Author
others
View
40
Download
1
Embed Size (px)
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi Sasis
Sasis atau frame chasis atau frame assy dibidang otomotif adalah tempat
menempelnya semua komponen kendaran termasuk bodi. Oleh karena itu, sasis
harus memiliki sifat yang kuat, ringan, kokoh dan tahan terhadap getaran. Fungsi
lain dari sasis adalah mentransfer beban vertikal dan lateral, yang disebabkan oleh
beban muatan pada kendaraan yang kemudian diteruskan ke suspensi dan dua
sumbu roda. Berdasarkan konstruksi menempelnya bodi pada sasisatau rangka,sasis
dibedakan menjadi dua konstruksi kendaraan yaitu: konstruksi composite (terpisah)
dan konstruksi monocoque (menyatu). [Gunadi, 2008: 5]. Dan berikut adalah
beberapa tipe dari sasis:
A. Ladder Frame Design
Ladder frame atau frame berbentuk tangga adalah model paling sederhana
dan paling tua yang masih dan banyak digunakan pada konstruksi kendaraan
moderen. Frame tipe ini diadaptasi dari kereta kuda yang dapat mengangkut dan
menahan berat dari beban, frame ini terdiri dari dua buah batang rangka inti
memanjang sepanjang kendaraan dan dihubungkan dengan bagian yang melintang
yaitu crossmember dan reinforcement sebagai penguat. Pada sasis model ini rangka
terpisah dengan bodi sehingga antara sasis dan bodi kendaraan dapat dilepas.
Karakter sasis ini adalah dapat mereduksi getaran akibat jalan yang tidak rata,
karena adanya bantalan yaitu frame tersebut. Dari sisi desain juga lebih sederhana
8
dan bodi kendaraan dapat diubah atau dirvarisi dengan sasis yang sama. Sasis pada
kendaraan komersil sebagian besar menggunakan jenis sasis ini. [Keith
J.Wakeham, 2009. Hal.31].
Gambar 2 1 ladder frame chassis
Sidemember pada sasis tipe ladder frame ini sering menggunakan channel
dengan bentuk C (Open channel section), karena sangat baik dalam hal kekuatan
lentur dan kekakuan (Bending strength & stiffness). Pada area flange adalah area
dimana terdistribusinya momen inersia yang terjadi pada kendaraan. Bentuk C pada
Sidemember memudahkan akses tersambung atau menyatunya bracket,
crossmember dan komponen lain dalam hal desain sasis secara keseluruhan.
Gambar 2 2 C Channel side mamber
9
B. Backbone Design
Sasis dengan konsep dasar menghubungkan stuktur depan dan belakang
kendaraan dengan sebuah rangka inti, rangka ini yang menopang semua beban
kendaraan dan lengan yang menonjol sebagai pemegang bodi. Konstruksi rangka
model ini memungkinkan titik pusat berat kendaraan dibuat lebih rendah. [Keith
J.Wakeham, 2009. Hal.41].
Gambar 2.3 Backbone design chassis
C. Space Frame Design
Dianggap sebagai salah satu metode terbaik dimana sangat baik dalam segi
ketahanan terhadap torsi, menahan beban, dan ketahanan terhadap impact. Desain
ini sering diaplikasikan pada kendaraan kompetisi, dan kendaraan sport. Berbentuk
seperti halnya jaring dengan pola segitiga untuk mendistribusikan seluruh beban
kearah aksial sehingga beban tidak terkonsentrasi pada satu bagian sasis saja.
[Cristopher Scott Baker, 2004, Hal. 10, Chapther 3].
Gambar 2.4 Space frame chasis
10
D. Monocoque Frame Design
Rangka atau konstruksi bodi jenis ini menggunakan prinsip kulit telur
dimana bodi dan rangka tersusun menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga semua
beban terbagi merata pada semua bagian kulit, pertautan antara bodi dengan rangka
menggunakan las. Kendaraan yang menggunakan rangka jenis ini bentuknya
dapatmenjadi lebih rendah dibanding dengan tipe terpisah, sehingga titik berat
kendaraan juga rendah yang menjadikan kendaraan lebih stabil. [Keith J.Wakeham,
2009. Hal.47].
Gambar 2.5 Monocoque frame design
2.2 Metode Elemen Hingga
2.2.1 Pengertian Metode Elemen Hingga
Metode Elemen Hingga adalah metode numerik untuk mendapatkan solusi
permasalahan diferensial, baik persamaan diferensial biasa (Ordinary Differential
Equatiaon) Maupun persmaan diferensial biasa (Partial Differential Equatioan).
Karna persamaan differensial seringkali digunakan sebagai model permasalahan
engineering maka penting bagi para insinyur untuk dapat memahami dan mampu
menerapkan MEH. Saat ini MEH merupakan salah satu metode numerik paling
versatile untuk memecahkan problem dalam domain kontinuum. Pada awalnya
11
MEH dikembangkan untuk memecahkan problem dibidang mekanika benda padat
(Solid Mechanic), tetapi kini MEH sudah merambah kehampir semua problem
enjeneering seperti mekanika fluida (fluid mechanich), perpindahaan panas (heat
transfer), elektromagnetik (electro magnetism), getaran (vibration), analisis modal
(modal analysis), dan banyak lagi problem enjeneering lainnya. [Hajar Isworo, S.Pd,.
M.T dan Pathur Razi Ansyah, S.T., M.Eng].
Proses inti MEH adalah membagi problem yang kompleks menjadi bagian-
bagian kecil atau elemen-elemen dari mana solusi yang lebih sederhana dapat
dengan mudah diperoreh. Solusi dari setiap elemen jika digabungkan akan menjadi
solusi problem secara keseluruhan. Gambar 1.1 menjelaskan cara kerja MEH di
mana solusi suatu problem yang kompleks diaproksimalkan oleh solusi elemen.
Untuk mendapatkan solusi elemental, MEH menggunakan fungsi interpolasi untuk
mengaproksimalkan solusi elemen. Untuk contoh ini suatu fungsi linear yang
sederhana dipergunakan sebagaai fungsi interpolasi. Setelah solusi setiap elemen
diperoleh, dengan menggabungkan solusi-solusi elemen maka solusi keseluruhan
problem dapat diperoleh. Dengan menggunakan fungsi polinomial seperti fungsi
kuadratik sebagai fungsi interpolasi, solusi yang lebih akurat bisa diperoleh. [Hajar
Isworo, S.Pd,. M.T dan Pathur Razi Ansyah, S.T., M.Eng].
Gambar 2.6 Aproksimasi solusi keseluruhan diperoleh dari gabungan solusi-
solusi elemen
12
2.2.2 Langkah-Langkah Penerapan Metode Elemen Hingga
Prnsip MEH adalah membagi domain permasalahan, baik itu domain ruang
(spatial domain) atau domai waktu (time domain), menjadi sub domain atau elemen
yang lebih kecil,. Dengan menghitung solusi pada elemen-elemen dan selanjutnya
menggambungkan keseluruhan solusi elemental, solusi total dari permasalahan
diperoleh. Dalam menghitung solusi per elemen tentunya solusi elemen harus
memenuhi beberapa ketentuan, seperti kontinuitas pada titik-titik noda dan
antarmuka (interface) elemen.
Disamping Metode Elemen Hingga, metode numerik lain yang umum
digunakan adalah Metode Perbedaan Hingga (MPH). Perbedaan utama dari kedua
metode ini terletak pada solusi yang diperoleh dan juga bentuk (geometri) dari
domain. MPH menghasilkan solusi aproksimasi pada titik-titik nodal (pointwise
solution). Guna memperoleh solusi yang lebih akurat, jumlah titik nodal
diperbanyak. MPH sulit digunakan pada domain dengan benuk geometri yang
kompleks. Hal ini dapat dipahami dari Gambar 2.7 yang berupa sebuah seperempat
profil annulus. Mesh MPH digambarkan pada Gambar 2.7a dan mesh MEH pada
Gambar 2.7b dan 2.7c jelas terlihat bahwa dengan menggunakan MPH, titik-titik
mesh (nodes) tidak dengan tepat berada pada batas annulus. Hal ini akan
mengurangi akurasi hasil dari MPH. Secara logika MPH dapat digunakan pada
problem dengan domain yang kompleks asalkan kita gunakan ukuran mesh yang
kecil sehingga boundari domain dapat diikuti titik-titik mesh secara lebih akurat.
Hal ini tidak menjadi masalah jika MEH digunakan karena titik-titik mesh MEH
dapat diletakan pada batas domain (Gambar 2.7b dan 2.7c). Gambar 2.7
13
manggambarkan dua jenis elemen MEH, yaitu elemen segitiga (triangular element)
dan segiempat (quadrilateral element).
Gambar 2.7 (a) Mesh Metode Perbedaan Hingga, (b) elemen segitiga,
(c) elemen segiempat • adalah titik mesh nodes)
Dengan MEH, solusi yang diperoleh adalah fungsi interpolasi setiap elemen.
Setelah fungsi interpolasi elemen dihitung, solusi keseluruhan dapat diperoleh.
Fungsi-fungsi interpolasi setiap elemen ditentukan oleh nilai pada titik mesh. [Hajar
Isworo, S.Pd,. M.T dan Pathur Razi Ansyah, S.T., M.Eng].
Pada perinsipnya penerapan Metode Elemen Hingga terdiri dari
langkahlangkah sebagai berikut :
1. Diskritisasi Domain
Pada tahap ini kita tentukan jenis elemen yang akan kita gunakan.
Untuk problem 2-dimensi, elemen 2-dimensi yang umum digunakan adalah
tiga sisi (triangular) atau empat sisi (quadrilateral). Elemen-elemen ini bisa
berupa elemen linear ataupun non-linear. Untuk problem 3 dimensi, elemen
3 dimensi yang umum digunakan adalh elemen terrahedral (empat muka)
dan heksahedral (enam muka). Elemen-elemen yang digunakan mempunyai
ukuran yang berbeda-beda. Ini adalah salah satu keunggulan dari MEH
dibanding MPH, dimana elemen-elemen yang berbeda ukuran dapat
14
digunakan. Elemen-elemen berukuran kecil dapat digunakan pada daerah
dengan gradiasi nilai yang besar.
2. Penentuan Bentuk Fungsi Aproksimasi
Pada tahap ini bentuk dari fungsi interpolasi ditentukan, Fungsi yang
umum digunakan adalah fungsi polinomial. Tingkat dari polinomial ini
ditentukan oleh jumlah node pada setiap elemen dan syarat kontinuitas yang
diperlukan pada batas elemen. Untuk elemen segitiga dengan tiga titik
nodal, fungsi interpolasinya adalah fungsi linear atau polinomial tingkat 1.
Dengan enam titik nodal, fungsi interfolasi yang digunakan adalah fungsi
polinomial tingkat 2 atau fungsi kuadratik.
3. Penghitungan Properti Elemen
Fungsi interpolasi yang telah ditentukan pada tahap 2 kemudian
disubstitusikan kembali pada persamaan-persamaan diferensial dan
diproses guna mendapatkan sistem persamaan linear atau sistem matriks
yang merupakan propertiti dari elemen yang terkait. Ada beberapa cara yang
digunakan untuk mendapatkan persamaan linear tersebut, antara lain
pendekatan direk, pendekatan variasional, pendekatan residu berbobot
(weighted residue) dan pendekatan keseimbangan energi. Beberapa dari
teknik ini akan kita pelajari di buku ini.
4. Pembentukan Sistem Persamaan Linear
Matriks-matriks elemen yang terbentuk kemudian digabung menjadi
matriks globa. Ukuran matriks elemen adalah jumlah node perlemen
dikalikan jumlah degree of freedom (dof) setiap node. Jadi untuk elemen
segitiga dengan 3 node dan 1 dof, ukuran dari matriks elemenya adalah 3x3.
15
Seandainya setiap node mempunyai 2 dof maka ukuran matriks elemennya
adalah 6x6.
5. Pemecahan Sistem Persamaan Linear
Sistem global yang tebentuk pada tahap 4 dapat berupa sistem
persamaan linear atau sistem persamaan non-linear. Jika sistem yang
terbentuk berupa sistem persamaan linear teknik-teknik umum untuk
memecahkan sistem dapat kita gunakan. Beberapa teknik yang umum
digunakan untuk memecahkan sistem persamaan linear telah dibahas oleh
penulis [Kosasih, 2006].
6. Post Process Hasil
Setelah solusi diperoleh dari tahap 5, hasil dapat ditampilkan berupa
grafik kountour atau plot. Jika ada parameter lain yang bergantung pada
hasil maka parameter ini dihitung setelah hasil diperoleh.
2.2.3 Perkembangan Metode Elemen Hingga
Metode Elemen Hingga awalnya dikembangkan untuk industri pesawat
terbang pada tahun 1950-an oleh Boing dan Bell Aerospace. Artikel journal pertama
tentang metode ini ditulis oleh Turner, et al. Tulisan ini menjaabarkan bagaimana
formulasi elemen ditemukan dan elemental matriks dibentuk. Pada saat itu mereka
belum menggunakan istilah Finite Element Method (FEM). Istilah Metode Elemen
Hingga pertama kali digunakan oleh Clough pada tahun 1960 lewat tulisannya
mengenai elastisitas.
Pada awalnya perkembangan MEH agak sedikit lambat karena kemampuan
komputer saat itu membatasi kegunaan dari MEH dan kurangnya bukti-bukti
matematik yang solid. Namun demikian beberapa peneliti seperti Zienkiwicz, Iron,
16
Owen dan Gallagher melihat potensi dari MEH dan terus mengembangkan teknik
MEH. Seiring dengan perkembangan perangkat komputer maka permasalahan yang
dapat dipecahkan semakin bervariasi dan berbagai program komputer ditulis. Hal
ini diikuti dengan berkembangnya beberapa program komersial MEH, seperti
NASTRAN yang dikembangkan oleh Nasa pada tahun 1965, ANSYS yang dibuat
oleh John Swanson dan dikomersialkan pada tahun 1969, ABAQUS pada tahun
1978 yang dibuat khusus untuk problem nonlinear, dan LS-DYNA yang khusus
untuk non-linear problem oleh |ohn hallquist di Livermore National Laboratory.
Saat ini MEH sudah menjadi mata kuiiah wajib di banyak fakultas teknik' Para
mahasiswa teknik, terutama teknik sipil dan teknik mesin, diharuskan memelajari
dan mampu menggunakan program MEH.
2.3 Metode Pembebanan pada Sasis Truk
Pada dasarnya pembahasan utama daripada sasis truk ini adalah dengan
pemberian beban pada saat diam (static load). Berikut ini merupakan gaya yang
diterima oleh sasis truk, yaitu pada bagian bak belakang. Dalam hal ini pembebanan
pada mesin tidak diterapkan oleh karena batasan masalah skripsi. Oleh karena gaya
tersebut adalah beban yang merupakan gaya berat oleh bak truk itu sendiri, maka
akan terjadilah gaya – gaya reaksi yang diberikan oleh sasis itu sendiri. Dan akan
menimbulkan defleksi dan tegangan yang terjadi oleh karena gaya berat itu. Berikut
ini gambar utama sasis truk yang ditunjukkan pada gambar 2.8.
17
Gambar 2 8 Sasis truk
Adapun pada gambar 2.10 merupakan gambar beban yang diterima oleh
sasis truk bagian belakang atau kontener truk dan juga bagian depan atau kabin truk
yang akan di bebani dengan 3 variasi jumlah total pembebanan pada bak kontener
yaitu 1000N, 1500N, dan 2000N dengan asumsi berat kabin 500N menggunakan 4
tumpuan atau fixed support yang diletakan pada poros sasis bagian luar sebagai
tumpuan.
Gambar 2.9 Gaya yang diterima sasis
B 1 = 1000N B 2= 1500N B 3 = 2000N
500N
18
2.4 Tegangan
Tegangan diidentifikasikan sebagai tahanan terhadap gaya-gaya luar yang
di ukur dalam bentuk gaya yang di timbulkan per satuan luas [Jensen dan
Chenoweth, 1989: 1].
Kesetimbangan Benda Tegar
1. External load (Gaya – Gaya Luar), yaitu gaya yang disebabkan oleh
kontak langsung dari satu benda dengan permukaan benda yang lain.
Dalam semua kasus ini kekuatan didistribusikan ke daerah kontak antara
benda.
2. Reaksi Pendukung, gaya luar yang terjadi pada dukungan atau titik kontak
antara 2 benda disebut reaksi. Untuk masalah dua dimensi yaitu, benda
mengalami sistem kekuatan coplanar (gaya-gaya luar), dukungan yang
paling sering ditemui ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jenis –Jenis Reaksi Dukungan
Tipe Koneksi Reaksi Tipe Koneksi Reaksi
19
Sumber: Hibbler, R. C. 2011. Mechanics of Materials, Eighth Edition.
3. Persamaan Kesetimbangan
Di bidang engineering gaya pada benda dapat diwakili sebagai sistem
gaya koplanar. Dalam hai ini, gaya terletak pada bidang x-y, maka kondisi
untuk kesetimbangan benda dapat ditentukan dengan hanya tiga
persamaan kesetimbangan skalar, yaitu:
4. Resultan Gaya – Gaya Dalam
Untuk mendapatkan beban internal yang bekerja pada daerah tertentu
dalam tubuh, maka perlu untuk melogikakan gaya yang terjadi pada
potongan melalui daerah di mana beban internal harus ditentukan. Metode
sebagian (pemotongan) digunakan untuk menentukan beban resultan
internal yang bekerja pada permukaan benda yang dipotong. Secara
umum, resultant ini terdiri dari gaya normal, gaya geser, momen torsi, dan
momen lentur.
5. Free-Body Diagram (Diagram Benda Bebas)
Gambar diagram benda bebas dari salah satu segmen yang telah
dipotong (gaya dalam) akan menunjukkan resultant gaya normal N, gaya
20
geser V, momen lentur M, dan momen torsi T . Resultant ini biasanya
ditempatkan pada titik yang mewakili pusat geometris atau pusat massa
bidang dipotong.
2.4.1 Transformasi Tegangan
Kondisi tegangan pada satu titik tertentu dapat diketahui dari orientasi
sebuah unsur dari material tersebut. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.10.
Gambar 2.10 Kondisi tegangan pada bidang x-y
Dalam hal lain juga didapat kondisi tegangan di sebuah elemen yang
memiliki orientasi dengan sudut θ. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.11.
Gambar 2.11 Kondisi tegangan pada bidang x‟-y‟
Transformasi tegangan pada komponen tegangan normal dan tegangan
geser dari bidang x, y ke bidang x‟, y‟ dapat diketahui melalui diagram benda
bebas elemen tersebut. Maka dalam hal ini segmen dipotong sepanjang bidang
miring seperti ditunjukkan pada gambar 2.12.
21
(a) (b)
Gambar 2.12 Bidang menerima tegangan (a) segmen yang dipotong; (b)
potongan segmen
Dengan demikian didapat diagram benda bebas seperti ditunjukkan pada
gambar 2.13
Gambar 2.13 Diagram benda bebas potongan segmen
Maka dengan menerapkan persamaan kesetimbangan akan didapat
variabel σx’ dan Tx’y’ sebagai berikut.
22
Dan apabila tegangan normal yang bekerja pada sumbu y‟ diperlukan, seperti
pada gambar 2-14.
23
Gambar 2.14 Diagram benda bebas bidang x‟-y‟
maka dapat ditentukan dengan mensubstitusi θ = θ kedalam persamaan 2-7, maka:
2.4.2 Tegangan utama (principal stress)
Untuk menentukan tegangan normal maksimum dan minimum yaitu
dengan mendiferensialkan persamaan 2-2 terhadap θ sama dengan nol. Maka:
24
Maka didapat segitiga trigonometri seperti pada gambar 2.15.
Gambar 2.15 Segitiga trignometri tegangan utama
Dengan mensubstitusikan nilai trigonometri ke persamaan 2-2, maka:
2.4.3 Tegangan Geser Maksimum
Untuk mendapatkan tegangan geser maksimum yaitu dengan
mendiferensialkan persamaan 2-3 terhadap sama dengan nol. Maka:
25
Maka didapat segitiga trigonometri seperti pada gambar 2.16.
Gambar 2.16 Segitiga trignometri tegangan geser
Dengan mensubstitusikan nilai trigonometri ke persamaan 2-3, maka:
2.5 Regangan
Regangan mnurut [Shigley dan Mitchell, 1984: 41] regangan adalah jumlah
pertambahan panjang atau pemuaian, sedangkan satuan regangan adalah
pertambahan panjang persatuan panjang dari batang tersebut.
2.5.1 Transformasi Regangan
Elemen yang mengalami suatu regangan pada suatu bidang x-y seperti
ditunjukkan pada gambar 2.17.
26
(a) (b)
Gambar 2.17 Regangan pada elemen (a) Regangan normal,
(b) Regangan geser, γx’y’
Persamaan transformasi regangan pada regangan normal Ɛx’ pada arah x’ adalah:
Untuk regangan geser γx’y’ yang berorientasi pada sudut θ adalah:
2.5.2 Regangan Utama
Seperti halnya sama dengan pencarian tegangan utama dalam menentukan
regangan normal maksimum dan minimum yaitu dengan mendiferensialkan
persamaan 2-9 terhadap θ sama dengan nol. Maka:
27
Maka didapat segitiga trigonometri seperti pada gambar 2.18.
Gambar 2.18 Segitiga trignometri regangan utama
Dengan mensubstitusikan nilai trigonometri ke persamaan 2-9, maka:
2.5.3 Regangan Geser Maksimum
Untuk mendapatkan regangan geser maksimum pada x’ arah yaitu dengan
mendiferensialkan persamaan 2-10 terhadap θ sama dengan nol. Maka:
Ragangan geser maksimum didapat:
2.6 Hukum Hooke
Diagram tegangan-regangan di kebanyakan material engineering
memperlihatkan hubungan yang linear antara tegangan dan regangan di wilayah
elastis. Dengan demikian peningkatan tegangan menyebabkan kesebandingan
peningkatan regangan. Fakta inilah yang ditemukan oleh Robert Hooke 1676 dalam
28
penerapan pegas dan dikenal dengan hukum Hooke. [Kurnia Utami, Universitas
Tandulako].
Dimana : σ = Tegangan (N/m2)
E = Modulus elastisitas atau modulus young (N/m2)
Ɛ = Regangan yang terjadi (m/m)
2.7 Momen Inersia
Momen inersia suatu luasan adalah perkalian antara luasan dengan jarak
kuadrat dari titik berat luasan terhadap garis. Adapun penampang daripada rangka
utama sasis ini adalah berbentuk profil C, sedangkan untuk penguat sasis berbentuk
hollow segi empat, dan untuk porosnya berbentuk pejal lingkaran.
2.7.1 Momen Inersia Penampang Profil C
Untuk luas penampang dari rangka utama yang merupakan baja kanal profil C
dapat dilihat pada gambar 2.19.
Gambar 2.19 Penampang rangka utama
Dengan adanya dimensi dari penampang rangka utama maka dapat dicari
momen inersia luas penampang rangka utama. Untuk momen inersia kanal profil C
adalah:
a . i² ............................................. (2-16)
29
Maka dari persamaan 2-16, dapat dicari momen inersia luas penampang rangka
utama:
....................... (2-17)
2.7.2 Momen Inersia Penampang Hollow Segiempat
Untuk luas penampang dari rangka utama yang merupakan besi hollow
persegi dapat dilihat pada gambar 2.20.
Gambar 2.20 Penampang penguat rangka
Dengan adanya dimensi dari penampang rangka penguat rangka maka dapat
dicari momen inersia luas penampang rangka utama. Untuk luas penampang persegi
panjang rumus inersia luas penampangnya adalah:
....................................................... (2-18)
Maka dari persamaan 2-18, dapat dicari momen inersia luas penampang rangka
utama:
............................................. (2-19)
2.7.3 Momen Inersia Penampang Lingkaran Pejal
Untuk luas penampang dari poros yang merupakan baja lingkaran pejal
dapat dilihat pada gambar 2.21.
30
y
x
r
Gambar 2.21 Poros
Dengan adanya dimensi dari poros maka dapat dicari momen inersia luas
poros. Untuk luas penampang lingkaran rumus inersia luas penampangnya adalah:
........................................ (2-20)
2.8. Tumpuan
Tumpuan atau perletakan adalah lokasi pada struktur diletakan, sebagai
pendukung yang menyalurkan akibat beban luar kebagian pendukung lainya
[Hariandja, 1996: 38]. Konstruksi tumpuan dalam desain dibedakan beberapa
macam. Tiga diatarannya adalah:
a. Tumpuan jepit adalah tumpuan yang dapat menahan gaya dalam segala
arah dan dapat menahan momen.
Gambar 2.22 Tumpuan jepit
31
b. Tumpuan sendi adalah tumpuan yang dapat menerima gaya dari segala
arah, akan tetapi tidak mampu menahan momen.
Gambar 2.23 Tumpuan sendi
c. Tumpuan Rol adalah tumpuan yang hanya dapat menahan gaya bekerja
tegak lurus vertikal dan tidak dapat menahan momen.
Gambar 2.24 Tumpuan rol
2.8 Defleksi
Ketika suatu batang dibebani dengan gaya atau momen, defleksi terjadi pada
batang. Sebelum mencari defleksi pada batanng perlu diketahui tegangan normal
dan tegangan geser. Untuk menentukan besarnya tegangan-tegangan ini pada suatu
bagian atau titik tersebut dan menentukan besarnya resultan pada tumpuan dapat
menggunakan persamaan-persamaan kesetimbangan.
Gambar 2.25 merupakan contoh analisis 1 dimensi arah x untuk menentukan gaya,
momen, dan defleksi pada batang yang ditumpu yang mengalami beban merata.
32
Gambar 2.25 Batang yang ditumpu dan diberi beban merata
Maka dari gambar 2.25 di atas didapat:
1. Diagram benda bebas kesetimbangan gaya - gaya luar dan momen dapat dilihat
pada gambar 2.26.
Gambar 2.26 Diagram benda bebas gaya luar
Sumber: [Gere dan Timosshenko, 1996:383]
Maka dari gambar 2.26 di atas didapat gaya – gaya yang bekerja sebagai berikut:
33
2. Diagram benda bebas gaya – gaya dalam di sepanjang dapat dilihat pada gambar
2.27.
Gambar 2.27 Diagram benda bebas gaya – gaya dalam
Maka dari gambar 2.27 di atas didapat:
34
35
Untuk kondisi batas dengan χ = 1
2 L, maka gaya geser Vx = w (
1
2 – χ) bernilai nol
dan didapat momen maksimum:
.................................... (2-21)
Gambar 2.28 adalah diagram momen dan gaya geser yang terjadi pada batang yang
diberi beban merata.
Gambar 2.28 Diagram momen dan gaya geser
36
Untuk kebanyakan batang yang mengalami defleksi maka persamaan untuk
mencari kurva kemiringan adalah :
Nilai variabel ʗ1 dan dapat diketahui dengan kondisi batas θ = 0 pada χ = 𝐿
2
Maka didapat persamaan kemiringan kurva
............... (2-22)
Nilai variabel ʗ2 dan dapat diketahui dengan kondisi batas υ = 0 pada χ = 0
37
Maka didapat persamaan defleksi kurva
............ (2-23)
Maka untuk rangka utama yang menerima beban seperti ditunjukkan pada gambar
2.29.
Gambar 2.29 Pembebanan pada rangka sasis truk
Dimana mengalami pembebanan merata dengan reaksi pendukung fixed
support A dan B pada gambar 2.30. Maka untuk analisisnya adalah.
Gambar 2.30 Pembebanan merata batang
1. Diagram benda bebas kesetimbangan gaya - gaya luar dan momen dapat
dilihat pada gambar 2.31.
38
Gambar 2.31 Diagram benda bebas kesetimbangan gaya - gaya luar
Dengan pembebanan dan bentuk yang simetris pada batang maka Ay = By
dan MA = MB, maka :
39
2. Diagram benda bebas gaya – gaya dalam di sepanjang 0 ≤ χ ≤ L dapat dilihat
pada gambar 2.32.
Gambar 2.32 Diagram benda bebas gaya – gaya dalam
Maka dari gambar 2.32 di atas didapat:
40
Batang mengalami deflekdi maka untuk mencari kurva kemiringan adalah:
Nilai variabel M, C1 , dan C2 dapat diketahui dengan kondisi batas:
41
Maka didapatkan persamaan kurva kemiringan:
........... (2-24)
.......... (2-25)
2.9 Finite Element Analisis Menggunakan ANSYS
Konsep dasar finite element analisis adalah mendiskretisasi atau membagi
suatu struktur menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang jumlahnya berhingga,
kemudian melakukan analisis gabungan terhadap elemen – elemen kecil tersebut.
Tujuan dari finite element analisis adalah untuk memperoleh nilai
pendekatan numerik sehingga dapat diselesaikan dengan bantuan komputer, maka
42
Finite Element Analisis (FEA) dikatakan bersifat computer oriented. Saat ini
pengunaan Finite Element Analisis untuk menghitung dan mensimulasikan model
dengan bantuan komputer mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini
dikarenakan perkembangan hardware komputer yang sangat pesat pula sehingga
mendukung proses perhitungan dengan metode numerik. Program FEA yang
berkembang pesat serta banyak digunakan untuk melakukan analisis struktur adalah
software ANSYS. ANSYS WORKBENCH dapat melakukan beberapa macam tipe
simulasi yang berbeda seperti: struktural, thermal, mekanika fluida, analisa
elektromagnetik, dll atau bahkan gabungan analisis seperti thermal dengan struktur
atau lainnya sehingga lebih sering dikenal dengan Finite Element Multyphisic.
Program ANSYS memiliki dua tingkatan dasar yang ditunjukkan saat awal
memulai ansys: tingkat awal dan tingkat prosesor. Dari tingkatan ini, kita dapat
memasukkan salah satu prosesor ANSYS, seperti yang ditunjukkan pada gambar
dibawah. Prosesor merupakan kumpulan dari fungsi dan rutin untuk melayani
tujuan-tujuan tertentu. Tugas file dapat dihapus dari database atau diubah dari
tingkat awal.Terdapat tiga prosesor yang paling sering digunakan: Preprocessor,
yang berisi perintah – perintah yang di butuhkan untuk membangun model yakni:
Mendefinisikan tipe dan pilihan elemen, Mendefinisikan konstanta real elemen,
Mendefinisikan sifat material, Membuat model geometri, Mendefinisikan meshing
kontrol, Mesh Model yang dibuat Prosesor (SOLUSI), memiliki perintah yang
memungkinkan untuk menerapkan kondisi batas dan pembebanan. Misalnya pada
masalah struktural, dapat ditentukan kondisi batas perpindahan dan kekuatan, atau
untuk masalah perpindahan panas, dapat ditentukan batas suhu permukaan atau
konvektif. Setelah semua informasi yang dibuat tersedia untuk prosesor solusi,
43
pemecahan solusi dapat di lakukan. Dalam solusi terkait dengan analisis yang
dilakukan sekarang, maka yang ditampilkan adalah solusi untuk deformasi,
Equivalent von-misses stress, dan safety faktor. Postprocessor, berisi perintah-
perintah yang memungkinkan untuk mengurut dan menampilkan hasil analisis
yaitu: membaca data hasil dari prosesor, membaca hasil elemen data, plot hasil,
menampilkan daftar hasil. [Bhafikatti, SS. 2005. Finite Element Analysis. New age
international. New Delhi].
Gambar 2.33 Tampilan awal ANSYS 18.2
2.9.1 Cara Kerja Ansys
ANSYS bekerja dengan sistem metode elemen hingga, dimana
penyelesaiannya pada suatu objek dilakukan dengan pendeskritisasian dimana
membagi atau memecah objek analitis satu rangkaian kesatuan ke dalam jumlah
terbatas elemen hingga yaitu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan
dihubungkan dengan node. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.31 dimana setelah
44
adanya module goemetry berupa sasis truk yang telah diimpor dari file Autodesk
Inventor di Ansys workbench, maka sasis ini akan dideskritisasi untuk mendapatkan
bagian – bagian mesh yang lebih kecil yang dihubungkan oleh node.
Gambar 2.34 Material yang disusun dengan node
Hasil yang diperoleh dari ANSYS ini berupa pendekatan dengan
menggunakan analisa numerik. Ketelitiannya sangat bergantung pada cara
memecah model tersebut dan menggabungkannya.
Secara umum, suatu solusi elemen hingga dapat dipecahkan dengan
mengikuti 3 tahap ini. Ini merupakan panduan umum yang dapat digunakan untuk
menghitung analisis elemen hingga.
Ada 3 langkah utama dalam analisis Ansys yaitu:
1. Model generation:
a. Penyederhanaan, idealisasi.
b. Menentukan bahan/sifat material.
c. Menghasilkan model elemen hingga.
2. Solusi:
45
a. Tentukan kondisi batas.
b. Menjalankan analisisnya untuk mendapatkan solusi.
3. Hasil ulasan:
a. Plot/daftar hasil.
b. Selesa