38
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia sendiri, permasalahan akuntansi sosial memang bukanlah hal yang baru, para pakar akuntansi di Indonesia juga telah melakukan analisis dan studi tentang kemungkinan penerapan akuntansi sosial di Indonesia (Harahap, 1988); lihat juga Bambang Sudibyo (1988); Hadibroto (1988) dalam Arief Suadi (1988), hanya saja akuntansi sosial menjadi kurang popular karena kemungkinan perusahaan- perusahaan di Indonesia memanfaatkan laporan tahunan hanya sebagai laporan kepada shareholders dan stakeholders atau bagi calon investor (Muslim Utomo, 2000). Sebuah analisis yang dilakukan oleh bambang Sudibyo (1988) dalam Arief Suadi (1988) menyimpulkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi kendala sulitnya penerapan akuntansi sosial di Indonesia, yaitu (1) lemahnya tekanan sosial yang menghendaki pertanggungjawaban sosial perusahaan dan (2) rendahnya kesadaran perusahaan di Indonesia tentang pentingnya pertanggungjawaban sosial (www.resum.wordpress.com, 2011). 2.1.1 Pengertian Akuntansi Sosial Hadibroto (1988); Bambang Sudibyo (1988) dan para pakar akuntansi di Indonesia menggunakan istilah Akuntansi pertanggung jawaban sosial (APS) sebagai akuntansi yang memerlukan laporan mengenai terlaksananya pertanggungjawaban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akuntansi Sosial

Di Indonesia sendiri, permasalahan akuntansi sosial memang bukanlah hal

yang baru, para pakar akuntansi di Indonesia juga telah melakukan analisis dan studi

tentang kemungkinan penerapan akuntansi sosial di Indonesia (Harahap, 1988); lihat

juga Bambang Sudibyo (1988); Hadibroto (1988) dalam Arief Suadi (1988), hanya

saja akuntansi sosial menjadi kurang popular karena kemungkinan perusahaan-

perusahaan di Indonesia memanfaatkan laporan tahunan hanya sebagai laporan

kepada shareholders dan stakeholders atau bagi calon investor (Muslim Utomo,

2000). Sebuah analisis yang dilakukan oleh bambang Sudibyo (1988) dalam Arief

Suadi (1988) menyimpulkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi kendala sulitnya

penerapan akuntansi sosial di Indonesia, yaitu (1) lemahnya tekanan sosial yang

menghendaki pertanggungjawaban sosial perusahaan dan (2) rendahnya kesadaran

perusahaan di Indonesia tentang pentingnya pertanggungjawaban sosial

(www.resum.wordpress.com, 2011).

2.1.1 Pengertian Akuntansi Sosial

Hadibroto (1988); Bambang Sudibyo (1988) dan para pakar akuntansi di

Indonesia menggunakan istilah Akuntansi pertanggung jawaban sosial (APS) sebagai

akuntansi yang memerlukan laporan mengenai terlaksananya pertanggungjawaban

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

sosial perusahaan. Hendriksen (1994), menggambarkan akuntansi sosial

sebagai suatu pernyataan tujuan, serangkaian konsep sosial dan metode

pengukurannya, struktur pelaporan dan komunikasi informasi kepada pihak–pihak

yang berkepentingan. Pernyataan Hendriksen (1994) tersebut memberikan gambaran

tentang hubungan mendasar antara konsep akuntansi sosial dengan informasi yang

dihasilkan, sehingga secara kongkrit informasi tersebut dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan (www.resum.wordpress.com, 2011).

Berdasarkan beberapa uraian diatas, pada dasarnya definisi yang diberikan

oleh para pakar akuntansi mengenai akuntansi sosial memiliki karakteristik yang

sama, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ramanathan (1976) dalam Arief Suadi

(1988), yaitu Akuntansi sosial berkaitan erat dengan masalah : (1) Penilaian dampak

sosial dari kegiatan entitas bisnis, (2) mengukur kegiatan tersebut (3) melaporkan

tanggungjawab sosial perusahaan, dan (4) sistem informasi internal dan eksternal atas

penilaian terhadap sumber-sumber daya perusahaan dan dampaknya secara sosial

ekonomi (www.resum.wordpress.com, 2011).

2.1.2 Tujuan Akuntansi Sosial

Tanggungjawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan mendasari timbulnya

akuntansi sosial menurut Hendriksen (1994) adalah untuk memberikan informasi

yang memungkinkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap masyarakat dapat di

evaluasi. Ramanathan (1976) dalam Arief Suadi (1988) juga menguraikan tiga tujuan

dari akuntansi sosial yaitu : (1) mengidentifikasikan dan mengukur kontribusi sosial

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

neto periodik suatu perusahaan, yang meliputi bukan hanya manfaat dan biaya sosial

yang di internalisasikan keperusahaan, namun juga timbul dari eksternalitas yang

mempengaruhi segmen-segmen sosial yang berbeda, (2) membantu menentukan

apakah strategi dan praktik perusahaan yang secara langsung mempengaruhi

relatifitas sumberdaya dan status individu, masyarakat dan segmen-segmen sosial

adalah konsisten dengan prioritas sosial yang diberikan secara luas pada satu pihak

dan aspirasi individu pada pihak lain, (3) memberikan dengan cara yang optimal,

kepada semua kelompok sosial, informasi yang relevan tentang tujuan, kebijakan,

program, strategi dan kontribusi suatu perusahaan terhadap tujuan-tujuan sosial

perusahaan (www.resum.wordpress.com, 2011).

Berdasarkan tujuan akuntansi sosial yang diuraikan diatas dapat dipahami

bahwa akuntansi sosial berperan dalam menjalankan fungsinya sebagai bahasa bisnis

yang mengakomodasi masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh perusahaan,

sehingga pos-pos biaya sosial yang dikeluarkan kepada masyarakat dapat menunjang

operasional dan pencapaian tujuan jangka panjang perusahaan

(www.resum.wordpress.com, 2011).

2.2 Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Tanggungjawab sosial perusahaan merupakan konsep yang terus berkembang.

Hingga saat ini tanggungjawab sosial belum memiliki sebuah definisi standar maupun

seperangkat kriteria spesifik yang diakui secara penuh oleh pihak-pihak yang terlibat

didalamnya (Edi Suharto, 2010).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

Menurut Ali Darwin (2004) dalam Reni Retno Anggraini (2006) menyatakan

bahwa pertanggungjawaban sosial perusahaan atau tanggungjawab sosial adalah

mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian

terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan

stakeholders, yang melebihi tanggungjawab organisasi di bidang hukum.

Selain itu, International Organization for Standardization (ISO) 26000

mengenai Guidance on Social Responsibility juga memberikan definisi

tanggungjawab sosial. Meskipun baru sebatas draft, pedoman ini selalu dijadikan

rujukan. Menurut ISO 26000 dalam Edi Suharto (2010) adalah:

“Tanggungjawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan termasuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hokum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional; serta integrasi dengan organisasi secara menyeluruh.”

Pengertian tanggungjawab sosial juga terdapat dalam Undang-undang PT No.

40 tahun 2007 pasal satu butir tiga (2007) yang menyatakan bahwa:

“Tanggungjawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.”

Pengertian tanggungjawab sosial yang relatif mudah dipahami dan

diopersionalkan adalah dengan mengembangkan Triple Bottom Lines (profit, planet,

dan people) yang digagas John Elkington (1998), dia menegaskan bahwa perusahaan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan

memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan

masyarakat (people), hal tersebut memiliki tujuan agar tanggungjawab sosial harus

mampu meningkatkan laba perusahaan, menyejahterakan karyawan dan masyarakat,

serta meningkatkan kualitas lingkungan (Edi Suharto, 2010). Namun Edi Suharto

(2010) menambahkan satu konsep tambahan, yakni procedure. Dengan demikian,

tanggungjawab sosial merupakan kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian

keuntungan (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan

(planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan

profesioanl.

2.2.1 Pelaksanaan Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Menurut Norhadi (2011), tanggungjawab yang harus dimiliki perusahaan

terbagi menjadi empat konsep, yaitu:

1. Ethic responsibility, maksudnya perusahaan berkewajiban melakukan

aktivitas bisnis didasarkan etika bisnis yang sehat. Dalam konteks ini,

perusahaan tidak benar melakukan aktivitas yang menyimpang secara etika,

baik dilihat aspek norma bisnis, masyarakat, agama, budaya, lingkungan.

2. Legal responsibility, maksudnya perusahaan sebagai bagian dari masyarakat

yang lebih luas memiliki kepentingan untuk memenuhi aturan legal formal,

sebagaimana yang diisyaratkan oleh pemangku kekuasaan. Operasional

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

perusahaan juga hendaknya dilakukan sesuai dengan kaidah peraturan

perundang-undangan.

3. Economic responsibility, maksudnya secara ekonomi tanggungjawab

perusahaan adalah menghasilkan barang dan jasa kepada masyarakat dan

memberikan keuntungan kepada perusahaan. Dengan menghasilkan barang

dan jasa, maka perusahaan diharapkan memberikan pekerjaan yang produktif

terhadap masyarakat sekitarnya, menyumbangkan sebagian keuntungan dalam

bentuk pajak kepada masyarakat.

4. Citizenship responsibility, perusahaan bukan hanya bertanggungjawab

terhadap pemegang saham, namun juga bertanggungjawab terhadap

masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Keberadaan perusahaan bukan bersifat

independen terhadap lingkungan dan masyarakat, melainkan memiliki

ketergantungan dan membutuhkan lingkungan masyarakat yang lebih besar.

Dengan demikian, perusahaan harus melakukan tindakan tanggungjawab

sosial dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan operasionalnya.

Sedangkan menurut John Elkington (1998) dalam Sedoyono Hasibuan (2006)

menyatakan bahwa tanggungjawab sosial dibagi menjadi tiga komponen utama yang

dikenal dengan konsep triple bottom line, yaitu:

1. People, sebuah bisnis harus bertanggungjawab untuk memajukan dan

menyejehterakan sosial serta seluruh stakeholders. Hal ini bisa dibuktikan

dengan kegiatan kedermawanan yang dilakukan secara tulus untuk

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

membangun masyarakat dan sumberdaya manusi, seperti memberikan

beasiswa pendidikan dan pelayanan kesehatan.

2. Profit, perusahaan tidak boleh hanya memiliki keuntungan bagi organisasinya

saja tetapi harus dapat memberikan kemajuan ekonomi bagi para stakeholder.

Hal ini dapat dibuktikan dengan cara perusahaan terjun lanngsung ke

masyarakat untuk memperkuat ketahanan ekonomi, seperti pembinaan Usaha

Kecil Menengah (UKM), bantuan modal dan kredit serta pemberdayaan

tenaga lokal.

3. Planet, perusahaan harus dapat menggunakan sumberdaya alam dengan

sangat bertanggungjawab dan menjaga keadaan lingkungan serta memperkecil

jumlah limbah produksi. Hal ini bisa dibuktikan dengan cara penerapan proses

produksi yang besih, aman dan bertanggunjawab, contohnya seperti

pengelolaan limbah, penanaman pohon, dan kampanye lingkungan hidup.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

Tabel 2.1 The Triple Bottom Line of Corporate Social Responsibility

People Profit Planet

Definisi Sebuah bisnis

harus

bertanggungjawab

untuk memajukan

masyarakat sosial

serta seluruh

stakeholdersnya

Perusahaan tidak

boleh hanya

memiliki

keuntungan bagi

organisasinya saja

tetapi harus dapat

memberikan

kemajuan ekonomi

bagi para

stakeholdersnya

Perusahaan harus

dapat

menggunakan

sumberdaya alam

dengan sangat

bertanggungjawab

dan menjaga

keadaan

lingkungan serta

memperkecil

jumlah limbah

produksi

Jenis kegiatan Kegiatan

kederamawanan

yang dilakukan

secara tulus untuk

membangun

masyarakat dan

sumberdaya

manusia

Tindakan

perusahaan untuk

terjun langsung di

dalam masyarakat

untuk memperkuat

ketahanan

ekonomi

Penerapan proses

produksi yang

bersih, aman dan

bertanggungjawab

Contoh • Beasiswa

pendidikan

• Pelayanan

kesehatan

• Sumbangan

• Pembinaan

UKM

• Bantuan modal

dan kredit

• Pemberdayaan

• Pengelolaan

limbah

• Penanaman

pohon

• Kampanye

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

bencana alam tenaga lokal lingkungan

hidup

Sumber: Sedoyono Hasibuan (2006)

Menurut ISO 26000 dalam Achmad Daniri (2008) bahwa prinsip-prinsip

dasar tanggungjawab sosialyang menjadi dasar bagi pelaksanaan yang menjiwai atau

menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggungjawab sosial,

melliputi:

1. Kepatuhan kepada hukum

2. Menghormati instrumen atau badan-badan internasional

3. Menghormati stakeholders dan kepentingannya

4. Akuntabilitas

5. Transparansi

6. Perilaku yang beretika

7. Melakukan tindakan pencegahan

8. Menghormati dasar-dasar hak asasi manusia

2.2.2 Manfaat Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Menurut Edi Suharto (2010) jika dikelompokan terdapat empat manfaat

diterapkannya tanggungjawab sosial yang dapat diperoleh perusahaan, yaitu:

1. Brand Differentiation

Dalam persaingan pasar yang kian kompetitif, tanggungjawab sosial bisa

memberikan citra perusahaan yang khas, baik, dan etis dimata publik yang

pada gilirannya menciptakan customer loyalty.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

2. Human Resources

Program tanggungjawab sosial dapat membantu dalam perekrutan karyawan

baru, terutama yang memiliki kualifikasi tinggi.

3. Licences to Operate

Perusahaan yang menjalankan tanggungjawab sosial dapat mendorong

pemerintah dan publik memberi “izin” bisnis, karena dianggap telah

memenuhi standar operasi dan kepedulian terhadap lingkungan dan

masyarakat luas.

4. Risk Management

Manajemen resiko merupakan isu sentral bagi setiap perusahaan. Reputasi

perusahaan yang dibangun bertahun-tahun bisa runtuh dalam sekejap oleh

skandal korupsi, kecelakaan karyawan, atau kerusakan lingkungan.

Menurut Jalal (2010), tanggungjawab sosial dapat memberikan berbagai

manfaat potensial bagi organisasi, diantaranya:

1. Bisnis yang bertanggungjawab sosial (socially responsibility business)

dianggap sebagai satu-satunya cara berbisnis yang dapat diterima dimasa

mendatang

2. Bisnis dengan cara tersebut akan mendatangkan manfaat bagi pemagku

kepentingan dan menguntungkan perusahaan

3. Keuntungan perusahaan itu dating dari peningkatan produktivitas,

penghematan biaya produksi, peningkatan pemasaran produk, serta

peningkatan nilai saham

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

4. Bentuk-bentuk sumbangan berupa uang tunai semakin jarang perannya dalam

tanggungjawab sosial digantikan bentuk-bentuk yang lebih stratejik.

2.2.3 Pengungkapan tentang Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Menurut Mathews (1995) dalam Edi Rismanda Sembiring (2005) bahwa

pengungkapan tanggungjawab sosial atau yang sering disebut dengan social

disclosure, corporate social reporting, social accounting merupakan proses

pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi

terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara

keseluruhan, hal tersebut memperluas tanggungjawab perusahaan, diluar peran

tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal,

khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa

perusahaan mempunyai tanggungjawab yang lebih luas disbanding hanya mencari

laba untuk pemegang saham menurut Grey, dkk (1987) dalam Edi Rismanda

Sembiring (2005).

Menurut ACCA (2004) dalam Reni Retno Anggraini (2006) menerangkan

bahwa pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan dalam laporan yang

disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai

kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan

produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (Sustainability

Development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi,

lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi. Menurut Norhadi (2011)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

menyatakan bahwa laporan tanggungjawab sosial menjadi tidak terpisahkan dengan

laporan tahunan (annual report) yang dipertanggungjawabkan direksi.

Menurut Ali Darwin (2004), terdapat dua jenis pengunggkapan dalam

pelaporan keuangan yang telah ditetapkan oleh badan yang memiliki otoritas dipasar

modal, yaitu:

1. Mandatory disclosure atau pengungkapan wajib, yaitu informasi yang harus

diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal disuaru

negara.

2. Voluntary disclosure atau pengungkapan sukalera, yaitu pengungkapan yang

dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang

ada.

Menurut Edi Suharto (2010) untuk perusahaan yang mencatatkan sahamnya di

Bursa Efek Indonesia, pengungkapan kegiatan sosial seperti tanggungjawab sosial

telah diatur dalam peraturan Bapepam No. KEP-134/BI/2006 tanggal 7 Desember

2006 sebagai pengganti peraturan Bapepam No KEP-38/PM/1996. Peraturan

Bapepam tersebut diupayakan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang

kinerja menejemen kepada publik, sedangkan menurut Ali Darwin (2004)

pengungkapan sosial dalam tanggungjawab perusahaan sangat perlu dilakukan,

karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi

masyarakat disekitar perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber sosial.

Alasan perusahaan membuat laporan tanggungjawab sosial dan lingkungan antara

lain:

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

1. Untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan untuk menunjukan

adanya pertanggungjawaban dan keterbukaan

2. Bagi stakeholders, membangun kepercayaan dan memperkuat hubungan serta

komunikasi

3. Mengurangi resiko korporat dan melindungi nama baik (reputasi)

4. Analisa investasi bagi investor (social responsible investment)

5. Memicu penyempurnaan secara terus menerus dalam perusahaan

6. Menghasilkan daya saing yang tinggi dalam perolehn pinjaman, SDM,

pemasok, dan pelanggan

Global Reporting Intiative menekankan pentingnya enam prinsip yang perlu

diperhatikan dalam membuat pelaporan tanggungjawab sosial yang baik (Edi

Suharto, 2010), yaitu:

1. Accuracy, informasi harus lengkap dan cukup detail agar bisa dinilai oleh

pemangku kepentingan secara jelas, tepat dan akurat

2. Balance, mencermikan aspek-aspek positif dan negatif dari tanggungjawab

sosial yang dilakukan

3. Comparability, variable yang digunakan dan dilaporkan harus konsisten agar

dapat diperbandingkan antar waktu

4. Clarity, informasi harus tersedia dalam bentuk yang mudah dipahami dan bisa

diakses oleh pemangku kepentingan

5. Reliability, informasi dapat dipercaya berdasarkan cara atau metodologi yang

dapat dipertanggungjawabkan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

6. Timeliness, laporan tersedia tepat waktu bagi pemangku kepentingan dan

pihak-pihak lain yang memerlukan

Item pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan mengacu pada hasil

penelitian terdahulu, menurut hasil penelitian Hackston dan Milne (1996) dalam Edi

Rismanda Sembiring (2005), item-item pengungkapan tanggungjawab sosial

perusahaan dibagi kedalam tujuh kategori, yaitu: lingkungan, energi, kesehatan dan

keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan

umum, ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan. Berdasarkan

peraturan Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item

tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia, maka penyesuaian kemudian dilakukan.

Dua belas item dihapuskan karena kurang sesuai untuk diterapkan dengan kondisi di

Indonesia sehingga secara total tersisa 78 item pengungkapan. 78 item tersebut

kemudian disesuaikan kembali dengan masing-masing sektor industri sehingga item

pengungkapan yang diharapkan dari setiap sektor berbeda-beda.

Item-item pengungkapan tanggungjawab sosial menurut Edi Rismanda

Sembiring (2005), adalah sebagai berikut:

A. Lingkungan

Bidang ini meliputi aktifitas pengendalian pencemaran dan lingkungan hidup,

hal tersebut meliputi pengendalian terhadap kerusakan lingkungan, konversi

alam dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan. Item-itemnya

adalah:

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

1. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan

pengembangan untuk pengurangan polusi

2. Pernyataan yang menunjukan bahwa operasi perusahaan tidak

mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan

polusi memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi

3. Pernyataan yang menunjukan bahwa polusioperasi telah atau akan

dikurangi

4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan

sumber alam, misalnya reklamasi daratan atau reboisasi

5. Konversi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air

dan kertas

6. Penggunaan material daur ulang

7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang

dibuat perusahaan

8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan

9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memeperindah lingkungan

10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan bersejarah

11. Pengolahan limbah

12. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan

perusahaan

13. Perlindungan lingkungan hidup

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

B. Energi

Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi dalam

hubungannya operasi perusahaan dan penignkatan efisiensi terhadap produk

perusahaan, meliputi konservasi energi, efisiensi energi, dll. Itemnya adalah:

14. Menggunakan energy secara lebih efisien dalam kegiatan operasi

15. Memanfaatkan barang berkas untuk memproduksi energi

16. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang

17. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi

18. Peningkatan efisiensi energi dari produk

19. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk

20. Kebijakan energi perusahaan

C. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja

Bidang ini meliputi aktivitas dalam pelaksanaan kesehatan dan keselamatan

kerja dalam hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan

terhadap efisiensi pelaksanaan kegiatan perusahaan. Itemnya adalah:

21. Mengurangi polusi, iritasi atau resiko dalam lingkungan kerja

22. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau

mental

23. Statistik kecelakaan kerja

24. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja

25. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja

26. Menetapkan sutau komite keselamatan kerja

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

27. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja

28. Pelayanan kesehatan tenaga kerja

D. Lain-lain dengan Tenaga Kerja

Segala kegiatan lainnya yang berhubungan dengan tenaga kerja, itemnya

adalah:

29. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat

30. Presentase jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat

manajerial

31. Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan

32. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat

33. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja

34. Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan

35. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja

36. Bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses

mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan

37. Perencanaan kepemilikan rumah karyawan

38. Fasilitas untuk aktivitas rekreasi

39. Presentase gaji untuk pensiun

40. Kebijakan penggajian dalam perusahaan

41. Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan

42. Tingkatan menejerial yang ada

43. Disposisi astaff dimana staff ditempatkan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

44. Jumlah staff, masa kerja dan kelompk usia mereka

45. Statistik tenaga kerja, misalnya penjualan pertenaga kerja

46. Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut

47. Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja

48. Rencana pembagian keuntungan lain

49. Informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam

meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja

50. Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan

51. Laporan tenaga kerja yang terpisah

52. Hubunga perusahaan dengan sertifikat buruh

53. Gangguan dan aksi tenaga kerja

54. Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan

55. Kondisi kerja secara umum

56. Reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenag akerja

57. Statistik perputaran tenaga kerja

E. Produk

Meliputi keamanan, pengurangan polisu, dll. Itemnya adalah:

58. Pengembangan produk perusahaan termasuk pengemasan

59. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk

60. Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk

61. Produk memenuhi standar keselamatan

62. Membuat produk lebih aman untuk konsumen

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

63. Melaksanakan riset atau tingkat keselamatan produk perusahaan

64. Peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan

produk

65. Informasi dan keselamatan produk perusahaan

66. Informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan

67. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat

(ISO 9000)

F. Keterlibatan masyarakat

Meliputi segala kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan yang berhubungan

dengan masyarakat. Itemnya adalah:

68. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas

masyarakat, pendidikan dan tunai

69. Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar

70. Sebagai sponsor utnuk proyek kesehatan masyarakat

71. Membantu riset medis

72. Sponsor untuk konversi pendidikan, seminar atau pameran seni

73. Membiayai program beasiswa

74. Membuka fasilitas perumahan untuk masyarakat

75. Sponsor kampanye nasional

76. Mendukung pengembangan industry local

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

G. Umum

Meliputi kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan tanggungjawab sosial

perusahaan. Itemnya adalah:

77. Tujuan kebijakan pemisahan secara umum berkaitan dengan

tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat

78. Informasi berhubungan dengan tanggungjawab sosial perusahaan selain

yang disebutkan diatas

Pengukuran tingkat pengungkapan tanggungjawab pada annual report

dilakukan dengan metode content analysis. Metode content analysis merupakan

metode pengumpulan data melalui teknik observasi dari analisis terhadap isi atau

pesan dari suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang objektif dan

sistematik, seperti kategori isi, telaah, pemberian kode berdasarkan karakteristik

kejadian atau transaksi yang terdapat dalam dokumen (Nur Indriantoro dan Bambang

Supomo, 2002). Total CSRI adalah 78 item. Pendekatan untuk menghitung CSRI

pada dasarnya menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item tanggungjawab

sosial dalam instrument penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika

tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh

keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai

berikut (Yosefa Sayekti dan Ludovicus Sensi Wondabio, 2007):

CSRIj = Xij nj

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

Dimana:

CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index Perusahaan j

nj : Jumlah item untuk perusahaan j, nj < 78

Xij : Dummy variable; 1 = jika item i diungkapkan, 0 = jika item i tidak

diungkapkan

Menurut Ali Darwin (2004), tujuan dari pengungkapan tanggungjawab sosial

adalah:

1. Mengidentifikasi dan mengukur kontribusi sosial perusahaan tiap periode,

yang tidak hanya berupa internalisasi social cost dan social benefit, tetapi juga

pengaruh eksternalitas tersebut terhadap kelompok sosial yang berbeda

2. Membantu dan menentukan apakah strategi dan praktek perusahaan secara

langsung mempengaruhi sumber daya dan status kekuatan dari individu,

masyarakat, kelompok sosial dan generasi yang berkonsisten dengan prioritas

sosial disatu sisi dengan aspirasi individu dipihak lain

3. Menyediakan secara optimal mengenai informasi-informasi yang relevan

dengan unsur-unsur sosial dalam tujuan, kebijakan, program, kinerja dan

sumbangan perusahaan terhadap tujuan sosial

2.2.4 Peraturan Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Undang-undang tentang CSR di indonesia tertuang dalam UU PT No. 40

tahun 2007 pasal 74 ayat 1 yaitu perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya

dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

tanggungjawab social dan lingkungannya, pereseroan yang tidak melaksanakan

kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Peraturan lain yang menyentuh tanggungjawab sosial perusahaan adalah UU No.25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”Setiap

penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.”

Meskipun UU ini telah mengatur sanksi-sanksi secara terperinci terhadap badan

usaha atau usaha perseorangan yang mengabaikan tanggungjawab sosial pasal 16 ayat

d mengatakan setiap penanaman modal bertanggung jawab menjaga kelestarian

lingkungan. Artinya perusahaan penanaman modal berkewajiban memprogramkan

kegiatan tanggungjawab sosial sehingga dapat meningkatkan jaminan kelangsungan

aktivitas perusahaan karena adanya hubungan yang serasi dan saling ketergantungan

antara pengusaha dan masyarakat, dan Pasal 34, UU ini baru mampu menjangkau

investor asing dan belum mengatur secara tegas perihal tanggungjawab sosial bagi

perusahaan nasional.

Dengan dasar-dasar hukum mengenai tanggungjawab sosial maka parusahaan

tidak bisa memandang sebelah mata tentang tanggung jawabnya dalam

pengembangan masyarakat, selain kedaan masyarakat indonesia yang miskin dan

tidak secara cepat dapat ditanggulangi oleh pemerintah, maka perusahaan yang hasil

produksinya digunakan oleh masyarakat, harus memberikan kontribusi dalam

kesejahteraan masyarakat karena walaupun perusahaan sudah membayar kewajibanya

dalam bentuk membayar pajak, tidak jarang aliran dana yang dihasilkan dari pajak

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

tidak langsung diterima oleh masyarakat miskin, maka dari itu perusahaan dirasa

perlu mengembangkan tanggung jawab sosialnya dalam membantu masyarakat.

Selain itu masyarakat saat ini sudah mengetahui berbagai informasi dan kritis

terhadap hal-hal yang terjadi, maka dari itu masyarakat saat ini lebih cerdas, kritis dan

variatif dalam memilih barang yang akan dibelinya, meraka akan memperhatikan

image yang diciptakan oleh perusahaan tersebut, misalnya apakah perusahaan telah

berkontribusi positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, apakah

keberadaan perusahaan tidak menjadi bencana di tengah masyarakat baik jangka

pendek maupun jangka panjang. Dengan kritis konsumen juga selektif melihat apakah

suatu perusahaan tidak melakukan hal-hal tidak terpuji seperti perusakan lingkungan,

eksploitasi sumberdaya alam, manipulasi pajak dan penindasan terhadap hak-hak

buruh (www.csrindonesia.com).

2.3 Pelaporan Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Ketiadaan standar pada akhirnya menimbulkan intepretasi yang berbeda-

beda. Ini tentu bisa menjadi kontraproduktif dalam upaya menciptakan

pemahaman yang sama mengenai tanggungjawab sosial dan konsep

keberlanjutan dunia usaha. Adalah kenyataan bila kini masing-masing

perusahaan yang berbeda membuat laporan tanggungjawab sosial dalam format

yang tidak sama. Ini tentu saja akan menyulitkan pembaca laporan dalam

membuat analisis kinerja tanggungjawab sosial antar perusahaan yang satu

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

dengan yang lainnya. Prinsip komparabilitas sulit dilakukan apabila standar

pelaporan yang digunakan tidak sama (Wazli Darwin, 2010).

2.3.1 Sustainability Reporting

Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan dalam laporan yang

disebut sustainability reporting. Sustainability reporting adalah pelaporan mengenai

kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan

produknya didalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainability

development). Sustainability reporting meliputi pelaporna mengenai ekonomi,

lingkungan, dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi (ACCA, 2004 dalam

Reni Retno Anggraini, 2006).

Laporan keberlanjutan menurut Global Reporting Initiative (2006), adalah

sebagai berikut:

“laporan keberlanjutan adalah praktek pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkeberlanjutan kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal. Laporan keberlanjutan juga merupakan sinonim untuk menggambarkan laporan mengenai dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial.”

Ada tiga tipe standar pengungkapan menurut Global Reporting Initiative (

2006) yang harus dimasukkan dalam laporan keberlanjutan, yaitu:

1. Strategi dan profil

Pengungkapan yang membentuk keseluruhan konteks untuk dapat memahami

kinerja organisasi, seperti strategi yang dimiliki, profil, dan tata kelola

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

2. Pendekatan manajemen

Pengungkapan yang mencakup bagaimana sebuah organisasi menggunakan

topic tertentu untuk memberikan konteks dalam memahami kinerja pada

sebuah bidang spesifik tertentu

3. Indikator kerja

Indikator yang memberikan perbandingan informasi terkait kinerja ekonomi,

lingkungan, dan sosial organisasi

Laporan keberlanjutan yang disusun berdasarkan kerangka pelaporan

mengungkapkan keluaran dan hasil yang terjadi dalam suatu periode laporan tahunan

tertentu dalam konteks komitmen organisasi, strategi, dan pendekatan manajemennya.

Laporan keberlanjutan dapat digunakan untuk tujuan sebagai berikut (Global

Reporting Initiative, 2006):

1. Patok banding dan pengukuran kinerja keberlanjutan yang menghormati

hokum, norma, kode, standar kinerja, dan initiative sukarela

2. Menunjukan bagaimana organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

harapannya mengenai pembangunan berkelanjutan

3. Membandingkan kinerja dalam sebuah organisasi dan diantara berbagai

organisasi dalam waktu tertentu

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

2.3.2 Laporan Tahunan

Menurut Norhadi (2011) menyatakan bahwa laporan tanggungjawab sosial

menjadi tidak terpisahkan dengan laporan tahunan (annual report) yang

dipertanggungjawabkan direksi. Laporan tahunan merupakan laporan perkembangan

dan pencapaian yang berhasil diraih organisasi dalam setahun. Isi dari laporan

tahunan tersebut mencakup laporan keuangan dan prestasi akan kinerja organisasi

selama satu tahun (www.wikipedia.com).

Mengutip dari www.inventoryglossary.com, definisi annual report adalah

sebagai berikut:

“annual report is a document that the SEC requires all publicy, traded companies to provide to shareholders each fiscal year. The annual report contains a balance sheet, income summary and a detailed description of the companies business operations. The annual report also contains profections for the companies future performance.” Laporan tahunan di Bursa Efek Indonesia diatur oleh keputusan Ketua

Bapepam No. Kep-134/BL/2006 tentang Laporan Tahunan yang hanya mengikat bagi

perusahaan publik saja (www.bapepam.go.id). Bentuk dan isi laporan tahunan

menurut BAPEPAM-LK secara garis besar dibagi menjadi sepuluh bagian, yaitu:

1. Ketentuan umum, yang berisi peraturan fisik dan informasi yang wajib

disampaikan oleh emiten

2. Ikhtisar data keuangan yang penting, yaitu bagian dari laporan tahunan yang

berisi informasi perbandingan keuangan 5 tahun buku atau sejak memulai

usahanya jika perusahaan tersebut menjalankan kegiatan usahanya selama

kurang dari 5 tahun

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

3. Laporan Dewan Komisaris, sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai

berikut: penilaian terhadap kinerja direksi mengenai pengelolaan perusahaan,

pandangan atas prospek usaha perusahaan yang disusun oleh direksi; komite-

komite yang berada dibawah pengawasan dengan komisaris; dan perubahan

komposisi anggota dewan komisaris (jika ada), laporan manajemen, yang

berisi penjelasan umum dan penjelasa khusus mengenai perusahaan.

4. Laporan Direksi, sekurang-kurangnya memuat antara lain uraian singkat

mengenai kinerja perusahaan yang mencakup, antara lain kebijakan strategis,

perbandingan antara hasil yang dicapai dengan yang ditargetkan, dan kendala-

kendala yang dihadapi perusahaan, gambaran tentang prospek usaha;

penerapan tata kelola perusahaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan;

dan perubahan komposisi anggota direksi (jika ada).

5. Profil perusahaan, sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut: nama

dan alamat perusahaan; riwayat singkat perusahaan; bidang dan kegiatan

usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa yang dihasilkan; struktur

organisasi dalam bentuk badan; visi dan misi perusahaan; nama, jabatan, dan

riwayat hidup singkat anggota dewan komisaris; nama, jabatan dan riwayat

hidup anggota dewan direksi, jumlah karyawan dan deskripsi pengembangan

kompetensinya; uraian tentang nama pemegang saham dan presentase

kepemilikannya; nama anak perusahaan dan perusahaan asosiasi, presentase

kepemilikan saham, bidang usaha, dan status operasi perusahaan tersebut (jika

ada).

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

6. Analisis dan pembahasan umum oleh menejemen, yaitu bagian dari laporan

keuangan tahunan yang berisi uraian singkat yang membahas dan

menganalisis laporan keuangan dan informasi lain dengan penekanan pada

perubahan-perubahan material yang terjadi dalam periode laporan tahunan

terkahir atau sejak pernyataan pendaftaran diajukan.

7. Tata kelola perusahaan, laporan tahunan wajib memuat uraian singkat

mengenai penerapan tata kelola perusahaan yang telah dan akan dilaksanakan

oleh perusahaan dalam periode laporan tahunan terakhir.

8. Tanggungjawab direksi atas laporan keuangan, laporan tahunan wajib

membuat surat pernyataan direksi tentang tanggungjawab direksi atas laporan

keuangan

9. Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit, laporan tahunan wajib memuat

laporan keuangan tahunan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia dan Peraturan

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan di bidang akuntansi

serta wajib diaudit oleh akuntan yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar

Modal dan Lembaga Keuangan.

10. Tanda tangan anggota direksi dan anggota dewan komisaris, laporan tahunan

wajib ditandatangani oleh seluruh anggota direksi dan anggota dewan

komisaris yang sedang menjabat; tanda tangan dimaksud dituangkan pada

lembaran tersendiri dalam laporan tahunan dimana dalam lembaran dimaksud

wajib dicantumkan pernyataan bahwa direksi dan dewan komisaris

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

bertanggungjawab penuh atas kebenaran isi laporan tahunan; dalam hal

terdapat anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang tidak

menandatangani laporan tahunan, maka yang bersangkutan harus

menyebutkan alasannya secara tertulis dalam surat tersendiri yang diletakkan

pada laporan tahunan.

2.4 Profitabilitas Perusahaan

Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan

aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, profitabilitas

adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai laba.

Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005) dalam Muchlisin Riadi (2012) menyatakan

bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri. Dari definisi ini

terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicari adalah laba perusahaan.

2.4.1 Analisis Profitabilitas

Menurut Susan Irawati (2006), metode perhitungan profitabiliatas perusahaan

dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya:

1. Gross profit Margin, rumus yang digunakan adalah:

Gross Profit Margin = Net sales – COGS x 100% Net sales

2. Operating Ratio, rasio ini dapat dicari dengan rumus:

Operating Ration = COGS – Operating Cost x 100% Net Sales

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

3. Operating Profit Margin, rasio ini dapat dicari dengan rumus:

Operating Profit Margin = EBIT x 100% Net Sales

4. Net Profit Margin, rumus yang digunakan adalah: Net Profit Margin = Earning After Tax x 100%

Net Sales

5. Return on Asset, merupakan kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh

modal yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba operasi perusahaan.

Return on Assets = Earning Before Income Tax x 100% Total Assets

6. Return on Equity, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal

sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut.

Return on Equity = Earning After Tax x 100% Total Equity

7. Return on Invesment, merupakan suatu cara untuk mengukur seberapa banyak

laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki

perusahaan.

Return on Investment = Earning AfterTax x 100% Total Assets

8. Earning per share, rasio ini dapat dicari dengan rumus:

Earning per Share = Earning After Tax x 100% Outstanding share

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

Sedangkan menurut Marcus Myers Brealey (2006), ada beberapa cara untuk

mengukur profitabilitas perusahaan, yaitu:

1. Profit Margin, bertujuan untuk mengetahui proporsi pendapatan yang

berhubungan dengan laba

Profit Margin = Laba Bersih x 100% Penjualan

2. Return on Assets, bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan rasio

laba bersih terhadap total asset

Return on Assets = Laba Bersih + Bunga Rata-rata Total Assets

3. Return On Equity, tujuannya untuk mengukur profitabilitas yang memusatkan

pada pengembalian atas ekuitas pemegang saham

Return on Equity = Laba Bersih Rata-rata Euitas

4. Payout Ratio, tujuannya untuk mengukur proporsi laba yang dibayar sebagai

deviden

Payout Ratio = Deviden Laba

Selain itu Arief Sugiono, dkk (2009), menyatakan beberapa cara untuk

menghitung profitabilitas, diantaranya:

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

1. Gross Profit Margin, rasio ini menunjukan berapa besar keuntungan kotor

yang diperoleh dari penjualan produk

Gross Profit Margin = Laba Kotor Penjualan

2. Net Profit Margin, rasio ini menunjukan berapa besar keuntungan bersih yang

diperoleh perusahaan

Net Profit Margin = Laba Bersih Penjualan Bersih

3. Cash Flow Margin, adalah presentase aliran kas dari hasil operasi terhadap

penjualannya

Cash Flow Margin = Arus Kas hasil Operasi Penjualan

4. Return on Asset, rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas

seluruh asset yang ada

Return on Assets = Laba Bersih Total aktiva

5. Return on Equity, rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas

seluruh modal yang ada

Return on Equity = Laba Bersih Total Ekuitas

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

2.5 Pengaruh Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan terhadap

Profitabilitas

Menurut Edi Suharto (2010) menyatakan pendapat bahwa tujuan ekonomi dan

sosial adalah terpisah dan bertentangan merupakan pandangan yang keliru. Faktanya,

kemampuan perusahaan untuk dapat bersaing sangat bergantung pada keadaan lokasi

dimana perusahaan itu beroperasi. Selain itu menurut Yosefa Sayekti dan Ludovicus

Sensi Wondabio (2007) jika terjadi ketidakselarasan antara system nilai perusahaan

dan system nilai masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya, yang

selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan.

Achmad Daniri (2008) menyatakan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada

tanggungjawab yang berpijak pada single bottom line saja (nilai perusahaan), tetapi

kini tanggungjawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Disini,

bottom lines lainnya selain finansial adalah sosial dan lingkungan, karena kondisi

keuangan saja tidak cukup menjamin perusahaan tumbuh secara berkelanjutan.

Penerapan tanggungjawab sosial diperusahaan akan menciptakan iklim saling percaya

yang akan menaikan motivasi dan komitmen karyawan. Pihak konsumen, investor,

pemasok dan stakeholders yang lain juga telah terbukti lebih meningkatkan peluang

pasar dan keunggulan kompetitifnya. Dengan segala kelebihan itu, perusahaan yang

menerapkan tanggungjawab sosial akan menunjukan kinerja yang lebih baik serta

keuntungan (profitabilitas) perusahaan akan meningkat.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh penelitian terdahulu yang

menghasilkan kesimpulan mengenai pengaruh tanggungjawab sosial terdahap

profitabilitas perusahaan, yaitu terdapat pada table dibawah ini:

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

Tabel 2.2

Hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh corporate social

responsibility terhadap profitabilitas perusahaan

Nama Peneliti Hasil Penelitian

Marisa Yaparto, Diame Frisko, Rizki

Eriandani (2013).

Judul: Pengaruh Corporate Social

Responsibility terhadap Kinerja Keuangan

pada Sektor Manufaktur yang Terdapat

pada Bursa Efek Indonesia tahun 2010 -

2011

Hasil peneilitian menunjukan bahwa

corporate social responsibility tidak

memberikan pengaruh yang signifikan

antara terhadap semua rasio keuangan

yang digunakan.

Perbedaan:

a. Subjek penelitian oleh peneliti

terdahulu dilakukan di sektor

manufaktur, sedangkan pada

penelitian ini dilakukan di

perusahaan tambang batubara

b. Tahun penelitian oleh peneliti

terdahulu dilakukan tahun 2010-

2011, sedangkan pada penelitian ini

dilakukan tahun 2011-2013

c. Penilaian rasio profitabilitas yang

dilakukan oleh penelitian terdahulu

menggunakan ROA, ROE, dan EPS,

sedangkan penelitian ini

menggunakan ROE dan NPM

Dalam penelitian Samuel Ronaldi Marpaung (2010) menuliskan bahwa

manfaat yang diperoleh perusahaan dalam pelaksanaan tanggungjawab sosial antara

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

lain produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor.

Tanggungjawab sosial dapat digunakan sebagai alat marketing baru bagi perusahaan

bila itu dilaksanakan berkelanjutan. Dengan melaksanakan tanggungjawab sosial,

citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen semakin tinggi.

Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan

perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan

tanggungjawab sosial, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Goukasian dan Withney dalam

Elisabeth Inge Mawarani (2010) yang menganalisis kinerja keuangan dan operasional

perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dan etis. Kesimpulan dari

penelitian Goukasian dan Withney mengindikasikan bahwa perusahaan yang

mengeluarkan biaya untuk bertanggung jawab secara sosial dan etis tidak

menyebabkan trade-off (pertukarannya) negatif dan tetap dapat menampilkan kinerja

sebaik perusahaan lain yang tidak mengimplementasi tanggungjawab sosial. Selain

itu Tsoursoura dalam Elisabeth Inge Mawarni (2010) juga menemukan bahwa

tanggungjawab sosial berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Dari uraian diatas berikut ini kerangka pemikiran yang melandasi penelitian,

sebagai berikut:

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

Perusahaan

Undang-undang No 40 Tahun 2007

Laporan Tanggungjawab

Perusahaan

Akuntansi Sosial

Corporate Social Responsibility

Marketing

Investor

Menanamkan Modal

Kinerja

Perusahaan

Analisis Laporan Keuangan Perusahaan

Laporan Keuangan Perusahaan

Rasio-rasio Keuangan

Return on Equity Net Profit Margin

Profitabilitas Perusahaan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Sosial Di Indonesia

13

2.5.1 Hipotesis

Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2012), hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban

yang diberikan baru didasarkan teori.

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan sejauh mana

pengaruh penerapan tanggungjawab sosial terhadap tingkat profitabilitas perusahaan,

yaitu:

Ho : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan diterapkannya program

tanggungjawab sosial terhadap tingkat profitabilitas perusahaan.

H1 : terdapat pengaruh yang siginifikan dengan diterapkannya program

tanggungjawab sosial terhadap tingkat profitabilitas perusahaan.