12
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sebuah pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja dan manusia pada umumnya (baik jasmani maupun rohani), hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Sedangkan kalau ditinjau dari bidang keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengentahuan dan penerapannya dalam upaya untuk mencegah kecelakaan, peledakan, kebakaran, pencemaran, penyakit, dan sebagainya. (Darmastuti, 2010). 1. Keselamatan (Safety) Keselamatan dalam bekerja merupakan sebagai bentuk upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja, menjaga keselamatan orang lain, melindungi peralatan, tempat bekerja, bahan produksi, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam keselamatan (safety). a. Mengendalikan kerugian dari adanya kecelakaan. b. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan resiko yang tidak diinginkan. 2. Kesehatan (health) Kesehatan dapat diartikan sebagai tingkat keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of physiological and psychologicalwell being of the individual). Secara umum pengertian dari kesehatan adalah upaya - upaya yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi - tingginya dengan cara mencegah dan memberantas penyakit yang dialami oleh pekerja, mencegah kelelahan kerja, serta menciptakan lingkungan kerja yang bersih dan sehat. Tujuan K3 adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan dengan memelihara dan melindungi

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerjaeprints.umm.ac.id/57284/3/BAB II.pdf · 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerjaeprints.umm.ac.id/57284/3/BAB II.pdf · 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan sebuah pemikiran dan

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja dan manusia pada

umumnya (baik jasmani maupun rohani), hasil karya dan budaya menuju

masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Sedangkan kalau ditinjau dari bidang

keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu

pengentahuan dan penerapannya dalam upaya untuk mencegah kecelakaan,

peledakan, kebakaran, pencemaran, penyakit, dan sebagainya. (Darmastuti, 2010).

1. Keselamatan (Safety)

Keselamatan dalam bekerja merupakan sebagai bentuk upaya yang ditujukan

untuk melindungi pekerja, menjaga keselamatan orang lain, melindungi

peralatan, tempat bekerja, bahan produksi, menjaga kelestarian lingkungan

hidup dan melancarkan proses produksi.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam keselamatan (safety).

a. Mengendalikan kerugian dari adanya kecelakaan.

b. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan resiko

yang tidak diinginkan.

2. Kesehatan (health)

Kesehatan dapat diartikan sebagai tingkat keadaan fisik dan psikologi

individu (the degree of physiological and psychologicalwell being of the

individual). Secara umum pengertian dari kesehatan adalah upaya - upaya

yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi - tingginya

dengan cara mencegah dan memberantas penyakit yang dialami oleh pekerja,

mencegah kelelahan kerja, serta menciptakan lingkungan kerja yang bersih

dan sehat.

Tujuan K3 adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat

dan bebas dari pencemaran lingkungan dengan memelihara dan melindungi

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerjaeprints.umm.ac.id/57284/3/BAB II.pdf · 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan

5

kesehatan, keamanan dan keselamatan tenaga kerja sehingga dapat mencegah atau

meminimalisir terjadinya kecelakaan dan penyakit saat bekerja, dan pada akhirnya

dapat meningkatkan sistem efisiensi dan produktivitas kerja.

2.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sudah diatur di

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, yaitu Permenaker

No.05/MEN/1996, yang dinyatakan bahwa : Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan bagian dari sistem manajemen secara

keseluruhan, yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,

pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian risiko yang yang terjadi

seminimal mungkin berkaitan dengan kegiatan kerja untuk terciptanya tempat kerja

yang aman, sehat efisien dan produktif (Kurnia, 2005)

Tujuan dari Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu :

1. Sebagai pengukur kinerja K3 dalam organisasi.

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja digunakan dalam menilai

dan mengukur kinerja penerapan program K3 dalam organisasi. Dengan

membandingkan pencapaian K3 organisasi dengan persyaratan tersebut,

dapat diketahui seberapa besar tingkat pencapaian yang telah didapatkan.

Pengukuran ini dilakukan melalui audit sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja dengan berlakunya Permenaker No.05 Tahun 1996 tentang

audit SMK3, maka dapat diketahui berapa tingkat kinerja K3 ditempat

perusahaan.

2. Sebagai pedoman untuk implementasi K3 dalam organisasi.

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dapat digunakan sebagai

acuan dalam untuk mengembangkan sistem manajemen K3. Beberapa sistem

manajemen dapat dipakai sebagai acuan antara lain: SMK3 dari Depnaker,

ILO OHSMS Guidelines, API HSEMS Guidelines, Oil and Gas Producer

Forum (OGP) HSEMS Guidelines, dan lain sebagainya.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerjaeprints.umm.ac.id/57284/3/BAB II.pdf · 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan

6

3. Sebagai untuk memperoleh penghargaan.

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dapat digunakan sebagai

dasar pemberian penghargaan K3 atas pencapaian prestasi / kinerja dalam

penerapan program K3. Penghargaan dapat dilakukan oleh instansi

pemerintah, maupun dari lembaga - lembaga seperti telah disebutkan

sebelumnya, pemberian penghargaan SMK3 diberikan oleh Depnaker.

4. Sebagai untuk memperoleh sertifikasi.

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dapat digunakan

perusahaan untuk memperoleh sertifikasi SMK3 pada waktu tertentu.

Sertifikat diberikan oleh lembaga auditor, yang telah diakreditasi oleh Badan

Standar Nasional (BSN).

Dari berbagai sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang sudah ada

dan dikembangkan, maka diperlukan sebuah badan yang bertugas untuk melakukan

standarisasi yang diakui secara global. Terkait dengan hal tersebut dikembangkan

sistem penilaian kinerja K3 yaitu OHSAS 18000 (Ocupational Health and Safety

AssessmentSeries). Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja global

terdiri dari OHSAS 18001 sebagai persyaratan SMK3 dan OHSAS 18002 sebagai

pedoman pengembangan dan penerapannya. SMK3 global ini dikembangkan tahun

1999 dan disempurnakan tahun 2007(Darmastuti, 2010).

2.3 Kecelakaan Kerja

Menurut (Dauly, 2010) kecelakaan kerja merupakan hasil dari tindakan dan

kondisi tidak aman, dan kedua hal tersebut kemudian akan tergantung pada seluruh

macam faktor. Gabungan dari berbagai faktor inilah dalam kaitan urutan tertentu

akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Setiap perubahan pada urutan - urutan,

ataupun menghilangkan salah satu faktor dalam rangkaian kecelakaan, biasanya

akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja terjadi tanpa disangka - sangka dalam waktu yang sangat

cepat. Dalam setiap kejadian terdapat empat faktor bergerak dalam satu kesatuan

berantai yakni faktor lingkungan, faktor bahaya, faktor peralatan dan perlengkapan

serta faktor manusia.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerjaeprints.umm.ac.id/57284/3/BAB II.pdf · 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan

7

Gambar 2.1 Hubungan antara kecelakaan kerja dengan beberapa faktor.

Sumber: (Dauly, 2010)

Gambar 2.1 menunjukan hubugan kecelakaan kerja dengan berbagai faktor, yaitu :

faktor manusia, lingkungan, peralatan dan bahaya. Faktor - faktor tersebut adalah

penyebab terjadinya kecelakaan kerja.

2.3.1 Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut (Maurits & Widodo, 2008), menyebutkan bahwa sebab - sebab

kecelakaan dapat dikelompokan menjadi 2 sebab utama, yaitu : sebab - sebab teknis

dan sebab sebab manusia.

Sebab - sebab teknis menyangkut pada masalah keburukan pabrik, peralatan

yang digunakan, mesin-mesin, bahan-bahan dan buruknya lingkungan

ditempat kerja. Untuk mengurangi perlu dilakukan perbaikan teknis.

Sebab-sebab manusia disebabkan oleh deficiencies para individu seperti sikap

yang ceroboh, kurang hati-hati, tidak menjalankan tugasnya dengan baik,

mengantuk, pecandu alkohol atau obat bius, dan lain sebagainya. Para ahli

mensinyalir 4 dari 5 kecelakaan, penyebabnya merupakan manusia.

Oleh karena itu program keselamatan kerja harus lebih banyak memfokuskan

kepada aspek manusianya. Di antara sebab-sebab teknis antara lain adalah:

penerangan yang kurang, mesin-mesin yang kurang terpelihara, dan suara bising

yang berlebih lebihan. Karyawan yang sering mengalami kecelakaan di waktu

bekerja disebut sebagai accident prone individuals.

