Upload
trinhthuy
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan
tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, dan keluar dari tempat kediamannya.
Aktifitas yang dilakukan selama mereka tinggal ditempat tujuan diberikan fasilitas
untuk memenuhi kebutuhan mereka. Industri pariwisata adalah suatu pejalanan
untuk keluar dari keadaan biasanya dan dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi,
fisik, dan kesejahteraan sosial wisatawan yang akan melakukan kegiatan wisata
(Marpaung, 2002).
Sedangkan definisi pariwisata lain menurut WTO (Muljadi, 2009:9)
“Tourism is the activities of persons travelling to and staying in places outside
their usual environment for not more than one concecutive year for leisure,
business, and other purposes”. Pariwisata diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang yang mengadakan perjalanan untuk tinggal diluar kebiasaan
lingkungannya dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk kesenangan,
bisnis, dan keperluan lain. Dengan kata lain, pariwisata merupakan suatu
perpindahan sementara untuk keluar dari rutinitas sehari-hari.
Sihite (2000) berpendapat bahwa pariwisata adalah perjalanan yang
direncanakan oleh seseorang bukan untuk mencari nafkah atau menetap ditempat
tersebut. Perjalanan yang dilakukan berupa kegiatan tamasya atau rekreasi dan
biasanya dilakukan untuk sementara waktu. Fandeli (2001) menguatkan dengan
menyatakan pariwisata adalah keseluruhan kegiatan, proses dan kaitan-kaitan
yang berhubungan dengan perjalanan dan persinggahan dari orang-orang di luar
tempat tinggalnya serta tidak dengan maksud mencari nafkah.
Ismayanti (2010) pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, dan pemerintah. Dengan kata lain, pariwisata merupakan kegiatan
yang bersifat komplimentaris artinya didalam kegiatan pariwisata terdapat
8
berbagai steakholder yang bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan wisatawan
selama melakukan kegiatan pariwisata.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata
adalah suatu kegiatan dimana seseorang atau kelompok melakukan perjalanan dari
suatu tempat ke tempat lain dengan berbagai tujuan yang berbeda untuk
menikmati kegiatan rekreasi dan mendapatkan pengalaman baru, bukan untuk
tinggal secara tetap atau mencari nafkah.
2.2 Pengertian Wisatawan
Menurut National Tourism Resources Review Commission dalam
Goeldner dan Ritchie (2003:8), definisi wisatawan adalah“one who travels away
from home for a distance of at least 50 miles (one way) for business, pleasure,
personal affairs, or any other purpose except to commute to work, whether he
stays overnight or returns the same day.”
Pendapat di atas menjelaskan bahwa wisatawan adalah seseorang yang
melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya dengan jarak minimal 50 mil untuk
berbisnis, bersenang-senang, hubungan pribadi, atau tujuan lain kecuali untuk
bekerja. Sedangkan menurut Smith dalam Pitana dan Gayatri (2005) adalah orang
yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur, dan secara sukarela mengunjungi
daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang lain.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas mengenai wisatawan,
dapat disimpulkan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan
wisata ke suatu tempat wisata, baik bermalam ataupun kembali pada hari yang
sama untuk berlibur, bersenang-senang, bahkan untuk berbisnis.
2.3 Komponen Pariwisata
Menurut Ariyanto (2003) ada empat aspek (4A) yang harus diperhatikan
dalam penawaran pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:
1. Attraction (daya tarik)
Yaitu Daerah Tujuan Wisata (selanjutnya disebut DTW) untuk menarik
wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun
9
masyarakat dan budayanya.
2. Accesibility (akses)
Yaitu kemudahan dalam memperoleh atau mencapai tujuan wisata seperti
organisasi kepariwisataan (travel agent) dimaksudkan agar wisatawan relatif
dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat
wisata.
3. Amenities (fasilitas)
Yaitu fasilitas untuk memperoleh kesenangan. Dalam : ini dapat
berbentuk akomodasi, kebersihan dan keramahtamahan memang menjadi salah
satu syarat daerah tujuan wisata agar wisatawan dapat dengan kerasan
tinggal lebih lama di DTW.
4. Ancillary (kelembagaan)
Yaitu jaringan kerjasama yang berkaitan dengan produk yang ditawarkan baik
lokal, nasional maupun internasional. Adanya lembaga pariwisata–
wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari DTW apabila di
daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan, (protection of
tourism) dan terlindungi. Menurut Kartawan (2000), ada beberapa unsur
dalam komponen pariwisata, diantaranya:
a. Atraksi dan kegiatan wisata, merupakan kegiatan wisata yang telah
dikembangkan dan siap dipasarkan sebagai obyek dan daya tarik
kunjungan wisata. Atraksi ini dapat berupa alam seperti pantai, danau,
gunung, perkebunan atau agro, dan taman nasional. Selain itu dapat pula
berupa budaya seperti bangunan bersejarah, desa tradisional, kota lama
dan monumen nasional.
b. Akomodasi, merupakan penginapan berupa hotel atau non hotel
yang digunakan wisatawan untuk beristirahat dalam kunjungan
perjalanannya ke suatu tempat.
