Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran sejarah
Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung
dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.
Perubahan itu bersifat secara konstan dan berbekas perubahan tingkah laku
yang relative tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman (Winkel, 2004:
59).
Nana Sudjana (1996: 5) mendefinisikan belajar sebagai proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang
belajar, sedangkan mengajar diartikan sebagai kegiatan dan mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan
menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar.
Menurut Ensiklopedi Indonesia (1980: 434-435) belajar (learning)
diartikan sebagai perubahan yang terjadi pada tingkah laku potensial yang
secara relatif tetap dianggap sebagai hasil dari pengamatan latihan. Atas
perumusan ini ditentukan:
a. Tingkah laku potensia, dipergunakan untuk membedakan pengertian
belajar dan prestasi
7
b. Perubahan yang secara relatif tetap dimaksudkan untuk membedakan
dengan perubahan tingkah laku lain yang sifatnya sementara, seperti
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh karena kelelahan atau
pemuasan kebutuhan yang sifatnya sementara
c. Latihan, dimaksudkan karena perubahan tingkah laku, dapat juga terjadi
bukan sebagai hasil belajar (latihan), melainkan karena proses kematangan
alamiah yang terjadi dengan wajar dan semestinya
d. Pengamatan, merupakan istilah teknis yang dicantumkan dalam perumusan
belajar, oleh karena belajar dianggap mengandung pemberian hadiah dan
hukuman.
Sedangkan belajar menurut ahli Cranbach (1954) seperti yang dikutip
dalam (Tumisem, 2008: 55) adalah proses perubahan tingkah laku dari tidak
tahu menjadi tahu. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi akibat pengalaman
yang dialami individu setelah melakukan interaksi dengan lingkungan.
2. Hasil belajar
Keberhasilan proses belajar yang dialami oleh seseorang, tidak terlepas
dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik yang berasal dari luar diri
individu maupun yang berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan.
Faktor yang berasal dari dalam individu menurut Butler dalam (Tumisem,
2008: 256) adalah motivasi, organisasi, partisipasi, konfirmasi, pengulangan
dan aplikasi. Adapun yang berasal dari luar diri individu dapat dari bahan ajar,
pengajar ataupun lingkungan tempat dia belajar. Untuk mendapatkan hasil
belajar yang maksimal maka diperlukan perpaduan yang seimbang dari
individu dan luar individu.
8
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 141) hasil belajar adalah
perubahan yang sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh
individu. Sedangkan Nana Sudjana (1991: 22) mendefinisikan hasil belajar
sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menemukan pengalaman
belajarnya. Ada 3 macam hasil belajar yaitu keterampilan dan kebiasaan,
pengetahuan dan pengertian serta sikap dan cita-cita hasil belajar, yakni:
informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan
keterampilan motoris.
Sri Rukmini dkk (1993: 60) menyebutkan bahwa hasil belajar
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
a. Faktor yang berasal dari individu yang sedang belajar
Faktor yang terdapat dalam individu dikelompokkan menjadi:
1) Faktor psikis, antara lain kognitif, afektif, psikomotor, campuran
kepribadian
2) Faktor fisik, antara lain indera, anggota badan, kelenjar tubuh, syaraf
dan organ-organ dalam tubuh.
Faktor psikis dan fisik ini keadaannya ada yang ditentukan oleh faktor
keturunan, ada yang oleh faktor lingkungan, dan ada yang ditentukan oleh
faktor keturunan maupun lingkungan.
b. Faktor yang berasal dari luar individu
Guru harus memperhatikan perbedaan individu dalam memberi
pelajaran kepada mereka. Supaya dapat menangani sesuai dengan kondisi
peserta didiknya untuk menunjang keberhasilan belajar, karena faktor-
9
faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik satu dengan lainnya
sangat berbeda.
Secara garis besar klasifikasi hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah,
yaitu:
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban, atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
c. Ranah psikomotoris
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan
refleks, keterampilan gerak dasar, kemampuan persektual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para
siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran (Nana Sudjana, 1991: 23).
3. Sejarah kolonialisme dan imperialisme di Indonesia
Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu tentang apa saja yang mudah
diperkirakan, dikatakan, dirasakan dan dialami oleh orang (Kuntowijoyo,
1995: 6).
10
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang ditulis oleh W.J.S.
Poerwadarminta menyebutkan bahwa sejarah mengandung tiga pengertian
sebagai berikut:
a. Sejarah berarti silsilah atau asal usul
b. Sejarah berarti kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau
c. Sejarah berarti ilmu pengetahuan cerita pelajaran tentang kejadian atau
peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah memberi pengertian
sejarah sebagai berikut:
a. Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di
sekitar kita
b. Cerita tentang perubahan-perubahan kejadian atau peristiwa dalam
kenyataan di sekitar kita
c. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan kejadian atau
peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
Dari beberapa pengertian sejarah di atas, dapat disimpulkan sejarah
adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau
kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia.
4. Metode 3M (Membaca, Menulis Pertanyaan, dan Menjawab Pertanyaan)
Metode adalah cara teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
maksud atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan sesuatu kegiatan
guru mencapai tujuan yang teratur. Metode pembelajaran sebagai cara dalam
menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan memberikan pelatihan),
11
materi pembelajaran kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi
tertentu. Metode pembelajaran biasa diistilahkan sebagai metode instruksional
yang berfungsi sebagai cara dalam penyajian (menguraikan, memberi contoh,
dan memberikan pelatihan) materi pelajaran kepada peserta didik untuk
mencapai tujuan tertentu (Tumisem, 2008: 7).
Metode membaca adalah cara yang diterapkan penulis terhadap peserta
didik untuk memahami materi yang disampaikan guru. Klein dkk (dalam
Farida Rahmi, 2005: 3) mengemukakan bahwa membaca merupakan suatu
proses. Maksudnya adalah informasi dari teks, dan pengetahuan yang dimiliki
oleh pembaca yang mempunyai peranan yang utama dalam membentuk
makna. Proses membaca merupakan perlakuan yang komplek, yang dimiliki
dua komponen kemahiran mengenal atau mengecam perkataan dan kemahiran
memahami apa yang dibaca (Marehaini Yusuf, 1989).
Metode menulis adalah cara yang digunakan penulis untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam menyusun dan mengkomunikasi gagasan.
Menulis, menurut Takala (dalam Achmadi, 1990) adalah suatu proses
menyusun, mencatat, dan mengorganisasi makna dalam tataran ganda, bersifat
interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan
sistem tanda konvensional yang dapat dibaca. Dari batasan di atas dapat
disampaikan sejumlah unsur yang menyatu dalam kegiatan menulis, antara
lain: 1) penulis, 2) makna atau ide yang disampaikan, 3) batasan atau sistem
tanda konvensional sebagai medium penyampaian ide, 4) pembaca sasaran
(target reader), 5) tujuan (sesuatu yang diinginkan penulis terhadap gagasan
yang disampaikan pada pembaca, 6) adanya interaksi antara penulis dan
12
pembaca lewat tulisan tersebut. Berdasarkan unsur-unsur di atas menulis,
adalah kegiatan menyusun dan mengkomunikasikan gagasan dengan medium
bahasa yang dilakukan penulis kepada pembaca sehingga terjadi interaksi
antara keduanya demi tercapainya suatu tujuan.
Proses belajar dengan menulis pertanyaan tentang hal baru akan lebih
efektif jika si pembelajar dalam kondisi aktif bukannya reseptif. Salah satu
cara untuk menciptakan kondisi pembelajaran seperti ini adalah dengan
menstimulir siswa untuk menyelidiki atau mempelajari sendiri materi
pembelajarannya. Strategi sederhana ini akan menstimulasi pengajuan
pertanyaan, yang mana merupakan kunci belajar. Menurut John Holt dalam
(Melvin L. Silberman, 2011: 26) proses belajar akan meningkat jika siswa
diminta untuk melakukan hal-hal berikut yaitu mengemukakan kembali
informasi dengan kata-kata mereka sendiri.
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik
yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga
orang lain dapat memabca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 1985: 21). Tujuan utama
menulis adalah untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis sangat
penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir dan
menolong kita berpikir secara kritis.
Metode yang ketiga adalah menjawab pertanyaan sendiri. Pada tahap
ini disusun strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk menjawab
pertanyaan sendiri. Menjawab adalah memberi jawaban atas pertanyaan atau
kritik, membalas, menyahuti, memenuhi atau menanggapi (KBI, 2003: 463).
13
5. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham konstruktivisme. Konstruktivisme berpandangan bahwa
pengetahuan diperoleh langsung oleh peserta didik berdasarkan pengalaman
dan hasil interaksi dengan lingkungan sekitar. Dalam proses pembelajaran ini
lebih ditekankan pada model belajar kolaboratif dengan kata lain, peserta didik
belajar dalam kelompok tidak seperti pada pembelajaran konvensional, bahwa
peserta didik belajar secara individu. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang terdiri dari siswa dengan berbagai aktivitas dan bekerja
sama dalam kelompok kecil untuk mencapai satu tujuan yang sama.
Menurut Erman Suherman (2003: 260) pembelajaran kooperatif
mencakup siswa yang bekerja dalam sebuah kelompok kecil untuk
menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan
sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Anita Lie (2004: 29)
mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan
sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur pembelajaran kooperatif
yang membedakannya dengan pembelajaran kooperatif dengan benar akan
menunjukkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam model
pembelajaran kooperatif menurut Anita Lie terdapat lima unsur yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi
antar anggota, dan evaluasii proses kelompok.
14
Sedangkan menurut (Muslimin Ibrahim, 2006: 6) unsur-unsur dasar
pembelajaran kooperatif meliputi:
a. Setiap anggota kelompok beranggapan bahwa mereka sehidup
sepenanggungan bersama
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya
seperti miliki mereka sendiri
c. Siswa harus melihat bahwa anggota di dalamnya memiliki tujuan yang
sama
d. Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompok
e. Siswa akan dievaluasi dan diberi penghargaan secara berkelompok
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk dapat
belajar bersama selama pembelajaran
g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu tentang
materi yang dipelajari dalam kelompok.
Sedangkan Johnson dan Johson (1984) mengemukakan empat elemen
dasar dalam pembelajaran kooperatif yang juga merupakan ciri-ciri belajar
kooperatif adalah 1) adanya saling ketergantungan secara positif, 2) adanya
interaksi tatap muka secara langsung, 3) adanya akuntabilitas individu, dan 4)
adanya keterampilan menjalin hubungan interpersonal. Keempat elemen dasar
dalam pembelajaran kooperatif yang dikemukakan Johnson dan Johnson
diuraikan oleh Scott (1992: 31) sebagai berikut:
15
a. Saling ketergantungan positif, untuk mensukseskan pembelajaran secara
kooperatif, siswa harus memiliki persepsi “berenang atau tenggelam
bersama”
b. Adanya interaksi tatap muka secara langsung
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar dengan saling bertatap
muka, berhadapan dan berinteraksi secara langsung, dengan demikian
siswa harus mengembangkan komunikasi yang efektif dan efisien.
c. Adanya akuntabilitas (tanggung jawab individu)
Setiap anggota dalam kelomopk harus mempelajari materi secara tuntas.
d. Adanya keterampilan menjalin hubungan interpersonal
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa,
bersikap sopan terhadap teman, mengkritik ide orang lain, berani
mengemukakan pendapat dan mempertahankan pendapat (ide) serta
berbagai keterampilan sosial lainnya.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran melalui metode 3M (Membaca, Menulis pertanyaan, dan
Menjawab pertanyaan) menurut siswa terlibat secara aktif, menurut siswa
merencanakan konsep dan mengkomunikasikannya serta memotivasi untuk
berpikir kritis dalam proses sosial dengan siswa lain.
Kemampuan membaca, menulis, dan menjawab adalah kemampuan dsar
yang perlu dimiliki seorang siswa. Dengan memiliki kemampuan yaitu mendapat
informasi dari bacaan, dapat melukiskan atau menggambarkan dengan
menggunakan lambang-lambang dapat mengapresiasikan kemampuannya melalui
tanggapan yang disampaikan. Dengan kemampuan awal tersebut diharapkan siswa
16
mampu menyampaikannya lagi melalui tulisan atau dalam bentuk komunikasi
dengan orang lain.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka guru harus pandai dalam menentukan
suatu model pembelajaran, sebab keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan
oleh kemampuan guru dalam mengelola kelas. Salah satu model pembelajaran
yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah 3M (Membaca, Menulis
pertanyaan, dan Menjawab pertanyaan) dengan pendekatan cooperative learning.
Secara singkat kerangka berpikir di atas dapat digambarkan sebagaimana bagan
berikut:
Guru: Belum menggunakan metode 3M
Siswa/hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Binangun
Kondisi awal
Siklus I Dalam pembelajaran menggunakan metode 3M
Guru: Menggunakan metode 3M
Tindakan
Diduga dengan menggunakan metode 3M dengan diskusi kooperatif, hasil belajar sejarah kelas VIII C dapat meningkat
Siklus II Dalam pembelajaran menggunakan metode 3M dengan diskusi kooperatif
Kondisi akhir
17
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti uraian di atas,
hipotesis tindakan dalam pengembangan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
melalui pembelajaran dengan metode 3M (Membaca, Menulis pertanyaan, dan
Menjawab pertanyaan) dengan pendekatan diskusi kooperatif hasil belajar siswa
kelas VIII C SMP Negeri 1 Binangun dapat meningkat.
18