

LQ45 di Bursa Efek

Indonesia

- Terdapat pengaruh yang

signifikan antara likuiditas

saham terhadap harga saham

2. Abdul

Ghafoor

Awan,

Kalsoom

Siddique,

Ghulan

Sarwar

(2014)

IISTE: Research

Journal of

Finance and

Accounting Vol

5, No. 23, 2014

The Effect of Economic

Value Added on Stock

Return: Evidence from

Selected Companies of

Karachi Stock

Exhange 2006-2010

-EVA is highly associated

with stock return and have a

positive and siginificant

results

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

31

3. Herry

Mardiyanto

(2013)

E-Journal Unesa:

Jurnal Ilmu

Manajemen

Volume 1 Nomor

1 Januari 2013

Analisis Pengaruh

Nilai Tambah

Ekonomi Dan Nilai

Tambah Pasar

Terhadap Harga

Saham Pada

Perusahaan Sektor

Ritel Yang Listing Di

BEI 2006-2011

-Secara simultan, Nilai

Tambah Ekonomi dan Nilai

Tambah Pasar berpengaruh

signifikan terhadap harga

saham

-Secara parsial, NITAMI

tidak berpengaruh signifikan

terhadap harga saham

-Secara parsial, Nilai

Tambah Pasar berpengaruh

signifikan terhadap harga

saham

4. Susi Dwi

Mulyani

dan

Djamhuri

(2014)

Indonesian

Article Research

Network: Vol. 2

No. 2, Juli-

Desember 2014

Pengaruh Economic

Value Added, Market

Value Added dan Good

Corporate Governance

Terhadap Return

Saham pada

Perusahaan Publik

yang Mendapat

Pemeringkatan Dari

The Indonesian

Institute For

Corporate Governance

2009-2011

-Secara parsial, EVA dan

MVA berpengaruh positif

signifikan terhadap return

saham

-Secara parsial, GCG tidak

berpengaruh signifikan

terhadap return saham

5. Yunita

Anggrahini

(2014)

E-Prints:

Universitas

Muhammadiyah

Surakarta

Pengaruh ROI, ROE,

EPS dan EVA

terhadap Return Saham

Pada Perusahan

Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Periode

2009-2011

-Secara parsial, ROI dan

EPS berpengaruh signifikan

terhadap return saham

- Secara parsial, EVA dan

ROE berpengaruh tidak

signifikan terhadap return

saham

- Secara simultan, ROI,

ROE, EPS dan EVA

berpengaruh signifikan

terhadap return saham. Sumber: Data Diolah Sendiri

2.2. Kerangka Pemikiran

2.2.1. Hubungan Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham

EVA merupakan ukuran kinerja yang menggabungkan perolehan nilai

dengan biaya untuk memperoleh nilai tambah (Hanafi, 2012:52). Jika nilai EVA

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

32

positif, maka laba operasi setelah pajak melebihi biaya modal yang dibutuhkan untuk

menghasilkan laba tersebut, dan tindakan manajemen menambah nilai bagi pemegang

saham (Brigham and Houston, 2010:111). Kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan nilai akan berdampak pada permintaan saham dan kemudian

meningkatkan harga saham tersebut sehingga return yang diperoleh melalui capital

gain pun besar (Agustina dan Alexander, 2011). Semakin tinggi nilai EVA maka nilai

return semakin tinggi (Pipit, 2012).

Penelitian yang dilakukan untuk menguji pengaruh EVA terhadap return

saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti yang telah disebutkan dalam

poin kajian penelitian terdahulu, bahwa penelitian yang dilakukan oleh Awan et al.

(2014) menyimpulkan bahwa hubungan EVA dengan return saham sangat tinggi dan

hasilnya positif signifikan. Penelitian lain yang mendukung dilakukan oleh Mulyani

dan Djamhuri (2014) yang menemukan bahwa secara parsial EVA dan MVA

berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Artinya, hasil dari kedua jurnal

diatas menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara EVA dan return saham.

2.2.2. Hubungan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham

MVA adalah selisih antara nilai pasar dengan nilai buku saham (Hanafi,

2012:55). MVA positif, jika nilai pasarnya, yang merupakan fungsi dari harapan

pasar modal terhadap arus kas bebas masa mendatang, didiskontokan pada biaya

modal, melebihi modal yang diinvestasikan (O‟Bryne and Young, 2001:26). Makin

tinggi nilai MVA, makin baik pekerjaan yang telah dilakukan manajemen bagi

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

33

pemegang saham perusahaan (Brigham and Houston, 2011:111). MVA yang tinggi

maka tingkat pengembalian saham juga tinggi sehingga menyebabkan harga saham

ikut naik (Sonia dkk., 2014).

Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyani dan Djamhuri

(2014) dalam jurnalnya yang menyimpulkan bahwa MVA berpengaruh positif

signifikan terhadap return saham. Kemudian oleh Mardiyanto (2013) yang

menemukan bahwa secara parsial MVA/Nilai Tambah Pasar berpengaruh signifikan

terhadap harga saham. Kesimpulannya, baik secara teoritis dan didukung oleh hasil

penelitian sebelumnya maka MVA memiliki hubungan positif dengan return saham.

2.2.3. Hubungan Return on Investment (ROI) terhadap Return Saham

Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return On

Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah

aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir, 2013:201). Ratio ini

menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan

jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi

tersebut (Munawir, 2010:89). ROI yang semakin tinggi akan meningkatkan daya tarik

investor, sehingga harga saham relatif meningkat (Sonia dkk., 2014).

Hubungan ROI terhadap return saham didukung oleh penelitian Anggrahini

(2014) yang menyimpulkan bahwa secara ROI berpengaruh signifikan terhadap

return saham.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

34

Perusahaan Pemegang

Saham

Laporan

Keuangan

Financial

Performance

EVA MVA ROI Likuiditas

Saham

Return

Saham

2.2.4. Hubungan Likuiditas Saham terhadap Return Saham

Ukuran yang diperhitungkan dalam berinvestasi adalah tingkat likuiditas dari

investasi yang investor tanamkan. Semakin likuid maka semakin baik. Likuiditas

saham adalah tingkat kecepatan sebuah sarana investasi untuk dicairkan menjadi dana

cash (uang) atau ditukar dengan suatu nilai (Arifin, 2007;16).

Penelitian yang mendukung bahwa likuiditas saham berpengaruh terhadap

return saham telah dilakukan oleh Mulyana (2011) yang menemukan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara likuiditas saham terhadap harga saham.

Berdasarkan pemaparan di atas, kerangka pemikiran dalam penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1.

Kerangka Pemikiran

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

35

Economic Value Added

(EVA)

X1

Market Value Added

(MVA)

X2

Return On Investment

(ROI)

X3

Likuiditas Saham

X4

Return Saham

Y

2.3. Hipotesis Penelitian

Adapun paradigma penelitian yang menggambarkan hipotesis penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Keterangan: Parsial

Simultan

Gambar 2.2.

Paradigma Penelitian

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan

36

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari EVA terhadap return

saham.

H2: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari MVA terhadap return

saham.

H3: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari ROI terhadap return

saham.

H4: Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari likuiditas saham terhadap

return saham.

H5: Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari EVA, MVA, ROI dan

likuiditas saham terhadap return saham.