10
c. Transportasi, merupakan berbagai jenis angkutan transportasi baik
darat, laut, maupun udara yang berfungsi sebagai alat pendukung
pergerakan atau perpindahan seorang wisatawan dari satu tempat ke
tempat lainnya.
d. Infrastruktur, merupakan berbagai jenis sarana prasarana fisik
seperti jaringan perhubungan Jalan, pelabuhan, bandara, dan stasiun,
jaringan telekomunikasi, listrik, dan air minum.
e. Fasilitas pendukung wisata, merupakan berbagai jenis fasilitas
pendukung kepariwisataan yang memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi wisatawan selama melakukan perialanan di
suatu tempat. Fasilitas pendukung tersebut seperti rumah Makan, biro
perjalanan (tours & travel), toko cinderamata, pusat informasi wisata,
fasilitas perbelanjaan, dan fasilitas kesehatan.
f. Unsur institusi dan sumber daya manusia, merupakan unsur
kelembagaan atau institusi pengelola maupun sumber daya manusia yang
terkait dengan pengembangan kepariwisataan baik dari pemerintah
maupun swasta, diantaranya Dinas pariwisata.
Kesimpulan berdasarkan penjelasan di atas, bahwa komponen-komponen
parwisata merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang
lainnya karena saling berkaitan.
11
2.3.1 A Conceptual Framework of Tourism
Gambar 2.1 A Conceptual Framework of Tourism (Sumber : Mathieson dan Wall dalam Sugiama 2011 hal 18)
Dyn
am
ic e
lem
ent
Sta
tic
elem
ent
Co
nse
qu
enti
al e
lem
ent
Demand
TOURIST : Form of Tourist
CHARACTERISTIC OF
TOURIST
Duration of Stay
Type of Tourist
Activity
Level of Usage
Level Tourist
Satisfaction
Sosio- economic
Tourist
Destination
Pressure
generation
Carrying
Capacity
DESTINATION
CHARACTERISTIC
Environmental
Proceses
Economic Structure
Political Organization
Level of Tourist
Development
Social Structure and
Organization
IMPACT OF TOURISM
Economic Physical Social
Impact Control
Finance Management
Strategies
Policy
Information
Carrying
capacity
guidelines
Engginering
Control
12
Pengembangan pariwisata di setiap daerah atau destinasi wisata
memerlukan kerangka kerja (framework) yang tepat. Mathieson dan Wall
(dalam Sugiama, 2011 hal 18) membagi tiga elemen sebagaimana
dicerminkan Gambar Conceptual Framework of Tourism. Ketiga elemen
tersebut adalah :
1. Dynamic element
2. Static Element
3. Consequential Element
Dynamic element. Elemen dinamik ini mencerminkan tingkat
permintaan layanan kepariwisataan. Tinggi rendahnya permintaan senatiasa
berubah dari waktu ke waktu. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap naik
turunnya permintaan tersebut di antaranya faktor harga layanan wisata,
kualitas layanan, daya beli masyarakat, dan lain-lain.. Setiap tujuan wisata tentu
perlu mengembangkan bentuk layanan kepariwisataan yang sesuai dengan
permintan pasar. Berkenaan dengan : ini bentuk kepariwisataan (form of
tourism) yang dikembangkan didasarkan pada pemuasan kebutuhan dan
keinginan wisatawan bersangkutan. Inilah dasar utama pengembangan
kepari,wisataan yakni harus berbasis pads customer satisfaction and driven.
Artinya layanan wisata yang berorientasi pada kepuasan wisatawan dan
hanya selalu memperhatikan kebutuhan serta keinginan pasar.
Static element. Elemen ini mencakup dua sisi berbeda yakni sisi
karakteristik wisatawan dan karakteristik destinasi wisata. Pasar (wisatawan)
memiliki karaktenstik yang heterogen dalam permintaan. Mereka berbeda
dalam lama tinggal (length of stay) atau duration of stay di destinasi
wisata yang ditujunya. Wisatawan tertentu mungkin hanya, datang pagi dan
kembali sore atau malam hari (one day trip) misal wisatawan dari Jakarta yang
berkunjung ke Kota Bandung. Wisatawan lainnya mungkin menginap di
destinasi tersebut (overnight), bahkan wisatawan tertentu mungkin
menginap hingga beberapa minggu di sebuah destinasi umpama wisatawan
mancanegara (wisman) yang berlibur di Pulau Bali. Type of tourist activity
juga beragam mungkin ada yang berekreasi dengan aktivitas rendah (low
13
activity) seperti berjalan – jalan di tepi pantai, ada juga yang beraktivitas
sedang seperti bersepeda di sekitar pantai, dan beraktivitas tinggi misal
berselancar di tepi laut atau menyelam di kedalaman laut. Berdasarkan level
of usage wisatawan terhadap fasilitas layanan juga. Beragam. Wisatawan
tertentu memanfaatkan sangat rendah fasilitas yang disediakan, dan
wsatawan lainnya sangat tinggi. Wisatawan yang berkunjung hanya sehari
jauh lebih rendah pemanfaatan fasilitas wisata disbanding demgan
wisatawan yang menginap berhari-hari di destinasi bersangkutan setiap
wisatawan yang telah mendapatkan layanan wisata (post purchase) akan
mencapai tingkat kepuasan yang berbeda-beda, ada yang sangat ouas dan
ada pula yang sangat kecewa atas kualitas layanan wisata yang
diterimanya semakin tinggi tingkat kualitas layanan, semakin tinggi pula
tingkat kepuasan yang diraih wisatawan, dan sebahknya. Sedangkan
berdasarkan socio-economic characteristics wisatawan juga beragam.
