of 39 /39
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Sasis Sasis atau frame chasis atau frame assy dibidang otomotif adalah tempat menempelnya semua komponen kendaran termasuk bodi. Oleh karena itu, sasis harus memiliki sifat yang kuat, ringan, kokoh dan tahan terhadap getaran. Fungsi lain dari sasis adalah mentransfer beban vertikal dan lateral, yang disebabkan oleh beban muatan pada kendaraan yang kemudian diteruskan ke suspensi dan dua sumbu roda. Berdasarkan konstruksi menempelnya bodi pada sasisatau rangka,sasis dibedakan menjadi dua konstruksi kendaraan yaitu: konstruksi composite (terpisah) dan konstruksi monocoque (menyatu). [Gunadi, 2008: 5]. Dan berikut adalah beberapa tipe dari sasis: A. Ladder Frame Design Ladder frame atau frame berbentuk tangga adalah model paling sederhana dan paling tua yang masih dan banyak digunakan pada konstruksi kendaraan moderen. Frame tipe ini diadaptasi dari kereta kuda yang dapat mengangkut dan menahan berat dari beban, frame ini terdiri dari dua buah batang rangka inti memanjang sepanjang kendaraan dan dihubungkan dengan bagian yang melintang yaitu crossmember dan reinforcement sebagai penguat. Pada sasis model ini rangka terpisah dengan bodi sehingga antara sasis dan bodi kendaraan dapat dilepas. Karakter sasis ini adalah dapat mereduksi getaran akibat jalan yang tidak rata, karena adanya bantalan yaitu frame tersebut. Dari sisi desain juga lebih sederhana

BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/56812/3/Bab 2.pdf · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Sasis Sasis atau frame chasis atau frame assy dibidang otomotif

  • Author
    others

  • View
    40

  • Download
    1

Embed Size (px)

Text of BAB II LANDASAN TEORI - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/56812/3/Bab 2.pdf · 7 BAB II LANDASAN...

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Definisi Sasis

    Sasis atau frame chasis atau frame assy dibidang otomotif adalah tempat

    menempelnya semua komponen kendaran termasuk bodi. Oleh karena itu, sasis

    harus memiliki sifat yang kuat, ringan, kokoh dan tahan terhadap getaran. Fungsi

    lain dari sasis adalah mentransfer beban vertikal dan lateral, yang disebabkan oleh

    beban muatan pada kendaraan yang kemudian diteruskan ke suspensi dan dua

    sumbu roda. Berdasarkan konstruksi menempelnya bodi pada sasisatau rangka,sasis

    dibedakan menjadi dua konstruksi kendaraan yaitu: konstruksi composite (terpisah)

    dan konstruksi monocoque (menyatu). [Gunadi, 2008: 5]. Dan berikut adalah

    beberapa tipe dari sasis:

    A. Ladder Frame Design

    Ladder frame atau frame berbentuk tangga adalah model paling sederhana

    dan paling tua yang masih dan banyak digunakan pada konstruksi kendaraan

    moderen. Frame tipe ini diadaptasi dari kereta kuda yang dapat mengangkut dan

    menahan berat dari beban, frame ini terdiri dari dua buah batang rangka inti

    memanjang sepanjang kendaraan dan dihubungkan dengan bagian yang melintang

    yaitu crossmember dan reinforcement sebagai penguat. Pada sasis model ini rangka

    terpisah dengan bodi sehingga antara sasis dan bodi kendaraan dapat dilepas.

    Karakter sasis ini adalah dapat mereduksi getaran akibat jalan yang tidak rata,

    karena adanya bantalan yaitu frame tersebut. Dari sisi desain juga lebih sederhana

  • 8

    dan bodi kendaraan dapat diubah atau dirvarisi dengan sasis yang sama. Sasis pada

    kendaraan komersil sebagian besar menggunakan jenis sasis ini. [Keith

    J.Wakeham, 2009. Hal.31].

    Gambar 2 1 ladder frame chassis

    Sidemember pada sasis tipe ladder frame ini sering menggunakan channel

    dengan bentuk C (Open channel section), karena sangat baik dalam hal kekuatan

    lentur dan kekakuan (Bending strength & stiffness). Pada area flange adalah area

    dimana terdistribusinya momen inersia yang terjadi pada kendaraan. Bentuk C pada

    Sidemember memudahkan akses tersambung atau menyatunya bracket,

    crossmember dan komponen lain dalam hal desain sasis secara keseluruhan.

    Gambar 2 2 C Channel side mamber

  • 9

    B. Backbone Design

    Sasis dengan konsep dasar menghubungkan stuktur depan dan belakang

    kendaraan dengan sebuah rangka inti, rangka ini yang menopang semua beban

    kendaraan dan lengan yang menonjol sebagai pemegang bodi. Konstruksi rangka

    model ini memungkinkan titik pusat berat kendaraan dibuat lebih rendah. [Keith

    J.Wakeham, 2009. Hal.41].

    Gambar 2.3 Backbone design chassis

    C. Space Frame Design

    Dianggap sebagai salah satu metode terbaik dimana sangat baik dalam segi

    ketahanan terhadap torsi, menahan beban, dan ketahanan terhadap impact. Desain

    ini sering diaplikasikan pada kendaraan kompetisi, dan kendaraan sport. Berbentuk

    seperti halnya jaring dengan pola segitiga untuk mendistribusikan seluruh beban

    kearah aksial sehingga beban tidak terkonsentrasi pada satu bagian sasis saja.

    [Cristopher Scott Baker, 2004, Hal. 10, Chapther 3].

    Gambar 2.4 Space frame chasis

  • 10

    D. Monocoque Frame Design

    Rangka atau konstruksi bodi jenis ini menggunakan prinsip kulit telur

    dimana bodi dan rangka tersusun menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga semua

    beban terbagi merata pada semua bagian kulit, pertautan antara bodi dengan rangka

    menggunakan las. Kendaraan yang menggunakan rangka jenis ini bentuknya

    dapatmenjadi lebih rendah dibanding dengan tipe terpisah, sehingga titik berat

    kendaraan juga rendah yang menjadikan kendaraan lebih stabil. [Keith J.Wakeham,

    2009. Hal.47].

    Gambar 2.5 Monocoque frame design

    2.2 Metode Elemen Hingga

    2.2.1 Pengertian Metode Elemen Hingga

    Metode Elemen Hingga adalah metode numerik untuk mendapatkan solusi

    permasalahan diferensial, baik persamaan diferensial biasa (Ordinary Differential

    Equatiaon) Maupun persmaan diferensial biasa (Partial Differential Equatioan).

    Karna persamaan differensial seringkali digunakan sebagai model permasalahan

    engineering maka penting bagi para insinyur untuk dapat memahami dan mampu

    menerapkan MEH. Saat ini MEH merupakan salah satu metode numerik paling

    versatile untuk memecahkan problem dalam domain kontinuum. Pada awalnya

  • 11

    MEH dikembangkan untuk memecahkan problem dibidang mekanika benda padat

    (Solid Mechanic), tetapi kini MEH sudah merambah kehampir semua problem

    enjeneering seperti mekanika fluida (fluid mechanich), perpindahaan panas (heat

    transfer), elektromagnetik (electro magnetism), getaran (vibration), analisis modal

    (modal analysis), dan banyak lagi problem enjeneering lainnya. [Hajar Isworo, S.Pd,.

    M.T dan Pathur Razi Ansyah, S.T., M.Eng].

    Proses inti MEH adalah membagi problem yang kompleks menjadi bagian-

    bagian kecil atau elemen-elemen dari mana solusi yang lebih sederhana dapat

    dengan mudah diperoreh. Solusi dari setiap elemen jika digabungkan akan menjadi

    solusi problem secara keseluruhan. Gambar 1.1 menjelaskan cara kerja MEH di

    mana solusi suatu problem yang kompleks diaproksimalkan oleh solusi elemen.

    Untuk mendapatkan solusi elemental, MEH menggunakan fungsi interpolasi untuk

    mengaproksimalkan solusi elemen. Untuk contoh ini suatu fungsi linear yang

    sederhana dipergunakan sebagaai fungsi interpolasi. Setelah solusi setiap elemen

    diperoleh, dengan menggabungkan solusi-solusi elemen maka solusi keseluruhan

    problem dapat diperoleh. Dengan menggunakan fungsi polinomial seperti fungsi

    kuadratik sebagai fungsi interpolasi, solusi yang lebih akurat bisa diperoleh. [Hajar

    Isworo, S.Pd,. M.T dan Pathur Razi Ansyah, S.T., M.Eng].

    Gambar 2.6 Aproksimasi solusi keseluruhan diperoleh dari gabungan solusi-

    solusi elemen

  • 12

    2.2.2 Langkah-Langkah Penerapan Metode Elemen Hingga

    Prnsip MEH adalah membagi domain permasalahan, baik itu domain ruang

    (spatial domain) atau domai waktu (time domain), menjadi sub domain atau elemen

    yang lebih kecil,. Dengan menghitung solusi pada elemen-elemen dan selanjutnya

    menggambungkan keseluruhan solusi elemental, solusi total dari permasalahan

    diperoleh. Dalam menghitung solusi per elemen tentunya solusi elemen harus

    memenuhi beberapa ketentuan, seperti kontinuitas pada titik-titik noda dan

    antarmuka (interface) elemen.

    Disamping Metode Elemen Hingga, metode numerik lain yang umum

    digunakan adalah Metode Perbedaan Hingga (MPH). Perbedaan utama dari kedua

    metode ini terletak pada solusi yang diperoleh dan juga bentuk (geometri) dari

    domain. MPH menghasilkan solusi aproksimasi pada titik-titik nodal (pointwise

    solution). Guna memperoleh solusi yang lebih akurat, jumlah titik nodal

    diperbanyak. MPH sulit digunakan pada domain dengan benuk geometri yang

    kompleks. Hal ini dapat dipahami dari Gambar 2.7 yang berupa sebuah seperempat

    profil annulus. Mesh MPH digambarkan pada Gambar 2.7a dan mesh MEH pada

    Gambar 2.7b dan 2.7c jelas terlihat bahwa dengan menggunakan MPH, titik-titik

    mesh (nodes) tidak dengan tepat berada pada batas annulus. Hal ini akan

    mengurangi akurasi hasil dari MPH. Secara logika MPH dapat digunakan pada

    problem dengan domain yang kompleks asalkan kita gunakan ukuran mesh yang

    kecil sehingga boundari domain dapat diikuti titik-titik mesh secara lebih akurat.

    Hal ini tidak menjadi masalah jika MEH digunakan karena titik-titik mesh MEH

    dapat diletakan pada batas domain (Gambar 2.7b dan 2.7c). Gambar 2.7

  • 13

    manggambarkan dua jenis elemen MEH, yaitu elemen segitiga (triangular element)

    dan segiempat (quadrilateral element).

    Gambar 2.7 (a) Mesh Metode Perbedaan Hingga, (b) elemen segitiga,

    (c) elemen segiempat • adalah titik mesh nodes)

    Dengan MEH, solusi yang diperoleh adalah fungsi interpolasi setiap elemen.

    Setelah fungsi interpolasi elemen dihitung, solusi keseluruhan dapat diperoleh.

    Fungsi-fungsi interpolasi setiap elemen ditentukan oleh nilai pada titik mesh. [Hajar

    Isworo, S.Pd,. M.T dan Pathur Razi Ansyah, S.T., M.Eng].

    Pada perinsipnya penerapan Metode Elemen Hingga terdiri dari

    langkahlangkah sebagai berikut :

    1. Diskritisasi Domain

    Pada tahap ini kita tentukan jenis elemen yang akan kita gunakan.

    Untuk problem 2-dimensi, elemen 2-dimensi yang umum digunakan adalah

    tiga sisi (triangular) atau empat sisi (quadrilateral). Elemen-elemen ini bisa

    berupa elemen linear ataupun non-linear. Untuk problem 3 dimensi, elemen

    3 dimensi yang umum digunakan adalh elemen terrahedral (empat muka)

    dan heksahedral (enam muka). Elemen-elemen yang digunakan mempunyai

    ukuran yang berbeda-beda. Ini adalah salah satu keunggulan dari MEH

    dibanding MPH, dimana elemen-elemen yang berbeda ukuran dapat

  • 14

    digunakan. Elemen-elemen berukuran kecil dapat digunakan pada daerah

    dengan gradiasi nilai yang besar.

    2. Penentuan Bentuk Fungsi Aproksimasi

    Pada tahap ini bentuk dari fungsi interpolasi ditentukan, Fungsi yang

    umum digunakan adalah fungsi polinomial. Tingkat dari polinomial ini

    ditentukan oleh jumlah node pada setiap elemen dan syarat kontinuitas yang

    diperlukan pada batas elemen. Untuk elemen segitiga dengan tiga titik

    nodal, fungsi interpolasinya adalah fungsi linear atau polinomial tingkat 1.

    Dengan enam titik nodal, fungsi interfolasi yang digunakan adalah fungsi

    polinomial tingkat 2 atau fungsi kuadratik.

    3. Penghitungan Properti Elemen

    Fungsi interpolasi yang telah ditentukan pada tahap 2 kemudian

    disubstitusikan kembali pada persamaan-persamaan diferensial dan

    diproses guna mendapatkan sistem persamaan linear atau sistem matriks

    yang merupakan propertiti dari elemen yang terkait. Ada beberapa cara yang

    digunakan untuk mendapatkan persamaan linear tersebut, antara lain

    pendekatan direk, pendekatan variasional, pendekatan residu berbobot

    (weighted residue) dan pendekatan keseimbangan energi. Beberapa dari

    teknik ini akan kita pelajari di buku ini.

    4. Pembentukan Sistem Persamaan Linear

    Matriks-matriks elemen yang terbentuk kemudian digabung menjadi

    matriks globa. Ukuran matriks elemen adalah jumlah node perlemen

    dikalikan jumlah degree of freedom (dof) setiap node. Jadi untuk elemen

    segitiga dengan 3 node dan 1 dof, ukuran dari matriks elemenya adalah 3x3.

  • 15

    Seandainya setiap node mempunyai 2 dof maka ukuran matriks elemennya

    adalah 6x6.

    5. Pemecahan Sistem Persamaan Linear

    Sistem global yang tebentuk pada tahap 4 dapat berupa sistem

    persamaan linear atau sistem persamaan non-linear. Jika sistem yang

    terbentuk berupa sistem persamaan linear teknik-teknik umum untuk

    memecahkan sistem dapat kita gunakan. Beberapa teknik yang umum

    digunakan untuk memecahkan sistem persamaan linear telah dibahas oleh

    penulis [Kosasih, 2006].

    6. Post Process Hasil

    Setelah solusi diperoleh dari tahap 5, hasil dapat ditampilkan berupa

    grafik kountour atau plot. Jika ada parameter lain yang bergantung pada

    hasil maka parameter ini dihitung setelah hasil diperoleh.

    2.2.3 Perkembangan Metode Elemen Hingga

    Metode Elemen Hingga awalnya dikembangkan untuk industri pesawat

    terbang pada tahun 1950-an oleh Boing dan Bell Aerospace. Artikel journal pertama

    tentang metode ini ditulis oleh Turner, et al. Tulisan ini menjaabarkan bagaimana

    formulasi elemen ditemukan dan elemental matriks dibentuk. Pada saat itu mereka

    belum menggunakan istilah Finite Element Method (FEM). Istilah Metode Elemen

    Hingga pertama kali digunakan oleh Clough pada tahun 1960 lewat tulisannya

    mengenai elastisitas.

    Pada awalnya perkembangan MEH agak sedikit lambat karena kemampuan

    komputer saat itu membatasi kegunaan dari MEH dan kurangnya bukti-bukti

    matematik yang solid. Namun demikian beberapa peneliti seperti Zienkiwicz, Iron,

  • 16

    Owen dan Gallagher melihat potensi dari MEH dan terus mengembangkan teknik

    MEH. Seiring dengan perkembangan perangkat komputer maka permasalahan yang

    dapat dipecahkan semakin bervariasi dan berbagai program komputer ditulis. Hal

    ini diikuti dengan berkembangnya beberapa program komersial MEH, seperti

    NASTRAN yang dikembangkan oleh Nasa pada tahun 1965, ANSYS yang dibuat

    oleh John Swanson dan dikomersialkan pada tahun 1969, ABAQUS pada tahun

    1978 yang dibuat khusus untuk problem nonlinear, dan LS-DYNA yang khusus

    untuk non-linear problem oleh |ohn hallquist di Livermore National Laboratory.

    Saat ini MEH sudah menjadi mata kuiiah wajib di banyak fakultas teknik' Para

    mahasiswa teknik, terutama teknik sipil dan teknik mesin, diharuskan memelajari

    dan mampu menggunakan program MEH.

    2.3 Metode Pembebanan pada Sasis Truk

    Pada dasarnya pembahasan utama daripada sasis truk ini adalah dengan

    pemberian beban pada saat diam (static load). Berikut ini merupakan gaya yang

    diterima oleh sasis truk, yaitu pada bagian bak belakang. Dalam hal ini pembebanan

    pada mesin tidak diterapkan oleh karena batasan masalah skripsi. Oleh karena gaya

    tersebut adalah beban yang merupakan gaya berat oleh bak truk itu sendiri, maka

    akan terjadilah gaya – gaya reaksi yang diberikan oleh sasis itu sendiri. Dan akan

    menimbulkan defleksi dan tegangan yang terjadi oleh karena gaya berat itu. Berikut

    ini gambar utama sasis truk yang ditunjukkan pada gambar 2.8.

  • 17

    Gambar 2 8 Sasis truk

    Adapun pada gambar 2.10 merupakan gambar beban yang diterima oleh

    sasis truk bagian belakang atau kontener truk dan juga bagian depan atau kabin truk

    yang akan di bebani dengan 3 variasi jumlah total pembebanan pada bak kontener

    yaitu 1000N, 1500N, dan 2000N dengan asumsi berat kabin 500N menggunakan 4

    tumpuan atau fixed support yang diletakan pada poros sasis bagian luar sebagai

    tumpuan.

    Gambar 2.9 Gaya yang diterima sasis

    B 1 = 1000N B 2= 1500N B 3 = 2000N

    500N

  • 18

    2.4 Tegangan

    Tegangan diidentifikasikan sebagai tahanan terhadap gaya-gaya luar yang

    di ukur dalam bentuk gaya yang di timbulkan per satuan luas [Jensen dan

    Chenoweth, 1989: 1].

    Kesetimbangan Benda Tegar

    1. External load (Gaya – Gaya Luar), yaitu gaya yang disebabkan oleh

    kontak langsung dari satu benda dengan permukaan benda yang lain.

    Dalam semua kasus ini kekuatan didistribusikan ke daerah kontak antara

    benda.

    2. Reaksi Pendukung, gaya luar yang terjadi pada dukungan atau titik kontak

    antara 2 benda disebut reaksi. Untuk masalah dua dimensi yaitu, benda

    mengalami sistem kekuatan coplanar (gaya-gaya luar), dukungan yang

    paling sering ditemui ditunjukkan pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Jenis –Jenis Reaksi Dukungan

    Tipe Koneksi Reaksi Tipe Koneksi Reaksi

  • 19

    Sumber: Hibbler, R. C. 2011. Mechanics of Materials, Eighth Edition.

    3. Persamaan Kesetimbangan

    Di bidang engineering gaya pada benda dapat diwakili sebagai sistem

    gaya koplanar. Dalam hai ini, gaya terletak pada bidang x-y, maka kondisi

    untuk kesetimbangan benda dapat ditentukan dengan hanya tiga

    persamaan kesetimbangan skalar, yaitu:

    4. Resultan Gaya – Gaya Dalam

    Untuk mendapatkan beban internal yang bekerja pada daerah tertentu

    dalam tubuh, maka perlu untuk melogikakan gaya yang terjadi pada

    potongan melalui daerah di mana beban internal harus ditentukan. Metode

    sebagian (pemotongan) digunakan untuk menentukan beban resultan

    internal yang bekerja pada permukaan benda yang dipotong. Secara

    umum, resultant ini terdiri dari gaya normal, gaya geser, momen torsi, dan

    momen lentur.

    5. Free-Body Diagram (Diagram Benda Bebas)

    Gambar diagram benda bebas dari salah satu segmen yang telah

    dipotong (gaya dalam) akan menunjukkan resultant gaya normal N, gaya

  • 20

    geser V, momen lentur M, dan momen torsi T . Resultant ini biasanya

    ditempatkan pada titik yang mewakili pusat geometris atau pusat massa

    bidang dipotong.

    2.4.1 Transformasi Tegangan

    Kondisi tegangan pada satu titik tertentu dapat diketahui dari orientasi

    sebuah unsur dari material tersebut. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.10.

    Gambar 2.10 Kondisi tegangan pada bidang x-y

    Dalam hal lain juga didapat kondisi tegangan di sebuah elemen yang

    memiliki orientasi dengan sudut θ. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.11.

    Gambar 2.11 Kondisi tegangan pada bidang x‟-y‟

    Transformasi tegangan pada komponen tegangan normal dan tegangan

    geser dari bidang x, y ke bidang x‟, y‟ dapat diketahui melalui diagram benda

    bebas elemen tersebut. Maka dalam hal ini segmen dipotong sepanjang bidang

    miring seperti ditunjukkan pada gambar 2.12.

  • 21

    (a) (b)

    Gambar 2.12 Bidang menerima tegangan (a) segmen yang dipotong; (b)

    potongan segmen

    Dengan demikian didapat diagram benda bebas seperti ditunjukkan pada

    gambar 2.13

    Gambar 2.13 Diagram benda bebas potongan segmen

    Maka dengan menerapkan persamaan kesetimbangan akan didapat

    variabel σx’ dan Tx’y’ sebagai berikut.

  • 22

    Dan apabila tegangan normal yang bekerja pada sumbu y‟ diperlukan, seperti

    pada gambar 2-14.

  • 23

    Gambar 2.14 Diagram benda bebas bidang x‟-y‟

    maka dapat ditentukan dengan mensubstitusi θ = θ kedalam persamaan 2-7, maka:

    2.4.2 Tegangan utama (principal stress)

    Untuk menentukan tegangan normal maksimum dan minimum yaitu

    dengan mendiferensialkan persamaan 2-2 terhadap θ sama dengan nol. Maka:

  • 24

    Maka didapat segitiga trigonometri seperti pada gambar 2.15.

    Gambar 2.15 Segitiga trignometri tegangan utama

    Dengan mensubstitusikan nilai trigonometri ke persamaan 2-2, maka:

    2.4.3 Tegangan Geser Maksimum

    Untuk mendapatkan tegangan geser maksimum yaitu dengan

    mendiferensialkan persamaan 2-3 terhadap sama dengan nol. Maka:

  • 25

    Maka didapat segitiga trigonometri seperti pada gambar 2.16.

    Gambar 2.16 Segitiga trignometri tegangan geser

    Dengan mensubstitusikan nilai trigonometri ke persamaan 2-3, maka:

    2.5 Regangan

    Regangan mnurut [Shigley dan Mitchell, 1984: 41] regangan adalah jumlah

    pertambahan panjang atau pemuaian, sedangkan satuan regangan adalah

    pertambahan panjang persatuan panjang dari batang tersebut.

    2.5.1 Transformasi Regangan

    Elemen yang mengalami suatu regangan pada suatu bidang x-y seperti

    ditunjukkan pada gambar 2.17.

  • 26

    (a) (b)

    Gambar 2.17 Regangan pada elemen (a) Regangan normal,

    (b) Regangan geser, γx’y’

    Persamaan transformasi regangan pada regangan normal Ɛx’ pada arah x’ adalah:

    Untuk regangan geser γx’y’ yang berorientasi pada sudut θ adalah:

    2.5.2 Regangan Utama

    Seperti halnya sama dengan pencarian tegangan utama dalam menentukan

    regangan normal maksimum dan minimum yaitu dengan mendiferensialkan

    persamaan 2-9 terhadap θ sama dengan nol. Maka:

  • 27

    Maka didapat segitiga trigonometri seperti pada gambar 2.18.

    Gambar 2.18 Segitiga trignometri regangan utama

    Dengan mensubstitusikan nilai trigonometri ke persamaan 2-9, maka:

    2.5.3 Regangan Geser Maksimum

    Untuk mendapatkan regangan geser maksimum pada x’ arah yaitu dengan

    mendiferensialkan persamaan 2-10 terhadap θ sama dengan nol. Maka:

    Ragangan geser maksimum didapat:

    2.6 Hukum Hooke

    Diagram tegangan-regangan di kebanyakan material engineering

    memperlihatkan hubungan yang linear antara tegangan dan regangan di wilayah

    elastis. Dengan demikian peningkatan tegangan menyebabkan kesebandingan

    peningkatan regangan. Fakta inilah yang ditemukan oleh Robert Hooke 1676 dalam

  • 28

    penerapan pegas dan dikenal dengan hukum Hooke. [Kurnia Utami, Universitas

    Tandulako].

    Dimana : σ = Tegangan (N/m2)

    E = Modulus elastisitas atau modulus young (N/m2)

    Ɛ = Regangan yang terjadi (m/m)

    2.7 Momen Inersia

    Momen inersia suatu luasan adalah perkalian antara luasan dengan jarak

    kuadrat dari titik berat luasan terhadap garis. Adapun penampang daripada rangka

    utama sasis ini adalah berbentuk profil C, sedangkan untuk penguat sasis berbentuk

    hollow segi empat, dan untuk porosnya berbentuk pejal lingkaran.

    2.7.1 Momen Inersia Penampang Profil C

    Untuk luas penampang dari rangka utama yang merupakan baja kanal profil C

    dapat dilihat pada gambar 2.19.

    Gambar 2.19 Penampang rangka utama

    Dengan adanya dimensi dari penampang rangka utama maka dapat dicari

    momen inersia luas penampang rangka utama. Untuk momen inersia kanal profil C

    adalah:

    a . i² ............................................. (2-16)

  • 29

    Maka dari persamaan 2-16, dapat dicari momen inersia luas penampang rangka

    utama:

    ....................... (2-17)

    2.7.2 Momen Inersia Penampang Hollow Segiempat

    Untuk luas penampang dari rangka utama yang merupakan besi hollow

    persegi dapat dilihat pada gambar 2.20.

    Gambar 2.20 Penampang penguat rangka

    Dengan adanya dimensi dari penampang rangka penguat rangka maka dapat

    dicari momen inersia luas penampang rangka utama. Untuk luas penampang persegi

    panjang rumus inersia luas penampangnya adalah:

    ....................................................... (2-18)

    Maka dari persamaan 2-18, dapat dicari momen inersia luas penampang rangka

    utama:

    ............................................. (2-19)

    2.7.3 Momen Inersia Penampang Lingkaran Pejal

    Untuk luas penampang dari poros yang merupakan baja lingkaran pejal

    dapat dilihat pada gambar 2.21.

  • 30

    y

    x

    r

    Gambar 2.21 Poros

    Dengan adanya dimensi dari poros maka dapat dicari momen inersia luas

    poros. Untuk luas penampang lingkaran rumus inersia luas penampangnya adalah:

    ........................................ (2-20)

    2.8. Tumpuan

    Tumpuan atau perletakan adalah lokasi pada struktur diletakan, sebagai

    pendukung yang menyalurkan akibat beban luar kebagian pendukung lainya

    [Hariandja, 1996: 38]. Konstruksi tumpuan dalam desain dibedakan beberapa

    macam. Tiga diatarannya adalah:

    a. Tumpuan jepit adalah tumpuan yang dapat menahan gaya dalam segala

    arah dan dapat menahan momen.

    Gambar 2.22 Tumpuan jepit

  • 31

    b. Tumpuan sendi adalah tumpuan yang dapat menerima gaya dari segala

    arah, akan tetapi tidak mampu menahan momen.

    Gambar 2.23 Tumpuan sendi

    c. Tumpuan Rol adalah tumpuan yang hanya dapat menahan gaya bekerja

    tegak lurus vertikal dan tidak dapat menahan momen.

    Gambar 2.24 Tumpuan rol

    2.8 Defleksi

    Ketika suatu batang dibebani dengan gaya atau momen, defleksi terjadi pada

    batang. Sebelum mencari defleksi pada batanng perlu diketahui tegangan normal

    dan tegangan geser. Untuk menentukan besarnya tegangan-tegangan ini pada suatu

    bagian atau titik tersebut dan menentukan besarnya resultan pada tumpuan dapat

    menggunakan persamaan-persamaan kesetimbangan.

    Gambar 2.25 merupakan contoh analisis 1 dimensi arah x untuk menentukan gaya,

    momen, dan defleksi pada batang yang ditumpu yang mengalami beban merata.

  • 32

    Gambar 2.25 Batang yang ditumpu dan diberi beban merata

    Maka dari gambar 2.25 di atas didapat:

    1. Diagram benda bebas kesetimbangan gaya - gaya luar dan momen dapat dilihat

    pada gambar 2.26.

    Gambar 2.26 Diagram benda bebas gaya luar

    Sumber: [Gere dan Timosshenko, 1996:383]

    Maka dari gambar 2.26 di atas didapat gaya – gaya yang bekerja sebagai berikut:

  • 33

    2. Diagram benda bebas gaya – gaya dalam di sepanjang dapat dilihat pada gambar

    2.27.

    Gambar 2.27 Diagram benda bebas gaya – gaya dalam

    Maka dari gambar 2.27 di atas didapat:

  • 34

  • 35

    Untuk kondisi batas dengan χ = 1

    2 L, maka gaya geser Vx = w (

    1

    2 – χ) bernilai nol

    dan didapat momen maksimum:

    .................................... (2-21)

    Gambar 2.28 adalah diagram momen dan gaya geser yang terjadi pada batang yang

    diberi beban merata.

    Gambar 2.28 Diagram momen dan gaya geser

  • 36

    Untuk kebanyakan batang yang mengalami defleksi maka persamaan untuk

    mencari kurva kemiringan adalah :

    Nilai variabel ʗ1 dan dapat diketahui dengan kondisi batas θ = 0 pada χ = 𝐿

    2

    Maka didapat persamaan kemiringan kurva

    ............... (2-22)

    Nilai variabel ʗ2 dan dapat diketahui dengan kondisi batas υ = 0 pada χ = 0

  • 37

    Maka didapat persamaan defleksi kurva

    ............ (2-23)

    Maka untuk rangka utama yang menerima beban seperti ditunjukkan pada gambar

    2.29.

    Gambar 2.29 Pembebanan pada rangka sasis truk

    Dimana mengalami pembebanan merata dengan reaksi pendukung fixed

    support A dan B pada gambar 2.30. Maka untuk analisisnya adalah.

    Gambar 2.30 Pembebanan merata batang

    1. Diagram benda bebas kesetimbangan gaya - gaya luar dan momen dapat

    dilihat pada gambar 2.31.

  • 38

    Gambar 2.31 Diagram benda bebas kesetimbangan gaya - gaya luar

    Dengan pembebanan dan bentuk yang simetris pada batang maka Ay = By

    dan MA = MB, maka :

  • 39

    2. Diagram benda bebas gaya – gaya dalam di sepanjang 0 ≤ χ ≤ L dapat dilihat

    pada gambar 2.32.

    Gambar 2.32 Diagram benda bebas gaya – gaya dalam

    Maka dari gambar 2.32 di atas didapat:

  • 40

    Batang mengalami deflekdi maka untuk mencari kurva kemiringan adalah:

    Nilai variabel M, C1 , dan C2 dapat diketahui dengan kondisi batas:

  • 41

    Maka didapatkan persamaan kurva kemiringan:

    ........... (2-24)

    .......... (2-25)

    2.9 Finite Element Analisis Menggunakan ANSYS

    Konsep dasar finite element analisis adalah mendiskretisasi atau membagi

    suatu struktur menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang jumlahnya berhingga,

    kemudian melakukan analisis gabungan terhadap elemen – elemen kecil tersebut.

    Tujuan dari finite element analisis adalah untuk memperoleh nilai

    pendekatan numerik sehingga dapat diselesaikan dengan bantuan komputer, maka

  • 42

    Finite Element Analisis (FEA) dikatakan bersifat computer oriented. Saat ini

    pengunaan Finite Element Analisis untuk menghitung dan mensimulasikan model

    dengan bantuan komputer mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini

    dikarenakan perkembangan hardware komputer yang sangat pesat pula sehingga

    mendukung proses perhitungan dengan metode numerik. Program FEA yang

    berkembang pesat serta banyak digunakan untuk melakukan analisis struktur adalah

    software ANSYS. ANSYS WORKBENCH dapat melakukan beberapa macam tipe

    simulasi yang berbeda seperti: struktural, thermal, mekanika fluida, analisa

    elektromagnetik, dll atau bahkan gabungan analisis seperti thermal dengan struktur

    atau lainnya sehingga lebih sering dikenal dengan Finite Element Multyphisic.

    Program ANSYS memiliki dua tingkatan dasar yang ditunjukkan saat awal

    memulai ansys: tingkat awal dan tingkat prosesor. Dari tingkatan ini, kita dapat

    memasukkan salah satu prosesor ANSYS, seperti yang ditunjukkan pada gambar

    dibawah. Prosesor merupakan kumpulan dari fungsi dan rutin untuk melayani

    tujuan-tujuan tertentu. Tugas file dapat dihapus dari database atau diubah dari

    tingkat awal.Terdapat tiga prosesor yang paling sering digunakan: Preprocessor,

    yang berisi perintah – perintah yang di butuhkan untuk membangun model yakni:

    Mendefinisikan tipe dan pilihan elemen, Mendefinisikan konstanta real elemen,

    Mendefinisikan sifat material, Membuat model geometri, Mendefinisikan meshing

    kontrol, Mesh Model yang dibuat Prosesor (SOLUSI), memiliki perintah yang

    memungkinkan untuk menerapkan kondisi batas dan pembebanan. Misalnya pada

    masalah struktural, dapat ditentukan kondisi batas perpindahan dan kekuatan, atau

    untuk masalah perpindahan panas, dapat ditentukan batas suhu permukaan atau

    konvektif. Setelah semua informasi yang dibuat tersedia untuk prosesor solusi,

  • 43

    pemecahan solusi dapat di lakukan. Dalam solusi terkait dengan analisis yang

    dilakukan sekarang, maka yang ditampilkan adalah solusi untuk deformasi,

    Equivalent von-misses stress, dan safety faktor. Postprocessor, berisi perintah-

    perintah yang memungkinkan untuk mengurut dan menampilkan hasil analisis

    yaitu: membaca data hasil dari prosesor, membaca hasil elemen data, plot hasil,

    menampilkan daftar hasil. [Bhafikatti, SS. 2005. Finite Element Analysis. New age

    international. New Delhi].

    Gambar 2.33 Tampilan awal ANSYS 18.2

    2.9.1 Cara Kerja Ansys

    ANSYS bekerja dengan sistem metode elemen hingga, dimana

    penyelesaiannya pada suatu objek dilakukan dengan pendeskritisasian dimana

    membagi atau memecah objek analitis satu rangkaian kesatuan ke dalam jumlah

    terbatas elemen hingga yaitu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan

    dihubungkan dengan node. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.31 dimana setelah

  • 44

    adanya module goemetry berupa sasis truk yang telah diimpor dari file Autodesk

    Inventor di Ansys workbench, maka sasis ini akan dideskritisasi untuk mendapatkan

    bagian – bagian mesh yang lebih kecil yang dihubungkan oleh node.

    Gambar 2.34 Material yang disusun dengan node

    Hasil yang diperoleh dari ANSYS ini berupa pendekatan dengan

    menggunakan analisa numerik. Ketelitiannya sangat bergantung pada cara

    memecah model tersebut dan menggabungkannya.

    Secara umum, suatu solusi elemen hingga dapat dipecahkan dengan

    mengikuti 3 tahap ini. Ini merupakan panduan umum yang dapat digunakan untuk

    menghitung analisis elemen hingga.

    Ada 3 langkah utama dalam analisis Ansys yaitu:

    1. Model generation:

    a. Penyederhanaan, idealisasi.

    b. Menentukan bahan/sifat material.

    c. Menghasilkan model elemen hingga.

    2. Solusi:

  • 45

    a. Tentukan kondisi batas.

    b. Menjalankan analisisnya untuk mendapatkan solusi.

    3. Hasil ulasan:

    a. Plot/daftar hasil.

    b. Selesa