Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini mempunyai banyak arti
dari berbagai tokoh para ahli yang mendefinikannya. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) ini dapat didefinisian sebagai bentuk implementasi
atau sebuah tindakan kerja dengan tujuan untuk menyelesaikan
permasalahan dalam kecelakaan kerja baik secara teori maupun kejadian
langsung di suatu tempat kerja. Penerapan tersebut sangat penting agar
dapat terlaksananya kegiatan program (K3) baik dari pekerja ataupun dari
peralatan dan mesin lainnya agar terhindar dari kecelakaan kerja yang tidak
diinginkan, sehingga dapat menjamin pekerja tidak terkena dampaknya
ataupun dari perusahaan dan pekerjaan dapat terlaksana dengan sempurna
(Setiono, 2017).
2.1.2 Tujuan ,Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada program penerapan (K3) ini juga memilik tujuan berdasarkan
pokok permasalahan yang ada di sebuah tempat kerja ataupun pada dunia
industri lainnya. Menurut Setiono, (K3) ini memiliki beberapa penerapan
tujuan diantaranya sebagai berikut :
1) Meninggikan derajat pekerja terkait program (K3) mereka agar dapat
menjamin dalam kesejahteraan hidup para pekerja seperti : buruh,
petani ,pegawai negeri, dan pekerja lainnya.
2) Sebagai tempat untuk meninggikan atau menambahkan dengan melihat
produktivitas kerja tiap manusia yang memiliki faktor tertentu selama
kegiatan proses produksi berlangsung.
3) Dapat terlindunginya keselamatan bagi pekerja di suatu tempat kerja
dan mejamin kesejahteraan pekerja agar terhindar dari kejadian
kecelakaan kerja yang tidak diinginkan.
6
2.1.3 Faktor – Faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Banyak berbagai macam faktor yang memiliki dampak pengaruh
besar atas terlaksanakannya proses produksi dengan maksimal, berikut
diantaranya faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja (Setiono,
2017) :
a. Lingkungan Kerja Fisik
Pada faktor ini banyak kecelakaan kerja yang terjadi akibat mulai dari
faktor: penempatan suatu benda pada area kerja tertentu yang sering
lalai tidak adanya pemasangan rambu terkait bahaya yang ditimbulkan
pada area tempat kerja tersebut khususnya area yang memang jauh dari
pemikiran, pemberian alat safety bagi pekerja yang khususnya memang
pekerja tersebut bekerja pada area proses produksi yang berhubungan
langsung dengan alat berat yang memiliki tingkat resiko mengalami
cidera yang tinggi.
b. Lingkungan Sosial Psikologis
Pada faktor ini ada beberapa faktor juga diantaranya: pemberian
jaminan asuransi bagi pekerja yang terkena kecelakan kerja agar segera
mungkin cepat ditangani tanpa adanya keresahan dari pihak yang
bersangkutan, memperlakukan adil terhadap semua pekerja tanpa
membedakan status pekerja tersebut, memberikan tunjangan pensiun
kepada pekerja agar pekerja di saat masa mendatang dapat dengan
nyaman saat sudah tidak bekerja pada tempat kerja tersebut dan dapat
dijadikan modal berusaha untuk memenuhi kehidupannya.
2.2 Human Error
Human Error adalah kesalahan seseorang dalam mengambilan sebuah
keputusan kerja dari sikap seseorang tersebut dalam mengambil keputusan
kerja yang dapat berpengaruh terhadap produktivitas kinerja seseorang tersebut
(Setiono, 2017). Beberapa hal yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya
kecelakaan kerja akibat kesalahan human error diantaranya: faktor dari
individu itu sendiri dan faktor dari lingkungan kerja secara situasional.
7
Untuk kejadian akibat human error ini dapat digolongkan menjadi
beberapa klasifikasi serta memberikan penjelasan kecelakaan kerja tersebut
digolongkan kedalam klasifikasi mana dan dapat memberikan solusi terbaik
dari kejadian yang ditimbulkan diantaranya (Dhillon, 2007) :
a. Kesalahan yang diakibatkan dari tiap individu yang lalai dalam melakukan
suatu pekerjaan.
b. Kesalahan yang diakibatkan karena pada saat melakukan pekerjaan tidak
sesuai dengan standar kriteria yang ditetapkan.
c. Kesalahan yang diakibatkan dalam pemberian urutan dalam rancangan
sistem kerja yang tidak terlaksana sesuai dengan urutan tersebut.
d. Kesalahan yang diakibatkan gagalnya seorang pekerja dalam melakukan
pekerjaanna pada kondisi tertentu.
Terjadinya kecelakaan kerja dijelaskan dalam beberapa teori, teori
tersebut sebagai berikut:
a. The Domino Theory of Accident Causation
Teori ini dikembangkan oleh pencetus mengenai pencegahan K3, Heinrich
pada tahun 1920-an menyimpulkan bahwa 88% kecelakaan kerja dikarenakan
unsafe acts yang dikarenakan pekerja, 10% dikarenakan insafe conditions dan
2% dikarenakan faktor yang tak dapat dihindarkan.
Gambar 2.1 Penyebab Kecelakaan Kerja
8
2.3 Hazard
2.3.1 Pengertian Hazard
Potensi bahaya kerja terjadi banyak faktor yang mempengaruhi dan
dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja tersebut. Sumber
penyebabnya banyak diakibatkan dari faktor mulai dari kesalahan manusia
sendiri dan faktor lainnya seperti: pada situasi kondisi pekerja, pengalaman
yang didapat pekerja, faktor evaluasi dan monitoring dari pihak operator dan
beberapa penyebab lainnya yang dapat membuat cidera pekerja kemudian
mengganggu terhadap jalannya proses produksi akibat dari kesalahan
tersebut yang berdampak terhadap diri sendiri ataupun kepada perusahaan
yang memiliki peluang ataupun memiliki efek negatif kepada perusahaan
dan nantinya dapat memberikan ancaman bagi keselamatan kerja bagi para
pekerja lainnya (Setiono, 2017).
2.3.2 Jenis-jenis Hazard
Berikut pemaparan terkait dengan beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja di suatu tempat kerja diantaranya
:
1) Faktor penyebab dari bahan-bahan beracun seperti bahan kimia misal:
gas beracun, uap dari limbah pembuangan dari udara pabrik, smog, dll.
2) Faktor penyebab dari lingkungan kerja secara fisik misal: pencahayaan
yang kurang terang, faktor kebisingan yang dapat mempengaruhi
kinerja pada pekerja, lantai licin pada area tempat kerja, gelombang
ultra violet, dll.
3) Faktor penyebab dari lingkungan biologis misal: dari beberapa kuman
yang dapat masuk kedalam organ tubuh pekerja seperti bakteri ataupun
virus lainnya.
4) Faktor penyebab dari kinerja peralatan di suatu tempat kerja yang sudah
tidak berfungsi atau tidak layak pakai dan menimbulkan terjadinya
kecelakaan kerja akibat kurang adanya perbaikan atau inspeksi rutin,
9
ataupun ukuran antropometri yang kurang baik terhadap kondisi tubuh
karena kurang nyamannya saat bekerja dipaksa yang dapat
menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diinginkan.
5) Faktor penyebab dari kondisi jiwa seseorang atau mental pada pekerja
yang sering down atau tidak biasa ketika berinteraksi dengan mesin, alat
berat, ataupun interaksi dari atasan lain yang dapat tidak sependapat
akhirnya menyebabkan ketegangan jiwa karena mental yang turun atau
lemah.
2.4 Technique for Human Error Rate Prediction (THERP)
2.4.1 Pengertian THERP
Metode THERP adalah metode dimana berfungsi untuk menganalisis
sebuah kecelakaan kerja yang terjadi kemudian dilakukan kajian identifikasi
sampai dengan proses evaluasi pada permasalahan yang terjadi (Villemeur
,1992). THERP melibatkan task analysis untuk memberikan gambaran
karakteristik kinerja manusia untuk dianalisis. Hasilnya disajikan dalam
bentuk grafis dalam HRA event tree, yang merupakan representasi formal
urut-urutan kegiatan.
Metode THERP dapat menetapkan pemisah antara objective dan
subjective error. Output dari metode tersebut adalah nilai HEP (Human Error
Probability) pada masing-masing tahapan pekerjaan dan akan diberikan
rekomendasi yang sesuai untuk task yang memiliki nilai HEP tertinggi. Oleh
karena itu dengan adanya analisis human error tersebut maka tingkat
kecelakaan pekerja agar dapat dikurangi.
2.4.2 Langkah-langkah Metode THERP
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pengerjaan dengan
metode ini adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan HTA (Hierarchial Task Analysis)
Hierarchial Task Analysis sk (HTA) menjelaskan hubungan
antara task dan sub task berisi catatan persyaratan sisten dan urutannya
yang ditampilkan dalam bentuk tabular atau pictorially. Jika
10
ditampilkan dalam bentuk pictorially, HTA menyerupai sebuah pohon
dengan cabang-cabang sub. Sedangkan task analysis adalah cara
untuk mengidentifikasi, membuat daftar, dan menguraikan setiap task
menjadi langkah dan sub task yang mendeskripsikan aktivitas
manusia yang dibutuhkan dalam hal tindakan melalui berbagai teknik
untuk memahami apa yang manusia wajib lakukan guna mencapai
tujuan dari sistem.
Manfaat penggunaan HTA yaitu mempertimbangkan setiap
langkah task, dapat memahami proses alur suatu sistem dengan cara
dimana langkah-langkah task dapat berkaitan satu sama lain, dapat
memahami urutan suatu sistem yang dilakukan, dan dapat memahami
jika sekelompok terkait langkah-langkah task yang mengalami
kegagalan nantinya akan diberikan perbaikan.
b. Menentukan HEP (Human Error Probability)
Untuk HEP dilakukan pada masing-masing tahapan pekerjaan
yang akan diamati, dan nantinya akan diberikan rekomendasi yang
sesuai untuk task yang memiliki nilai HEP tertinggi atau task yang
memiliki nilai mendekati 1. Untuk nilai HEP dapat ditentukan dari
perhitungan probabilitas jumlah kecelakaan kerja yang terjadi.
c. Penyusunan HRA (Human Reliability Analysis) Event Tree
Human Reliability Analysis (HRA) adalah metode untuk
penilaian kualitatif atau kuantitatif dari probabilitas (frekuensi) dan
efek dari tindakan manusia yang tidak aman. Dalam THERP, tugas
manusia dimodelkan menggunakan pohon peristiwa biner atau biasa
disebut dengan HRA Event Tree yang dapat dilihat pada gambar
dibawah.
11
Gambar 2.2 Contoh Pohon Peristiwa THERP
Output dari metode tersebut adalah nilai HEP (Human Error
Probability) pada masing-masing tahapan pekerjaan dan akan
diberikan rekomendasi yang sesuai untuk task yang memiliki nilai
HEP tertinggi seperti contoh gambar 2.3 nilai HEP tertinggi terletak
di paling atas (a). Oleh karena itu dengan adanya analisis human error
tersebut maka tingkat kecelakaan kerja di perusahaan akan berkurang.
Jadi penyusunan HRA Event Tree ini adalah untuk mengetahui task
yang memiliki nilai HEP tertinggi pada masing-masing variabel.
d. Memberikan rekomendasi perbaikan
Memberikan rekomendasi perbaikan pada masing-masing
tahapan pekerjaan dan akan diberikan rekomendasi yang sesuai untuk
task yang memiliki nilai HEP tertinggi.
2.5 Resiko
2.5.1 Pengertian Resiko
Setiap melakukan suatu pekerjaan pastinya memiliki penyebab resiko
yang ditimbulkan atas terjadinya suatu permasalahan. Resiko sendiri
memiliki pengertian kemungkinan terjadinya suatu permasalahan ataupun
sumber dari bahaya yang ditimbulkan akibat dari beberapa faktor pada
lingkungan kerja sekitar yang berdampak dapat timbulnya suatu kecelakaan
kerja dengan tingkat keparahan beragam yang menyangkut aspek beragam
12
mulai dari aspek lingkungan kerja sekitar, dari faktor manusia yang bekerja
pada ruang lingkup tersebut, dan faktor lainnya (Setiono, 2017).
2.5.2 Jenis Resiko
Untuk resiko yang ditimbulkan ini juga memiliki beberapa jenis yang
harus diperhatikan agar dapat terlaksananya program (K3) diantaranya:
1) Resiko dengan tingkat keparahan resiko tersebut sudah diketahui
penyebabnya yaitu: pada resiko ini telah diberikan instruksi sebelumnya
dan sudah dilakukannya evaluasi kerja terhadap tiap kerjanya dan sumber
kerja yang kurang valid seperti: tidak pastinya tanggal pelaksanaan yang
kurang valid, syarat serta arsip dokumentasi lainnya yang kurang.
2) Resiko dengan tingkat yang dapat diramalkan terkait dengan pihak yang
berkaitan tentang adanya pergantian staff yang kurang sesuai dengan
harapan dari perusahaan, antara pihak dari perusahaan dengan konsumen
melakukan komunikasi yang kurang baik
3) Resiko dengan tingkat keparahan resiko ini tidak dapat diketahui
penyebabnya dan sulit dilakukannya identifikasi evaluasi pada proses
sebelumnya.
2.5.3 Manajemen Resiko dan Tahapan Manajemen Resiko
Manajemen resiko adalah tahapan dimana pada pihak tertentu
berusaha melakukan upaya dalam mencegah agar terjadinya kecelakaan kerja
pada suatu tempat kerja dapat dikurangi agar tidak membawa dampak negatif
pada perusahaan dan konsumen dapat terpenuhi semua kebutuhan akan
kebutuhan dalam pembangunan infrastruktur yang mereka butuhkan
(Setiono, 2017). Pada proses manajemen resiko ini juga memiliki beberapa
tahapan diantaranya :
1) Melakukan identifikasi terkait dengan potensi bahaya resiko apa saja
yang nantinya timbul dan dapat menyebabkan terjadinya potensi terjadi
kecelakaan kerja.
13
2) Melakukan penempatan dari penggunaan skala bahaya yang nantinya
diterapkan pada tiap bahaya kerja agar tiap terjadi kecelakaan kerja dapat
segera diatasi dengan ukuran skala kecelakaan tersebut tergolong
kecelakaan ringan atau berat agar dapat segera mungkin diatasi untuk tiap
kejadiannya sesuai dengan skalanya.
2.6 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian peristiwa yang dapat
disebabkan dari berbagai faktor tindakan yang dilakukan oleh seseorang dari
kejadian yang kurang berhati-hatinya dalam melakukan kerja sampai dengan
melanggar sebuah aturan kerja yang tertera pada perusahaan. Banyak
peristiwa kerja juga diakibatkan oleh peristiwa yang tidak sesuai harapan dan
dapat menyebabkan pada suatu tempat kerja atau perusahaan mengalami
kerugian akibat timbulnya peristiwa tersebut (Setiono, 2017).
2.6.1 Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Banyak kerugian yang ditimbulkan akibat dari kecelakaan kerja yang
terjadi (Setiono, 2017) :
a. Sistem yang mengalami kerusakan.
b. Pada suatu organisasi tertentu mengalami masalah.
c. Akibat terjadinya kecelakaan kerja banyak pekerja yang sering
mengeluh.
d. Mengalami kecacatan atau gangguan pada organ tubuh setelah terjadi
kecelakan kerja.
e. Mengalami kematian.
Dari hal-hal tersebut banyak kejadian kasus yang telah dialami oleh
beberapa orang dengan berbagai macam penyebab mulai dari: peralatan,
aturan perusahaan yang sering dilanggar dan berbagai macam bentuk lainnya.
14
2.7 APD (Alat Pelindung Diri)
2.7.1 Pengertian APD
Alat pelindung diri adalah dimana alat safety tubuh yang digunakan
untuk melindungi organ tubuh seseorang dalam melakukan sebuah aktifitas
kerja yang dapat memberikan keamanan organ tubuh seseorang agar
terhindar dari benturan mesin ataupun terhindar dari kecelakaan kerja yang
tidak terduga lainnya dan penggunannya agar sesuai dengan atau pedoman
yang sudah tertera agar terjalannya proses produksi dengan aman dan
selamat (Setiono, 2017).
2.7.2 Jenis-Jenis APD
Alat pelindung diri ini memiliki bermacam-macam jenis kegunaan
untuk safety pada tiap organ tubuh diantaranya :
1) Safety pelindung mata
Berfungsi melindungi bagian mata saat berinteraksi dengan proses
produksi pada tiap mesin agar terhindar dari debu ataupun kabut lainnya
agar saat bekerja dapat dengan jelas melihat tiap prosesnya.
2) Safety pelindung kaki
Berfungsi melindungi bagian kaki berupa alas kaki sepatu safety
sehingga pada saat melakukan aktifitas pekerjaan kaki tersebut aman
dari bahaya tertimpa benda atau material berat.
3) Safety pelindung tangan
Berfungsi melindungi bagian alas tangan berupa sarung tangan safety
agar ketika melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan permukaan
benda tajam dapat terhindar dari kecelakaan kerja.
4) Safety pelindung kepala
Berfungsi melindungi bagian organ tubuh atas terutama kepala agar
terhindar dari benturan atau reruntuhan sisa material yang jatuh dari
atas mesin.
15
5) Safety pelindung telinga
Berfungsi melindungi bagian telinga pada saat berinteraksi dengan alat
berat yang memiliki tingkat kebisingan tinggi agar telinga terhindar dari
bahaya.
6) Safety pelindung diri lainnya
Dan masih banyak safety pelindung lainnya diantaranya: adanya
pemasangan pagar pembatas area, pemasangan rambu pada tiap titik
yang sering rawan terjadi kecelakaan kerja.
16
Tabel 2.1 SOTA Metode THERP
No. Penulis Judul Tahun Masalah Variabel/Metode Hasil
1
Chitia Danita Sani,
Lukman Handoko, Vivin Setiani
Analisis Human Error
pada Pekerjaan Gerinda Menggunakan Metode
THERP (Technique for
Human Error Rate
Prediction)
2016 Departemen Workshop
memiliki peranan penting dalam maintenance mesin
produksi sehingga sedikit saja
kesalahan yang dilakukan oleh
pekerja dapat menyebabkan kecelakaan dan mengganggu
proses produksi, sehingga
perlu dilakukan analisa human error
Metode THERP
(Technique for Human Error Rate Prediction)
Setelah dilakukan analisis nilai
HEP yang tertinggi maka disusun rekomendasi yang
sesuai berdasarkan error
mode, standar regulasi dan
wawancara dengan expert judgment sehingga tercapai
target zero accident (Sani,
Handoko, & Setiani, 2018)
2
M. Yani Syafei Analisis human error
dan human reliability
melalui Climatic chamber dengan
pendekatan metode
therp
2012 Identifikasi kesalahan dan
lingkungan fisik kerja pada
proses pemasangan resistor
Metode THERP
(Technique for Human
Error Rate Prediction)
Bahwa nilai HEP terbesar
berada pada jenis kesalahan A2
(dimensi kedua resistor sama, tetapi memiliki warna yang
berbeda) pada waktu B1,
kondisi lingkungan C3 dan warna cahaya D3 serta jumlah
resistor yang terpasang tepat 20
(E1) dan ini berarti bahwa nilai HRA pada kombinasi tersebut
adalah nilai terkecil (syafei,
2012).
3
Rachel Benish
Shirley, Carol Smidts, Meng Li,
Atul Gupta
Validating THERP:
Assessing the scope of a
full-scale validation of the Technique for
2015 Sampel ukuran, n, diperlukan
untuk mendapatkan tingkat
kesalahan signifikan secara statistik untuk memvalidasi
nilai HEP, dan jumlah
Metode THERP
(Technique for Human
Error Rate Prediction)
Perhitungan ini menunjukkan
bahwa studi validasi THERP
akan menjadi substansial dengan hasil 40 jam
pengamatan akan memberikan
17
Human Error Rate
Prediction
pengamatan, m, yang
merupakan satu tingkat
kesalahan yang diamati untuk setiap nilai HEP
data yang cukup untuk studi
pendahuluan, dan mengamati
101 operator selama 20 jam masing-masing akan
memberikan data validasi
penuh (Shirley, Smidts, Li, &
Gupta, 2015)
4
Kun YANG,
Liquan TAO, Jie BAI
Assessment of Flight
Crew Errors Based on THERP
2013 Kecelakaan dan insiden
penerbangan yang disebabkan oleh kesalahan awak pesawat
Metode THERP
(Technique for Human Error Rate Prediction)
Lepas landas dianalisis dengan THERP dan probabilitas kegagalan tugas lepas landas dihitung. Hasil penilaian tersebut berguna untuk meningkatkan desain keselamatan pesawat (Yang,
Tao, & Bai, 2014)