Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kebijakan Kepemimpinan
2.1.1 Definisi Kebijakan Kepemimpinan
Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya
hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan
atau mewujudkan sasaran yang diinginkan (Friedrich dalam Wahab, 2010).
Sementara itu Anoraga yang dikutip oleh Sutrisna (2011) mendefinsikan
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui
komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk
menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati
bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu.
Kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin dan oleh Kartono (2010),
pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya
kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang
lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu
atau beberapa tujuan.
Pendapat Tjiptono dan Anastasia (2013) menyatakan bahwa kepemimpinan
merupakan suatu konsep abstrak, tetapi hasilnya nyata. Kadangkala kepemimpinan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
7
mengarah pada seni, tetapi seringkali pula berkaitan dengan ilmu. Pada kenyataannya,
kepemimpinan merupakan seni sekaligus ilmu.
Menurut Donni dan Suwatno (2011), yang berkaitan dengan kepemimpinan
tersebut meliputi :
1. Penggunaan pengaruh dan bahwa semua hubungan dapat melibatkan pimpinan.
2. Kepemimpinan mencakup pentingnya proses komunikasi, kejelasan dan
keakuratan dari komunikasi mempengaruhi perilaku dan kinerja pengikutnya.
3. Kepemimpinan memfokuskan pada tujuan yang dicapai, pemimpin yang efektif
harus berhubungan dengan tujuan–tujuan individu, kelompok dan organisasi.
Berdasarkan definisi kebijakan dan kepemimpinan dapat disimpulkan bahwa
kebijakan kepemimpinan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh
pemimpin dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk
mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
2.1.2 Fungsi dan Tugas Kepemimpinan
Menurut Rivai dan Mulyadi (2011), lima pokok fungsi kepemimpinan yaitu:
1. Fungsi instruksi
Fungsi ini bersifat satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak
yang menetukan apa, bagaimana, bilamana, dan di mana perintah itu dikerjakan
agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
2. Fungsi konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Konsultasi itu dimaksudkan untuk
memperoleh masukan berupa umpan balik (feedback) untuk memperbaiki dan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
8
menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
Dengan menjalankan fungsi konsultatif, diharapkan keputusan-keputusan
pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya,
sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.
3. Fungsi partisipasi
Dalam fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam
pelaksanaannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi
dilakukan secara terkendalai dan terarah berupa kerja sama dengan tidak
mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.
4. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat/
menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari
pimpinan. Fungsi delegasi dilandaskan rasa kepercayaan. Orang-orang penerima
delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki
kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.
e. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses dan efektif
yakni mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi
yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara
maksimal.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
9
Kepemimpinan juga berfungsi dalam setiap pengambilan keputusan dan
menanggung konsekuensi terhadap hasil yang dicapai dari keputusan tersebut.
Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan,
sehingga pengambilan keputusan merupakan proses mental di mana seorang atasan
memperoleh dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser
jawaban untuk menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data.
Tugas pokok kepemimpinan yang berupa mengelompokkan, memberi
petunjuk, mendidik, membimbing dan sebagainya. Agar para bawahan mengikuti
jejak pemimpin mencapai tujuan organisasi. Fungsi–fungsi kepemimpinan adalah :
1. Fungsi perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi
dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi.
2. Fungsi memandang kedepan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu
mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan.
Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang
dituju akan dapat berlangsung terus menerus tanpa mengalami hambatan dan
penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka
terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga
mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun
yang besar.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
10
3. Fungsi pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk para
pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai
kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam
pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari–hari yang menunjukkan
kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan
menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
4. Fungsi pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti
kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan–
hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan
kembali berlangsung menurut rel yang telah ditetapkan dalam rencana.
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah
dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan
pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil
keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu,
kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis
dan lain sebagainya.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
11
6. Fungsi memberi motivasi
Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap pegawainya.
Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi
anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap
organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran,
hadiah, pujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh pegawai sebab
mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh
pemimpinnya.
Sementara itu Isnanto (2009) mengemukakan tugas kepemimpinan adalah :
1. Berkaitan dengan kerja :
a. Mengambil inisiatif
b. Mengatur langkah dan arah
c. Memberikan informasi
d. Memberikan dukungan
e. Memberi pemikiran
f. Mengambil suatu kesimpulan
2. Berkaitan dengan kekompakan anggota :
a. Mendorong, bersahabat, bersikap menerima
b. Mengungkapkan perasaan
c. Bersikap mendamaikan
d. Berkemampuan mengubah dan menyesuaikan pendapat
e. Memperlancar pelaksanaan tugas
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
12
f. Memberikan aturan main
Pendapat lain sebagaimana dikemukan Siagian (2008) yang menguraikan
beberapa pedoman untuk mendefinisikan tanggungjawab tugas seorang pemimpin:
1. Bertemu dengan bawahan untuk bersama-sama mendefinisikan pekerjaan,
kapanpun tugas seorang bawahan atau anggota organisasi atau tim diubah, maka
pertemuan harus segera dilakukan untuk bersama-sama mengembangkan
deskripsi tugas bagi para bawahan.
2. Menetapkan prioritas bagi berbagai tanggung jawab, tidak ada formula yang
sederhana untuk menentukan prioritas, namun ia harus mencerminkan
pentingnya sebuah kegiatan bagi unit kerja organisasi. Bila persetujuan mengenai
prioritas tak dapat diselesaikan, maka pemimpin harus menyatakan dengan jelas
apa yang diharapkan agar bawahan atau anggota dapat mengerti.
3. Menjelaskan jangkauan kewenangan bawahan, tanggung jawab dan tugas yang
dibebankan kepada bawahan harus diuraikan dengan jelas. Namun juga memberi
peluang kepada anggota untuk memeriksa pengertian tentang kebijaksanaan dan
peraturan yang berkaitan dengan tindakan para anggota.
2.1.3 Sifat-Sifat Kepemimpinan
Upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan
dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/ mutu perilakunya yang
dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Menurut Ordway Tead
dalam Kartono (2010) bahwa sifat-sifat pemimpin terdiri dari :
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
13
1. Energi jasmaniah dan mental
Hampir semua pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar
biasa yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa
yang tampaknya seperti tidak akan pernah habis. Hal ini ditambah dengan
kekuatan-kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja, kesabaran,
ketahanan batin dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasai semua
permasalahan yang dihadapi.
2. Kesadaran akan tujuan dan arah
Ia memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua
perilaku yang dikerjakan, dia tahu persis kemana arah yang akan ditujunya, serta
pasti memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun bagi kelompok yang
dipimpinnya.
3. Antusiasme
Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti,
bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses
dan menimbulkan semangat kerja. Semua ini dapat membangkitkan antusiasme,
optimisme, dan semangat besar pada pribadi pemimpin maupun para anggota
kelompok.
4. Keramahan dan kecintaan (friendliness and affection)
Kasih sayang dan dedikasi pemimpin dapat menjadi tenaga penggerak yang
positif untuk melakukan perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
14
Keramah-tamahan itu mempunyai sifat mempengaruhi orang lain juga membuka
setiap hati yang masih tertutup untuk menanggapi keramahan tersebut.
5. Integritas (keutuhan, kejujuran dan ketulusan hati)
Pemimpin itu harus bersifat terbuka, merasa utuh bersatu, sejiwa dan seperasaan
dengan bawahannya bahkan merasa senasib dan sepenanggungan dalam satu
perjuangan yang sama.
6. Penguasaan teknis
Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu,
agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya.
7. Ketegasan dalam mengambil keputusan
Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas
dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya. Selanjutnya ia mampu
meyakinkan para anggotanya akan kebenaran keputusannya.
8. Kecerdasan (Intelligence)
Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin itu merupakan kemampuan
untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian,
menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaiannya
dalam waktu singkat.
9. Keterampilan mengajar (teaching skill)
Pemimpin yang baik itu adalah seorang guru yang mampu menuntun, mendidik,
mengarahkan, mendorong dan menggerakkan bawahannya untuk berbuat
sesuatu.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
15
10. Kepercayaan (Faith)
Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu di dukung kepercayaan
bawahannya yaitu kepercayaan bahwa anggota pasti dipimpin dengan baik,
dipengaruhi secara positif, dan diarahkan sasaran-sasaran yang benar.
Sementara Yukl (2010) menyatakan bahwa ada tiga ciri kepemimpinan
transformasional yaitu :
1. Karismatik.
Karismatik merupakan kekuatan pemimpin yang besar untuk memotivasi
bawahan dalam melaksanakan tugas. Bawahan mempercayai pemimpin karena
pemimpin dianggap mempunyai pandangan, nilai dan tujuan yang dianggapnya
benar. Oleh sebab itu pemimpin yang mempunyai karisma lebih besar dapat lebih
mudah mempengaruhi dan mengarahkan bawahan agar bertindak sesuai dengan
apa yang diinginkan oleh pemimpin. Kepemimpinan karismatik dapat
memotivasi bawahan untuk mengeluarkan upaya kerja ekstra karena mereka
menyukai pemimpinnya.
2. Stimulasi intelektual.
Stimulasi intelektual merupakan upaya pemimpin terhadap persoalan-persoalan
dan mempengaruhi bawahan untuk melihat persoalan-persoalan tersebut melalui
perspektif baru, sedangkan oleh Seltzer dan Bass dijelaskan bahwa melalui
stimulasi intelektual, pemimpin merangsang kreativitas bawahan dan mendorong
untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah-masalah
lama. Jadi, melalui stimulasi intelektual, bawahan di dorong untuk berpikir
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
16
mengenai relevansi cara, sistem nilai, kepercayaan, harapan dan didorong
melakukan inovasi dalam menyelesaikan persoalan melakukan inovasi dalam
menyelesaikan persoalan dan berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri
serta disorong untuk menetapkan tujuan atau sasaran yang menantang.
Kontribusi intelektual dari seorang pemimpin pada bawahan harus
didasari sebagai suatu upaya untuk memunculkan kemampuan bawahan. Hal itu
dibuktikan dalam penelitian Seltzer dan Bass (1990) bahwa aspek stimulasi
intelektual berkorelasi positif dengan extra effort. Maksudnya, pemimpin
yang dapat memberikan kontribusi intelektual senantiasa mendorong staf supaya
mampu mencurahkan upaya untuk perencanaan dan pemecahan masalah.
3. Perhatian secara individual
Perhatian atau pertimbangan terhadap perbedaan individual implikasinya adalah
memelihara kontak langsung face to face dan komunikasi terbuka dengan para
pegawai. Pengaruh personal dan hubungan satu persatu antara atasan-bawahan
merupakan hal terpenting yang utama. Perhatian secara individual tersebut dapat
sebagai indentifikasi awal terhadap para bawahan terutama bawahan yang
mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin. Sedangkan monitoring
merupakan bentuk perhatian individual yang ditunjukkan melalui tindakan
konsultasi, nasehat dan tuntutan yang diberikan oleh senior kepada junior yang
belum berpengalaman bila dibandingkan dengan seniornya.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
17
2.1.4 Ciri-Ciri dan Indikator Kepemimpinan
Menurut Davis yang dikutip oleh Reksohadiprojo dan Handoko (2011), ada
10 ciri utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan dalam
pemerintahan antara lain sebagai berikut :
1. Kecerdasan (Intelligence)
Penelitian-penelitian pada umumnya menunjukkan bahwa seorang pemimpin
yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada pengikutnya,
tetapi tidak sangat bebrbeda.
2. Kedewasaan, sosial dan hubungan sosial yang luas (Social maturity and Breadht)
Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau matang,
serta mempunyai kegiatan dan perhatian yang luas.
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi
Pemimpin secara relatif mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang
tinggi, mereka bekerja keras lebih untuk nilai intrinsik.
4. Sikap-sikap hubungan manusiawi
Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat
pengikut-pengikutnya, mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi pada
bawahannya.
5. Memiliki pengaruh yang kuat
Seorang pemimpin harus memiliki pengaruh yang kuat untuk menggerakkan
orang lain atau bawahan agar berusaha mencapai tujuan kelompok secara
sukarela.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
18
6. Memiliki pola hubungan yang baik
Seorang pemimpin sukses mampu menciptakan pola hubungan agar individu,
dengan menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap sekelompok orang
agar bekerja sama dalam mencapai tujuan yang dikehendaki bersama.
7. Memiliki sifat-sifat tertentu
Seorang pemimpin sukses memiliki sifat-sifat khusus seperti kepribadian baik,
kemampuan tinggi dan kemampuan tinggi dan kemauan keras, sehingga mampu
menggarakkan bawahannya.
8. Memiliki kedudukan atau jabatan
Seorang pemimpin selalu memiliki kedudukan atau jabatan dalam organisasi,
baik di pemerintahan maupun di masyarakat karena kepemimpinan merupakan
serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dari kedudukan
jabatan dan gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
9. Mampu berinteraksi
Seorang pemimpin yang baik akan selalu berinteraksi secara baik dengan sesama
pemimpin, bawahan dan masyarakat yang dipimpinnya, dalam situasi dan
kondisi apa pun, buruk maupun menyenangkan.
10. Mampu memberdayakan
Seorang pemimpin yang sukses biasanya mampu memberdayakan bawahan dan
masyarakat yang dipimpinnya.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
19
Menurut Siagian (2002) dikemukakan bahwa indikator-indikator yang dapat
dilihat adalah :
1. Iklim saling mempercayai
Hubungan seorang pemimpin dengan bawahannya yang diharap-harapkan adalah
suatu hubungan yang dapat menumbuhkan iklim/suasana saling mempercayai.
Keadaan seperti ini akan menjadi suatu kenyataan apabila di pihak pemimpin
memperlakukan bawahannya sebagai manusia yang bertanggungjawab dan di
pihak lain bawahan dengan sikap mau menerima kepemimpinan atasannya.
2. Penghargaan terhadap ide bawahan
Penghargaan terhadap ide bawahan dari seorang pemimpin dalam sebuah
lembaga atau instansi akan dapat memberikan nuansa tersendiri bagi para
bawahannya. Seorang bawahan akan selalu menciptakan ide-ide yang positif
demi pencapaian tujuan organisasi pada lembaga atau instansi dia bekerja.
3. Memperhitungkan perasaan para bawahan
Dari sini dapat dipahami bahwa perhatian pada manusia merupakan visi
manajerial yang berdasarkan pada aspek kemanusiaan dari perilaku seorang
pemimpin.
4. Perhatian pada kenyamanan kerja bagi para bawahan
Hubungan antara individu dan kelompok akan menciptakan harapan-harapan
bagi perilaku individu. Dari harapan-harapan ini akan menghasilkan peranan-
peranan tertentu yang harus dimainkan. Sebagian orang harus memerankan
sebagai pemimpin sementara yang lainnya memainkan peranan sebagai bawahan.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
20
Dalam hubungan tugas keseharian seorang pemimpin harus memperhatikan pada
kenyamanan kerja bagi para bawahannya.
5. Perhatian pada kesejahteraan bawahan
Seorang pemimpin dalam fungsi kepemimpinan pada dasarnya akan selalu
berkaitan dengan dua hal penting yaitu hubungan dengan bawahan dan hubungan
yang berkaitan dengan tugas. Perhatian adalah tingkat sejauh mana seorang
pemimpin bertindak dengan menggunakan cara yang sopan dan mendukung,
memperlihatkan perhatian segi kesejahteraan mereka. Misalkan berbuat baik
terhadap bawahan, berkonsultasi dengan bawahan atau pada bawahan dan
memperhatikan dengan cara memperjuangkan kepentingan bawahan. Konsiderasi
sebagai perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan seringkali
ditandai dengan perilaku pemimpin yang cenderung memperjuangkan
kepentingan bawahan, memperhatikan kesejahteraan diantaranya dengan cara
memberikan gaji tepat pada waktunya, memberikan tunjangan, serta memberikan
fasilitas yang sebaik mungkin bagi para bawahannya.
6. Memperhitungkan faktor kepuasan kerja para bawahan dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang dipercayakan padanya.
Dalam sebuah organisasi seorang pemimpin memang harus senantiasa
memperhitungkan faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan kepuasan kerja
para bawahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, dengan demikian hubungan
yang harmonis antara pemimpin dan bawahan akan tercapai.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
21
7. Pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan profesional
Pemimpin dalam berhubungan dengan bawahan yang diandalkan oleh bawahan
adalah sikap dari pemimpin yang mengakui status yang disandang bawahan
secara tepat dan profesional.
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Kepemimpinan
Suwatno (2011) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1. Faktor genetis
Adalah faktor yang menampilkan pandangan bahwa seseorang menjadi
pemimpin karena latar belakang keturunannya.
2. Faktor sosial
Faktor ini pada hakikatnya semua orang sama dan bisa menjadi pemimpin. Setiap
orang memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang pemimpin dan tersalur
sesuai lingkungannya.
3. Faktor bakat
Faktor yang berpandangan bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi
seorang pemimpin yang baik apabila orang itu memang dari sejak kecil sudah
membawa bakat kepemimpinan.
2.1.6 Kriteria Keberhasilan Kepemimpinan
Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya diukur dari produktivitas dan
efektivitas pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan pada dirinya. Bila produktivitas
naik dan semua tugas dilaksanakan dengan efektif. Sedang apabila produktivitasnya
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
22
menurun dan kepemimpinan dinilai tidak efektif dalam jangka waktu tertentu, maka
disebut sebagai pemimpin yang gagal. Wendel French mengemukakan tiga faktor
yang berkaitan dengan kepemimpinan yang efektif yaitu:
1. Mengidentifikasi ciri-ciri dasar pribadi.
2. Menyesuaikan skill khusus dengan situasi-situasi khusus.
3. Berusaha untuk memperbaiki iklim organisatoris (Kartono, 2010).
2.1.7 Implementasi Kebijakan Kepemimpinan
Implementasi kebijakan ialah aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk
melaksanakan suatu kebijakan secara efektif. Kesulitan yang timbul pada tahap ini
adalah sukarnya menentukan hasil kebijakan, karena adanya dampak yang tidak
terantisipasi sebelumnya (Kahya dan Zenju,1996 dalam Drupadi, dkk, 2010).
Implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Edward III yang dikutip
oleh Winarno (2012) adalah :
1. Komunikasi
Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan
variabel komunikasi, diantaranya : transmisi, penyaluran komunikasi yang baik
akan menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi
dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian dikarenakan
komunikasi telah melalui beberapa tingkatan birokrasi sehingga apa yang
diharapkan terdistorsi ditengah jalan. Kejelasan komunikasi yang diterima oleh
para pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan.
Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi, pada
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
23
tataran tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan
kebijakan. Konsistensi perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu
komunikasi haruslah suatu konsistensi dan jelas.
2. Sumber daya
Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf. Diperlukan staf
yang ahli dan mampu dalam mengimplemetasikan suatu kebijakan. Yang kedua
adalah informasi, informasi berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan,
implementator harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka
diberi perintah untuk melakukan tindakan.
3. Disposisi
Menurut George C Edward III disposisi merupakan sikap dari pelaksana
kebijakan adalah faktor penting ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan
suatu kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para
pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan
tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya sehingga dalam
praktiknya tidak terjadi bias.
4. Struktur birokrasi
Menurut Edward III, yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi
kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Walaupun sumber-sumber untuk
melaksanakan suatu kebijakan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan
mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan
kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
24
kelemahan dalam stuktur birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut
adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada
kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebabkan sumberdaya-
sumberdaya menjadi tidak efektif dan menjadi penghambat jalannya kebijakan.
Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan yang telah diputuskan secara
politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.
Meter dan Horn yang dikutip Agustino (2008) mengemukakan bahwa
keberhasilan suatu implementasi dapat dipengaruhi berdasarkan faktor-faktor, yaitu:
1. Ukuran dan tujuan kebijakan
Ukuran dan tujuan diperlukan untuk mengarahkan dalam melaksanakan
kebijakan, hal tersebut dilakukan agar sesuai dengan program yang sudah
direncanakan.
2. Sumber daya kebijakan
Sumber daya kebijakan merupakan keberhasilan proses implementasi kebijakan
yang dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya manusia, biaya dan waktu.
Sumber-sumber kebijakan tersebut sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Sumber daya manusia sangat penting
karena sebagai sumber penggerak dan pelaksana kebijakan, modal diperlukan
untuk kelancaran pembiayaan kebijakan agar tidak menghambat proses
kebijakan. Sedangkan waktu merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan
kebijakan, karena waktu sebagai pendukung keberhasilan kebijakan. Sumber
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
25
daya waktu merupakan penentu pemerintah dalam merencanakan dan
melaksanakan kebijakan.
