61
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Menurut pandangan ekonom klasik mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang dan modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. 1 Menurut Schumpeter pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan out put (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. 2 Sedangkan menurut Sadono, pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan masyarakat bertambah. 3 Selain itu menurut sadono, alat untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri. Perekonomian wilayah akan mengalami kenaikan dari tahun ketahun, dikarenakan adanya penambahan pada faktor produksi. Selain faktor produksi, jumlah angkatan kerja yang bekerja juga akan meningkat dari tahun ketahun sehingga apabila dimanfaatkan dengan maksimal maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Apapun istilah dan definisinya, yang pasti adalah bahwa pertumbuhan ekonomi mengaitkan dan menghitung antara tingkat pendapatan nasional dari satu periode ke periode berikutnya. Angka pertumbuhan ekonomi umumnya dalam bentuk persentase dan bernilai positif, tetapi mungkin saja bernilai negatif (misalkan saja pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1998 minus sekitar 4%- 6%). Negatifnya pertumbuhan ekonomi tentu saja disebabkan adanya penurunan 1 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi. Teori Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), 433 2 Iskandar Putong, Pengantar Ekonomi Mikro & Makro (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 252 3 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori dan Konsep

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Menurut pandangan ekonom klasik mengemukakan bahwa pada dasarnya

ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah

penduduk, jumlah stok barang dan modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta

tingkat teknologi yang digunakan.1

Menurut Schumpeter pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan out put

(pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat

pertambahan penduduk dan tingkat tabungan.2

Sedangkan menurut Sadono, pertumbuhan ekonomi merupakan

perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa

yang diproduksikan masyarakat bertambah.3 Selain itu menurut sadono, alat

untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu wilayah adalah pertumbuhan

ekonomi wilayah itu sendiri. Perekonomian wilayah akan mengalami kenaikan

dari tahun ketahun, dikarenakan adanya penambahan pada faktor produksi. Selain

faktor produksi, jumlah angkatan kerja yang bekerja juga akan meningkat dari

tahun ketahun sehingga apabila dimanfaatkan dengan maksimal maka akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Apapun istilah dan definisinya, yang pasti adalah bahwa pertumbuhan

ekonomi mengaitkan dan menghitung antara tingkat pendapatan nasional dari satu

periode ke periode berikutnya. Angka pertumbuhan ekonomi umumnya dalam

bentuk persentase dan bernilai positif, tetapi mungkin saja bernilai negatif

(misalkan saja pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1998 minus sekitar 4%-

6%). Negatifnya pertumbuhan ekonomi tentu saja disebabkan adanya penurunan

1 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi. Teori Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), 433

2 Iskandar Putong, Pengantar Ekonomi Mikro & Makro (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 252 3 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 9

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

14

yang lebih besar dari pendapatan nasional berikutnya dibandingkan dengan tahun

sebelumnya.

Ada beberapa alat pengukur dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu:

a) Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan

jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu tahun

tertentu.4 Produk Domestik Bruto/Produk Domestik Regional Bruto apabila

ditingkat nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu

perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar.

b) Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita

Produk Domestik Bruto per kapita dapat digunakan sebagai alat ukur

pertumbuhan yang lebih baik dalam mencerminkan kesejahteraan penduduk

dalam skala daerah.

Berdasarkan pendapat para tokoh diatas, maka penulis mengambil

kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan

bertambahnya barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat yang dapat

dilihat dari data PDB (Produk Domestik Bruto) untuk skala nasional dan jika

untuk suatu daerah dapat dilihat dari data PDRB (Produk Domestik Regional

Bruto) yang dapat mengakibatkan bertambahnya investasi, tenaga kerja, serta

teknologi yang berkembang.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa model pertumbuhan ekonomi yang berkembang hingga saat

ini, yaitu:

1) Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Teori pertumbuhan ekonomi klasik merupakan salah satu dasar dari

pertumbuhan yang dipakai baik dari dulu hingga sekarang.Teori pertumbuhan

ekonomi klasik dikemukakan oleh tokoh-tokoh ekonomi seperti Adam Smith,

David Ricardo, Robert Malthus dan John Stuart Mill.

4 Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 34

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

15

a. Pandangan Adam Smith

Adam Smith ternyata bukan saja terkenal sebagai pelopor ilmu ekonomi

dan ahli ekonomi yang pertama kali mengemukakan pentingnya kebijakan laisez-

faire,5 tetapi juga merupakan ahli ekonomi pertama yang banyak menumpahkan

perhatian kepada masalah pembangunan.6

Menurut Adam Smith dalam bukunya An Inquiry into the Nature and

Causes of The Wealth of Nations (1776), inti ajaran Smith adalah agar masyarakat

diberi kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi apa yang

dirasakan terbaik untuk dilakukan. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas

akan menciptakan efisiensi, membawa ekonomi pada kondisi full employment,

dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stationer (stationary

state).7

b. Pandangan Ricardo dan Malthus

Menurut pandangan Ricardo dan Malthus ini berbeda dengan pandangan

Adam Smith. Menurut Ricardo dan Malthus, perkembangan penduduk yang

berjalan dengan cepat akan memperbesar jumlah penduduk hingga menjadi dua

kali lipat dalam waktu satu generasi, akan menurunkan kembali tingkat

pembangunan ke taraf yang lebih rendah.8

Menurut Ricardo, proses pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut9:

1. Pada permulaan jumlah penduduk rendah dan kekayaan alam relatif cukup

banyak. Sebagai akibatnya, para pengusaha memperoleh keuntungan yang

tinggi. Karena pembentukan modal tergantung kepada keuntungan, maka laba

yang tinggi akan menciptakan tingkat pembentukan modal yang tinggi pula.

Hal ini, akan mengakibatkan kenaikan produksi dan pertambahan permintaan

tenaga kerja.

5 Kebijakan laissez-faire adalah kebijakan yang sifatnya memberikan kebebasan yang maksimal

kepada para pelaku dalam perekonomian untuk melakukan kegiatan yang disukainya dan

meminimalkan campur tangan pemerintah dalam perekonomian. 6 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan (Jakarta: Kencana, 2007), 244 7Robinson Tarigan, Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 47

8 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, 245 9 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, 245

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

16

2. Sesudah tahap tersebut, karena jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan

bertambah, maka upah akan naik dan kenaikan upah ini mendorong

pertambahan penduduk. Sehingga akan mengurangi tingkat keuntungan yang

diperoleh para pengusaha. Dengan kata lain, dorongan untuk mengadakan

pembentukan modal menurun dan selanjutnya akan menurunkan permintaan

atas tenaga kerja.

3. Sesudah tahap tersebut, tingkat upah akan menurun dan pada akhirnya akan

berada pada tingkat yang minimal. Pada tingkat ini perekonomian akan

mencapai stationary state.

Kenaikan dalam produktivitas yang disebabkan oleh kemajuan teknologi

akan dapat mempertinggi tingkat upah dan keuntungan. Maka proses

pertumbuhan dapat berjalan terus. Tetapi hal iu tidak akan berjalan lama, karena

pertambahan penduduk selanjutnya akan menurunkan kembali tingkat upah dan

tingkata keuntungan. Maka menurut Ricardo, kemajuan teknologi tidak dapat

menghalangi terjadinya stationary state. Kemajuan tersebut hanya mampu

mengundurkan masa terjadinya keadaan tersebut.10

2) Teori Pertumbuhan Neo Klasik

Sejak pertengahan tahun 1950-an berkembang analisis mengenai

pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada pandangan ahli-ahli ekonomi

Klasik. Oleh sebab itu, dewasa ini teori tersebut dikenal sebagai teori

pertumbuhan ekonomi Neo-Klasik. Ahli ekonomi yang menjadi perintis

mengembangkan teori tersebut adalah Solow11

yang kemudian diikuti oleh

beberapa ahli ekonomi lain. Diantaranya yang terkenal adalah Edmund Phelps,

Harry Johnson dan J. E. Meade.12

10 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, 246 11 R. M. Solow, “A Contribution to the Theory of Economic Growth”, Quartely Journal of Economics,

Februari 1956, hal. 65-94 dan “Technical Change and The Aggregat Production Function”, Riview of

Economics and Statistic, Agustus 1957, hal. 312-320 12 E. S. Phelps, “The New View of Investment: A Neo-Classical Analysis”, Quartely Journal of

Economics, Nopember 1962, hal. 548-567; H. G. Johnson, The Neo-Classical One Sector Growth

Model: A geometrical Exposition and Extention to A Monetary Economy”, Economica, Agustus 1966,

hal. 265-287; dan J. E. Meade, A Neo Classical Theory of Economic Growth, Oxford University

Press, 1961.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

17

Sebagai suatu perluasan Teori Keynes, Teori Harrod-Domar melihat

persoalan pertumbuhan dari segi permintaan. Pertumbuhan ekonomi hanya akan

berlaku apabila pengeluaran agregat, melalui kenaikan investasi dan bertambah

secara terus menerus pada tingkat pertumbuhan yang ditentukan, yaitu sebesar

𝐼 + ∆𝐼 .13

Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh dua orang ekonom,

yaitu: Robert Solow dan Trevor Swan. Teori neoklasik berpendapat bahwa

pertumbuhan ekonomi bersumber pada penambahan dan perkembangan faktor-

faktor yang mempengaruhi penawaran agregat.Teori pertumbuhan ini juga

menekankan bahwa perkembangan faktor-faktor merupakan faktor penentu dalam

pertumbuhan ekonomi.

Dalam analisis Neo-Klasik, permintaan masyarakat tidak menentukan laju

pertumbuhan. Sebaliknya, menurut teori tersebut pertumbuhan ekonomi

tergantung pada pertambahan penawaran faktor-faktor produksi dan tingkat

keajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan kepada anggapan yang telah menjadi

dasar dalam analisis klasik, yaitu perekonomian akan tetap mengalami tingkat

kesempatan kerja penuh dan kapasitas barang-barang modal akan tetap

sepenuhnya digunakan dari masa ke masa. Dengan demikian menurut teori Neo-

Klasik, sampai dimana perekonomian akan berkembang, tergantung kepada

pertambahan faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi.14

3) Teori Pertumbuhan Schumpeter

Teori Schumpeter mengenai pembangunan ekonomi dikemukakan pertama

kali dalam salah satu bukunya yang terkenal, The Theory of Economic

Development, yang diterbitkan dalam tahun 1911 dan ditulis dalam bahasa

Jerman. Baru pada tahun 1934 buku tersebut diterbitkan dalam bahasa Inggris.

Schumpeter mengembangkan lebih lanjut teorinya mengenai proses

pembangunan dan faktor utama yang menentukan pembangunan ekonomi, dan

13

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 437 14 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, 264

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

18

teorinya yang lebih lengkap mengenai pembangunan ekonomi dikemukakan

dalam buku Business Cycle yang diterbitkan pada 1939.

Salah satu pendapat Schumpeter yang penting adalah keyakinan bahwa

sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling efisien untuk menciptakan

pembangunan ekonomi yang cepat. Tetapi walaupun demikian, dalam jangka

panjang Schumpeter memberikan ramalan yang sangat pesimistik mengenai

proses pembangunan, yakni sistem kapitalisme akhirnya akan mengalami keadaan

tidak berkembang atau stagnation.

Schumpeter tidak sependapat dengan pandangan ahli-ahli ekonomi klasik

yang menganggap bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang

bersifat gradual dan berjalan secara harmonis. Menurut pendapatnya,

pertambahan pendapatan negara dari masa ke masa, perkembangannya sangat

tidak stabil dan keadaannya ditentukan oleh besarnya kemungkinan untuk

menjalankan pembentukan modal yang menguntungkan yang akan dilakukan oleh

para pengusaha.

Schumpeter berkeyakinan bahwa pembangunan ekonomi terutama

diciptakan oleh inisiatif dari golongan pengusaha yang inovatif atau golongan

entrepreneur, yaitu golongan masyarakat yang mengorganisasi dan

menggabungkan faktor-faktor produksi lainnya untuk menciptakan barang-barang

yang diperlukan masyarakat.15

4) Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

Teori Harrod-Domar merupakan penyempurnaan dari analisis Keynes

yang dianggap kurang lengkap, karena tidak menyinggung persoalan mengatasi

masalah-masalah ekonomi dalam jangka panjang. Analisis yang dibuat oleh

Harrod dan Domar bertujuan untuk menutup kelemahan. Teori tersebu pada

intinya menganalisis persoalan berikut: Syarat apakah atau keadaan yang

bagaimanakah yang harus tercipta dalam perekonomian untuk menjamin agar

dari tahun ke tahun kesanggupan memproduksi yang selalu bertambah sebagai

15 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, 250

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

19

akibat dari penanaman modal pada tahun sebelumnya akan selalu sepenuhnya

digunakan?.16

Harrod-Domar menyatakan supaya seluruh barang modal yang tersedia

dapat digunakan sepenuhnya, permintaan agregat harus bertambah sebanyak

kenaikan kapasitas barang modal yang terwujud sebagai akibat dari investasi

masa lalu. Jadi untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang baik maka nilai

investasi dari tahun ketahun harus selalu naik.

Model pertumbuhan ekonomi secara sederhana dapat dituliskan sebagai

berikut:

1) Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari outpit total (Y), maka secara

persamaannyaS = sY

2) Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal (K) yang diwakili

oleh ∆K, sehingga persamaannya: I = ∆𝑲

Karena jumlah stok modal K mempunyai hubungan langsung dengan jumlah

pendapatan nasional Y seperti ditujukan rasio modal output K, maka:

∆𝑲 = 𝒌∆𝒀

3) Versi sederhana dari teori Harrod-Domar, yaitu: ∆𝒀

𝒀 =

𝒔

𝒌

Dari persamaan teori Horrad-Domar dapat dijelaskan terdapat hubungan

positif antara pendapatan nasional dengan rasio tabungan apabila terdapat

kenaikan GDP maka rasio tabungan akan naik. Hal ini akan terjadi apabila tidak

ada pengaruh dari pemerintah. Horrad-Domar menjelaskan untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi sangat mudah, yaitu dengan menabung atau berinvestasi

sebanyak mungkin dan laju pertumbuhan ekonomi akan meningkat.

3. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

a. Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi

a) Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menerangkan atau mengukur prestasi dari

perkembangan suatu ekonomi. Dalam kegiatan perekonomian yang

16 Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan, 256

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

20

sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi

barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan

jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur,

pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan

pertambahan produksi barang modal. Tetapi dengan menggunakan

berbagai jenis data produksi adalah sangat sukar untuk member gambaran

tentang pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Oleh sebab itu, untuk

memberikan suatu gambaran kasar mengenai pertumbuhan ekonomi yang

dicapai suatu negara, ukuran yang selalu digunakan adalah tingkat

pertumbuhan pendapatan nasional riil yang dicapai.17

b) Pembangunan Ekonomi

Sebagai ahli ekonomi mengartikan pembangunan ekonomi

(economic development) adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh

perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. Dengan kata lain,

sebagian ahli ekonomi tersebut mengistilahkan pembangunan ekonomi

bukan saja tertarik kepada masalah modernisasi kegiatan ekonomi,

misalnya kepada usaha merombak sektor pertanian yang tradisional,

masalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah peraturan

perataan pembagian pendapatan.18

b. Pendapatan Per Kapita sebagai Pengukuran Kemakmuran

Presentasi penduduk yang memiliki kendaraan, tingkat pendapatan

mereka memiliki dan pemilikan harta-harta lain yang merupakan petunjuk

penting dalam melihat taraf kemakmuran yang dicapai. Disamping itu,

kemakmuran ditentukan pula oleh fasilitas untuk mendapatkan suplai listrik

dan air minum yang bersih, fasilitas pendidikan yang diperoleh dan taraf

pendidikan yang dicapai, taraf kesehatan dan fasilitas perabotan yang tersedia,

17

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 423 18

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 423

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

21

keadaan perumahan masyarakat miskin dan taraf perkembangan infrastruktur

yang dicapai.19

1) Membandingkan Pendapatan Perkapita

Dalam menunjukan dan membandingkan tingkat kemakmuran suatu

masyarakat digunakan data pendapatan per kapita dalam mata uang sendiri

maupun dalam dolar Amerika Serikat.

Dalam menggunakan data pendapatan perkapita dalam

membandingkan tingkat kemakmuran di berbagai negara perlulah disadari,

bahwa perbandingan tersebut mempunyai banyak kelemahan. Oleh sebab itu,

perbandingan seperti itu harus dipandang sebagai gambaran kasar dari

perbedaan tingkat kemakmuran yang dicapai berbagai negara. Salah satu

faktor yang menyebabkan ketidakpastian dalam biaya hidup atau cost of living

diantara berbagai negara.20

2) Pendapatan Per Kapita dan Cara Perhitungannya

Salah satu komponen dari pendapatan nasional yang selalu dilakukan

perhitungan adalah pendapatan per kapita, yaitu pendapatan rata-rata

penduduk suatu negara pada suatu masa tertentu.Nilainya diperoleh dengan

membagi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto

(PNB) suatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut.

Dengan demikian pendapatan per kapita dapat dihitung dengan menggunakan

salah satu formula berikut:

PDB Per Kapita = 𝑃𝐷𝐵

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

PNB Per Kapita = 𝑃𝑁𝐵

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

Dalam menghitung pendapatan per kapita dapat menggunakan dua

macam cara perhitungan, yaitu berdasarkan harga yang berlaku dan harga

tetap. Perhitungan pendapatan per kapita menurut harga berlaku sangat

penting untuk member gambaran mengenai kemampuan rata-rata dari

19

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 423 20

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 424

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

22

penduduk negara itu berbelanja dan membeli barang-barang dan jasa yang

diperlukan.

Data per kapita menurut harga tetap perlu dihitung untuk menunjukan

perkembangan tingkat kemakmuran disuatu negara, Produk Domesti Bruto

(PDB) biasanya bertambah dari tahun ke tahun. Nilainya yang bertambah itu

pada umunya disebabkan oleh dua faktor, yaitu pertambahan produk fiskal

yang berlaku dan kenaikan harga-harga barang dan jasa yang dihitung dalam

pendapatan nasional. Dengan demikian, kenaikan pendapatan nasioanal

menurut harga yang berlaku tidak memberi gambaran yang sempurna tentang

perkembangan kemakmuran yang sebenarnya karena efek kenaikan harga

dalam menaikkan pendapatan per kapita balum diperhitungkan. Oleh sebab

itu, untuk menggambarkan perkembangan kemakmuran suatu masyarakat

perlulah dihitung pendapatan per kapita pada harga tetap. Suatu masyarakat

dipandang mengalami pertambahan dalam kemakmuran apabila pendapatan

per kapita menurut harga tetap atau pendapatan per kapita riil terus menerus

bertambah dari tahun ke tahun.21

4. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Ekonomi Islam

Dalam pertumbuhan ekonomi ada beberapa faktor yang akan

mempengaruhi pertumbuhan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah22

:

1. Sumberdaya yang dapat dikelola (invistible resources)

2. Sumberdaya manusia (human resources)

3. Wirausaha (entrepreneurship)

4. Teknologi (technology)

21

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 424 22

Abul Hasan Muhammad Sadeq, Economic Growth in An Islamic Economy, tulisan dalam

Development and Finance in Islam (Malaysia, International Islamic University Press, 1987), 56

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

23

Islam juga melihat bahwa faktor-faktor di atas juga sangat penting dalam

pertumbuhan ekonomi.

1. SDM yang dapat dikelola (investable resources)

Pertumbuhan ekonomi sangat membutuhkan sumberdaya yang dapat

digunakan dalam memproduksi asset-asset fisik untuk menghasilkan pendapatan.

Aspek fisik tersebut antara lain tanaman indutrsi, mesin, dsb. Pada sisi lain, peran

modal juga sangat signifikan untuk diperhatikan. Dengan demikian, proses

pertumbuhan ekonomi mencakup mobilisasi sumberdaya, merubah sumberdaya

tersebut dalam bentuk asset produktif, serta dapat digunakan secara optimal dan

efisien. Sedangkan sumber modal terbagi dua yaitu sumber domestik/internal

serta sumber eksternal.

Negara-negara muslim harus mengembangkan kerjasama ekonomi dan

sedapat mungkin menahan diri untuk tidak tergantung kepada sumber eksternal.

Hal ini bertujuan untuk meminimalisir beban hutang yang berbasis bunga dan

menyelamatkan generasi akan datang dari ketergantungan dengan Barat.23

Oleh

karena itu perlu upaya untuk meningkatkan sumberdaya domestik seperti

tabungan dan simpanan sukarela, pajak ataupun usaha lain berupa pemindahan

sumberdaya dari orang kaya kepada orang miskin.

2. SDM (human resuources)

Faktor penentu lainnya yang sangat penting adalah sumberdaya manusia.

Manusialah yang paling aktif berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Peran

mereka mencakup beberapa bidang, antara lain dalam hal eksploitasi sumberdaya

yang ada, pengakumulasian modal, serta pembangunan institusi sosial ekonomi

dan politik masyarakat.

23 Beban hutang merupakan permasalahan dunia yang saat ini sangat sulit dicari jalan keluarnya.

Beban ini sangat terasa khususnya bagi negara-negara berkembang. Solusi yang diberikan selama ini

terkesan tambal sulam. Biasanya pemecahannya berupa pemberian tambahan pinjaman baru yang

menyebabkan jumlah hutang yang ditanggung negara penghutang semakin membengkak. Padahal

jumlah angsuran utang pokok dan bunga yang diteima oleh bank dunia sudah melebihi jumlah

pinjaman yang diberikan oleh Bank Dunia kepada negara dunia ketiga secara menyeluruh. Lihat pada

Sumitro Djoyohadikusumo, Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Jakarta, Obor Indonesia, 1991), 384.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

24

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, maka perlu

adanya efisiensi dalam tenaga kerja. Efisiensi tersebut membutuhkan kualitas

professional dan kualitas moral. Kedua kualitas ini harus dipenuhi dan tidak

dapat berdiri sendiri. Kombinasi keduanya mutlak dipadukan dalam batas-batas

yang rasional.

Prinsip Islam terlihat berbeda dengan mainstream ekonomi konvensional

yang hanya menekankan pada aspek kualitas profesional dan mengabaikan

kualitas moral. Moral selama ini dianggap merupakan rangkaian yang hilang

dalam kajian ekonomi. Maka Islam mencoba mengembalikan nilai moral tersebut.

Oleh karena itu, menurut Islam untuk dapat menjadi pelaku ekonomi yang baik,

orang tersebut dituntun oleh syarat-syarat berikut :

a. Suatu kontrak kerja merupakan janji dan kepercayaan yang tidak boleh

dilanggar walaupun sedikit. Hal ini memberikan suatu jaminan moral

seandainya ada penolakan kewajiban dalam kontrak atau pelayanan yang

telah ditentukan.

b. Seseorang harus bekerja maksimal ketika ia telah menerima gaji secara

penuh. Ia dicela apabila tidak memberi kerja yang baik.

c. Dalam Islam kerja merupakan ibadah sehingga memberikan implikasi pada

seseorang untuk bekerja secara wajar dan profesional.

3. Wirausaha (entrepreneurship)

Wirausaha merupakan kunci dalam proses pertumbuhan ekonomi dan sangat

determinan. Wirausaha dianggap memiliki fungsi dinamis yang sangat

dibutuhkan dalam suatu pertumbuhan ekonomi. Nabi Muhammad Saw, dalam

beberapa hadits menekankan pentingnya wirausaha. Dalam hadits riwayat Ahmad

beliau bersabda,”Hendaklah kamu berdagang (berbisnis), karena di dalamnya

teedapat 90 % pintu rezeki”. Dalam hadits yang lain beliau bersabda,

”Sesungguhnya sebaik-baik pekerjaan adalah perdagangan (bisnis)”.

Menurut M.Umer Chapra, dalam buku Islam and Economic Development,

bahwa salah satu cara yang paling konstruktif dalam mempercepat pertumbuhan

yang berkeadilan adalah dengan membuat masyarakat dan individu untuk mampu

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

25

semaksimal mungkin mengunakan daya kreasi dan artistiknya secara profesional,

produktif dan efisien.24

Dengan demikian, semangat entrepreneurship (kewirausahaaan) dan

kewiraswastaan harus ditumbuhkan dan dibangun dalam jiwa masyarakat.

Dr.Muhammad Yunus telah menekankan pentingnya pembangunan jiwa

wirausaha dalam pembangunan eknonomi di negara-negara muslim yang

tergolong miskin. Dalam hal ini ia mengatakan, : ”Upah buruh bukanlah satu

jalan mulus bagi pengurangan kemiskinan, justru wirausahalah yang mempunyai

potensi lebih besar dalam meningkatkan basis-basis asset individual daripada

yang dimiliki oleh upah kerja.25

Menumbuhkan kembangkan jiwa kewisahausahawaan akan mendorong

pengembangan usaha kecil secara signifikan. Usaha kecil, khususnya di sektor

produksai akan menyerap tenaga kerja yang luas dan jauh lebih besar. Beberapa

studi yang dilakukan di sejumlah negara oleh Michigan State University dan para

sarjana, telah menunjukkan secara jelas konstribusi yang besar dan industri kecil

dan usaha mikro dalam memberikan lapangan pekerjaan dan pendapatan. Merekja

mampu menciptakan lapangan kerja bahkan secara tidak langsung mereka berarti

mengembangkan pendapatan dan permintaan akan barang dan jasa, peralatan,

bahan baku dan ekspor. Mereka adalah industri padat karya yang kurang

memerlukan bantuan dana luar (asing), bahkan kadang tidak begitu tergantung

kepada kredit pemerintah dibanding insdustri berskala besar.

Karena itu, tidak mengherankan apabila saat ini muncul kesadaran yang

meluas bahwa strategi industrialisasi modern yang berskala besar pada dekade

terdahulu secara umum telah gagal memecahkan masalah-masalah

keterbelakangan global dan kemiskinan.26

Litte, Scietovsky dan Scott telah

24 M.Umer Chapra, Islam and The Economic Challenge, The International Institute of Islamic

Thaought, (IIIT), USA, 1992. Edisi Indonesia, Islam dan Tantangan Ekonomi (Jakarta, Risalah Gusti,

1999), 136 25 Muhammad Yunus, The Poor as the Engine of Development (Economic Impact 2, 1988), 31 26 Carl Lidholm dan Donald Mead, Small Scale Enterprise : A Profile, diproduksi kembali dari Small

Scale Industries in Developing Countries : Empirical Epidence and Policy Implication, Michigan State

University Development Paper (Economic Impact 2, 1998), 12.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

26

menyimpulkan bahwa industri-industri modern yang berkla besar biasanya kurang

dapat menghasilkan keuntungan daripada industri-industri kecil, di samping itu

industri besar lebih mahal dalam hal modal dan lebih sedikit menciptakan

lapangan pekerjaan.27

Karena itulah Usaha Mikro (Industri kecil) secara luas

dipandang sebagai suatu cara yang efektif untuk meningkatkan konstribusi sektor

swasta, baik untuk tujuan-tujuan pertumbuhan maupun pemerataan bagi negara-

negara berkembang.28

Banyak para sarjana meragukan konstribusi industri-industri besar dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan dibanding industrui

kecul dan usaha mikro.29

Karena itulah Hasan Al-Banna memberikan dan

mengembangkan industri rumah tangga yang utama dalam pembahasan tentang

reformasi ekonominya sesuai dengan jaran Islam. Hal itu beliau tekankan karena

akan membantu penyediaan lapangan kerja produktif bagi semua anggota

masyarakat miskin, dengan demikian akan mengurangi pengangguran dan

kemiskinan.30

Dari paparan di atas dapat ditegaskan bahwa peran wirausaha dalam

menggerakkan pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang tak terbantahkan.

Kelangkaan wirausaha bahkan bisa menyebabkan kurangnya pertumbuhan

ekonomi walaupun faktor-faktor lain banyak tersedia. Dalam hal ini pula Islam

sangat mendorong pengembangan semangat wirausaha untuk menggalakkan

pertumbuhan ekonomi.

4. Teknologi

Para ekonom menyatakan bahwa kemajuan teknologi merupakan sumber

terpenting pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dianggap tidak

mengikuti proses sejarah secara gradual, tidak terjadi terus-menerus dalam suatu

27 Ian Litte, Tibor Scietovsky dan Maurice Scott, Industri and Trade in Some Developing

Countries (London , Oxford University Press, 1970), 91 28

Grahan Gudgin, Industrial Location Process and Employment Growth (London : Gower, 1997), 8

dan lihat pula David Birch, The Job Generation, Process (Cambridge, Mass : MIT Program on

Neigbourhood and Regional Change), 1979. 29 Mariluz Cortes, Albert Berry dan Asfaq Ishaq, Succses in Small and Medium Scale

Entreprise (diterbitkan untuk bank dunia oleh Oxford university Press, 1987), 2. 30 Hasan Al-Banna, Majmu‟at at-Rasail (Alexandaria, Darud Dakwah, 1989), 267

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

27

keadaan yang tidak bisa ditentukan. Dinamika dan diskontiniuitas tersebut

berkaiatan erat dan ditentukan oleh inovasi-inovasi dalam bidang teknologi.

Kemajuan teknologi mencakup dua bentuk, yaitu inovasi produk dan

inovasio proses. Inovasi produk berkaitan dengan produk-produk baru yang

sebelumnya tidak ada atau pengembangan produk-produk sebelumnya.

Sedangkan inovasi proses merupakan penggunaan teknik-teknik baru yang lebih

murah dalam memproduksi produk-produk yang telah ada.

Islam tidak menantang konsep tentang perubahan teknologi seperti

digambarkan di atas, bahkan dalam kenyataannya Islam mendukung kemajuan

teknologi. Perintah Al-quran untuk melakukan pencarian dan penelitian cukup

banyak dalam Al-Quran. Dalam terma ekonomi bisa disebut dengan penelitian

dan pengembangan (research and development) yang menghasilkan perubahan

teknologi. Dalam Al-Quran juga ada perintah untuk melalukan eksplorasi segala

apa yang terdapat di bumi untuk kesejahteraan manusia.31

Eksplorasi ini jelas

membutuhkan penelitian untuk menjadikan sumberdaya alam tersebut berguna

dan bermanfaat bagi manusia.

Selain itu dalam Islam, terdapat instrumen ekonomi yang dapat

mengentaskan kemiskinan dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yaitu zakat,

infaq, dan shadaqah. Zakat didistribusikan kepada 8 golongan yaitu orang-orang

fakir, miskin, petugas zakat (amil), muallaf (biasa diterjemahkan orang yang baru

masuk Islam), budak, orang yang berutang dan tidak mampu membayar, musafir

dan fi sabilillah.

Ketika zakat dibagikan khususnya kepada orang fakir dan miskin,

pengelolaan dana zakat tersebut harus diarahkan untuk kegiatan yang bersifat

produktif. Dana zakat yang diarahkan kepada kegiatan yang bersifat produktif

menjadi modal bagi orang fakir dan miskin untuk melakukan kegiatan

kewirausahaan. Dalam menjalankan kegiatan kewirausahaannya, orang fakir dan

31 Ayat yang menjelaskan tentang perintah Allah untuk melakukan eksplorasi di bumi misalnya surat

16:14, 30:46, 35:12, 45:12, 36:33-35. Penjelasan tentang ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan

ekonomi, Lihat Muhammad M.Akram Khan, Economic Message of Quran, (Kuwait, Islamic Book

Published, 1996)

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

28

miskin harus mencontoh Rasulullah SAW. Rasulullah melalui tuntunan Al Quran

dan teladan Sunnah Nabawiyyah senantiasa menegaskan agar kita memiliki

keyakinan yang tinggi dalam meraih keberhasilan ekonomi. Minimal

ada lima landasan Qurani yang dapat meneguhkan keyakinan ini.

1. Allah telah menyediakan rezeki bagi setiap hamba-Nya yang tertera pada ayat

Al-Qur‟an. Allah SWT yang berfirman:

“Dan tidak ada suatu binatang melata32

pun di bumi melainkan Allah-lah

yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan

tempat penyimpanannya33

semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh

Mahfuzh)”.34

2. Mencari rezeki atau berusaha adalah perintah Allah yang harus dikerjakan.

Ayat tersebut terdapat pada firman Allah SWT yang berbunyi:

“Apabila telah ditunaikan shalat, bertebaranlah kamu di muka bumi dan

carilah (rezeki) karunia Allah dan ingatlah kepada Allah sebanyak-

banyaknya agar kamu mendapat keberuntungan”.35

Dengan dasar keyakinan itu, hendaknya kita menjadikan ikhtiar sebagai

bagian dari beribadah kepada-Nya.

32

Yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa.

33 Menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat

penyimpanan ialah akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah

tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim. 34 (Q. S Huud/11 : 6) 35 (Q. S Al-Jumuah/62: 10)

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

29

3. Memaksimalkan potensi dan kemampuan diri demi meraih hasil yang lebih

baik. Yang terdapat pada firman Allah SWT, yang berbunyi:

“Dan sesungguhnya manusia itu hanya akan memperoleh apa yang

diusahakannya.”36

4. Semangat dalam berusaha, optimis dan pantang menyerah. Sesuai dengan

firman Allah SWT yang berbunyi:

”Janganlah kamu bersikap lemah (pesimis), dan janganlah (pula) kamu

bersedih hati, padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi

(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.“37

5. Bertawakal kepada Allah dalam mencari penghasilan. Hal ini sesuai dengan

firman Allah SWT yang berbunyi:

“(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada

orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan

pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka

Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah

Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung. Maka

mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka

tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah

mempunyai karunia yang besar.”38

36 (Q. S An Najm/53: 39) 37 (Q. S Ali Imran/3 : 139) 38 (Q. S Ali Imran/3: 173-174)

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

30

Dengan menjalankan prinsip-prinsip yang sesuai dengan tuntunan Allah

SWT dan Rasulullah SAW sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, insyaAllah

orang-orang fakir dan miskin tadi bisa berubah menjadi orang-orang yang dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dengan digunakannya

dana zakat secara produktif, terjadi peningkatan kesejahteraan hidup para orang

fakir dan miskin. Bahkan, orang fakir dan miskin yang pada awalnya mustahiq

akhirnya bisa menjadi muzakki karena telah meningkat kesejahteraan hidupnya.39

Lalu, inti dari pertumbuhan ekonomi dalam Islam ialah tidak hanya

meningkatnya GDP suatu negara tetapi juga yang lebih penting lagi ialah

berkurangnya orang-orang miskin di suatu negara dan terciptanya peningkatan

kesejahteraan hidup secara merata bagi seluruh warga negara khususnya para

fakir dan miskin.

Selain itu ada beberapa pandangan Islam terhadap Pertumbuhan Ekonomi,

salah satunya terdapat pada firman Allah SWT, yang berbunyi:

“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman:

"Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua

belas mata air.Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya

(masing-masing).Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan

janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan”.40

Ayat Al Qur`an diatas, serta banyak ayat lainnya, menyampaikan kunci

dari pesan Al Qur`an dalam bidang ekonomi. Islam mengajarkan seorang muslim

39 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Leadership dan Manajemen

Muhammad SAW “ The Super Leader Super Manager (Jakarta : TAZKIA Publishing, 2010) 40

(Q.S al-Baqarah/2:60)

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

31

untuk menikmati dan memanfaatkan anugerah yang disediakan oleh Allah. Islam

tidak menetapkan batas kuantitatif tertentu dalam perkembangan kekayaan

material suatu masyarakat muslim. Bahkan, Islam menilai usaha manusia untuk

memperoleh kesejahteraan material sebagai tindakan terpuji. Kemudian dapat

difahami bahwa tujuan untuk memperoleh pertumbuhan ekonomi menjadi salah

satu tujuan ekonomi masyarakat muslim. Tujuan itu akan terwujud menjadi

tindakan nyata untuk melakukan usaha berkelanjutan dalam pemanfaatan sumber

daya yang telah disediakan oleh Allah untuk pelayanan dan perbaikan umat

manusia, misalnya melalui riset dan pengembangan teknologi. Hal itu membantu

tercapainya tujuan penciptaan manusia yaitu untuk menjadi khalifah Allah di

muka bumi ini.

Pembangunan ekonomi dalam Islam adalah pembangunan umat manusia

dan peningkatan taraf hidup serta kualitas hidup mereka dalam rangka

menunjukkan ketaataanya pada Tuhan yang menciptakannya.Hal ini sesuai

dengan firman Allah:

“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah

Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi

mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan

perbuatannya”.41

Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa jikalau Sekiranya penduduk negeri-

negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka

berkah dari langit dan bumi, hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Umer

Chapra bahwa tujuan akhir dalam pembangunan ekonomi ialah untuk

menunjukkan ketaatan pada Tuhan yang menciptakannya, sehingga Allah akan

41

(Q.S al-A‟raaf/7: 96)

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

32

melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi atau dengan kata lain

kesejahteraan bagi masyarakatnya.42

Dalam Islam strategi pengembangan ekonomi sebagaimana yang

diungkapkan oleh M.N. Siddiqi dalam Ahmad Syuja‟, mempunyai khas yang

utama yaitu bahwa keadilan sosial dan kemakmuran berjalan bergandengan. Ini

terjadi karena adanya motivasi bahwa Islam melaksanakan segala sesuatu untuk

perkembangan ekonomi. Alasan untuk mendapatkan keuntungan pribadi bukanlah

merupakan pendorong utama dalam Islam. Usaha-usaha pengembangan

umumnya bersifat sosial, tiap individu secara sukarela bekerjasama di dalam

usaha tersebut.43

Ini semua terjadi karena Islam mempunyai pandangan hidup yang berbeda

dengan sistem lainnya. Pembangunan atau pertumbuhan ekonomi dalam Islam

selalu didasari oleh pandangan hidup yang telah ditetapkan oleh Allah. Umar

Chapra menjelaskan bahwa pandangan hidup Islam didasarkan pada tiga konsep

fundamental, yaitu tauhid, khilafah dan keadilan.Tauhid berarti kesadaran

ketuhanan bahwa manusia diciptakan adalah untuk patuh dan beribadah

kepadaNya. Khilafah berarti semua sumberdaya-sumberdaya yang ada

ditangannya adalah amanah yang diberikan oleh Allah dan akan dipertanggung

jawabkan dihadapanNya kelak. Konsep khilafah yang berati mempunyai makna

persatuan fundamental dan persaudaraan manusia akan tetap kosong jika tidak

dibarengi dengan pandangan hidup yang ketiga adalah keadilan, manusia

diciptakan untuk menegakkan keadilan.44

Jadi pembangunan dengan keadilan adalah jika doktrin khilafah telah

terwujud dengan memenuhi kebutuhan semua orang, pembagian pendapatan dan

kekayaan yang adil, pemberian kesempatan kerja penuh dan perlindungan pada

alam sekitar.45

42

M. Umer Chapra, ,Islam and Economic Development, 9. 43

Ahmad Syuja‟, “Optimalisasi Pertumbuhan Ekonomi Tinjauan Pendapatan Menurut Paham Neo-

Liberal (Kajian Dalam Perspeftif Islam).” (Skripsi, Fakultas Ekonomi UIN Malang, 2007), 31. 44

M. Umer Chapra, ,Islam and Economic Development, 6. 45

M. Umer Chapra, ,Islam and Economic Development, 9.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

33

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi dalam pandangan Islam tidaklah

untuk dirinya sendiri, tidak pula peningkatan GNP (pendapatan nasional kotor)

merupakan satu-satunya ukuran “pertumbuhan ekonomi” menurut Islam.

Tujuannya adalah suatu hidup sejahtera dengan segala dimensinya, dan aspek

ekonomi hanyalah salah satu dimensi (M.N. Siddiqi,1986, 26 dalam Ahmad

Syuja‟).46

Kesejahteraan ini meliputi fisik sebab kedamaian mental dan

kebahagiaan hanya dapat dicapai melalui realisasi yang seimbang antara

kebutuhan materi dan rohani dari personalitas manusia. Karena itu

memaksimumkan output total semata-mata tidak dapat menjadi tujuan dari

sebuah masyarakat muslim. Memaksimumkan output, harus dibarengi dengan

menjamin usaha-usaha yang ditujukan kepada kesehatan rohani yang terletak

pada batin manusia, keadilan serta permainan yang fair pada semua peringkat

interaksi manusia. Hanya pembangunan semacam inilah yang selaras dengan

tujuan-tujuan syari‟ah (maqashid as-syari‟ah).47

Untuk mewujudkan gagasan Pertumbuhan dengan keadilan bagi semua,

Islam mempunyai filsafat ekonomi yang berbeda dengan filsafat sistem-sistem

ekonomi lainnya. Ada tiga asas pokok filsafat ekonomi dalam Islam sebagaimana

yang dijelaskan oleh Adi Sasono48

, yaitu sebagai berikut:

a. Dunia ini, semua harta dan kekayaan adalah milik Allah dan menurut kepada

kehendak-Nya. Manusia sebagai khalifah-Nya hanya mempunyai hak khilafat

dan tidak absolut serta dengan melaksanakan hukum-Nya; dan mereka yang

menyatakan kepemilikan eksklusif tidak terbatas berarti ingkar kepada

kekuasaan Allah.

b. Allah itu Esa, Pencipta segala makhluk, dan semua yang diciptakan tunduk

kepada-Nya. Salah satu hasil ciptaan-Nya adalah manusia yang berasal dari

subtansi yang sama, dan memiliki hak dan kewajiban yang samasebagai

46

Ahmad Syuja‟, “Optimalisasi Pertumbuhan Ekonomi Tinjauan Pendapatan Menurut Paham Neo-

Liberal (Kajian Dalam Perspeftif Islam. 31. 47

, M. UmerChapra, Islam and Economic Development, 8. 48

Adi Sasono dkk, eds, Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan, dan Dakwah)

(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), 36-38.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

34

khalifah Allah di muka bumi. Alam ini, semua flora dan fauna ditundukkan

oleh Allah sebagai sumber manfaat ekonomis dan keindahan bagi umat

manusia. Sedangkan ketidak-merataan karunia ni‟mat dan kekayaan sumber-

sumber ekonomi kepada perorangan maupu bangsa adalah kuasa Allah pula,

agar mereka yang diberi kelebihan sadar menegakkan persamaan masyarakat

(egalitarian) dan bersyukur kepada-Nya.

c. Iman kepada Hari Pengadilan sebagai asas ketiga sangat penting dalam

filsafat ekonomi dalam Islam, karena akan mempengaruhi tingkah laku

ekonomi manusia. Seorang muslim yang melakukan aksi ekonomi tertentu

akan mempertimbangkan akibatnya pada hari kemudian.

Ketiga asas filsafat ekonomi dalam Islam seperti diuraikan diatas,

sebenarnya berpangkal kepada asas tauhid, yang jelas sangat berbeda jauh dengan

asas filsafat ekonomi lainnya.Filsafat ekonomi kapitalisme tergambarkan pada

prinsip laissez faire dan kekuasaan tersamar, kebebasan orang diberikan

sepenuhnya untuk mengeruk keuntungan bagi dirinya. Filsafat ini selanjutnya

memandang bahwa Tuhan itu memang ada, tetapi tidak ikut turut campur dalam

bisnis manusia, atau Tuhan itu sudah pensiun, tidur, atau sudah pindah atau

sedang jalan-jalan ke negara-negara dan bangsa yang sedang berkembang.

Filsafat ini menggambarkan agnotisme yang pada gilirannya akan menerima

akibat fatal bagi keseimbangan eksistensi konsep triangle (filsafat Tuhan-

Manusia-Alam, dimana Tuhan terletak disudut puncak) . Walau masih mengaku

masih ada segi-segi moral dan ruhani agama dalam kehidupan, filsafat ini telah

membawa manusia kepada kehidupan yang materialistik.49

2. Inflasi

a) Pengertian Inflasi

Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari

barang atau komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi

dapat di anggap sebagai fenomena moneter terhadap suatu komoditas.

Sedangkan definisi inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang

49

Adi Sasono dkk, eds, Solusi Islam Atas Problematika Umat (Ekonomi, Pendidikan, dan Dakwah), 36.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

35

menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit perhitungan

moneter) terhadap barang-barang atau komoditas dan jasa.50

Sebaliknya, jika

yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barang-

barang atau komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi.

Selain itu, inflasi juga dapat didefinisikan sebagai kecenderungan dari

harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga

dari satu atau dua barang saja tidak disebut dengan inflasi, kecuali bila

kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar

dari harga barang-barang lain.51

Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkatan

perubahan dari tingkat harga secara umum. Persamaannya adalah sebagai

berikut52

:

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡 – 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡−1

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎𝑡−1 × 100

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah

Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu

menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi

masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah

dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan

memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan

di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis

barang/jasa di setiap kota.53

50

Douglas Greenwald, ed. Encyclopedia of Economic (New York: Mc Graw-Hill, inc, 1982), 510.

Lihat pula pada Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2013), 135 51

Boediono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2: Ekonomi Makro (Yogyakarta: BPFE, 1993),

155 52

Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 135 53 http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Pentingnya.aspx, tanggal 24 Mei 2014,

pukul 17.30

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

36

Adapun indikator inflasi lainnya berdasarkan international best

practice antara lain54

:

1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari

suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara

penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar

berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.

2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran

level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam

suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB

atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.

Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi55

, yaitu:

1. Penggolongan pertama, didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut

yang dapat dibedakan beberapa macam inflasi:

1) Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)

2) Inflasi sedang (antara 10-30% setahun)

3) Inflasi berat (antara 30-100% setahun)

4) Hiperinflasi (di atas 100% setahun)

2. Penggolongan kedua, didasarkan atas sebab akibat awal dari inflasi, yaitu

dari:

1) Demand inflation, inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat

akan berbagai barang terlalu kuat.

2) Cost inflation, inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi.

54

http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Pentingnya.aspx, tanggal 24 Mei 2014,

pukul 17.30 55

Boediono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2: Ekonomi Makro, 156-158

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

37

3. Penggolongan ketiga adalah berdasarkan dari asal dari inflasi, yaitu dari:

1) Domestic inflation (Inflasi yang berasal dari dalam negeri) timbul

karena deficit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang

baru, panen yang gagal dan sebagainya.

2) Imported inflation (Inflasi yang berasal dari luar negeri) timbul karena

kenaikan harga-harga (inflasi) di luar negeri atau negara-negara

langganan berdagang dengan negara kita.

b) Pengelompokan Inflasi

Di Indonesia, disagegasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi56

:

1. Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten

(persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh

faktor fundamental, seperti:

1) Interaksi permintaan-penawaran.

2) Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi

mitra dagang.

3) Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen.

2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi

volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental.

Komponen inflasi non inti terdiri dari :

1) Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food)

Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam

kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor

perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun

perkembangan harga komoditas pangan internasional.

2) Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered

Prices)

56

http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Pentingnya.aspx, tanggal 24 Mei 2014,

pukul 17.30

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

38

Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa

kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif

listrik, tarif angkutan, dll.

c) Determinan Inflasi

Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push

inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi

inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh

depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara

partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah

(administered price), dan terjadi negative supply shocksakibat bencana

alam dan terganggunya distribusi.

Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya

permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam

konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang

melebihioutput potensialnya atau permintaan total (agregate demand)

lebih besar dari pada kapasitas perekonomian.

Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku

masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka

inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut

apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini

tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan

pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan

(lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional

(UMR). Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan

mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang

dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari

komdisisupply-demand tersebut. Demikian halnya pada saat penentuan

UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

39

upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan

permintaan57

.

Gambar 2.1

Inflasi dan IHK

Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi

yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi

didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil

memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

57

http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Pentingnya.aspx, tanggal 24 Mei 2014,

pukul 17.30

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

40

Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil

masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun

dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah

miskin.

Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian

(uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.

Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan

menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi,

dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan

ekonomi.

Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding

dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga

domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan

tekanan pada nilai rupiah.

d) Akibat Buruk Inflasi

Seperti pengangguran, inflasi juga menimbulkan beberapa akibat

kepada individu, masyarakat, dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan.

Salah satu akibat penting dari inflasi ialah cenderung menurunkan taraf

kemakmuran segolongan besar masyarakat. Sebagian besar pelaku-pelaku

kegiatan ekonomi terdiri dari pekerja-pekerja yang bergaji tetap. Inflasi

biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah para pekerja. Oleh sebab itu,

upah riil para pekerja akan merosot disebabkan oleh inflasi dan keadaan ini

berarti tingkat kemakmuran segolongan besar masyarakat mengalami

kemerosotan.58

Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin

memburuk sekiranya inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi cenderung akan

menjadi bertambah cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius

58

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 15

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

41

tersebut cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif, mengurangi

ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan memperlambat

pertumbuhan ekonomi.59

e) Inflasi Dalam Perspektif Ekonomi Islam

Ekonomi Islam merupakan ikhtiar pencarian sistem ekonomi yang

lebih baik setelah ekonomi kapitalis gagal total. Bisa dibayangkan betapa

tidak adilnya, betapa pincangnya akibat sistem kapitalis yang berlaku

sekarang ini, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Selain itu, dalam pelaksanaannya, ekonomi kapitalis banyak menimbulkan

permasalahan. Pertama, ketidak adilan dalam berbagai macam kegiatan yang

tercermin dalam ketidakmerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kedua,

ketidak stabilan dari sistem ekonomi yang ada saat ini menimbulkan berbagai

gejolak dalam kegiatannya.60

Dalam ekonomi islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang

yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang

stabil dan dibenarkan oleh Islam. Namun dinar dan dirham disini adalah

dalam artian yang sebenarnya yaitu dalam bentuk emas maupun perak bukan

dinar-dirham yang sekedar nama.

Adiwarman Karim mengatakan bahwa Syekh An-Nabhani

memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang sesuai adalah dengan

menggunakan emas. Ketika Islam melarang praktik penimbunan harta, Islam

hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak, padahal harta

itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan kekayaan61

.

1. Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku dan

tidak berubah-ubah, ketika Islam mewajibkan diyat, maka yang dijadikan

sebagai ukurannya adalah dalam bentuk emas.

59

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 15 60 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008), 189. Lihat pula

pada M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis (Jakarta:

Alfabeta, 2010), 99 61

Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, 189. Lihat pula pada M. Nur Rianto Al

Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis (Jakarta: Alfabeta, 2010), 99

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

42

2. Rasullah SAW telah menetapkan emas dan perak sebagai mata uang dan

beliau menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar uang.

3. Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, Allah telah mewajibkan zakat

ersebut dengan nisab emas dan perak.

4. Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam transaksi

uang hanya dilakukan denga emas dan perak, begitu pun dengan transaksi

lainnya hanya dinyatakan dengan emas dan perak.

Penurunan nilai dinar atau dirham memang masih mungkin terjadi,

yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami

penurunan. Diantaranya akibat diketemukannya emas dalam jumlah yang

besar disuatu negara, tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya. Atau

kondisi terjadinya deficit anggaran pada pemerintahan Islam. Kondisi deficit

anggaran pernah terjadi pada zaman Rasulullah SAW dan ini hanya terjadi

satu kali yaitu sebelum perang Hunain.62

Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat buruk bagi

perekonomian karena:63

1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi

tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsidari

unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan asset

keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah

mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain “self

feeding inflation”,

2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari

masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save),

3. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-

primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to

Save),

62 M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis, 100 63

Rafiq al-Masri;a paper submitted in the Second Workshop on Inflation: Inflation and Its Impact on

Societes – The Islamic Solution; Kuala Lumpur, 1996. Lihat pula pada Adiwarman A. karim, Ekonomi

Makro Islami, 139

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

43

4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu

penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam

mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kea rah

produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan

lainnya.

Selain itu, inflasi juga mengakibatkan masalah-masalah yang

berhubungan dengan akuntansi, seperti:64

1. Apakah penilaian terhadap asset tetap dan asset lancar dilakuakn dengan

metode biaya historis atau metode biaya actual ?

2. Pemeliharaan modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan

inflasioner;

3. Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi

(index) untuk mendapatkan kebutuhan pertandingan waktu dan tepat.

Ekonomi Islam Taqiuddin Ahmad ibn Al-Maqrizi (1364 M – 1441 M),

yang merupakan salah satu murid dari Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi

dalam dua golongan yaitu65

:

1. Natural Inflation

Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab

alamiah dimana tidak mempunyai kendali atasnya (dalam mencegah). Ibn

Al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan

oleh turunnya Penawaran Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif

(AD). Maka natural inflation akan dapat dibedakan berdasarkan

penyebabnya menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut:

a) Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana

ekspor naik sedangkan impor turun sehingga nilai ekspor baersih

sangat besar, maka mengakibatkan naiknya Permintaan Agregat (AD).

Hal ini pernah terjadi pada masa pemerintahan khalifah Umar ibn

64

Rafiq al-Masri;a paper submitted in the Second Workshop on Inflation: Inflation and Its Impact on

Societes – The Islamic Solution. Lihat pula pada Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 139

dan M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis, 100 65 Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 139

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

44

Khattab r.a. Pada masa itu kafilah pedagang yang menjual barangnya

diluar negeri membeli barang-barang dari luar negeri lebih sedikit

nilainya daripada nilai barang-barang yang mereka jual (positive net

export). Adanya positive net export akan menjadikan keuntungan,

keuntungan yang berupa kelebihan uang tersebut akan dibawa masuk

ke madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat akan naik.

Naiknya Permintaan Agregatif, atau grafik dilukiskan sebagai kurva

AD yang bergeser ke kanan, akan mengakibatkan naiknya tingkat

harga secara keseluruhan.

Apa yang dilakukan oleh khalifah Umar ibn Khattab r.a. untuk

mengatasi permasalahan tersebut ? beliau melarang penduduk

Madinah untuk membeli barang-barang atau komoditi selama 2 hari

berturut-turut. Akibatnya adalah turunnya Permintaaan Agregat (AD)

dalam perekonomian. Setelah pelanggaran tersebut berakhir maka

tingkat harga kembali normal.66

b) Akibat dari turunnya tingkat produksi (Agregate Supply [AS]) karena

terjadi paceklik, perang, ataupun embargo dan boikot. Hal ini pernah

terjadi pula pada masa pemerintahan khalifah Umar ibn Khattab yaitu

pada saat terjadi paceklik yang mengakibatkan kelangkaan gandum

atau dapat digambarkan pada grafik kurva AS bergeser ke kiri yang

kemudian mengakibatkan naiknya tingkat harga-harga.67

Jadi inflasi yang terjadi karena sebab-sebab yang alamiah atau murni

karena tarikan permintaan dan penawaran, maka pemerintah tidak perlu

khawatir. Karena solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menstabilkan

baik permintaan agregat maupun penawaran agregat pada kondisi semula

sebelum terjadinya kenaikan harga atau inflasi.

2. Human Error Inflation

66 M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis, 101. Dan lihat pula

pada Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 141 67

M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis, 102. Dan lihat pula

pada Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 142

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

45

Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada Natural Inflation,

maka inflasi yang disebabkan oleh hal-hal lainnya dapat digolongkan

sebagai Human Error Inflation atau False Inflation. Human Error Inflation

dikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan dari manusia itu

sendiri, sesuai pada QS Ar-Rum[30]: 41 yang berbunyi:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan

yang benar)”.68

Human Error Inflation dapat dikelompokan menurut penyebab-

penyebabnya sebagai berikut:69

1) Korupsi dan administrasi yang buruk

Korupsi akan menaikkan tingkat harga, karena produsen harus

menaikkan harga jual pada produksinya untuk menutupi biaya-biaya

“simulan” yang telah mereka bayarkan. Birokrasi perizinan yang

berbelit-belit, dimana hanya untuk pengurusan izin harus melalui

beberapa instansi, hal ini tentu akan menambah biaya produksi dari

produsen dan berakibat pada kenaikan harga. Hal yang harus

dilakukan oleh pemerintah adalah dengan menghilangkan korupsi dan

melakukan reformasi birokrasi.

Jika menggunakan pendekatan kepada permintaan agregat (AD) dan

penawaran agregat (AS), maka korupsi dan administrasi yang buruk

akan menyebabkan kontraksi pada kurva penawaran agregat, yang

menyebabkan terjadinya kenaikan harga. selain menyebabkan

68 QS. Ar-Ruum (30): 41 69

M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis, 102. Dan lihat pula

pada Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 143

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

46

inefisiensi alokasi sumber daya dan ekonomi biaya tinggi, korupsi dan

administrasi yang buruk akan dapat menyebabkan perekonomian

terpuruk.70

2) Pajak yang berlebihan (excessive tax)

Efek yang ditimbulkan oleh pengenaan yang berlebihan pada

perekonomian akan memberikan pengaruh yang sama dengan

pengaruh yang ditimbulkan oleh korupsi dan administrasi yang buruk

yaitu terjadinya kontraksi pada kurva penawaran agregat. Jika dilihat

lanjut pajak, pajak yang berlebihan mengakibatkan pada efficiency loss

atau dead weight loss. Ini termasuk masalah pula dalam perekonomian

di Indonesia, terutama pasca penerapan otonomi daerah, dimana setiap

daerah memiliki kebijakan tersendiri dalam menggali sektor-sektor

yang dapat dijadikan sebagai objek untuk meningkatkan pendapatan

asli daerah.71

3) Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan

(excessive seignorage)

Seignorage arti tradisionalnya adalah keuntungan dari pencetakan koin

yang didapat oleh percetakannya dimana biasanya percetakan tersebut

dimiliki oleh penguasa. Percetakan uang yang terlalu berlebihan akan

mengakibatkan terlalu banyaknya jumlah uang yang beredar di

masyarakat, hal ini berimplikasi pada penurunan nilai mata uang. Hal

ini telah terbukti di Indonesia pada masa pemerintahan Presiden

Soekarno, dimana kebutuhan anggaran pemerintah dibiayai oleh

percetakan uang. Namun karena berlebihan hal ini menyebabkan

terjadinya inflasi.

70 M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis, 102. Dan lihat pula

pada Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 143 71

M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makroekonomi Islam: konsep, Teori dan Analisis, 103. Dan lihat pula

pada Adiwarman A. karim, Ekonomi Makro Islami, 144

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

47

f) Kebijakan Ekonomi Islam dalam Inflasi

1. Kebijakan Fiskal

Dalam pemikiran Islam menurut An-Nabahan72

pemerintah

perupakan lembaga formal yang mewujudkan dan memberikan

pelayanan terbaik kepada rakyatnya. Pemerintah mempunyai kewajiban

untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya yaitu

tanggung jawab terhadap perekonomian di antaranya mengawasi faktor

utama penggerak perekonomian.

Majid73

mengatakan bahwa untuk mewujudkan masyarakat yang

sejahtera, pemerintah Islam menggunakan dua kewajiban yaitu

kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan tersebut sudah

dipraktikan sejak zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin kemudian

dikembangkan oleh para ulama. Tujuan dari kebijakan fiskal dalam

Islam adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi, tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapat, ditambah

dengan tujuan lain yang terkandung dalam aturan Islam.

Dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi ada beberapa

instrument yang bisa digunakan, yaitu:

a. Memaksimalkan penghimpunan zakat serta pengoptimalan

pemanfaatan zakat. Pemaksimalan penghimpunan zakat dapat

dimanfaatkan untuk berbagai macam kegiatan yang bertujuan dalam

menjamin stabilitas ekonomi. Hal ini ditempuh apabila diasumsikan

suatu perekonomian dalam kondisi full employment, maka kenaikan

permintaan agregat tidak akan menimbulkan kenaikan pada

pendapatan riil nasional.

b. Mengenakan biaya atas dana yang menganggur (cost of idle fund),

hal ini agar mendorong masyarakat untuk mengunvestasikan

72 M. Faruq An-Nabahan, Sistem Ekonomi Islam: Pilihan Setelah Kegagalan Sistem Kapitalis dan

Sosialis (Yogyakarta: UII Press, 2000), 59 73

Majid M Nazori, Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf Relevansinya dengan Ekonomi Kekinian

(Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Islam (PSEI) Sekolah Tinggi Ilmu Syariah, 2003), 221-223

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

48

dananya tidak hanya melalui tabungan dan deposito tetapi diarahkan

pada penciptaan pertumbuhan sektor riil.

c. Menggunakan prinsip bagi hasil pada setiap transaksi atau segala

jenis usaha dan meninggalkan bunga. Pada sistem bagi hasil segala

pihak yang terlibat akan membagi keuntungan dan kerugian bersama

sesuai proporsi modalnya masing-masing, dengan demikian segala

bentuk transaksi baik itu sektor rumah tangga, swasta maupun

pemerintah semua dapat menjalankan prinsip bagi hasil tanpa

menggunakan bunga.

2. Kebijakan Moneter74

Pada zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin kebijakan

moneter dilaksanakan tanpa menggunakan instrument bunga sama

sekali. Dalam perekonomian kapitalis tingkat bunga sering kali

berfluktuasi, yang hanya sengaja untuk disimpan pun akan terus

menerus berubah. Penghapusan bunga dan kewajiban membayar zakat

sebesar 2,5% per tahun tidak hanya dapat meminimalisasi permintaan

spekulatif akan uang maupun penyimpanan uang yang diakibatkan oleh

tingkat bunga, melainkan juga memberikan stabilitas yang lebih tinggi

terhadap permintaan uang. Preferensi likuiditas yang muncul dari motif

spekulasi oleh karenanya tidak penting dalam perekonomian Islam.

Variabel yang harus diformulasikan dalam kerangka kebijakan moneter

Islam adalah stok uang, bukan tingkat suku bunga bank. Dalam sistem

ekonomi Islam, bank sentral harus mengarahkan kebijakan moneternya

untuk membiayai pertumbuhan potensial dalam output jangka pendek

dan jangka panjang demi mencapai harga yang stabil dan tujuan-tujuan

sosio-ekonomi Islam.

Dalam perekonomian Islam, untuk menjaga stabilitas tingkat

harga ada beberapa hal yang dilarang, yaitu:

74 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, 193-195

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

49

a. Permintaan yang tidak riil. Permintaan uang hanya untuk keperluan

transaksi dan berjaga-jaga

b. Penimbunan mata uang

c. Transaksi tallaqi rukban. Yaitu mencegah penjual dari kampung

atau daerah pinggiran diluar kota untuk dijual kembali di pusat kota

demi mendapatkan keuntungan dari ketidakpastian harga

d. Transaksi kali bi kali. Yaitu transaksi tidak tunai, transaksi tunai

dibolehkan namun transaksi future tanpa ada barangnya adalah

dilarang

e. Segala bentuk riba

Dalam kerangka stategi mekanik bagi kebijakan moneter,

menurut Chapra75

yang tidak hanya membantu pengaturan penawaran

uang sesuai dengan permintaan riil tetapi juga membantu memenuhi

kebutuhan untuk menutup deficit asli pemerintah dan juga sekaligus

mancapai tujuan-tujuan lain masyarakat Islam. Mekanik tersebut harus

mencakup beberapa elemen, diantaranya:

a) Target pertumbuhan pada M dan M0

Secara berkala bank sental harus menetapkan pertumbuhan

penawaran uang (M) sesuai dengan sasaran ekonomi nasional,

termasuk pertumbuhan ekonomi yang dapat dipertahankan dan

stabilitas dalam nilai uang.

b) Public share of demand deposit

Dalam jumlah tertentu (kondisi normal) demand deposit bank-bank

komersil maksimum sampai 25% harus diserahkan kepada

pemerintah untuk membiayai proyek-proyek yang secara sosial

menguntungkan.

75

Umer M Chapra, Al-Qur‟an Menuju Sistem Moneter yang Adil (terj) (Yogyakarta:Dana Bhakti

Prima Yasa, 1997), 173-176

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

50

c) Statutory reserve requirement

Bank-bank komersil harus memiliki cadangan dalam jumlah tertentu

yaitu 10%-20% dari demand deposit mereka dengan bank sentral.

Begitu pula sebaliknya dengan bank sentral. Statutory reserve

requirement membantu memberikan jaminan atas deposit juga

sekaligus membantu penyediaan likuiditas yang memadai bagi bank.

Dampak inflasi menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat

buruk bagi perekonomian suatu negara ataupun daerah, karena:

1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi

tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran dimuka, dan fungsi dari

unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan asset

keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah

mengakibatkan inflasi kembali, atau dengan kata lain “self feending

inflation”.

2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari

masyarakat (turunnya marginal propensity to save). Hal ini berakibat

pada menurunnya dana pembiayaan yang akan disalurkan.

3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama pembelanjaan

untuk barang-barang non primer dan barang-barang mewah (naiknya

marginal propensity to consume).

4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif yaitu

penumpukan kekayaan (hoarding) seperti pada asset property yaitu

tanah dan bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan

mengorbankan investasi kearah produktif seperti pertanian industrial,

perdagangan, transportasi, dan lainnya.

Kenaikan harga-harga yang tinggi (inflasi) dan terus menerus bukan

saja menimbulkan beberapa efek buruk terhadap kegiatan ekonomi, tetapi

juga kemakmuran individu dan masyarakat. Inflasi yang tinggi tidak akan

menggalakan perkembangan ekonomi. biaya yang terus menerus naik

menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

51

Kenaikan harga menyebabkan barang-barang Negara itu tidak dapat

bersaing di pasar Internasional, maka ekspor akan menurun. Disamping

menimbulkan efek buruk terhadap ekonomi negara atau daerah, inflasi juga

akan menimbulkan efek-efek pada indivudu dan masyarakat, diantaranga:

1) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang

berpendapatan tetap.

2) Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.

3) Memperburuk pembagian kekayaan.

3. Tingkat Suku Bunga

1) Pengertian Suku Bunga

Menurut Bank Indonesia BI rate adalah suku bunga kebijakan yang

mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank

Indonesia dan diumumkan kepada publik.

BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap

Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter

yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity

management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan

moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada

perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh

perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit

perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam

perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate

apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah

ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI rate apabila

inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.76

76

Bank Indonesia, http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx, akses 25

Januari 2014.

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

52

Suku Bunga Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah

pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari

pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi

dengan jumlah pinjaman.Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80)

adalah harga dari pinjaman.Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang

pokok per unit waktu.Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya

yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.77

Edward dan Khan, mengatakan bahwa faktor penentu suku bunga

terbagi atas 2 (dua) faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal

meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar, dan Ekspektasi Inflasi.

Sedangkan faktor eksternalnya adalah penjumlahan suku bunga luar negeri

dan tingkat Ekspektasi perubahan nilai tukar valuta asing.

Seperti halnya dalam setiap analisis keseimbangan ekonomi,

pembicaraan mengenai keseimbangan di pasar uang juga akan melibatkan

unsur utamanya, yaitu permintaan dan penawaran uang. Bila mekanisme pasar

dapat berjalan tanpa hambatan maka pada prinsipnya keseimbangan di pasar

uang dapat terjadi, dan merupakan wujud kekuatan tarik menarik antara

permintaan dan penawaran uang.

2) Fungsi Suku Bunga

Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :

1. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih

untuk diinvestasikan.

2. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka

mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam

suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan

suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari

industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi

tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

77

http://www.informasiku.com/2011/04/teori-suku-bunga-dan-inflasi.html. Diakses pada tanggal 12

Februari 2014

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

53

3. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah

uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang

dalam suatu perekonomian.

3) Tipe-tipe Suku Bunga

Ada 2 tipe suku bunga, yaitu :

1. Real interest rate

Koreksi atas tingkat inflsi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate

dikurangi dengan tingkat inflasi.

Real rate = Nominal rate – Rate of inflation

2. Nominal interest rate.

Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran dimana

mereka memberikan tingkat pengembalian untuk setiap investasi yang

dilakukan.

4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan

suku bunga adalah:

1. Kebutuhan dana, apabila bank kekurangan dana sementara permohonan

pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar kebutuhan

dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga

simpanan.

2. Persaingan, dalam memperebutkan daa simpanan, maka disamping

faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus

memperhatikan pesaing.

3. Kebijakan pemerintah, dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun

bunga pinjaman kita, tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan

oleh pemerintah.

4. Jangka waktu, semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan

semakin tinggi tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya

kemungkinan resiko di masa mendatang. Serta faktor-faktor yang lain.

5. Target keuntungan yang diharapkan.

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

54

6. Reputasi perusahaan.

7. Kualitas jaminan.

8. Daya saing produk.

5) Peran Suku Bunga dalam Perekonomian

Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi

keuntungan kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan

investasi yang mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalian modal

yang mereka peroleh melebihi tingkat bunga. Dengan demikian besarnya

investasi dalam suatu jangka waktu tertentu adalah sama dengan nilai dari

seluruh investasi yang tingkat pengembalian modalnya adalah lebih besar atau

sama dengan tingkat bunga.

Menurut Sadono Sukirno, apabila tingkat bunga menjadi lebih rendah,

lebih banyak usaha yang mempunyai tingkat pengembalian modal yang lebih

tinggi daripada tingkat suku bunga. Semakin rendah tingkat bunga yang harus

dibayar para pengusaha, semakin banyak usaha yang dapat dilakukan para

pengusaha.Semakin rendah tingkat bunga semakin banyak investasi yang

dilakukan para pengusaha.

6) BI Rate dalam padangan ekonomi Islam

Majid (2003: 221-223) mengatakan bahwa dalam ekonomi Islam

peran kebijakan fiskal relatif dibatasi, salah satunya adalah tingkat bunga

yang tidak mempunyai peran sama sekali dalam ekonomi Islam,78

sesuai

firman Allah:

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada

harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang

78

Nurul Huda, et al., Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008), 191.

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

55

kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan

Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat

gandakan (pahalanya).79

Kemudian pada Tahap akhir sekali, ayat riba diturunkan oleh Allah

SWT. Yang dengan jelas sekali mengharamkan sama seklai sebarang jenis

tambahan yang diambil daripada pinjaman dan memberikan hukum, Firman

Allah SWT. :

„Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan

sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka

jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat

(dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya

dan tidak (pula) dianiaya”.80

Larangan riba inipun diperjelas oleh hadist yang dari Abu Hurairah

Radhiyallahu Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam

bersabda "jauhilah tujuh perkara mubiqat [yang mendatangkan kebinasaan].

para sahabat lalu bertanya apakah tujuh perkara itu, wahai Rasulullah?

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam lalu menjawab menyekutukan Allah,

sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan alasan

dibenarkan syariat, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan

diri dari medan petempuran, melontarkan tuduhan zina terhadap wanita baik-

baik yang lengah lagi beriman." (H.R. Bukhari & Muslim)

Menurut pandangan kebanyakan manusia, pinjaman dengan sistem

bunga akan dapat membantu ekonomi masyarakat yang pada gilirannya akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat. Anggapan tersebut telah

menjadi keyakinan kuat hampir setiap orang, baik ekonom, pemeritah

79 QS. Ar-Rum (30): 39 80 QS. Al-Baqarah (2): 279

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

56

maupun praktisi. Keyakinan kuat itu juga terdapat pada inetelektual muslim

terdidik yang tidak berlatar belakang pendidikan ekonomi. Karena itu tidak

aneh, jika para pejabat negara dan direktur perbankan seringkali bangga

melaporkan jumlah kredit yang dikucurkan untuk pengusaha kecil sekian

puluh triliun rupiah. Begitulah pandangan dan keyakinan hampir semua

manusia saat ini dalam memandang sistem kredit dengan instrumen

bunga.Itulah pandangan material (zahir) manusia yang seringkali terbatas.

Pandangan umum di atas dibantah oleh Allah dalam Al-quran surah

Ar-Rum: 39, “Apa yang kamu berikan (berupa pinjaman) dalam bentuk riba

agar harta manusia bertambah, maka hal itu tidak bertambah di sisi Allah”

Ayat ini menyampaikan pesan moral, bahwa pinjaman (kredit) dengan

sistem bunga tidak akan membuat ekonomi masyarakat tumbuh secara agregat

dan adil. Pandangan Al-quran ini secara selintas sangat kontras dengan

pandangan manusia kebanyakan. Manusia menyatakan bahwa pinjaman

dengan sistem bunga akan meningkatkan ekonomi masyarakat, sementara

menurut Allah, pinjaman dengan sistem bunga tidak membuat ekonomi

tumbuh dan berkembang.

4. Pengeluaran Pemerintah

1. Pengertian Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah adalah anggaran dana yang dikeluarkan

oleh pemerintah untuk keperluan negara ataupun daerah. Pertumbuhan

pengeluaran rutin secara signifikan dipengaruhi oleh investasi swasta,

jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan faktor yang

signifikan mempengaruhi pertumbuhan pengeluaran pembangunan juga

jumlah penduduk. Jumlah penduduk merupakan faktor yang paling besar

mempengaruhi pengeluaran pemerintah terutama pada terhadap

pengeluaran pembangunan. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi

di satu sisi akan mengurangi pengeluaran rutin dan pada sisi lain akan

meningkatkan pertumbuhan pengeluaran pembangunan pemerintah.

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

57

Pengeluaran pemerintah (government expenditure) adalah bagian

dari kebijakan fiskal, yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur

jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan

pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen

APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah atau regional. Tujuan dari

kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat

output maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi.81

Pengeluaran pemerintah merupakan seperangkat produk yang

dihasilkan yang memuat pilihan atau keputusan yang dibuat oleh

pemerintah untuk menyediakan barang-barang publik dan pelayanan

kepada masyarakat. Total pengeluaran pemerintah merupakan

penjumlahan keseluruhan dari keputusan anggaran pada masing-masing

tingkatan pemerintahan (pusat – propinsi – daerah).

Pada masing-masing tingkatan dalam pemerintahan ini dapat

mempunyai keputusan akhir – proses pembuatan yang berbeda dan hanya

beberapa hal pemerintah yang di bawahnya dapat dipengaruhi oleh

pemerintah yang lebih tinggi (Lee Robert, Jr and Ronald W. Johnson,

1998). Oleh karena itu dalam memahami berbagai pengaturan pendanaan

bagi pemerintah pusat (daerah) maka harus mengetahui keragaman fungsi

yang dibebankannya. Fungsi tersebut adalah:

a) Fungsi penyediaan pelayanan yang berorientasi pada

lingkungan dan kemasyarakatan.

b) Fungsi pengaturan, yakni merumuskan dan menegakkan pusat

perundangan.

c) Fungsi pembangunan, keterlibatan langsung maupun tidak

langsung dalam bentuk-bentuk kegiatan ekonomi dan penyediaan

prasarana.

81

Deddy Rustiono, “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah”, 34.

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

58

d) Fungsi perwakilan, yaitu menyatakan pendapat daerah di luar

bidang tanggungjawab eksekutif.

e) Fungsi koordinasi, yakni melaksanakan koordinasi dan perencanaan

investasi dan tata guna tanah regional (daerah).82

Peningkatan pengeluaran pemerintah akan menyebabkan

semakin meningkatkan pendapatan daerah, karena peningkatan aggregat

demand akan mendorong kenaikan investasi dan pada akhirnya

menyebabkan kenaikan produksi.

Pemerintah mempunyai peranan penting dalam perekonomian untuk

kesejahteraan rakyat. Pengeluaran pemerintah terus berkembang sejalan

dengan tahap perkembangan ekonomi suatu negara. Pada tahap awal

perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran negara yang besar untuk

investasi pemerintah. Utamanya untuk infrastruktur seperti sarana jalan,

kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Wagner mengatakan berdasarkan

pengamatan dari negara-negara maju disimpulkan bahwa dalam

perekonomian suatu negara, pengeluaran pemerintah akan meningkat

sejalan dengan peningkatan perkapita negara tersebut.

Pemerintah bukan saja berfungsi untuk mengatur kegiatan

perekonomian tetapi juga dapat mempengaruhi tingkat pengeluaran

agregat dalam perekonomian. Di satu pihak kegiatan pemerintah melalui

pemungutan pajak akan mengurangi perbelanjaan agregat. Akan tetapi

pajak tersebut akan dibelanjakan lagi oleh pemerintah dan langkah

tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat.83

82

Deddy Rustiono, “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah”, 35. 83

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 87

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

59

2. Penentu-penentu Pengeluaran Pemerintah

Jumlah pengeluaran pemerintah yang akan dilakukan dalam suatu

periode tertentu tergantung kepada banyak faktor. Penentu-penentu

tersebut diantaranya84

:

a) Proyeksi jumlah pajak yang diterima, salah satu faktor penting yang

menentukan besarnya pengeluaran pemerintah adalah jumlah pajak

yang diramalkan. Dalam menyusun anggaran belanjanya pemerintah

harus terlebih dahulu membuat proyeksi mengenai jumlah pajak

yang akan diterimanya. Makin banyak jumlah pajak yang dapat

dikumpulkan, maka makin banyak pula perbelanjaan pemerintah

yang akan dilakukan.

b) Tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai, faktor yang lebih penting

dalam penentuan pengeluaran pemerintah adalah tujuan-tujuan

ekonomi yang ingin dicapai pemerintah. Beberapa tujuan penting

dari kegiatan pemerintah adalah mengatasi pembangunan ekonomi

dalam jangka panjang.

c) Pertimbangan politik dan keamanan, pertimbangan-pertimbangan

kestabilan negara selalu menjadi salah satu tujuan penting dalam

menyusun anggaran belanja pemerintah.

3. Fungsi Pengeluaran Pemerintah

Dari uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

pengeluaran pemerintah diatas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan

nasional tidak memegang peranan penting dalam menentukan

perbelanjaan pemerintah. Dengan kata lain, pengeluaran pemerintah pada

suatu periode tertentu dan perubahannya dari satu period eke periode

lainnya tidak didasarkan kepada tingkat pendapatan nasional dan

pertumbuhan pendapatan nasional. Dalam masa kemunduran ekonomi,

misalnya pendapatan pajak berkurang, tetapi untuk mengatasi

pengangguran itu pemerintah perlu melakukan lebih banyak program-

84

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 168

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

60

program pembangunan, maka pengeluaran pemerintah perlu ditambah.

Sebaliknya, pada waktu inflasi dan tingkat kemakmuran tinggi,

pemerintah harus lebih berhati-hati dalam perbelanjaannya harus dijaga

agar pengeluaran pemerintah tidak memburuk keadaan inflasi yang

berlaku.85

4. Pengeluaran pemerintah dalam Islam

Efisiensi dan efektivitas merupakan landasan pokok dalam

pengeluaran pemerintah. Sebagai suatu panduan pokok bagi pengeluaran

public, teori pengeluaran Islam memakai kaidah-kaidah yang diambil dari

Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah guna menghindari potensi-potensi inefisiensi

pengeluaran dan juga norma-norma konsumsi Islam, serta dijadikan

kaidah rasionalitas bagi pengeluaran negara. Menurut Asy-Syatibi sebagai

mana dikutip oleh Umer Chapra, enam kaidah tersebut adalah86

:

1) Kriteria pokok bagi semua alokasi pengeluaran harus digunakan untuk

kemashlahatan rakyat.

2) Penghapusan kesulitan dan kerugian harus didahulukan dari pada

penyediaan kenyamanan.

3) Kemashlahatan mayoritas yang lebih besar harus didahulukan dari

pada penyediaan kenyamanan.

4) Suatu pengorbanan atau kerugian privat dapat ditimpakan untuk

menyelamatkan pengorbanan atau kerugian public, dan suatu

pengorbanan atau kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan dengan

memaksakan pengorbanan atau kerugian yang lebih kecil.

5) Siapapun yang menerima manfaat harus bersedia menanggung biaya.

6) Sesuatu hal yang wajib ditegakan dan tanpa ditunjang oleh faktor

penunjang lainnya tidak dapat dibangun, maka menegakan faktor

penunjang tersebut menjadi wajib hukumnya.

85

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi, 169 86

Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam (Jakarta: Ikhwan Abidin Basri,

Gema Insani Pers dan Tazkia Institute, 2000), 285

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

61

Kaidah-kaidah diatas dapat membantu dalam mewujudkan

efektivitas dan efisiensi pembelanjaan pemerintahdalam Islam, sehingga

tujuan-tujuan dari pembelanjaan pemerintah dapat tercapai. Diantara

tujuan pembelanjaan dalam pemerintah Islam87

, yaitu:

1) Pengeluaran demi memenuhi hajat masyarakat.

2) Pengeluaran sebagai alat redistribusi kekayaan.

3) Pengeluaran yang mengarah pada semakin bertambahnya permintaan

efektif.

4) Pengeluaran yang berkaitan dengan investasi dan produksi.

5) Pengeluaran yang bertujuan menekan tingkat inflasi dengan kebijakan

intervensi pasar.

Sebagaimana halnya penerimaan, pengeluaran negara juga

memiliki beberapa prinsipyang harus ditaatioleh ulil amri yakni sebagai

berikut:

1) Tujuan pengeluaran negara telah ditetapkan oleh Allah SWT.

2) Apabila ada kewajiban tambahan, maka ia harus digunakan untuk

tujuan semula kenapa harus dipungut.

3) Ada pemisahan antara pengeluaran yang wajib diadakan hanya disaat

adanya harta atau disaat tidak adanya harta.

4) Pengeluaran negara harus hemat.

Kebijakan belanja umum pemerintah dalam sistem ekonomi Islam

dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Belanja kebutuhan operasional pemerintah yang rutin.

2) Belanja umum yang dilakukan pemerintah apabila sumber dananya

tersedia.

3) Belanja umum yang berkaitan dengan proyek yang disepakati oleh

masyarakat berikut sistem pendanaanya.

87 Mustafa Edwin Nasution, Dkk, Pengenalan Ekslusife Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana, 2007), 224

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

62

Berdasarkan jenisnya, belanja pemerintah (pengeluaran pemerintah

dalam Islam dapat dibedakan menjadi88

:

1) Wasteful Spending

Kondisi dimana belanja pemerintah memberikan manfaat yang lebih

kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Sehingga

pengeluaran yang dikeluarkan relatif tidak memberikan pengaruh

signifikan terhadap masyarakat.

2) Productive Spending

Apabila belanja pemerintah memberikan manfaat yang lebih besar

daripada biaya yang dikeluarkan. Pengeluaran pemerintah

mengakibatkan pengaruh positif yang signifikan terhadap

perekonomian.

3) Transfer Payment

Yaitu apabila jumlah manfaat yang diterima dan biaya yang

dikeluarkan sama besarnya. Hal inidilakukan pada jenis pengeluaran

seperti subsidi kepada masyarakat, pemberian jaminan sosial kepada

masyarakat yang membutuhkan misalkan asuransi kesehatan atau

asuransi pengangguran.

Sementara menurut sifatnya, pengeluaran pemerintah dapat

dibedakan menjadi:

1) Temporary Spending

Yaitu pembiayaan yang hanya dilakukan untuk satu kali waktu saja,

sifatnya pengeluaran sewaktu-waktu sesuai dengan situasi dan

kondisi.

2) Permanent Spending

Yaitu pembiayaan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-

menerus dalam periode tertentu.

88 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, 272

Page 51: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

63

Ada dua kebijakan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para

Khulafaur Rasyidin pada permulaan Islam untuk pengembangan

ekonomi serta peningkatan partisipasi kerja dan produksi.89

Pertama, mendorong masyarakat memulai aktivitas ekonomi, baik

dalam kelompok sendirir maupun bekerja sama dengan kelompok

lainnya, tanpa dibiayai oleh Baitul Maal. Etos kerja masyarakat

didorong agar mampu produktif sehingga mendorong aktivitas

perekonomian semakin baik.

Kedua, kebijakan dan tindakan aksi yang dilakukan Rasulullah

SAW dan Khulafaur Rasyidin dengan mengeluarkan dana Baitul

Maal.

Kedua jenis kebijakan ini dijelaskan untuk menggambarkan peran

yang dimainkan setiap orang dalam pertumbuhan ekonomi dan

masyayrakat pada era permulaan Islam.

Penyebaran Islam

Pendidikan dan kebudayaan

Pengembangan ilmu pengetahuan

Pembangunan infrastruktur

Pembangunan armada perang dan penjaga keamanan

Penyedia pelayanan kesejahteraan sosial

Pengeluaran negara yang lebih banyak untuk kemaslahatan untuk

pada zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin adalah sebagai

berikut:

89 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, 275

Page 52: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

64

Primer Sekunder

Biaya pertahanan seperti persenjataan, onta, dll.

Penyaluran zakat dan ushr kepada yang berhak

menerimanya menurut

ketentuan Al-Qur‟an.

Pembayaran gaji untuk wali,

qadi, guru, imam, muadzin,

dan pejabat negara lainnya.

Pembayaran upah para sukarelawan.

Pembayaran utang negara.

Bantuan untuk musafir.

Bantuan untuk orang yang belajar agama di Madinah.

Hiburan untuk para delegasi keagamaan.

Hiburan untuk para utusan

suku dan negara serta biaya

perjalanan mereka.

Hadian untuk pemerintah negara lain.

Pembayaran denda atas mereka yang terbunuh secara

tidak sengaja oleh pasukan

kaum muslim.

Pembayaran untuk pembebasan kaum muslim

yang menjadi budak.

Pembayaran utang orang

yang meninggal dalam

keadaan miskin.

Pembayaran tunjangan unttuk orang miskin.

Persediaan darurat.

Enam prinsip umum90

peran pemerintah sebagai pembeli besar:

1. Kriteria untuk semua alokasi pengeluaran adalah sejahteranya

masyarakat.

2. Penghapusan kesulitan hidup dan penderitaan harus diutamakan diatas

penyediaan rasa tentram.

3. Kepentingan mayoritas yang lebih besar harus lebih diutamakan diatas

kepentingan minoritas yang lebih sedikit.

4. Pengorbanan atau kerugian individu dapat dilakukan untuk

menyelamatkan pengorbanan atau kerugian public, dan pengorbanan

ataupun kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan dengan

menjatuhkan pengorbanan atau kerugian yang lebih kecil.

90

M. Umer Chapra, The Future of Economic: An Islamic Perspectif ( The Islamic Foundation, 2000),

337

Page 53: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

65

5. Siapapun yang menerima manfaat harus menanggung biayanya.

6. Sesuatu yang tanpanya suatu kewajiban tidak dapat terpenuhi

merupakan suatu kewajiban untuk pengadaannya.

Allah Swt berfirman dalam ayatnya:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan

pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al

Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman

kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama

(bagimu) dan lebih baik akibatnya.91

Sabab an-Nuzûl:

Diriwayatkan al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Tirmidzi, al-

Nasa‟i, Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir, Ibnu Abi Hatim, al-Baihaqi dalam Ad-

Dalâil dari jalur Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini turun

berkenaan dengan Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin ‟Adi, ketika dia

diutus Rasulullah saw.dalam sebuah sariyah (perang).92

Tafsir Ayat:

Allah Swt. berfirman: Yâ ayyuhâ al-ladzîna âmanû athî„û Allâh

wa athî‟û ar-Rasûl wa ulî al-amri minkum. Khithâb ayat ini ditujukan

kepada seluruh kaum Mukmin. Pertama: perintah untuk menaati Allah

Swt., yakni menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-

Nya.93

Kata ath-thâ‟ah berarti al-inqiyâd (ketundukan).94

Maksud

91

(Q.S an-Nisaa/4: 59) 92

As-Suyuthi, Ad-Durr al-Mantsûr, vol. 2 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1990), 314. 93

As-Qurthubi, Al-Jâmi‟ li Ahkâm al-Qur‟ân,vol. 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993),167; as-

Syaukani, Fath al-Qadîr, vol. 2, 608.

Page 54: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

66

menaati Allah Swt. di sini adalah mengikuti al-Quran. Kendati menaati

Rasulullah Saw., paralel dengan menaati Allah SWT dalam ayat ini

kedua-duanya disebutkan. Hal itu menunjukkan perbedaan obyek yang

ditunjuk. Menaati Allah Swt. menunjuk pada Kitabullah; menaati

Rasulullah saw. menunjuk pada as-Sunnah.

Keduanya meskipun sama-sama wahyu dari Allah Swt. yang wajib

ditaati berbeda. Al-Quran lafalnya dari Allah Swt.; as-Sunnah lafalnya

dari Rasulullah Saw. sendiri.

Ketiga: perintah menaati ulil amri. Para mufassir berbeda

pendapat mengenai makna istilah tersebut.Oleh sebagian mufassir, ulil

amri dimaknai sebagai ulamâ‟.Jabir bin Abdullah, Ibnu Abbas dalam

suatu riwayat, al-Hasan, Atha‟ dan Mujahid termasuk yang berpendapat

demikian.Mereka menyatakan, ulil amri adalah ahli fikih dan ilmu.95

Pendapat lain menyatakan, ulil amri adalah umarâ‟ atau

khulafâ‟.Menurut Ibnu ‟Athiyah dan al-Qurthubi, ini merupakan

pendapat jumhur ulama.96

Di antara yang berpendapat demikian adalah

Ibnu Abbas dalam suatu riwayat, Abu Hurairah, as-Sudi, dan Ibnu

Zaid;97

juga ath-Thabari, al-Qurthubi, az-Zamakhsyari, al-Alusi, asy-

Syaukani, al-Baidhawi, dan al-Ajili.98

Said Hawa juga menyatakan, ulil

amri adalah khalifah; yang kepemimpinannya terpancar dari syura kaum

Muslim; urgensinya untuk menegakkan al-Kitab dan as-Sunnah.Kaum

94

Al-Khazin, Lubâb at-Ta‟wîl fî Ma‟ânî at-Tanzîl,vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995),

392. 95

Al-Jashshash, Ahkâm al-Qur‟âm, vol. 2 (Beirut: Dar al-Fikr, 1993), 298. 96

bnu „Athiyyah, Al-Muharrar al-Wajîz, vol. 2 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993), 70; Ibnu

Jauzyi al-Kalbi, al-Tashîl li „Ulûm al-Qur‟ân, vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995), 196. 97

Abu Hayyan al-Andalusi, Al-Bahr al-Muhîth, vol. 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993), 290. 98

th-Thabari, Jâmi‟ al-Bayân fî Ta‟wîl al-Qur‟ân, vol. 4 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992),

153; al-Qurthubi, al-Jâmi‟ li Ahkâm al-Qur‟ân,vol. 3,168; az-Zamakhsyari, Al-Kasysyâf, vol 1 (Beirut:

Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995), 513; al-Alusi, Rûh al-Ma‟ânî, vol. 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-

Ilmiyyah, 1999),63; asy-Syaukani, Fath al-Qadîr, vol. 2 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994),

608; al-Baidhawi, Anwâr at-Tanzîl wa Asrâr al-Ta‟wîl, vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,

1988), 220; dan al-Ajili, Al-Futûhât al-Ilâhiyyah, vol. 2 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2003), 77

Page 55: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

67

Muslim wajib menaatinya beserta para amilnya dalam hal yang

makruf.99

Ayat di atas menerangkan bahwa kita sebagai umat muslim harus

senantiyasa taat kepada Allat Swt., Rasulullah Saw., serta ulil amri/

Pemerintah dan bersama-sama membangun kehidupan masyarakat yang

senantiyasa taat kepada aturan Allah Swt. Maka kegiatan pemerintah

harus mencerminkan usaha-usaha yang menuju kepada kesejahteraan

masyarakatnya. Hal itu bisa dilakukan melalui kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah termasuk dalam hal pengeluaran pemerintah.

Kemudian selanjutnya Allah berfirman dalam surat al-Anfal ayat

27:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah

dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati

amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu

mengetahui”100

Abu Yusuf dalam kitabnya Al-Kharaj menetapkan prinsip

kemaslahatan dan prinsip menjauhkan kepentingan diri sendiri (al-I‟tibar

al-khos) dari dana publik. Keduanya mutlak diperlukan dalam

pengelolaan dana publik yang dikendalikan pemerintah dalam rangka

meminimalkan resiko kebocoran dan penyelewengan penggunaannya.

Efesiensi dan efektifitas merupakan landasan pokok dalam

kebijakan pengeluaran pemerintah, yang dalam ajaran islam dipandu

oleh kaidah-kaidah Syar‟iyah dan penentuan skala prioritas. Para ulama

terdahulu telah memberikan kaidah-kaidah umum yang didasarkan dari

99

Said Hawa, Al-Asâs fî Tafsîr, vol. 2 (Kairo: Dar al-Salam, 1999), 1102. 100 (Q.S an-Anfal/8: 27)

Page 56: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

68

Al-Qur‟an dan Hadits dalam memandu kebijakan belanja pemerintah. Di

antara kaidah tersebut adalah:101

a) Kabijakan atau belanja pemerintah harus senantiasa mengikuti

kaidah maslahah.

b) Menghindari masyaqqah kesulitan dan mudarat harus didahulukan

ketimbang melakukan pembenahan.

c) Mudarat individu dapat dijadikan alasan demi menghindari mudarat

dalam skala umum.

d) Pengorbanan individu dapat dilakukan dan kepentingan individu

dapat dikorbankan demi menghindari kerugian dan pengorbanan

dalam skala umum.

e) Kaidah al-giurmu bil gunni yaitu kaidah yang menyatakan bahwa

yang mendapatkan manfaat harus siap menanggung beban (yang

ingin untung harus siap menanggung kerugian).

f) Kaidah Ma la yutimmu al waajibu illa bihi fahwa wajib yaitu

kaidah yang menyatakan bahwa sesuatu hal yang wajib ditegakkan

dan tanpa ditunjang oleh faktor penunjang lainnya tidak dapat di

bangun, maka menegakkan faktor penunjang tersebut menjadi wajib

hukumnya.

B. Penelitian Terdahulu

Sesuai dengan skripsi yang penulis buat, terlebih dahulu saya melihat beberapa

skripsi yang telah ada sebelumnya, ini adalah beberapa penelitiannya:

101

Azalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid II, (Yogyakarta: 1995), 335.

Page 57: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

69

Tabel 2. 1

Penelitian Terdahulu

No Judul, Jenis dan Nama

Penulis

Variabel dan Model

Analisis

Hasil Penelitian

1. Didi Nuryadin, Dkk (

2007),

“Aglomerasi dan

Pertumbuhan Ekonomi :

Peran Karakteristik

Regional di Indonesia “.

Skripsi.

Variabel yang digunakan

adalah aglomerasi, laju

angkata kerja, laju inflasi,

Human Capital Investment,

laju openness (variabel

indepnden) dan laju

pertumbuhan PDRB (variabel

dependen).

Hasilnya adalah laju

angkatan kerja yang

bekerja, laju inflasi, laju

openness memberikan

pengaruh signifikan

terhadap laju

pertumbuhan ekonomi

regional. Variabel

aglomerasi dan Human

Capital Investment tidak

berpengaruh terhadap

PDRB.

2. Sofwin Hadiati (2002), “

Analisis Pertumbuhan

Ekonomi Provinsi Jawa

tengah “. Skripsi.

Variabel yang digunakan

adalah investasi, tenaga kerja,

jumlah sarana angkutan

umum dan total output

regional. Metode yang

digunakan adalah OLS.

Hasil penelitian

menunjukan adanya

pengaruh positif antara

semua variabel

independen terhadap

variabel dependen yaitu

pertumbuhan ekonomi

Provinsi Jawa Tengah.

3. Eko Wicaksono Pambudi

(2013) “Analisis

Pertumbuhan Ekonomi

dan Faktor-faktor yang

mempengaruhi

(Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Tengah)”.

Skripsi.

Variabel yang digunakan

adalah pertumbuhan

ekonomi, aglomerasi,

investasi, angkatan pekerja

yang bekerja dan Human

capital investment.

Model yang digunakan

didasarkan pada teori

pertumbuhan neoklasik yang

dikemukakan oleh Solow,

yaitu faktor modal dan tenaga

kerja. Metode yang

digunakan dalam penelitian

ini adalah data panel dengan

jumlah observasi sebanyak

Hasil penelitian

menunjukan bahwa

variabel aglomerasi

menujukan hasil negatif

tetapi tidak signifikan

terhadap pertumbuhan

ekonomi, variabel

investasi menunjukan

hasil positif dan

signifikan mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi,

Page 58: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

70

175 observasi. Data yang

digunakan adalah kombinasi

antara data cross section

sejumlah 35 kabupaten/kota

dan data time series selama 5

tahun (2006-2010).

variabel angkatan kerja

yang bekerja menunjukan

hasil positif dan

signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi,

dan variabel human

capital investment

menunjukan hasil positif

tetapi tidak signifikan

terhadap pertumbuhan

ekonomi.

4. Deddy Rustiono (2008)

“Analisis Pengaruh

Investasi, Tenaga Kerja,

dan Pengeluaran

Pemerintah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di

Provinsi Jawa Tengah”.

Skripsi.

Variabel yang digunakan

adalah pertumbuhan ekonomi

Jawa Tengah, investasi

swasta: realisasi PMA dan

PDAM, angkatan kerja, dan

belanja pemerintah daerah,

krisis ekonomi

Hasil penelitian

menunjukan bahwa

angkatan kerja, investasi

swasta (PMA dan

PMDN) dan belanja

pemerintah daerah

memberi dampak positif

terhadap perkembangan

PDRB Propinsi Jawa

Tengah. Krisis ekonomi

menyebabkan

perbedaan yang nyata

kondisi antara sebelum

dan sesudah krisis dan

memberi arah

yang negatif.

5. Yuliarmi

(2008) ”Pengaruh

Konsumsi

Rumah Tangga, Investasi

dan Pengeluaran

Pemerintah Terhadap

PDRB Propinsi Bali”.

Skripsi.

Variabel yang digunakan

Pertumbuhan ekonomi

Propinsi Bali, konsumsi

rumah tangga, investasi, dan

pengeluaran

pemerintah daerah.

Model penelitian yang

digunakan yaitu OLS

Hasil penelitian

menunjukan bahwa

konsumsi RT,

investasi dan pengeluaran

pemerintah berpengaruh

positif terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Page 59: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

71

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang dipaparkan penulis diatas,

maka penulis membuat kerangka berfikir dengan tujuan agar mudah dipahami oleh

semua pihak.

Gambar 2. 2

Kerangka Berfikir

Pertumbuhan ekonomi mengkaitkan dan menghitung antara tingkat

pendapatan nasional dari satu periode ke periode berikutnya. Angka pertumbuhan

ekonomi umumnya dalam bentuk presentase dan bernilai positif, tetapi juga mungkin

saja bernilai negatif. Negatifnya pertumbuhan ekonomi disebabkan adanya penurunan

yang lebih besar dari pendapatan nasional tahun berikutnya dibandingkan dengan

tahun sebelumnya. Dan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi disetiap daerah,

maka dapat dilihat dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Data PDRB tersebut dapat dilihat dari 9 sektor yang mempengaruhinya, yaitu:

sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih,

pembangunan, perdagangan, hotel, dan restaurant, pengangkutan dan komunikasi,

lembaga keuangan, dan jasa. Selain dilihat dari data PDRB, pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan

Ekonomi

Pengeluaran

Pemerintah

Tingkat Suku Bunga

Inflasi

Page 60: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

72

juga dapat dilihat dari tingkat inflasi suatu daerah, investasi, tingkat suku bunga, dan

pengeluaran agregat.

a. Hubungan Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pada prinsipnya tidak semua inflasi berdampak negatif pada

perekonomian.Jika terjadi inflasi ringan yaitu dibawah 10% maka dapat mendorong

terjadinya pertumbuhan ekonomi.Hal ini Karena inflasi mampu memberi semangat

para pengusaha untuk meningkatkan produksinya. Dan apabila inflasi lebih dari

10% maka akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya

akan berdampak pada menurunnya indeks kepercayaan konsumen (IKK). Artinya,

masyarakat cenderung mengurangi belanja karena berhati-hati terhadap risiko

kenaikan harga yang tinggi.

b. Hubungan Tingkat Suku Bunga terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat suku bunga merupakan penentu dalam menentukan jenis investasi

yang akan direncanakan oleh para pengusaha. Apabila tingkat pengembalian modal

melibihi tingkat bunga maka para pengusaha akan merencanakan investasinya.

Namun apabila tingkat pengembalian modal lebih rendah dari tingkat bunga maka

para pengusaha akan membatalkan investasi tersebut.

c. Hubungan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pengeluaran pemerintah merupakan anggaran dana yang dikeluarkan oleh

pemerintah untuk keperluan negara ataupun daerah. Dari aspek ekonomi, kebijakan

otonomi daerah yang bertujuan untuk pemberdayaan kapasitas daerah akan

memberikan kesempatan bagi daerah untuk mengembangkan dan meningkatkan

perekonomian.

Peningkatan dan pertumbuhan perekonomian daerah akan membawa

pengaruh signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah. Melalui

kewenangan yang dimilikinya untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat, daerah akan berupaya untuk meningkatkan perekonomian sesuai

dengan kondisi, kebutuhan, dan kemampuan.

Page 61: BAB II LANDASAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Pengertian

73

D. Hipotesis

Dari uraian kerangka pemikiran diatas, penulis menyimpulkan bahwa:

H1 = Inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

H2=Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

H3 =Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

Berdasarkan uraian hipotesis diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila tingkat

inflasi lebih dari 10% dan suku bunga yang tinggi maka akan berdampak negative

terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan apabila investasi bisa menghasilkan

pendapatan maka pertumbuhan ekonomi pun akan meningkat dan apabila

pengeluaran pemerintah dapat membangun dan meningkatkan perekonomian di suatu

daerah, maka pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi.