52
7 Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Pendapat lain mengatakan bahwa sistem informasi adalah sebuah kumpulan dari komponen-komponen yang saling berhubungan yang mengumpulkan (atau mengambil kembali), mengolah, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. (Laudon, 2004, p8) 2.1.2 Sumber Daya Sistem Informasi Sebuah sistem informasi terdiri dari sumber daya manusia ( end user dan IS specialist), perangkat keras (mesin dan media), perangkat lunak (program dan prosedur), data (data dan pengetahuan), dan jaringan (media komunikasi dan dukungan jaringan) untuk membentuk input, pemrosesan, output, penyimpanan, dan kegiatan pengendalian yang mengubah sumber daya data menjadi produk informasi.(O’Brien,2001,p11)

Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

  • Upload
    buinhi

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

7

Bab II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi

2.1.1 Pengertian Sistem Informasi

Menurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi dapat merupakan

kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan

komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan

menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.

Pendapat lain mengatakan bahwa sistem informasi adalah sebuah

kumpulan dari komponen-komponen yang saling berhubungan yang

mengumpulkan (atau mengambil kembali), mengolah, menyimpan dan

mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan,

koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. (Laudon, 2004, p8)

2.1.2 Sumber Daya Sistem Informasi

Sebuah sistem informasi terdiri dari sumber daya manusia (end user dan

IS specialist), perangkat keras (mesin dan media), perangkat lunak (program dan

prosedur), data (data dan pengetahuan), dan jaringan (media komunikasi dan

dukungan jaringan) untuk membentuk input, pemrosesan, output, penyimpanan,

dan kegiatan pengendalian yang mengubah sumber daya data menjadi produk

informasi.(O’Brien,2001,p11)

Page 2: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

8

Gambar 2.1 Sumber Daya Sistem InformasiSumber: O’Brien (2001, p8)

2.1.3 Tingkatan dalam Sistem Informasi

Sistem informasi dibagi menjadi empat tingkat (Laudon, 2004, p39),

antara lain :

1. Sistem Informasi Tingkat Operasional (Operational level System)

Sistem Informasi Tingkat Operasional mendukung manajer operasional

dengan menjaga aktivitas dan transaksi-transaksi umum dari organisasi,

seperti penjualan, pendapatan, penggajian, keputusan kredit, dan arus

material dalam perusahaan. Sistem Pemrosesan Transaksi (TPS) adalah

sistem yang terkomputerisasi yang menampilkan dan merekam transaksi

rutin sehari-hari yang diperlukan untuk mengendalikan bisnis. Contoh: sistem

reservasi hotel, penggajian.

2. Sistem Informasi Tingkat Pengetahuan (Knowledge Level System)

Sistem Informasi Tingkat Pengetahuan mendukung pengetahuan organisasi

dan data karyawan. Tujuan dari level sistem ini adalah untuk membantu

Page 3: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

9

bisnis perusahaan yang mengintegrasi pengetahuan baru ke dalam bisnis dan

membantu pengendalian arus kertas kerja dalam organisasi.

Dalam level sistem ini terbagi dua tipe sistem yaitu KWS (Knowledge Work

System) dan OAS (Office Automation System). Sistem KWS membantu

pekerja yang berpendidikan dalam menangani penciptaan dan

pengintegrasian pengetahuan baru dalam suatu organisasi. Sistem OAS

dirancang untuk meningkatkan produktivitas dan pengolahan data dalam

perusahaan seperti pengolahan data, e-mail, sistem penjadwalan.

3. Sistem Informasi Tingkat Manajemen (Management Level System)

Sistem informasi tingkat manajemen ini memantau, mengontrol, membuat

keputusan dan mengadministrasikan aktivitas manajer tingkat menengah.

Dalam tingkatan ini ada dua tipe, yaitu: Sistem Informasi Manajemen (SIM)

dan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (DSS).

Sistem Informasi Manajemen (SIM) ini menangani dan membantu para

manajer menengah untuk menjalankan fungsinya seperti perencanaan,

pengawasan, dan pengambilan keputusan dengan menyediakan ringkasan

rutin dan laporan pengecualian. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

(DSS) dibuat untuk mendukung manajer dalam mengidentifikasikan masalah

yang terstruktur dan semi-terstruktur, pengambilan keputusan dengan

mengkombinasikan data dan analisis model.

4. Sistem Informasi Tingkat Strategi (Stategic Level System)

Sistem Informasi Tingkat Strategi ini mendukung aktivitas perencanaan

jangka panjang yang disusun oleh manajer senior. Dalam tingkatan ini, tipe

Page 4: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

10

sistem yang digunakan dinamakan sistem pendukung bagi eksekutif (ESS)

atau seringkali disebut dengan Sistem Informasi Eksekutif (EIS), yaitu sistem

informasi yang disajikan kepada tingkat strategis di dalam suatu organisasi

yang lebih mengarah kepada pengambilan keputusan untuk masalah yang

tidak terstruktur melalui bentuk tampilan grafik, tabel, gambar dan fasilitas

untuk mengkomunikasikan keputusan yang telah diambil.

StrategicLevel

System

Management LevelSystem

Knowledge Level System

Operational Level System

EIS

DSSMIS

KWSOAS

TPS

Top Managers Executives

Middle ManagersExecutives

KnowledgeWorkers

OperationalPeople

Gambar 2.2 Tingkatan sistem informasi dengan kelompok penggunaannya pada masing-masing level.

Sumber : Laudon (2004, p39)

Dalam level perusahaan memerlukan sistem yang berbeda-beda, oleh

karena itu diperlukan sistem yang tepat untuk dapat menangani setiap level

(Laudon, 2004, p41-45) sistem tersebut antara lain :

Page 5: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

11

a. Transaction Processing System (TPS) merupakan sistem pengolahan

transaksi yang menyajikan informasi mengenai aktivitas dan kegiatan sehari-

hari yang terjadi dalam organisasi.

b. Office Automation System (OAS) merupakan suatu sistem yang dirancang

untuk meningkatkan produktivitas dari pengolahan data dalam perusahaan,

seperti word processing, electronic mail system, dan spreadsheet.

c. Knowledge Worker System (KWS), sistem yang membantu karyawan dalam

menangani pengintegrasian pengetahuan baru dalam suatu organisasi.

d. Management Information System (MIS) merupakan sistem informasi yang

menangani dan membantu para manajer tingkat menengah untuk

menjalankan fungsi perencanaan skema kerja, pengontrolan, pengambilan

keputusan, dan menangani masalah yang terstruktur berdasarkan informasi

dan laporan sehari-hari.

e. Decision Support System (DSS), berguna untuk mendukung manajer dalam

mengidentifikasi masalah terstruktur dan semi terstruktur, pengambilan

keputusan dengan mengkombinasikan data dan analisis model.

f. Executive Information System (EIS), sistem yang digunakan untuk membantu

para manajer tingkat atas dalam proses pengambilan keputusan yang bersifat

tidak terstruktur dengan bantuan gambar (grafik).

Page 6: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

12

2.2 Sistem Informasi Pemasaran

2.2.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial yang membuat

individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan

lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.

(Kotler & Armstrong, 2001,p7)

2.2.2 Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran adalah sebuah filosofi bisnis yang menegaskan bahwa

kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan

tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam

menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada

pasar sasaran yang terpilih. (Kotler, 2003, p19)

Konsep pemasaran telah diekspresikan dengan cara yang beraneka ragam,

yaitu : “Penuhilah kebutuhan dengan cara yang menguntungkan”, “Temukan

keinginan dan penuhilah”, “Cintailah pelanggan, bukan produk”, “Lakukan

dengan cara anda” (Burger King), “Andalah sang bos” (United Airlines),

“Utamakan orang-orang” (British Airways), “Bermitra untuk mendapatkan laba”

(Miliken & Company).

Konsep pemasaran masyarakat menegaskan bahwa tugas organisasi

adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan minat dari pasar sasaran dan

memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien

dibandingkan pesaing dengan tetap memelihara atau meningkatkan kesejahteraan

Page 7: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

13

masyarakat dan konsumen. (Kotler, 2003, p20)

Gambar 2.6 Perbedaan konsep penjualan dan pemasaranGambar 2.3 Konsep Pemasaran & Konsep Penjualan

Sumber : Kotler (2003, p20)

2.2.3 Perencanaan Strategi Pemasaran

Perencanaan strategi pemasaran merupakan suatu proses manajerial

dalam mengembangkan dan memelihara keseimbangan antara objektif

perusahaan, kemampuan atau keahlian serta sumber-sumber daya perusahaan dan

mengubahnya menjadi sebuah kesempatan di dalam pasar. (Kotler, 2003, 118)

Tujuan dari perencanaan strategi pemasaran adalah untuk menentukan bisnis dan

produk perusahaan sehingga mereka dapat menargetkan keuntungan dan

pertumbuhannya di dalam pasar.

Strategi pemasaran merincikan target pasar dan bauran pemasaran yang

berkaitan. Strategi pemasaran adalah “gambar besar” yang memperlihatkan hal-

hal yang akan dilakukan perusahaan dalam pasar tertentu. Ada dua bagian yang

Factory Products Selling and Profit throughpromoting sales volume

Starting Point Focus Means Ends

(a) The Selling concept

Target Customer Integrated Profits throughmarket needs marketing customer satisfaction

(b) The Marketing concept

Page 8: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

14

diperlukan :

Target pasar yaitu sekelompok konsumen yang agak homogen (serupa) yang

akan dihimbau perusahaan.

Bauran pemasaran yaitu sejumlah variabel yang dapat dikendalikan yang

digabungkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kelompok target.

2.2.4 Bauran Pemasaran

Menurut Kotler dan Amstrong (2001, p71-74), bauran pemasaran (marketing

mix) adalah seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh

perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran. Bauran

pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk

mempengaruhi permintaan produknya.

Gambar 2.4 Komponen Bauran PemasaranSumber : Kotler (2001, p82)

Page 9: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

15

Bauran Pemasaran dikelompokkan ke dalam empat golongan besar (McLeod,

2001, p343), yaitu:

1. Produk (Product); Berkaitan dengan upaya mengembangkan produk yang

tepat bagi target pasar. Penawaran ini dapat mencakup barang fisik, jasa, atau

gabungan keduanya.

2. Tempat (Place); Berkenaan dengan upaya menyampaikan produk “yang

tepat” ke tempat pasar target.

3. Promosi (Promotion); Menyangkut kegiatan memberitahukan pasar target

tentang adanya produk yang tepat. Promosi mencakup penjualan

perseorangan, penjualan massal, promosi penjualan.

4. Harga (Price); Selain menetapkan produk, tempat, dan promosi yang tepat,

para manager harus memutuskan harga yang tepat. Dalam menetapkan harga

mereka harus mempertimbangkan jenis persaingan dalam pasar dan biaya

bauran pemasaran secara menyeluruh. Mereka juga harus berusaha

mengestimasi reaksi pelanggan terhadap tingkat harga yang mungkin akan

ditetapkan. Disamping itu, mereka harus mengetahui praktek yang

berlangsung sekarang mengenai imbuhan harga (markups), diskon, dan

berbagai syarat penjualan lain.

2.2.5 Pengertian Sistem Informasi Pemasaran

Suatu sistem informasi pemasaran terdiri dari orang-orang, peralatan dan

prosedur-prosedur untuk mengumpulkan, mengurutkan, menganalisis,

mengevaluasi dan mendistribusikan informasi yang sesuai kebutuhan, tepat

waktu, dan akurat kepada pembuat keputusan pemasaran. (Kotler, 2003, p115)

Page 10: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

16

Menurut McLeod (2004, p369), Pemasaran merupakan area fungsional

pertama yang menunjukkan minat pada SIM (Sistem Informasi Manajemen).

Segera setelah konsep SIM muncul, para pemasar menyesuaikannya ke area

aplikasi mereka dan menyebutnya sistem informasi pemasaran (Marketing

Information System-MKIS).

MKIS terdiri dari tiga subsistem input : sistem informasi akuntansi,

enelitian pemasaran, dan intelijen pemasaran. Subsistem output mengarahkan

ebutuhan informasi dari empat unsur bauran pemasaran (produk, tempat,

promosi, dan harga), ditambah integrasi keempatnya.

Gambar 2.5 Model Sistem Informasi PemasaranSumber : McLeod (2001, p450)

Subsistem SubsistemInput Output

Sumber Internal

Pemakai

Sumber Lingkungan

SistemInformasi Akuntansi

SubsistemPenelitianpemasaran

SubsistemIntelijen

pemasaran

Subsistemproduk

Subsistemtempat

SubsistemBauran

pemasaran

Subsistemharga

SubsistempromosiDatabas

e

Data Informasi

Page 11: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

17

2.3 Sistem Informasi Eksekutif

2.3.1 Pengertian Eksekutif

Menurut Watson et al (1997, p40), arti dari eksekutif berbeda dari satu

organisasi dengan organisasi lain. Banyak pengertian yang memiliki beberapa

karakteristik umum yang membantu kita untuk mengerti siapa eksekutif itu, apa

yang mereka lakukan, dan apa yang membuat mereka berbeda dari manajer

lainnya. Beberapa karakteristik tersebut, adalah :

1. Eksekutif mengatur sebuah organisasi atau subunit, mereka memikirkan akan

kesejahteraan organisasi.

2. Eksekutif bertanggung jawab untuk lebih dari satu area fungsional dalam

organisasi.

3. Eksekutif merencanakan rencana strategik dari organisasi dimana rencana

tersebut akan diterapkan lima atau lebih dari 5 tahun ke depan.

4. Eksekutif menetapkan kebijakan dan merepresentasikan organisasi dalam

interaksi dengan lingkungan eksternal.

5. Eksekutif mempunyai posisi yang sangat penting di dalam organisasi dimana

tindakan dan keputusan mereka berpengaruh pada konsekuensi finansial,

manusia, dan bisnis.

6. Eksekutif peduli dengan isu yang berjangkauan luas. Misalnya, isu

penggunaan teknologi, peran komuniti, tenaga kerja.

Menurut McLeod (2001, p423), istilah eksekutif diterapkan agak bebas.

Tidak ada garis batas yang jelas yang memisahkan eksekutif dari manajer lain.

Istilah ini digunakan untuk mengidentifikasi manajer pada tingkat atas dari

hierarki organisasi yang berpengaruh kuat pada perusahaan. Pengaruh ini

Page 12: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

18

dilakukan melalui penentuan perencanaan strategi dan penetapan kebijaksanaan

perusahaan.

Jadi, eksekutif adalah pimpinan yang berfungsi sebagai pengambil

keputusan strategis dengan identifikasi masalah dan peluang yang ada, dan

memantau kinerja dari manajemen tingkat menengah sampai tingkat operasional

untuk mencapai tujuan organisasi.

2.3.2 Pengertian Sistem Informasi Eksekutif

Menurut Mcleod (2001,p432) Sistem Informasi Eksekutif (executive

information system – EIS) ialah sistem yang menyediakan informasi untuk

eksekutif mengenai kinerja keseluruhan perusahaan. Sedangkan menurut Laudon

dan Laudon (2003, p432), Sistem Informasi Eksekutif adalah sistem informasi

yang berada pada strategik level organisasi. Untuk membantu eksekutif dalam

pengambilan keputusan dengan menggunakan bantuan tabel dan grafik.

Jadi, Sistem Informasi Eksekutif adalah sistem berbasiskan komputer

yang menyediakan kebutuhan informasi bagi eksekutif dengan mudah, cepat,

tepat waktu, dan akses langsung ke laporan manajemen.

2.3.3 Model Sistem Informasi Eksekutif

Konfigurasi sistem informasi eksekutif berbasis komputer biasanya

meliputi satu komputer personal. Dalam perusahaan besar personal komputer

(PC) tersebut dihubungkan dengan mainframe, seperti yang diperlihatkan pada

gambar berikut :

Page 13: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

19

Gambar 2.6 Model Sistem Informasi EksekutifSumber : McLeod (2001, p433)

Komputer personal eksekutif berfungsi sebagai eksekutif workstation.

Konfigurasi perangkat kerasnya mencakup penyimpanan sekunder, dimana

kebanyakan dalam bentuk hardisk yang menyimpan database eksekutif.

Database eksekutif berisi data dan informasi yang telah diproses sebelumnya

oleh komputer sentral perusahaan. Eksekutif memilih menu untuk menghasilkan

tampilan layar yang telah disusun sebelumnya atau untuk melakukan sejumlah

kecil pemrosesan.

Page 14: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

20

2.3.4 Karakteristik Sistem Informasi Eksekutif

SIE memiliki beberapa karakteristik (Turban, 2003, p329-331), yaitu :

1. Drill down

Kemampuan drill down menyediakan detil-detil dibalik informasi yang

diberikan. Misalnya seorang eksekutif memperhatikan adanya kemunduran

dalam penjualan perusahaan di dalam laporan mingguan. Maka untuk

menemukan penyebabnya eksekutif tersebut akan melihat penjualan pada

masing-masing wilayah. Jika salah satu region terlihat bermasalah, eksekutif

mungkin ingin melihat lebih detil lagi (penjualan berdasarkan produk atau

karyawan).

2. Critical success factor (CSF)

Faktor-faktor kritis yang harus diperhatikan dalam mencapai tujuan

organisasi atau perusahaan. Faktor-faktor seperti ini ada pada level

perusahaan seperti juga pada level divisi, pabrik dan departemen.

3. Status access

Dengan status akses, setiap saat seorang eksekutif dapat mengakses data atau

laporan yang terakhir pada status dari faktor kunci atau faktor lainnya.

4. Trend analysis

Di dalam menganalisis data, sangat penting untuk mengidentifikasi

kecenderungannya. Apakah penjualan meningkat? Apakah pangsa pasar

meningkat? Eksekutif suka memeriksa kecenderungan yang diwakili oleh

perubahan data.

Page 15: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

21

5. Ad hoc analysis

SIE menyediakan kemampuan ad hoc analysis, yang mana eksekutif dapat

membuat permintaan spesifik untuk analisis data.

6. Exception reporting

Laporan pengecualian didasarkan pada konsep manajemen pengecualian,

yang mana seorang eksekutif memberi perhatian hanya pada selisih yang

signifikan dari standar (kinerja yang sangat baik atau sangat buruk).

7. Intelligent EIS

Pengembangan terhadap Intelligent EIS dilakukan guna menghemat waktu

eksekutif dalam menggunakan drill down, menemukan pengecualian dan

mengidentifikasi kecenderungan. Kemampuan ini juga menjamin eksekutif

tidak akan kehilangan petunjuk yang penting di dalam sejumlah besar data.

8. Integration with DSSs

SIE berguna dalam mengidentifikasi masalah dan kesempatan, yang mana

identifikasi semacam ini dapat difasilitasi oleh sebuah komponen intelijen.

Oleh karena itu, banyak vendor software menyediakan SIE/DSS yang

terintegrasi di dalam paket bisnis intelijen mereka.

9. Web-based enterprise systems

Pada saat ini, SIE telah dikembangkan dengan analisis dan presentasi yang

saling berhubungan dan multidimensi, akses data yang mudah, tampilan

gambar yang mudah, kemampuan menggambar, hypertext, akses intranet.

Page 16: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

22

2.3.5 Faktor Penentu Keberhasilan Sistem Informasi Eksekutif

Mcleod (2001, p437-439) mengutip pendapat John Rockat dan David

DeLing mengidentifikasikan delapan faktor penentu keberhasilan Sistem

Informasi Eksekutif, yaitu :

1 Sponsor eksekutif yang mengerti dan berkomitmen

Eksekutif tingkat puncak harus berfungsi sebagai sponsor eksekutif Sistem

Informasi Eksekutif dengan mendorong penerapannya.

2 Sponsor operasi

Sponsor operasi yang bekerja sama dengan eksekutif pemakai dan

spesialisasi informasi untuk memastikan bahwa pekerjaan yang diberikan

oleh eksekutif tingkat puncak lainnya, seperti wakil presiden eksekutif telah

terlaksana.

3 Staf jasa informasi yang sesuai

Harus tersedia spesialis informasi yang tidak saja mengerti teknologi

informasi tetapi juga mengerti cara eksekutif menggunakan sistem itu.

4 Teknologi informasi yang sesuai

Sistem harus sesederhana mungkin dan harus memberikan tepat seperti yang

eksekutif inginkan, tidak lebih dan tidak kurang.

5 Manajemen data

Eksekutif harus mengakui seberapa mutakhir data yang tersedia dan mampu

mengikuti analisis dasar tersebut.

Page 17: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

23

6 Kaitan yang jelas dengan tujuan bisnis

Sebagian besar Sistem Informasi Eksekutif yang berhasil dirancang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah-masalah spesifik atau memenuhi

kebutuhan yang dapat ditangani oleh teknologi informasi.

7 Manajemen atas penolakan organisasi

Jika seorang eksekutif menolak Sistem Informasi Eksekutif, perlu dilakukan

upaya untuk mendapat dukungan. Strategi yang baik adalah mengidentifikasi

satu masalah tunggal yang dihadapi eksekutif itu dan kemudian segera

menerapkan Sistem Informasi Eksekutif, dengan menggunakan prototyping,

untuk mengatasi masalah tersebut.

8 Manajemen atas penyebaran dan evolusi sistem

Pengalaman menunjukkan bahwa jika manajemen tingkat atas mulai

menerima output yang sama, manajer tingkat bawah ingin mampu

mengantisipasi masalah dan memecahkannya sebelum manajer tingkat atas

menganggap situasinya tidak terkendali.

2.4 Alat Bantu Analisis Strategi Pemasaran

2.4.1 Analisis CSF (Critical Success Factor)

Turban dan Arronsin (2005, p543), mengemukakan, ”Faktor yang harus

dipertimbangkan dalam mencapai keberhasilan organisasi disebut critical

success factor (CSFs)”. Lebih lanjut dalam penulisannya CSFs akan ditulis CSF.

Menurut McLeod (2004, p116) CSF adalah salah satu kegiatan

perusahaan yang berpengaruh kuat pada kemampuan perusahaan mencapai

tujuannya.

Page 18: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

24

Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam CSF, yaitu :

1. Informasi yang bersifat kritis (Critical Information)

Adalah informasi yang berhubungan dengan CSF. Informasi ini dapat

diperoleh dari data internal, eksternal, database, dan dikembangkan

sendiri secara khusus atau dapat dibeli dari penyedia informasi publik.

2. Asumsi kritis (Critical Asumtion Set)

Adalah anggapan yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan

dan faktor penentu keberhasilan suatu perusahaan tercapai.

3. Keputusan kritis (Critical Decision)

Adalah sekumpulan keputusan yang bersifat kritis, digunakan sebagai

dasar membangun sistem pengendali keputusan (DSS).

2.4.2 Lima Kekuatan Saing Porter

David (2006, p130-135) mengutip Professor Harvard Michael E.Porter,

hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima

kekuatan, yaitu :

1. Persaingan di antara perusahaan sejenis

Kekuatan ini paling berpengaruh dibandingkan dengan empat kekuatan

lainnya. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya

jika strategi itu memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan

strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Perubahan strategi di

sebuah perusahaan dapat diimbangi serangan balasan, seperti menurunkan

harga, meningkatkan kualitas, menambah feature, menyediakan jasa,

memperpanjang garansi, dan meningkatkan iklan.

Page 19: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

25

2. Kemungkinan masuknya pesaing baru

Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke industri tertentu,

intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Tetapi, hambatan untuk

masuk, dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi dengan

cepat, kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan khusus,

kurangnya pengalaman, tingginya kesetiaan pelanggan, kuatnya preferensi

merek, besarnya kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang

memadai, peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap bahan

mentah, kepemilikan paten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan

balasan dari perusahaan yang sudah mapan, dan potensi kejenuhan pasar.

Walaupun banyak hambatan, perusahaan baru kadang-kadang masuk ke

dalam industri dengan produk yang lebih tinggi mutunya, harga yang lebih

rendah, dan tenaga pemasaran yang banyak. Oleh karena itu, tugas perencana

strategi adalah mengidentifikasi perusahaan baru yang potensial masuk pasar,

memonitor strategi perusahaan baru yang menjadi pesaing, dan

memanfaatkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

3. Potensi pengembangan produk substitusi

Dalam berbagai industri, perusahaan bersaing ketat dengan produsen produk

pengganti. contohnya, produsen tempat dari plastik bersaing dengan

produsen tempat dari gelas, karton, dan aluminium. Adanya produk

pengganti membuat batasan harga maksimal, sebelum konsumen pindah ke

produk pengganti tersebut.

Tekanan persaingan akibat adanya produk pengganti semakin bertambah

ketika harga produk pengganti relatif murah dan biaya konsumen untuk

Page 20: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

26

beralih ke produk pun rendah. Kekuatan kompetitif produk pengganti paling

mudah diukur dari seberapa besar pangsa pasar yang direbutnya dan rencana

perusahaan produk pengganti tersebut untuk meningkatkan kapasitas serta

penetrasi pasar.

4. Kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok

Kekuatan tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu

industi, terutama ketika jumlah pemasok banyak, ketika hanya ada sedikit

bahan baku pengganti yang baik, atau ketika biaya mengganti bahan baku

amat tinggi. Seringkali demi kepentingan bersama, pemasok dan produsen

saling membantu dengan memberikan harga yang terjangkau, mutu yang

lebih baik, pengembangan palayanan baru, penyerahan barang tepat waktu,

dan mengurangi biaya inventarisasi, sehingga meningkatkan kemampuan

maraih laba jangka panjang bagi semua pihak yang terkait.

5. Kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen

Ketika pelanggan terkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau membeli dalam

jumlah banyak, kekuatan tawarnya merupakan kekuatan utama yang

mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Perusahaan

pesaing mungkin menawarkan garansi yang lebih panjang atau pelayanan

khusus untuk memperoleh loyalitas pelanggan ketika kekuatan tawar dari

konsumen luar biasa. Kekuatan tawar konsumen juga lebih besar ketika

produk yang dibeli bersifat standar atau tidak berbeda. Ketika demikian

halnya, konsumen sering dapat melakukan negosiasi atau menekan harga

jual, jaminan, dan paket aksesori sampai tingkat tertentu.

Page 21: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

27

Gambar 2.7 Model Lima Kekuatan PorterSumber : David (2006,p131)

2.4.3 Analisis SWOT

Menurut Kotler (2003,p102) analisis SWOT merupakan evaluasi

terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis ini

dibagi ke dalam dua bagian yaitu analisis lingkungan eksternal (peluang dan

ancaman) dan analisis lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan).

Menurut Pearce dan Robinson (2000, p202-204), analisis SWOT adalah

analisis yang berdasarkan pada anggapan bahwa suatu strategi yang efektif

berasal dari sumber daya internal suatu perusahaan (Strengths and Weaknesses),

dan sumber daya eksternal suatu perusahaan (Opportunities and Threats)

- Strength (kekuatan)

Suatu keunggulan sumber daya yang relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari

pasar yang dilayani atau hendak dilayani oleh perusahaan kekuasaan yang

Potensi pengembangan produk subtitusi

Kemungkinan masuknya pesaing baru

Kekuatan tawar-menawar

penjual/ pemasok

PersainganAntar perusahaan

sejenis

Kekuatan tawar-menawar

pembeli / konsumen

Page 22: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

28

dimiliki oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan pesaing.

- Weakness (kelemahan)

Keterbatasan atau kekurangana dalam sumber daya, ketrampilan dan kemampuan

yang secara serius menghalangi kinerja efektif perusahaan. Keterbatasan dalam

fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen, ketrampilan

pemasaran merupakan sumber dari kelemahan.

- Opportunity (peluang)

Adalah suatu daerah kebutuhan pemebeli dimana perusahaan dapat beroperasi

secara menguntungkan dan untuk merebut lebih banyak konsumen dibandingkan

dengan para pesaing.

- Threat (Ancaman)

Tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh suatu perusahaan dari para pesaing

dalam merebut konsumen.

Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk

meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering

digunakan adalah sebagai kerangka/paduan sistematis dalam diskusi untuk

membahas kondisi alternatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan

perusahaan.

2.4.3.1 Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)

Menurut Rangkuti (2006, p24), setelah faktor-faktor strategis internal

suatu perusahaan di identifikasi suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factors

Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal

tersebut dalam kerangka Strength dan Weakness perusahaan. Tahapnya adalah

Page 23: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

29

sebagai berikut :

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan

dalam Kolom 1.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala dari 1,0 (paling

penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (Semua bobot tersebut

jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00)

c. Hitung rating (dalam kolom 3) Untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk

kategori kekuatan) diberi nilai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik)

dengan membandingkan rata-rata industri atau dengan pesaing utama.

Sedangkan variable yang bersifat negatif, kebalikannya.

Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan

rata-rata industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di

bawah rata-rata industri, nilainya adalah 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh

factor pembobotan dalam pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari

4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-

faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

Page 24: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

30

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan

perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang

sama.

2.4.3.2 Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Menurut Rangkuti (2006, p22), sebelum membuat matriks faktor strategi

eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal EFAS

(External Factors Analysis Summary). Berikut ini adalah cara-cara penentuan

Faktor Strategis Eksternal (EFAS)

a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai 10 peluang dan ancaman).

b. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2,mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut

kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

c. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif

(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil

diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.

Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1.

Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh

Page 25: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

31

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)

sampai dengan 1,0 (poor).

e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-

faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

f. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan

perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang

sama.

2.4.3.3 Model Matriks Internal Eksternal (IE)

Menurut Rangkuti (2006, p42), Matriks internal eksternal ini

dikembangkan dari model General Electrik (GE Model). Parameter yang

digunakan meliputi parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh

eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh

strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail.

Page 26: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

32

KEKUATAN INTERNAL BISNIS

Tinggi Rata-rata Lemah(3,00-4,00) (2,00-2,99) (1,00-1,99)

Tinggi(3,00-4,00)

Sedang(2,00-2,99)

Rendah(1,00-1,99)

Gambar 2.8 Matriks Internal EksternalSumber : Rangkuti (2006, p42)

Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan 9 sel strategi perusahaan, tetapi

pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi umum,

yaitu:

a. Growth strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1,2,

dan 50 atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8).

b. Stability strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi

yang telah ditetapkan.

c. Retrenchment strategy (sel 3, 6 dan 9) adalah usaha memperkecil atau

mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan.

1GROWTH

Konsentrasi melalui integrasi vertikal

2GROWTH

Konsentrasi melalui integrasi horisontal

3RETRENCHMENT

Turnaround

4

STABILITY

Hati-hati

5GROWTH

Konsentrasi melalui integrasi horizontal

STABILITYTak ada perubahan

Profit Strategi

6

RETRENCHMENT

Captive Companyatau

Divestment

7GROWTH

Difersifikasi Konsentrik

8GROWTH

Difersifikasi Konglomerat

9RETRENCHMENT

Bangkrut atau Likuidasi

DA

YA

TAR

IKIN

DU

STR

I

Page 27: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

33

BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI ANCAMAN

KEKUATAN INTERNAL

KELEMAHANINTERNAL

1. Mendukung

Strategi Agresif

2.Mendukung

Strategi Diversifikasi

3.Mendukung

Strategi Defensif

4.Mendukung

Strategi Turnaround

2.4.3.4 Diagram SWOT

Setelah didapat hasil tabel bobot skor dari masing-masing IFAS dan

EFAS, langkah selanjutnya adalah memasukkan angka total bobot skor tersebut

ke dalam diagram analisis SWOT berikut ini :

Gambar 2.9 Diagram SWOTSumber: Rangkuti (2006, p19)

Keterangan :

Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan, perusahaan

tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang

yang ada, strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung

kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy)

Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan segi internal, strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan

cara strategi diversifikasi (produk/pasar)

Page 28: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

34

Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di

lain pihak ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategy

perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan

sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan

tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

2.4.3.5 Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2006, p31), Matriks SWOT dapat menggambarkan

secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan

dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini

dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi.

Gambar 2.10 Matriks SWOTSumber : Rangkuti (2006, p31)

IFAS

EFAS

Strengths (S) Weaknesses (W)

Opportunities (O) Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang

Treaths (T) Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Page 29: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

35

Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT diatas.

- Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

- Strategi ST

Strategi ini dibuat berdasarkan pemanfaatan kekuatan yang ada untuk

menghindari ancaman yang ada.

- Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

- Strategi WT

Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

2.5 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi

2.5.1 Pengertian Analisis Sistem Informasi

Menurut Whitten (2001, p165) analisis sistem informasi adalah tahapan-

tahapan dalam suatu proyek pengembangan sistem informasi yang secara pokok

terpusatkan pada masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan bisnis, yang bebas

dari teknologi apapun yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan suatu

masalah.

Page 30: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

36

Menurut McLeod (2001, p190) analisis sistem informasi adalah

penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang

baru atau diperbaharui.

Di dalam tahap analisis sistem informasi terdapat beberapa langkah dasar

yang harus dilakukan oleh sistem analis adalah sebagai berikut (McLeod,

2001,p192) :

a. Mempelajari sistem yang sedang berjalan.

b. Membentuk tim-tim untuk mengerjakan proyek.

c. Mendefinisikan informasi yang dibutuhkan.

d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem.

e. Menyiapkan rancangan sistem yang baru.

f. Menerima atau menolak rancangan sistem yang baru.

2.5.2 Pengertian Perancangan Sistem Informasi

Menurut Mcleod (2001, p192) perancangan sistem informasi adalah

penentuan proses data yang diperlukan oleh sistem baru. Perancangan sistem

informasi memiliki dua tujuan utama, yaitu :

Memenuhi kebutuhan pemakai

Memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap dari

pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

Menurut Whitten (2001, p166) perancangan sistem informasi merupakan

pelengkap dalam teknik pemecahan masalah kembali komponen-komponen

menjadi sebuah sistem yang utuh. Beberapa komponen tersebut memiliki

Page 31: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

37

kemungkinan untuk ditambah, dihapus atau diganti agar kinerja sistem

meningkat.

Jadi, perancangan sistem informasi adalah suatu sistem yang dirancang

untuk memproses suatu data sehingga sistem tersebut dapat memenuhi

kebutuhan pemakai.

2.5.3 Konsep Object Oriented Analysis dan Design ( OOA&D )

2.5.3.1 Object – Oriented

Dari tahun 1950 sampai dengan tahun 1970-an, perusahaan–perusahaan

menekankan proses saat mengembangkan sistem informasi dan menggunakan

alat – alat pembuatan model proses seperti bagan arus ( flowchart ) dan diagram

arus data ( Data Flow Diagram ). Selama tahun 1970–an dan 1980–an,

penekanan bergeser ke data, dengan menggunakan diagram hubungan entitas (

Entity Relationship Diagram – ERD ) dan kamus data. Selama tahun 1990-an

kecenderungan berubah ke mengkombinasikan proses dan data menjadi object (

McLeod, 2001, p330 ).

Keuntungan Object-Oriented menurut Mathiassen et al ( 2000, p5-6 )

adalah :

1. Merupakan konsep umum yang dapat digunakan untuk memodelkan hampir

semua fenomena yang ada di dunia dengan menggunakan bahasa alami.

Noun menjadi object atau class

Verb menjadi behavior

Adjective menjadi attributes

Page 32: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

38

2. Menyediakan informasi yang jelas mengenai context dari sistem

3. Mengurangi biaya maintenance atau development

2.5.3.2 Pengertian Object Oriented Analysis dan Design ( OOA&D )

Object-Oriented Analisys and Design (OOA&D) berusaha untuk

menggabungkan data dan proses menjadi suatu gagasan tunggal yang disebut

objects. OOA&D memperkenalkan object diagram.yang mendokumentasikan

sistem dipandang dari segi objects dan interaksinya ( Whitten et al, 2001, p97 ).

Menurut Mathiassen et al ( 2000, pp14-15 ) terdapat 4 aktivitas utama

dalam OOA&D, yaitu Problem Domain Analysis, Application Domain Analysis,

Architectural Design, dan Component Design.

Gambar 2.11 Aktivitas Utama dalam OOA& DSumber : Mathiassen et al (2000, p15 & p332)

Requirements for use

Model

Specifications of components

Specifications ofarchitecture

Component design

Architectural design

Application-domainanalysis

Problem-domain analysis

Page 33: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

39

2.5.3.3 Problem Domain Analysis

Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian informasi – informasi yang

harus ada pada suatu sistem untuk menghasilkan sebuah model sistem. Problem

Domain merupakan bagian dari keadaan yang akan diatur, dipantau, dan

dikontrol oleh sistem (Mathiassen et al, 2000, p6). Sumber dari aktivitas ini

adalah system definition, yaitu deskripsi singkat dan jelas dari sistem

terkomputerisasi dengan menggunakan bahasa alami ( Mathiassen et al, 2000,

p24 ).

Terdapat tiga subaktivitas yang harus dilakukan untuk membuat system

definition, yaitu usaha untuk mendapatkan pandangan menyeluruh dari situasi,

membuat, dan mengevaluasi ide – ide untuk pendesainan sistem, dan diakhiri

dengan memformulasi dan mengevaluasi system definition sesuai dengan situasi

yang ada ( Mathiassen et al, 2000, p25 ).

Rich Picture dapat memperjelas pandangan user mengenai situasi,

permasalahan, dan mendapatkan pandangan keseluruhan situasi dengan cepat,

Rich Picture adalah gambar informal yang mempresentasikan pemahaman

ilustrator mengenai situasi ( Mathiassen et al, 2000, p26 ).

Mathiassen ( 2000, pp39-40 ) menulis bahwa di dalam system definition

terdapat enam elemen kriteria FACTOR, yaitu :

1. Functionality : fungsi – fungsi sistem yang mendukung tugas – tugas

Application Domain.

2. Application Domain : bagian dari organisasi yang mengatur, memonitor atau

mengontrol suatu Problem Domain.

3. Conditions : kondisi dimana suatu sistem dikembangkan dan digunakan.

Page 34: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

40

4. Technology : teknologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem dan

teknologi saat sistem dijalankan.

5. Objects : object – object utama di dalam Problem Domain

6. Responsibility : tanggung jawab seluruh sistem dalam hubungannya dengan

konteks.

Mathiassen ( 2000, pp46-47 ) di dalam bukunya menulis bahwa terdapat

tiga subaktivitas dalam Problem Domain Analysis, yaitu :

Gambar 2.12 Aktivitas dalam Problem Domain AnalysisSumber : Mathiassen et al (2000,p46)

1. Classes

Merupakan tahapan dilakukannya pemilihan class dan event dari system

definitions untuk menghasilkan event table. Class adalah deskripsi dari

kumpulan object yang mempunyai structure, berhavioral pattern dan attibutes

Page 35: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

41

yang sama. Object adalah suatu entitas yang memiliki identity, state, dan

behavior ( Mathiassen et al, 2000, p4 ). Pada tahap analisis, biasanya sebuah

class cukup dideskripsikan dengan namanya saja, tetapi juga dapat ditambahkan

detail attributes dan operation. Event adalah kejadian bersifat instan yang

melibatkan satu atau lebih object ( Mathiassen et al, 2000, p51 ).

Gambar 2.13 Notasi dasar dari classSumber : Mathiassen et al (p337-339)

Menurut Mathiassen et al (2000, pp53-55 ) untuk menjalankan aktivitas

classes dapat dimulai dengan mengidentifikasikan kandidat / calon yang

mungkin untuk classes dan events dalam model Problem Domain. Setelah itu,

evaluasi dan pilih secara kritis classes dan events yang benar - benar relevan

dengan konteks sistem.

2. Structure

Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan hubungan struktural antara

class dan object. Sumber dari tahap ini adalah Class Diagram, yaitu diagram

yang menyediakan gambar ikhtisar Problem Domain yang bertalian secara logis

dengan menggambarkan seluruh hubungan stuktural antara classes dan objects di

dalam model ( Mathiassen et al, 2000, pp69-70 ).

Page 36: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

42

Menurut Mathiassen et al ( 2000, pp72-77 ) terdapat dua tipe structure

dalam Object-Oriented, yaitu :

Gambar 2.14 Class DiagramSumber : Mathiassen et al (p337-339)

1. Class structure, mengekspresikan hubungan konseptual yang statis antar class.

Hubungan statis ini tidak akan berubah, kecuali terjadi perubahan pada

deskripsinya. Class structure dibagi menjadi dua macam, yaitu :

a. Generalization Structure, merupakan hubungan antara dua atau lebih

subclass dengan satu atau lebih superclass ( Mathiassen et al, 2000, p72 ).

Sebuah class yang umum ( superclass ) mendeskripsikan properti umum

kepada group dari special class ( subclass ). Atau dengan kata lain, terjadi

penurunan attributes dan behavior dari superclass, tetapi subclass juga

Page 37: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

43

diperkenankan untuk memiliki attributes dan behavior tambahan. Secara

ilmu bahasa, generalization structure diekspresikan dengan formula “is a”.

Gambar 2.15 Generalization StructureSumber : Mathiassen et al (2000, p73)

b. Cluster, merupakan kumpulan dari class yang berhubungan ( Mathiassen et

al, 2000, p74 ). Cluster digambarkan dengan notasi file folder yang

melingkupi class – class yang saling berhubungan di dalamnya. Class – class

dalam satu cluster biasanya memiliki hubungan berupa generalization atau

aggregation. Sedangkan hubungan class dengan cluster yang berbeda

biasanya berupa association structure.

Gambar 2.16 Notasi Class StructureSumber : Mathiassen et al (2000, p337)

Page 38: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

44

Gambar 2.17 Cluster StructureSumber : Mathiassen et al (2000,p75)

2. Object structure, mengekspresikan hubungan dinamis dan konkret antar object.

Hubungan ini dapat berubah secara dinamis tanpa mempengaruhi perubahan

pada deskripsinya. Biasanya terdapat multiplicity yang menspesifkasikan jumlah

dari object yang berealisasi. Multiplicity dapat berupa string of numbers dan

penyebaran internal dengan koma, seperti “0,3,7,9..,13,19..*”, “*” disebut many;

dan 0..*. Ada 2 macam object structure yaitu :

a. Aggregation Structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih

object. Sebuah superior object ( whole ) memiliki beberapa object ( parts ) (

Mathiassen et al, 2000, p72). Secara ilmu bahasa, aggregation structure

dieskpresikan dengan formulasi “has a”, “a-part-of”, atau “is-owned-by”.

Terdapat tiga tipe aggregation structure ( Mathiassen et al, 2000, p79 ) yaitu:

Whole part, dimana whole merupakan jumlah dari parts, sehingga jika

salah satu parts dihilangkan maka secara tidak langsung telah mengubah

whole.

Page 39: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

45

Container-content, dimana whole adalah kontainer ( tempat tampung )

dari parts-nya, sehingga bila terdapat penambahan atau pengurangan

terhadap isinya ( parts ), tidak akan mengubah pengertian whole-nya.

Union-member, dimana whole merupakan union / gabungan yang

terorganisir dari anggotanya (parts), sehingga jika terdapat penambahan

atau pengurangan anggota, tidak akan mengubah union-nya. Terdapat

batasan jumlah anggota terendah, karena tidak mungkin sebuah union

tanpa anggota.

b. Association Structure, mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih

object, tetapi berbeda dengan aggregation ( Mathiassen et al, 2000, p76 ).

Hubungan antar class-class pada aggregation mempunyai pertalian yang

kuat sedangkan pada association tidak kuat. Secara ilmu bahasa, association

structure diekspresikan dengan formulasi “knows” atau “associated-with”

Ket : a-d adalah multiplicity

Gambar 2.18 Notasi Object StructureSumber : Mathiassen et al (2000, p337)

Gambar 2.19 Association StructureSumber : Mathiassen et al (2000, p77)

Page 40: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

46

3. Behavior, tujuan dari aktivitas ini adalah untuk memodelkan keadaan problem

domain yang dinamis dengan memperluas definisi class, yang terdapat dalam

class diagram, yaitu dengan menambahkan behavioral pattern dan attributes

untuk setiap class. Sumber dari tahap ini adalah event table dan class diagram

yang telah dihasilkan dari tahap – tahap sebelumnya. Sedangkan hasil akhirnya

adalah behavioral pattern yang diekspresikan secara grafis dalam statechart

diagram ( Mathiassen et al, 2000, p80-p90 ).

Dalam class activity, behavior dipandang sebagai kumpulan events yang

tidak berurutan yang meliputi suatu object. Sedangkan dalam behavior activity,

behavior secara lebih tepat dideskripsikan dengan menambah waktu terjadinya

events.

Object behavior diidentifikasikan dengan event trace, yaitu serangkaian

events yang berurutan yang meliputi suatu object. Event trace antara satu object

mungkin berbeda dengan object lain meskipun kedua object tersebut berada

dalam class yang sama. Hal ini disebabkan karena sifat event trace yang unik

untuk object tertentu. Deskripsi dari event trace yang mungkin untuk seluruh

object dalam sebuah class disebut behavioral pattern ( Mathiassen et al, 2000,

p90 ).

Dalam memodelkan Problem Domain, dilakukan pengidentifikasian

requirements untuk data – data yang akan disimpan oleh sistem. Untuk

menspesifikasikan data tersebut digunakan attributes, yaitu deskripsi properti

dari class atau events ( Mathiassen et al, 2000, p92 ).

Page 41: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

47

Menurut Mathiassen et al ( 2000, p93 ) behavioral pattern memiliki

struktur kontrol sebagai berikut :

Sequence adalah suatu set events yang akan terjadi satu per satu ( secara

berurutan ). Notasinya : “+”.

Selection adalah satu event yang terjadi dari suatu set events. Notasinya : “|”.

Iteration adalah satu event yang terjadi berulang – ulang kali. Notasinya :

“*”.

Jika menghadapi situasi behavior patterns yang kompleks, akan sulit

sekali untuk mengekspresikannya dalam notasi – notasi umum sehingga untuk

pengekspresiannya lebih cenderung menggunakan Statechart Diagram.

Gambar 2.20 Notasi Dasar Statechart DiagramSumber : Mathiassen et al (2000, p341)

Page 42: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

48

Gambar 2.21 Struktur Kontrol Statechart DiagramSumber : Mathiassen et al (2000, p95)

2.5.3.4 Application Domain Analysis

Tahap ini mendefinisikan requirements dari suatu sistem. Application

Domain merupakan bagian yang mengatur, memantau, atau mengontrol Problem

Domain (Mathiassen et al, 2000, p6). Atau dengan kata lain, berhubungan

dengan aktivitas yang dikerjakan / dijalankan oleh sistem. Prinsip dari

Application Domain Analysis adalah bekerja sama dengan user untuk

menentukan usage, function, dan interface. Sumber dari aktivitas ini adalah

system definition dan model dari tahap sebelumnya.

Page 43: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

49

Gambar 2.22 Aktivitas dalam Application Domain AnalysisSumber : Mathiassen et al (2000, p117)

Menurut Mathiassen et al ( 2000, p117 ) terdapat tiga subjektivitas dalam

Application Domain Analysis, yaitu :

1. Usage

Hasil akhir dari aktivitas ini adalah membuat deskripsi dari actors dan use

cases, dimana relasinya diekspresikan dengan menggunakan actor table atau

Use Case Diagram. Actor merupakan abstraksi dari user atau sistem lain

yang berinteraksi dengan sistem ( Mathiassen et al, 2000, p119 ). Sedangkan

use case adalah pola interaksi antara sistem dengan actors dalam application

domain ( Mathiassen et al, 2000, p120 ). Hubungan antara actor dan use case

adalah association

2. Function

Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk menentukan kemampuan pemrosesan

dari suatu sistem sehingga menghasilkan suatu function list beserta

spesifikasi untuk function yang kompleks. Function memfokuskan pada apa

Page 44: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

50

yang bisa dilakukan oleh sistem untuk membantu actor. Dengan kata lain,

function merupakan fasilitas untuk membuat sebuah model berguna bagi

actor ( Mathiassen et al, 2000, p138 ).

Menurut Mathiassen et al ( 2000, p138 ) terdapat empat tipe utama dari

function, dimana masing – masing tipe mengekspresikan hubungan antara

model dan konteks sistem. Keempat tipe tersebut antara lain update function,

signal function, read function, dan compute function.

3. Interface

Tujuan dari aktivitas ini adalah menentukan antar muka (interface) dari

sistem yang sedang dikembangkan. Interface adalah fasilitas yang membuat

model sistem dan function tersedia bagi actor (Mathiassen et al, 2000, p151).

Adanya interface memungkinkan actor untuk berinteraksi dengan sistem.

Sumber aktivitas berasal dari Class Diagram, Use Case, dan Function List.

Menurut Mathiassen et al ( 2000, p152 ) terdapat dua macam interface :

1. User Interface, menghubungkan human actor (manusia) dengan sistem.

Dalam merancang user interface dibutuhkan feedback dari user. Terdapat

empat User Interface Pattern, yaitu : menu selection (diekspresikan sebagai

daftar pilihan pada user interface), form filling (pola klasik untuk entri data),

command language ( dibutuhkan daya ingat user untuk mengoperasikan

sistem ), dan direct manipulation ( memungkinkan manipulasi langsung

dengan representasi objects ) ( Mathiassen et al, 2000, p154-p155 ).

2. System Interface, menghubungkan system actor ( sistem lain ) dengan sistem

yang sedang di-develop. Sistem lain bisa berupa : external device ( misal :

Page 45: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

51

sensor, switch, dll ) dan sistem komputer yang kompleks sehingga

dibutuhkan suatu protokol komunikasi. Biasanya interface ini tidak dipakai

untuk sistem administratif tetapi lebih sering untuk monitoring and

controlling system ( Mathiassen et al, 2000, p163-p164 )

2.5.3.5 Architectural Design

Pada tahap ini, akan dilakukan penstrukturan sistem berdasarkan bagian –

bagiannya dan pemenuhan beberapa criteria desain. Tahap ini juga merupakan

suatu framework bagi aktivitas pengembangan selanjutnya. Aktivitas

architectural design bertujuan untuk menstrukturkan suatu sistem yang

terkomputerisasi. Hasil yang diperoleh berupa struktur dari komponen –

komponen dan proses – proses sistem. Tahap Architectural Design memiliki tiga

sub aktivitas yaitu ( Mathiassen et al, 2000, p173 ) :

Gambar 2.23 Aktivitas dalam Architectural DesignSumber : Mathiassen et al (2000, p176)

Page 46: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

52

1. Criteria

Criteria adalah suatu prioritas dan arsitektur ( Mathiassen et al, 2000,

p176 ). Tujuan aktivitas criteria adalah untuk menentukan prioritas desain. Hasil

yang diperoleh dari tahap ini adalah kumpulan criteria untuk desain yang telah

diprioritaskan.

Tabel 2.1 Beberapa Criteria dalam PerancanganCRITERIA PENGUKURAN DARI

Usable Kemampuan adapatasi sistem terhadap konteks organisasi, hubungan kerja dan teknikal

Secure Suatu pencegahan melawan akses yang tidak terotorisasi terhadap fasilitas-fasilitas yang ada

Efficient Penggunaan yang ekonomis terhadap fasilitas technical platform

Correct Pemenuhan terhadap persyaratan-persyaratan

Reliable Pemenuhan terhadap persyaratan-persyaratan

Maintanable Besarnya usaha untuk melokasikan dan memperbaiki kecacatan sistem

Testable Besarnya usaha untuk memastikan bahwa sistem menampilkan fungsi-fungsi yang telah ditentukan

Flexible Besarnya usaha untuk memodifikasi sistem

Comprehensible Usaha yang dibutuhkan untuk mendapatkan pengertian yang masuk akal terhadap sistem

Reusable Potensi penggunaan bagian-bagian sistem dalam sistem lain yang terhubung

Portable Besarnya usaha untuk memindahkan sistem ke technical platform

Interoperable Besarnya usaha untuk menggabungkan suatu sistem ke sistem lain

Sumber : Mathiassen et al (2000, p178)

Page 47: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

53

2. Components

Components Architecture adalah sebuah struktur sistem yang terdiri dari

komponen – komponen yang saling terhubung. Component adalah kumpulan dari

bagian – bagian program yang membentuk system dan memiliki tanggung jawab

yang telah terdefinisikan dengan jelas ( Mathiassen et al, 2000, p190 ).

Menurut Mathiassen et al ( 2000, pp193-198), terdapat beberapa pola umum

yang dapat digunakan untuk mendesain suatu component architecture yaitu :

The Layered Architecture Pattern

Arsitektur ini terdiri dari beberapa component yang didesain sebagai

layers. Desain dari setiap component menggambarkan tanggung jawabnya

masing-masing serta interface bagian atas maupun bagian bawah. Interface

bagian atas akan menggambarkan operasi yang tersedia untuk layer

dibawahnya.

The Generic Architecture Pattern

Model komponen mengandung model dari sistem object, yang dapat

berupa layer yang paling bawah, kemudian diikuti dengan layer sistem

function, dan yang paling atas merupakan component interface. Layer

interface dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu user interface dan system

interface.

Page 48: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

54

Gambar 2.24 The Generic Architecture PatternSumber : Mathiassen et al (2000, p196)

The Client Server Architecture Pattern

Komponen dari arsitektur sebuah server dan beberapa clients. Server

memiliki kumpulan operasi yang tersedia bagi client. Server bertanggung

jawab untuk menyediakan hal-hal yang umum bagi client-nya, seperti

database atau sumber daya lain yang bisa digunakan bersama. Server

menyediakan operasinya bagi client melalui suatu jaringan. Client

bertanggung jawab untuk menyediakan interface lokal bagi para user

(Mathiassen et al, 2000, p197).

Gambar 2.25 The Client-Server Architecture PatternSumber : Mathiassen et al (2000, p197)

Page 49: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

55

3. Process

Tahap ini menentukan bagaimana suatu proses system didistribusi dan

dikoordinasikan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendefinisikan struktur

fisikal dari suatu sistem. Hasil yang akan diperoleh berupa sebuah deployment

diagram. Processor adalah suatu bagian peralatan yang dapat mengeksekusi

sebuah program ( Mathiassen et al, 2000, pp211-212 ).

2.5.3.6 Component Design

Tujuannya adalah untuk menentukan implementasi dari kebutuhan di

dalam kerangka arsitektur. Yang menjadi titik awal dari tahap ini adalah

architectural specification dan system requirement yang akan menghasilkan

connected component specification. Menurut Mathiassen et al ( 2000, p232 ),

terdapat dua subaktivitas dalam component design, yaitu :

Gambar 2.26 Subaktivitas dalam Component DesignSumber : Mathiassen et al (2000, p232)

Page 50: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

56

1. Design of Components

Merupakan tahapan untuk merancang komponen sistem, yaitu :

Model Component

Model component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan

model problem domain ( Mathiassen et al, 2000, p236 ). Tujuan dari

model component design adalah untuk menggambarkan model dari

problem domain. Model tersebut merupakan hasil dari kegiatan ini yang

digambarkan oleh class diagram yang telah direvisi dari hasil kegiatan

analisis

Function Component

Function component adalah bagian sistem yang mengimplementasikan

kebutuhan fungsional ( Mathiassen et al, 2000, p252 ). Tujuannya adalah

agar user interface dan komponen – komponen sistem lainnya dapat

mengakses model. Sedangkan tujuan dari function component design

adalah menentukan implementasi functions. Hasil dari kegiatan ini adalah

class diagram dengan operations dan spesifikasi dari operations

kompleks.

2. Connecting Components

Tujuan dari aktivitas ini adalah menghubungkan komponen – komponen

sistem yang akan menghasilkan class diagram dari komponen – komponen

tersebut. Jadi pada aktivitas ini, hubungan antara komponen – komponen

dirancang untuk mendapatkan desain yang fleksibel dan comprehensible.

Untuk itu dibutuhkan evaluasi dari coupling dan cohesion.

Page 51: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

57

Coupling adalah ukuran tentang seberapa dekat dua classes dan components

dihubungkan (Mathiassen et al, 2000, p272). Cohesion adalah ukuran tentang

seberapa baik sebuah class atau component terikat bersama (Mathiassen et al,

2000, p273 ). Prinsipnya adalah : ”highly cohesive classes dan loosely

coupled components ”.

2.5.3.7 Diagram Dalam Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek

Menurut Mathiassen ( 2000, p334 ), ada delapan diagram yang digunakan

untuk menggambarkan empat tahap atau aktifitas utama dalam analisis dan

perancangan berorientasi objek adalah sebagai berikut :

1. Rich picture menggambarkan sebuah pandangan menyeluruh dari people,

object, process, sructure, dan problem domain, system problem dan

application domain.

2. Class diagram menggambarkan kumpulan dari class dan hubungan struktural

yang saling timbal balik.

3. Statechart diagram menggambarkan behavioral yang digunakan pada semua

object dalam sebuah class khusus dan diuraikan oleh state dan transisi

lainnya.

4. Use case diagram, menggambarkan hubungan antara actor dengan use case.

Setiap use case menunjukkan beberapa sequence yang memungkinkan dalam

interaksi diantara actor dan system.

5. Sequence diagram memperlihatkan interaksi diantara object yang diatur

dalam rangkaian waktu.

Page 52: Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2008-1-00232-MNSI-Bab 2.pdf · koordinasi dan pengendalian di dalam sebuah organisasi. ... prosedur),

58

6. Navigation diagram adalah sebuah statechart diagram khusus yang

memfokuskan pada keseluruhan user interface yang dinamis. Navigation

diagram menggambarkan semua windows user interface dan hubungan

dinamisnya.

7. Deployment diagram menguraikan sebuah konfigurasi sistem dalam bentuk

processor dan object yang dihubungkan ke processor. Deployment diagram

menggambarkan komponen sistem program, external device, dan hubungan

struktural timbal balik.

8. Window diagram adalah sebuah konstruksi dari sebuah window tunggal dan

deskripsi dari kegunaannya.