3. Ciri-ciri atau sifat Badan/Instansi pelaksana
Keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari sifat atau ciri-ciri badan/instansi
pelaksana kebijakan. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi
kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta
cocok dengan para badan atau instansi pelaksananya. Menurut Subarsono
kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri dari para
aktor, kualitas tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya,
pengalaman kerja dan integritas moralnya.
4. Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan
Komunikasi memegang peranan penting bagi berlangsungnya koordinasi
implementasi kebijakan. Koordinasi bukanlah sekedar menyangkut persoalan
mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk struktur - struktur
administrasi yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih
mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan (Hogwood dan Gunn dalam
Wahab, 2010).
5. Sikap para pelaksana
Karakteristik para pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma
dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi. Sikap para pelaksana
dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai pelaksana kebijakan harus
dilandasi dengan sikap disiplin.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
26
6. Lingkungan ekonomi
Dalam menilai kinerja keberhasilan implementasi kebijakan menurut Van Meter
dan Van Horn yang dikutip oleh Agustino adalah sejauhmana lingkungan
eksternal ikut mendukung keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan,
lingkungan eksternal tersebut adalah ekonomi, sosial dan politik. Lingkungan
ekonomi, sosial dan politik juga merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan suatu implementasi.
Selanjutnya dari pendapat Edward III yang telah diuraikan di atas, peneliti
mengambil komunikasi dan sumber daya yang menjadi variabel bebas dalam
penelitian ini yang diuraikan sebagai berikut :
1. Komunikasi
Carl I Hovland yang dikutip oleh Effendy (2010) mendefinisikan komunikasi
adalah : “The process by which an individual (the communicator) transmits
stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals
(communicates)”. Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan
perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain
(komunikan). Sementara itu Sharon dan Weaver yang dikutip Wiryanto (2011)
menyatakan bahwa komunikasi adalah “bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada
bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni,
dan teknologi”.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
27
Menurut Mudjito yang dikutip dalam Widjaya (2010) menyatakan bahwa
fungsi komunikasi itu meliputi:
a. Komunikasi merupakan alat suatu organisasi sehingga seluruh kegiatan
organisasi itu dapat diorganisasikan (dipersatukan) untuk mencapai tujuan
tertentu.
b. Komunikasi merupakan alat untuk mengubah perilaku para anggota dalam
suatu organisasi.
c. Komunikasi adalah alat agar informasi dapat disampaikan kepada seluruh
anggota organisasi
Scheidel yang dikutip Mulyana (2008) menyatakan bahwa “tujuan dasar
dari berkomunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan
psikologis. Selanjutnya dari pendapat Zimmerman dikemukakan bahwa tujuan
komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu :
a. Kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi
kebutuhan kita, memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri,
memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan dan menikmati hidup.
b. Kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan
orang lain.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
28
Sementara itu Masmuh (2010) mengungkapkan bahwa ada beberapa
fungsi komunikasi internal dalam organisasi, diantaranya adalah :
a. Fungsi produksi dan pengaturan
Artinya, komunikasi yang terutama berhubungan dengan penyelesaian
pekerjaan dan membantu organisasi mencapai tujuan produksi adalah
berorientasi pengaturan dan produksi. Fungsi komunikasi ini meliputi
pesan yang memungkinkan para manajer dan anggota organisasi untuk :
1) Menentukan sasaran dan tujuan
2) Merumuskan bidang masalah
3) Menilai prestasi
4) Mengkoordinir tugas-tugas yang secara fungsional saling bergantung
5) Menentukan standar hasil prestasi
6) Mengkomando, menunjukkan kepada pegawai apa yang harus
dilakukan, memberi perintah.
7) Memberikan instruksi, menunjukkan kepada pegawai bagaimana
melaksanakan suatu perintah mengembangkan prosedur dan
memahami kebijaksanaan.
8) Memimpin dan mempengaruh.
2. Fungsi pembaharuan
Artinya, aktivitas-aktivitas komunikasi seperti sistem saran di seluruh
organisasi, pekerjaan penelitian dan pengembangan dan brainstorming.
Fungsi ini menjadikanorganisasi dapat menyesuaikan diri dengan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
29
perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Untuk itu suatu
organisasi membuat rencana-rencana baru, aktivitas baru, program baru,
pengarahan baru dan saran-saran mengenai produksi baru. Rencana-
rencana ini misalnya disampaikan pada waktu pertemuan-pertemuan
pemecahan masalah, pembuatan rencana dan pada waktu rapat-rapat
dengan anggota organisasi. Pesan yang disampaikan itu termasuk kategori
pesan pembaharuan.
3. Fungsi pemasyarakatan atau pemeliharaan
Aktivitas-aktivitas komunikasi yang menyangkut harga diri para anggota
organisasi, imbalan dan motivasi pegawai, hubungan antar pribadi mereka
dalam organisasi. Agar pegawai betah dalam suatu organisasi dan
berprestasi memadai, mereka hendaklah memperoleh pengalaman
menyenangkan dalam organisasi itu. Imbalan itu dapat berupa uang,
prestise, status, pekerjaan menarik dan faktor kepuasan seperti terlibat
dalam pengambilan keputusan. Komunikasi internal di lingkungan sosial
meliputi informasi yang menunjang hubungan seseorang dengan
lingkungan fisik dan manusia. Oleh karena fungsi sosial dari komunikasi
itulah para anggota organisasi mengenal dan bergaul satu sama lain sebagai
anggota organisasi itu.
4. Fungsi tugas
Artinya, aktivitas-aktivitas komunikasi yang berkenaan dengan
pelaksanaan tugas-tugas organisasi oleh anggota organisasi. Pesan ini
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
30
mencakup pemberian informasi kepada karyawan untuk melakukan tugas-
tugas mereka secara efisien, seperti orientasi bagi karyawan baru,
penentuan tujuan dan aktifitas lainnya yang berkenaan dengan produksi,
pelayanan pemasaran dan sebagainya.
5. Fungsi perintah
Fungsi perintah disini dimaksudkan memperbolehkan anggota-anggota
organisasi membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak atas suatu
perintah. Dua jenis komunikasi yang mendukung pelaksanaan fungsi ini
adalah pengarahan dan umpan balik dan tujuannya adalah berhasil
mempengaruhi anggota lain dalam organisasi. Hasil fungsi perintah adalah
koordinasi diantara sejumlah anggota yang saling bergantung dalam
organisasi tersebut.
6. Fungsi relasional
Artinya, komunikasi memperbolehkan anggota organisasi menciptakan dan
mempertahankan bisnis produktif dan hubungan personal dengan anggota
organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi kinerja
pekerjaan (job performance) dalam berbagai cara, misalnya kepuasan kerja,
aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dalam hirarki organisasional
dan tingkat pelaksanaan perintah.
7. Fungsi manajemen ambigu
Artinya, pilihan dalam situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan yang
sangat ambigu. Misalnya motivasi berguna muncul pilihan yang diambil
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
31
akan mempengaruhi rekan kerja dan organisasi demikian juga diri sendiri,
tujuan organisasi tidak jelas dan konteks yang mengharuskan adanya
pilihan yang tesebut mungkin tidak jelas. Karena komunikasi adalah alat
untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan yang melekat dalam
organisasi.
2. Sumber Daya
Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau
unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi
juga non-fisik (intangible) (www.id.wikipedia.com, 2016). Sementara KBBI
mendefinisikan sumber daya adalah segala sesuatu, baik yang berwujud maupun
yang tidak berwujud yang digunakan untuk mencapai hasil (www.
kamusbahasaindonesia.org, 2016).
Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus dapat
memanfaatkan sumber daya yang ada seoptimal mungkin. Ada beberapa macam
sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, yaitu :
a. Sumber daya alam
Sumber daya alam adalah segala yang ada di alam yang dapat digunakan
untuk menghasilkan barang dan jasa.
b. Sumber daya manusia
Manusia selain sebagai konsumen bagi barang dan jasa juga merupakan
sumber daya yang membawa manfaat besar bagi masyarakat apabila
kemampuannya dimanfaatkan secara maksimal sebab manusia sebagai
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
32
makhluk ciptaan Tuhan diberikan kelebihan berupa kecerdasan dan hati
nurani. Sumber daya manusia yang berkualitas harus memenuhi unsur-unsur
seperti berikut :
1) Akhlak yang baik
Dapat mendasari segala tingkah laku manusia untuk senantiasa
melakukan yang terbaik, jujur, adil, serta berusaha untuk tidak
merugikan orang lain dan dirinya sendiri sehingga keberadaannya akan
selalu berguna dan tidak sia-sia.
2) Keahlian manusia
Manusia yang memiliki keahlian akan dapat menyelesaikan
pekerjaannya sesuai dengan target yang telah ditentukan baik dalam segi
waktu maupun kualitas. Jadi, manusia yang mempunyai keahlian akan
sangat berguna untuk dapat menghasilkan barang dan jasa yang
berkualitas.
3) Kekuatan fisik
Manusia akan sangat berguna jika diarahkan pada hal-hal yang positif.
c. Sumber daya modal
Modal adalah segala yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Modal dapat meliputi uang, teknologi, peralatan, mesin-mesin, tanah,
informasi dan sebagainya.
Berkaitan dengan sumber daya manusia, oleh Hasibuan (2007) dikatakan
bahwa sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan fisik
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
33
yang dimiliki individu. Sumber daya manusia dipandang sebagai kemampuan yang
dimiliki manusia untuk didayagunakan untuk menjalankan suatu organisasi atau
urusan sehingga berdayaguna atau berhasil guna. Ini berarti manusia memiliki
kemampuan yang perlu dikembangkan untuk mencapi sasaran dan tujuan yang telah
direncanakan.
2.1.8 Tahap Kebijakan Kepemimpinan
Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka
diperlukan adanya tahap-tahap implementasi kebijakan. Islamy (2007) membagi
tahap implementasi dalam 2 (dua) bentuk, yaitu :
1. Bersifat self-executing yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dan
disahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan terimplementasikan
dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara
lain.
2. Bersifat non self-executing yang berarti bahwa suatu kebijakan publik perlu
diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan pembuatan
kebijakan tercapai.
2.2 Konsep Pemeliharaan Kondisi Lingkungan
2.2.1 Definisi Pemeliharaan Kondisi Lingkungan
Pemeliharaan kondisi lingkungan merupakan bentuk dari hygiene. Hal ini
dapat diketahui dari pendapat Chandra (2007) yang mendefinisikan hygiene adalah
usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap
kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
34
kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga
terjamin pemeliharaan kesehatan.
Selanjutnya dari pengertian di atas tentang kondisi lingkungan merupakan
bentuk dari sanitasi lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Notoatmodjo
(2010) yang menyatakan bahwa sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu
lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih
dan sebagainya. Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang
ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan yang
mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut mencakup:
1. Pasokan air yang bersih dan aman
2. Pembuangan limbah dari hewan, manusia dan industri yang efisien
3. Perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia
4. Udara yang bersih dan aman
5. Rumah yang bersih dan aman.
Sementara itu Entjang (2010) mengemukakan bahwa sanitasi lingkungan
adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi yang
mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan berguna ditingkatkan dan
diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan.
Supardi (2013) menyatakan bahwa lingkungan atau sering juga disebut
lingkungan hidup adalah jumlah semua benda hidup dan benda mati serta seluruh
kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati. Secara garis besar ada 2 (dua)
macam, yaitu :
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
35
1. Lingkungan fisik adalah segala benda mati dan keadaan fisik yang ada disekitar
individu misalnya batu-batuan, mineral, air, udara, unsur-unsur iklim,
kelembaban, angin dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berhubungan erat dengan
makhluk hidup yang menghuninya, sebagai contoh mineral yang dikandung
suatu tanah menentukan kesuburan yang erat hubungannya dengan tanaman yang
tumbuh diatasnya.
2. Lingkungan biotik adalah segala makhluk hidup yang ada disekitar individu baik
manusia, hewan dan tumbuhan. Tiap unsur biotik, berinteraksi antar biotik dan
juga dengan lingkungan fisik atau lingkungan abiotik.
Berkaitan dengan lingkungan, Chang (2011) mengklasifikasikan lingkungan
terbagi atas 3 (tiga) yaitu :
1. Lingkungan fisik (physical environment)
Yaitu segala sesuatu disekitar kita yang berbentuk benda mati seperti rumah,
kendaraan, gunung, udara, sinar matahari dan yang semacamnya.
2. Lingkungan biologis (biological environment)
Yaitu segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang berupa organisme hidup
lainnya selain dari manusia sendiri, binatang, tumbuh-tumbuhan, jasad renik
(plankton) dan lainnya.
3. Lingkungan sosial (social environment)
Yaitu manusia-manusia lain yang berada disekitarnya seperti tetangga, teman dan
lain-lainnya.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
36
Tingkat kesehatan lingkungan ditentukan oleh berbagai kemungkinan bahwa
lingkungan berperan sebagai pembiakan agen hidup, tingkat kesehatan lingkungan
yang tidak sehat bisa diukur dengan penyediaan air bersih yang kurang, pembuangan
air limbah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, penyediaan dan pemanfaatan
tempat pembungan kotoran serta cara buang kotoran manusia yang tidak sehat, tidak
adanya penyediaan dan pemanfaatan tempat pembuangan sampah rumah tangga yang
memenuhi persyaratan kesehatan, tidak adanya penyediaan sarana pengawasan
penyehatan makanan, serta penyediaan sarana perumahan yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan. Hal-hal yang menyangkut sanitasi adalah :
1. Ventilasi.
Situasi perumahan penduduk dapat diamati melalui perumahan yang berada di
daerah pedesaan dan perkotaan. Perumahan yang berpenghuni banyak dan
ventilasi yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan dapat mempermudah dan
memungkinkan adanya transisi penyakit dan mempengaruhi kesehatan
penghuninya.
2. Pencahayaan
Pencahayaan yang cukup untuk penerangan ruangan di dalam rumah merupakan
kebutuhan kesehatan manusia. Pencahayaan dapat diperoleh dari pencahayaan
dari sinar matahari, pencahayaan dari sinar matahari masuk ke dalam melalui
jendela. Celah-celah dan bagian rumah yang terkena sinar matahari hendaknya
tidak terhalang oleh benda lain. Cahaya matahari ini berguna untuk penerangan,
juga dapat mengurangi kelembaban udara, memberantas nyamuk, membunuh
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
37
kuman penyebab penyakit, pencahayaan dari lampu, atau yang lain berguna
untuk penerangan suatu ruangan diplester.
3. Lantai
Pada rumah yang berlantai tanah kelembaban lainnya akan lebih tinggi
dibandingkan dengan yang diplester.
4. Dinding
Rumah harus bersih, kering dan kuats, dinding selain untuk penyangga, juga
untuk melindungi dari panas, hujan dan sebaiknya untuk dinding rumah
dibuatkan dari batu bata.
5. Kepadatan penghuni
Risiko yang ditimbulkan oleh kepadatan penguni rumah terhadap terjadinya
penyakit.
6. Penyediaan air bersih
Air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila sudah masak. Air
untuk konsumsi rumah tangga yang didapatkan dari sumbernya harus diolah
terlebih dahulu sehingga memenuhi syarat kesehatan.
7. Pembuangan kotoran manusia
Tempat pembuangan kotoran manusia (jamban) merupakan hal yang sangat
penting dan harus selalu bersih, mudah dibersihkan, cukup cahaya dan cukup
ventilasi, harus rapat sehingga terjamin rasa aman bagi pemakainya dan jaraknya
cukup jauh dari sumber air.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
38
8. Pembuangan air limbah atau sampah
Air limbah merupakan exereta manusia, air kotor dari dapur, kamar mandi, WC,
perusahaan-perusahaan, termasuk pula air kotor permukaan tanah. Pembuangan
air limbah yang kurang baik akan menjadi sarang penyakit dan situasi rumah
akan menjadi lembab. Sanitasi lingkungan merupakan usaha-usaha pengawasan
terhadap semua faktor yang ada dalam lingkungan fisik yang memberi pengaruh
atau memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan, fisik, mental dan
kesejahteraan sosial. Pengaruh lingkungan dalam rumah terhadap kegiatan
sehari-hari tidaklah secara langsung. Lingkungan yang kelihatannya tidak
memiliki potensi bahaya ternyata dapat menimbulkan gangguan kesehatan
penghuninya (Puspitawati, 2013).
Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa sanitasi lingkungan
ditujukan untuk memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman.
Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang
dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka
kesejahteraannya juga akan berkurang. Karena itu, upaya sanitasi lingkungan
menjadi bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan.
Demikian pula pendapat di atas sejalan dengan yang dikemukakan Chandra
(2007) bahwa lingkungan dapat diartikan secara mudah sebagai segala sesuatu yang
berada di sekitar manusia, dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) komponen, yaitu :
a. Lingkungan fisik; bersifat abiotik atau benda mati seperti tanah, air, udara, angin,
iklim, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi dan sebagainya.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
39
b. Lingkungan biologi : semua organisme hidup seperti tumbuhan, hewan, virus,
bakteri, jamur, parasit, serangga dan lain-lain.
c. Lingkungan sosial, yaitu semua interaksi antar manusia dengan mahluk
sesamanya yang meliputi faktor-faktor sosial ekonomi, kebudayaan, psikososial
dan lain-lain.
Ketiga unsur lingkungan tersebut saling berhubungan, berinteraksi dan
mempunyai sifat saling ketergantungan
Berdasarkan uraian dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pemeliharaan kondisi lingkungan adalah usaha kesehatan yang dilakukan terhadap
kondisi lingkungan kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit serta
membuat kondisi lingkungan sehat.
2.2.2 Upaya Pemeliharaan Kondisi Lingkungan
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk penyehatan lingkungan fisik antara
lain penyediaan air bersih, mencegah terjadinya pencemaran udara, air dan tanah, dan
memutuskan rantai penularan penyakit infeksi dan lain-lain yang dapat
membahayakan serta menimbulkan kesakitan pada manusia atau masyarakat (Ismail,
2013 dalam Verdiani).
Supardi (2013) mengemukakan bahwa upaya menghalangi atau mengurangi
terjadinya penurunan kualitas lingkungan, maka perlu adanya suatu pedoman untuk
mempertahankan kelestarian lingkungan yaitu:
1. Manusia hendaknya selalu memelihara dan memperbaiki lingkungan untuk
generasi mendatang.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
40
2. Dalam pemanfaatan sumber-sumber daya yang non renewable (yang tidak dapat
diganti) perencanaan dan pengelolaannya harus efektif dan efisien.
3. Pembangunan ekonomi dan sosial hendaknya ditujukan selain untuk
kesejahteraan umat juga untuk memperbaiki kualitas lingkungan.
4. Dalam mengadakan kebijaksanaan lingkungan, hendaknya diarahkan kepada
peningkatan potensi pembangunan bukan sebatas untuk masa kini tetapi juga
untuk masa yang akan datang.
5. Ilmu dan teknologi yang diterapkan untuk pemecahan masalah lingkungan harus
ditujukan demi kegunaan seluruh umat manusia.
6. Perlu adanya pendidikan, pelatihan maupun pengembangan secara ilmiah tentang
pengelolaan lingkungan sehingga semua problem-problem lingkungan dapat
ditanggulangi.
7. Ada kerjasama yang baik dari semua pihak dalam rangka mempertahankan
kelestarian dan mencegah terjadinya kerusakan atau kemusnahan.
2.2.3 Hubungan Kebijakan Kepemimpinan Dengan Pemeliharaan Kondisi
Lingkungan
Satar (2015) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan yang erat antara kondisi
lingkungan dengan kepemimpinan. Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan
yang memiliki visi kedepan yang jauh dalam bentuk kebijakan rencana dan program
yang mengedepankan aspek lingkungan. Peran pemimpin dalam menjaga kualitas
lingkungan sangat penting karena kebijakan pengelolaan lingkungan dimulai dari
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
41
komitmen pemimpin dalam mengambil kebijakan pengelolaan lingkungan yang lebih
baik.
Gambar 2.1
Alur Kebijakan Pengelolaan Lingkungan
Sumber : http://www.musnanda.com
Keadaan lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai
penyakit antara lain diare dan infeksi saluran pernapasan. Sanitasi lingkungan sangat
terkait dengan ketersediaaan air bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai rumah serta
kebersihan peralatan makan pada setiap keluarga. Makin tersedia air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari, makin kecil risiko anak terkena penyakit kurang gizi. Tingkat
kesehatan lingkungan ditentukan oleh berbagai kemungkinan bahwa lingkungan
berperan sebagai pembiakan agen hidup, tingkat kesehatan lingkungan yang tidak
sehat bisa di ukur dengan penyediaan air bersih yang kurang, pembuangan air limbah
yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, penyediaan dan pemanfaatan tempat
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
42
pembungan kotoran serta cara buang kotoran manusia yang tidak sehat, tidak adanya
penyediaan dan pemanfaatan tempat pembuangan sampah rumah tangga yang
memenuhi persyaratan kesehatan, tidak adanya penyediaan sarana pengawasan
penyehatan makanan serta penyediaan sarana perumahan yang tidak memenuhi
persyaratan kesehatan (Puspitawati, 2013).
2.3 Konsep Lembaga Pemasyarakatan
2.3.1 Definisi Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut Lapas menurut Pasal 1
Angka (3) Undang-undang Nomor : 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan adalah
“tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik Pemasyarakatan.”
Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Istilah Lapas
di Indonesia sebelumnya dikenal dengan istilah penjara. Definisi Pemasyarakatan
menurut Pasal 1 angka (1) Undang–Undang Nomor : 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan bahwa yang dimaksud dengan pemasyarakatan adalah kegiatan
untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem,
kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem
pemidanaan dalam tata peradilan pidana (Petrus & Panjaitan, 2005).
2.3.2 Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan dalam pelaksanaan tugasnya mempunyai visi, misi
serta tujuan yang hendak dicapai yaitu :
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
43
1. Visi
Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan narapidana
sebagai individu, sebagai bagian dari anggota masyarakat serta sebagai mahluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (untuk membangun manusia yang mandiri).
2. Misi
Untuk melaksanakan perawatan tahanan, melakukan pembinaan dan
pembimbingan terhadap narapidana serta pengelolaan benda sitaan negara dalam
kerangka penegakan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta
pemajuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia.
3. Tujuan
Dalam pelaksanaan tugasnya, lembaga pemasyarakatan mempunyai tujuan
sebagai berikut yaitu :
a. Untuk membentuk narapidana agar menjadi manusia seutuhnya menyadari
kesalahan, dapat memperbaiki diri, mandiri dan tidak mengulangi tindak
pidana yang dilakukannya sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat aktif berperan serta dalam pembangunan dan dapat hidup
secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab.
b. Untuk memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan di
rumah tahanan negara dan cabang rumah tahanan dalam rangka
memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang
pengadilan.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
44
c. Untuk memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan atau para pihak
yang berperkara serta keselamatan dan keamanan benda- benda yang disita
untuk keperluan barang bukti pada tingkat penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan serta benda- benda yang dinyatakan
dirampas untuk negara berdasarkan keputusan pengadilan.
4. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai oleh lembaga pemasyarakatan yaitu :
a. Sasaran pembinaan dan pembimbingan narapidana adalah untuk
meningkatkan kualitas narapidana yang pada awalnya sebagian atau
seluruhnya dalam kondisi kurang, yaitu :
1) Kualitas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Kualitas intelektual
3) Kualitas sikap dan perilaku
4) Kualitas profesionalisme/ keterampilan
5) Kualitas kesehatan jasmani dan rohani.
b. Sasaran pelaksanaan dalam sistem pemasyarakatan pada dasarnya juga
merupakan situasi atau kondisi yang memungkinkan bagi terwujudnya
tujuan pemasyarakatan yang merupakan bagian dari upaya untuk
meningkatkan ketahanan sosial dan ketahanan nasional serta merupakan
indikator- indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tentang sejauh
mana hasil-hasil yang dicapai dalam pelaksanaan dari sistem
pemasyarakatan, yaitu :
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
45
1) Isi dari lembaga pemasyarakatan lebih rendah daripada kapasitas yang
ada.
2) Menurunnya secara bertahap dari tahun ke tahun angka pelarian dan
gangguan terhadap keamanan serta ketertiban.
3) Semakin menurunnya dari tahun ke tahun angka residivis.
4) Meningkatnya secara bertahap jumlah narapidana yang bebas sebelum
waktunya baik melalui pemberian remisi, proses asimilasi dan integrasi.
5) Semakin banyaknya jenis- jenis institusi yang sesuai dengan kebutuhan
berbagai jenis atau golongan narapidana.
6) Secara bertahap perbandingan antara banyaknya narapidana yang
bekerja pada bidang industri dan pemeliharaan adalah 70 berbanding 30.
7) Persentase antara kematian dan sakit sama dengan persentase di
masyarakat.
8) Biaya perawatan sama dengan kebutuhan minimal manusia pada
umumnya.
9) Lembaga pemasyarakatan dalam kondisi bersih dan terpelihara.
10) Semakin terwujudnya lingkungan pembinaan yang mengembangkan
proyeksi nilai- nilai masyarakat ke dalam lembaga pemasyarakatan dan
semakin berkurangnya nilai- nilai sub kultural penjara dan lembaga
pemasyarakatan.
Berdasarkan kajian teoritis mengenai peran lembaga pemasyarakatan dibentuk
berdasarkan adanya kebutuhan masyarakat. Priyatno menyatakan bahwa : “Fungsi
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
46
dan peran Lembaga Pemasyarakatan diatur dalam Sistem Pemasyarakatan yang
dianut di Indonesia diatur dalam Undang- Undang Nomor : 12 tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, hal ini merupakan pelaksanaan dari pidana penjara yang merupakan
perubahan ide secara yuridis filosofis dari sistem kepenjaraan menjadi sistem
pemasyarakatan (Petrus & Panjaitan, 2005).
Soekanto (2012) menyatakan bahwa lembaga kemasyarakatan bertujuan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada dasarnya memiliki beberapa
fungsi seperti yang diungkapkan. Adapun fungsi-fungsi tersebut adalah :
1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus
bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam
masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.
2. Menjaga keutuhan masyarakat.
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial (social control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat
terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
Sementara itu Poernomo (2006) mengemukakan bahwa Lapas memiliki
sepuluh (10) prinsip, yaitu:
1. Narapidana perlu diayomi dan diberi bekal hidup supaya menjalankan peranan
dalam masyarakat.
2. Penjatuhan pidana bukan sebagai balas dendam oleh negara.
3. Narapidana supaya bertobat, harus diberi bimbingan bukan penyiksaan.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
47
4. Negara tidak berhak membuat narapidana lebih buruk atau jahat dari sebelum
dijatuhi pidana.
5. Narapidana tidak boleh diasingkan dari masyarakat.
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana bukan sekedar pengisi waktu, tetapi
harus sesuatu pekerjaan yang terdapat dalam masyarakat.
7. Bimbingan dan pendidikan kepada narapidana berdasarkan Pancasila.
8. Narapidana sebagai orang tersesat adalah manusia yang tetap harus diperlakukan
sebagai manusia.
9. Pidana dinilai sebagai derita satu satunya, hanyalah hilang kemerdekaan
narapidana yang bersangkutan.
10. Sarana yang mendukung fungsi rehabilitasi, koreksi dan edukasi disediakan serta
dipupuk bagi narapidana.
2.3.3 Jenis Dan Klasifikasi Lembaga Permasyarakatan
Jenis pelayanan Lembaga Pemasyarakatan dibagi dengan memperhatikan
faktor usia dan jenis kelamin, yaitu :
1. Lembaga Pemasyarakatan Umum.
Untuk menampung narapidana pria dewasa yang berusia lebih dari 25 tahun.
2. Lembaga Pemasyarakatan Khusus
a. Lembaga Pemasyarakatan Wanita untuk menampung narapidana
Wanita dewasa yang berusia lebih dari 21 tahun atau sudah menikah.
b. Lembaga Pemasyarakatan Pemuda untuk menampung narapidana pemuda
yang berusia 18-25 tahun.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
48
c. Lembaga pemasyarakatan anak terdiri dari Lembaga Pemasyarakatan Anak
Pria dan Lembaga Pemasyarakatan Anak wanita.
Klasifikasi pada Lembaga Pemasyarakatan berdasarkan kapasitas, tempat
kedudukan dan kegiatan kerja.
1. Lembaga Pemasyarakatan Kelas I
Terletak di Ibukota Propinsi dengan kapasitas lebih dari 500 orang.
2. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Terletak di Kotamadya Kabupaten dengan kapasitas 250-500 orang.
3. Lembaga Pemasyarakatan kelas II B
Terletak di daerah setingkat Kabupaten, kapasitas kurang dari 250 orang.
2.4 Kebijakan Kepemimpinan Dalam Pemeliharaan Kondisi Lingkungan
Lapas
Hak untuk mendapatkan perawatan kesehatan merupakan standar
internasional hak asasi manusia yang penting. Hak ini tidak hilang meskipun
seseorang menjadi narapidana. Tanggungjawab untuk menjamin penghormatan atas
hak ini pindah ke Rumah Tahanan atau Lapas karena narapidana tidak bisa
melakukan semua ini secara mandiri (Nemberini, 2007)
Dalam Lembaga Pemasyarakatan kondisi sanitasi sangat penting diperhatikan
untuk menjaga kesehatan para narapidana. Kebersihan sanitasi lingkungan dalam
Rutan atau Lembaga Pemasyarakatan tidak terlepas dari gaya hidup narapidana.
Kebanyakan dari mereka masih kurang menganggap pentingnya kebersihan di
lingkungan tempat tinggalnya. Contoh kecilnya narapidana suka meludah
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
49
sembarangan. Banyak tahanan yang berasal dari gelandangan dan juga hidup di jalan,
gaya hidup mereka dibawa saat di Rutan atau Lembaga Pemasyarakatan, seperti
meludah dan membuang sampah di sembarang tempat. Pihak Lembaga
Pemasyarakatan sesungguhnya sudah menyediakan tempat membuang Ludah dan
sampah, namun hal itu tidak digubris oleh narapidana, tidak pedulinya narapidana
pada kebersihan berdampak pada kesehatan mereka. Salah satu kondisi sanitasi yang
buruk berakibat pada rentan terjadinya penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan
HIV, sehingga perlu adanya pemberian kesadaran bagi para narapidana untuk
membuang sampah dan meludah pada tempatnya. Sarana dan prasarana di dalam
Lembaga Pemasyarakatan seperti kamar mandi, tempat buang air dan tempat
bercukur juga perlu dijaga bersama oleh para narapidana penghuni Lembaga
Pemasyarakatan (www.news.detik.com, 2016)
Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) memberikan kepemimpinan bagi
petugas lapas. Merupakan tanggungjawab Kalapas untuk memberi contoh bagi
petugas lainnya. Pada kenyataan, mereka memberi panutan melalui sikap dan tingkah
laku mereka dan lapas tersebut sering kali merupakan cerminan diri Kalapas tersebut.
Apabila penjara kotor, itu karena Kalapas membiarkannya. Apabila petugas tidak
sopan, itu karena Kalapas membiarkannya. Apabila warga binaan pemasyarakatan
dianiaya, itu karena Kalapas membiarkannya.Tidak ada pihak lain manapun di lapas
(selain Kalapas) yang memiliki otoritas untuk memberlakukan kebijakan, prosedur
atau perubahan dalam pelaksanaan rutinitas. Kepemimpinan merupakan hal yang
amat penting dalam bagaimana petugas lapas bertindak. Pada saat bersamaan, setiap
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
50
anggota petugas harus memahami bahwa mereka juga merupakan pemimpin di mata
narapidana dan mereka juga memiliki tanggungjawab yang sama atas perilaku
mereka (Christian, 2012).
Semua narapidana harus menerima pemeriksaan medis ketika masuk ke lapas.
Penyakit kronis dan menular adalah yang terutama penting. Obat-obatan harus
tersedia bilamana diresepkan oleh dokter. Petugas lapas harus membantu agar semua
ini dapat berjalan dengan lancar. Petugas lapas perlu memahami apa yang dimaksud
dengan kontrol penyakit menular, dimana mereka harus dilatih dalam upaya
pencegahan penyakit menular. Ini adalah cara yang efektif untuk melindungi petugas,
rekan kerja mereka dan narapidana. Pencegahan ini diberlakukan agar semua cairan
tubuh seperti air liur, air seni, darah dan tinja yang mungkin dapat ditularkan akan
dapat dicegah. Mereka melakukan tindakan ini agar kekhawatiran khususnya akan
terjangkit atau tidaknya petugas dan narapidana di lapas. Perlakuan setiap orang
seakan-akan mereka telah tertular, termasuk nadapidana dan petugas lainnya di lapas
akan memperlakukan setiap cairan tubuh yang tertumpah seakan-akan itu menular,
dan karenanya desinfeksi harus dilakukan secepatnya, menggunakan desinfektan
yang telah disetujui dan efektif (Nemberini, 2007).
2.5 Kerangka Teori
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas maka kebijakan kepemimpinan
terdiri dari komunikasi sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi yang memiliki
keterakaitan dalam pemeliharaan kondisi lingkungan lembaga permasyarakatan
sebagaimana tampak pada gambar kerangka teori berikut ini :
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
51
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Minarno (2012)
2.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian dari tinjauan pustaka di atas, yang menjadi bahan untuk
dilakukan dalam penelitian pada variabel bebas yaitu kebijakan kepemimpinan hanya
meneliti tentang komunikasi dan sumber daya serta variabel terikat yaitu
pemeliharaan kondisi lingkungan LP seperti tampak pada gambar kerangka konsep di
bawah ini :
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan komunikasi dengan pemeliharaan kondisi lingkungan di LP Pulau
Simardan Tanjung Balai.
Pemeliharaan Kondisi
Lingkungan LP
Implementasi Kebijakan
Kepemimpinan
1. Komunikasi 2. Sumber Daya
Pemeliharaan Kondisi
Lingkungan LP
Implementasi Kebijakan
Kepemimpinan
1. Komunikasi 2. Sumber Daya 3. Disposisi 4. Struktur Birokrasi
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
52
2. Ada hubungan sumber daya manusia dengan pemeliharaan kondisi lingkungan di
LP Pulau Simardan Tanjung Balai.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA