15
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan Penggunaannya Sebagai media komunikasi yang dinamis, bahasa digunakan sesuai dengan aspek sosial pengguna dan penggunaannya. Ditinjau dari aspek sosial penggunanya, keberagaman bahasa ditunjukkan melalui adanya perbedaan dialek dalam komunitas pengguna, misalnya penggunaan bahasa pada masyarakat suatu suku tertentu, komunitas pecinta alam, dan sebagainya. Selain itu, ditinjau dari aspek penggunaan, bahasa mengacu kepada tiga hal yang dapat mempengaruhi penggunaannya. Tiga hal tersebut meliputi medan, suasana, dan cara (Poedjosoedarmo, 2001: 171). Bahasa ditinjau dari aspek medan penggunaannya yaitu berupa register. Register merupakan penggunaan kosakata khusus pada bidang tertentu. Register menurut Wardaugh (1988: 48) adalah pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan jenis pekerjaan maupun kelompok sosial tertentu. Bahasa register memiliki tujuan untuk menyederhanakan bahasa yang disampaikan kepada lawan tutur, agar pesan yang dimaksud dapat mudah dipahami. Register juga dapat diartikan sebagai variasi bahasa berdasarkan penggunaannya pada bidang tertentu. Register dalam bidang yang satu dengan bidang yang lainnya dapat dibedakan melalui ciri-ciri linguistik (linguistic features) maupun dari kata yang khusus digunakan. Misalnya penggunaan kata tertentu pada bidang jurnalistik berbeda dengan bidang militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan perbedaan bidang atau profesi tertentu, dapat merubah penggunaan bahasa 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan Penggunaannya

Sebagai media komunikasi yang dinamis, bahasa digunakan sesuai dengan

aspek sosial pengguna dan penggunaannya. Ditinjau dari aspek sosial penggunanya,

keberagaman bahasa ditunjukkan melalui adanya perbedaan dialek dalam komunitas

pengguna, misalnya penggunaan bahasa pada masyarakat suatu suku tertentu,

komunitas pecinta alam, dan sebagainya. Selain itu, ditinjau dari aspek penggunaan,

bahasa mengacu kepada tiga hal yang dapat mempengaruhi penggunaannya. Tiga hal

tersebut meliputi medan, suasana, dan cara (Poedjosoedarmo, 2001: 171).

Bahasa ditinjau dari aspek medan penggunaannya yaitu berupa register.

Register merupakan penggunaan kosakata khusus pada bidang tertentu. Register

menurut Wardaugh (1988: 48) adalah pemakaian kosakata khusus yang berkaitan

dengan jenis pekerjaan maupun kelompok sosial tertentu. Bahasa register memiliki

tujuan untuk menyederhanakan bahasa yang disampaikan kepada lawan tutur, agar

pesan yang dimaksud dapat mudah dipahami. Register juga dapat diartikan sebagai

variasi bahasa berdasarkan penggunaannya pada bidang tertentu. Register dalam

bidang yang satu dengan bidang yang lainnya dapat dibedakan melalui ciri-ciri

linguistik (linguistic features) maupun dari kata yang khusus digunakan. Misalnya

penggunaan kata tertentu pada bidang jurnalistik berbeda dengan bidang militer,

pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

dengan perbedaan bidang atau profesi tertentu, dapat merubah penggunaan bahasa

11

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

12

yang dapat berakibat pada munculnya register yang berbeda tergantung masing-masing

bidang.

Bahasa ditinjau dari aspek suasana penggunaannya dapat berupa ragam bahasa

formal, dan ragam bahasa nonformal. Istilah bahasa formal telah dikenal oleh

masyarakat secara luas, namun tidak menjamin bahwa masyarakat dapat memahami

secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa formal tersebut. Hal tersebut

dapat dibuktikan dengan masih banyak masyarakat yang berpendapat bahwa bahasa

formal sama dengan bahasa yang baik dan benar dalam situasi resmi, padahal dalam

situasi tidak resmi pun dapat menggunakan bahasa formal (Pateda, 1997: 30).

Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan

difungsikan oleh masyarakat secara luas (Alwasilah, 1985: 121). Bentuk bahasa formal

disebut juga ragam baku, yaitu ragam yang mengikuti kaidah atau aturan kebahasaan.

Ragam bahasa formal biasanya menggunakan tata bahasa yang baik (sesuai EYD),

lugas, sopan, serta menggunakan bahasa yang baku, baik itu dalam bahasa lisan

maupun tertulis. Dalam bahasa formal terdapat aspek kodifikasi. Kodifikasi diartikan

sebagai memberlakukan suatu kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan norma

dalam berbahasa. Kodifikasi diperlukan dalam bahasa formal agar lebih efisien, karena

kaidah atau norma dapat berubah setiap saat. Hal tersebut, termasuk dalam kodifikasi

bahasa pada struktur bahasa sebagai sebuah sistem komunikasi (Moeliono, 1975: 2).

Suharianto (1981 : 23) berpendapat bahwa bahasa nonformal atau nonstandar

adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

13

fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi. Berdasarkan pengertian di atas,

bahasa nonformal memiliki ciri tidak sesuai kaidah atau aturan yang tetap atau

mengandung kalimat yang sederhana, serta dipergunakan di lingkungan tidak resmi.

Bahasa ditinjau dari aspek cara penggunaannya dapat berupa

karakteristik/kekhasan bahasa. Kekhasan bahasa salah satunya terdapat dalam bidang

olahraga khususnya sepak bola. Terdapat gaya atau style yang mengandung

pemanfaatan metafora (majas perbandingan) yang digunakan oleh komentator sepak

bola. Berdasarkan fenomena yang ada, bahasa dalam sepak bola digemari oleh

sebagian besar masyarakat terutama pada bahasa komentator sepak bola. Oleh karena

itu, dalam tulisan ini, peneliti akan mendeskripsikan tuturan yang digunakan

komentator sepak bola Valentino Simanjutak atau Bung Jebret. Khususnya dalam

penggunaan metafora, ciri-ciri kebahasaan (linguistic features) dan istilah-istilah

khusus (jargon) yang digunakan oleh komentator.

2.2 Penggunaan Bahasa Metafora

2.2.1 Hakikat Metafora

Metafora berasal dari bahasa Yunani metaphora yang terdiri dari meta ‘di atas;

melebihi’ dan pherein ‘membawa/memindahkan’ (Tarigan, 2009: 113). Metafora

merupakan sebuah topik kajian utama berbagai disiplin ilmu, terutama linguistik, teori

kesusastraan, filsafat, dan psikologi, konsep-konsep tentang metafora, termasuk

definisinya, sangat beragam (Picken, 1988: 108). Hingga saat ini, terdapat empat teori

metafora yang mengungkapkan metafora dengan berbagai sudut pandang. Metafora

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

14

mengandung dua isi, pertama menggambarkan kenyataan atau sesuatu yang dipikirkan

sebagai objek, dan kedua perbandingan atau persamaan objek dengan hal lain yang

hampir mendekati makna yang sama maupun beda. Dengan demikian, metafora

memiliki arti perbandingan dua hal untuk menciptakan kesan, meskipun tidak

menggunakan perumpamaan yang langsung dengan menggunakan kata ‘seperti, ibarat,

laksana’.

Metafora adalah pemakaian kata dengan tidak menggunakan arti yang

sebenarnya, melainkan sebagai gambaran yang berdasarkan persamaan atau

perbandingan (Poerwadarminta, 1976: 648). Metafora sebagai perbandingan langsung

tidak mempergunakan kata, seperti bak, bagaikan, dan bagai sehingga pokok pertama

langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Misalnya dalam kalimat Soekarno singa

podium yang ditakuti Belanda, makna dari singa podium tersebut bahwa Soekarno

merupakan Presiden Pertama Indonesia yang ketika berpidato di hadapan rakyatnya

sangat gigih dan fasih ibarat seekor singa sang raja hutan, sehingga ditakuti oleh

penjajah Belanda.

