20
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada “Surat Pembaca” dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober 2000, tahun 2001 oleh Lina Destiyani Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan berbahasa pada Surat Pembaca. Data penelitian ini adalah wawancara “Surat Pembaca” dan sumber data berupa Tabloid Mingguan Bintang, Nova, dan Nyata. Pada tabloid Bintang berjumlah 70 surat pembaca, Nova 42 surat pembaca, dan Nyata 62 surat pembaca. Jenis penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif, sedangkan tahap penelitiannya terdiri dari: pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data menggunakan teknik simak catat, yang dilakukan dengan menyimak bacaan dengan mencatat kesalahan bahasa. Tahap analisis menggunakan metode agih dan tahap penyajian hasil analisis data menggunakan deskripsi dengan melihat data yang sudah diklasifikasikan. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada “Surat Pembaca” Suara Merdeka Edisi Maret sampai April 2012, tahun 2013 oleh Febrianto Nugroho mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa dari segi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantis pada “Surat Pembaca” surat kabar Suara Merdeka edisi Maret sampai April Tahun 2012. Data yang digunakan adalah wacana “Surat Pembaca” pada Suara Merdeka yang terdiri dari 28 surat pembaca yakni 12 wacana dengan jumlah 36 kalimat untuk bulan Maret dan 16 wacana dengan jumlah 7 Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

  • Upload
    vonhu

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada “Surat Pembaca”

dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober

2000, tahun 2001 oleh Lina Destiyani

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan berbahasa pada Surat

Pembaca. Data penelitian ini adalah wawancara “Surat Pembaca” dan sumber data

berupa Tabloid Mingguan Bintang, Nova, dan Nyata. Pada tabloid Bintang berjumlah

70 surat pembaca, Nova 42 surat pembaca, dan Nyata 62 surat pembaca. Jenis

penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif, sedangkan tahap penelitiannya

terdiri dari: pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data.

Pengumpulan data menggunakan teknik simak catat, yang dilakukan dengan

menyimak bacaan dengan mencatat kesalahan bahasa. Tahap analisis menggunakan

metode agih dan tahap penyajian hasil analisis data menggunakan deskripsi dengan

melihat data yang sudah diklasifikasikan.

2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada “Surat Pembaca”

Suara Merdeka Edisi Maret sampai April 2012, tahun 2013 oleh Febrianto

Nugroho mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa dari segi

fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantis pada “Surat Pembaca” surat kabar Suara

Merdeka edisi Maret sampai April Tahun 2012. Data yang digunakan adalah wacana

“Surat Pembaca” pada Suara Merdeka yang terdiri dari 28 surat pembaca yakni 12

wacana dengan jumlah 36 kalimat untuk bulan Maret dan 16 wacana dengan jumlah

7

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

9

92 kalimat untuk bulan April. Jenis penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif

kulitatif, sedangkan tahap penelitiannya terdiri dari: pengumpulan data, analisis data,

dan penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data menggunakan teknik baca catat,

yang dilakukan dengan mencatat kesalahan berbahasa. Tahap analisis menggunakan

metode agih dan tahap penyajian hasil analisis data menggunakan deskripsi dengan

melihat data yang sudah diklasifikasikan.

Berdasarkan dua penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kedua

penelitian itu berbeda dengan penelitian yang saya kaji mengenai analisis kesalahan

morfologis dan sintaktis dalam karangan argumentasi pada siswa kelas X

Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto tahun pelajaran 2014-2015.

Perbedaan dalam penelitian yang saya kaji dengan penelitian sebelumnya terletak

pada permasalahan yang dianalisis. Permasalahan tersebut adalah bagaimana

kesalahan morfologis, dan sintaktis? kemudian perbedaan lainnya terletak pada objek

penelitian. Objek yang dijadikan penelitian ini adalah siswa kelas X Keperawatan

SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto, dan data yang digunakan adalah kalimat-kalimat

dalam karangan argumentasi siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3

Purwokerto. Sumber data yang digunakan adalah wacana karangan argumentasi siswa

kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto Tahun pelajaran 2014-

2015, yang di dalamnya terdapat kesalahan berbahasa secara morfologis dan sintaktis.

Tahap pengumpulan data yang digunakan adalah peneliti meminta siswa untuk

menyusun karangan argumentasi. Selanjutnya persamaan penelitian sebelumnya ialah

terletak pada kajian yang digunakan yakni sama mengkaji analisis kesalahan

berbahasa. Selain itu, persamaan lainnya terletak pada metode dan teknik analisis data

yang digunakan yaitu sama-sama menggunakan deskriptif kualitatif dengan tahap

penelitian terdiri dari: pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

10

data. Tahap analisis data menggunakan teknik lesap, ganti dan tenik sisip, dan tahap

penyajian hasil analisis data menggunakan penyajian informal.

B. Bahasa

1. Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan sarana komunikasi. Segala yang berkaitan dengan

komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai

ilmu pengetahuan. Seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara

sistematis dan teratur, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa. Hal ini, bahasa

berarti berperan penting untuk menumbuhkan suatu komunikasi. Semua orang

menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan

lumpuh tanpa bahasa (Keraf, 2004: 1). Bahasa adalah sistem bunyi lambang bunyi

yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu, masyarakat untuk bekerja sama,

beriteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Depdiknas, 2008: 116). Para pakar linguistik

deskriptif bahasa mendefinisikan sebagai lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang

kemudian lazim ditambah dengan sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi

dan mengidentifikasi diri (Chaer, 2012: 32).

Jadi dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa bahasa merupakan

sistem lambang bunyi yang arbitrer. Bahasa yang digunakan oleh anggota suatu,

masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Bahasa ialah

kunci pokok dari sebuah kehidupan manusia. Karena fungsi bahasa untuk berinteraksi

dengan orang lain dapat memperoleh ilmu berbagai bidang. Bahasa dapat digunakan

apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan

bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

11

berbahasa atau berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan

penutur baik lisan maupun tulis.

2. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa

Suatu pemakaian bahasa dapat dikatakan salah, apabila pemakaian tersebut

menyimpang dari pola umum bahasa. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa yang

sering terjadi harus dikurangi. Jika bisa kesalahan tersebut dihapuskan sama sekali,

sehingga tidak dapat digunakan kembali. Pengurangan dan penghapusan kesalahan

akan tercapai apabila seluk-beluk kesalahan berbahasa itu dikaji secara mendalam.

Pengkajian segala aspek kesalahan itulah yang dinamakan dengan analisis kesalahan

(anakes).

Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja. Sebagai prosedur kerja,

anakes mempunyai langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tersebut ialah

metodologi anakes. Anakes biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang

meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam

sampel dan penjelasan kesalahan tersebut. Pengklasifikasian kesalahan itu

berdasarkan penyebab, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan

itu (Ellis dalam Tarigan, 1995: 68).

3. Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa atau “language errors” beraneka ragam jenisnya dan

dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara kita memandangnya. Dengan kata lain,

setiap sudut pandang akan menghasikan sudut pandang tertentu. Chomsky dalam

Tarigan (1995: 143) membedakan jenis kesalahan menjadi dua yaitu kesalahan

mistake dan error. Kesalahan pertama kesalahan yang disebabkan oleh faktor

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

12

kelelahan, keletihan, dan kurangnya permormasi kesalahan tersebut biasanya disebut

“mistakes”. Kesalahan kedua kesalahan yang diakibatkan karena kurang pengetahuan

mengenai kaidah bahasa yakni sering dibilang sebagai faktor kompetensi atau

“errors”.

Berdasarkan kedua kesalahan tersebut diantaranya kekeliruan (mistake) yang

disebabkan oleh faktor keterbatasan mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan

kekeliruan dalam menghafal bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau

kalimat. Kesalahan lain yakni kesalahan (errors) disebabkan oleh faktor kompetensi.

Artinya belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannnya. Sering

dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan

sistem bahasa yang dipelajarinya ternyata kurang maka kesalahan sering terjadi, dan

kesalahan akan berkurang apabila tahap pemahaman semakin meningkat.

Penjelasan di atas mengenai kesalahan berbahasa peneliti hanya mengambil

kesalahan berbahasa (errors). Kesalahan berbahasa itu diambil dari pemerolehan data

karangan argumentasi siswa kelas X Keperawatan di SMK Muhammadiyah 3

Purwokerto. Setelah data diperoleh kesalahan berbahasa tersebut dikelompokkan

berdasarkan kriteria tertentu. Pengelompokan data kesalahan berbahasa pada bidang

morfologi dan sintaksis dalam karangan argumentasi siswa, berdasarkan komponen

taat bahasa. Berdasarkan komponen tata bahasa, kesalahan bahasa meliputi: morfologi

dan sintaksis (Tarigan, 1995: 198-199).

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

13

a. Morfologi

1) Pengertian Morfologi

Morfologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari morfem dan

kombinasi-kombinasinya (Kridalaksana, 2009: 159). Bagian dari struktur bahasa

yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem. Sedangkan Putrayasa

(2010: 3) mengatakan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan

atau mempelajari seluk-beluk kata. Serta pembentukan kata terkecil dan seluk-beluk

kata, serta pengaruh perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata.

Menurut Ramlan (2012: 21) mengatakan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa

yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata, serta pengaruh

perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan morfologi merupakan

cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan

gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh

perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Pengertian lain

bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan bentuk

kata itu, baik secara gramatis maupun semantis. Kata morphologie terbentuk dari kata

morphe berarti „bentuk‟ dan logos berarti „ilmu‟ jadi morfologi adalah ilmu tentang

bentuk kata (Soegi, 1989: 4).

2) Bentuk-Bentuk Morfologis

Bentuk-bentuk bahasa terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik

(Chaer, 2012: 100-324).

13

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

14

1) Bentuk linguistik yang berwujud morfem ialah bentuk berulang yang paling kecil

beserta artinya. Jika menentukan sebuah satuan bentuk morfem, harus

membandingkan bentuk tersebut dengan bentuk lain. jika bentuk tersebut ternyata

bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah

morfem. Menurut Alwi (2003: 28) morfem ialah bentuk kata yang paling kecil

yang tidak bisa dipotong. Artinya jika suatu kata dipotong-potong hingga tidak

mempunyai makna dinamakan morfem. Ramlan (2012:32) morfem adalah satuan

gramatik yang paling kecil; satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain

sebagai unsurnya.

2) Bentuk linguistik yang berwujud almorf ialah variasi bentuk suatu mofem.

Artinya alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam pertuturan) dari sebuah

morfem. Setiap morfem tentu mempunyai beberapa alomrf. Morf adalah nama

semua bentuk yang diketahui statusnya. Sedangkan alomorf adalah nama untuk

bentuk yang sudah diketahui status morfemnya. Bentuk-bentuk men-, mem,

meng, dll disebut morf (Ramlan, 2005: 5).

3) Bentuk linguistik yang berwujud kata adalah satuan ujaran bebas terkecil yang

bermakna. Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, dan

mempunyai arti. Maksudnya terkecil ialah tidak dapat disegmentasikan lagi

menjadi yang lebih kecil tanpa merusak makna dan bebas maksudnya satuan yang

disebut kata tersebut dapat berdiri sendiri di dalam kalimat. Menurut Alwi (2003:

30) pengertian mengenai kata adalah terbentuk dari dasar tertentu dan dapat

menjadi dasar pembentuk kata turunan lain. morfem adala satuan bebas yang

paling kecil, dengan kata lain, setiap satu-satuan bebas merupakan kata (Ramlan,

2005).

15

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

15

3) Proses Morfologis

Proses morfologik terdiri dari afiksasi, reduplikasi, dan komposisi (Ramlan,

2012: 53).

a) Afiksasi

Afiks adalah bentuk terikat. Artinya dalam bentuk tuturan biasa, bentuk

tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis. Bentuk terikat ini selalu

menempel pada bentuk lain. Chaer (2012: 177) mengatakan afiks adalah sebuah

bentuk morfem terikat. Menurut Alwi (2003: 31) bentuk terikat yang dipakai untuk

menurunkan kata dinamakan afiks atau imbuhan. Morfem terikat selalu diikuti atau

diimbuhkan pada bentuk dasar dalam proses pembentukan kata. Imbuhan morfem

terikat sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya. Bentuk tersebut tidak dapat berdiri

sendiri. Morfem terikat secara gramatis selalu melekat pada bentuk lain. Afiks dapat

dibedakan menjadi empat: prefiks (awalan), infiks (sisipan), surfiks (akhiran), dan

konfiks (gabungan awalan dan akhiran). Contoh prefiks menurut (Ramlan, 2012: 60)

yang terletak di depan bentuk dasar (meN-, ber-, di-, ter-, peN-, pe, se-, per-, pra-, ke-

), infiks ( -el-, -er-, -em-), dan Surfiks (-kan, -an, -i, -nya, -wan, -wati, -is, -man, -da, -

w).

b) Reduplikasi

Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar. Macam-

macam reduplikasi di antaranya mengulang dalam bentuk secara keseluruhan,

sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi (Chaer, 2012: 182). Ramlan

(2012: 65) mengatakan reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik

seluruhnya maupun sebagian, baik variasi fonem maupun tidak. Reduplikasi atau kata

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

16

ulang tidak semua dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya. Pertama

pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata, maksudnya bahwa

bentuk dasar bagi kata ulang itu harus sesuai dengan golongan kata tersebut. Kedua

bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.

Berdasarkan bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat macam

yakni: pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi

dengan proses pembubuhan afiks, dan pengulangan dengan perubahan fonem

(Ramlan, 2012: 70-76).

a) Pengulangan seluruh: adalah pengulangan seluruh bentuk dasar. Pengulangan ini

terjadi tanpa perubahan fonem. Pengulangan seluruh juga tidak berkombinasi

dengan proses pembubuhan afiks. Contoh pada kata sepeda-sepeda, kata tersebut

terbentuk dari pengulangan keseluruhan dari kata dasar sepeda. Pengulangan

bentuk lainya yakni pada kata buku-buku juga merupakan terbentuk dari

pengulangan kata seluruh dari kata dasar buku.

b) Pengulangan sebagian: adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.

Pengulangan ini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Semua bentuk dasar

pengulangan golongan ini berupa bentuk dasar kompleks. Bentuk dasar kompleks

berupa bentuk tunggal kata lelaki di bentuk dari bentuk dasar laki. Apabila

bentuk dasar itu berupa bentuk kompleks kemungkinan-kemungkinan bentuk

dasarnya sebagai berikut:

a) Bentuk meN-. misalnya:

mengambil mengambil-ambil membaca membaca-baca

b) Bentuk di-. misalnya:

ditarik ditarik-tarik dikemasi dikemas-kemasis

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

17

c) Bentuk ber-. misalnya: berjalan berjalan-jalan bertemu bertemu-temu

d) Bentuk ter-. misalnya:

terbantuk terbatuk-batuk tersenyum tersenyum-senyum

e) Bentuk ber-an. misalnya:

berlarian berlari-larian berhamburan berhambur-hamburan

f) Bentuk –an. misalnya

minuman minum-minuman makanan makan-makan

g) Bentuk ke-. misalnya:

kedua kedua-dua ketiga ketiga-tiga

c) Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks

Pengulangan golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi

dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama

dengan proses pembubuhan dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi.

Berdasarkan penentuan bentuk dasar ialah bahwa bentuk dasar itu selalu berupa

satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Contoh kata ulang kereta-keretaan

dapat ditentukan bentuk dasar yakni bentuk dasar kereta diulang dan mendapat

bubuhan afiks –an. Jika kata ulang kereta-kereta berarti bermakna banyak, sedangkan

kereta-keretaan bermakna sesuatu yang menyerupai kereta. Kemudian contoh kata

ulang kehitam-hitaman dari bentuk dasar hitam. Kata hitam diulang dan mendapat

afiks –an. Jika kata ulang hitam-hitam berarti bermakna banyak, sedangkan hitam-

hitaman bermakna sesuatu yang seperti atau menyerupai warna hitam.

d) Pengulangan dengan perubahan fonem: Kata ulang yang pengulangannya

termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit. Contoh kata bolak-balik di

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

18

bentuk dari bentuk dasar bolak-balik yang diulang seluruh dengan perubahan

fonem dari /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/. Kemudian kata gerak-gerik

dari kata dasar gerak. Kata ulang gerak-gerik dibentuk dari bentuk dasar gerak

yang diulang seluruh dengan perubahan fonem dari /a/ menjadi /i/. Kata ulang

robak-rabek dari kata dasar robek. Kata ulang robak-robek dibentuk dari kata

dasar robek, yang diulang seluruh dengan perubahan fonem /a/ menjadi /e/.

c) Komposisi

Menurut Chaer (2012, 185) komposisi adalah hasil dan proses penggabungan

morferm dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga

terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang

baru. Selanjutnya komposisi menurut Verhaar (2012: 154) merupakan proses

morfemis yang menggabungkan dua morferm dasar (pradasar) menjadi satu kata, yang

namanya “kata majemuk” atau “kompaun”. Komposisi selalu bersifat derivasional,

tidak paradigmatis. Ramlan (2012: 77) mengatakan bahwa kata majemuk adalah kata

yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Contoh: mata kaki dan kursi malas .

b. Sintaksis

1) Pengertian Sintaksis

Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata dalam

kalimat (Verhaar, 2012: 11). Kridalaksana (2008: 223) mengatakan bahwa sintaksis

adalah pengaturan atau hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan

yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih itu dalam bahasa. Istilah secara

langsung terambil dari bahasa Belanda syntaxis, sedangkan dalam bahasa Inggris

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

19

digunakan istilah syntax. Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan

seluk-beluk wacana, kalimat, klausa dan frase (Ramlan 2005: 18). Tata bahasa yang

membahas hubungan antarkata dalam tuturan.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis merupakan cabang

linguistik yang menyangkut penyusunan kata dalam kalimat. Proses penyusunan

tersebut berhubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih

besar hingga menjadi kelompok kata. Hubungan antarkata dalam tuturan (bahasa)

Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal

di dalam kata. Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frasa, klausa,

dan kalimat. Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam

bentuk kalimat.

2) Bentuk-bentuk Sintaktis

a) Frasa

Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak

melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan, 2005: 138). Frasa juga gabungan kata

yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frasa atau frase tidak

memiliki makna baru, melainkan makna sintaktis atau makna gramatikal bedanya

dengan kata majemuk yaitu kata majemuk sebagai komposisi yang memiliki makna

baru atau memiliki satu makna. Batasan frasa di atas ialah mempunyai dua sifat yakni

frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dua kata atau lebih dan frasa

merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Maksud dari tidak

melebihi batas fungsi frasa adalah frasa itu termasuk dalam satu fungsi klausa yakni S,

P, O, Pel, dan Ket. Cotohnya: Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di

perpustakaan.

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

20

b) Klausa

Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, Pel, dan

Ket ataupun tidak (Ramlan, 2005: 79). Unsur inti klausa ialah S dan P. Satuan

sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam

konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frasa, yang befungsi sebagai predikat;

dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan. Klausa dapat

berpotensi menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis

wajib, yaitu subjek dan predikat. Contoh klausa: Luri makan

c) Kalimat

Kalimat adalah kesatuan ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran

atau perasaan; satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola

intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa (Depdiknas: 2008:

609). Sedangkan menurut Ramlan (2005: 23) kalimat adalah satuan gramatik yang

dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Chaer

(2009: 44) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari

konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila

diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Konstituen dasar dan intonasi final

menjadi penting atau yang menjadi dasar kalimat, sedangkan konjungsi hanya ada

kalau diperlukan. Intonasi final yang ada yang memberi ciri kalimat ada tiga, yaitu (1)

intonasi deklaratif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, (2)

intonasi interogatif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda tanya, dan

(3) intonasi seru, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda seru. Contoh

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

21

kalimat: Luri ambilkan makan(.) Luri ambilkan makan(?) Luri ambilkan makan(!)

d) Wacana

(1) Pengertian Wacana

Wacana sebagai satuan tertinggi dari kalimat. Wacana mempunyai pengertian

yang lengkap atau utuh, dibangun dengan kalimat atau kalimat-kalimat. Wacana

dibangun dengan kalimat atau kalimat-kalimat artinya sebuah wacana mungkin hanya

terdiri dari sebuah kalimat. Wacana mungkin juga terdiri sejumlah kalimat.

Pembentukan sebuah wacana yang utuh, kalimat-kalimat dipadukan oleh alat-alat

pemandu, yang dapat berupa unsur leksikal, unsur gramatikal, ataupun unsur semantik

(Chaer, 2009: 46). Douglas dalam Mulyana (2005: 3) mengatakan wacana berasal dari

bahasa Sansekerta wac/wak.vak, artinya „berkata‟ atau „berucap‟. Kata wac dalam

lingkup morfologi bahasa Sansekerta, termasuk kata kerja bersifat aktif yaitu

„melakukan tindakan ujar‟. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi

wacana. Bentuk ana yang muncul di belakang adalah surfiks (akhiran), yang

bermakna „membedakan‟ jadi kata wacana dapat diartikan sebagai „perkataan‟ atau

„tuturan‟. Tarigan dalam Mulyana (2005: 4) mengemukakan bahwa wacana adalah

satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki

kohesis dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas,

berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.

Dari penjelasan wacana di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan

bahasa yang lengkap atau utuh. Satuan bahasanya tersebut lebih tinggi dari klausa dan

kalimat, yang dapat berupa unsur leksikal, unsur gramatikal, unsur semantik dan dapat

disampaikan secara lisan atau tertulis. Wacana argumentasi yang diteliti ini

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

22

merupakan bahasa dalam bentuk tulisan. Wacana argumentasinya adalah karangan

argumentasi siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah 3 Purwokerto.

(2) Wacana Argumentasi

Kedudukan wacana berada paling tinggi, artinya dalam satuan kebahasaan,

kedudukan wacana akan selalu mengaitkan unsur-unsur satuan kebahasaan yang ada

di bawah seperti fonem, morfem, frasa, klausa, atau kalimat. jika wacana di lihat dari

asal bahasanya berarti „perkataan‟ atau „tuturan‟ sering digunakan untuk

berkomunikasi dengan orang lain untuk berbahasa. komunikasi itu dapat

menggunakan bahan lisan dapat pula menggunakan bahan tulisan (Samsuri dalam

Soburs, 2000: 10). Wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan dengan proposisi

satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah

makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu. Selanjutnya Tarigan dalam Mulayan

(2005: 6) menjelaskan pula bahwa wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan

tertinggi atau terbesar diatas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang

tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,

disampaikan secara lisan dan tertulis. Argumentasi adalah jenis karangan yang berisi

alasan-alasan kuat untuk membuktikan data dan fakta (Iskak, 2006: 67).

Berdasarkan media penyampaiannya wacana dapat dibagi menjadi dua yaitu

wacana tulis dan wacana lisan. Kedua jenis wacana tersebut dalam penelitian ini

khususnya, peneliti hanya mengambil wacana tulis. Karena peneliti menganalisis data

berupa karangan argumentasi pada siswa kelas X Keperawatan SMK Muhammadiyah

3 Purwokerto yaitu wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf,

atau karangan yang utuh yang membawa amanat yang lengkap dan cukup jelas

22

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

23

berorientasi pada jenis wacana tulis. Wacana tulis sendiri adalah jenis wacana yang

disampaikan melalui tulisan. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang

utuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa wacana argumentasi ialah satuan bahasa yang

terdiri dari kalimat-kalimat guna memaparkan alasan-alasan mengenai sesuatu hal.

C. Karangan

1) Pengertian karangan dan Jenis-Jenis Karangan

Menurut Moelino (2007: 506) mengarang adalah perbuatan atau pekerjaan

mengarang (tulis-menulis dsb). Sedangkan menurut Finoza (2009: 234) mengatakan

bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk

menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir

berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir

berupa rangkaian bunga). Menurut Widyamartaya dalam Damlan (2014: 85)

mengarang adalah suatu proses kegiatan berpikir manusia yang hendak menggunakan

kandungan jiwanya kepada orang lain atau diri sendiri dalam tulisan. Karangan

diartikan dengan rangkaian hasil pikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk

tulisan yang teratur. Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan

perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Mengarang dengan

mengungkapkan suatu pendapat, gagasan yang disertai dengan bukti serta contoh-

contoh yang meyakinkan orang lain.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mengarang

adalah suatu proses pengungkapan buah pikiran, perasaan, pengalaman, pelukisan,

tentang suatu objek yang diinginkan. Suatu karya tulis dari kegiatan seseorang untuk

mengungkapkan gagasan dan menyampaikan perasaan tujuannya dalam bentuk tulisan

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

24

kepada pembaca. Karangan merupakan suatu proses menyusun, mencatat, dan

mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan

untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konversional

yang dapat dilihat. Karangan terdiri dari paragraf-paragraf yang mencerminkan

kesatuan makna yang utuh. Mengarang ini merupakan mengungkapkan gagasan atau

buah pikirannya melalui bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain

untuk membacanya.

a) Jenis-Jenis Karangan

(1) Karangan Deskripsi

Deskripsi atau lukisan adalah karangan yang melukiskan atau menggambarkan

suatu peristiwa tertentu (Dalman, 2014: 135 ). Karangan ini melukiskan atau

menggambarkan sesuatu yakni dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sehingga

si pembaca seolah-olah turut merasakan atau mengalami langsung apa yang

dideskripsikan oleh penulis. Deskripsi diambil dari bahasa inggris description yang

tentu saja berhubungan dengan kata kerja to describe (melukiskan dengan bahasa).

Deskripsi juga berupa uraian yang berusaha menggambarkan suatu masalah yang

seolah-olah masalah tersebut di depan mata pembaca secara konkret. Contohnya

adalah mendeskripsikan hewan atau seseorang.

(2) Karangan Narasi

Karangan narasi adalah cerita yang berusaha menciptakan mengisahkan

sebuah peristiwa (Dalman, 2014: 135 . Karangan narasi ini cerita yang merangkaikan

tindak tanduk manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

25

ke waktu. Di dalam karangan narasi juga terdapat tokoh yang menghadapi suatu

konflik. Peristiwa tersebut yang disusun dengan alur secara sistematis. Contoh narasi

diantaranya biografi, novel, cerpen dan lain-lain.

(3) Karangan Eksposisi

Kata eksposisi diambil dari kata bahasa Inggris exposition yang berarti

„membuka atau memahami‟. Karangan eksposisi merupakan karangan yang

menjelaskan atau memaparkan pendapat, gagasan, keyakinan, yang memerlukan fakta

(Dalma, 2014: 136). Fakta-fakta tersbut dapat diperkuat dengan angka, stastistik, peta

dan grafik, tetapi tidak bersifat memengaruhi pembaca. Karangan ini bertujuansemata-

mata untuk menyampaikan informasi tertentu dan menambah wawasan pembaca.

Contoh karangan eksposisi ialah artikel-artikel yang ada di surat kabar atau majalah.

(4) Karangan Argumentasi

Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk meyakinkan

pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, tingkah laku tertentu.

Karangan argumentasi juga suatu karangan yang berisikan pendapat atau gagasan

mengenai suatu hal. Pembuktian-pembuktian tersebut digunakan untuk

mempengaruhi pembaca agar mengubah sikap merekan dan menyesuaikan dengan

sikap penulis. Agar pembaca yakin dengan apa yang dikatakan, penulis membuktikan

dengan bukti tabel, gambar dan lain sebagainya (Dalman, 2014: 137). Contoh jenis

karangan ini adalah kampanye pemilihan umum, tulisan-tulisan tentang alasan

pengangkatan, pemberitahuan, dan pengangkatan seseorang.

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

26

(5) Karangan Persuasi

Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk membuat pembaca

percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal (Dalma, 2014: 138). Karangan yang

dikomunikasikan berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan atau

perasaan seseorang. Jenis karangan ini isinya bertujuan membujuk, merayu, atau

mengajak pihak pembaca. Karangan ini bertujuan agar pembaca mengikuti apa yang

dikehendaki oleh pihak penulis. Contoh jenis karangan ini adalah uraian tentang

penawaran jenis obat, kosmetik, atau jenis produk lain.

2) Karangan Argumentasi

Untuk dapat menyusun karangan argumentasi orang perlu banyak membaca,

khususnya bacaan yang berhubungan dengan penyususnan karangan argumentasi.

Karangan argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk

mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain (Keraf, 2007: 3). Bentuk karangan

tersebut agar pembaca percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang di

inginkan oleh penulis. Selanjutnya menurut Iskak (2006: 67) mengatakan bahwa

argumentasi merupakan jenis karangan yang berisi alasan-alasan kuat untuk

membuktikan data dan fakta. Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan

meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan

tingskah laku tertentu (Finoza dalam Dalman, 2014: 137). Argumentasi berasal dari

kata argumen atau alasan. Melalui argumen penulis berusaha merangkaikan fakta-

fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan suatu pendapat yang benar

atau tidak.

Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa karangan argumentasi merupakan

jenis karangan atau sebuah paragraf yang membentuk retorika untuk mempengaruhi

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan dalam ...repository.ump.ac.id/1286/3/Nuraeni Rahayu_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian

27

pembaca, dengan mengungkapkan berbagai alasan, contoh dan bukti-bukti yang kuat

dan meyakinkan pembaca. Penulis dapat mempengaruhi dan meyakinkan dengan

bukti yang logis guna untuk membuktikan kebenaran atas suatu pendapat yang

didasarkan data dan fakta melalui karangan argumentasi. Untuk dapat mempengaruhi

dan meyakinkan pembaca, maka harus ada intruksi untuk membuat karangan tersebut

diantaranya tema atau topik, kerangka karangan, pengembangan kerangka, dan yang

paling penting mencari dan mengumpulkan bukti-bukti dan fakta-fakta untuk

menunjang karangan yang baik, benar dan dipercaya oleh pembaca. Dengan demikian

pembaca ikut terdorong untuk melakukan dengan apa yang dibahas.

3) Ciri-ciri karangan Argumentasi

Finoza dalam Dalman (2014: 139) mengatakan ciri-ciri karangan argumentasi

adalah sebagai berikut.

1) Penulis mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan

memengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.

2) Penulis mengusahakan pemecahan suatu masalah, dan

3) Penulis mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai satu penyelesaian.

Analisis Kesalahan Morfologis ..., Nuraeni Rahayu, FKIP UMP, 2015