Bahaya

KECELAKAAN

Lingkungan

Peralatan Manusia

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerjaeprints.umm.ac.id/57284/3/BAB II.pdf · 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan

8

2.4 Bahaya

Bahaya adalah situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan

kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainya. Karena

hadirnya bahaya maka diperlukan upaya pengendalian agar bahaya tersebut tidak

menimbulkan kecelakaan yang merugikan.(Andriani, 2010)

2.4.1 Potensi Bahaya

Potensi bahaya (Hazard) merupakan sebuah kondisi atau keadaan pada

suatu, proses, alat mesin, bahan atau cara kerja yang secara intrisik atau alamiah

yang dapat menyebabkan luka, cidera bahkan kematian pada manusia serta

menimbulkan kerusakan pada alat dan lingkungan kerja. (Susihono & Rini, 2013)

2.4.2 Jenis – jenis Bahaya

Menurut (Sucita & Broto, 2014) kecelakaan krja dapat kita hindari jika kita

tidak dapat mengenal bahaya dengan baik dan seksama. Berikut merupakan jenis –

jenis bahaya antara lain :

1. Bahaya Mekanis

Bahaya mekanis berasal dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan

gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan

penggerak. Contoh : mesin gerinda, bubut, potong, press, tempat, pengaduk,

mesin pengecek ban, dan alat berat

2. Bahaya listrik

Sumber bahaya dari energi listrik, energi listrik dapat mengakibatkan macam-

macam bahaya.Contoh : sengatan listrik, kebakaran, dan hubungan arus

pendek. Dilingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari

jaringan listrik maupun maupun peralatan kerja atau mesin yang

menggunakan enerrgi listrik.

3. Bahaya Kimiawi

Bahan zat kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan

kandunganya.Banyak kecelakaan kerja terjadi akibat zat kimia.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerjaeprints.umm.ac.id/57284/3/BAB II.pdf · 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan

9

4. Bahya Fisik

Bahaya yang berasal dari faktor fisik, antara lain : karena getaran, tekanan,

gas, kebisingan, suhu panas atau dingin, cahaya penerangan, radiasi dari

bahan radioaktif.

2.5 Risiko

Risiko berasal dari bahasa Arab yang berarti hadiah yang tidak diharap -

harap datangnya dari surga. Risiko adalah sesuatu yang mengarah ke ketidakpastian

atas terjadinya suatu peristiwa selama jangkah waktu tertentu dimana peristiwa

tersebut menyebabkan suatu kerugian baik itu kerugian kecil yang tidak begitu

berarti maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari

perusahaan. Risiko pada umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti

kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainya. Kerugian tersebut merupakan bentuk

dari ketidakpastian yang seharusnya dipahami dan dikelola secara efektif oleh

organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai tambah dan

mendukung sebagai pencapaian tujuan organisasi (Soputan, Sompie, & Mandagi,

2014).

2.5.1 Sumber – Sumber Risiko

Menurut (Soputan et al., 2014) sumber - sumber penyebabnya, risiko dapat

dibedakan sebagai berikut:

1. Risiko Internal, adalah risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.

2. Risiko Eksternal, adalah risiko yang berasal dari luar perusahaan atau

lingkungan luar perusahaan.

3. Risiko Keuangan, adalalah risiko yang disebabkan oleh faktor - faktor

ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bungah, dan mata

uang.

4. Risiko Operasional, adalah semua risiko yang tidak termasuk resiko

keuangan. Risiko operasional disebabkan oleh faktor - faktor manusia, alam,

dan teknologi.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerjaeprints.umm.ac.id/57284/3/BAB II.pdf · 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan

10

2.5.2 Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko dengan menggunakan pendekatan hirarki pengendalian

(hirarchy of control). Hirarki pengendalian risiko adalah suatu tahapan dalam

pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari

beberapa tingkatan secara berurutan. Hirarki pengendalian risiko (Heinrich &

Tarwaka, 2008) yaitu :

1. Eliminasi (elimination)

Eliminasi merupakam cara dengan menghilangkan suatu bahan atau tahapan

proses yang berbahaya. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek

kerja atau sistem kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang

kehadirannya pada batas yang tidak dapt diterima oleh ketentuan, peraturan

atau standar baku K3 atau kadarnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB)

yang diperkenankan. Eliminasi cara pengendalian risiko yang paling baik,

karena risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditiadakan.

2. Substitusi (substitution)

Subsitusi merupakan pengendalian yang dimaksudkan untuk menggantikan

bahan-bahan dan perlatan yang berbahaya denganbahan-bahan dan perlatan

yang kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparanya selalu

dalam batas yang masih bisa diterima. Misalnya:

a. Mengganti bahan yang bentuk serbuk dengan bentuk pasta.

b. Proses menyapu diganti dengan proses vakum.

c. Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen.

3. Rekayasa teknik (engineering control)

Rekayasa teknik adalah merubah struktur objek kerja untuk mencegah

sesorang terpapar kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin,

penutup ban berjalan, pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton,

pemberian alat bantu mekanik, pemberian absorben suara pada dinding ruang

mesin yang menghasilkan suara kebisingan tinggi.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerjaeprints.umm.ac.id/57284/3/BAB II.pdf · 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan

11

4. Pengendalian Administrasi (administration control)

Pengendalian administrasi adalah pengendalian dengan menyediakan suatu

sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi

bahaya. Metode pengendalian ini sangat tergantung pada perilaku pekerjanya

dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian

administrasi ini. Metode ini meliputi : rekruitmen tenaga kerja baru sesuai

jenis pekerjaan yang akan ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu

istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kebosanan dari kejauhan, penerapan

prosedur kerja, pengaturan kembali jadwal kerja, training keahlian dan

training K3.

5. Alat Pelindung Diri (personal protective equipment)

Alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir yang dapat kita lakukan untuk

mencegah bahaya dengan pekerja. Akan tetapi penggunaan APD bukanlah

pengendalian dari sumber bahaya, alat pelindung diri sebaiknya tidak

digunakan sebagai pengganti dari sarana pengendalian risiko lainya. Alat

pelindung diri ini disarankan hanya digunakan bersamaan dengan

penggunaan alat pengendali lainya, dengan demikian perlindungan keamanan

dan kesehatan akan lebih efektif. Keberhasilan penggunaan APD tergantung

jika peralatan pelindungnya tepat dalam pemilihanya, digunakan secara benar,

dan sesuai dengan situasi dan kondisi bahaya serta senantiasa dipelihara

dengan sebaik mungkin.

2.6 Metode HIRA (Hazard Identification Risk Assessment)

Metode HIRA(Hazard Identification and Risk Assessment) adalah salah

satu metode untuk mengidentifikasi kecelakaan kerja dengan penilaian risiko

sebagai salah satu poin penting untuk mengimplementasikan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Metode HIRA bertujuan untuk

mengidentifikasi potensi – potensi bahaya yang terjadi di suatu perusahaan yang

nantinya akan dinilai besarnya peluang terjadinya suatu kecelakaan atau kerugian.

Identifikasi bahaya dan peniliaian risiko serta pengontrolannya harus dilakukan

diseluruh aktifitas diperusahaan, termasuk aktifitas rutin dan non rutin, baik

pekerjaan tersebut dilakukan oleh karyawan langsung maupun karyawan kontrak,

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerjaeprints.umm.ac.id/57284/3/BAB II.pdf · 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan

12

supplier dan kontaktor, serta aktifitas atau personal yang masuk ketempat kerja.

Cara untuk melakukan identifikasi bahaya dengan mengidentifikasi seluruh

proses/area yang ada dalam segala kegiatan, mengidentifikasi sebanyak mungkin

aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap area/proses yang telah

diidentifikasi sebelumnya dan identifikasi K3 yang dilakukan pada suatu proses

kerja baik pada kondisi normal, abnormal, emergency, dan maintenance (Roehan,

Yuniar, & Desrianty, 2014). Berikut ini adalah tahapan proses menggunakan

metode HIRA :

1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Identifikasi potensi bahaya merupakan untuk mengetahui adanya potensi

atau risiko yang dapat terjadi pada suatu sistem (peralatan, tempat kerja,

prosedur, aturan dll).

Analisa Risiko (Risk Assessment)

Analisa terhadap potensi bahaya (hazard) yang sudah teridentifikasi, pada

tahap identifikasi untuk melihat potensi bahaya apa saja yang memiliki risiko

terbesar. Kemudian melakukan analisa risiko dengan cara menentukan

besarnya kemungkinan / probability dan tingkat keparahan dari akibat /

consequences suatu risiko.

2.7 Metode FTA (Fault Tree Analysis)

Menurut (Pyzdek & Widjaja, 2002), Fault Tree Analysis (FTA) merupakan

suatu model diagram yang terdiri dari beberapa kombinasi kesalahan (fault) secara

pararel dan secara berurutan yang mungkin menyebabkan awal dari failure event

yang sebelumnya sudah ditetapkan.

