22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekisting Menurut Stephens (1985), bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beban selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang cukup. Menurut Heinz Frick, Moediartianto (1977), menurut fungsinya dapat dibedakan antara bekisting untuk beton dan beton bertulang yang menampung dan membentuk beton ditempatnya, dan perancah yang manumpu bekisting dengan beton basah sampai dengan beton kering dan kuat. Menurut Trijeti (2011) bahan bekisting dapat dikatakan baik apabila memenuhi beberapa persyaratan, antara lain tidak bocor dan tidak menghisap air dalam campuran beton, harus mempunyai tekstur seperti yang ingin dihasilkan, kekuatan bekisting harus diperhatikan, dimensi sesuai dengan perencanaan. Ketelitian (presisi) ukuran (siku, lurus, dimensi tepat), kebersihan dalam bekisting diperiksa sebelum penuangan beton, mudah untuk penyetelan dan pembongkaran. Bekisting dibagi berdasarkan 3 jenis yaitu bekisting tradisional, bekisting setengah sistem dan bekisting sistem. 2.1.1 Bekisting Tradisional (Sederhana) Bekisting tradisional adalah bekisting yang menggunakan kayu ini dalam proses pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas bagian-bagian bekisting satu per satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi bekisting tradisional ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan, namun jika material kayu masih memungkinan untuk dipakai maka dapat digunakan kembali untuk bekisting pada elemen struktur yang lain. Digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bekisting

Menurut Stephens (1985), bekisting adalah cetakan sementara yang

digunakan untuk menahan beban selama beton dituang dan dibentuk sesuai

dengan bentuk yang diinginkan. Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan

sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah

mencapai kekuatan yang cukup.

Menurut Heinz Frick, Moediartianto (1977), menurut fungsinya dapat

dibedakan antara bekisting untuk beton dan beton bertulang yang menampung dan

membentuk beton ditempatnya, dan perancah yang manumpu bekisting dengan

beton basah sampai dengan beton kering dan kuat.

Menurut Trijeti (2011) bahan bekisting dapat dikatakan baik apabila

memenuhi beberapa persyaratan, antara lain tidak bocor dan tidak menghisap air

dalam campuran beton, harus mempunyai tekstur seperti yang ingin dihasilkan,

kekuatan bekisting harus diperhatikan, dimensi sesuai dengan perencanaan.

Ketelitian (presisi) ukuran (siku, lurus, dimensi tepat), kebersihan dalam bekisting

diperiksa sebelum penuangan beton, mudah untuk penyetelan dan pembongkaran.

Bekisting dibagi berdasarkan 3 jenis yaitu bekisting tradisional, bekisting

setengah sistem dan bekisting sistem.

2.1.1 Bekisting Tradisional (Sederhana)

Bekisting tradisional adalah bekisting yang menggunakan kayu ini dalam

proses pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan

dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas bagian-bagian

bekisting satu per satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi

bekisting tradisional ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan,

namun jika material kayu masih memungkinan untuk dipakai maka dapat

digunakan kembali untuk bekisting pada elemen struktur yang lain. Digunakan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

6

hanya beberapa kali saja, untuk bentuk-bentuk yang rumit harus banyak diadakan

penggergajian.

2.1.2 Bekisting Setengah Sistem (Semi Sistem)

Bekisting semi sistem yang terbuat dari plat baja atau besi hollow mulai

direncanakan karena kekurangan yang terdapat pada bekisting sistem

konvensional. Untuk satu unit bekisting semi sistem ini material yang digunakan

jauh lebih awet dan tahan lama dari bekisting konvensional, sehingga dapat

digunakan seterusnya sampai pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai selesai

pelaksanaan, bekisting semi sistem ini menjadi jauh lebih murah. Keunggulan

bekisting semi sistem adalah tahan lama dan lebih murah. Kekurangan bekisting

semi sistem adalah memerlukan area untuk pabrikasi bekisting.

2.1.3 Bekisting Sistem

Bekisting sistem adalah bekisting yang mengalami perkembangan lebih

lanjut kesebuah bekisting universal yang dengan segala kemungkinanya dapat di

gunakan pada berbagai macam bangunan dan elemen bekisting yang dibuat di

pabrik, pelaksanaan bekisting sistem lebih cepat dibandingkan dengan bekisting

konvesional dan semi sistem karena komponen-komponen sudah ada ukuran.

Bekisting sistem dimaksudkan untuk penggunaan berulang kali. Tipe bekisting ini

dapat digunakan untuk sejumlah pekerjaan. Bekisting sistem dapat pula disewa

dari penyalur alat-alat bekisting.

2.2 Bekisting Konvensional

Bekisting konvensional adalah bekisting yang setiap kali setelah dilepas

dan dibongkar menjadi bagian-bagian dasar, dapat disusun kembali menjadi

sebuah bentuk lain. Pada umumnya bekisting konvensional terdiri dari kayu papan

atau material balok, sedangkan konstruksi penopang disusun dari kayu balok

(pada lantai). Bekisting konvensional ini memungkinkan pemberian setiap bentuk

yang diinginkan pada kerja beton.

Keunggulan bekisting konvensional adalah:

1. Materialnya mudah dicari.

2. Biaya untuk pengadaan terbilang murah,urah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

7

3. Dapat digunakan untuk berbagai bentuk struktur bangunan

4. Desain fleksibel, pada saat pelaksanaan di lapangan desain bekisting kayu

dapat dirubah

Kekurangan bekisting konvensional adalah:

1. Banyak menghasilkan sampah kayu dan paku.

2. Sering terjadi kesalahan pada sambungan kepala kolom

3. Durabilitas rendah, hanya dapat digunakan berulang sebanyak 2-3 kali

4. Kecepatan bongkar pasang rendah, pemasangan hingga pembongkaran

bekisting kayu memerlukan waktu yang lama

5. Non-repairable, bekisting kayu yang rusak tidak dapat direparasi dengan

sempurna

6. Non-Recycleable, bekisting kayu tidak dapat dialih fungsikan ketika sudah

tidak berguna

2.2.1 Material Penyusun

Bekisting Konvensional terdiri dari beberapa material penyusun,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kayu

Menurut Clark (1983), tidak ada jenis material yang lebih luas

penggunaannya dibandingkan dengan kayu dalam pembuatan bekisting dan

perkuatannya. Kayu memiliki sifat tidak mahal, kuat, fleksibel, serba guna, tahan

lama, ringan, dan mudah pengerjaannya.

Penggunaan kayu sebagai material bekisting diatur ketentuan dan

persyaratannya dalam Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI). Dalam PKKI

ini jenis kayu diklasifikasikan berdasarkan berat jenis, kekuatan lentur serta

kekuatan tekan mutlaknya menjadi 5 (lima) kelas (PKKI, 1961). Klasifikasi kayu

di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Klasifikasi Kayu di Indonesia (PKKI, 1961)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

8

No. Kelas

Kuat

Berat jenis

kering udara

(gr/cm3)

Kuat lentur

mutlak

(kg/cm2)

Kuat tekan

mutlak

(kg/cm2)

1 I >0,9 >1100 >650

2 II 0,90 – 0,60 1100 – 725 650 – 425

3 III 0,60 – 0,40 725 – 500 425 – 300

4 IV 0,40 – 0,30 500 – 360 300 – 215

5 V <0,30 <360 <215

2. Multiplek

Menurut Wigbout (1987), tripleks terdiri sejumlah lapisan kayu finer yang

direkatkan bersilang satu di atas yang lain. Pada umumnya lapisan-lapisan finer

dikupas dari sebatang kayu bulat; finer yang ditusuk akan memperlihatkan

retakan-retakan kecil di permukaannya.

Ketebalan satu lapisan finer berkisar antara 1,5 – 2,5 hingga 3 mm. Jenis

lem yang digunakan untuk merekatkan lapisan finer-finer tersebut harus tahan

terhadap iklim luar selama suatu jangka waktu yang terbatas dan terhadap

pencemaran oleh organisme mikro.

2.2.2 Material Penopang (Perancah) dan Pemikul

Menurut Wigbout (1987), tuntutan-tuntutan terpenting yang diharapkan

dari suatu penopang dalam suatu konstruksi bekisting adalah:

1. Dengan bobot yang ringan harus dapat dan mampu untuk memindahkan

beban-beban yang relatif berat.

2. Tahan terhadap bantingan.

3. Pemasangan dan penyetelan dengan cara yang sederhana.

4. Sesedikit mungkin komponen-komponen lepas.

5. Mudah dikontrol.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

9

6. Dapat dipakai berulang-ulang.

Kayu sudah digunakan sejak dahulu sebagai alat penopang pada bekisting.

Tetapi dalam tahun-tahun terakhir ini penggunaannya semakin berkurang. Karena

muncul berbagai material yang tidak memerlukan terlampau banyak penanganan

namun dengan kemungkinan penyetelan yang sangat luas.

2.3 Bekisting Kumkang Alumunium

Produk alform kumkang ini berasal dari Korea Selatan yang material

utamanya menggunakan aluminium dalam bentuk puzzle yang disusun

membentuk suatu kesatuan struktur bekisting. Panel aluminium ini dirancang

sebelumnya sesuai dengan perencanaan arsitektur agar tampak dari gedung

langsung jadi dengan beton yang dibentuk menjadi satu kesatuan dari kolom,

balok, tangga, penutup jendela, fasad, bagian melengkung, dan fitur dekoratif

rumit lainnya. Tidak seperti sistem lain yang ada, alform Kumkang ini ringan dan

cocok untuk semua jenis bangunan tanpa harus bergantung pada akat berat.

Biasanya satu set peralatan bekisting dengan sistem ini akan terdiri dari beberapa

ribu bagian potongan aluminium yang akan dihubungkan bersama-sama dan

mengahasilkan cetakan untuk beton.

Bekisting ini memiliki beberapa panel standar yang biasanya digunakan

dalam pelaksanaan konstruksi gedung. Berikut penjabaran beberapa jenis panel

standar yang digunakan pada konstruksi bekisting aluminium.

2.3.1 Kelebihan Bekisting Alumunium

1. Durable, bekisting aluminium dapat digunakan 150 kali. Meskipun

bekisting kumkang aluminium ini harganya mahal tetapi Karena

pemakaiannya yang dapat digunakan berulang, dapat menjadi investasi

untuk proyek proyek selanjutnya yang akan dijalani.

2. Speed, Bekisting aluminium memiliki waktu pemasangan yang cepat.

Dapat dilihat dari floor to floor yang telah dicapai yaitu lima hari.

3. Green Concept, bekisting kayu dapat di daur ulang menjadi bekisting baru

atau pun hal bermanfaat lainnya. Dan juga ramah lingkungan karena tidak

banyak pohon yang ditebang untuk penggunaan bekisting sehingga

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

10

mendukung penghijauan di bumi. Selain pemakaian kayu yang semakin

berkurang dalam proyek, keunggulan lainnya adalah sampah kayu yang

dihasilkanpun ikut berkurang

4. Quality, Kualitas beton yang dihasilakan juga sangat baik dapat dilihat

pada gambar gambar berikut.

2.3.2 Kekurangan Bekisting Alumunium

1. Fixed, Desain bekisting harus fix dan tidak dapat diganti selama proses

pengerjaan

2. Expensive, Bekisting aluminium relatif mahal

3. Import, Bekisting aluminium harus dipesan jauh hari, karena dikirim

langsung dari korea

4. Noisy, Bekisting alumunium menimbulkan suara yang bising saat dilakukan pemasangan.

2.3.3 Peralatan dan Material Pekerjaan Bekisting Metode Alform

Peralatan dan material yang digunakan pada pelaksanaan pekerjaan acuan

dan perancah mencakup tahap pabrikasi dan pemasangan. Peralatan dan material

tersebut adalah seperti pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Peralatan dan Bahan Pekerjaan Acuan dan Perancah kumkang

No Nama Gambar Keterangan

2 Flat Ties

Flat tie digunakan untuk

menghubungkan panel

dinding ke sisi yang

berlawanan dari panel dinding

4 Aluminium

Bracket

pemasangan bracket

aluminium pada dinding

formwork sebagai dudukan

hollow (square pipe)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

11

5 Square Pipe

(hollow)

hollow (square pipe)

berfungsi untuk menopang

dorongan beton pada

bekisting pada saat

pengecoran

6 Prop

(shoring)

Digunakan untuk penahan

bekisting baik secara vertical

maupun dijadikan sebagai

bracing untuk menahan

tekanan beton saat dilakukan

pengecoran

7 Wall Panel

8 Slab Panel

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

12

9 Beam Bottom

Slab Panel

10 Slab Corner

Merupakan bagian

pertemukan antara panel

horizontal dan panel vertical

dengan ukuran 15 cm.

11 Slab Incorner

Adalah bagian pertemuan

antara pelat dan dinging

bagian dalam yang ukurannya

variatif berdasarkan sedain

kuno setiap proyek.

12 Slab

outcorner

Adalah bagian pertemuan

antara pelat dan dinging

bagian luar yang ukurannya

variatif berdasarkan sedain

kuno setiap proyek.

13 Prop Head

(PH)

Daerah kepala shoring dan

bekisting ini dengan bantuian

pipe support yang memiliki

tinggi maksimum 4 meter,

prophead sediri mempunyai

ukuran 15x30 cm.

14 Middle Beam

(MB)

Sambungan antara prophead

yang digunakan sebagai

tumpuan pelat dengan lebar

maksimum sama dengan

prophead yaitu 15 cm.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

13

15 End Beam

(EB)

Sambungan antara prophead

yang digunakan sebagai

tumpuan pelat dengan lebar

maksimum sama dengan

prophead yaitu 15 cm.

16 Join Bar

Penyambung antara prophead

dengan middle beam atau end

beam.

17 Special Prop

Head

Jenis prophead yang

digunakan untuk kasus kasus

yang segkaligus bias langsung

menyambungkan antara

middle beam atau end beam.

18 AL-(A/G)

Realease

Bagian yang berfungsi untuk

menyambungkan antar panel

didaerah sudut dengan ukuran

6.35x6.35 cm.

19

Wedge &

Round pin or

long pin

Merupakan aksesoris

sambungan antara dua panel

dinding atau pelat sedangkan

longpin adalah aksesoris antar

prophead dan middle beam

atau end beam.

20 PVC Sleeve

Sebagai kekangan lateral

pada bekisiting sebagai

pengganti support horizontal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

14

21 Pipe Support

2.4 Siklus Pekerjaan Bekisting

Pelaksanaan bekisting merupakan bagian dari suatu konstruksi dan

beberapa terminology dalam pekerjaan beton dan bekisting. Proses penyediaan

bekisting dan beton merupakan hal yang sangat dibutuhkan.

Siklus dari bekisting dimulai pada pemilihan metode bekisting. Aktivitas

siklus bekisting dapat digambarkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1).

Fabrikasi bekisting, (2). Pemasangan, (3) Pembongkaran. Sedangkan pada fungsi

dan siklus pekerjaan beton untuk menyediakan kebutuhan kekuatan, durabilitas

dan bentuk permukaan maka di tampilkan gambar integrasi antara siklus

pekerjaan bekisting dan pekerjaan beton.

Fabrikasi

Bekisting

Pemilihan

Sistem

Bekisting

Pasang

Bekisting

Cor

Bahan

Tambah

Beton

Pemasangan

Reshoring

Pembongkaran

Reshoring

Perbaikan &

pemasangan

kembali

Pemasangan

Tulangan

Penempatan

Beton

Cure Beton

Finishing Beton

Pengerasan

Beton

Gambar 2. 1 Integrasi antara Siklus Pekerjaan Bekisting dengan Pekerjaan beton

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

15

2.4.1 Pemilihan Metode Bekisting

Pemilihan metode/sistem bekisting yang akan digunakan merupakan hal

yang penting dalam tahap perencanaan. Hal ini dikarenakan pekerjaan bekisting

hanya sebuah kontruksi sementara. Penggunaan berulang material bekisting

ditujukan untuk memperoleh biaya yang ekonomis. Pemilihan motode ini sangat

memperhatian detail pengerjaan dilapangan seperti ketersedian komponen untuk

sistem bekisting tersebut juga ketersediaan alat untuk mendistribusikannya.

Pemilihan sistem juga termasuk pemilihan aksesori, dan bracing. Ada beberapa

bentuk sistem yang dipakai dalam konstruksi struktur beton bertulang. Sebagai

contoh, sistem bekisting konvensional, semi sistem, dan juga sistem/modern

seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sistem konvensional masih merupakan

sistem yang biasa digunakan pada pekerjaan konstruksi. Karena sistem ini dapat

disesuaikan dengan segala bentuk dan ukuran struktur. Walaupun sistem

konvensional ini menghasilkan biaya yang tinggi akan material dan tenaga

kerjanya.

2.4.2 Fabrikasi Bekisting

Langkah kedua dari siklus bekisting adalah fabrikasi bekisting. Fabrikasi

bekisting ini di fungsikan untuk mendesain, merangkai atau menyusun komponen-

komponen yang ada pada bekisting sehingga bisa sesuai dengan keadaan di

lapangan. Kegiatan ini termasuk penerimaan material bekisting, pemotongan dan

penempatan material menurut tipe dan ukuran, pemasangan bagian-bagian sesuai

bentuk dan ukuran yang diminta, penempatan bekisting dekat dengan alat angkat.

Pihak kontraktor pelaksana juga harus memilih area fabrikasi pada lokasi kerja

guna dapat memenuhi kebutuhan akan mobilisasi alat dan material bekisting pada

pelaksanan pekerjaan. Proses fabrikasi bekisting alumunium atau (kumkang)

dimulai dari pendatangan material alumunium dari tempat proses peleburan atau

dari tempat penghasil bahan mentah alumunium (raw material warheousing).

Selanjutnya proses fabrikasi seperti Gambar 2.2.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

16

Gambar 2.2 Proses fabrikasi kumkang aluminium formwork

2.4.3 Pemasangan Bekisting dan Pengecoran

Pemasangan bekisting meliputi, yang pertama adalah pekerjaan persiapan.

Pada pekerjaan persiapan terdiri dari persiapan dan adimistrasi, marking, minyak

bekisting. Selanjutanya adalah pemasangan besi vertical, besi vertikal (kolom dan

dinding) dipasang terlebih dahulu. Lalu pemasangan bekisting, pemasangan

bekisting dimulai dari pemasangan bekisting vertikal (kolom dan dinding),

Opening dan pemasangan prop unruk shoring, pengecekan Verticality , dan yang

terakhir adalah pemasangan Bracket dan Hollow.

Selanjutnya pemasangan bekisting balok dan slab dan pemasangan

tulangannya. Dilanjutkan dengan pengecoran dan yang terakhir pembongkaran

bekisting. Pemasangan bekisting juga meliputi metode distribusi bekistng dengan

menggunakan alat, contohnya pada metode konvensional biasanya digunakan

tower crane/mini crane, tetapi pada metode kumkang aluminium ini tidak

menggunakan alat melainkan didistribusikan langsung melalui lubang shaf dari

lantai bawah ke lantai selanjutnya.

2.4.4. Penambahan Perkuatan Bekisting

Bekisting haruslah cukup kuat menahan tegangan awal atau lendutan

akibat berat sendiri serta akibat beban tambahan lainnya. Selama pekerjaan

pengecoran, perkuatan bekisting harus tetap dipertahankan dengan melakukan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

17

penambahan-penambahan elemennya selama proses tersebut. Pembongkaran pada

bekisting beton hanya boleh dilakukan apabila beton telah mencapai 70%

kekuatan rencananya.

2.4.4.1 Reshoring

Reshoring adalah proses penyediaan penyangga vertikal sementara untuk

penambahan elemen struktur yang belum mencapai kekuatan penuh

rancangannya. Juga menambahkan perkuatan pada elemen struktur setelah

penyangga awalnya dipindahkan atau dibongkar. Dalam konstruksi bangunan

beton khususnya gedung yang bertingkat, beton segar ditempatkan pada bekisting

yang sementara disupport dengan sistem shoring dan re-shoring sampai beton

memiliki kemampuan untuk menahan beban sendiri. Beban konstruksi, yang

ditopang oleh sistem shoring dan re-shoring ini, mungkin lebih besar dari beban

desain. Selain itu, beton belum cukup memiliki kekuatan sebelum beban

konstruksi diterapkan. Untuk mengurangi dan mendistribusikan beban konstruksi

besar di lantai tepat di bawah, ke beberapa lantai yang lebih rendah, penting untuk

menambahkan reshores pada tingkat yang lebih rendah. Karena itu, harus

dilakukan sebelum operasi shoring/reshoring dimulai. Kegagalan dan kegagalan

bekisting disebabkan oleh pembentukan atau dukungan yang tidak benar dari

penahan lateral yang tidak memadai, berdampak kepada konstruksi beton yang

dihasilkan. Pengangkatan awal shoring dan re-shoring dapat berkontribusi pada

kegagalan konstruksi atau cacat seperti defleksi permanen (kendur) atau retak

pada struktur yang telah selesai

2.4.5 Perbaikan dan Penggunaan Kembali Bekisting

Setelah pembongkaran bekisting, biasanya harus ada langkah perbaikan

akibat pemasangan pembongkaran sebelumnya. Langkah ini dilakukan agar

bekisting dapat dipakai kembali untuk pekerjaan selanjutnya. Namun meskipun

dilakukan langkah berbaikan pada bekisting yang telah dipakai, tetap ada

pengurangan kekuatan pada bekiting tersebut sehingga bekisting memiliki batas

pengulangan penggunaan. Bekisting konvensional biasanya digunakan dengan

pengulangan 2-3 kali pemakaian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

18

2.5 Siklus Konstruksi Tipikal

Dalam siklus konstruksi khas untuk bangunan beton bertingkat multistruktur di

mana shoring/reshore digunakan, ada empat fase konstruksi:

Tahap 1 — Pemasangan shoring dan bekisting diikuti dengan pengecoran

pelat lantai;

Tahap 2 — Pengangkatan shoring dan bekisting memungkinkan pelat

untuk deflect dan membawa beratnya sendiri;

Fase 3 — Pelepasan shoring reshor pada tingkat interkoneksi terendah;

dan

Fase 4 - Penempatan reshoring.Reshoring ditempatkan pas tanpa awalnya

membawa beban apapun.

Jika hanya shoring yang digunakan, maka fase ketiga dan keempat dihilangkan.

Contoh berikut dari satu tingkat shoring dan dua tingkat reshores dalam struktur

three-bay sederhana bertingkat menggambarkan empat fase di atas.

Gambar 2.3 (a) menunjukkan Tahap 1, ketika lantai (n + 4) sedang dicetak. Bobot

beton segar dan bekisting bersama dengan beban hidup konstruksi 50 lb / ft 2 (2,4

kPa) atau 75 lb / ft (3,6 kPa) didistribusikan di antara lempengan yang saling

terhubung (n + 1), (n + 2), dan (n + 3) melalui sistem shoring / reshoring.

Gambar 2.3 (b) menunjukkan Tahap 2 ketika pelat telah mengeras dan beban

hidup konstruksi hilang. Shoring dipindahkan dari lantai (n + 3) dan sisa beban di

Shoring ini didistribusikan ke lempengan di atas.

Gambar 2.3 (c) menunjukkan penghilangan reshores dari (n + 1) floor, Phase 3.

Setiap beban dalam reshores dihilangkan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

19

Gambar 2. 3 Shoring/reshoring of concerete multistory building

dari slab terendah (n + 1) di mana beban ini didukung dan didistribusikan ke

lempengan di atas.

Gambar 2.3 (d) menunjukkan instalasi dari reshores pada (n + 3) floor, Phase 4.

Selama Tahap 3 dan 4, tidak ada gangguan struktural ke lantai di atas karena

reshores diasumsikan menjadi relatif bebas-beban saat pemasangan. Sedangkan

contoh ini menggunakan dua level reshoring, masing-masing struktur dan situasi

khusus pekerjaan harus dievaluasi secara individual. Bergantung pada kekhususan

kapasitas struktur dan urutan konstruksi yang direncanakan, mungkin lebih

banyak atau lebih sedikit tingkat reshoring.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

20

2.6 Depresiasi

Pada setiap barang mempunyai umur pemakaian yang nilainya semakin

berkurang setelah beberapa kali pemakaian. Nilai barang ini semakin berkurang

akibat pemakaian sehingga terjadi penyusutan dari nilai awal barang tersebut.

Penyusutan ini disebut depresiasi yang besarnya diambil dari jumlah pemakaian

dari waktu ke waktu.

Untuk menghitung biaya penyusutan per periode, diperlukan data sebagai berikut:

1. Nilai/harga awal barang tersebut

2. Umur ekonomis atau jumlah pemakaian barang tersebut

3. Nilai residu (nilai sisa), yaitu estimasi nilai sekarang yang dihitung dari

nilai harga awal dikurangi nilai depresiasi. Contoh nilai awal panel W 400

x 2900 dengan nilai awal sebesar Rp 15.144.960,00. Pemakaian barang tersebut

adalah 28 kali pakai sehingga didapatkan nilai depresiasi setelah 28 kali

pemakaian sebesar Rp 2.827.059,20, dimana dalam satu kali pemakaian nilai

depresiasi sebesar Rp 100.966,04. Nilai sisa dari barang panel W 400 x 2900

adalah Rp 15.144.960,00 - Rp 2.827.059,20 = Rp 12.317.900,80

2.7 Produktivitas

Definisi produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran

pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut (L.

Greenberg).

2.7.1 Faktor Produktivitas

Menurut muchdarsyah (1992), definisi produktivitas adalah interaksi

antara tiga faktor mendasar, yaitu: investasi, manajemen, dan tenaga kerja.

1. Investasi

Komponen pokok dari investasi ialah modal, karena modal merupakan

landasan gerak suatu usaha, namun modal saja tidaklah cukup, untuk itu harus

ditambahkan dengan komponen teknologi. Untuk berkembang menjadi bangsa

yang maju kita harus dapat menguasai teknologi yang memberi dukungan kepada

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

21

kemajuan pembangunan nasional, ditingkat mikro tentunya teknologi yang

mampu mendukung kemajuan usaha atau perusahaan.

2. Manajemen

Kelompok manajemen dalam organisasi bertugas pokok menggerakkan

orang-orang lain untuk bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan tercapai dengan

baik. Hal-hal yang kita hadapi dalam manajemen, terutama dalam organisasi

modern, ialah semakin cepatnya cara kerja sebagai pengaruh langsung dari

kemajuan-kemajuan yang diperoleh dalam bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi yang mempengaruhi seluruh aspek organisasi seperti proses produksi,

distribusi, pemasaran, dan lain-lain. Kemajuan teknologi yang berjalan cepat

harus diimbangi dengan proses yang terus-menerus melalui pengembangan

sumber data manusia, yakni melalui pendidikan dan pengembangan. Dari

pendidikan, latihan dan pengembangan tersebut maka antara lain akan

menghasilkan tenaga skill yang menguasai aspek-aspek teknis dan aspek-aspek

manajerial.

3. Tenaga Kerja

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan faktor-faktor tenaga

kerja ialah:

a. Motivasi pengabdian, disiplin, etos kerja produktivitas dan masa

depannya.

b. Hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana keterbukaan.

2.7.2 Pengukuran Produktivitas Tenaga Kerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Nomor 28/PRT/M/2016, produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan

antara output (hasil produksi) terhadap input (komponen produksi: tenaga kerja,

bahan, peralatan, dan waktu). Jadi dalam analisis produktivitas dapat dinyatakan

sebagai rasio antara output terhadap input dan waktu (jam atau hari). Bila input

dan waktu kecil maka output semakin besar sehingga produktivitas semakin

tinggi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

22

Penggunaan tenaga kerja untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja dalam

satuan jam orang per satuan pengukuran (m1,m2,m3, ton, dan lain-lain). Berikut ini

rumus yang umum digunakan untuk menentukan koefisien tenaga kerja.

Produksi / hari, Qt = Tk x Q1; m3

Koefisien tenaga/m3:

Pekerja = (Tk x P) / Qt; Jam

Tukang Kayu = (Tk x Tb) / Qt; Jam

Mandor = (Tk x M) / Qt; Jam

Keterangan:

Q1 : besar kapasitas produksi alat yang menentukan tenaga kerja; m3/jam,

P : jumlah pekerja yang diperlukan; orang,

Tb : jumlah tukang kayu yang diperlukan; orang,

Tk : jumlah jam kerja per hari (7 jam); jam,

M : jumlah mandor yang diperlukan; orang.

2.7.3 Produktivitas Tenaga Kerja Bekisting Konvensional

Berdasarkan Ir. Soedradjat dalam Fitriana Rahmawati “Perhitungan

Rencana Anggaran Biaya dan Waktu Pelaksanaan Struktur Beton pada

Pembangunan Gedung Fave Hotel – Bojonegoro”, didapatkan perhitungan

koefisien tenaga kerja untuk pekerjaan bekisting konvensional pada pekerjaan

pelat lantai dalam 4 grup yang terdapat 1 mandor, 8 tukang bekisting, 7 buruh

lapangan terlatih adalah sebagai berikut :

Koefisien =

= 1,15 OH (tukang bekisting)

Maka untuk 1 m² dibutuhkan waktu pengerjaan bekisting sebagai berikut:

Durasi Pekerjaan =

= 0,869 hari/orang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

23

2.8 Analisa Harga Satuan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Nomor 28/PRT/M/2016, analisis ini digunakan sebagai suatu dasar untuk

menyusun perhitungan harga perkiraan sendiri (HPS) atau owmer’s estimate (OE)

dan harga perkiraan perencana (HPP) atau engineering’s estimate (EE) yang

dituangkan sebagai kumpulan harga satuan pekerjaan seluruh mata pembayaran.

Analisis harga satuan dapat diproses secara manual atau menggunakan perangkat

lunak.

Analisis harga satuan ini menetapkan suatu perhitungan harga satuan upah,

tenaga kerja, dan bahan, serta pekerjaan yang secara teknis dirinci secara detail

berdasarkan suatu metode kerja dan asumsi-asumsi yang sesuai dengan yang

diuraikan dalam suatu spesifikasi teknik, gambar desain dan komponen harga

satuan, baik untuk kegiatan rehabilitasi/pemeliharaan, maupun peningkatan

infrastruktur ke-PU-an.

Harga satuan pekerjaan terdiri atas biaya langsung dan tidak langsung.

Komponen biaya langsung terdiri atas upah tenaga kerja, bahan, dan alat,

sedangkan komponen biaya tidak langsung terdiri atas biaya umum atau overhead

dan keuntungan.

Dalam Gambar 2.4 ditunjukan struktur analisis harga satuan pekerjaan (HSP)

Gambar 2.4 Struktur Analisa Harga Satuan Pekerjaan

(PerMenPUPR Nomor 28/PRT/M/2016)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

24

Kuantitas bahan-bahan yang diperlukan dalam analisis adalah untuk

mendapatkan koefisien bahan dalam satuan pengukuran (m, m², m³, ton, kg, liter,

dan lain-lain). Koefisien alat adalah waktu yang diperlukan (dalam satan jam)

oleh suatu alat untuk menyelesaikan atau menghasilkan produksi sebesar satu

satuan volume jenis pekerjaan.

2.9 Jenis Rencana Anggaran Biaya

J.A. Mukomoko dalam bukunya Dasar Penyusunan Anggaran Biaya

Bangunan, 1987 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek adalah perkiraan nilai

uang dari suatu kegiatan (proyek) yang telah memperhitungkan gambar-gambar

bestek serta rencana kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis, daftar

susunan rencana biaya, serta daftar jumlah tiap jenis pekerjaan.

Tanpa adanya RAB, sangat mungkin terjadi pembengkakan biaya di

karenakan pembelian dari bahan bangunan yang tidak sesuai dengan volume

pekerjaan, dari berbagai dampak negatif lainnya. Peran dari rencana anggaran

biaya (RAB) sangatlah penting meliputi sebagai alat koordinasi pada saat

melaksanakan kegiatan yg memperlihatkan berbagai fungsi dan bagian yang ada

dalam perusahaan termasuk untuk pedoman perencanaan sebagai contoh

digunakan untuk penyusunan program kegiatan perusahaan. Berikut adalah

komponen Pembentuk anggaran biaya terdiri atas:

1. Biaya, Material dan Bahan

Material adalah seluruh bahan yang digunakan dalam proyek yang

merupakan suatu bagian dari akhir proyek. Biaya material dapat diperoleh

berdasarkan harga satuan yang di keluarkan oleh lembaga lembaga seperti

kementrian PUPR atau yang lainnya, dikalikan dengan besarnya volume

pekerjaan. Bila data kuantitas diperoleh dari gambar, maka data kualitas

diperoleh dari spesifikasi. Umumnya harga tersebut berasal dari produsen

maupun distributor.

2. Biaya Upah

Biaya upah buruh terdiri dari upah langsung dan upah tidak

langsung. Upah langsung merupakan upah yang dibayarkan kepada buruh

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

25

pada tiap periode tertentu. Upah tidak langsung meliputi asuransi dan

berbagai macam tunjangan. Untuk menentukan upah buruh dapat dihitung

dengan menentukan banyak pekerja berdasarkan volume pekerjaan dan

produktivitas buruh. Upah buruh dapat ditentukan berdasarkan

pengalaman/proyek terdahulu dengan berbagai penyesuaian, sehingga bisa

dihitung total biaya upah.

3. Biaya Peralatan

Penentuan jumlah dan jenis yang disesuakan dengan volume

pekerjaan serta kondisi pada lapangan. Biaya juga dapat berupa

kepemilikan, biaya perawatan dan biaya bahan bakar.

Kemudian adalah jenis rencana anggaran biaya detail kontraktor ini yang

dibuat oleh kontraktor setelah melihat desain konsultan perencana seperti gambar

bestek dan rencana kerja dan syarat (RKS), dalam pengerjaan pembuatannya lebih

terperinci, teliti dan menyeluruh karena sudah memperhitungkan segala

kemungkinan seperti melihat medan pekerjaan di lapangan dan

mempertimbangkan metode - metode pelaksanaan. Rencana Anggaran Biaya ini

kemudian dijabarkan dalam bentuk penawaran oleh kontraktor pada waktu

pelelangan, dan menjadi harga yang pasti (fixed price) bagi pemilik setelah salah

satu rekanan ditunjuk sebagi pemenang dan Surat Perjanjian Kerja (SPK) telah

ditanda tangani, ada juga jenis rencana anggaran biaya taksiran dari pihak owner

yang mana rencana Anggaran Biaya dibutuhkan oleh pemilik untuk memutuskan

akan melaksanakan ide / gagasan untuk membangunan proyek atau tidak biasanya

masih dibantu dengan Studi Kelayakan Proyek. Rencana Anggaran Biaya kasar

ini juga dipakai sebagai pedoman terhadap anggaran biaya yang dihitung secara

teliti.

Kemudian dari pihak konsultan perencana bisa disebut juga sebagai

rencanan anggaran biaya pendahuluan, perhitungan anggaran Biaya ini dilakukan

setelah gambar rencana (desain) selesai dibuat oleh konsultan Perencana.

Perhitungan anggaran biaya ini lebih teliti dan cermat sesuai ketentuan dan syarat-

syarat penyusunan anggaran biaya. Penyusunan anggaran biaya ini didasarkan

pada:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.polban.ac.id/files/disk1/225/jbptppolban... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8 No. Kelas Kuat Berat jenis kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

26

Harga satuan pekerjaan

Dihitung dari harga satuan barang dan upah berdasarkan perhitungan

analisa BOW

Gambar bestek

Digunakan untuk menentkan/menghitung besarnya volume masing-masing

pekerjaan

Bestek atau rencana kerja dan syarat syarat (RKS)

Digunakan untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat-syarat teknis

Kemudian anggaran biaya sesungguhnya atau disebut dengan real cost,

Bagi pemilik fixed price yang tercantum dalam kontrak adalah yang terakhir,

kecuali dalam pelaksanaan terjadi tambah dan kurang (meer & minder werk). Bagi

kontraktor nilai tersebut adalah penerimaan yang fixed, sedangkan pengeluaran

yang sesungguhnya (Real cost) yaitu segala yang kontraktor keluarkan untuk

menyelesaikan proyek tersebut. Besarnya real cost tersebut hanya diketahui oleh

kontraktor sendiri. Penerimaan di atas dikurangi Real Cost adalah laba diperoleh

oleh kontraktor.

2.10 Inflasi

Secara umum, inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-

harga secara umum mengalami kenaikan secara terus menerus dalam waktu yang

panjang. Umumnya, inflasi menjadi penyebab menurunnya nilai mata uang secara

kontinu. Dikatakan tingkat harga secara umum sebagai syarat inflasi dikarenakan

ada banyak sekali jenis barang di pasaran. Naiknya harga satu atau dua barang

saja tidak bisa disebut inflasi, disebut inflasi jika sebagian besar barang-barang

mengalami kenaikan. Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,

konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang

memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya

ketidaklancaran distribusi barang.