Kelompok wisatawan tertentu memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi,,
sedangkan yang lainnya berekonomi rendah. Keseluruhan karakteristik di atas
berada di sisi permintaan atau sisi pasar (wisatawan), adapun sisi lainnya
adalah destination characteristics.
Consequential element. Elemen konsekuensial ini mencerminkan
dampak pengembangan kepariwisataan (impact of tourist). Dampak positif
dan negatif yang ditimbulkannya terutama bagi perekonomian, fisik, dan
dampak sosial. Dampak bagi ekonomi antara lain meningkatkan
pendapatan masyarakat, mendatangkan devisa, membuka kesempatan
kerja, dan memperlancar arus penjualan barang dan jasa. Dampak bagi
lingkungan fisik antara lain berperan dalam mengkonservasi alam, dan
sebaliknya dapat berdampak bagi kerusakan alam. Kehidupan sosial
masyarakat setempat juga dapat terkena dampak pariwisata baik
berdampak positif maupun negatif. Tingkat kehidupan sosial masyarakat
dapat meningkat lebih baik, misalnya adanya perbaikan hubungan
masyarakat setempat dengan pihak luar, atau malah kondisi sosial menurun
karena adanya kontaminasi sosial bagi masyarakat setempat misalnya
kekerasan, kecemburuan sosial, dan lain-lain. Agar dampak tersebut dapat
14
Service Industry
Resources management
Community development
Visitors
Resource Tour
Visitor Attitude
Visitors management
Tour Operations
Marketing
terkendali dengan baik, maka perlu kebijakan impact control yang
mncakup kebutuhan finansial, kebijakan manajemen strategi, panduan
informasi keterlibatan kepastian berbagai pihak, dan pengendalian dari segi
kerekayasaan di tujuan yang dikembangkan tersebut.
2.3.2 Kerangka Kerja Ecotourism
Secara spesifik, pengembangan kawasan ecotourism dapat
mennggunakan ilustrasi kerangka kerja pengembangan pariwissata
sebagaimana dicerminkan Gambar diatas. Ada dua sisi yang tercakup
dalam kerangka kerja ecotourism, pertama sisi pengunjung atau visitors,
dan kedua sisi service industry yang dua-duanya memerlukan resource
tour. Upaya yang perlu dilakukan adalah memasarkan kawasan wisata
melalui pengelolaan pengunjung. Pada pengelolaan ini juga perlu
memahami sikap para pengunjung bersangkutan. Adapun dalam sisi lain,
tour operators perlu merancang paket wisata yang tentu saja didalamnya
memerlukan pengelolaan berbagai sumber daya. Selain itu, dalam
pengembangan kawasan wisata ekologi perlu melibatkan komunitas
setempat untuk mengelola sumber daya yang yang dibutuhkan guna
penyediaan layanan wisatawan. Fannell (dalam Sugiama, 2011 hal 30)
Gambar 2.2 Ecotourism Framework
(Sumber : Fannell dalam Sugiama 2011 hal 30)
15
2.3.3 Stakeholders
Gambar 2.3 The Tourism Stakeholders System
(Sumber : Weaver dalam Sugiama 2011 hal 29)
Pada gambar di atas mencerminkan pihak – pihak yang tercakup
dalam mengembangkan kepariwisataan. Masing – masing pihak memiliki
peranan yang berbeda – beda sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya.
Wisatawan adalah pihak yang menikmati layanan kepariwisataan, adapun
masyarakat setempat (host community) adalah masyarakat local yang dapat
menyediakan berbagai layanan yang dibutuhkan wisatawan. Pemerintah
setempat memegang peranan penting terutama dalam nenbuat regulasi dan
mengendalikan serta mengawasi kepariwisataan dimana kawasan
pariwisata itu berada. Berbagai bisnis kepariwisataan antara lain Tour
operators, travel agent, transportasi dan lain – lainnya juga memiliki
kontribusi tinggi dalam mengembangkan kepariwisataan. Universitas
sangat penting dalam menciptakan lulusannya sebagai tenaga terampil dan
ahli dalam kepariwisataan, berbagaio ilmu pengetahuan serta penilitian
banyak dilahirkan dari universitas yang mengakji kepariwisataan.
Demikian pula community college dapat berperan dalam menghasilkan
tenaga terampil dan melalui pemberian kursus – kursus pelatihan
16
kepariwisataan. Non government Organization (NGO) seperti lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) setempat dapat membantu dalam
merencanakan dan mengendalikan kepariwisataan yang berkembang.
Sedangkan pemerintah tempat asal wisatawan terutama berperan penting
dalam mendukung atau memfasilitasi perjalanan wisatawan missal
menyediakan perizinan perjalanan dan lainnya.
2.4 Definisi Ecotourism
Masyarakat tourism international atau the International Ecotourism
Society (TIES, 2010) menyatakan “ecotourism is responsible travel to natural
areas that conserve the environment and improves the well-being of local
people.” Berdasarkan pernyataan tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa
ecotourism merupakan perjalan wisata yang didalamnya terdapat kontribusi dari
wisatawan terhadap tempat wisata yang dikunjungi sehingga wisatawan ikut serta
dalam usaha pemeliharaan atraksi wisata.
Menurut Martha Honey (Drumm dan Moore, 2005) mendefinisikan
ecotourism sebagai berikut : “ecotourism is travel to fragile, pristine, and usually
protected areas that strives to be low impact and (usually) small scale. It helps
educated the traveler; provides funds for conservation; directly benefits the
economic development and political empowerment of local communities; and
fosters respect for different cultures and for human rights.”
2.4.1 Prinsip Ecotourism
Pengembangan ecotourism atau pariwisata ekologi harus menerapkan
prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh masyarakat kepariwistaan dunia. Secara
umum pariwisata ekologi itu mencakup 3 unsur penting :
1. Uniting Conservation
2. Communities
3. Sustainable Travel
Kawasan wisata ekologi harus fokus pada konservasi lingkungan alam
dimana pariwisata itu dikembangkan. Ecotourism juga harus memperhatikan
17
kesejahteraan penduduk atau komunitas setempat. Selain itu, ecotourism harus
mampu menyelenggarakan perjalanan wisata yang turut bertanggung jawab atas
keberlanjutan kepariwisataannya. Sugiama (2011)
Berdasar 3 : tersebut diatas, ecotourism yang dikembangkan harus berlandaskan
pada prinsip-prinsip atau ecotourism principal sebagai berikut:
1. Meminimalisasi dampak (minimize impact)
2. Membangun lingkungan dan budaya yang sadar serta respect pada kelestarian
3. Menciptakan pengalaman bermakna bagi pengunjung dan masyarakat
setempat
4. Menyediakan dana yang ditujukan untuk memelihara lingkungan
(conservation)
5. Mencukupi dana dan member wewenang luas pada penduduk setempat untuk
mengendalikan kelestarian lingkungan
6. Menumbuhkan kepekaan pemerintah beserta penduduk dalam berpolitik,
memperhatikan lingkungan dan iklim social yang berpihak dalam kelestarian.
2.5 Wisata Ekologi Pantai
Western (1995) ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah
yang di lingkungan alamnya masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan
alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi, tidak menghasilkan dampak
negatif, dan memberikan keuntungan social ekonomi serta menghargai partisipasi
penduduk lokal. Istilah ekowisata bahari berbeda dengan istilah wisata bahari.
Wisata pantai dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata, misalnya wisata
selam (diving), wisata snorkling, wisata pantai, wisata mancing, dan beberapa
kegiatan lain yang berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya kelautan.
Diantara jenis kegiatan wisata tersebut, kegiatan diving merupakan salah satu olah
raga yang mengalami pertumbuhan cepat Dignam (1990).
Fandeli dan Mukhlison (2000) menyatakan bahwa ekowisata mempunyai
dua pengertian, yakni sebagai perilaku dan industri. Sebagai perilaku, pengertian
ekowisata dapat di artikan sebagai kunjungan kedaerah-daerah yang masih
bersifat alami dimana kegiatan wisata bahari yang dilakukan menghargai potensi
sumberdaya dan budaya masyaratkat lokal. Pengertian ini menumbuhkan istilah
18
ekowisata yang sering kita dengar yaitu wisata alam. Pengertian ekowisata
sebagai suatu industri telah mengembangkan pemahaman bahwa kegiatan-
kegiatan wisata diwilayah yang masih alami harus dilakukan dengan membangun
kerjasama antar seluruh pelakunya, pemerintah,swasta dan masyarakat dan
manfaat diperoleh selayaknya kembali tidak hanya kepada para pelakuknya,
namun terutama kepada usaha-usaha untuk melestarikan wilayah tersebut dan
mensejahterakan masyarakatnya.
2.5.1 Definisi
Wisata ekowisata pantai merupakan kegiatan wisata yang
mengandalkan daya tarik alami lingkungan pesisir dan lautan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kegiatan wisata pantai secara langsung
berupa kegiatan diving, snorkling, berenang, berperahu dan lain
sebagainya. Sedangkan wisata pantai secara tidak langsung seperti
kegiatan olah raga pantai dan piknik menikmati atmosfir laut (Nurisyah,
1998). Kegiatan wisata pantai pada dasarnya dilakukan berdasarkan
keunikan alam, karateristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan
karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh
masing-masing daerah.
Pengembangan wisata pantai diarahkan pada kegiatan wisata yang
berwawasan kelestarian sumberdaya dan lingkuangan atau lebih dikenal
dengan istilah ekowisata bahari (marine ecotourism). Ekowisata pantai
merupakan konsep pemanfaatan daya tarik (estetika) sumberdaya hayati
pesisir dan pulau-pulau kecil yang bewawasan lingkungan. Menurut The
International Ecotourism Society atau TIES (2010) ekowisata adalah
perjalanan wisata ke wilayah-wilayah alami dalam rangka mengkonservasi
atau menyelamatkan lingkungan dan member penghidupan penduduk
lokal. Ekowisata menghargai potensi sumberdaya lokal dan mencegah
terjadinya perubahan kepemilikan lahan, tatanan sosial dan budaya
masyarakat karena masyarakat berperan sebagai pelaku dan penerima
manfaat utama, disamping itu ekowisata juga mendukung upaya
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan karena memberikan
19
kesempatan kerja dan menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat
untuk meningkatkan kesejahteraannya.
2.5.2 Tipe & Karakteristik
Pantai terdiri dari beberapa tipe, disertai dengan proses pantainya
masing-masing. Pertama, pantai berbatu yang umumnya dicirikan dengan
dinding pantai terjal dan langsung berhubungan dengan laut. Pada daerah
yang terlindung, keberadaan tebing pantai ini terdapat agak jauh dari
pantai, dengan karakteristik pantai berpasir. Jenis pantai tebing dapat
ditemukan dalam dua tipe, yaitu tebing karang dengan material lepas yang
mudah hancur atau runtuh dan tebing batuan induk yang umumnya keras
dan tidak mudah hancur.
Kedua, pantai berpasir dan pantai berlumpur. Pantai tipe ini
terbentuk oleh proses di laut akibat erosi gelombang, pengendapan
sedimen, dan material batuan. Pantai berpasir umumnya banyak dijumpai
pada pantai di Indonesia. Pantai tipe ini banyak ditemui di pantai utara
Pulau Jawa, pantai timur Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Pantai tipe ini
mudah berubah bentuk, mengalami deformasi, dan tererosi.
(Sumber: Wallace dalam Sastrayuda, 2010, hal.23) Gambar 2.4 Illustration of the development of outdoor land classification
Zone 1
Zone 2
Zone 3
Zone 4
Zone 5
20
Zone 1 :
Special Preservation Specifies areas feature which deserve special
preservation, because they contain or support unique, or endangers
feature of best examples of nature features.
Zone 2 :
Wildness Extensive areas which are good representations of each of the
natural history themes of the park and which will be maintained in
wilderness state.
Zone 3 :
Natural environment areas that are maintain as natural environments,
and which can sustain.
Zone 4 :
Outdoor recreation limited areas that can accommodated a broad
range of education, outdoor recreation opportunities & related facilities in
ways that respect the natural environment.
Zone 5 :
Park service town and visitor centers in certain a concentration exiting
national parks which contain a concentration of visitor services and
support facilities as well as parks administration functions.
2.6 Biro Perjalanan Wisata dan Travel Agent
Menurut Ismayanti (2010), Biro Perjalanan Wisata (BPW) adalah
perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan wisata dan jasa yang terkait
dengan penyelenggaraan perjalanan wisata baik dari dalam ke luar negeri
maupun sebaliknya. Sedangkan menurut Kesrul (2003), BPW adalah perusahaan
jasa yang bergerak dalam bidang perjalanan wisata, dimana perusahaan
tersebut yang mengelola, memesan merencanakan, membuat, dan
menyelenggarakan kegiatan perjalanan wisata, baik unutk kepentingan bisnis,
berlibur, sosial, dan budaya. Dalam menyelenggarakan sebuah paket perjalanan
21
wisata, sebuah BPW harus berkoordinasi dengan beberapa pihak agar program
yang dibuat dapat berjalan dengan lancar.
Pihak – pihak tersebut adalah sebagai berikut :
1. Airlines / maskapai penerbangan
Airlines / maskapai penerbangan adalah penyedia jasa transportasi udara, dimana
jasa mereka akan sangant kita butuhkan jika program yang ditangani oleh sebuah
BPW jaraknya sangat jauh dan akan memakan banyak waktu jika ditempuh
dengan transportasi darat maupun laut.
2. Penginapan / Hotel
Penginapan / Hotel adalah suatu tempat yang digunakan untuk transit (singgah)
maupun untuk tinggal beberapa waktu yang bertujuan untuk memberi
kenyamanan pada sebuah perjalanan wisata.
Penginapan dapat kita bedakan menjadi beberapa bagian menurut klasifikasi
bintang, antara lain :
a. Melati / Jasmine
(Guest House, Losmen,
Wisma )
b. One Star Hotel
c. Two Stars Hotel
d. Three Stars Hotel
e. Four Stars Hotel
f. Five Stars Hotel
g. Five Stars Hotel Plus
h. Six Stars Hotel
i. Seven Stars Hotel
3. Penyedia Jasa transportasi darat
Penyedia jasa transportasi darat adalah perusahaan maupun perseorangan yang
menyediakan fasilitas kendaraan darat yang dapat disewa dalam beberapa waktu.
Beberapa contoh dari transportasi darat adalah :
a. Sepeda motor maupun sepeda tidak bermotor
b. Angutan umum (Becak, Andong, Bajaj, Taksi, Bus trayek, dll)
c. Mobil & bus rental.
4. Rumah makan/Restarant
22
Rumah makan/restaurant adalah penyedia jasa makan dan minum (meals) dan
akan sangat kita butuhkan karena pada hakikatnya setiap peserta dalam perjalanan
wisata harus terjamin kebutuhan makan dan minumnya. Beberapa jenis penyajian
meals ada rumah makan adalah sebagai berikut :
a. Buffet/Prasmanan, adalah penyajian makanan dan minuman dengan
aturan setiap peserta berhak menikmati sajian yang dihidangkan
sepuasnya.
b. Set menu, adalah penyajian makanan dan minuman secara
berkelompok dan setiap peserta hanya berhak menikmati menu yang telah
ditentukan untuk kelompoknya masing – masing.
c. Box/Take away, adalah penyajian makanan dan minuman secara
box (bungkus), dimana alternative ini diambil jika waktu dari sebuah
kunjungan wisata waktunya sangat sedikit dan tidak memungkinkan untuk
singgah untuk waktu yang lama pada sebuah rumah makan / restaurant
untukmenikmati meals.
5. Guide/pemandu wisata
Peranan guide sangat penting dalam sebuah perjalanan wisata karena memiliki
tugas untuk menjelaskan setiap : yang berkaitan dengan perjalanan wisata itu
sendiri baik selama di perjalanan maupun setelah tiba di obyek wisata. Beberapa
jenis guide menurut spesialisasi dan lisensi yang dimiliki :
a. Guide berbahasa asing
b. Guide berbahasa Indonesia
c. Lokal guide ( guide yang hanya memiliki lisensi padasebuah obyek
wisata saja )
6. Dinas/perusahan yang terkait dengan dokumen perjalanan
Adalah dinas/perusahaan yang memiliki fungsi untuk mengeluarkan dokumen
perjalanan yang dibutuhkan dalam sebuah perjalanan wisata, seperti :
a. Tiket obyek wisata
b. Paspor
c. Fiskal
d. Visa, dll
23
7. Tour leader
Tour leader adalah pemimpin rombongan yang bertugas untuk mengatur setiap
jadwal yang tercantum dalam itinerary agar perjalanan wisata berjalan lancar
tanpa hambatan.
8. Porter
Porter bertugas untuk memindahkan luggage (barang) milik peserta dari satu
tempat ke tempat lain. Biasanya porter dapat dijumpai di Airport, Pelabuhan,
Stasiun, Obyek wista maupun di Terminal bus.
9. Art shop
Art shop adalah penyedia barang oleh – oleh atau cinderamata yang biasanya
harus ada dalam sebuah paket perjalanan wisata. : tersebut dimaksudkan agar
setiap peserta memiliki kenang – kenangan yang dapat dibawa pulang kembali ke
tempat asal masing – masing setelah program perjalanan berakhir.
Sebuah wisata tidak dapat berkembang dengan sendirinya tanpa adanya campur
tangan dari perusahaan yang bergerak di bidang penjualan jasa seperti Biro
Perjalanan Wisata. Menurut Pendit (Yoeti, 2006 hal 28) memberikan pengertian
tentang perusahaan perjalana atau Travel Agent sbb :
“Travel agent adalah perusahaan yang mempunyai tujuan untuk menyiapkan suatu
perjalanan bagi seseorang yang merencanakan untuk mengadakannya”
Sedangkan Darmadjati (Yoeti, 2006 hal 29) memberikan batasan yang sama
tentang Travel Agency. Menurutnya yang dimaksudkan dengan Travel Agency
adalah :
“Perusahaan yang khusus mengatur dan menyelenggarakan perjalanan dan
persinggahan orang-orang, termasuk kelengkapan perjalanannya, dari suatu
tempat ke tempat lain, baik di dalam negeri, dari dalam negeri, ke luar negeri atau
negeri itu sendiri”.
Suatu perusahaan dapat disebut sebagai Tour Operator bila kegiatan utama
perusahaan tersebut dapat ditekankan pada perencanaan (planning) dan
penyelenggaraan (arrangement), perjalanan wisata (tours) atas inisiatif sendiri dan
tanggung jawab sendiri, dengan tujuan untuk mengambil keuntungan dari
penyelenggaraan perjalanan tersebut.
24
2.7 Pengertian Paket Wisata
Paket wisata adalah suatu perjalanan yang direncanakan dan
diselenggarakan oleh suatu travel agent atau biro perjalanan atas resiko dan
tanggung jawab sendiri, yang acara, lamanya wakru wisata, tempat-tempat yang
akan dikunjungi, akomodasi, transportasi, serta makanan dan minuman telah
ditentukan oleh biro perjalanan dalam suatu harga yang telah ditentukan pada
jumlahnya (Yoeti, 1997).
Menurut Desky (2001), Paket wisata merupakan perpaduan beberapa
produk wisata, minimal dua produk, yang dikenal menjadi satu kesatuan harga
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sementara itu produk wisata
mempunyai pengertian totalitas pengalaman seorang wisatawan sejak ia
meninggalkan suatu tempat sampai kembali lagi ke tempat ia berangkat. Menurut
ismayanti (2010), paket wisata adalah perjalanan yang dibuat oleh biro perjalanan
wisata yang meliputi transportasi, akomodasi, serta konsumsi dalam satu harga.
Menurut RS. Damardjati dalam Suyitno (2001) mengartikan bahwa paket
wisata adalah suatu rencana atau acara perjalanan wisata yang telah tersusun
secara tetap, dengan harga tertentu yang telah termasuk pula biaya-biaya untuk
transfer/pengangkutan, fasilitas akomodasi/hotel, serta darmawisata/sight seeing
dikota/kota-kota, objek-objek wisata dan atraksi-atraksi yang telah tercantum
dalam acara itu. Biasanya harga tersebut akan lebih murah jatuhnya dibandingkan
dengan tur yang direncanakan secara khusus atas permintaan. Paket tur biasanya
mempunyai paket laku/jangka waktu penggunaan.
Paket wisata ini merupakan produk industri pariwisata. Ciri-ciri dari paket
wisata ini adalah :
1. Hasil produksi industri pariwisata ini tidak dapat dipindahklan.
Konsumen harus datang pada tempat produk tersebut dihasilkan.
2. Peran perantara tidak diperlukan hanya melalu\i saluran dalam
penjualan jasa-jasa produk industry pariwisata yaitu travel agent atau
tour operator.
3. Tidak dapat ditimbun seperti :nyaindustri barang memiliki ukuran,
panjang, lebar, dan lain-lain.
25
4. Permintaan atas produk industry pariwisata ini tidak tetap dan sangat
dipengaruhi factor non-ekonomis. Permintaan akan berkurang jika ada
bencana alam, kekacauan atau peperangan.
5. Calon konsumen tidak dapat mencoba atau mencicipi produk yang
dibelinya. Konsumen hanya dapat melihatnya lewat brosur (leaflet,
booklet, poster) atau melalui slides, TV atau film yang khusus dibuat
untuk prosuk ini.
6. Banyak tergantung dari tenaga manusia dan sedikit sekali yang dapat
digantikan oleh mesin.
7. Penyedian produk wisata ini dengan membangun sarana-sarana
pariwisata. Perubahan elastisitas permintaan yang sangat kuat.
2.7.1 Perencanaan Paket Wisata
Menurut Desky (2001), terdapat beberapa pertimbangan yang harus
ditentukan dalam pembuatan rencana sebuah paket wisata antara lain:
1. Pemilihan daerah tujuan wisata
2. Fasilitas di daerah tujuan wisata
3. Keunggulan daerah tujuan wisata
4. Akses ke daerah tujuan wisata
5. Musim di daerah tujuan wisata
6. Situasi Politik & keamanan di daerah tujuan wisata
7. Sistem bea cukai & keimigrasian di daerah tujuan wisata
8. Kebijakan harga di daerah tujuan wisata
9. Jarak tempuh daerah tujuan wisata (Desky, 2001)
Perencanaan wisata memerlukan tahapan-tahapan. Seluruh tahapan tersebut
berkaitan erat dengan aspek-aspek dalam perencanaan. Tahapan-tahapan tersebut
juga memerlukan instrument dalam observasi. Perencanaan yang baik haruslah
didasarkan akan pertimbangan-pertimbangan rasional dan data-data akurat.
Menurut Suyitno (2001), menjelaskan mengenai tahapan-tahapan didalam
merencanakan kegiatan wisata. Berikut merupakan tahapan-tahapan di dalam
26
merencanakan kegiatan wisata. Berikut merupakan gambar tahap-tahap
perencanaan wisata :
Gambar 2.5. Tahap-Tahap Perencanaan Wisata
(Sumber: Suyitno 2001)
1. Diagnosis Pasar
Meneliti pasar dengan melihat gejala-gejala yang muncul dilakukan pada
tahap dalam perencanaan wisata karena karakteristik penyusunan produk
wisata yang harus consumer oriented. Diagnosis pasar pada hakikatnya
dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan pasar.
2. Formulasi Tujuan
Pengetahuan yang didapat dari hasil diagnosis pasar dipakai sebagai dasar
untuk merumuskan tujuan. Rumusan tujuan ini pada dasarnya adalah
hipotesis akan tujuan yang hendak dicapai, sedangkan tujuan tak lain adalah
rumusan wisata yang akan di selenggarakan
3. Observasi
Observasi pada dasarnya adalah pengejawantahan tujuan yang telah
dirumuskan dan menghubung-hubungkan antara hipotesis dengan kenyataan
di lapangan. :-: yang diobservasi adalah seluruh masalah yang dipertanyakan
dalam rumusan tujuan. Untuk mempelancar pelaksanaan tahap ini maka
digunakan instrumen-instrumen tertentu.
4. Analisis Data
Data yang telah diperoleh dalam kegiatan observasi diolah dan dianalisis.
Analisis data dimaksudkan untuk:
Diagnosis Pasar
Analisis Data
Penetapan Rencana
Pelaksanaan Rencana
27
a. Menemukan strategi pencapaian tujuan.
b. Mengidentifikasi kendala yang mungkin timbul dalam proses pencapaian
tujuan.
c. Mencari alternatif-alternatif yang mungkin dapat ditempuh.
5. Penetapan Rencana
Hasil Analisis yang dipakai sebagai dasar untuk melakukan revisi terhadap
formulasi tujuan. Perbaikan dan olahan inilah yang pada akhirnya
mengahasilkan rencana yang akan dilaksanakan.
6. Pelaksanaan Rencana
Pelaksanaan rencana merupakan tahap akhir dalam perencanaan wisata.
Pelaksanaan rencana adalah kegiatan nyata. Dalam mengawali serta
memantau pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Suyitno, 2001)
2.7.2 Penyususnan Acara Wisata (itinerary)
Menurut Suyitno (2001), mendefinisikan bahwa acara wisata adalah
sebuah dokumen yang dapat dipakai untuk mengilustrasikan penyelenggaraan
sebuah wisata. Acara wisata dapat juga dikatakan sebagai produk bayangan,
karena memberi bayangan atau gambaran tentang sebuah wisata.
Menurut Robert dalam Suyitno (2001), menambahkan pengertian dari
acara wisata yaitu, suatu daftar dan jadwal acara tours dengan data-data yang
lengkap mengenai :-:, jam, tempat-tempat (objek-objek wisata), hotel tempat
menginap, tempat peberangkatan, tempat tiba, acara-acara yang disuguhkan,
sehingga dalam keseluruhannya akan menggambarkan jadwal pelaksanaan
maupun waktu-waktu dari keseluruhan acara tour (dari awal sampai akhir).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa acara wisata
adalah sebuah dokumen yang memuat segala : mengenai sebuah perjalanan.
Dimulai dari proses keberangkatan sampai berakhirnya sebuah perjalanan. :-:
yang dimunculkan dalam dokumen tersebut antara lain waktu penyelenggaraan,
tempat objek kunjungan dan tempat makan.
28
2.7.3 Manfaat Perencanaan Wisata
Menurut Suyitno (2001), menerangkan manfaat dari perencanaan wisata,
yaitu:
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan wisata.
2. Sebagai sarana untuk memprediksi kemungkinan timbulnya :-: di luar
dugaan sekaligus alternatif pemecahannya
3. Sebagai sarana untuk mengarahkan penyelenggaraan wisata sehingga
dapat mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan wisata secara efektif
dan efisien.
4. Sebagai alat ukur tingkat keberhasilan wisata. Sebagai upaya
pengawasan atau evaluasi dalam rangka memberikan umpan balik
bagi penyelenggaraan wisata berikutnya (Suyitno, 2001).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa acara wisata
sangat penting dalam perencanaan wisata. Dengan kata lain, acara wisata
merupakan komponen penting dalam perencanaan wisata.
2.7.4 Pendistirbusian waktu
Pendistribusian waktu dapat digunakan sebagai alat bantu di dalam
membuat suatu acara wisata. Berikut merupakan contoh tabel pendistribusian
waktu.
Tabel 2.1
Pendistribusian Waktu
Nama Tur/Tranfer : ................... (a)
Durasi : ................... (b)
Uraian Perjalanan Tur Istirahat Jumlah Jadwal
(c) (d) (e) M (g) (h)
JUMLAH (h) (i) (j) (k) (l)
(Sumber: Tabel Pendistribusian Waktu, Suyitno,2001)
29
Tabel di atas menerangkan mengenai :-: yang harus direncanakan. Di dalam
melakukan acara wisata, yaitu:
1. Nama tur/Transfer.
2. Lama penyelenggaraan.
3. Nama-nama objek kunjungan, dimulai dengan tempat pemberangkatan dan
diakhiri dengan tempat pengataran. Tempat pemberangkatan dan pengentaran ini
biasanya adalah hotel. Dua : yang harus ditulis adalah:
a. Objek antara (objek A-objek B), menunjukan waktu tempuh antara
objek A dan B
b. Objek kunjungan, yaitu nama objek tertentu (objek B), menunjukan
lama kegiatan di objek B
4. Waktu untuk kegiatan di perjalanan.
5. Waktu untuk kegiatan di objek.
6. Waktu untuk istirahat.
7. Jumlah kunjungan.
8. Jumlah waktu pada masing-masing kolom.
9. Jumlah seluruh waktu yang diperlukan untuk tur
10. Transformasi ke dalam jadwal waktu sesuai dengan waktu keberangkatan
yang ditetapkan (Suyitno, 2001).
2.7.5 Penghitungan Harga Wisata
Menurut Suyitno (2001), mendefinisikan bahwa biaya wisata adalah
semua pengeluaran yang dapat dinilai dengan uang untuk mengelola wisata.
Sebagai faktor pembentuk harga wisata, biaya wisata harus secara maksimal
mencerminkan seluruh pengeluaran dalam pengelolaan wisata.
Agar dapat menelurusi biaya yang timbul secara menyeluruh, perlu dipahami jenis
jenis biaya. Menurut Suyitno (2001), mengklasifikasikan jenis biaya, yaitu :
1. Biaya Induk
Biaya induk adalah biaya yang mula-mula muncul sebagai refleksi dari
penggunaan komponen wisata.
30
2. Biaya Ikutan
Biaya ikutan adalah biaya yang muncul sebagai faktor ikutan biaya induk.
Untuk menghitung jumlah biaya yang diperlukan di dalam suatu kegiatan wisata,
maka diperlukan suatu tata cara perhitungan harga wisata yang baik dan benar.
Berkut merupakan tabel perhitungan harga wisata.
Tabel 2.2
Perhitungan Harga Wisata
Nama tur/transfer : ......... FOC/AC : .........
Jumlah peserta : ......... Mata Uang : .........
No Uraian Biaya Tetap Biaya Tidak
Tetap
(1) (1)
Jumlah Biaya (1) (1)
Biaya per Peserta
Surcharge (..%)
Harga per Peserta
(nett price)
Dibulatkan
(2)
(3)
(4)
(5)
(Sumber : Tabel Perhitungan Harga Wisata, Suyitno, 2001)
Tabel 2.2 di atas menjelaskan tata cara menghitung suatu harga paket wisata, yaitu
meliputi :
1. Merinci dan menjumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap.
2. Menghitung jumlah biaya per orang.
3. Menghitung surcharge.
4. Menghitung harga wisata per orang (nett rice per person) dengan cara
menambah jumlah biaya per orang dengan surcharge.
5. Melakukan pembulatan. Pembulatan dapat dilakukan secara bervariasi
tergantung kebijakan pengelola wisata.
31
Menurut Mulyadi (2005:13) Biaya digolongkan, seperti contoh Menurut Perilaku
dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan, biaya dibagi menjadi 4,
yaitu
(1). Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak
dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan
tertentu, contohnya; gaji direktur produksi.
(2). Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara
sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung.
(3). Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya
tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik yang digunakan.
(4). Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu
dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu