Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu bentuk penelitian
ilmiah yang mengkaji suatu permasalahan dari suatu fenomena,
serta melihat kemungkinan hubungan antar variabel dalam
permasalahan yang diteliti.1 Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi.
Dimana pengambilan data dalam penelitian ini
menggunakan data primer yang di dapat melalui
kuesioner/angket dan didukung dengan data sekunder yang
didapat melalui buku, artikel, jurnal, web atau penelitian
terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.
B. Definisi Konseptual
Konsep merupakan unsur penelitian yang menggambarkan
fenomena secara abstrak yang menjadi pusat perhatian ilmu
sosial.2 Definisi Konseptual merupakan batasan pengertian yang
diberikan peneliti terhadap variabel-variabel (konsep) yang akan
diukur, diteliti dan digali datanya.3
1 Rully Indrawan, dan Poppy Yaniawati, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan dan Pendidikan,
Cet.1, (Bandung: Refika Aditama, 2014), hlm. 51 2 Ibid., hlm. 32 3 Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi : Pendekatan Praktis
Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2010), hlm.
141.
33
1. Sikap Berbusana Muslim
Menurut Louis Thurstone, Renis Likert dan Charles
Osgood mengartikan sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau
reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek
adalah perasaan mendukung atau memihak, ataupun
perasaan tidak memihak pada objek tertentu. Secara lebih
spesifik, Thrustone memformulasikan sikap sebagai derajat
efek positif atau negatif terhadap suatu objek psikologis.4
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
pengertian sikap adalah perbuatan atas dasar pendirian dan
keyakinan.5 Sikap adalah kecenderungan bertindak,
berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek,
ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-
cara tertentu terhadap objek sikap.6 Dari sikapnya seseorang
bisa dianggap baik atau buruk..
Purwanto menjelaskan mengenai sikap positif dan
negatif. Sikap positif adalah kecenderungan tindakan yang
berupa mendekati, menyenangi dan mengharapkan objek
tertentu, sedangkan sikap negatif adalah kecenderungan
untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai
objek tertentu.7
4 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar), Hlm.3-5 5 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/sikap, diakses pada tanggal 13
Juni 2019 6 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Rosdakarya,
2007), Hlm. 39 7 Syafrida Elisa dan Aryani Tri Wrastari, Sikap Guru Terhadap
Pendidikan Inklusi Ditinjau Dari Faktor Pembentukan Sikap, dimuat
34
a. Komponen-komponen sikap
1) Sikap Kognitif yaitu kepercayaan seseorang
mengenai apa yang benar bagi objek sikap.
Terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang
diterima yang selanjutnya diproses menghasilkan
suatu keputusan untuk bertindak.
2) Sikap Afektif yaitu menyangkut masalah emosional
subjektif sosial terhadap suatu objek sikap. Secara
umum komponen ini disamakan dengan perasaan
yang dimiliki terhadap suatu objek, namun
pengertian perasaan pribadi seringkali sangat
berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.
3) Sikap Konatif yaitu menunjukan bagaimana
perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada
dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap
yang dihadapinya.8
Sikap secara umum dapat didefinisikan sebagai perasaan,
pikiran dan kecenderungan atau tingkah laku seseorang
terhadap suatu objek ataupun situasi. Dalam hal ini sikap
berbusana muslim pada mahasiswi PGSD UST Yogyakarta
angkatan 2016 yang timbul dari aktifitas mengakses akun
instagram @remaja.islami dengan intensitas tertentu.
Sehingga seseorang berfikir atau memiliki kecenderungan
atau tingkah laku terhadap sesuatu yang dilihatnya dalam
hal ini isi postingan yang disajikan akun instagram
dalam jurnal Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, Vol. 2: 1 (2013),
hlm.3-4 8 Ibid., Hlm 40-42
35
@remaja.islami karena intensitas mereka mengakses, selain
itu juga sikap memberikan kesiapan untuk merespon
sesuatu yang sifatnya positif atau negatif.
Jadi yang dimaksud dengan sikap berbusana dalam
penelitian ini adalah kesadaran dan kesiapan individu dalam
bentuk reaksi baik yang mendukung atau tidak mendukung
terhadap subjek tertentu terutama cara berbusana muslim.
Pengukurannya dilakukan menggunakan skala sikap
berbusana muslim yang disusun berdasarkan komponen
sikap dari Walgito (2003), yaitu komponen kognitif, afektif
dan konatif. Sedangkan kriteria berbusana muslim yang
dipakai dalam penelitian ini menurut Muhammad
Abdurrahman.
2. Intensitas Mengakses
Menurut Purwanto intensitas berkaitan dengan kegiatan,
dan membedakannya menjadi dua yaitu intensitas yang kuat
dan lemah. Intensitas yang kuat pada individu berarti
individu melakukan kegiatan sesering mungkin, kegiatan
yang disukai dilaksanakan hampir setiap hari sehingga
menyita waktu lainnya. Berbeda dengan tingkat intensitas
yang lemah, individu melakukan kegiatan yang disukai
secara rutin tiap hari tetapi tidak menyita waktu lainnya.9
Menurut Del Barito, menyebutkan aspek intensitas menjadi
9 Aristyo Rahadiyan, “Hubungan Intensitas Menggunakan
Social Media Instagram dengan Kematangan Emosi pada Remaja”,
(eprints.ums.ac.id, 2018) hlm.7
36
empat yaitu perhatian (attention), penghayatan
(comprehension), durasi (duration), dan frekuensi
(frequency).10
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
intensitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara
berulang-ulang dan dalam durasi waktu tertentu. Aktivitas
“mengakses” merupakan suatu tindakan dalam pencarian
informasi ataupun data melalui media sosial yang dilakukan
seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.
Meike dan Young mendefinisikan media sosial sebagai
konvergensi antara komunikasi personal dalam arti saling
berbagi di antara individu (to be shared one-to one) dan
media publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada
kekhususan individu.11 Dan salah satu media sosial yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia yaitu
instagram. Instagram menduduki peringkat ke 4 di
Indonesia. Dikutip dari data Most Active Social Media
Platforms di Hootsuite.com, 38% masyarakat Indonesia
adalah pengguna aktif instagram.12
10 Ibid. hlm. 12
11Rulli Nasrullah, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi, Cet. 1 (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015).hlm. 11. 12https://wearesocial.com/blog/2018/01/global-digital-report-2018,
diakses tanggal 25 Oktober 2018, pukul 12.19 WIB
37
a. Aspek Intensitas Mengakses
Aktivitas mengakses akun instagram
@remaja.islami, pada setiap orang memiliki intensitas
yang berbeda-beda. Beberapa aspek intensitas :13
1) Perhatian atau daya konsentrasi dalam mengakses
akun instagram @remaja.islami
Perhatian merupakan ketertarikan terhadap objek
tertentu yang menjadi target perilaku. Perhatian
dalam mengakses akun instagram @remaja.islami
berupa tersiratnya kebutuhan khalayak dalam
pencapaian informasi. Kebutuhan akan objek
tersebut akan membuat khalayak terus
mengonsumsi media tersebut.
2) Penghayatan atau pemahaman terhadap postingan
yang disajikan akun instagram @remaja.islami
Penghayatan merupakan pemahaman atau
penyerapan akan suatu informasi dan kemudian
informasi tersebut dipahami, dinikmati, dan
disimpan sebagai pengetahuan baru bagi individu
yang bersangkutan. Penghayatan dalam mengakses
akun instagram @remaja.islami meliputi
pemahaman dengan penyerapan terhadap sajian
postingan yang kemudian dijadikan sebagai
13 Uswatun Khasanah, Hubungan Intensitas Mengakses Akun Instagram
Dian Pelangi (Desainer Muslim) Dengan Minat Fashion Mahasiswa S1
Teknik Busana UNY Angkatan 2014, Skripsi, (Yogyakarta:Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2018), hlm. 13
38
informasi baru dan disimpan sebagai pengetahuan
oleh individu yang bersangkutan.
3) Durasi atau kualitas kedalaman mengakses akun
instagram @remaja.islami
Durasi merupakan lamanya selang waktu yang
dibutuhkan individu dalam melakukan kegiatan
yang menjadi target. Durasi dalam aktivitas
mengakses akun instagram @remaja.islami
merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
mengakses sajian postingan yang disajikan dalam
akun @remaja.islami.
4) Frekuensi atau tingkat keseringan mengakses akun
instagram @remaja.islami
Frekuensi merupakan banyaknya pengulangan
perilaku atau kegiatan individu terhadap suatu hal.
Mengakses akun instagram @remaja.islami dapat
berlangsung dalam frekuensi yang berbeda-beda
tergantung pada individu dalam pencarian
informasi yang dibutuhkan. Hal ini bisa terjadi
setiap hari sekali atau bahkan berkali-kali
tergantung individu yang bersangkutan.
Hal tersebut menandakan bahwa intensitas
mengakses akun instagram @remaja.islami meliputi
perhatian atau daya konsentrasi dalam mengakses,
penghayatan atau pemahaman terhadap postingan yang
disajikan, durasi atau kualitas kedalaman mengakses,
39
dan frekuensi atau tingkat keseringan mengakses akun
tersebut
Jadi yang dimaksud dengan intensitas mengakses
dalam penelitian ini adalah perhatian, penghayatan,
durasi dan frekuensi individu dalam pencarian informasi
melalui akun instagram @remaja.islami.
C. Definisi Operasional
Definisi Operasional merupakan unsur penelitian yang
memberikan petunjuk pelaksanaan cara mengukur suatu
variabel.14 Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Intensitas Mengakses Akun Instagram @remaja.islami
Intensitas mengakses akun instagram @remaja.islami
didefinisi operasionalkan seberapa jauh responden dalam
mengakses akun instagram @remaja.islami dengan
indikator sebagai berikut :
a) Perhatian merupakan ketertarikan untuk mengakses
akun instagram @remaja.islami.
b) Penghayatan yaitu pemahaman terhadap postingan
yang disajikan akun instagram @remaja.islami
c) Durasi merupakan lamanya selang waktu yang
digunakan untuk mengakses postingan akun instagram
@remaja.islami.
14 Sofian Effendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survei, (Jakarta:
LP3ES, 2014). hlm. 51.
40
d) Frekuensi, tingkat keseringan mengakses akun
instagram @remaja.islami.
Kategori postingan dalam penelitian ini adalah semua
postingan yang disajikan akun instagram @remaja,islami
yang memiliki unsur tata cara berbusana muslim bagi kaum
hawa yang sesuai dengan ketentuan Islam. Baik yang
memiliki unsur iklan produk ataupun tidak dan dalam
bentuk foto.
Jadi yang dimaksud dengan intensitas mengakses dalam
penelitian ini meliputi indikator perhatian, penghayatan,
durasi dan frekuensi. Individu melakukan pencarian
informasi melalui akun instagram @remaja.islami guna
untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Sikap Berbusana Muslim Mahasiswi PGSD UST
Yogyakarta angkatan 2016
Sikap berbusana muslim didefinisi operasionalkan
sebagai tanggapan responden mahasiswi muslim
Pendidikan Guru Sekolah Dasar UST angkatan 2016 yang
muncul setelah mengakses akun instagram @remaja.islami.
Indikator berbusana muslim yang dipakai dalam penelitian
ini, Menurut Muhammad Abdurrahman yaitu busana harus
menutup seluruh anggota badan kecuali telapak tangan dan
wajah, hendaknya busana yang dipakai tebal dan tidak
terawang, tidak ketat dan membentuk lekuk tubuh, tidak
menyerupai pakaian laki-laki, dan warna yang dipakai tidak
menarik perhatian. Indikator dari sikap bebusana muslim
dengan adanya efek kehadiran pesan media adalah :
41
a) Kognitif, cara mahasiswi membiasakan diri untuk
berbusana muslim berdasar pengetahuan yang didapat
dari kegiatan mengakses akun instagram
@remaja.islami
b) Afektif, cara mahasiswi mempelajari sesuatu hal yang
disertai adanya pengertian dan tindakan sikap
berbusana muslim setelah mengakses postingan akun
instagram @remaja.islami
c) Konatif, cara mahasiswi berperilaku kemudian
menirukan postingan yang disajikan akun instagram
@remaja.islami untuk berusaha mengaplikasikan cara
berbusana muslim yang baik sesuai syariat islam
menurut Muhammad Abdurrahman.
Jadi, sikap berbusana dalam penelitian ini adalah
kesadaran mahasiswi dalam bentuk reaksi baik yang
mendukung atau tidak mendukung terhadap postingan yang
disajikan akun instagram @remaja.islami terutama tentang
cara berbusana muslim. Pengukurannya dilakukan
menggunakan skala sikap berbusana muslim yang disusun
berdasarkan komponen sikap dari Walgito (2003), yaitu
komponen kognitif, afektif dan konatif. Sedangkan kriteria
berbusana muslim yang dipakai dalam penelitian ini
menurut Muhammad Abdurrahman.
42
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yaitu keseluruhan objek yang akan diriset.15
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh mahasiswi
muslim jurusan PGSD angkatan 2016 yang masih aktif pada
semester 6 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta dan pernah mengakses akun instagram
@remaja.islami. Berdasar kriteria tersebut maka populasi
pada penelitian ini berjumlah 200 orang.
2. Sampel
Sampel yaitu bagian dari keseluruhan objek yang akan
diriset.16 Dalam penelitian ini sampel yang diambil yaitu
sebagian dari jumlah total populasi. Dengan menggunakan
teknik purposive sampling atau penentuan responden atas
dasar kriteria tertentu yang dibuat peneliti.17 Kriteria sampel
dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Mahasiswi muslim jurusan PGSD angkatan 2016 yang
masih aktif kuliah di UST Yogyakarta
b. Mahasiswi jurusan PGSD yang memiliki akun instagram
c. Mahasiswi muslim jurusan PGSD yang mengetahui dan
pernah mengakses postingan yang disajikan akun
instagram @remaja.islami, meskipun tidak menjadi
pengikut akun tersebut namun dapat diakses oleh
siapapun karena akun tersebut tidak di privasi.
15Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta:
Kencana Prenada Group, 2006). hlm. 153, 16 Ibid., hlm. 153 17 Ibid., hlm. 158
43
Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
rumus Slovin dengan presisi 10% dengan tingkat
kepercayaan 90%, sehingga sampel yang digunakan
berjumlah 67 orang. Dimana rumus yang digunakan dalam
menentukan jumlah sampel adalah:18
n = 𝑁
1+𝑁𝑒2
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Nilai Presisi (tingkat kesalahan)
1 = Angka Konstan
n = 𝑁
1+𝑁𝑒2 = 200
1+200.0,12 = 200
3 = 66,66 / 67 orang
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat
digunakan untu memperoleh, mengolah dan
menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para
responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang
sama.19 Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel
dalam penelitian ini dalam mengumpulan data dengan
18 Ibid., hlm 164. 19 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi
Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS, (Jakarta: Prenadamedia, 2013), hlm.
46.
44
digunakannya angket atau kuesioner yang dijadikan sebagai data
primer. Instrumen yang digunakan peneliti adalah sistem
kuesioner tertutup, dimana semua pilihan jawaban dari
pertanyaan telah ditentukan oleh peneliti dengan alternatif
jawaban yang telah ditentukan.20 Pembuatan item kuesioner
tidak lepas dari indikator masing-masing variabel yang diteliti.
Variabel yang ada dalam kuesioner ini diukur
menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang dapat
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu.21 Kisi –
kisi yang digunakan sebagai instrumen atau kuesioner dapat
dilihat pada tabel 3 dan 4.
20 Sofian Effendi dan Tukiran, Metode Penelitian Survei,hlm.184. 21 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi
Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS, (Jakarta: Prenadamedia, 2013),
hlm. 25.
45
Tabel 1 Kisi – kisi Kuesioner Variabel Intensitas Mengakses akun
Instagram @remaja.islami
No. Indikator No. Soal Jumlah
Soal Favorable Unfavorable
1.
Perhatian, kertertarikan
khalayak untuk mengakses
akun instagram
@remaja.islami
1,2, 3,4 - 4
2.
Penghayatan, pemahaman
khalayak dalam mengakses
akun instagram
@remaja.islami
5,6 7 3
3.
Durasi, lamanya mengakses
akun instagram
@remaja.islami
8,9 - 2
4.
Frekuensi, kekerapan
mengakses akun instagram
@remaja.islami
10,11,12 - 3
Jumlah 11 1 12
46
Tabel 2 Kisi – kisi Kuesioner Variabel Sikap Berbusana Muslim
Mahasiswi PGSD UST Yogyakarta
No. Indikator No. Soal Jumlah
Soal Favorable Unfavorable
1.
Kognitif, cara membiasakan
diri untuk berbusana
muslimah berdasar
pengetahuan yang di dapat
dengan mengakses akun
instagram @remaja.islami
13,14,15,16 - 4
2.
Afektif, cara mahasiswi
mempelajari sesuatu hal
yang disertai adanya
pengertian dan tindakan
sikap berbusana muslim
setelah mengakses postingan
akun instagram
@remaja.islami
17,18,19 - 3
3.
Konatif, cara mahasiswi
berperilaku kemudian
menirukan postingan
yang disajikan akun
@remaja.islami untuk
berusaha
mengaplikasikan cara
20,21 22 3
47
berbusana muslim yang
baik sesuai syariat islam
menurut Muhammad
Abdurrahman.
Jumlah 9 1 10
Untuk mengukur item – item favorable dan unfavorable
yang ada pada kuesioner, peneliti menggunakan skala pengukuran
Likert. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala
Likert mempunyai nilai dari sangat positif (favorable) sampai
dengan sangat negatif (unfavorable), dengan nilai yang diberikan
pada masing-masing jawaban antara lain22
Untuk mengukur variabel X dan Y menggunakan empat
alternatif jawaban untuk poin favorable dengan skor, sebagai
berikut :
Alternatif jawaban Sangat Setuju (SS) memperoleh nilai 4
Alternatif jawaban Setuju (S) memperoleh nilai 3
Alternatif jawaban Tidak setuju (TS) memperoleh nilai 2
Alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) memperoleh nilai 1
Untuk skor unfavorable, dengan poin sebagai berikut :
Alternatif jawaban Sangat Setuju (SS) memperoleh nilai 1
Alternatif jawaban Setuju (S) memperoleh nilai 2
Alternatif jawaban Tidak Setuju (TS) memperoleh nilai 3
Alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) memperoleh nilai 4
22 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi
(Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 136 – 137.
48
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data
primer dan sekunder.23 Teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti yaitu :
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.24 Peneliti
menggunakan kuesioner tertutup yaitu suatu angket yang
dimana responden telah diberikan alternatif jawaban oleh
periset.25 Untuk mengumpulkan data primer penulis
menggunakan kuesioner yang diberikan kepada mahasiswi
jurusan PGSD Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta yang memenuhi kriteria sebagai populasi dan
sampel. Jawaban responden akan menunjukan intensitas
mengakses akun instagram @remaja.islami dan sikap
berbusana muslim.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang diperoleh
dari catatan (data) yang telah tersedia atau telah dibuat oleh
pihak lain.26 Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan
adalah dokumen publik dan penelitian sebelumnya yang ada
kaitannya dengan penelitian ini, serta dokumen yang diambil
23 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 17. 24 Ibid., hlm. 142. 25 Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi,(Jakarta:
Kencana, 2009), hlm. 96. 26 Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, Cet.3 (Malang:
UMM Pers, 2010), hlm.140
49
dari website dan internet. Dengan tujuan untuk mengumpulkan
data yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan di
teliti berupa data sekunder.
G. Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji Validitas yaitu indeks yang menunjukan alat ukur
tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur dan
menyangkut mengenai akurasi sebuah instrumen. Validitas
adalah keabsahan atau tingkat kecocokan alat ukur yang
digunakan untuk mengukur sesuatu yang sedang diukur. 27
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan uji validitas
konstruk, dimana validitas ini tercapai apabila instrumen
sudah sesuai atau memenuhi konsep dari teori empiris yang
telah disusun oleh peneliti.28
Langkah-langkah yang diambil untuk menguji validitas
adalah sebagai berikut29 :
a. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan
diukur.
b. Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah
responden.
c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
27 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 1988), hlm.
203 28 Rully Indrawan, dan Poppy Yaniawati, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan Campuran untuk Manajemen, Pembangunan dan
Pendidikan,hlm. 125 29 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi
Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS, (Jakarta: Prenadamedia,
2013), hlm. 132.
50
d. Menghitung korelasi antar masing-masing pernyataan
dengan skor total dengan menggunakan teknik korelasi
product moment, dengan rumus sebagai berikut:
r =N(∑XY) - (∑X ∑Y)
√[N∑X2 − (∑X)2 ][ N∑Y2 − (∑Y)2]
Keterangan :
r : Koefisien Product Moment
n : Jumlah Individu dalam Sampel
X : Angka Mentah untuk Pengukuran 1
Y : Angka Mentah untuk Pengukuran 2
Korelasi product moment dengan taraf signifikan 0,05.
Jika rhitung ≥ rtabel maka butir pertanyaan dikatakan valid.
Sedangkan jika rhitung ≤ rtabel maka butir pertanyaan tidak valid.
Dengan menggunakan 67 responden maka nilai r tabel adalah
df = 67-2 =65. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan
SPSS 15 menggunakan signifikasi 0,05 dengan dua arah dan
degree of freedom dengan derajat kebebasan yang dinilai n – 2.
Berikut ini hasil dari uji validitas kedua variabel.
Kemudian apabila instrument itu valid maka selanjutnya
dilihat kriteria penafsiran korelasinya (r) sebagai berikut:30
Antara 0,800 - 1,000 = Sangat Tinggi
Antara 0,600 - 0,799 = Tinggi
Antara 0,400 - 0,599 = Cukup
30 Riduwan, Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian,
(Bandung: Alabeta, 2013), hlm. 73.
51
Antara 0,200 - 0,399 = Rendah
Antara 0,000 - 0,199 = Sangat Rendah (tidak valid)
Berikut tabel hasil penghitungan uji validitas
intrumen penelitian variabel X:
Tabel 3 Hasil Uji Validitas Variabel Intensitas
Mengakses Akun Instagram @remaja.islami
Butir
Pertanyaan
Variabel X
r hitung
r tabel
5%
(N=67)
dk=67-
2=65
Keterangan
Uji
Validitas
Intepretasi
Korelasi
1 0,403 0,244 Valid Cukup
2 0,714 0,244 Valid Tinggi
3 0,668 0,244 Valid Tinggi
4 0,699 0,244 Valid Tinggi
5 0,530 0,244 Valid Cukup
6 0,590 0,244 Valid Cukup
7 0,409 0,244 Valid Cukup
8 0,313 0,244 Valid Rendah
9 0,497 0,244 Valid Cukup
52
10 0,450 0,244 Valid Cukup
11 0,512 0,244 Valid Cukup
12 0,698 0,244 Valid Tinggi
Total X 1 0,244 Valid Sangat
Tinggi
Sumber : diolah dari data uji validitas menggunakan SPSS
15
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas di atas
dapat peneliti simpulkan bahwa semua butir soal variabel X
berada pada taraf signifikansi 5% valid. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai r hitung yang lebih besar dibandingkan dengan r
tabel. Dengan mayoritas memiliki korelasi cukup.
Sedangkan berikut hasil perhitungan uji validitas variabel Y:
53
Tabel 4 Uji Validitas Variabel Sikap Berbusana Muslim
Mahasiswi
Pernyataan
Variabel Y r hitung
r table
5%
(N=67)
dk=67-
2=65
Keterangan
Uji
Validitas
Interpretasi
Korelasi
13 0,643 0,244 Valid Tinggi
14 0,782 0,244 Valid Tinggi
15 0,762 0,244 Valid Tinggi
16 0,703 0,244 Valid Tinggi
17 0,559 0,244 Valid Cukup
18 0,585 0,244 Valid Cukup
19 0,668 0,244 Valid Tinggi
20 0,535 0,244 Valid Cukup
21 0,435 0,244 Valid Cukup
22 0,372 0,244 Valid Rendah
Total Y 1 0,244 Valid Sangat
Tinggi
Sumber : diolah dari data uji validitas menggunakan SPSS
15
54
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas diatas
dapat peneliti simpulkan bahwa semua butir soal variabel Y
berada pada taraf signifikansi 5% valid. Hal ini ditunjukan
oleh nilai r hitung yang lebih besar dibandingkan dengan r
tabel. Dengan mayoritas memiliki korelasi tinggi
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.31
Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika alat ukur tersebut dapat
digunakan untuk mengukur suatu gejala pada waktu dan kondisi
yang berlainan namun tetap menunjukan hasil yang sama. Untuk
mengukur reliabilitas, peneliti menggunakan teknik Croncbach
dengan Koefisien Alfa dengan bantuan SPSS versi 15. Jika
kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan
menggunakan teknik ini, bila koefisin reliabilitas (r11) > 0,6.
Tahap perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan
teknik Alpha Cronbach, yaitu :32
a) Menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan.
𝛼𝑖2 =
ΣΧ𝑖2 −
(ΣΧ𝑖)2
𝑛𝑛
b) Menentukan nilai varians total.
31 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai,
(Jakarta: LP3ES, 1989). Hlm. 140 32 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi
Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS, (Jakarta: Prenadamedia,
2013), hlm. 57-58.
55
𝛼𝑖2 =
ΣΧ2 −(ΣΧ)2
𝑛𝑛
c) Menentukan reliabilitas instrumen.
𝑟11 = [𝑘
𝑘 − 1] [1 −
Σ𝛼𝑏2
𝛼𝑡2
]
Keterangan :
n = Jumlah sampel.
Xᵢ = Jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan.
ΣX = Total jawaban responden untuk setiap butir
pertanyaan.
α²t = Varians Total.
Σα²b = Jumlah varians butir.
k = Jumlah butir pertanyaan.
r11 = Koefisien reliabilitas instrumen.
Berikut tabel hasil uji reliabilitas penelitian :
Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Intensitas
Mengakses Akun Instagram @remaja.islami
Cronbach Alpha Jumlah item
0.799 12
Sumber : diolah dari data uji validitas menggunakan SPSS 15
56
Dari hasil uji reliabilitas pada variabel intensitas
mengakses akun instagram @remaja.islami dengan
menggunakan SPSS 15 maka diperoleh nilai reliabilitas
0,799. Berdasarkan uji coba nilai ini sudah reliabel, karena
lebih besar dari 0,6. Jadi instrumen untuk variabel intensitas
mengakses postingan yang disajikan akun instagram
@remaja.islami dapat digunakan untuk pengukuran dalam
rangka pengumpulan data.
Tabel 6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sikap Berbusana
Muslim Mahasiswi
Cronbach Alpha Jumlah item
0.763 10
Sumber : diolah dari data uji validitas menggunakan SPSS 15
Kemudian untuk uji reliabilitas pada variabel sikap
berbusana mahasiswi dihitung menggunakan SPSS 15
diperoleh nilai 0,763. Berdasarkan dari hasil uji nilai ini
sudah reliabel, karena lebih besar dari 0,6. Jadi intrumen
untuk variabel sikap berbusana dapat digunakan untuk
pengukuran dalam rangka pengumpulan data.
H. Analisis Data
Analisis data adalah salah satu proses penelitian yang
dilakukan setelah semua data yang diperlukan sudah
didapatkan secara lengkap. Proses ini diperlukan untuk
memecahkan permasalahan yang diteliti. Ketajaman dan
57
ketepatan dalam menganalisis data diperlukan untuk
menentukan keakuratan pengambilan kesimpulan.33
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis asosiasi, yang mana digunakan untuk melihat derajat
hubungan diantara dua variabel.34
Metode analisis data dalam penelitian ini dihitung
menggunakan rumus Chi Square, karena penelitian ini menguji
variabel intensitas mengakses akun instagram @remaja.islami
dengan sikap berbusana muslim mahasiswi PGSD UST
Yogyakarta. Analisis Chi Square atau biasa disebut dengan Kai
Kuadrat merupakan suatu metode statistic non parametric yang
berarti data berdistribusi secara bebas.35
Analisis Chi Square atau Kai Kuadrat digunakan untuk
melakukan uji komparatif non parametris yang dilakukan pada
dua variabel, dimana skala data kedua variabel adalah nominal.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk membuktikan
hipotesis yang telah dirumuskan diatas, agar tujuan dari
penelitian ini dapat tercapai. Analisis Chi Square dalam
penelitian ini di olah dengan bantuan program SPSS versi 15
dan di proses juga secara manual untuk menghindari terjadinya
kesalahan.
33 Ali Muhson, Teknik Analisis Kuantitatif, Universitas Negeri
Yogyakarta, (Yogyakarta, 2006), hlm.1 34 Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi,hlm.172
35 Morissan, Metode Penelitian Survei,(Jakarta: Kencana, 2012), hlm.307
58
Prosedur perhitungan Chi Square atau Kai Kuadrat dihitung
dari tabel silang. Setelah dibuat tabel silang, langkah selanjutnya
adalah menghitung frekuensi teoritis dengan rumus sebagai berikut:
𝑓𝑡𝑎𝑥 = 𝐾𝑎𝑥 𝐵𝑥
𝑇
Keterangan :
ftax = Frekuensi teoritis pada kotak dengan kolom a dan baris
x
Ka = Jumlah pada kolom a
Bx = Jumlah pada baris x
T = Jumlah sampel total
Setelah frekuensi teoritis pada masing-masing kategori
diperoleh hasilnya, langkah selanjutnya adalah menjumlahkan
semua hasilnya untuk mendapatkan chi square. Adapun rumus kai
kuadrat sebagai berikut :36
𝑋2 = ∑(𝐹𝑜 − 𝐹𝑡)2
𝐹𝑡
Keterangan :
X2 = Chi Kuadrat
Fo = Frekuensi observasi
Ft = Frekuensi teoritis atau harapan
Untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh signifikan
atau tidak, terlebih dahulu dihitung derajat kebebasan (degrees of
freedom), yang dihitung dari jumlah kolom minus satu dikalikan
jumlah baris minus satu atau dk = (k-1) (b-1). Setelah itu nilai kai
36 Riduwan, Pengantar Statistika Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2009),
hlm. 169
59
kuadrat yang dihitung dari hasil survei dibandingkan dengan
distribusi probabilitas kai kuadrat. Suatu hubungan dinyatakan
signifikan jika x2 yang diperoleh adalah sama atau melebihi angka
yang terdapat dalam tabel distribusi x2 untuk derajat kebebasan
yang bersangkutan. Tingkat signifikansi yang dipilih adalah 0,05.37
Selanjutnya untuk mengetahui eratnya hubungan antara
kedua variabel, peneliti menggunakan rumus koefisien
kontingensi. Semakin besar koefisien kontingensi berarti
hubungan antara kedua variabel semakin erat. Adapun rumus
koefisien kontingensi sebagai berikut :38
𝐾 = √𝑥2
𝑥2 + 𝑁
Keterangan :
K = Koefisien Kontingensi
X2 = Chi Kuadrat
N =Jumlah pada tabel silang
37 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai,
(Jakarta: LP3ES, 1989). Hlm. 286 38 Ibid., hlm. 287
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Singkat Jurusan S1 PGSD UST Yogyakarta
Prodi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar merupakan
salah satu prodi yang ada di jurusan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta yang beralamat di Jalan Batikan UH-III/1043
Yogyakarta Indonesia 55167 dengan nomor telepon +62274
375637 dan email: [email protected]
1. Visi Prodi S1 PGSD
Pada tahun 2024 akan menjadi salah satu program studi
unggul dalam pendidikan guru sekolah dasar yang
berlandasan ajaran Tamansiswa.
2. Misi Prodi S1 PGSD
Misi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) adalah melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi
dan kegiatan lain yang relevan mencakup :
a. Menyelenggarakan pembelajaran untuk menyiapkan
tenaga pendidik yang aktif, kreatif, inovatif, dan
berbudi pekerti luhur berdasarkan Sistem Among,
berpusat pada mahasiswa dan memanfaatkan
teknologi informasi.
39 Website resmi UST Yogyakarta “Visi, Misi dan Tujuan Prodi PGSD
UST Yogyakarta”, https://fkip.ustjogja.ac.id/2017/06/06/visi-misi-prodi-pgsd/,
diakses pada tanggal 6 Maret 2019
61
b. Melaksanakan penelitian pengembangan model dan
strategi pembelajaran, pendidikan karakter, implementasi
ajaran Tamansiswa, dan pengembangan seni budaya yang
mengarah pada ajaran Tamansiswa, serta menuangkannya
ke dalam jurnal ilmiah terakreditasi.
c. Melaksanakan pengabdian masyarakat dalam bidang
pendidikan yang bersinergi dengan pengembangan
penelitian.
d. Melaksanakan pengembangan kebudayaan dengan
memperlihatkan keberagaman budaya.
e. Memeperluas jejaring kerja sama atau kemitraan baik
secara nasional maupun internasional.
3. Program Kegiatan Mahasiswi
Dewantara Muslim Club (DMC) merupakan salah satu
komunitas kemuslimahan yang belum dilegalkan
keberadaannya, karena UST merupakan kampus kebangsaan
yang tidak mau dikatakan memihak pada salah satu agama
(rasis). Adapun pendanaan kegiatan dalam komunitas
tersebut berasal dari dana pribadi tanpa adanya campur
tangan dari pihak kampus. Waktu pelaksanaan kegiatan
dilakukan dua kali dalam seminggu yaitu pada hari kamis
khusus mahasiswi dan pada hari jumat untuk umum, dengan
durasi waktu kegiatan selama dua jam. Adapun pengisi acara
dalam kegiatan tersebut yaitu para dosen yang ahli di
bidangnya atau dengan mendatangkan tokoh-tokoh agama
dari luar.
62
B. Profil Instagram @remaja.islami
Akun instagram @remaja.islami merupakan salah satu akun
yang dijadikan sebagai media untuk berdakwah. Awal mula
dibentuknya akun @remaja.islami, karena melihat banyaknya
fenomena remaja yang kurang memahami dan mendalami tentang
dunia keislaman. Dilain sisi remaja di zaman milenial ini lebih
cenderung tidak suka datang ke majelis dan tempat-tempat kajian
sejenisnya. Jadi, salah satu cara agar anak muda mau mendengar dan
melihat dakwah atau ajakan melakukan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya yaitu dengan memanfaatkan media sosial instagram
yang setiap saat mereka temui.
Pada tahun 2014 akun @remaja.islami berdiri, dan saat itu masih
jarang sekali akun sosial media yang menyajikan postingan
dakwah. Pada tahun 2015-2017 akun tersebut sempat memiliki
badan organisasi untuk menggerakan komunitas remaja, dan pada
kolom DM (Direct Message) banyak dimanfaatkan untuk menjawab
dari beragam pertanyaan anak muda yang mencurahkan berbagai
permasalahan yang lebih mengarah pada persoalan pribadi. Bahkan
perhari bisa menacapai 10-20 orang yang mengirimkan pesan ke
akun tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, organisasi
tersebut perlahan tidak berjalan sesuai harapan karena masing-
masing personal disibukan dengan pekerjaannya. Sehingga di tahun
2019 ini akun @remaja.islami hanya dijadikan sebagai media share
dakwah saja, meskipun banyak iklan produk yang membanjiri.
63
Pada tahun 2019 pengikut akun instagram @remaja.islami
mencapai 2.2m atau setara dengan 2,2 juta followers dengan
mengikuti 13 akun instagram dan 31.501 postingan. Dalam setiap
postingannya akun tersebut dapat meraup likes kisaran minimal
sebanyak 1000 love/ posting. Adapun postingan yang diunggah
perharinya kurang lebih 15 postingan.
Gambar 10
Sumber : Instagram
Gambar 1 Profil Akun Instagram
@remaja.islami
64
Gambar 2 Postingan akun @remaja.islami
Sumber : Instagram
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pemilik akun,
visi dan misi dibuatnya akun tersebut adalah sebagai berikut :
1. Visi : Sampaikan ajaran islam ke berbagai
kalangan.
2. Misi : Mengingatkan anak remaja ke jalan yang
lurus agar tidak terlena dengan duniawi.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskrisi Data Responden
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah hubungan
antara intensitas mengakses akun instagram @remaja.islami
dengan sikap berbusana muslim mahasiswi PGSD UST
Yogyakarta angkatan 2016. Terdapat 22 item pertanyaan yang
diajukan kepada responden yang terdiri atas dua variabel yaitu
variabel intensitas mengakses akun instagram @remaja.islami dan
variabel sikap berbusana muslim mahasiswi PGSD UST
Yogyakarta angkatan 2016. Dalam variabel intensitas terdapat
terdapat 4 indikator dengan 12 item pertanyaan, sedangkan untuk
variabel sikap terdapat 3 indikator dengan 10 item pertanyaan.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2019
sampai dengan 13 Maret 2019 untuk mengumpulkan data. Adapun
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 67 responden
mahasiswi PGSD UST Yogyakarta angkatan 2016. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel atas dasar kriteria
tertentu yang dibuat peneliti.
66
Tabel 7 Data Kelas Mahasisiwi Jurusan PGSD UST
Yogyakarta angkatan 2016
Kelas Frekuensi Persentase
A 4 5,97%
B 5 7,46%
C 6 8,95%
D 20 29,85%
E 4 5,97%
F 2 2,98%
G 3 4,47%
H 3 4,47%
I 4 5,97%
J 16 23,88%
Jumlah 67 100%
Sumber : Data Lampiran 5
Berdasarkan tabel 7 di atas diketahui bahwa yang
menjadi responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi
jurusan PGSD UST Yogyakarta angkatan 2016 yang
memenuhi kriteria peneliti, mulai dari kelas A sampai
dengan kelas J. Mayoritas mahasiswi yang mengakses akun
instagram @remaja.islami adalah mahasiswi kelas D
dengan frekuensi sebanyak 20 orang atau 29,85%.
Sedangkan untuk mahasiswi yang jumlahnya paling sedikit
mengakses akun tersebut adalah mahasiswi kelas F dengan
frekuensi 2 orang atau 2,98%.
67
Tabel 8 Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Perempuan 67 100%
Total 67 100%
Sumber : Data lampiran 6
Berdasarkan tabel 8 di atas diketahui bahwa yang
menjadi responden dalam penelitian ini 100% adalah
perempuan.
Tabel 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
20 19 28,3%
21 34 50,7%
22 6 8,9%
23 8 11,9%
Jumlah 67 100 %
Sumber : Data lampiran 7
Terlihat pada tabel 9 diketahui bahwa responden
yang mendominasi usia terbanyak adalah 21 tahun dengan
frekuensi sebanyak 34 orang (50,7%). Sedangkan untuk
usia yang paling sedikit adalah usia 22 tahun dengan
frekuensi sebanyak 6 orang (8,9%). Saat ini mahasiswi
yang mendominasi di jurusan PGSD UST Yogyakarta
angkatan 2016 adalah mahasiswi dengan usia 21 tahun.
Mahasiswi dikenal dengan tiga tingkatan yaitu mahasiswi
semester awal yang sedang menempuh pendidikan
68
semester I, mahasiswi semester tengah dengan jarak
tempuh pendidikan dari semester IV sampai VI, dan
mahasiswi semester akhir yaitu jarak tempuh pendidikan
dari semester VII ke atas.
Tabel 10 Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terahir Frekuensi Persentase
SMA/ SMK 64 95,5%
MA/Pondok
Pesantren
3 4,4%
Jumlah 67 100%
Sumber : Data lampiran 8
Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa mayoritas
pendidikan terakhir responden adalah SMA/SMK dengan
basic umum memiliki frekuensi sebanyak 64 orang
(95,5%). Responden dengan latar belakang MA/Ponpes
dengan basic islam adalah 3 orang (4,4%) responden.
SMA/SMK merupakan Sekolah Menengah Atas atau
Kejuruan yang berada dibawah Kemendikbud yang mana
siswanya banyak diajarkan pendidikan umum/kejuruan.
Sedangkan MA atau Madrasah Aliyah merupakan sekolah
dibawah kementrian agama yang mata pelajarannya
banyak didominasi oleh pendidikan agama islam, dan
Ponpes atau Pondok pesantren merupakan lembaga
pendidikan islam untuk mempelajari, memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran islam dengan
69
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai
pedoman berperilaku sehari-hari.
B. Deskripsi Data Penelitian
1. Intensitas Mengakses Akun Instagram @remaja.islami
Intensitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
secara terus menerus atau berulang-ulang, dan dalam durasi
waktu tertentu. Intensitas timbul untuk memenuhi kebutuhan
yang harus dipenuhi dalam diri manusia. 40 Dalam penelitian
ini, kategori intensitas dibagi menjadi tiga frekuensi yaitu
tinggi, sedang dan rendah.
Hasil penyebaran kuesioner pada 67 responden
diperoleh data pada variabel intensitas mengakses postingan
yang disajikan akun instagram @remaja.islami. Ada beberapa
indikator yaitu perhatian, penghayatan, durasi dan frekuensi.
Hasil pengolahan data dari indikator tersebut adalah sebagai
berikut :
a) Perhatian
Perhatian atau daya konsesntrasi dalam mengakses
akun instagram @remaja.islami, berupa tersiratnya
kebutuhan individu dalam pencapaian informasi yang
dibutuhkan. Tingkat perhatian mengakses akun instagram
dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
40 Uswatun Khasanah, “Hubungan Intensitas Mengakses Akun
Instagram Dian Pelangi (Desainer Muslim) dengan Minat Fashion Mahasiswa
S1 Teknik Busana UNY Angkatan 2014”, hlm. 28
70
Tabel 11 Perhatian mengakses akun instagram
@remaja.islami
Perhatian Frekuensi Presentase
Rendah 0 0%
Sedang 22 32,8%
Tinggi 45 67,2%
Jumlah 67 100%
Sumber : diolah peneliti dari data kuerioner lampiran 9
Berdasarkan tabel di atas menunjukan hasil indikator
perhatian dalam mengakses akun instagram
@remaja.islami dari 67 responden. Hasil pengolahan data
tersebut diperoleh skor minimal 4, skor maksimal 16,
mean 10 dan standar deviasi 2. Kemudian untuk
klasifikasi, diperoleh hasil kategori rendah < 8, kategori
sedang 8 ≤ skor < 12 dan kategori tinggi ≤ 12.
Dari tabel di atas diketahui terdapat sebesar 45 atau
67,2% responden dalam kategori perhatian tinggi, 22 atau
32,8% responden pada kategori perhatian sedang, dan
dari hasil penelitian tersebut penulis tidak menemukan
responden dengan tingkat perhatian yang rendah atau 0
responden. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perhatian
responden terhadap intensitas mengakses akun instagram
@remaja.islami termasuk dalam kategori tinggi.
Artinya bahwa responden memiliki daya tarik, dan
rasa suka yang tinggi ketika mengakses postingan yang
disajikan akun instagram @remaja.islami. Hal ini dapat
71
dilihat dari hasil frekuensi terbesar yang diperoleh, yaitu
45 responden atau 67,2%.
b) Penghayatan
Penghayatan dapat berupa pemahaman atau
penyerapan terhadap informasi yang diharapkan,
kemudian informasi tersebut dipahami oleh individu,
dinikmati dan kemudian disimpan sebagai pengetahuan.
Penghayatan disini yaitu penghayatan dalam mengakses
akun instagram @remaja.islami, berupa penyerapan
terhadap sajian postingan akun tersebut yang dijadikan
sebagai informasi baru dan disimpan sebagai pengetahuan
oleh individu yang bersangkutan. Tingkat penghayatan
mengakses akun instagram dapat dilihat dari tabel di
bawah ini :
Tabel 12 Penghayatan mengakses akun instagram
@remaja.islami
Penghayatan Frekuensi Presentase
Rendah 0 0%
Sedang 7 10,4%
Tinggi 60 89,6%
Jumlah 67 100%
Sumber : diolah dari data kuesioner lampiran 10
Indikator kedua yaitu penghayatan. Tabel 12
menunjukan hasil indikator penghayatan terhadap
intensitas mengakses akun instagram @remaja.islami dari
67 responden. Hasil pengolahan data diperoleh skor
72
minimal 3, skor maksimal 12, mean 7,5 dan standar
deviasi 1,5. Kemudian untuk klasifikasi, diperoleh hasil
kategori rendah < 6, kategori sedang 6 ≤ skor < 9 dan
kategori tinggi ≤ 9.
Dari tabel di atas diketahui terdapat sebesar 60 atau
89,6% responden dalam kategori penghayatan tinggi, 7
atau 10,4% responden pada kategori penghayatan sedang
dan dari hasil penelitian tersebut penulis tidak
menemukan responden dengan tingkat penghayatan yang
rendah atau 0 responden. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa penghayatan responden terhadap intensitas
mengakses akun instagram @remaja.islami termasuk
dalam kategori tinggi.
Artinya bahwa responden memahami terhadap isi
materi postingan yang disajikan akun tersebut, kemudian
disimpan sebagai informasi baru atau pengetahuan.
Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner, responden
merasa terganggu jika sedang mengakses akun instagram
@remaja.islami ada yang mengajaknya berbicara dan
postingan yang disajikan akun tersebut tidak mengangkat
materi yang berat dan membingungkan. Hal ini dapat
dilihat dari hasil frekuensi terbesar yang diperoleh, yaitu
60 responden atau 89,6%.
73
c) Durasi
Durasi atau kualitas kedalaman dalam mengakses
akun instagram @remaja.islami, berupa lamanya selang
waktu yang dibutuhkan individu untuk mengakses
postingan yang disajikan akun instagram @remaja.islami.
Tingkat durasi mengakses akun instagram dapat dilihat
dari tabel di bawah ini :
Tabel 13 Durasi mengakses akun instagram @remaja.islami
Durasi Frekuensi Presentase
Rendah 0 0%
Sedang 42 62,7%
Tinggi 25 37,3%
Jumlah 67 100%
Sumber : diolah dari data kuesioner item 8-9
Indikator ketiga yaitu durasi. Tabel 13 menunjukan
hasil indikator durasi terhadap intensitas mengakses akun
instagram @remaja.islami dari 67 responden. Hasil
pengolahan data diperoleh skor minimal 2, skor maksimal
8, mean 5 dan standar deviasi 1. Kemudian untuk
klasifikasi, diperoleh hasil kategori rendah < 4, kategori
sedang 4 ≤ skor < 6 dan kategori tinggi ≤ 6.
Dari tabel di atas diketahui terdapat sebesar 25 atau
37,3% responden dalam kategori durasi tinggi, adapun
kategori durasi tinggi berkisar lebih dari 45 menit,
sedangkan kategori sedang mengakses akun instagram
dengan durasi kurang dari 15 menit sekali dalam sehari.
74
Terdapat 42 atau 62,7% responden pada kategori durasi
sedang dan dari hasil penelitian tersebut penulis tidak
menemukan responden dengan tingkat durasi yang rendah
atau 0 responden.
Artinya bahwa durasi responden terhadap intensitas
mengakses akun instagram @remaja.islami termasuk
dalam kategori sedang. Dengan tingkat durasi mengakses
responden kurang dari 15 menit sekali.
d) Frekuensi
Frekuensi atau tingkat keseringan mengakses akun
instagram @remaja.islami, berupa banyaknya
pengulangan mengakses postingan yang disajikan akun
instagram tersebut bergantung pada individu dalam
pencarian informasi yang dibutuhkan. Tingkat frekuensi
mengakses instagram dapat di lihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 14 Frekuensi mengakses akun instagram
@remaja.islami
Frekuensi Frekuensi Presentase
Rendah 7 10,4%
Sedang 44 65,7%
Tinggi 16 23,9%
Jumlah 67 100%
Sumber : diolah dari data kuesioner lsmpiran 12
75
Indikator keempat yaitu frekuensi. Tabel 14
menunjukan hasil indikator frekuensi terhadap intensitas
mengakses akun instagram @remaja.islami dari 67
responden. Hasil pengolahan data diperoleh skor minimal
3, skor maksimal 12, mean 7,5 dan standar deviasi 1,5.
Kemudian untuk klasifikasi, diperoleh hasil kategori
rendah < 6, kategori sedang 6 ≤ skor < 9 dan kategori
tinggi ≤ 9.
Dari tabel di atas diketahui terdapat sebesar 16 atau
23,9% responden dalam kategori frekuensi tinggi, 44 atau
65,7% responden pada kategori frekuensi sedang dan 7
atau 10,4% responden pada kategori frekuensi yang
rendah. Adapun kategori frekuensi tinggi dengan aktifitas
mengakses lebih dari 3 kali dalam sehari, pada kategori
sedang yaitu dengan mengakses 3 kali dalam sehari dan
pada kategori rendah dengan mengakses 1 kali dalam
sehari.
Artinya bahwa frekuensi responden terhadap
intensitas mengakses akun instagram @remaja.islami
termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari
hasil frekuensi terbesar yang diperoleh, yaitu 44
responden atau 65,7%. Yang menyatakan bahwa
responden mengakses akun instagram @remaja.islami
dalam sehari sebanyak 3 kali.
76
e) Intensitas Mengakses Akun Instagram
@remaja.islami secara Keseluruhan
Intensitas mengakses merupakan suatu kegiatan
mengakses instagram yang dilakukan secara terus
menerus atau berulang-ulang. Dalam penelitian ini,
intensitas mengakses meliputi indikator perhatian,
penghayatan, duarasi dan frekuensi :
Tabel 15
Intensitas mengakses akun instagram @remaja.islami
Intensitas Mengakses
akun Instagram
@remaja.islami
Frekuensi Presentase
Rendah 0 0%
Sedang 0 0%
Tinggi 67 100%
Jumlah 67 100%
Sumber : diolah dari data kuesioner lampiran 13
Berdasarkan tabel 15 di atas menunjukan hasil
intensitas mengakses akun instagram @remaja.islami dari
67 responden. Hasil pengolahan data tersebut diperoleh
skor minimal 12, skor maksimal 48, mean 30 dan standar
deviasi 6. Kemudian untuk klasifikasi, diperoleh hasil
kategori rendah < 24, kategori sedang 24 ≤ skor < 36 dan
kategori tinggi ≤ 36.
77
Dari tabel di atas diketahui terdapat sebesar 67 atau
100% responden dalam kategori intensitas tinggi, dan dari
hasil penelitian tersebut penulis tidak menemukan
responden dengan tingkat intensitas sedang dan rendah
atau 0 responden. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perhatian, penghayatan, durasi dan frekuensi responden
terhadap intensitas mengakses akun instagram
@remaja.islami termasuk dalam kategori tinggi.
Artinya bahwa responden memiliki tingkat perhatian
atau daya konsentrasi dimana responden memiliki daya
tarik, dan rasa suka yang tinggi ketika mengakses
postingan yang disajikan akun instagram @remaja.islami.
Penghayatan atau penyerapan isi postingan dimana
responden memahami terhadap isi materi postingan yang
disajikan akun tersebut, kemudian disimpan sebagai
informasi baru atau pengetahuan. Berdasarkan hasil
pengolahan kuesioner, responden merasa terganggu jika
sedang mengakses akun instagram @remaja.islami ada
yang mengajaknya berbicara dan postingan yang
disajikan akun tersebut tidak mengangkat materi yang
berat dan membingungkan. Duarasi atau lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk mengakses akun instagram
@remaja.islami dengan tingkat durasi mengakses
berkisar lebih dari 45 menit sekali dalam sehari. Dan
frekuensi atau tingkat keseringan dalam mengakses akun
instagram @remaja.islami yang tinggi yaitu dengan
aktifitas mengakses lebih dari 3 kali dalam sehari. Hal ini
78
dapat dilihat dari hasil frekuensi terbesar yang diperoleh,
yaitu 67 responden atau 100%.
Sumber : diolah dari data kuesioner variabel intensitas
2. Sikap Berbusana Muslim
Sikap menurut Louis Thurstone, Renis Likert dan Charles
Osgood mengartikan suatu bentuk evaluasi atau reaksi
perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak, ataupun perasaan tidak
memihak pada objek tertentu. Secara lebih spesifik, Thrustone
memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau
negatif terhadap suatu objek psikologis. 41
Variabel sikap berbusana muslim mahasiswi PGSD UST
Yogyakarta angkatan 2016, diukur menggunakan indikator
sikap kognitif (pengetahuan), afektif, dan konatif (perilaku).
Hasil pengolahan data dari indikator tersebut adalah sebagai
berikut :
41 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar), Hlm.3-5
0%0%
50%50%
FREKUENSI
Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Grafik 1 Intensitas Mengakses Akun Instagram
@remaja.islami
79
a) Kognitif
Kognitif atau efek yang berhubungan dengan
perubahan pemikiran atau pengetahuan pada individu
untuk bertindak. Tingkat pengetahuan individu dalam
berbusana muslim dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 16 Kognitif pada sikap berbusana muslim mahasiswi
Kognitif Frekuensi Presentase
Cukup 0 0%
Baik 4 6%
Sangat Baik 63 94%
Jumlah 67 100%
Sumber : diolah dari data kuesioner lampiran 14
Indikator pertama yaitu Kognitif. Berdasarkan tabel
di atas menunjukan hasil indikator kognitif terhadap sikap
berbusana muslim mahasiswi dari 67 responden. Hasil
pengolahan data diperoleh skor minimal 4, skor maksimal
16, mean 10 dan standar deviasi 2. Kemudian untuk
klasifikasi, diperoleh hasil kategori cukup < 8, kategori
baik 8 ≤ skor < 12 dan kategori sangat baik ≤ 12.
Dari tabel di atas diketahui terdapat sebesar 63 atau
94,0% responden dalam kategori pengetahuan sangat
baik, dimana dengan adanya kegiatan mengakses
postingan yang disajikan akun instagram @remaja.islami
responden memiliki pengetahuan dan menjadi lebih
paham serta sependapat dengan postingan yang disajikan
akun tersebut mengenai cara berbusana muslim yang
syar’i menurut Muhammad Abdurrahman. Terdapat 4
80
atau 6,0% responden pada kategori pengetahuan baik
dimana pengetahuan responden tidak terlalu terpengaruh
dengan postingan yang disajikan akun instagram
@remaja.islami mengenai cara berbusana muslim, dan
dari hasil penelitian tersebut penulis tidak menemukan
responden dengan tingkat pengetahuan yang cukup
dimana postingan yang disajikan akun instagram
@remaja.islami tidak memberikan pengetahuan tentang
cara berbusana muslim yaitu 0 responden. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden
terhadap sikap berbusana muslim mahasiswi termasuk
dalam kategori sangat baik.
Artinya bahwa tingkat pengetahuan yang sangat baik,
didapat individu dengan mengakses postingan akun
instagram @remaja.islami dalam tata cara berbusana
muslim. Berdasar penjelasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pada indikator kognitif terdapat hasil
63 responden atau sebesar 94,0% responden berada pada
kategori sangat baik dalam hal kognitif pada variabel
sikap berbusana muslim pada mahasiswi PGSD UST
Yogyakarta angkatan 2016.
b) Afektif
Afektif atau efek yang berhubungan dengan emosi
atau perasaan pada individu. Tingkat emosi individu
dalam berbusana muslim dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
81
Tabel 17 Afektif pada sikap berbusana muslim mahasiswi
Afektif Frekuensi Presentase
Cukup 0 0%
Baik 1 1,5%
Sangat Baik 66 98,5%
Jumlah 67 100%
Sumber : diolah dari data kuesioner lampiran 15
Indikator kedua yaitu perasaan. Tabel 17 menunjukan
hasil indikator tingkat perasaan terhadap sikap berbusana
muslim mahasiswi dari 67 responden. Hasil pengolahan data
diperoleh skor minimal 3, skor maksimal 12, mean 7,5 dan
standar deviasi 1,5. Kemudian untuk klasifikasi, diperoleh
hasil kategori cukup < 6, kategori baik 6 ≤ skor < 9 dan
kategori sangat baik ≤ 9.
Dari tabel di atas diketahui terdapat sebesar 66 atau
98,5% responden dalam kategori tingkat afektif sangat baik,
dimana dengan adanya kegiatan mengakses postingan yang
disajikan akun instagram @remaja.islami responden memiliki
rasa senang untuk mengakses informasi yang disajikan akun
tersebut dan tertarik dengan fashion muslimah yang ada di
dalamnya serta responden termotivasi untuk berbusana
muslim secara syar’i menurut Muhammad Abdurrahman.
Terdapat 1 atau 1,5% responden pada kategori tingkat afektif
baik dimana responden tidak terlalu tertarik tetapi tetap
merasa termotivasi untuk berbusana muslim dengan adanya
aktifitas mengakses postingan yang disajikan akun instagram
82
@remaja.islami, dan dari hasil penelitian tersebut penulis
tidak menemukan responden dengan tingkat perasaan yang
cukup atau 0 responden dimana responden benar-benar tidak
merasa tertarik untuk mengakses akun tersebut dan tiak
termotivasi untuk berbusana sesuai postingan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tingkat afektif responden terhadap sikap
berbusana muslim mahasiswi termasuk dalam kategori sangat
baik.
Artinya bahwa perasaan senang responden yang
timbul setelah memperhatikan postingan yang disajikan akun
instagram @remaja.islami dan merasa tertarik serta
termotivasi untuk mengenakan fashion muslimah dalam
kehidupan sehari-harinya. Hal ini dapat dilihat disimpulkan
bahwa pada indikator afektif terdapat hasil sebanyak 66
responden atau sebesar 98,5% responden berada pada kategori
sangat baik dalam hal afektif pada variabel sikap berbusana
muslim mahasiswi PGSD UST Yogyakarta angkatan 2016.
c) Konatif
Konatif atau efek yang merujuk pada tindakan atau
sikap nyata individu yang dapat diamati meliputi pola
tindakan, kebiasaan berperilaku atau kegiatan. Efek ini
mengungkapkan tentang efek komunikasi massa pada
sikap khalayak dalam tindakan kehidupan sehari-harinya.
Tingkat konatif individu dalam berbusana muslim dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
83
Tabel 18
Konatif terhadap sikap berbusana muslim mahasiswi
Konatif Frekuensi Presentase
Cukup 0 0%
Baik 27 40,3%
Sangat Baik 40 59,7%
Jumlah 67 100%
Sumber : diolah dari data kuesioner lampiran 16
Indikator ketiga yaitu konatif. Tabel 18 menunjukan
hasil indikator tingkat konatif terhadap sikap berbusana
muslim mahasiswi dari 67 responden. Hasil pengolahan
data diperoleh skor minimal 3, skor maksimal 12, mean
7,5 dan standar deviasi 1,5. Kemudian untuk klasifikasi,
diperoleh hasil kategori cukup < 6, kategori baik 6 ≤ skor
< 9 dan kategori sangat baik ≤ 9.
Dari tabel di atas diketahui terdapat sebesar 40 atau
59,7% responden dalam kategori tingkat konatif sangat
baik, dimana responden selalu berbusana muslim dalam
aktifitas sehari-harinya dan tidak hanya dilingkungan
kampus saja melainkan dalam segala tempat, kondisi dan
situasi apapun dengan artian konsisten. terdapat 27 atau
40,3% responden pada kategori tingkat tindakan baik
dimana responden berbusana muslim dalam aktivitas
sehari-harinya namun tidak terlalu konsisten, dan dari
hasil penelitian tersebut penulis tidak menemukan
responden dengan tingkat tindakan yang cukup atau 0
responden atau responden sangat tidak konsisten dalam
84
berbusana muslim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tingkat tindakan responden terhadap sikap berbusana
muslim mahasiswi termasuk dalam kategori sangat baik.
Artinya bahwa individu mengaplikasikan tatacara
berbusana muslimah dalam aktivitas sehari-harinya
dalam tempat, kondisi dan situasi apapun. Hal ini dapat
dilihat dari indikator konatif terdapat hasil sebanyak 40
responden atau sebanyak 59,7% mahasiswi PGSD UST
Yogyakarta angkatan 2016 berada pada kategori sangat
baik dalam berbusana muslim.
d) Sikap Berbusana Muslim Mahasiswi PGSD UST
Yogyakarta angkatan 2016
Sikap berbusana muslim dalam penelitian ini
merupakan suatu respon yang diberikan oleh individu
dari adanya pesan yang disampaikan akun instagram
@remaja.islami. Dalam penelitian ini, perilaku
berbusana muslim meliputi indikator kognitif atau
pengetahuan, afektif atau emosi, dan konatif atau
tindakan.
85
Tabel 19
Sikap Berbusana Muslim Mahasiswi PGSD UST
Yogyakarta angkatan 2016
Sikap Berbusana
Muslim Mahasiswi
Frekuensi Presentase
Cukup 0 0%
Baik 0 0%
Sangat Baik 67 100%
Jumlah 67 100%
Sumber : diolah dari data kuesioner lsmpiran 17
Berdasarkan tabel 19 di atas menunjukan hasil sikap
berbusana muslim mahasiswi dari 67 responden. Hasil
pengolahan data tersebut diperoleh skor minimal 10, skor
maksimal 40, mean 25 dan standar deviasi 5. Kemudian
untuk klasifikasi, diperoleh hasil kategori cukup < 20,
kategori baik 20 ≤ skor < 30 dan kategori sangat baik ≤ 30.
Dari tabel di atas diketahui terdapat sebesar 67 atau
100% responden dalam kategori sikap sangat baik, dan dari
hasil penelitian tersebut penulis tidak menemukan responden
dengan tingkat sikap baik dan cukup atau 0 responden.
Dari 67 responden diatas, semua responden atau 100%
sikap mereka sangat baik dalam hal berbusana muslim.
Seperti variabel intensitas, pada variabel sikap juga ada
beberapa faktor yang mempengaruhi responden untuk
bersikap sangat baik dalam berbusana muslim, salah satunya
karena faktor lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu
86
faktor terbesar atas penentuan sikap para responden tersebut,
karena lingkungan salah satu tempat yang sangat dekat
dengan kehidupan manusia dan dapat merubah seseorang
dalam bersikap.
Grafik 2 Sikap Berbusana Muslim Mahasiswi PGSD UST
Yogyakarta angkatan 2016
Sumber : diolah dari data kuesioner variabel sikap berbusana muslim
C. Analisis Data
1. Analisis Chi-Square
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan Intensitas
mengakses akun instagram @remaja.islami dengan sikap
berbusana muslim mahasiswi PGSD UST Yogyakarta
angkatan 2016, peneliti menggunakan rumus Chi Square atau
kai kuadrat. Langkah pertama adalah membuat tabel silang
untuk menghitung frekuensi teoritis yaitu frekuensi yang
terjadi bila tidak ada perbedaan dalam frekuensi pada dua
variabel pokok. Frekuensi teoritis (ft) dihitung dari jumlah
kolom dikaitkan dengan jumlah baris bagi setiap kotak.
Rumusnya sebagai berikut :
0%0%
50%50%
FREKUENSI
Rendah Sedang Tinggi Jumlah
87
𝑓𝑡𝑎𝑥 = 𝐾𝑎𝑥 𝐵𝑥
𝑇
Keterangan :
ftax = Frekuensi teoritis pada kotak dengan kolom a dan baris
x
Ka = Jumlah pada kolom a
Bx = Jumlah pada baris x
T = Jumlah sampel total
Tabel 20 Intensitas Mengakses * Sikap Berbusana Crosstabulation
Sumber : diolah dari data lampiran 18
Berdasarkan tabel diatas pada kolom intensitas dan sikap
Crosstabulation terdapat hasil sebesar 36 responden dari variabel
intensitas pada kategori sedang dan juga variabel sikap pada
kategori baik dan sangat baik, yang artinya tingkat intensitas
respondennya adalah sedang dan mendapat respon yang baik dari 36
responden dengan kategori baik sangat baik, sebesar 15 responden
Sikap Berbusana
Total Baik
Sangat
Baik
Intensitas
Mengakses
Sedang Count 15 21 36
% within
Intensitas
Mengakses
41,7% 58,3% 100,0%
Tinggi Count 6 25 31
% within
Intensitas
Mengakses
19,4% 80,6% 100,0%
Total Count 21 46 67
% within
Intensitas
Mengakses
31,3% 68,7% 100,0%
88
atau 41,7% pada kategori baik, 21 responden atau 58,3% sangat
baik, terlihat dari banyaknya jumlah pada tiap kategori.
Berikutnya pada kolom variabel intensitas dan kolom intensitas
pada kategori tinggi terdapat jumlah sebesar 31 responden, pada
kategori baik dan sangat baik. Kemudian terdapat 6 responden atau
19,4% pada kategori baik dan 25 responden atau 80,6% pada
kategori sangat baik terlihat dari jumlah pada tiap kategori dalam
variabel sikap pada kolom tinggi di variabel intensitas.
Berdasar penjelasan tabel diatas, jumlah responden yang di uji
dalam penelitian ini sebanyak 67 responden terlihat dari jumlah skor
total pada kolom variabel sikap maupun variabel intensitas, artinya
dalam penelitian ini semua variabel telah diuji tanpa terkecuali.
Dengan besaran total keseluruhan dari variabel sikap pada ketegori
baik berjumlah 21 responden atau 31,3%, kemudian pada kategori
sangat baik sebesar 46 responden atau 68,7% dengan tingkat
presentasenya 100%.
Berikut adalah perhitungan frekuensi teoritis dari tabel 18 :
S*B = 36𝑥21
67= 11,28
T*SB = 31𝑥46
67= 21,28
S*SB = 36𝑥46
67= 24,71
T*B = 31𝑥21
67= 9,71
Setelah didapat frekuensi teoritis selanjutnya adalah mencari
chi square atau kai kuadrat. Adapun rumus chi square sebagai
berikut :
89
𝑋2 = ∑(𝐹𝑜 − 𝐹𝑡)2
𝐹𝑡
Keterangan :
X2 = Chi Kuadrat
Fo = Frekuensi observasi
Ft = Frekuensi teoritis atau harapan
Tabel 21 Perhitungan Chi Square atau Kai Kuadrat
Sumber : dari data lampiran 19
Setelah dilakukan perhitungan analisis maka berdasarkan
tabel diatas, dapat diketahui bahwa koefisien Chi-square atau Kai
Kuadrat adalah 3,848. Hasil tersebut merupakan skor jumlah total
keselurusan dari analisis yang dengan diteliti. Pada derajat
kebebasan atau dk-nya mendapatkan hasil 1, angka tersebut diambil
dari jumlah kolom minus satu dikalikan jumlah baris minus satu atau
dk = (2-1) (2-1) = 1.
Setelah didapatkan nilai derajat kebebasan atau dk, maka
untuk mengetahui hasil yang diperoleh itu signifikan atau tidak,
maka nilai chi square atau kai kuadrat yang dihitung dari hasil
survei dibandingkan dengan tabel distribusi chi square
Intensitas
Mengakses
Akun Instagram
@remaja.islami
Sikap
Berbusana
Muslim
Fo Ft Fo-Ft (𝐹𝑜 − 𝐹𝑡)2 (𝐹𝑜 − 𝐹𝑡)2
𝐹𝑡
S*B 15 11,28 3,72 13,83 1,226
S*SB 21 24,71 -3,71 13,76 0,556
T*B 6 9,71 -3,71 13,76 1,417
T*SB 25 21,28 3,72 13,83 0,649
Jumlah 67 X2 = 3,848
90
berdasarkan nilai dari dk-nya. Suatu hubungan dinyatakan
signifikan jika chi square hitung lebih besar atau sama dengan nilai
yang ada pada tabel distribusi x2 untuk derajat kebebasan yang
bersangkutan yaitu 1. Tingkat signifikansi yang dipilih adalah
0,05.
Tabel 22 Distribusi Chi Square atau Kai Kuadrat
Dk 0,10 0,05 0,02 0,01 0,001
1 2,706 3,841 5,412 6,635 10,827
2 4,605 5,991 7,824 9,210 13,815
3 6,251 7,815 9,837 11,345 16,268
4 7,779 9,488 11,668 13,277 18,465
Sumber : Masri singarimbun, Metode Penelitian Survei data
lampiran 20
Berdasarkan hasil pada perhitungan di atas, pada nilai chi
square yang didapat adalah 3,848 dengan dk-nya adalah 1 dan
tingkat probabilitas sebesar 0,05. Pada tabel 22 distribusi chi
square di atas hasil yang diperoleh adalah 3,841 dilihat dari dk-nya
yaitu 1, maka 3,848 > 3,841 maka hubungannya dinyatakan
signifikan. Artinya Ha diterima. Dengan demikian maka terdapat
hubungan intensitas mengakses akun instagram @remaja.islami
dengan sikap berbusana muslim mahasiswi PGSD UST
Yogyakarta angkatan 2016.
91
Grafik 3
Variabel Intensitas dan Variabel Sikap
Berdasarkan grafik diatas, adalah untuk mendeskripsikan
masing-masing variabel intensitas dan variabel sikap. Pada
variabel sikap di atas menggambarkan bahwa secara visual dalam
bentuk grafik, kemudian pada bagian count menggambarkan
secara kuantitatif.
Berdasarkan gambar diatas, dapat dideskripsikan bahwa
pada kategori intensitas mengakses sedang yang memiliki
indikator sikap baik dan sangat baik, kemudian kedudukan paling
tinggi adalah pada indikator sangat baik di variabel sikap.
Kemudian terlihat pada grafik warna abu tua pada indikator
intensitas mengakses sedang adalah kategori baik pada variabel
sikap.
0
5
10
15
20
25
30
S E D A N G T I N G G I
CO
UN
T
INTENSITAS
Baik
Sangat Baik
SIKAP
92
Pada kategori tingkat intensitas mengakses tinggi terlihat
sikap sangat baik pada indikator sikap memiliki kedudukan
tertinggi dari indikator yang lain. Hal ini dapat dilihat berdasar
grafik 3 diatas. Untuk warna hitam adalah indikator sikap baik dan
abu muda indikator sikap sangat baik.
2. Analisis Kontingensi
Setelah dilakukan analisis chi square atau kai kuadrat,
selanjutnya untuk mengetahui eratnya hubungan antar kedua
variabel, peneliti menggunakan rumus koefisien kontingensi.
Adapun rumus koefisien kontingensi sebagai berikut :
𝐾 = √3,848
3,848+67 = √0,054 = 0,232
Semakin besar K berarti hubungan antara dua variabel makin
erat, K berkisar antara 0,800 - 1,000 = sangat tinggi, antara 0,600
- 0,799 = tinggi, antara 0,400 - 0,599 = cukup, antara 0,200 - 0,399
= rendah, dan antara 0,000 - 0,199 = sangat rendah (tidak valid).
Dari perhitungan di atas didapat koefisien kontingensi sebesar
0,232 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara dua
variabel rendah. Hal ini menunjukan bahwa adanya faktor lain
yang juga mempengaruhi sikap berbusana muslim mahasiswi,
salah satunya karena postingan yang disajikan akun instagram
@remaja.islami yang begitu umum dan latar belakang pendidikan
responden serta lingkungan pergaulannya.
93
D. Pembahasan dan Interpretasi Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menjawab
rumusan masalah yang sebelumnya telah dirumuskan.
Sebelum menjawab rumusan masalah, terlebih dahulu peneliti
memaparkan data variabel X (intensitas mengakses) dan
variabel Y (sikap berbusana muslim). Dari hasil olah data
variabel X (intensitas mengakses) pada tabel 15 didapatkan
hasil bahwa variabel intensitas mengakses akun instagram
@remaja.islami dikategorikan menjadi 3 yaitu rendah, sedang
dan tinggi. Setelah dilakukan olah data dari 67 responden
diperoleh hasil pada seluruh responden atau 100% memiliki
intensitas mengakses akun instagram @remaja.islami yang
tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas
mengakses akun instagram @remaja.islami dipengaruhi oleh
perhatian, penghayatan, frekuensi dan durasi yang diberikan
responden untuk mencari informasi tentang dunia keislaman
yang disajikan dalam akun tersebut.
Selanjutnya dari hasil olah data variabel Y (sikap
berbusana muslim) pada tabel 19 didapatkan hasil bahwa
variabel sikap berbusana muslim dikategorikan menjadi 3
yaitu cukup, baik dan sangat baik. Setelah dilakukan olah data
dari 67 responden terdapat hasil pada seluruh responden
yaitu 67 atau 100% termasuk dalam kategori sangat baik
dalam hal berbusana muslim. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa sikap berbusana muslim mahasiswi PGSD UST
Yogyakarta angkatan 2016 dipengaruhi oleh tingkat
94
pengetahuan, perasaan dan tindakan yang diberikan
responden.
Kemudian untuk menjawab rumusan masalah yang
harus dijawab adalah bagaimana hubungan intensitas
mengakses akun instagram @remaja.islami dengan sikap
berbusana muslim mahasiswi PGSD UST Yogyakarta angkatan
2016, serta untuk melakukan pengujian hipotesis alternative
(Ha) dan hipotesis nihil (Ho). Sebelum dilakukan perhitungan,
terlebih dahulu dirumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan
hipotesis nihil (Ho) sebagai berikut :
Ha : Terdapat hubungan positif antara intensitas mengakses
akun instagram @remaja.islami dengan sikap berbusana
muslim mahasiswi PGSD UST Yogyakarta angkatan 2016
Ho : Tidak terdapat hubungan positif antara intensitas
mengakses akun instagram @remaja.islami dengan sikap
berbusana muslim mahasiswi PGSD UST Yogyakarta angkatan
2016
Untuk menjawab rumusan masalah, pengujian hipotesis
dan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan intensitas
mengakses akun instagram @remaja.islami dengan sikap
berbusana muslim mahasiswi PGSD UST Yogyakarta angkatan
2016, maka peneliti menggunakan rumus chi square. Dari
perhitungan pada tabel 19 didapat nilai x2 sebesar 3,848
dengan dk-nya adalah 1, dan tingkat probabilitasnya sebesar
0,05. Pada tabel distribusi chi square atau kai kuadrat pada
tabel 22, hasil yang diperoleh adalah 3,841 dilihat dari dk-nya
1, karena 3,848 lebih besar dari 3,841 maka hubungannya
95
dikatakan signifikan. Artinya Ha-nya diterima. Dengan
demikian terdapat hubungan positif intensitas mengakses
akun instagram @remaja.islami dengan sikap berbusana
muslim mahasiswi PGSD UST Yogyakarta angkatan 2016.
Selanjutnya untuk mengetahui eratnya hubungan antara
dua variabel, peneliti menggunakan rumus koefisien
kontingensi. Semakin besar K berarti hubungan antara dua
variabel makin erat. K berkisar antara 0,200-0,399 termasuk
dalam kategori rendah. Dari hasil perhitungan di atas didapat
nilai K sebesar 0,232 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara dua variabel rendah. Hal ini menunjukan bahwa adanya
faktor lain yang juga mempengaruhi sikap berbusana muslim
mahasiswi, salah satunya karena postingan yang disajikan akun
instagram @remaja.islami yang begitu umum dan latar belakang
pendidikan responden serta lingkungan pergaulannya.
Berdasarkan hasil penelitian ini memperkuat dan
mendukung kajian teoritis yang dipakai dalam penelitian ini.
Pertama yaitu teori efek media massa yang biasa disebut efek
moderat. Beragam respon akan diberikan oleh manusia dalam
menerima pesan yang disajikan oleh media massa. Artinya,
banyak variabel yang turut mempengaruhi respon yang
diberikan oleh manusia dalam penerimaan pesan media, yaitu
latar belakang pendidikan terakhir, lingkungan pergaulan dan
program kegiatan yang diikuti responden serta pesan yang
disampaikan media. Dengan demikian, pesan dan efek dalam
komunikasi massa merupakan proses interaksi dan hasil
negosiasi antara media dan masyarakat. Kedua, yaitu teori
96
Stimulus Organism Respon (SOR) yang menjelaskan bahwa
proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap. Dalam
teori ini dinyatakan bahwa manusia membentuk suatu sikap
dengan adanya stimulus (pesan) yang disampaikan media
media, Komunikan (organism) akan memahami setiap pesan
yang disampaikan oleh media kemudian mereka akan
mengolah, mengartikan, dan memahaminya, serta akan
memberikan tanggapan (respon) baik dalam perubahan
pemikiran, perasaan ataupun tindakan.
Berdasarkan tabel 18 adalah sikap berbusana muslim
mahasiswi PGSD UST Yogyakarta lebih banyak masuk dalam
kategori sangat baik yaitu 46 responden atau 68,7%. Intensitas
mengakses akun instagram @remaja.islami bukan merupakan
satu-satunya faktor utama yang menimbulkan sikap
berbusana muslim mahasiswi PGSD UST Yogyakarta angkatan
2016, akan tetapi ada faktor lain seperti latar belakang
pendidikan terakhir, lingkungan, program kegiatan mahasiswi,
postingan yang disajikan akun instagram @remaja.islami yang
begitu umum dan lain sebagainya.