44
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan adalah kondisi jiwa yang penuh dengan ketakutan dan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal - hal yang aneh. Deskripsi umum akan kecemasan yaitu “ perasaan tertekan dan tidak tenang, serta berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh dirasa menggigil, menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan berproduktivitas berkurang, hingga banyak manusia yang melarikan diri kealam imajinasi sebagaibentuk terapi sementara. Lazarus dalam Wati ( 2012 ) mengatakan kecemasan merupakan suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan diikuti perasaan gelisah, khawatir, dan takut. Kecemasan merupakan aspek subjektif dari emosi seseorang karena melibatkan faktor perasaan yang tidak menyenangkan yang sifatnya subjektif dan timbul karena menghadapi tegangan, ancaman kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik dan biasanya individu tidak menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan ia mengalami kecemasan. Namun pengertian lain menurut Wilkinson dalam Wati ( 2012 ) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu keresahan, perasaan tidak nyaman dan menakutkan, disertai dengan respon automatis, dan sumbernya sering kali tidak spesifik, antisipasi terhadap keadaan bahaya. Sedangkan menurut Stuart ( 2012 ) mengartikan kecemasan adalah suatu perasaan diri, pengalaman subjektif individu. Keadaan emosi ini tidak memiliki subjek yang spesifik. 2.1.2. Jenis dan Tingkat Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Kecemasan

2.1.1. Pengertian Kecemasan

Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan adalah kondisi jiwa yang penuh dengan ketakutan

dan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan

permasalahan yang terbatas maupun hal - hal yang aneh. Deskripsi umum akan kecemasan

yaitu “ perasaan tertekan dan tidak tenang, serta berpikiran kacau dengan disertai banyak

penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh dirasa menggigil,

menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup cepat, lambung terasa mual, tubuh terasa

lemas, kemampuan berproduktivitas berkurang, hingga banyak manusia yang melarikan diri

kealam imajinasi sebagaibentuk terapi sementara.

Lazarus dalam Wati ( 2012 ) mengatakan kecemasan merupakan suatu respon dari

pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan diikuti perasaan gelisah, khawatir, dan

takut. Kecemasan merupakan aspek subjektif dari emosi seseorang karena melibatkan faktor

perasaan yang tidak menyenangkan yang sifatnya subjektif dan timbul karena menghadapi

tegangan, ancaman kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik dan biasanya individu tidak

menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan ia mengalami kecemasan.

Namun pengertian lain menurut Wilkinson dalam Wati ( 2012 ) menyatakan bahwa

kecemasan adalah suatu keresahan, perasaan tidak nyaman dan menakutkan, disertai dengan

respon automatis, dan sumbernya sering kali tidak spesifik, antisipasi terhadap keadaan

bahaya.

Sedangkan menurut Stuart ( 2012 ) mengartikan kecemasan adalah suatu perasaan

diri, pengalaman subjektif individu. Keadaan emosi ini tidak memiliki subjek yang spesifik.

2.1.2. Jenis dan Tingkat Kecemasan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

a. Jenis Kecemasan

Sigmund freud sang pelopor psikoanalisis banyak mengkaji tentang kecemasan ini, dalam

kerangka teorinya, kecemasan dipandang sebagai komponen utama dan memegang peranan

penting dalam dinamika kepribadian seorang individu. Freud membagi kecemasan kedalam

tiga tipe yaitu kecemasan realistik, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral ( Stuart, 2012 )

1. Kecemasan realistik yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya bahaya nyata

yang ada dilingkungan maupun di dunia luar.

2. Kecemasan neurotik yaitu rasa takut, jangan - jangan insting – insting (dorong Id)

akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang dapat

membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan terhadap insting -

insting itu sendiri, melainkan ketakutan terhadap hukuman yang akan menimpanya

jika suatu insting dilepaskan. Kecemasan neurotik berkembang berdasarkan

pengalaman yang diperoleh pada masa kanak - kanak terkait dengan hukuman atau

ancaman dari orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas jika dia

melakukan perbuatan implusif.

3. Kecemasan moral yaitu rasa takut terhadap suara hati ( super ego ) . orang - orang

yang memiliki super ego baik cenderung merasa bersalah atau malu jika mereka

berbuat atau berpikir sesuatu yang bertentangan dengan moral. Sama halnya dengan

kecemasan neurotik, kecemasan moral juga berkembang pada masa kanak - kanak

terkait dengan hukuman atau ancaman orang tua maupun orang lain yang mempunyai

otoritas jika dia melakukan perbuatan yang melanggar norma.

b. Tingkat Kecemasan

Semua orang pasti mengalami kecemasan pada derajat tertentu, Peplau mengidentifikasi

4 tingkatan kecemasan yaitu ( Wati, 2012 ) :

1. Kecemasan Ringan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

Kecemasan ini berhubungan dengan kehidupan sehari - hari.Kecemasan dapat memotivasi

belajar menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas. Tanda dan gejala antara lain persepsi dan

perhatian meningkat, waspada, sadar akan stimulus internal dan eksternal, mampu mengatasi

masalah secara efektif serta terjadi kemampuan belajar. Perubahan fisiologi ditandai dengan

gelisah, sulit tidur, hipersensitif terhadap suara, tanda vital dan pupil normal.

2. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang pada hal yang penting dan mengesampingkan

yang lain, sehingga individu mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan

sesuatu yang lebih terarah. Respon fisiologi : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah

naik, mulut kering, gelisah, konstipasi. sedangkan respon kognitif yaitu lahan persepsi

menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi

perhatiaannya.

3. Kecemasan Berat

Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu cenderung untuk

memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain.

Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Tanda dan gejala dari kecemasan

berat yaitu: persepsinya sangat kurang, berfokus pada hal yang detail, rentang perhatian

sangat terbatas, tidak dapat berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat

belajar secara efektif. Pada tingkatan ini individu mengalami sakit kepala, pusing, mual,

gemetar, insomnia, palpitasi, takikardi, hiperventilasi, sering buang air kecil maupun besar,

dan diare.Secara emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh perhatian terfokus pada

dirinya.

4. Panik

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan

teror.Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.Panik menyebabkan peningkatan aktivitas

motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional.Kecemasan ini tidak sejalan dengan

kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan

kematian.Tanda dan gejala dari tingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian.

2.1.3. Penyebab Kecemasan

Pada lembaga pendidikan banyak faktor pemicu kecemasan pada siswa yaitu ( Yuni, 2011 ) :

a. Kecemasan yang bersumber dari faktor kurikulum : target kurikulum yang terlalu

tinggi, iklim pembelajaran yang tidak kondusif, pemberian tugas yang sangat padat,

sistem penilaian yang ketat, ujian.

b. Kecemasan yang bersumber dari guru : sikap atau perlakuan guru yang kurang

bersahabat, galak, judes, kurang berkompeten.

c. Kecemasan yang bersumber dari manajemen lembaga pendidikan: penerapan disiplin

sekolah atau lembaga pendidikan yang ketat, mengedepankan hukuman, iklim

lembaga pendidikan yang kurang nyaman, serta sarana belajar - mengajar yang

kurang nyaman.

2.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor - faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang meliputi beberapa aspek

antara lain, terdapat komponen genetik terhadap kecemasan, scan otak dapat melihat

perbedaan terutama pada pasien kecemasan yang respons dengan signal berbahaya, sistem

pemrosesan informasi dalam seseorang berjalan dengan singkat ( hal ini dapat direspon

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

dengan suatu ancaman sebelum yang bersangkutan menyadari ancaman tersebut ), akar dari

gangguan kecemasan mungkin tidak akan menjadi pemisahan mekanisme yang menyertainya

namun terjadi pemisahan mekanisme yang mengendalikan respons kecemasan dan yang

menyebabkan situasi diluar kontrol. Proses terjadinya kecemasan perasaan tidak nyaman atau

terancam pada ansietas diawali dengan adanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi

( Stuart, 2012 )

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang

dapat digunakan individu untuk mengatasi. Berbagai teori dikembangkan mengenai faktor

predisposisi terjadinya ansietas

b. Biologi ( Fisik )

Penelitian terkini berfokus pada penyebab biologis terjadinya ansietas yang berlawanan

dengan penyebab psikologis.Beberapa individu yang mengalami episode sikap bermusuhan,

iritabilitas, perilaku sosial dan perasaan menyangkal terhadap kenyataan hidup dapat

menyebabkan ansietas tingkat berat bahkan ke arah panik.Salah satu faktor penyebab secara

fisik yaitu adanya gangguan atau ketidakseimbangan pada fisik seseorang.

c. Gangguan fisik

Gangguan fisik yang dapat menyebabkan ansietas adalah antara lain gangguan otak dan

saraf ( neurologis ) seperti cedera kepala, infeksi otak, dan gangguan telinga dalam,

gangguan jantung, seperti kelumpuhan jantung dan irama jantung yang abnormal ( aritma ),

gangguan hormonal( Endrokrin ) seperti kelenjar andrenal atau thyroid terlalu aktif,

gangguan paru - paru ( pernafasan ) berupa asma, paru – paru obstruktif kronis atau COPD.

d. Mekanisme terjadinya kecemasan akibat gangguan fisik

Pengaturan ansietas berhubungan dengan aktivitas dari neurotransmmiter Gamma

Aminobutyric Acid ( GABA ), yang mengontrol aktivitas neuron pada bagian otak yang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

berfungsi untuk pengeluaran ansietas. Mekansime kerja terjadinya ansietas diawali dengan

penghambatan neurotransmmiter di otak oleh GABA. Ketika bersilangan di sinaps dan

mencapai atau mengikat ke reseptor GABA di membran postsinaps, maka saluran reseptor

terbuka, diikuti oleh pertukaran ion - Ion. Akibatnya terjadi penghambatan atau reduksi sel

yang dirangsang dan kemudian sel beraktivitas dengan lamban . Mekanisme biologis ini

menunjukkan bahwa ansietas terjadi karena adanya masalah terhadap efisiensi proses

neurotransmmiter. Neurotransmiter sendiri adalah utusan kimia khusus yang membantu

informasi bergerak dari sel saraf ke sel saraf.

Jika neurotransmitter keluar dari keseimbangan, pesan tidak bisa melalui otak dengan benar.

Hal ini dapat mengubah cara otak bereaksi dalam situasi tertentu, yang menyebabkan

kecemasan.

e. Psikologis

Pendapat yang dikemukan oleh Taylor kecemasan merupakan pengalaman subyektif

mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai bentuk reaksi umum dan

ketidakmampuan menghadapi masalah atau munculnya rasa tidak aman pada

individu.Kecemasan muncul dikarenakan adanya ketakutan atas sesuatu yang mengancam

pada seseorang, dan tidak ada kemampuan untuk mengetahui penyebab dari kecemasan

tersebut. Freud mengemukakan bahwa lemahnya ego akan menyebabkan ancaman yang

memicu munculnya kecemasan. Freud berpendapat bahwa sumber ancaman terhadap ego

tersebut berasal dari dorongan yang bersifat insting dari id tuntutan - tuntutan dari superego.

Freud juga mengatakan jika pikiran menguasai tubuh maka ini berarti bahwa ego yang

menguasai pikiran dan pikiran berkuasa secara mutlak . `Freud menyatakan bahwa ego

disebut sebagai eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol pintu - pintu ke arah tindakan,

memilih segi - segi lingkungan kemana ia akan memberikan respon, dan memutuskan insting

- insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Dalam melaksanakan fungsi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

- fungsi eksekutif ini, ego harus berusaha mengintegrasikan tuntutan id, superego, dan dunia

luar yang sering bertentangan.

Hal ini sering menimbulkan tegangan berat pada ego dan menyebabkan timbulnya

kecemasan. Freud membagi teori kecemasan menjadi 3 yaitu (Stuart, 2012 ) :

1. ID/Impulse anxiety : perasaan tidak nyaman pada anak

1. Saparation anxiety : pada anak yang merasa takut akan kehilangan kasih sayang

orang tuanya

2. Cstration anxiety : merupakan fantasi kastrasi pada masa kanak – kanak yang

berhubungan dengan pembentukan impuls seksual

3. Super Ego anxiety : pada fase ahkir pembentukan super ego yaitu pre pubertas .

f. Sosial Budaya

Cara hidup orang di masyarakat juga sangat mempengaruhi pada timbulnya ansietas. Individu

yang mempunyai cara hidup sangat teratur dan mempunyai. falsafah hidup yang jelas maka

pada umumnya lebih sukar mengalami ansietas. Budaya seseorang juga dapat menjadi

pemicu terjadinya ansietas. Hasil survey yang dilakukan oleh Mudjadid,dkk tahun 2006 pada

lima wilayah pada masyarakat DKI Jakarta didapatkan data bahwa tingginya angka ansietas

disebabkan oleh perubahan gaya hidup serta kultur dan budaya yang mengikuti

perkembangan kota . Namun demikian, faktor predisposisi di atas tidaklah cukup kuat

menyebabkan sesorang mengalami ansietas apabila tidak disertai faktor presipitasi

( pencetus ).

2.1.5. Aspek - Aspek Kecemasan

Deffenbacher dan Hazeleus dalam Register mengemukakan bahwa sumber penyebab

kecemasan, meliputi hal - hal di bawah ini (Wati, 2012 ) :

a. Kekhawatiran ( Worry )

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

Kekhawatiran ( worry) merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri, seperti perasaan

negatif bahwa ia lebih jelek dibandingkan dengan teman - temannya.

b. Emosionalitas ( imosionality) Emosionalitas (imosionality) sebagai reaksi diri

terhadap rangsangan saraf otonom, seperti jantung berdebar - debar, keringat dingin

dan tegang.

c. Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas ( task generated interference )

Gangguan dan hambatan dalam menyelsaikan tugas merupakan kecenderungan yang

dialami seseorang yang selalu tertekan karena pemikiran yang rasional terhadap tugas.

2.2. Konsep Tidur

2.2.1. Definisi Tidur

Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih dapat

dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya ( Guyton&

Hall, 2009 dalam Wiyono, 2010 ). Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang

terjadi berulang – ulang selama periode tertentu ( Potter& Perry, 2010 ). Menurut Chopra

( 2003 ), tidur merupakan dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh beristirahat

secara tenang dan aktivitas metabolisme juga menurun namun pada saat itu juga otak sedang

bekerja lebih keras selama periode bermimpi dibandingkan dengan ketika beraktivitas di

siang hari ( Harson, 2007 dalam Widya, 2010 ).

2.2.2. Fisiologi Tidur

Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi bola dunia

yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian bersiklus 24 jam antara lain

diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari, layu dan segarnya tanam -

tanaman pada malam dan siang hari, awas waspadanya manusia dan binatang pada siang hari

dan tidurnya mereka pada malam hari (Harsono, 2007 dalam Widya, 2010 ).

Tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

sedang tidur bukan berarti bahwa susunan saraf pusatnya tidak aktif melainkan sedang

bekerja (Harsono, 2007 dalam Wiyono, 2010 ). Sistem yang mengatur siklus atau perubahan

dalam tidur adalah Reticular Activating System ( RAS ) dan Bulbar Synchronizing Regional

( BSR ) yang terletak pada batang otak ( Potter & Perry, 2010 ).

RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat

termasuk kewaspadaan dan tidur.RAS ini terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons.

Selain itu RAS dapat member rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat

menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam

keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin.

Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus

yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR ( Potter& Perry, 2010 ).

2.2.3. Tahapan Tidur

Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye

Movement ( REM ) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye Movement

( NREM ). Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat stadium, yaitu tidur

stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur stadium empat, lalu diikuti oleh

fase REM ( Patlak, 2005) . Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4 - 6

siklus dalam semalam ( Potter& Perry, 2010 ).

a. Tidur Stadium Satu

Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan

mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak

peralahan - lahan, dan aktivitas otot melambat ( Patlak, 2005 dalam Widya, 2010 ).

b. Tidur Stadium Dua

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu tubuh

menurun ( Smith& Segal, 2010 ). Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti

( Patlak, 2005 dalam Widya, 2010).

c. Tidur Stadium Tiga

Tidur pada tahap ini lebih dalam dari tidur tahap stadium dua sebelumnya ( Ganong, 1998 ).

Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak

dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit ( Smith&

Segal, 2010 ).

d. Tidur Stadium Empat

Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam.Gelombang otak sangat lambat. Aliran

darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan energi fisik ( Smith&

Segal, 2010 ). Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan sangat

restorative bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa cukup istirahat dan energik di

siang hari ( Patlak, 2005 dalam Widya, 2010). Fase tidur NREM ini biasanya berlangsung

antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM

jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat

menjelang pagi atau bangun ( Japardi, 2002 dalam Wiyono, 2010). Selama tidur REM, mata

bergerak cepat keberbagai arah, walaupun kelopak mata tetap tertutup.Pernafasan juga

menjadi lebih cepat, tidak teratur, dan dangkal. Denyut jantung dan nadi meningkat ( Patlak,

2005 dalam Widya, 2010 ).

Selama tidur baik NREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari tidur REM

lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori jangka panjang

( Potter& Perry, 2010 ).

2.2.4. Siklus Tidur

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

Selama tidur malam yang berlangsung rata - rata 7 jam, REM dan NREM terjadi

berselingan sebanyak 4 - 6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka

esok harinya ia akan menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat

mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup,

keadaan fisik menjadi kurang gesit ( Mardjono, 2008 ).

Siklus tidur normal dapat dilihat pada skema berikut.

Tahap pratidur

NREM I NREM II NREM III NREM IV

REM

NREM IV NREM III

Gambar 2.1.Tahapan Tidur ( Mardjono, 2008 )

Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus dari 24

jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur

seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis dapat terganggu ( Potter&

Perry, 2010 ).

2.2.5. Mekanisme Tidur

Tidur NREM dan REM berbeda berdasarkan kumpulan parameter fisiologis.NREM

ditandai oleh denyut jantung dan frekuensi pernafasaan yang stabil dan lambat serta tekanan

darah yang rendah.

NREM adalah tahapan tidur yang tenang.REM ditandai dengan gerakan mata yang

cepat dan tiba - tiba, peningkatan saraf otonom dan mimpi.Pada tidur REM terdapat fluktuasi

luas dari tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas.Keadaan ini disertai dengan

penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas otot involunter. REM disebut juga aktivitas

otak yang tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau tidur paradoks ( Smith& Segal, 2010 ).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5 - 20 menit, rata - rata timbul

setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80 – 100 menit setelah seseorang tertidur.

Tidur REM menghasilkan pola EEG yang menyerupai tidur NREM tingkat I dengan

gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, frekuensi jantung dan nafas

tidak teratur ( pada mata menyebabkan gerakan bola mata yang cepat atau rapid eye

movement ), dan lebih sulit dibangunkan daripada tidur gelombang lambat atau NREM.

Pengaturan mekanisme tidur dan bangun sangat dipengaruhi oleh sistem yang disebut

Reticular Activity System. Bila aktivitas Reticular Activity System ini meningkat maka orang

tersebut dalam keadaan sadar jika aktivitas Reticular Activity System menurun, orang tersebut

akan dalam keadaan tidur. Aktivitas Reticular Activity System ( RAS ) ini sangat dipengaruhi

oleh aktivitas neurotransmitter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kolinergik,

histaminergik ( Japardi, 2002 dalam Widya, 2010).

a. Sistem Serotoninergik

Hasil serotoninergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisme asam amino triptofan.

Dengan bertambahnya jumlah triptofan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga

meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/ tidur. Bila serotonin dalam triptofan

terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur/ jaga.

Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak system serotoninergik ini terletak

pada nucleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktivitas serotonis

di nucleus raphe dorsalis dengan tidur REM ( Potter& Perry, 2010 ).

b. Sistem Adrenergik

Neuron - neuron yang terbanyak mengandung norepinefrin terletak di badan sel

nucleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat

mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat - obatan yang mempengaruhi

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

peningkatan aktivitas neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada

tidur REM dan peningkatan keadaan jaga ( Potter& Perry, 2010 ).

c. Sistem Kolinergik

Menurut Sitaram dkk, ( 1976 ) dalam ( Japardi, 2002 dalam Widya, 2010)

membuktikan dengan pemberian prostigimin intravena dapat mempengaruhi episode tidur

REM. Stimulasi jalur kolinergik ini, mengakibatkan aktivitas gambaran EEG seperti dalam

kedaan jaga. Gangguan aktivitas kolinergik sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur

ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat

antikolinergik ( scopolamine ) yang menghambat pengeluaran kolinergik dari lokus sereleus

maka tampak gangguan pada fase awal dan penurunan REM ( Japardi, 2002 dalam Widya,

2010 ).

d. Sistem Histaminergik

Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur ( Japardi, 2002 dalam Widya,

2010).

e. Sistem Hormon

Siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti Adrenal Corticotropin

Hormone ( ACTH ), Growth Hormon ( GH ), Tyroid Stimulating Hormon ( TSH ),

Lituenizing Hormon ( LH ).

Hormon - hormon ini masing - masing disekresi secara teratur oleh kelenjar hipofisis

anterior melalui jalur hipotalamus. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran

neurotransmitter norepinefirn, dopamine, serotonin yang bertugas mengatur mekanisme tidur

dan bangun ( Potter& Perry, 2010 ).

2.2.6. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut

tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian

terpecah - pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk ( Hidayat, 2006 dalam

Wiyono, 2010). Kualitas tidur, menurut American Psychiatric Association( 2000 ), dalam

Wavy ( 2008 ), didefinisikan sebagai suatu fenomena kompleks yang melibatkan beberapa

dimensi. Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur,

waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti

kedalaman dan kepulasan tidur ( Daniel et al, 1998; Buysse, 1998 dalam Wiyono, 2010).

Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangat bervariasi dan individual yang dapat dipengaruhi

oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada malam hari atau efesiensi tidur.

Beberapa penelitian melaporkan bahwa efisiensi tidur pada usia dewasa muda adalah

80 – 90 % ( Dament et al, 1985; Hayashi & Endo, 1982 dikutip dari Carpenito, 1998 ). Disisi

lain, Lai ( 2001 ) dalam Wavy ( 2008 ) menyebutkan bahwa kualitas tidur ditentukan oleh

bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur,

kemampuan tinggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. Kualitas tidur

yang baik dapat memberikan perasaan tenang dipagi hari, perasaan energik, dan tidak

mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan

vital untuk hidup sehat semua orang ( Wavy, 2008 ).

Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemerikasaan laboraorium yaitu EEG

yang merupakan rekaman arus listrik dari otak.Perekaman listrik dari permukaan otak atau

permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus - menerus

timbul dalam otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari

keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit lain yang diderita. Tipe gelombang EEG

diklasifikasikan sebagai gelombang alfa, betha, tetha dan delta ( Guyyton& Hall, 2009 ).

Selain itu, menurut Hidayat ( 2006 ), kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila

tidak menunjukkan tanda - tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

tidurnya. Tanda - tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda

psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologis yang dialami

Hidayat ( 2006 dalam Wiyono, 2010).

a. Tanda Fisik

Ekspresi wajah ( area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva

kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan ( sering menguap ), tidak

mampu untuk berkonsentrasi ( kurang perhatian ), terlihat tanda - tanda keletihan seperti

penglihatan kabur, mual dan pusing ( Mardjono, 2008 ).

b. Tanda Psikologis

Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas berbicara,

daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran,

kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun ( Mardjono, 2008 ).

2.2.7. Gangguan Tidur

Gangguan tidur sebenarnya bukanlah suatu penyakit melainkan gejala dari berbagai

gangguan fisik, mental dan spiritual ( Johanna& Jachens, 2004 dalam Mardjono, 2008 ).

Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin,

berpendidikan tinggi dan rendah, orang muda serta yang paling sering ditemukan pada usia

lanjut.

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan

perubahan - perubahan pada siklus tidur biologisnya, menurun daya tahan tubuh serta

menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang

pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain ( Potter & Perry,

2010 ). Gangguan tidur merupakan masalah yang sangat umum. Di Negara - negara industri

khususnya, banyak orang menderita dari beberapa bentuk gangguan tidur. Data tentang

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

frekuensi bervariasi antara 25 – 50 % dari populasi ( Johanna& Jachens, 2004 dalam

Mardjono, 2008).

Menurut International Classification of Sleep Disorders dalam Japardi( 2002 dalam

Widya, 2010), gangguan tidur terbagi atas : disomnia dan parasomnia. Disomnia terdiri atas

gangguan tidur spesifik diantaranya adalah narkolepsi, gangguan gerakan anggota gerak

badan secara periodik/ mioklonus nokturnal, sindroma kaki gelisah/ Restless Legs Syndrome

atau Ekboms Syndrome, gangguan pernafasan saat tidur/ sleep apnea dan pasca trauma

kepala; gangguan tidur irama sirkadian diantaranya adalah gangguan tidur irama sirkadian

sementara/ acute work shift/ jet lag, gangguan tidur irama sirkadian menetap/ shift worker.

Sedangkan parasomnia terdiri atas tiga, yaitu gangguan tidur berjalan ( sleep walking/

somnabulisme ), gangguan terror tidur ( sleep terror ), gangguan tidur berhubungan dengan

fase REM ( Mardjono, 2008 ).

2.3. Konsep Lansia

2.3.1. Pengertian Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan - lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita ( Sudirman S, 2011 ). Menurut organisasai kesehatan dunia ( WHO ), yang termasuk

lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas. Menurut Undang – undang No.4

tahun 1965 pasal 1, seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang

bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah

sendiri untuk keperluan hidupnya sehari - hari dan menerima nafkah dari orang lain (Azizah

L. 2011 )

2.3.2. Teori - Teori Proses Menua

Menurut Stanley ( 2006 ) dalam Azizah L. 2011), teori - teori proses menua terdiri dari :

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

a. Teori Biologis

1. Teori Genetic Clock

Menurut teori ini menua telah terprogam secara genetic untuk spesies - spesies

tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam inti sel nya suatu jam genetik yang

telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis

dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam

kita itu berhenti akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan

lingkungan atau penyakit akhir.

2. Teori Wear and Tear

Teori wear and tear ( dipakai dan rusak ) mengusulkan bahwa akumulasi sampah

metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong

malfungsi organ tubuh. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak

stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi O2 bahan - bahan organik seperti

karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel - sel tidak dapat melakukan

regenerasi ( Maryam, 2008 ).

3. Riwayat lingkungan

Menurut teori ini, faktor -faktor di dalam lingkungan ( misalnya karsinogen dari

industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi ) dapat membawa perubahan dalam

proses penuaan. Walaupun faktor - faktor ini diketahui dapat mempercepat proses

penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan

merupakan faktor utama dalam penuaan.

4. Teori Imunitas

Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang

berhubungan dengan penuaan.Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka

terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

untuk menderita penyakit.Seiring dengan berkurangnya fungsi system imun,

terjadilah peningkatan dalam respon autoimun tubuh.

5. Teori Neuroendokrin

Penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon

tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem

saraf.Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan

reproduksi. Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara universal

akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses

dan bereaksi terhadap perintah ( Stanley, 2006 dalam Azizah L. 2011). Seluruh

reflek volunter menjadi lebih lambat sehingga kemampuan lanjut usia untuk

berespon terhadap stimulus akan berkurang.

b. Teori Psikososiologis

Sudirman ( 2011 ) teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku

yang menyertai peningkatan usia. Teori psikososiologis terdiri dari:

1. Teori Kepribadian

Teori kepribadian menyebutkan aspek - aspek pertumbuhan psikologis Separuh

kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan memiliki tujuannya sendiri,

yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat

merefleksikan dirinya sendiri.

2. Teori tugas perkembangan

Hasil penelitian Erickson tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan

yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap - tahap spesifik dalam hidupnya

untuk mencapai penuaan yang sukses. Tugas utama lanjut usia adalah mampu

melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang harus dijalani dengan

integritas.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

3. Teori disengagement

Teori disengagement ( teori pemutusan hubungan ) menggambarkan proses

penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting

untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lanjut usia

dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab

telah diambil oleh generasi yang lebih muda.

4. Teori aktivitas

Penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Gagasan pemenuhan

kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan

oleh orang lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti

bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen

kesejahteraan yang penting bagi lanjut usia.

5. Teori kontinuitas

Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan

suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan

dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar

mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan diusia tua. Teori ini

menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian

sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan

diri terhadap perubahan akibat menua. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak

berubah walapun usianya telah lanjut.

2.3.3. Perubahan Fisiologis Pada Lanjut Usia

Perubahan fisiologis pada lanjut usia yang berkaitan dengan kejadian jatuh diantaranya

adalah perubahan sistem musculoskeletal, sistem persyarafan dan sistem sensoris ( Sudirman,

2011 ).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

a. Perubahan Muskuloskeletal

Tulang - tulang pada sistem skelet ( rangka ) membentuk fungsi penunjang, pelindung,

gerakan tubuh dan penyimpanan mineral. Jaringan otot rangka melekat pada rangka dan

bertanggung jawab untuk gerakan tubuh volunter.Persendian diklasifikasikan secara

struktural dan fungsional.Klasifikasi structural didasarkan pada ikatan materi tulang dan

apakah ada rongga persendian.Klasifikasi fungsional didasarkan pada jumlah gerakan yang

dimungkinkan pada persendian.Bila artikulasis diantara tambahan tulang, sendi menahan

tulang dan memungkinkan gerakan. Penurunan progesif pada massa tulang total terjadi sesuai

proses penuaan. Beberapa kemungkinan penyebab dari penurunan ini meliputi ketidakaktifan

fisik, perubahan hormonal, dan resorpsi tulang.Efek penurunan tulang adalah makin

lemahnya tulang vertebra lebih lunak dan dapat terteka, dan tulang berbatang panjang kurang

tahan terhadap penekukan dan menjadi lebih cenderung fraktur.

Serat otot rangka berdegenerasi.Fibrosis terjadi saat kolagen menggantikan otot,

mempengaruhi pencapaian suplai oksigendan nutrisi. Massa, tonus dan kekuatan otot

semunya menurun: otot lebih menonjol dari ekstremitas yang menjadi kecil dan lemah, dan

tangan kurus dan tampak bertulang. Penyusupan dan sklerosis pada tendon dan otot

mengakibatkan perlambatan respon selama tes reflek tendon.

b. Perubahan muskuloskeletal antara lain pada jaringan penghubung, kartilago, tulang,

otot dan sendi.

1. Jaringan penghubung ( kolagen dan elastin )

Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago

dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan penurunan

hubungan pada jaringan kolagen, merupakan salah satu alasan penurunan

mobilitas pada jaringan tubuh.Sel kolagen mencapai puncak mekaniknya karena

penuaan, kekakuan dari kolagen mulai menurun.Kolagen dan elastin yang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung mengalami perubahan kualitas

dan kuantitasnya. Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya

fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan

kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke

berdiri, jongkok dan berjalan dan hambatan dalam melekukan aktivitas sehari -

hari.upaya fisioterapi untuk mengurangi dampak tersebut adalah memberikan

latihan untuk menjaga mobilitas.

2. Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi

akhirnya permukaan sendi menjadi rata.Selanjutnya kemampuan kartilago untuk

regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progesif.

Proteoglikan yang merupakan komponen dasar matrik kartilago.berkurang atau

hilang secara bertahap. Sehingga jaringan fibril pada kolagen kehilangan

kekuatanya dan akhirnya kartilago cenderung mengalami fibrilasi.Kartilago

mengalami kalsifikasi di beberapa tempat seperti pada tulang rusuk dan

tiroid.Fungsi kartilago menjadi tidak efektif tidak hanya sebagai peredam kejut,

tetapi sebagai permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensinya kartilago pada

persendian menjadi rentan terhadap gesekan.Perubahan tersebut sering terjadi

pada sendi besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah

mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya

aktivitas sehari - hari..untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dapat diberikan

teknik perlindungan sendi.

3. Tulang

Kekurangan kepadatan tulang, setelah diobservasi adalah bagian dari penuaan

fisiologis.Trabekula longitudinal menjadi tipis trabekula tranversal terabsorbsi

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

kembali, sehingga akibat perubahan itu, jumlah tulang spongiosa berkurang dan

tulang kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang terjadi adalah penurunan

estrogen sehingga produksi osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan

kalsium dalam usus, peningkatan haversi sehingga tulang keropos. Berikutnya

jaringan tulang secara keseluruhan menyebabkan kekuatan tulang menurun.

Dampak berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan osteoporosis. Osteoporosis

lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas, fraktur. Latihan fisik dapat

diberikan sebagai cara untuk mencegah osteoporosis.

4. Otot

Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi.Menurunnya jumlah dan

ukuran serabut otot, meningkatnya jaringan penghubung dan jaringan lemak pada

otot mengakibatkan efek negatif. Perubahan otot pada penuaan antara lain

menurunya jumlah serabut otot, atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril

menjadi tidak teratur dan hipertropi pada serabut otot yang lain, penurunan 30 %

massa otot, meningkatnya jaringan lemak, degenerasi miofibril. Dampak dari

perubahan otot tersebut adalah menurunya kekuatan, menurunnya fleksibilitas,

meningkatnya waktu reaksi dan menurunnya kemampuan fungsional otot.Untuk

mencegah perubahan lebih lanjut dapat diberikan latihan untuk mempertahankan

mobilitas.

5. Sendi

Pada lanjut usia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligamen dan fasia

mengalami penurunan elastis, ligamen, kartilago dan jaringan periartikular

mengalami penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi,

kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi.Sendi kehilangan fleksibilitasnya

sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi, gangguan jalan dan aktivitas

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

keseharian lainnya. Upaya pencegahan kerusakan sendi antara lain memberikan

teknik perlindungan sendi dalam beraktivitas.

c. Perubahan Sistem Persarafan

Sistem neurologis , terutama otak adalah suatu faktor utama dalam penuaan. Neuron - neuron

menjadi semakin komplek dan tumbuh, tetapi neuron-neuron tersebut tidak dapat mengalami

regenerasi. Perubahan struktural yang paling terlihat terjadi pada otak itu sendiri.Walaupun

bagian lain dari sistem saraf pusat juga terpengaruh.Perubahan ukuran otak yang dipengaruhi

oleh atrofi girus dan dilatasi sulkus dan ventrikel otak.Korteks serebral adalah daerah otak

yang paling besar dipengaruhi oleh kehilangan neuron.Penurunan aliran darah serebral dan

penggunaan oksigen dapat pula terjadi dengan penuaan. Perubahan dalam sistem neurologis

dapat termasuk kehilangan dan penyusutan neuron, dengan potensial 105 kehilangan yang

diketahui pada usia 80 tahun. Secara fungsional terdapat suatu perlambatan reflek tendon,

terdapat kecenderungan ke arah tremor dan langkah yang pendek - pendek atau gaya berjalan

dengan langkah kaki melebar disertai dengan berkurangnya gerakan yang sesuai. Waktu

reaksi menjadi lebih lambat, dengan penurunan atau hilangnya hentakan pergelangan kaki

dan pengurangan reflek lutut, bisep dan trisep terutama karena pengurangan dendrite dan

perubahan pada sinaps, yang memperlambat konduksi.

Menurut Pujiastuti ( 2003 dalam Sudirman , 2011), lanjut usia mengalami penurunan

koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari - hari. Penuaan menyebabkan

penurunan persepsi sensorik dan respon motorik pada susunan SSP .hal ini terjadi karena SSP

pada lanjut usia mengalami perubahan. Berat otak pada lansia berkurang berkaitan dengan

berkurangnya kandungan protein dan lemah pada otak sehingga otak menjadi lebih

ringan.Akson, dendrit dan badan sel saraf banyak mengalami kematian, sedang yang hidup

banyak mengalami perubahan.Dendrit yang berfungsi untuk komunikasi antar sel mengalami

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

perubahan menjadi lebih tipis dan kehilangan kontak antar sel. Daya hantar saraf mengalami

penurunan 10 % sehingga gerakan menjadi lamban.Akson dalam medula spinalis menurun 37

%.Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan kognitif, koordinasi, keseimbangan,

kekuatan otot, reflek, perubahan postur dan waktu reaksi.Hal itu dapat dicegah dengan latihan

koordinasi dan keseimbangan. Manifestasi klinis yang berhubungan dengan defisit neurologis

pada klien lanjut usia dapat dipandang dari berbagai perspektif: fisik, fungsional, kognisi dan

komunikasi.

d. Fisik

Dampak dari penuaan pada SPSS sukar untuk ditentukan, karena hubungan fungsi sistem ini

dengan sistem tubuh yang lain. Dengan gangguan perfusi dan gangguan aliran darah serebral,

lanjut usia berisiko lebih besar untuk mengalami kerusakan serebral. Dan metabolism yang

sudah diketahui.Dengan penurunan kecepatan konduksi saraf, reflek yang lebih lambat, dan

respon yang tertunda untuk berbagai stimulus yang dialami maka terdapat pengurangan

sensasi kinestetik.

e. Fungsi

Defisit fungsional pada gangguan neurologis berhubungan dengan penurunan mobilitas pada

lanjut usia, yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, rentang gerak dan kelenturan.

Penurunan pergerakan merupakan akibat dari kifosis, pembesaran sendi - sendi, kesenjangan

dan penurunan tonus otot.Atrofi dan penurunan jumlah serabut otot dengan jaringan fibrosa

secara berangsur - angsur menggantikan jaringan otot. Dengan penurunan massa otot,

kekuatan dan pergerakan secara keseluruhan, lamjut usia memperlihatkan kelemahan secara

umum dihubungkan dengan degenerasi sistem ekstrapiramidal. Kekejangan dapat diakibatkan

oleh cedera motor neuron didalam SSP. Kejang yang berat dapat mengakibatkan

berkurangnya fleksibilitas, postur tubuh dan mobilitas fungsional, juga nyeri sendi,

kontraktur dan masalah dengan pengaturan posisi.Tendon dapat mengalami sklerosis dan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

penyusutan, yang menyebabkan penurunan hentakan tendon. Defisit mobilitas fungsional dan

pergerakan membuat lanjut usia menjadi sangat rentan untuk mengalami gangguan integritas

kulit dan jatuh.

f. Perubahan Sensoris

Banyak lanjut usia memiliki masalah sensoris yang berhubungan dengan perubahan normal

akibat penuaan. Perubahan sensoris dan permasalahn yang dihasilkan merupakan faktor yang

turut berperan paling kuat dalam perubahan gaya hidup yang bergerak ke arah

ketergantungan yang lebih besar dan persepsi negatif tentang kehidupan. Defisit sensoris

perubahan penglihatan merupakan bagian dari penyesuaian berkesinambungan yang datang

dalam kehidupan usia lanjut. Perubahan penglihatan mempengaruhi pemenuhan AKS.

Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan

termasuk penurunan kemampuan untuk melakukan akomodasi, konstriksi pupil akibat

penuaan dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata. Perubahan penglihatan pada

awalnya dimulai dengan terjadinya presbiopi, kehilangan kemampuan akomodatif dimulai

pada dekade keempat kehidupan, ketika seseorang memiliki masalah dalam membaca huruf -

huruf yang kecil. Kerusakan akomodasi mata terjadi karena otot – otot siliaris menjadi lemah

dan lebih kendur, dan lensa mengalami sklerosis dengan kehilangan elastisitas dan

kemampuan untuk memusatkan data ( penglihatan jarak dekat ). Ukuran pupil menurun

karena sfingter pupil mengalami sklerosis.Miosis pupil dapat mempersempit lapang pandang

dan mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu.Perubahan warna misalnya

menguning dan meningkatnya kekeruhan lensa Kristal yang terjadi dari waktu ke waktu dapat

menimbulkan katarak.Katarak menimbulkan tanda dan gejala penuaan yang mengganggu

penglihatan dan aktivitas setiap hari. Penglihatan yang kabur dan seperti terdapat selaput di

atas mata adalah gejala umum, yang mengakibatkan kesukaran dalam mengfokuskan

penglihatan dan membaca..selain itu lanjut usia harus didorong untuk menggunakan lampu

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

yang terang dan tidak menyilaukan. Sensitivitas terhadap cahaya sering terjadi, menyebabkan

lanjut usia sering mengedipkan mata terhadap cahaya terang atau ketika berada di luar pada

siang hari yang cerah. Lanjut usia memerlukan penggunaan cahaya pada malam hari di dalam

rumah dan waktu tambahan untuk melakukan penyesuaian penglihatan terhadap perubahan

kekuatan penerangan ketika meninggalkan suatu lingkungan yang memiliki pencahayaan

baik kesuatu lingkungan yang pencahayaan redup. Lanjut usia harus diajarkan untuk

menggunakan tangan mereka sebagai pemandu pada pegangan tangga dan menggunakan cat

yang terang pada bagian tepi anak tangga. ( Stanley, 2006 )

Menurut Pujiastuti (2003) dalam Sudirman ( 2011), perubahan penglihatan pada lanjut usia

erat kaitanya dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitasnya dan kaku, otot penyangga

lensa lemah dan kehilangan tonus.Ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh

atau dekat berkurang.Penggunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik dapat

digunakan untuk mengkompensasi hal tersebut. Perubahan penglihatan pada lanjut usia

antara lain penglihatan menurun, akomodasi lensa menurun, iris mengalami arkus senilities,

koroid memperlihatkan atrofi disekitar discus, lensa dibutuhkan lebih banyak cahaya untuk

melihat warna, konjungtiva menipis dan terlihat kekuningan, air mata menurun infeksi dan

iritasi meningkat, pupil ukuranya berbeda, kornea terdapat arkus senilis. Kehilangan

pendengaran pada lanjut usia disebut presbikusis. Penyebab tidak diketahui tetapi berbagi

faktor yang telah diteliti adalah nutrisi, faktor genetika, suara gaduh, hipertensi, stress

emosional. Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa

komponen konduksi yang berkaitan dengan presbikusis. Penurunan pendengaran

sensorineural terjadi saat telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan

baik ( saraf pendengaran, batang otak atau jalur kortikal pendengaran ). Penyebab dari

perubahan konduksi tidak diketahui, tetapi masih berkaitan dengan perubahan pada tulang di

dalam telinga tengah, dalam bagian koklear atau di dalam tulang mastoid. Dalam presbikusis,

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

suara konsonan derngan nada tinggi merupakan yang pertama kali terpengaruh, dan

perubahan dapat terjadi secara bertahap..karena perubahan berlangsung lambat, lanjut usia

mungkin tidak segera mencari bantuan yang dalam hal ini sangat penting sebab semakin

cepat kehilangan pendengaran dapat diidentifikasi dan alat bantu diberikan, semakin besar

kemungkinan untuk berhasil. Karena kehilangan pendengaran pada umunya berkangsung

secara bertahap. Dua masalah fungsional pendengaran pada populasi lanjut usia adalah

ketidakmampuan untuk mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan untuk mendeteksi

suara dengannada frekuensi tinggi seperti beberapa konsonan misalnya f, s, sk,sh dan

perubahan – perubahan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga

2.3.4. Karakteristik Lansia Dan Permasalahannya

1. Pertumbuhan dan Penuaan

Setiap manusia menjalani serangkaian tahap pertumbuhan sepanjang daur

kehidupannya yang berawal dari tahap bayi, kanak - kanak, remaja, dewasa awal, dan

diakhiri dengan dewasa akhir ( lanjut usia ). Menurut Carl Gustav Jung, daur kehidupan

terdiri dari dua tahap yaitu tahap pertama yang berlangsung sampai kira - kira 40 tahun yang

terdiri atas bayi, kanak - kanak, remaja, dan dewasa awal; dan tahap kedua yang disebut tahap

dewasa akhir atau tahap lanjut usia yang berlangsung sejak umur 40 tahun hingga orang

tersebut meninggal dunia.

Proses penuaan pada seseorang adalah fenomena alamiah sebagai akibat

bertambahnya umur, oleh karena itu fenomena ini bukanlah suatu penyakit melainkan suatu

keadaan wajar yang bersifat universal. Menurut dr. Maria Sulindro ( direktur medis Pasadena

anti-aging, USA ), proses penuaan tidak terjadi serta merta melainkan secara bertahap dan

secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu sebagai berikut :

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

a. Fase I: terjadi pada saat seseorang mencapai usia 25 - 35 tahun. Pada masa ini

produksi hormon mulai berkurang dan mulai terjadi kerusakan sel tetapi tidak

memberi pengaruh pada kesehatan. Tubuh pun masih bugar terus.

b. Fase II: pada usia 35 - 45 tahun, produksi hormon sudah menurun sebanyak 25 %

dan tubuh pun mulai mengalami penuaan. Pada masa ini, mata mulai mengalami

rabun dekat sehingga perlu menggunakan kacamata berlensa plus, rambut mulai

beruban, stamina tubuh pun berkurang.

c. Fase III: terjadi pada usia 45 tahun ke atas. Pada masa ini produksi hormon sudah

berkurang hingga akhirnya berhenti sama sekali. Kaum perempuan mengalami

masa yang disebut menopause sedangkan kaum pria mengalami masa andropause.

Pada masa ini kulit pun menjadi kering karena mengalami dehidrasi sehingga

tubuh menjadi cepat lelah dan capek. Berbagai penyakit degeneratif seperti

diabetes, osteoporosis, hipertensi dan penyakit jantung koroner mulai menyerang.

Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan

normal yang akan dialami oleh setiap individu dan merupakan kenyataan yang

tidak dapat dihindari. Batasan lanjut usia (lansia) dapat ditinjau dari aspek biologi,

sosial, dan usia atau batasan usia, yaitu:

1. Aspek Biologi

Lansia ditinjau dari aspek biologi adalah orang/individu yang telah menjalani

proses penuaan ( menurunnya daya tahan fisik yang ditandai dengan semakin

rentannya tubuh terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat

menyebabkan kematian ). Hal ini disebabkan seiring meningkatnya usia terjadi

perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

2. Aspek Sosial

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

Dari sudut pandang sosial, lansia merupakan kelompok sosial tersendiri.Di

negara Barat, lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda.Bagi

masyarakat tradisional di Asia, lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang

harus dihormati oleh masyarakat.

3. Aspek Umur

Dari kedua aspek di atas, pendekatan umur adalah yang paling memungkinkan

untuk mendefinisikan lansia secara tepat. Beberapa pendapat mengenai

pengelompokkan usia lansia adalah sebagai berikut :

- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), lanjut usia adalah tahap

masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 60 tahun ke atas

- UU RI No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteran Lanjut Usia menyatakan

bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun

keatas.

- Departemen Kesehatan RI membuat pengelompokkan sebagai berikut :

a. Kelompok Pertengahan Umur: kelompok usia dalam masa vertilitas

yaitu masa persiapan usia lanjut yang menunjukkan keperkasaan fisik

dan kematangan jiwa ( 45 - 54 tahun ).

b. Kelompok Usia Lanjut Dini: kelompok dalam masa prasenium yaitu

kelompok yang mulai memasuki usia lanjut ( 55 - 64 tahun ).

c. Kelompok Usia Lanjut: kelompok dalam masa senium ( 65 tahun ke

atas )

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

d. Kelompok Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi: kelompok yang berusia

lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri,

terpencil, menderita penyakit berat atau cacat.

2. Penuaan

Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) membuat pengelompokan penuaan sebagai

berikut:

1. Usia pertengahan adalah kelompok usia 45 - 59 tahun.

2. Usia lanjut adalah kelompok usia antara 60 - 70 tahun.

3. Usia lanjut tua adalah kelompok usia antara 75-90 tahun.

4. Usia sangat tua adalah kelompok usia di atas 90 tahun.

5. Menurut Second World Assembly on Ageing ( SWAA ) di Madrid ( 8 - 12 April

2002 ) yang menghasilkan Rencana Aksi Internasional Lanjut Usia ( Madrid

International Plan of Action on Ageing ), seseorang disebut sebagai lansia jika

berumur 60 tahun ke atas ( di negara berkembang ) atau 65 tahun ke atas di negara

maju.

2.3.5. Kategori Lansia

Berdasarkan tingkat keaktifannya, lansia dibagi menjadi tiga kategori yaitu: go go's yang

bersifat aktif bergerak tanpa bantuan orang lain, slow go's yang bersifat semi Cooper dan

Francis juga mengelompokkan lansia menjadi tiga bagian berdasarkan usia dengan penjelasan

sebagai beriku : aktif, dan no go's yang memiliki cacat fisik dan sangat tergantung pada pada

orang lain

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

Tabel 2.1.Kategori Lansia Menurut Cooper Dan Francis

Young old Old Old – old

Usia Antara usia 55-70

tahun

Antara usia 70-80

tahun

80 tahun keatas

Kemampuan Mandiri dalam

bergerak

Cukup mandiri

dalam bergerak.

Kurang mandiri,

memiliki

keterbatasan gerak

dan membutuhkan

perawatan lebih

Aktivitas Inisiatif sendiri,

santai, rekreasi,

bersosialisasi,

berhubungan

dengan kesehatan

Inisiatif sendiri

dan kelompok,

mulai jarang

berpindah (duduk

terus),

bersosialisasi,

berhubungan

dengan kesehatan

Inisiatif terbatas

(biasanya dari orang

yang mengurus),

jarang berpindah,

bersosialisasi, terapi

(Azizah L, 2011 )

2.3.6. Penurunan Kondisi Pada Lansia

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

Secara normal, seseorang yang berada pada keadaan usia lanjut akan mengalami

penurunan berbagai organ atau sistem tubuh, baik dari segi anatomi maupun fungsional.

Beberapa penurunan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut :

1. Penurunan fisik, meliputi :

a. Lansia tidak tahan terhadap temperatur yang sangat panas atau sangat dingin. Hal

ini disebabkan oleh menurunnya fungsi pembuluh darah pada kulit.

b. Dalam kemampuan visual, lansia mengalami kemunduran dalam hal ketajaman

dan luas pandangan. Mata kurang peka dalam melihat cahaya dengan intensitas

terlalu tinggi dan lebih sensitif terhadap sesuatu yang menyilaukan serta kurang

mampu membedakan warna.

c. Dalam kemampuan pendengaran, lansia mengalami kesulitan dalam menangkap

frekuensi percakapan yang kecil atau besar diwaktu bersamaan

d. Dalam kemampuan indera perasa, lansia menjadi kurang menyadari akan

perubahan suhu, rasa dan bau.

e. Penurunan fungsi sistem motorik ( otot dan rangka ), antara lain berkurangnya

daya tumbuh dan regenerasi, kemampuan mobilitas dan kontrol fisik, semakin

lambatnya gerakan tubuh, dan sering terjadi getaran otot (tremor). Jumlah otot

berkurang, ukurannya menciut, volume otot secara keseluruhan menciut dan

fungsinya menurun. Terjadi degenerasi di persendian dan tulang menjadi keropos

( osteoporosis ).

f. Kulit tubuh menjadi berkerut karena kehilangan elastisitas dan mudah luka apabila

tergores benda yang cukup tajam. Kulit tubuh menjadi lebih kering dan tipis.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

g. Semakin tua usia seseorang, tingkat kecerdasan semakin menurun, memori

berkurang, kesulitan berkonsentrasi, lambatnya kemampuan kognitif dan kerja

saraf.

2. Penurunan psikologis

a. Demensia adalah suatu gangguan intelektual atau daya ingat yang sering terjadi

pada orang yang berusia > 65 tahun.

b. Depresi. Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia.

Usia bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan penyakit

medis kronis dan masalah - masalah yang dihadapi lansia yang membuat mereka

depresi. Gejala depresi pada lansia adalah kehilangan minat, berkurangnya energi

( mudah lelah ), konsentrasi dan perhatian berkurang, kurang percaya diri, sering

merasa bersalah, pesimis, gangguan pada tidur dan gangguan nafsu makan.

c. Delusi merupakan suatu kondisi dimana pikiran terdiri dari satu atau lebih delusi.

Delusi diartikan sebagai ekspresi kepercayaan yang dimunculkan kedalam

kehidupan nyata seperti merasa dirinya diracun oleh orang lain, dicintai, ditipu,

merasa dirinya sakit atau disakiti.

d. Gangguan kecemasan merupakan gangguan psikologis berupa ketakutan yang

tidak wajar atau phobia. Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang

kematiannya.

e. Gangguan tidur. Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan

dengan peni ngkatan kejadian gangguan tidur yang berupa gangguan tidur di

malam hari ( sering terbangun dini hari ) dan sering merasa ngantuk terutama

disiang hari.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

3. Penurunan sosial

a. Masa pensiun menyebabkan sebagian lansia sering merasa ada sesuatu yang

hilang dari hidupnya. Beberapa perasaan yang dirasakan adalah sebagai berikut:

1. Kehilangan status atau kedudukan sosial sebelumnya, baik di dalam

masyarakat, tempat kerja atau lingkungan.

2. Kehilangan pertemanan baik di lingkungan masyarakat.

3. Kehilangan gaya hidup yang biasa dijalaninya.

b. Banyak lansia yang merasa kesepian atau merasa terisolasi dari lingkungan di

sekitarnya, antara lain karena jarang tersedia pelayanan kendaraan umum khusus

bagi lansia, tingginya tingkat kejahatan di sekitar lingkungan tempat tinggal, dan

lain - lain.

2.3.7. Permasalahan Lansia

Permasalahan lansia terjadi karena secara fisik mengalami proses penuaan yang disertai

dengan kemunduran fungsi pada sistem tubuh sehingga secara otomatis akan menurunkan

pula keadaan psikologis dan sosial dari puncak pertumbuhan dan perkembangan.

Permasalahan - permasalahan yang dialami oleh lansia, diantaranya (Azizah L. 2011 ) :

1. Kondisi mental: secara psikologis, umumnya pada usia lanjut terdapat penurunan baik

secara kognitif maupun psikomotorik. Contohnya, penurunan pemahaman dalam

menerima permasalahan dalam kelambanan dalam bertindak

2. Keterasingan ( loneliness): terjadi penurunan kemampuan pada individu dalam

mendengar, melihat, dan aktivitas lainnya sehingga merasa tersisih dari masyarakat.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

3. Post power syndrome: kondisi ini terjadi pada seseorang yang semula mempunyai

jabatan pada masa aktif bekerja. Setelah berhenti bekerja, orang tersebut merasa ada

sesuatu yang hilang dalam hidupnya.

4. Masalah penyakit: selain karena proses fisiologis yang menuju ke arah degeneratif,

juga banyak ditemukan gangguan pada usia lanjut, antara lain: infeksi, jantung dan

pembulu darah, penyakit metabolik, osteoporosis, kurang gizi, penggunaan obat dan

alkohol, penyakit syaraf ( stroke ), serta gangguan jiwa terutama depresi dan

kecemasan.

Permasalahan yang dialami lansia memberikan kesimpulan bahwa dengan

keterbatasan yang dialami maka harus diciptakan suatu lingkungan yang dapat

membantu aktivitas lansia dengan keterbatasannya.

2.3.8. Kebutuhan Hidup Lansia

Lansia juga mempunyai kebutuhan hidup seperti orang lain agar kesejahteraan hidup

dapat dipertahankan. Kebutuhan hidup seperti kebutuhan makanan yang mengandung gizi

seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin dan sebagainya diperlukan oleh lansia agar

dapat mandiri. Menurut pendapat Maslow dalam teori Hierarki Kebutuhan, kebutuhan

manusia meliputi ( Azizah L. 2011 ) :

1. Kebutuhan fisik ( physiological need s) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti

pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.

2. Kebutuhan ketentraman ( safety needs ) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan

ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua,

kebebasan kemandirian dan sebagainya

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

3. Kebutuhan sosial ( social needs ) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau

berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban,organisasi profesi, kesenian,

olah raga, kesamaan hobi dan sebagainya.

4. Kebutuhan harga diri ( esteem needs ) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui

akan keberadaannya.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk

mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar

pengalamannya masing - masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam

kehidupan

2.4. Konsep Panti Wreda

2.4.1. Pengertian Panti Wreda

Pengertian panti wreda menurut Departemen Sosial RI adalah suatu tempat untuk

menampung lansia dan jompo terlantar dengan memberikan pelayanan sehingga mereka

merasa aman, tentram dengan tiada perasaan gelisah maupun khawatir dalam menghadapi

usia tua. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) mendefinisikan panti wredha

sebagai rumah tempat memelihara dan merawat lansia. Secara umum, Panti wredha

mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Pusat pelayanan kesejahteraan lanjut usia ( dalam memenuhi kebutuhan pokok

lansia ).

2. Menyediakan suatu wadah berupa kompleks bangunan dan memberikan kesempatan

pula bagi lansia melakukan aktivitas - aktivitas sosial-rekreasi

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

3. Bertujuan membuat lansia dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan

mandiri. Sesuai dengan permasalahan lansia, pada umumnya penyelenggaraan panti

wredha mempunyai tujuan antara lain :

a. Agar terpenuhi kebutuhan hidup lansia.

b. Agar dihari tuanya dalam keadaan tenteram lahir dan batin.

c. Dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri

2.4.2. Tipe - Tipe Panti Wreda

Berdasarkan faktor ketergantungan lansia, maka tipe pemukiman untuk lansia dapat

dibagi menjadi beberapa tipe yaitu :

1. Independent Elderly Housing ( Rumah Orang Tua yang Mandiri )

Rumah konvensional untuk lansia yang bersifat mandiri sepenuhnya.umumnya

bangunannya seperti rumah tinggal dan ditempati oleh beberapa lansia yang masih

mandiri dengan fasilitas selayaknya rumah tinggal

2. Independent Elderly / Family Mixed Housing ( Rumah Campuran Keluarga Orang

Tua Mandiri ) Fasilitas harus disediakan untuk orang - orang tua yang mandiri dan

digabungkan dengan tipe rumah konvensional.

3. Dependent Elderly Housing ( Rumah Orang Tua yang Bergantung ) Orang tua disini

hidupnya masih tergantung pada fasilitas pendukung dan bentuk bangunan ini seperti

bangunan rumah sakit

4. Independent / Dependent Elderly Mixed Housing ( Rumah Campuran Orang Tua

Mandiri dan Bergantung ) Fasilitas untuk lansia yang bergantung dan lansia yang bisa

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

memenuhi kebutuhannya sendiri ( mandiri ). Pada umumnya bangunan ini berbentuk

seperti rumah tinggal dengan fasilitas pendukung yang memadai.

Tipe - tipe panti wredha berdasarkan fasilitas yang tersedia, antara lain :

1. Skilled nursing facilities ( Fasilitas perawatan terampil )

Pelayanan perawatan selama 24 jam.Biasanya lansia berasal dari rumah sakit yang

kondisinya serius dan membutuhkan terapi rehabilitasi khusus.

2. Intermediate care facilities ( Fasilitas perawatan lanjutan )

Pelayanan perawatan professional tetapi tidak 24 jam, beberapa terapi medis

disediakan tetapi difokuskan pada program - program sosial. Pelayanan ini disediakan

untuk orang yang membutuhkan lebih dari sekedar kamar dan makanan atau

perawatan oleh perawat.

3. Residential care facilities ( Fasilitas Perawatan Rumah )

Pelayanan perawatan yang menawarkan kamar dan makanan serta beberapa

perawatan perseorangan seperti membantu memandikan dan berpakaian serta

pelayanan-pelayanan sosial.

2.4.3. Prinsip - Prinsip Perancangan Panti Wreda

Dalam artikel “Pynos dan Regnier”17 (1991) tertulis tentang 12 macam prinsip yang

diterapkan pada lingkungan dalam fasilitas lansia untuk membantu dalam kegiatan - kegiatan

lansia. Kedua belas prinsip ini dikelompokkan dalam aspek fisiologis dan psikologis, yaitu

sebagai berikut :

1. Aspek fisiologis

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

a. Keselamatan dan keamanan, yaitu penyediaan lingkungan yang memastikan

setiap penggunanya tidak mengalami bahaya yang tidak diinginkan. Lansia

memiliki permasalahan fisik dan panca indera seperti gangguan penglihatan,

kesulitan mengatur keseimbangan, kekuatan kaki berkurang, dan radang

persendian yang dapat mengakibatkan lansia lebih mudah jatuh atau cedera.

Penurunan kadar kalsium ditulang, seiring dengan proses penuaan, juga dapat

meningkatkan resiko lansia mengalami patah tulang. Permasalahan fisik ini

menyebabkan tingginya kejadian kecelakaan pada lansia.

b. Signage/orientation/wayfindings, keberadaan penunjuk arah di lingkungan dapat

mengurangi kebingungan dan memudahkan menemukan fasilitas yang tersedia.

Perasaan tersesat merupakan hal yang menakutkan dan membingungkan bagi

lansia yang lebih lanjut dapat mengurangi kepercayaan dan penghargaan diri

lansia. Lansia yang mengalami kehilangan memori ( pikun) lebih mudah

mengalami kehilangan arah pada gedung dengan rancangan ruangan-ruangan yang

serupa ( rancangan yang homogeny ) dan tidak memiliki petunjuk arah

c. Aksebilitas dan fungsi, Tata letak dan aksebilitas merupakan syarat mendasar

untuk lingkungan yang fungsional. Aksebilitas adalah kemudahan untuk

memperoleh dan menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas bagi lanjut usia

untuk memperlancar mobilitas lanjut usia.

d. Adaptabilitas, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Lingkungan harus dirancang sesuai dengan pemakainya, termasuk

yang menggunakan kursi roda maupun tongkat penyangga. Kamar mandi dan

dapur merupakan ruangan dimana aktivitas banyak dilakukan dan keamanan harus

menjadi pertimbangan utama.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

2. Aspek psikologis

a. Privasi, yaitu kesempatan bagi lansia untuk mendapat ruang/tempat

mengasingkan diri dari orang lain atau pengamatan orang lain sehingga bebas dari

gangguan yang tak dikenal. Auditory privacy merupakan poin penting yang harus

diperhatikan

b. Interaksi sosial, yaitu kesempatan untuk melakukan interaksi dan bertukar

pikiran dengan lingkungan sekeliling ( sosial ). Salah satu alasan penting untuk

melakukan pengelompokkan berdasarkan umur lansia di panti wredha adalah

untuk mendorong adanya pertukaran informasi, aktivitas rekreasi, berdiskusi, dan

meningkatkan pertemanan. Interaksi sosial mengurangi terjadinya depresi pada

lansia dengan memberikan lansia kesempatan untuk berbagi masalah, pengalaman

hidup dan kehidupan sehari - hari mereka.

c. Kemandirian, yaitu kesempatan yang diberikan untuk melakukan aktivitasnya

sendiri tanpa atau sedikit bantuan dari tenaga kerja panti wredha. Kemandirian

dapat menimbulkan kepuasaan tersendiri pada lansia karena lansia dapat

melakukan aktivitas - aktivitas yang dilakukannya sehari-hari tanpa bergantung

dengan orang lain.

d. Dorongan/tantangan, yaitu memberi lingkungan yang merangsang rasa aman

tetapi menantang. Lingkungan yang mendorong lansia untuk beraktifitas didapat

dari warna, keanekaragaman ruang, pola - pola visual dan kontras.

e. Aspek panca indera, kemunduran fisik dalam hal penglihatan, pendengaran,

penciuman yang harus diperhitungkan di dalam lingkungan. Indera penciuman,

peraba, penglihatan, pendengaran, dan perasaan mengalami kemunduran sejalan

dengan bertambah tuanya seseorang. Rangsangan indera menyangkut aroma dari

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

dapur atau taman, warna dan penataan dan tekstur dari beberapa bahan.

Rancangan dengan memperhatikan stimulus panca indera dapat digunakan untuk

membuat rancangan yang lebih merangsang atau menarik.

f. Ketidakasingan/keakraban, lingkungan yang aman dan nyaman secara tidak

langsung dapat memberikan perasaan akrab pada lansia terhadap lingkungannya.

Tinggal dalam lingkungan rumah yang baru adalah pengalaman yang

membingungkan untuk sebagian lansia. Menciptakan keakraban dengan para

lansia melalui lingkungan baru dapat mengurangi kebinggungan karena perubahan

yang ada.

g. Estetik/penampilan, yaitu suatu rancangan lingkungan yang tampak menarik.

Keseluruhan dari penampilan lingkungan mengirimkan suatu pesan simbolik atau

persepsi tertentu kepada pengunjung, teman, dan keluarga tentang kehidupan dan

kondisi lansia sehari-hari.

h. Personalisasi, yaitu menciptakan kesempatan untuk menciptakan lingkungan

yang pribadi dan menandainya sebagai “milik” seorang individu. Tempat tinggal

lansia harus dapat memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengungkapkan

ekspresi diri sendiri dan pribadi.

2.4.4. Lingkungan Dan Kesehatan

Menurut Christoper Day dalam Fitria Nita, Sriati Aat, dkk. (2013), seluruh manusia

memiliki empat aspek yang mempengaruhi kesehatannya yaitu fisik, energi kehidupan,

kondisi jiwa ( soul), dan individualitas. Berikut adalah penjelasan bagaimana lingkungan

berhubungan dengan keempat aspek tersebut :

1. Fisik

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

Manusia mengalami bentuk dan dimensi yang berhubungan dengan skala tubuh,

proporsi dan gerak yang akan menimbulkan suatu reaksi dan perasaan tertentu, untuk

itu pengaruh bentuk dan dimensi ruang terhadap kenyamanan dalam beraktifitas

menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan melalui desain ruang yang ergonomis.

2. Energi kehidupan

Makhluk hidup mengalami siklus mulai dari lahir, tumbuh, berkembang,

metamorfosis hingga mati, dan manusia menjalani siklus ini dengan selalu

diperbaharui.Dalam merancang, arsitek diharapkan melihat siklus dan

menerjemahkannya kedalam bentuk bangunan.Sebagai contoh yaitu pengunaan

jendela yang menghubungkan manusia dengan siklus alam diluarnya. Berdasarkan

penelitian Roger Ulrich disebuah rumah sakit, pasien yang ruangannya memiliki

pandangan keluar melalui jendela menunjukkan kondisi kesehatan yang lebih cepat

membaik dibandingkan dengan pasien di ruangan tanpa jendela.

3. Kondisi Jiwa (soul)

Lingkungan mempunyai peran yang signifikan terhadap kondisi psikologis

manusia.Aspek ini berhubungan dengan perasaan dan kondisi jiwa.Pada saat manusia

berada di suatu tempat dapat muncul perasaan risih, tegang, tenang atau nyaman.

Berbagai hal dapat menjadi penyebab seperti suara, perubahan warna atau cahaya,

tekstur dari material, dan lain – lain

4. Individualitas

Manusia mengalami dan merasakan secara pribadi lingkungannya yang kemudian

membentuk dirinya.Setiap perjalanan kehidupan merupakan perjalanan dari

perkembangan nilai dalam individunya sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

pengalaman ruang dalam lingkungan binaan dapat berkontribusi didalamnya.Ada

lingkungan tertentu yang tidak memungkinkan penghuni untuk mempersonalisasikan

seperti sel penjara. Berada didalamnya akan mengundang reaksi seperti menghindar,

menghancurkan benda - benda sampai berkelahi. Akhirnya lingkungan tersebut

berkontribusi terhadap tumbuhnya kejahatan individu.

2.4.5. Lingkungan Dan Psikologis Manusia

Ada dua elemen dasar yang dapat menyebabkan pengguna lingkungan bertingkah

laku tertentu terhadap lingkungannya, yaitu stressor dan stres. Stressor adalah elemen

lingkungan ( stimulus ) seperti kebisingan, suhu, kepadatan, dan suasana yang meransang

manusia, sedangkan stress ( tekanan atau ketegangan jiwa ) adalah hubungan antara stressor

dengan reaksi yang ditimbulkan oleh efek lingkungan dalam diri manusia.

Lingkungan mengandung stimulus atau ransangan yang kemudian akan ditanggapi

oleh manusia dalam bentuk respon tertentu. Dalam menanggapi respon tersebut manusia

berupaya untuk mengerti, memahami dan menilai lingkungannya.Adaptasi seringkali

dilakukan oleh manusia dalam upaya untuk mengatasi keadaan tertekan dan tidak nyaman

dalam ruang yang terasa asing baginya. Dalam hal ini manusia akan berusaha untuk

menerima atau membuat sebuah "perubahan" yang dapat membuatnya merasa lebih nyaman.

Dalam desain interior, sebagai lingkungan binaan, terdapat beberapa stimulus yang

akan mempengaruhi indera manusia. Dari beberapa teori psikologi menyebutkan bahwa ada

sembilan alat indera yaitu penglihatan, pendengaran, kinestesis, vestibural, perabaan,

temperatur, rasa sakit, perasa serta penciuman. Semua alat indera tersebut dapat dijadikan

stimulus yang dimunculkan dari sebuah obyek desain interior, manusia berinteraksi,

berkomunikasi dengan ruang

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan II.pdf · 2019. 10. 2. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan Menurut Stuart ( 2012 ) kecemasan

Beberapa teori membuktikan bahwa dari berbagai macam stimulus yang ada, stimulus visual

mempunyai kemampuan paling dominan dalam menciptakan sensasi. Berdasarkan

kemampuan kapasitas otak menangkap informasi ( stimulus ), maka dapat diperbandingkan

kecepatan ragam stimulus dalam mempengaruhi individu.

Stimulus visual dalam terminologi desain mempunyai spektrum yang sangat luas.

Elemen - elemen rancangan yang dapat dikategorikan ke dalam stimulus visual antara lain

warna, iluminasi, bentuk dan skala.