27
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Kemiskinan 2.1.1.1 Definisi Kemiskinan Menurut (Yolanda, 2017) Kemiskinan merupakan suatu keadaan seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi standar kebutuhan minimal yang meliputi pangan, sandang, papan, tingkatan pendidikan, dan kesehatan. Menurut Bank Dunia kemiskinan merupakan kondisi seseorang atau kelompok tidak mempunyai alternatif lain atau kesempatan untuk menaikan kehidupannya sesuai dengan standar hidup. yang menyebabkan kemiskinan dikelompokkan tiga faktor utama yaitu individu, budaya, dan lingkungan. Kemiskinan individu merupakan kegagalan individu karena kekurangan motivasi. Kemiskinan dibedakan menjadi berbagai pola berikut: 1). Kemiskinan terus menerus, yakni kemiskinan menahun atau dari generasi ke generasi. 2). Kemiskinan siklis, ialah mengikuti pola siklus perekonomian. 3). Kemiskinan musiman, sering terjadi pada nelayan dan petani kebutuhan pokok. 4). Kemiskinan yang terjadi atas dasar ketidaksengajaan, dikarenakan faktor alam atau dampak dari kebijakan yang dapat menurunkan kesejahteraan penduduk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Landasan Teori

2.1.1 Kemiskinan

2.1.1.1 Definisi Kemiskinan

Menurut (Yolanda, 2017) Kemiskinan merupakan suatu keadaan seseorang

atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi standar kebutuhan minimal yang

meliputi pangan, sandang, papan, tingkatan pendidikan, dan kesehatan. Menurut

Bank Dunia kemiskinan merupakan kondisi seseorang atau kelompok tidak

mempunyai alternatif lain atau kesempatan untuk menaikan kehidupannya sesuai

dengan standar hidup. yang menyebabkan kemiskinan dikelompokkan tiga faktor

utama yaitu individu, budaya, dan lingkungan. Kemiskinan individu merupakan

kegagalan individu karena kekurangan motivasi.

Kemiskinan dibedakan menjadi berbagai pola berikut:

1). Kemiskinan terus menerus, yakni kemiskinan menahun atau dari generasi ke

generasi.

2). Kemiskinan siklis, ialah mengikuti pola siklus perekonomian.

3). Kemiskinan musiman, sering terjadi pada nelayan dan petani kebutuhan

pokok.

4). Kemiskinan yang terjadi atas dasar ketidaksengajaan, dikarenakan faktor

alam atau dampak dari kebijakan yang dapat menurunkan kesejahteraan

penduduk.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

13

Berdasarkan pendapat diatas dapat didefinisikan kemiskinan adalah kondisi

ketidakmampuan individu atau kelompok dalam memenuhi standar minimum

kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan .

2.1.1.2 Indikator Kemiskinan

Berikut adalah indikator-indikator kemiskinann (Setyawan, 2016):

1. Penduduk Miskin

Baik individu atau kelompok yang tinggal dalam suatu daerah atau negara

dan memiliki rata-rata pengeluaran perkapita setiap bulannya dibawah standar

minimum. Penduduk miskin ini dapat diartikan sebagai total keseluruhan

penduduk miskin dalam suatu daerah tersebut.

2. Garis Kemiskinan

Hasil representase total rupiah minimum yang diperlukan dalam mencukupi

kebutuhan pokok berupa makanan dan minuman 2100 kalori perkapita perhari dan

termasuk juga kebutuhan bukan makan. Garis kemiskinan dapat dihitung

(Setyawan, 2016):

Keterangan:

GK = Garis kemiskinan

GKM = Garis kemiskinan Makanan

GKNM = Garis kemiskinan non makanan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

14

3. Persentase Kemiskinan (tingkat kemiskinan)

Menggambarkan persentase perbandingan antara total penduduk yang hidup

digaris kemiskinan dengan total keseluruhan penduduk disuatu daerah.

2.1.1.3 Teori kemiskinan

Jika dilihat dari tingkatan pendapatanya Kemiskinan dikelompokan menjadi

2 yaitu (Arsyad, 2010).

1. Kemiskinan Absolut

Seseorang yang memiliki pendapatan yang diterimanya lebih kecil daripada

batas minimum kemiskinan, dan pendapatannya tidak dapat memenuhi kebutuhan

hidup minimum. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Berdasarkan acuan

Sayogono (2000) bahwa untuk mengukur kemiskinan absolut dengan menghitung

total penduduk yang memiliki pendapatan perkapita dan tidak cukup untuk

mengkonsumsi kebutuhan pokok dengan batas minimum perkapita daerah

pedesaan 20 kg beras perbulan dan untuk daerah perkotaan 30 kg beras. Standar

kecukupannya pangan diukur perharinya 2.100 kilo kalori perkapita dan

kebutuhan pengeluaran non makan seperti perumahan, berbagai barang dan jasa

dan juga pakaian.

2. Kemiskinan Relatif

Sebuah perbandingan keadaan antara kelompok masyarakat yang tingkat

pendapatannya diatas garis kemiskinan dengan kemlompok kaya. Dengan

menggunakan ukuran pendapatan maka keadaan yang demikian disebut dengan

ketimpangan distribusi pendapatan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

15

2.1.1.3.1 Sebab-sebab terjadinya Kemiskinan

Menurut Arsyad (2010) Penduduk suatu negara dapat dikatakan miskin

apabila menggantungkan hidupnya pada subsistem pertanian, metode produksi

yang tradisional serta di barengi sikap acuh terhadap lingkungan. Dan penyebab

kemiskinan dalam perekonomian dibedakan menjadi 3 yaitu secara mikro

munculnya kemiskinan karena perbedaan sumber daya yang berakibat pada

ketimpangan penghasilan dan masyarakat tidak mampu ini mempunyai sumber

daya yang rendah bahkan terbatas. kedua, munculnya karena kualitas sumber daya

manusia yang berbeda. Akibat rendahnya kualitas sumber daya manusia maka

produktivitasnya pun rendah, yang mengakibatkan rendahnya upah. Hal ini

diakibatkan rendahnya pendidikan, ketidakberuntungan, diskriminasi atau akibat

dari keturunan. Ketiga, terjadi karena akses modal yang berbeda. Karena tiga

penyebab tersebut muncullah teori lingkaran kemiskinan (vicious circle of

provety) karena masyarakat masih terbelakang, pasar yang tidak seimbang, dan

modal yang kurang. Hal ini peyebab produktivitas dan pendapatan rendah. hal ini

akan menyebabkan tabungan dan investasi juga rendah, masyarakat terbelakang

dan seterusnya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

16

Gambar 2.1 Lingkaran Kemiskinan

Sumber : Lincolin Arsyad, 2010.

Meier dan Baldwin (1957) mengemukakan pendapatanya mengenai teori

lingkaran kemiskinan yang sedikit berbeda. Dimana munculnya akibat hubungan

yang saling berpengaruh antara kondisi masyarakat terbelakang dengan

melimpahnya sumber daya alam yang belum dimaafaatkan. Untuk memanfaatkan

sumber daya alam ini dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam

melaksanakan dan memimpin kegiatan ekonomi. Dengan hal ini terdapat 3 alasan

yaitu akibat masih rendahnya pendidikan, masih kurangnya tenaga kerja yang

dibutuhkan dan keterbatasan pengolahan sumber daya yang tersedia. Dapat

disimpulkan bahwa konsep lingkaran kemiskinan beranggapan bahwa

ketidakmampuan dalam mengerahkan tabungan, faktor pendorong kegiatan

Masyarakat masih terbelakang dan

kekurangan modal

Produktivitas rendah

Pendapatan rill rendah

Tabungan rendah

Pembentukan modal rendah

Kekayaan alam kurang

dimanfaatkan

3

2

1

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

17

penanaman modal masih kurang, masih rendahnya tingkat pendidikan dan

keahlian masyarakat.

2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.2.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu kegiatan perekonomian yang mampu

meningkatan kesejahteraan dan kemakmuran dalam jangka panjang akibat dari

bertambahnya barang dan jasa yang diproduksi (Syahputra, 2017). Pertumbuhan

ekonomi adalah kegiatan perekonomian yang bertujuan dalam jangka panjang

untuk menaikan produktivitas barang dan jasa Arsyad, (2010).

2.1.2.2 Indikator Pertumbuhan ekonomi

Berhasilnya pembangunan ekonomi dapat diukur melalui laju

pertumbuhan ekonomi. Perekonomian dapat dinyatakan tumbuh apabila terjadinya

peningkatan hasil produksi barang dan jasa, pendapatan dan kesejateraan

masyarakat dari tahun sebelumnya. Artinya sasaran pertumbuhan tidak hanya

pada laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja namun harus memperhitungkan

pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan serta pengangguran, dan

mampu memperluas kesempatan kerja dan diikuti dengan berkembangnya sektor

rill. Dimana Sektor rill ini bisa menjadi penyerap tenaga kerja yang besar dari

financial pertumbuhan ekonomi. Begitu juga dengan rendahnya pertumbuhan

ekonomi tidak banyak dapat menyerap tenaga kerja bahkan akan meningkatkan

angka kemiskinan (Prasetyo, 2018).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

18

2.1.2.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2010) Harrod-Domar memberikan perluasan teori

pembentukan modal dari kaum klasik dan keynes. Menurut argumen kaum klasik

pembentukan modal adalah suatu pengeluaran yang akan menambah kesanggupan

masyarakat untuk meningkatkan produksinya. Pembentukan modal ini akan

meninggikan jumlah barang modal di masyarakat, produksi dan pendapatan

nasional akan bertambah tinggi apabila kesanggupan tersebut bertambah dan

terciptanya pula pembangunan ekonomi. Sementara analisis keynes lebih

menekankan kepada kurangnya pengeluaran masyarakat, dan beranggapan

perekonomian terjadi karena tingkatan pengeluaran seluruh masyarakat bukan

kesanggupan memproduksi barang-barang modal.

Pembentukan modal merupakan pengeluaran yang menambah kemampuan

dalam menghasilkan produk dan dapat meningkatkan permintaan masyarakat.

Teori itu menggambarkan kenyataan keynes yang terabaikan yaitu jika suatu masa

dilakukan pembentukan modal maka dimasa berikutnya memiliki kemampuan

lebih dalam menghasilkan barang yang lebih besar. harrod-domar beranggapan

bahwa pertambahan kemampuan berproduksi ini tidak sendiri dalam pertambahan

produksi dan peningkatan pendapatan nasional akan tetapi diikuti dengan

pertambahan pengeluaran masyarakat. Dengan demikian dengan kapasitas

produksi yang meningkat jika tidak diimbangi dengan meningkatnya pengeluaran

masyarakat, pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi belum tercipta.

Berikut adalah Analisis Harrod-Domar dalam Grafik. Fungsi S adalah

tabungan, jika tingkat tabungan masyarakat digambarkan proporsional pendapatan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

19

nasional, maka titik 0 fungsi awal dimulai. jika pada permulaan barang modal

yang tersedia telah mencapai tingkat penggunaan, maka tingkat tersebut adalah

Ys0 = Y0, dimana Ys0 merupakan total keseluruhan barang modal tahun awal dan

Y0 merupakan penghasilan nasional pada masa tersebut, maka seharusnya tahun

tersebut penanaman modal mencapai tingkat kapasitas tabungan penuh dari

barang modal, seharusnya I=S0. penanaman modal sebesar I akan menyebabkan

kapasitas barang modal pada masa berikutnya bertambah sebesar .

peningkatan tersebut berarti terjadinya peningkatan kapasitas barang modal dari

Ys0 menjadi Ys1. Supaya Ys1 dapat digunakan sepenuhnya maka penanaman

modal tersebut harus mencapai I+ .

Gambar 2.2 Grafik teori Harrod-Domar

Harrod-Domar dan Hansen dalam Sukirno (2010) mengemukakan pendapat

mengenai berikut:

1. Pesatnya teknologi dapat meminimalisir penggunaan modal (Capital saving

innovation). Hal ini menyebabkan rasio modal produksi bertambah kecil,

artinya sejumlah modal tertentu akan menciptakan produksi yang lebih

banyak sehingga mendorong penurunan pada harga. Dan kemajuan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

20

teknologi tersebut akan dapat mengurangi penanaman modal yang

terpengaruh (induced investment).

2. Pertambahan penduduk sangat lambat. Menurut pendapat kaum klasik

bahwa penduduk yang terus menerus akan menghambat perkembangan

ekonomi. Namun keynes dan pengikutnya (Hansen) menyatakan bahwa

penduduk sebagai perluasan pasar. Maka dari itu penduduk akan

memberikan pengaruh yang positif pada pembangunan ekonomi. Dengan

hal ini, jika pertambahan penduduk menjadi lambat maka perkembangan

pasar juga semakin terbatas dan perkembangan permintaan masyarakat

secara keseluruhan juga melambat. Perkembangan permintaan yang lambat

ini akan mengurangi dorongan penanaman modal baru.

3. berkurangnya keinginan untuk mengembangkan daerah dan kekayaan alam

baru. Faktor yang dapat menimbulkan hal tersebut adalah berkurangnya

daerah ataupun kekayaan alam yang mampu dikembangkan. Hal tersebut

timbul akibat dari perluasan daerah yang didiami dan digunakan, perluasan

dari eksploitasi kekayaan alam yang dilakukan secara revolusi industri dan

pembangunan ekonomi yang sedang berlangsung di negara barat.

2.1.3 Jumlah Penduduk

2.1.3.1 Definisi Jumlah Penduduk

Menurut kaum klasik bahwa jumlah penduduk merupakan faktor produksi

yang biasa disebut sebagai input potensial yang mampu meningkatkan produksi.

Semakin meningkatnya penduduk ini akan meningkatkan tenaga kerja yang akan

digunakan. Namun Robert Malthus berpendapat bahwa pada awalnya jumlah

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

21

penduduk ini akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi namun ketika

kondisi mencapai titik optimum pertambahan penduduk ini justru akan

menghambat pertumbuhan ekonomi (Mustika, 2011).

Dengan demikian Jumlah penduduk dapat didefinisikan sebagai total atau

jumlah keseluruhan penduduk yang tinggal disuatu daerah secara sah dan tercatat

pada peraturan yang berlaku daerah tersebut. Tinggi rendahnya jumlah penduduk

disuatu daerah akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan didaerah tersebut.

2.1.3.2 Indikator Kependudukan

Menurut Junaidi & Hardiani (2009) Indikator kependudukan dapat

dibedakan sebagai berikut:

1. Kelahiran

Pengendalian kelahiran dapat diatasi dengan tingkat pendidikan wanita yang

tinggi, karena semakin tinggi pendidikan akan menurunkan permintaan jumlah

anak. Menurut Bangladesh dalam Junaidi & Hardiani (2009) menyatakan bahwa

perempuan usia 25-29 yang berpendidikan diatas SLTA lebih sedikit jumlah anak

lahir hidup jika dibandingkan dengan perempuan tidak bersekolah. Fakta tersebut

merupakan upaya peningkatan pendidikan yang bertujuan untuk penurunan

kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk. Salah satu program

pemerintah dalam rangka mengatasi angka kelahiran adalah program penggunaan

alat kontrasepsi.

2. Kematian

Kematian dapat diturunkan dan dikendalikan dengan perbaikan dalam

bidang sosial, ekonomi, lingkungan hidup yang sehat, perbaikan gizi dan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

22

kebiasaan hidup yang sehat. Kematian ini terjadi karena wabah penyakit dan

penyakit menular yang berangsur-angsur dapat disebabkan penyakit degeneratif

dan buatan manusia seperti radiasi, bahan tambahan pada makanan dan juga

pencemaran lingkungan.

3. Migrasi

Terdapat kebijakan yang dapat dilakukan dalam pengendalian mobalitas

penduduk yaitu dengan cara memberikan kontribusi berupa bantuan sumber daya

kedaerah pengirim migran tersebut. Sumber daya yang dimaksud adalah yang

berkaitan dengan pengembangan perekonomian daerah sehingga dapat menahan

penduduk agar tidak melakukan migrasi. Seperti peningkatan pengembangan

kesempatan kerja, dengan penyediaan lapangan pekerjaan dan sarana prasarana

publik akan dapat mengurangi keinginan seseorang untuk melakukan migrasi ke

daerah lain (Noveria, 2006).

2.1.3.3 Teori Kependudukan

Diminishing returns atau dikenal dengan pertambahan hasil yang semakin

berkurang merupakan suatu konsep teori Malthus. menurutnya jumlah penduduk

mengalami pertambahan berdasarkan deret ukur ( 2, 4, 8, 16, 32), inilah penyebab

terus berlipat gandanya jumlah penduduk setiap 30-40 tahun, kecuali jika terjadi

bahaya kelaparan. Sementara pada pertambahan hasil justru semakin berkurang

karena faktor produksi yang jumlahnya tetap (tanah dan sumberdaya alam

lainnya) dan pertambahan pangan ini meningkat berdarkan deret hitung (1, 2, 3, 4,

5, 6, 7). Hal ini dikarenakan tanah yang dimiliki masyarakat sedikit sehingga

produksi pangan tersebut akan semakin menurun. Maka dari itu, dengan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

23

bertambahnya penduduk yang pesat pertumbuhan pangan tidak bisa

mengimbanginya maka terjadilah penurunan pendapatan perkapita. Hal ini akan

berakibat pada kemiskinan absolut.. Malthus menyatakan bahwa terdapat dua cara

penghambat laju pertumbuhan yaitu yang Pertama melalui positive check, dapat

memberikan kontribusi penurunan kehidupan manusia yang berakibat

berkurangnya jumlah penduduk. wabah penyakit, perang, kelaparan dan lainnya

merupakan salah satu contohnya. Kedua melalui preventive check seperti

mengontrol kelahiran, abstinensi, kontrasepsi dan aborsi. Malthus hanya

menerima cara pencegahan kelahiran dengan moral restrain, yaitu penundaan

perkawinan hingga seseorang tersebut dapat memberikan kesejahteraan dan tidak

terjerat pada kemiskinan dan menolak cara-cara yang dipandang tidak baik.

Menurut Malthus kemisikinan merupakan akibat utama dari pertumbuhan

penduduk adalah kemiskinan. Argumennya mengenai (1) memiliki anak

merupakan kecenderungan alami manusia (2) pertumbuhan hasil pangan tidak

dapat mengimbangi pesatnya pertumbuhan penduduk. Malthus sependapat dengan

Adam Smith bahwa kebutuhan tenaga kerja merupakan penyebab pertumbuhan

penduduk. tingkat pengangguran merupakan tolak ukurnya dan upah akan

menjadi turun hingga tercapainya titik dimana penduduk tidak sanggup lagi untuk

menikah dan membentuk keluarga. Rendah upah dan surplusnya tenaga kerja,

petani menggunakan tenaga kerja lebih banyak dan menggarap lahan yang lebih

luas juga. Sehingga produksi pertanian akan meningkat begitu juga dengan

kesejahteraan masyarakat. Dengan peningkatan produksi pertanian ini malthus

percaya akan dapat mendorong pertumbuhan penduduk yang pesat dibandingkan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

24

dengan pertumbuhan hasil pangan dan berikutnya kemiskinan kembali meningkat

Junaidi & Hardiani (2009).

2.1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

2.1.4.1 Definisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Menurut Todaro dalam (Meriyanti, 2015) IPM merupakan gambaran dari

indeks pengembangan manusia. perluasan, pendistribusiann, keadilan dibidang

kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat merupakan cara untuk

melihatnya, produktivitas kerja penduduk menjadi rendah apabila seumberdaya

manusia nya rendah, hal ini akan berakibat pada rendahanya penghasilan dan

menyebabkan rendahnya kesejahteraan masyarakat. Suatu indeks yang digunakan

untuk pengukuran kualitas manusia tersebut dikenal dengan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Indeks pembangunan manusia

adalah suatu pengukuran kualitas sumber daya manusia disuatu wilayah ataupun

negara dengan cara membandingkan harapan hidup, pendidikan dan standar

hidupnya melalui daya beli masyarakat atau biasa disebut dengan pengeluaran.

2.1.4.2 Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Berikut adalah 3 Indikator yang digunakan untuk mengukur Indeks

Pembangunan Manusia (BPS, 2014):

1. Kesehatan

Indeks kesehatan adalah suatu cerminan dari kesehatan masyarakat yang ada

disuatu wilayah. Indeks kesehatan ini diukur dengan angka harapan hidup (AHH)

yaitu suatu rata-rata tahun yang ditempuh oleh seseorang selama hidup.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

25

2. Pendidikan

Indikator pendidikan dapat diukur melalui rata-rata lama sekolah (RLS) dan

harapan lama sekolah (HLS). Rata-rata lama sekolah dan Harapan lama sekolah

diberi bobot dan digabungkan membentuk suatu komponen IPM. Rata-rata lama

sekolah (RLS) menggambarkan jumlah tahun pada penduduk yang berumur 25

tahun keatas dalam menjalani pendidikan formal

3. Ekonomi

Indikator ekonomi ini dapat dihitung melalui pengeluaran masyarakat biasa

disebut dengan Indeks pengeluaran. Hal ini dapat menggambarkan tingkat

kesejahteraan penduduk karena membaikannya ekonomi. Indeks pengeluaran

dapat diukur dengan rata-rata pengeluaran perkapita rill yang dapat dilihat dari

paritas daya beli penduduk.

2.1.4.3 Teori Pembangunan Manusia (IPM)

Amartya Sen merupakan guru besar ekonomi dan filsafat Universitas

Harvard menyatakan bahwa seharusnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai

proses ekspansi kebebasan positif yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Karya

Sen yang lebih terkenal adalah meneliti tentang rawan pangan dan solusi praktis

dalam mengatasi kelaparan atau yang sering dikenal dengan Human Develpment

Index (HDI. Sen mengamati masalah rill di negara yang sedang berkembang

adalah penurunan kualitas kehidupan akibat rendahnya pendapatan. menurutnya

pembangunan adalah suatu proses untuk memperluas entitlement dan kapabilitas

manusia untuk hidup yang sesuai dengan keinginannya. Entitlement merupakan

sejumlah komoditi yang bisa didapatkan oleh seseorang dengan menggunakan hak

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

26

dan peluang yang dimiliki. Sedangkan kapabilitas merupakan seluruh cakupan

yang dapat dan tidak dapat dilakukan, seperti kebebasan dari kelaparan, kurang

gizi, partisipasi didalam masyarakat, memiliki tempat tinggal dan sebagainya

(Kuncoro, 2015).

Terdapat 3 pengelompokan IPM negara di dunia yaitu (Kuncoro, 2015):

1. Low Human Development yaitu kelompok negara yang tingkat

pembangunan manusianya rendah yaitu antara 0- 0,50.

2. Medium Human development yaitu kelompok negara dengan tingkat

pembangunan manusianya menengah yang berkisar antara 0,51-0,79.

3. High Human Development yaitu kelompok negara dengan tingkat

pembangunan manusia yang tinggi yaitu berkisar antara 0,80-1.

Terdapat 3 pendekatan dalam pengukuran pencapaian pembangunan

manusia yaitu (BPS, 2014):

1. Angka Harapan Hidup saat lahir

Adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang harus ditempuh oleh manusia

selama hidup. Jenis data yang digunakan untuk mengukurnya adalah Anak Lahir

Hidup (ALH) dan anak masih hidup (AMH). Indeks Harapan Hidup dihitung nilai

maksimum dan nilai minimum harapan hidup sesuai standar UNDP yaitu angka

tertinggi yang digunakan sebagai batasan maksimum adalah 85 tahun dan 20

tahun adalah batas tahun terendah.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

27

2.1.5 Pengangguran

2.1.4.1 Definisi Pengangguran

Pengangguran adalah realita yang dihadapi bukan hanya negara

berkembang saja akan tetapi negara maju juga. Pengangguran ini dapat

didefinisikan kondisi seseorang yang masuk pada kelompok angkatan kerja

namun tidak mempunyai pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan (Septiatin,

2016).

2.1.4.2 Jenis-Jenis Pengangguran

Berdasarkan sebabnya pengangguran dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu

(Handoyo, 2019):

1. Pengangguran Friksional

Hal ini terjadi disebabkan karena sulitnya mempertemukan lowongan kerja

dengan si pencari kerja, Kesulitan ini terjadi karena adanya faktor jarak atau

kurangnya informasi. Pengangguran ini dapat terjadi karena minimnya mobilitas

pencari kerja, yang mana lowongan pekerjaan tidak berada pada tempat tinggal si

pencari kerja. Misalnya, pencari kerja tinggal di Jambi, sementara lowongan

pekerjaan berada di Batam, atau si pencari kerja tidak mengetahui dimana adanya

lowongan kerja tersebut. Untuk mengatasi pengangguran friksional ini dapat

dibuat kebijakan penyediakan informasi lowongan pekerjaan baik untuk

perusahaan yang mencari pekerja maupun si pencari kerja yang mencari pekerjaan.

2. Pengangguran Musiman

Akibat dari pergantian musim seringkali terjadi pengangguran yang biasa

disebut pengangguran musiman. Setelah musim panen terjadi banyak petani yang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

28

menganggur dan tidak memiliki kegiatan ekonomi. mereka hanya menunggu

musim baru. Selama masa tersebut maka digolongkan sebagai penganggur

musiman.

3. Pengangguran Struktural

Akibat perubahan struktural perekonomian sering terjadi pengangguran,

dimana pengangguran ini sering disebut dengan pengangguran struktural. Kondisi

demikian akan membutuhkan perubahan keterampilan tenaga kerja yang

diperlukan sementara si pencari kerja belum dapat menyesuaikan sesuai dengan

keterampilan tersebut. Contohnya ketika perekonomian mengalami pergeseran

dari perekonomian agraris menuju perekonomian industrial. Hal ini akan adanya

pengurangan tenaga pada sektor agraris dan menambah tenaga kerja pada sektor

industri. namun tenaga kerja pada sektor agraris ini tidak mampu diserap pada

sektor industri karena keterampilannya tak sesuai, akibatnya terjadilah

pengangguran pada tenaga kerja pada sektor agraris tersebut.

4. Pengangguran Siklikal

Akibat dari adanya siklus ekonomi yang melambat, ini sering juga terjadi

pengangguran. Hal ini dikarenaka ekonomi terjadinya resesi. Kondisi seperti

inilah yang menyebabkan konsumsi masyarakat menurun dan akhirnya

perusahaan hanya membutuhkan tenaga kerja yang sedikit akhirnya terjadilah

PHK dan terciptalah pengangguran siklikal. Hal ini dikarenakan surplus

penawaran tenaga kerja. Pengangguran jenis ini dapat diatasi dengan cara

meningkatkan permintaan agregat yang akan meningkatkan produktivitas

sehingga perkonomian pun tumbuh.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

29

2.1.4.3 Teori Pengangguran

1. The Intertemporal Substitution Hypothesis

Menurut (Handoyo, 2019) Teori ini dikemukakan oleh Robinson Crusoe.

Dimana ketika upahnya rendah maka tenaga kerja akan lebih mengalokasikan

waktunya untuk rekreasi dan ketika tingkat upahnya tinggi akan bekerja penuh.

Tingkat upah rill akan naik ketika kondisi perekonomian mengalami ekspansi dan

upah rill akan mengalami penurunan ketika perekonomian mengalami penurunan

atau kontraksi. Terdapat 2 asumsi pada hipotesis ini yaitu procyclical dan

penawaran tenaga kerja akan menggeser upah riil. sifat yang menunjukkan

keterkaitan atau korelasi positif sesuai dengan prinsip ekonomi yang berlaku

sering disebut Sifat procyclical, dalam konteks ini maka Ekonomi Sumber Daya

Manusia upah riil berkaitan erat dengan siklus bisnis. Perubahan upah riil selama

siklus bisnis sulit dihitung karena dalam siklus bisnis terjadi perubahan komposisi

angkatan kerja. Pada hipotesis substitusi antarwaktu dinyatakan pergeseran besar

persediaan tenaga kerja dalam siklus bisnis dikarenakan oleh realokasi waktu oleh

pekerja. Di mana persediaan tenaga kerja akan meningkat pada waktu upah

rendah karena pekerja lebih memilih menganggur ketika upah rendah dan berlaku

sebaliknya, yaitu persediaan tenaga kerja akan berkurang ketika upah tinggi

karena pekerja akan mengoptimalkan pekerjaannya pada upah tinggi.

2. Efisiensi Upah dan Pengangguran

Menurut (Handoyo, 2019) teori ini dikemukakan oleh Robinson Crusoe

berkaitan dengan Pengangguran sukarela akan tercipta dari adanya Upah efisiensi.

ketika output dari industri itu mahal, perusahaan akan menerapkan upah efisien

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

30

dikarenakan perusahaan membayar upah di atas upah pasar. Teori efisiensi upah

menyatakan tingginya produktivitas itu tergantung seberapa tingginya upah.

Meningktanya produktivitas akan mengarahkan kepada upah yang akan

dibayarkan di atas upah ekuilibrium, pengangguran akan tercipta ketika upah

berada di atas upah ekuilibrium.

Gambar 2.3 Grafik Upah efisiensi dan pengangguran

Contoh kasus di mana upah minimum yang dibayarkan oleh perusahaan

yang berada di atas upah ekuilibrium. pada kondisi dimana upah minimum

diterapkan maka jumlah tenaga kerja akan dikurangi oleh perusahaan sehingga

akan banyak terjadi pengangguran usia muda. Sehingga pada kondisi upah kaku

kurang responsif terhadap perubahan permintaan dibandingkan upah kompetitif.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

31

2.2 Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Jumlah Penduduk terhadap Kemiskinan

Menurut (Hamzah., 2018) menyatakan bahwa variabel jumlah penduduk

tidak berpengaruh terhadap kemiskinan. Karena jumlah penduduk akan selalu

bertambah sedangkan kemiskinan cenderung menurun dan masih jauh diatas rata-

rata kemiskinan nasional. Hal ini dilihat dari dinamika kemiskinan di provinsi

aceh yang mana kemiskinan mengalami penurunan pada tahun 2006 disebabkan

berakhirnya konflik dan musibah sunami yang dianggap masalah kemiskinan di

provinsi aceh dengan pertumbuhan penduduk tersebut kondisi perekonomian

berangsur membaik hal ini dapat dilihat kembali dibangunnya infrastruktur dan

aset produksi yang rusak sehingga dengan demikian pemerintah dan swasta lebih

leluasa untuk melakukan aktivitas ekonomi yang lebih produktif hingga akhirnya

meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga dapat menekan tingkat

kemiskinan.

2. Hubungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Kemiskinan

Menurut Todaro dalam (Meriyanti, 2015) menyatakan bahwa Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks pengembangan dari sisi

perluasan, pemerataan dan keadilan dalam bidang kesehatan, pendidikan dan

kesejahteraan masyarakat. Memiliki hubungan negatif terhadap kemiskinan.

Apabila IPM rendah maka produktivitas kerja penduduk juga rendah. Apabila

produktivitas rendah maka perolehan pendapatan juga rendah. Hal ini akan

menyebabkan tingginya jumlah penduduk miskin.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

32

3. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi adalah indikator terpenting dalam pembangunan

ekonomi dan merupakan syarat dalam pengentasan kemiskinan. Disyaratkan

bahwa hasil pertumbuhan ekonomi itu harus menyebar disetiap golongan

masyarakat termasuk golongan penduduk miskin (Siregar & Wahyuni, 2007).

Berdasarkan studi empiris dalam penelitian Wongdesmiwati dalam (Marmujiono,

2014) menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan

ekonomi dan tingkat kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan

menurunkan tingkat kemiskinan.

4. Hubungan pengangguran terhadap kemiskinan

Menurut (Andhykha et al., 2018) menyatakan bahwa pengangguran

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini

dikarenakan terdapat suatu keterkaitan yang erat antara pengangguran dengan

kesejahteraan masyarakat. Meningkatnya kesempatan kerja ini dapat mengurangi

pengangguran yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

kemiskinan mengalami penurunan.

2.3 Penelitian Terdahulu

Hasil dari penelitian orang sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian

penulis yang berkaitan dengan variabel-variabel pengaruh kemiskinan melalui

pertumbuhan ekonomi. Berikut merupakan penelitian sebelumnya yang menjadi

acuan penulisan:

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

33

N

O

NAMA

PENELITI/TA

HUN

JUDUL METODE

ANALISIS

HASIL PENELITIAN

1. Santi

Nurmainah,

2013.

Analisis

Pengaruh

Belanja Modal

Pemerintah

Daerah, Tenaga

Kerja Terserap

Dan Indeks

Pembangunan

Manusia

Terhadap

Pertumbuhan

Ekonomi Dan

Kemiskinan.

Menggunakan

Analisis phat

dengan data

sekunder tahun

2003-2012 di

provinsi jawa

tengah.

1). Variabel Belanja Modal, Tenaga

kerja terserap dan Indeks

Pembangunan Manusia.berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan

ekonomi.

4). Antara Pertumbuhan ekonomi dan

Indeks Pembangunan Manusia

berpengaruh negatif terhadap

kemiskinan.

2. Ni Luh Putu

Yuni

Adipuryanti Dan

I Ketut Sudibia,

2014.

Analisis

Pengaruh

Jumlah

Penduduk Yang

Bekerja Dan

Investasi

Terhadap

Ketimpangan

Pendapatan

Melalui

Pertumbuhan

Ekonomi.

Penelitian ini

adalah

penelitian

kuantitatif,

lokasi

penelitian

adalah

Provinsi Bali.

Data yang

digunakan

adalah data

sekunder

dengan

menggunakan

analisis phat.

1). Jumlah penduduk yang bekerja

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi.

Namun berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap ketimpangan

distribusi pendapatan.

3). Investasi memiliki pengaruh positif

namun tidak signifikan terhadap

ketimpangan distribusi pendapatan

4). Pertumbuhan ekonomi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

ketimpangan distribusi pendapatan.

5). Jumlah penduduk dan investasi

berpengaruh secara tidak langsung

terhadap ketimpangan distribusi

pendapatan melalui pertumbuhan

ekonomi.

3. Nopriyansah,

Junaidi dan Etik

Umiyati.

2014

Determinan

Kemiskinan

Rumah Tangga

Di Provinsi

Jambi.

Metode

penelitian

dalam

penelitian ini

adalah dengan

menggunakan

analisis

deskriptif

1). Angka kemiskinan tahun 2012

meningkat. Namun secara umum lima

tahun terakhir mengalami penurunan.

Angka Kemiskinan tertinggi dan untuk

IPM terendah adalah kabupaten

tanjung jabung timur.

2). Karakteristik penduduk miskin

mayoritas tinggal dipedesaan, kepala

rumah tangga laki-laki, pendidikan

dibawah SLTP dan bekerja pada sektor

pertanian dan memiliki anggota

keluarga lebih dari 4 orang.

3). Variabel yang berpengaruh

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

34

terhadap kemiskinan rumah tangga

adalah jenis kelamin kepala rumah

tangga, variabel pendidikan, variabel

pekerjaan dan jumlah anggota

keluarga.

4. Anak Agung

Istri Diah

Paramita dan Ida

Bagus Putu

Purbadharmaja,

2015.

Pengaruh

Investasi dan

Pengangguran

terhadap

pertumbuhan

ekonomi serta

kemiskinan di

Provinsi Bali.

Penelitian ini

menggunakan

pendekatan

kuantitatif

asosiatif,

dengan data

sekunder dan

Provinsi bali

sebagai Lokasi

penelitian

menggunakan

Analisis Phat.

Adapun hasil penelitianya adalah

1)...Secara langsung variabel investasi

memberikan pengaruh positif terhadap

pertumbuhan ekonomi namun

berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap kemiskinan.

2)...Secara langsung variabel

pengangguran berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi dan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kemiskinan.

3)...Secara langsung variabel

pertumbuhan ekonomi memberikan

pengaruh negatif dan signifikan

terhadap kemiskinan.

4). Secara tidak langsung variabel

investasi berpengaruh signifikan

terhadp kemiskinan melalui

pertumbuhan ekonomi.

5)..;Secara tidak langsung

pengangguran berpengaruh terhadap

kemiskinan melalui pertumbuhan

ekonomi.

5. Mukarrama,

Cindy Yolanda,

Muhammad

Zulkarnain.

2019.

Analisis

Pengaruh

Belanja Modal

Dan IPM

Terhadap

Pertumbuhan

Ekonomi Dan

Kemiskinan di

Kabupaten Aceh

Timur.

Penelitian ini

menggunakan

data sekunder

dan alat

analisis path.

1). Belanja modal berpengaruh positif

namun tidak signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi. Sedangkan

IPM berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi.

2). Belanja modal berpengaruh negatif

dan tidak signifikan terhadap

kemiskinan. Dan IPM berpengaruh

positif namun tidak signifikan terhadap

kemiskinan.

6. Rahma Wardana

Putri, Junaidi

dan Candra

Mustika.

2019.

Pengaruh

Pertumbuhan

Ekonomi,

Indeks

Pembangunan

Manusia Dan

Kepadatan

Metode yang

digunakan

adalah metode

data panel.

1). Pertumbuhan ekonomi berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap tingkat

kemiskinan.

2). Kepdatan penduduk berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap tingkat

kemiskinan.

3). Indeks Pembangunan Manusia

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

35

Penduduk

Terhadap

Tingkat

Kemiskinan

Kabupaten/Kota

Di Provinsi

Jambi.

berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap tingkat

kemiskinan.

7. Rekha

Alfionika,

Yulmardi dan

Hardiani.

2021.

Analisis

determinasi

tingkat

kemiskinan di

kabupaten/kota

Provinsi Jambi.

Metode yang

digunakan

adalah

deskriptif

dengan

pendekatan

kualitatif dan

kuantitatif dan

metode regresi

data panel.

1). Rata-rata perkembangan tingkat

kemiskinan di Provinsi Jambi selama

tahun 2013-2018 sebesar 8,23 persen,

rata-rata pertumbuhan ekonomi

sebesar 5,78 persen, rata-rata tingkat

pengangguran sebesar 4,17 persen,

rata-rata tingkat pendidikan sebesar

7,92 persen, dan rata-rata TPAK

sebesar 66,91 persen.

2). Secara bersama-sama variabel

independen berpengaruh signifikan

terhadap tingkat kemiskinan.

3). Secara parsial variabel

pertumbuhan ekonomi dan tingkat

pendidikan berpengaruh signifikan

sementara variabel tingkat

pengangguran dan TPAK tidak

berpengaruh signifikan terhadap

tingkat kemiskinan.

2.4 Kerangka Pemikiran

Indikator terpenting dalam pembangunan ekonomi adalah Tingkat

kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. Kemiskinan merupakan suatu pusat

permasalahan dalam setiap negara karena dapat menghambat pembangunan dan

memberikan dampak negatif. Menurut (Nurmainah, 2013) kemiskinan diartikan

sebagai sebuah kekurangan yang dialami oleh penduduk dalam memenuhi

kebutuhan dasarnya yaitu pangan dan non pangan. Dalam menghitung angka

kemiskinan ini dapat dibagi menjadi 2 pendekatan yaitu kebutuhan dasar dan

Head Account Index. dimana pendekatan kebutuhan dasar ini berkaitan dengan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

36

ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan Head Account Index

ini berkaitan dengan kemiskinan absolut, yang dapat diartikan sebagai jumlah

penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan yaitu dengan kebutuhan

minimum makanan sebesar 2100 kalori perhari dan kebutuhan non makanan

berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan.

Pertumbuhan ekonomi dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan

pembangunan dan merupakan suatu syarat untuk pengentasan kemiskinan. Dan

merupakan satu indikator untuk melihat kinerja perekonomian suatu wilayah.

(Romi & Umiyati, 2018) menyatakan bahwa Pertumbuhan ekonomi ialah

indikator terpenting dalam melihat kinerja perekonomian yang berkaitan hasil

analisis pembangunan ekonomi di suatu negara atau daerah. dan baru bisa

dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat

dari tahun sebelumnya.

Faktor lain yang memberikan pengaruh terhadap kemiskinan adalah jumlah

penduduk, indeks pembangunan manusia (IPM) dan pengangguran. Kenaikan

jumlah penduduk yang terus menerus dan tidak diimbangi dengan faktor-faktor

dan unsur yang dapat mendorong kemajuan ekonomi dan tidak meningkatkan

pendapatan justru ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan secara tidak

langsung akan meningkatkan kemiskinan. pertumbuhan penduduk yang tinggi

maka akan membutuhkan konsumsi yang tinggi pula. Sumber daya yang rendah

akan menyebabkan pertumbuhan penduduk lebih cepat dan pada gilirannya

investasi dan kualitas manusia semakin sulit dan akan menghambat pertumbuhan

ekonomi. Tingginya tingkat pembangunan manusia akan sangat menentukan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

37

kemampuan penduduk dalam menyerap dan mengelola sumber-sumber

pertumbuhan ekonomi baik yang berkaitan dengan teknologi maupun

kelembagaannya.

Indeks Pembangunan Manusia akan memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan, dan IPM itu sendiri diukur dengan 3

pendekatan dasar Yang mencakup umur yang panjang dan sehat, pengetahuan dan

kehidupan yang layak. Untuk mengukur dimensi kesehatan menggunakan angka

harapan hidup, untuk mengukur dimensi pengetahuan menggunakan angka

harapan sekolah dan rata-rata lama sekolah. Dan untuk mengukur dimensi hidup

yang layak menggunakan indikator kemampuan daya beli. Dengan Angka harapan

hidup merupakan indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan,

karena kesehatan adalah kebutuhan yang paling utama tanpa adanya kesehatan

masyarakat tidak mampu menghasilkan produktivitas. Untuk angka harapan

sekolah dan rata-rata lama sekolah adalah indikator untuk mengukur

pembangunan manusia dalam bidang pendidikan. Apabila pendidikan nya

berkualitas maka akan berbanding lurus terhadap kesejahteraan masyarakat.

Semakin tingginya pendidikan seseorang maka akan semakin meningkat pula

produktivitas yang dihasilkannya. Dan pengeluaran perkapita adalah salah satu

pencapaian pembangunan manusia dalam mewujudkan kehidupan yang layak.

Kemampuan daya beli masyarakat dapat dilihat dari rata-rata besarnya konsumsi

perkapita.

Begitu juga dengan pengangguran yang memiliki hubungan yang sangat erat

dengan kesejahteraan masyarakat. Semakin meningkatnya perluasan dan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1

38

kesempatan kerja maka kebutuhan pangan masyarakat akan terpenuhi dan

pengangguran akan menurun, menurunnya angka pengangguran ini akan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan artinya kemiskinan pun akan

mengalami penurunan juga.

Gambar 2.5 Skema Kerangka Pemikiran

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dibahas

dan harus diuji kebenaranya. Dengan berdasarkan pada identifikasi masalah serta

kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Diduga Variabel

Jumlah penduduk, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Tingkat Kemiskinan di Kab/Kota Provinsi Jambi.

IPM

(X2)

Jumlah Penduduk

(X1)

Tingkat

Kemiskinan (Y)

Pertumbuhan

Ekonomi (X4)

Tingkat

Pengangguran

Terbuka (X3)