Untuk secara sederhana FTA dapat diuraikan sebagai suatu teknik analisis

dimana suatu status yang tidak diinginkan menyangkut kesalahan suatu sistem yang

dianalisa dalam konteks operasi dan lingkungannya untuk menemukan semua cara

yang dapat dipercaya dalam peristiwa tidak diinginkan yang dapat terjadi. FTA

bersifat top-down, artinya analisa yang dilakukan dimulai dari kejadian umum

(kerusakan secara umum) selanjutnya penyebabnya (khusus) dapat ditelusuri ke

bawah. Sebuah fault tree mengilustrasikan keadaan dari komponen - komponen

sistem (basic event) dan hubungan antara basic eventsetatop event. Simbol diagram

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerjaeprints.umm.ac.id/57284/3/BAB II.pdf · 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan

13

yang dipakai untuk menyatakan hubungan tersebut disebut gerbang logika (logic

gate). Output dari gerbang logika ditentukan oleh event yang masuk ke gerbang

tersebut.

Berikut merupakan langkah – langkah dalam menggunakan metode Fault Tree

Analysis (FTA) terdapat 4 tahapan, yaitu :

1. Mengidentifikasi Top Level Event (kejadian utama / kejadian paling atas).

2. Manalisa penyebab kegagalan (memeriksa sistem untuk mengerti

bagaimana elemen berhubungan pada satu dengan lainnya dengan kejadian

paling atas)

3. Membuat pohon kegagalan / kesalahan, mulai dari kejadian paling atas dan

bekerja kearah bawah.

4. Menganalisa pohon kesalahan untuk mengidentifikasi cara dalam

menghilangkan / mengurangi kejadian yang mengarah pada kegagalan.

Simbol-simbol dalam FTA dapat dibedakan menjadi dua (Blanchard, 2004), yaitu:

1. Simbol-simbol gerbang (gate).

Simbol gerbang (gate) digunakan untuk menunjukkan hubungan antar

kejadian dalam sistem. Setiap kejadian dalam sistem dapat secara pribadi

atau bersama - sama menyebabkan kejadian lain muncul. Adapun simbol -

simbol hubungan yang gigunakan dalam FTA dapat dilihat pada tabel.2.1

2. Simbol-simbol kejadian (event)

Simbol kejadian (event) digunakan untuk menunjukan sifat dari setiap

kejadian dalam sistem. Simbol-simbol kejadian ini akan lebh memudahkan

untuk mengidentifikasi kejadian yang terjadi. Adapun symbol - simbol

kejadian yang digunakan dalam FTA dapat dilihat pada tabel.2.2

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerjaeprints.umm.ac.id/57284/3/BAB II.pdf · 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan

14

Tabel 2.1 simbol-simbol gerbang FTA

N0. Simbol gate Nama dan keterangan

1

And gate. Output event terjadi jika semua input

event terjadi secara bersamaan

2

Or gate. Output event terjadi jika paling tidak

satu input event terjadi

3

K out of n gate. Output event terjadi jika paling

sedikit k output dari n input event terjadi

4

Inhibit gate. Input menghasilkan output jika

conditional event ada.

5

Not gate. Output event terjadi jika input event

tidak terjadi.

Sumber : (Blanchard, 2004)

Tabel 2.2 simbol-simbol kejadian FTA

No. Simbol gate Nama dan keterangan

1

Elipse

Gambar elipse menunjukan kejadian pada level

paling atas (top level event) dalam pohon

kesalahan

2

Rectangle

Gambar rectangle menunjukan kejadian pada

level menengah (iternediate fault event) dalam

pohon kesalahan

3

Circel

Gambar circle menunjukan kejadian pada level

paling bawah (lowest level failure event) atau

disebut kejadian paling dasar (basic event)

4

Diamond

Gambar diamond menunjukan kejadian yang tidak

terduga (undeveloped event). Kejadian-kejadian

k

n input 1

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerjaeprints.umm.ac.id/57284/3/BAB II.pdf · 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan

15

tidak terduga dapat dilihat pada pohon kesalahan

dan dianggap sebagai kejadian paling awal yang

menyebabkan kerusakan

5

House

Gambar house menunjukan kejadian input (input

event) dan merupakan kegiatan terkendali (signal).

Kegiatan ini dapat menyebabkan kerusakan

Sumber : (Blanchard, 2004)

Tahap selanjutnya setiap fault ini akan saling berhubungan ssecara

horizontal dengan hubungan “and” atau “or”. Jika hubungan yang terjadi antara

dua kejadian adalah “and”jadi kejadian diatasnya baru dapat terjadi jika kedua

kejadian dibawah terjadi, namun jika penghubungnya adalah “or” maka kejadian

diatasnya dapat terjadi jika salah satu kejadian dibawahnya terjadi. Contoh

penggambaran fauult tree seperti yang dicantumkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2Fault tree

Sumber : (Stamatelatos et al., 2002)