Dilihat dari segi pembentukannya, Orrecchioni (dalam Zaimar, 2002: 48-49)

membagi metafora ke dalam dua jenis, yaitu metafora in praesentia, yang bersifat

eksplisit dan metafora in absentia, yang bersifat implisit. Dikatakan eksplisit karena

dibandingkan langsung bersamaan dengan pembandingnya. Akan tetapi, dikatakan

implisit karena perbandingan tidak merujuk objek yang sedang dibicarakan, sehingga

terkadang lawan tutur tidak dapat memahami secara langsung maksud dari penutur.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

15

2.2.2 Bentuk Metafora

Wahab (1995: 85) berpendapat bahwa studi tentang metafora dapat dikaitkan

dengan sistem ekologi manusia, karena dalam menciptakan metafora, manusia tidak

dapat melepaskan diri dari lingkungannya. Hal tersebut, akibat dari interaksi yang

diadakan manusia dengan lingkungan. Keadaan sistem ekologi suatu kelompok

masyarakat akan tercermin dalam penggunaan metafora yang diciptakan oleh

kelompok masyarakat tersebut. Tidak menutup kemungkinan penggunaan metafora

juga berada dalam tuturan suatu bidang pekerjaan, misalnya sebagai komentator sepak

bola.

Wahab menjelaskan bahwa metafora diambil dari medan semantik yang

diciptakan oleh Michael C. Halley (Wahab, 1995: 86). Haley menempatkan suatu

topografi yang luas tentang kategori semantik sebagai suatu hierarki yang

mencerminkan ruang persepsi manusia. Oleh karena itu, hierarki model Haley tersebut

dapat digunakan untuk memetakan hubungan yang sistematis antara lambang dengan

makna metafora yang dimaksudkan. Berdasarkan medan semantik pembandingnya,

medan semantik metafora dibagi menjadi sembilan antara lain keadaan (being), kosmos

(cosmos), energi (energetic), substansi (substance), terestrial (terrestrial), benda

(objective), kehidupan (living), bernyawa (animate), dan manusia (human).

Being (keadaan) yaitu metafora yang meliputi hal-hal yang abstrak seperti

kebenaran, kasih sayang, kebencian, dan lain-lain. Contoh dalam tuturan komentator

“dengan duduk santai di rumah, doa anda sangat berarti”. Terdapat metafora doa di

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

16

dalamnya yang merupakan lambang dari doa anda sangat berarti. Doa “permohonan

kepada Tuhan” merupakan hal yang bersifat abstrak.

Cosmos (kosmos) yaitu metafora yang meliputi benda-benda kosmos seperti

matahari, bumi, langit, dan lain sebagainya. Predikasi benda-benda kosmos ini adalah

menempati ruang, berada di sebuah ruang. Selain itu, terdapat energetic (Energi) yaitu

metafora yang berkaitan dengan hal-hal yng memiliki kekuatan, seperti angin, cahaya,

api, dan lain sebagainya dengan predikasinya dapat bergerak.

Substance (substansi) yaitu metafora yang meliputi jenis-jenis gas dengan

predikasinya dapat memberikan kelembaban, bau, tekanan, dan sebagainya. Sedangkan

terrestrial (terestrial) yaitu metafora yang berkaitan dengan hal-hal yang terikat atau

terbentang di permukaan bumi misalnya sungai, laut, gunung, dan sebagainya. Adapun

hal yang berkaitan dengan gravitasi atau segala sesuatu yang jatuh karena pengaruh

gravitasi bumi/berat badan seperti tenggelam, jatuh, dan sebagainya juga masuk ke

dalam medan semantik ini.

Object (Benda) yaitu metafora benda mati yang meliputi benda-benda yang tak

bernyawa dan dapat dilihat seperti kursi, meja, gelas, piring, dan sebagainya yang bisa

hancur dan pecah. Living (Kehidupan) yaitu metafora yang berhubungan dengan

seluruh jenis-jenis tumbuhan (flora), seperti rumput, daun, pohon, dan lain sebagainya.

Animate (Makhluk Bernyawa) yaitu metafora yang berhubungan dengan makhluk

organisme yang dapat berjalan, berlari, terbang, makan, dan lain sebagainya. Misalnya

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

17

sapi, kerbau, kuda, anjing, dan lain sebagainya. Human (Manusia) yaitu metafora yang

berhubungan dengan makhluk yang dapat berpikir dan mempunyai akal.

Dalam penelitian terkait, Rizky (2014: 48) membagi bentuk metafora dalam

penelitiannya menjadi beberapa bagian antara lain, 1) penyebutan pemain hebat, 2)

menggantikan konsep kalah (kalah-mengalahkan-dikalahkan), 3) menggantikan

konsep menang (menang-memenangkan-dimenangkan), 4) menggantikan konsep kerja

keras, 5) menggantikan apapun yang berhubungan dengan gol, 6) menggantikan

aktivitas dan posisi di dalam sepakbola, 7) menunjukkan atau menggantikan sebuah

benda yang berkaitan dengan permainan sepakbola, 8) menunjukkan atau

menggantikan segala sesuatu yang berkaitan dengan klasemen dan babak di dalam

sepakbola, 9) menggantikan semua hal yang berhubungan dengan nama sebuah tim

sepakbola, 10) menggantikan semua hal yang berhubungan dengan taktik atau startegi

sebuah tim sepakbola, 11) menggantikan semua hal yang berhubungan dengan tempat

bertanding, dan 12) menggantikan semua hal yang berhubungan dengan ekspresi.

2.2.3 Makna Metafora

Banyak penganalisis metafora melakukan pembagian makna metafora secara

berbeda bergantung dari sudut pandangnya. Salah satu teori yang banyak diikuti untuk

menentukan makna metafora yaitu pembagian atau penjenisan makna metafora

menurut Ullman (2007). Menurut Ullman (2007: 213-214) membedakan makna

metafora atas empat katagori, (1) Metafora antropomorfik (anthropormic

metaphor), (2) Metafora kehewanan (animal metaphor), (3) Metafora dari konkret ke

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

18

abstrak (from concert to abstract), (4) Metafora sinestesia (synesthetic metaphor).

Metafora antropomorfik (anthropormic metaphor) merupakan sebagian besar tuturan

atau ekspresi yang mengacu pada benda-benda tidak bernyawa, dan dilakukan dengan

mengalihkan atau memindahkan dari tubuh manusia atau bagian-bagiannya. Metafora

bercitra antropomorfik merupakan satu gejala semesta. Para pemakai bahasa ingin

membandingkan kemiripan pengalaman dengan apa yang terdapat pada dirinya atau

tubuh mereka sendiri. Metafora antropomorfik dapat dicontohkan dengan mulut botol,

jantung kota, pohon nyiur melambai-lambai dan lain-lain.

Metafora kehewanan (animal metaphor) merupakan metafora yang

menggunakan sesuatu yang berkaitan dengan binatang atau bagian tubuh binatang

untuk menunjukkan persamaan dengan sesuatu yang lain. Pada umumya didasarkan

atas kemiripan bentuk yang cukup jelas sehingga kurang menghasilkan daya

ekspresifitas yang kuat. Misalnya untuk mengumpat atau memarahi seseorang karena

perbuatannya maupun digunakan pada nama tanaman. Contoh dari metafora

kehewanan yaitu telur mata sapi, buaya darat, dan lain-lain.

Metafora dari konkret ke abstrak (from concert to abstract) merupakan

metafora yang dapat dinyatakan sebagai kebalikan dari hal yang abstrak atau samar

diperlakukan sebagai sesuatu yang bernyawa sehingga dapat berbuat secara konkret

atau bernyawa. Misalnya secepat kilat (satu kecepatan yang luar biasa), moncong

senjata (ujung senjata), bintang pelajar (seorang siswa yang cerdas di sekolah), dan

lain-lain.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

19

Metafora sinestesia (synesthetic metaphor) merupakan metafora yang

mengalami suatu pemindahan atau pengalihan dari pengalaman yang satu ke

pengalaman yang lain, atau dari tanggapan yang satu ke tanggapan yang lain. Misalnya,

“kulihat suara” secara umum suara adalah sesuatu yang bisa didengar, namun dalam

tuturan tersebut suara diperlakukan sebagai sesuatu yang dapat dilihat. Dalam contoh

lain “matanya sejuk menatapku” secara umum sejuk merupakan keadaan udara yang

membuat nyaman untuk dirasakan, sedangkan mata merupakan indra penglihatan

manusia dan hewan. Jika disimpulkan maka mata seseorang yang dimaksud terasa

sangat menyenangkan dan membuat rasa nyaman ketika sedang menatap.

Konsep dan gaya metafora juga sering dikaitkan dengan metonimia. Kata

metonimia diambil dari kata Yunani meto yang berarti "menunjukkan perubahan"

dan anoma yang berarti "nama". Menurut Kridalaksana (dalam Subroto 2011: 137)

metonimia adalah pemakaian nama untuk benda lain yang berasosiasi atau menjadi

atributnya. Metonimia disebut juga suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah

kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.

Misalnya si kaca mata, sebutan tersebut dipakai untuk seseorang yang berkaca mata.

Penjelasan tersebut seperti teori milik Ullman (2007: 104) menyatakan bahwa,

onomatope melibatkan suatu hubungan intrinsik antara nama dan makna. Contoh dari

hubungan intrinsik tersebut dapat dilihat pada contoh nama burung yang memiliki

suara atau bunyi sesuai dengan namanya, yaitu di Inggris burung cuckoo (baca: ‘kuku’)

yang mempunyai kesejajaran bentuk diberbagai bahasa, seperti dalam bahasa Prancis

menjadi coucou, Spanyol cuclillo, Italia cuculo, Rumania cucu, dan seterusnya.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

20

Munculnya keanekaragaman onomatope merupakan akibat dari perbedaan daya

tangkap atau keterdengaran dari masyarakat yang menetap di belahan bumi berbeda.

Perbedaan daya tangkap tersebut sangat dipengaruhi oleh perbedaan bunyi fonem

(satuan terkecil bunyi) yang terdapat dalam berbagai bahasa, karena pada dasarnya

setiap bahasa memiliki aturan pengucapan fonem tersendiri.

2.2.4 Fungsi Metafora

Fungsi bahasa menurut Roman Jakobson dalam Sudaryanto (1990: 12) dibagi

menjadi enam, yaitu fungsi referensial (acuan pesan), fungsi emotif (ungkapan keadaan

penutur atau penulis), fungsi konatif (keinginan penutur yang langsung dilakukan atau

dipikirkan pendengar atau pembaca), fungsi metalingual (penerang sandi atau kode

yang digunakan), fungsi fatis, dan fungsi puitis (penyandi pesan). Pandangan Jakobson

tersebut disederhanakan oleh Geoffrey Leech dalam Sudaryanto (1990: 13) menjadi

lima macam, yaitu fungsi informasional, ekspresif, direktif, aestetik, dan fatis. Kelima

fungsi tersebut memiliki korelasi dengan lima unsur utama situasi komunikatif yaitu

(1) pokok masalah untuk fungsi informasional, (2) pembicara atau penulis untuk fungsi

ekspresif, (3) pendengar atau pembaca untuk fungsi direktif, (4) saluran komunikasi

antar pembicara dengan pendengar atau penulis dengan pembaca untuk fungsi aestetik,

dan (5) pesan kebahasaan untuk fungsi fatis.

Fungsi ekspresif atau emotif terjadi apabila penutur atau penulis menjadi

perhatian pembaca atau pendengar. Misalnya dalam menyatakan perasaan diwujudkan

dalam rasa senang, marah, maupun kesal. Fungsi direktif dan konotif terjadi jika yang

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

21

dipentingkan adalah mitra tuturnya. Biasa diwujudkan dalam bentuk seruan atau

perintah. Sedangkan fungsi puitik terwujud karena adanya pusat perhatian terhadap

pesan yang disampaikan. Misalnya dalam tulisan atau goresan di media tulis seperti

graffiti maupun dalam karya sastra terutama puisi. Selain itu, terdapat juga fungsi fatis

timbul dalam tuturan yang mengutamakan terbukanya komunikasi. Misalnya ucapan

salam maupun sekedar mengisi pembicaraan.

Sayuti (1985: 124) menyatakan bahwa, majas merupakan alat atau sarana untuk

menyatakan sesuatu secara jelas. Penggunaan metafora menjadi efektif karena

memberikan kesan unik dan menarik bagi penutur. Metafora memiliki fungsi untuk

membangkitkan kesan dan suasana tertentu, misalnya suasana sunyi, seram, romantis,

sepi, ramai, dan sebagainya. Selain itu, metafora dapat difungsikan untuk melukiskan

perasaan pendengar atau penonton. Seorang komentator memanfaatkan bentuk majas

dalam menggambarkan keadaan batin pendengar seperti kebahagiaan atau kesusahan.

Berdasarkan hal tersebut, Nurgiyantoro (2009: 297) membagi fungsi metafora

yaitu, memperindah bunyi dan penuturan, konkritisasi, menjelaskan gambaran,

memberikan penekanan penuturan dan emosi, membangkitkan kesan dan suasana

tertentu, mempersingkat penuturan dan penulisan, serta melukiskan perasaan

pendengar. Dengan demikian, sesuai dengan pendapat sebelumnya bahwa metafora

digunakan oleh komentator sepak bola untuk mempersingkat dan menimbulkan

kemenarikan bagi pendengar atau penonton.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

22

Dalam penelitian Wahyu (2014: 22) menjelaskan bahwa bahasa komentator

sepak bola memiliki beberapa karakteristik yaitu mengabaikan unsur sintaksis,

menunjukkan adanya permutasi atau inversi, alih kode, hiperbola pernyataan, dan

istilah teknis. Hal tersebut menjadikan bahasa komentator sepak bola menjadi sangat

beragam. Pada perkembangannya kini, seorang komentator (khususnya komentator

sepak bola) tidak hanya berfungsi untuk mengulas dan menggambarkan pertandingan.

Komentator juga berfungsi sebagai penyemarak pertandingan yang sengaja

didatangkan oleh pihak televisi yang menyiarkan pertandingan, sehingga penonton

akan tertarik untuk menyaksikan siaran tersebut. Adanya fungsi menyemarakkan,

membuat seorang komentator berusaha menunjukkan gaya penyampaiannya sebagai

ciri khas masing-masing saat berkomentar.

2.2.5 Tujuan Metafora

Metafora dalam bahasa komentator memiliki peran yang sangat penting dalam

penciptaan komentar tersebut, karena kemenarikan dan keunikannnya dapat didukung

dengan adanya metafora yang digunakan. Metafora dalam bahasa komentar dapat

menimbulkan dan menambah ketertarikan dari pendengar dan penonton. Pendengar

dan penonton dapat menikmati hingga terbawa suasana dalam pertandingan dengan

adanya penggunaan metafora. Sama halnya penggunaan metafora berperan dalam

penyampaian maksud seseorang. Kadangkala penafsiran seseorang dapat berbeda

dengan maksud yang diungkapkan orang lain melalui gaya bahasa.

Menurut Waluyo (1995: 81) menyatakan bahwa kehadiran majas dapat

ditujukan untuk memperindah penuturan serta menggambarkan suatu lukisan keadaan

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

23

atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pendengar maupun

penonton. Komentator sepak bola melalui perannya, baik ketika menilai maupun

menyemarakkan jalannya pertandingan yang berlangsung, juga mencoba melukiskan

gambaran jalannya keseruan pertandingan dengan lebih jelas. Secara teoritis gaya

bahasa dapat berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan perasaan atau emosi

melalui pilihan kata, sehingga pendengar dapat berimajinasi melalui pernyataan

tersebut. Penggunaan gaya bahasa untuk menekankan penuturan pada penelitian ini

terdapat pada penggunaan majas metafora.

Metafora juga memiliki tujuan untuk mempersingkat penuturan yaitu,

mengatakan suatu maksud dengan bahasa yang lebih singkat. Dengan kata lain, majas

dapat difungsikan untuk menyederhanakan suatu pernyataan dengan bentuk yang

sesingkat-singkatnya. Sesuai dengan pendapat Perrine (dalam Waluyo, 1987: 83) yang

menyatakan bahwa majas merupakan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan

luas dengan bahasa yang singkat. Dengan demikian, penutur dapat menghemat

penggunaan kata untuk memperoleh efektifitas pemakaian kata.

2.3 Bahasa Komentator

2.3.1 Pengertian Komentator

Komentator sepak bola merupakan seseorang yang menggambarkan suasana

pertandingan sepak bola dalam pandangan mata. Hanya saja, pada perkembangannya

kini, seorang komentator (khususnya komentator sepak bola) tidak hanya berfungsi

untuk mengulas dan menggambarkan pertandingan (Ramdani, 2011: 1). Saat ini,

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

24

komentator juga berfungsi sebagai penyemarak pertandingan yang sengaja

didatangkan oleh pihak televisi yang menyiarkan pertandingan, sehingga pemirsa

memilih untuk menyaksikan siaran tersebut. Adanya fungsi menyemarakkan membuat

seorang komentator berhubungan dengan penonton siaran pertandingan melalui gaya

penyampaiannya. Para komentator memberikan fakta, data-data tentang klub,

hingga kualitas teknik dari para pemain yang sedang bertanding. Melalui bahasa

yang mengalir serta pilihan diksi yang menarik tersebut komentator bertujuan

membuat pemirsa kagum, mengambil alih pimpinan acara, menjadi ikon atau idol

baru dalam dunia berkomentator, serta menguasai dunia berkomentator baik di

Indonesia maupun di mancanegara.

Terdapat ragam bahasa yang digunakan komentator di setiap pertandingan

sepak bola, salah satunya ragam bahasa yang digunakan oleh Valentino Simanjutak

atau yang biasa disapa Bung Jebret . Selain kata, terdapat juga frasa, dan klausa

berbentuk metafora yang dituturkan oleh Bung Jebret. Seperti “umpan antar benua,

gol jatuh bangun, membawa bola, gerakan tiga tujuh delapan, umpan cuek, tendangan

LDR SLJJ” dan masih banyak frasa dan klausa yang berbentuk metafora dalam tuturan

Bung Jebret di setiap pertandingan. Frasa dan klausa yang berbentuk metafora tersebut

berbeda dengan makna sebenarnya. Jika diartikan kata-perkata, tuturan antar

komentator banyak yang berbeda bahkan terjadi pergeseran makna dari makna yang

sebenarnya. Tuturan Bung Jebret yang berbentuk metafora tersebut merupakan cara

komentator untuk membandingkan topik yang ingin dituturkan dibandingkan dengan

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kategori Bahasa Berdasarkan ...eprints.umm.ac.id/45692/3/BAB II.pdf · Bahasa formal merupakan bentuk bahasa yang telah ditetapkan, diterima, dan difungsikan

25

objek lain, sehingga terbentuklah tuturan metafora yang khas dan unik dalam

penyampainnya.

2.3.2 Karakteristik Komentator Sepak Bola

Wahyu (2014: 22), menjelaskan bahwa bahasa komentator sepak bola memiliki

beberapa karakteristik yaitu mengabaikan unsur sintaksis, menunjukkan adanya

permutasi atau inversi, alih kode, hiperbola pernyataan, dan istilah teknis. Hal tersebut

menjadikan bahasa komentator sepak bola menjadi sangat beragam. Komentator sepak

bola merupakan seseorang yang menggambarkan suasana pertandingan. Pada

perkembangannya kini, seorang komentator (khususnya komentator sepak bola) tidak

hanya berfungsi untuk mengulas dan menggambarkan pertandingan. Komentator juga

berfungsi sebagai penyemarak pertandingan yang sengaja didatangkan oleh pihak

televisi yang menyiarkan pertandingan, sehingga penonton akan tertarik untuk

menyaksikan siaran tersebut. Adanya fungsi menyemarakkan, membuat seorang

komentator berusaha menunjukkan gaya penyampaiannya sebagai ciri khas masing-

masing saat berkomentar.