Upload
joshua-silaen
View
51
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Minyak Kelapa
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tanaman Kelapa1
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-
arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos.
Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga
dianggap sebagai tumbuhan serba guna. Buah kelapa terdiri dari sabut,
tempurung, daging buah dan air kelapa. Buah kelapa adalah bagian paling bernilai
ekonomi. Sabut yang berupa serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan
bakar, pengisi jok kursi, anyaman tali, keset, serta media tanam bagi anggrek.
Tempurung atau batok digunakan sebagai bahan bakar, pengganti gayung, wadah
minuman, dan bahan baku berbagai bentuk kerajinan tangan. Gambar buah kelapa
dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Penampang Melintang Buah Kelapa
Sumber : google.co.id
Kelapa memiliki 3 jenis yaitu:
1. Kelapa dalam, dengan varietas Viridis (kelapa hijau), Rubescens (kelapa
merah), Macrocorpu (kelapa kelabu), Sukarina (kelapa manis)
2. Kelapa genjah, dengan varietas Eburnea (kelapa gading), Regia (kelapa
raja), Pumila (kelapa puyuh), Pretiosa (kelapa raja malabar)
3. Kelapa hibrida
1 Ahmad, “Budidaya Kelapa”,http://www.dekindo.com/content/teknologi/Proses_Pengolahan_Minyak_Kelapa.pdf, (Diakses tanggal 2 Februari 2014). h1m-2.
I-1
II-2
2.1.1 Taksonomi Tanaman Kelapa2
Taksonomi tanaman kelapa adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Taksonomi Tanaman Kelapa
Kategori KeteranganKingdom Plantae Kelas Liliopsida Sub Kelas Arecidae Ordo Arecales Famili Arecaceae Genus Cocos Spesies Cocos nucifera
L.Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream
2.1.2 Manfaat Tanaman Kelapa3
Manfaat dari minyak kelapa dapat dilihat sebagai berikut:
1. Sebagai obat HIV-Aids. Asam laurin yang terkandung dalam lemak rantai
sedang MCFA pada minyak kelapa murni ternyata dapat digunakan untuk
mencegah dan menyembuhkan penyakit HIV.
2. Sebagai pencegah kanker. Setiap tubuh seseorang memiliki sel kanker,
namun tidak semua orang dapat terserang kanker karena dipengaruhi faktor
kekebalan tubuh. Mengkonsumsi minyak kelapa dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh karena mengandung MCFA yang menghilangkan bakteri
pengganggu didalam tubuh.
3. Sebagai obat hepatitis. Minyak kelapa mengandung MCFA yang dapat
mencegah dan mengatasi virus pada lever.
4. Sebagai pencegahan osteoporosis. Minyak kelapa murni mengandung zat
pregnenolone, yang dapat membantu mempertahankan keseimbangan
hormon yang menyehatkan tulang.
5. Sebagai pengobatan diabetes. Minyak kelapa tidak menyebabkan diabetes,
dan mengatur kadar gula dalam darah.
2 “Jenis Minyak Kelapa”.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25774/4/Chapter%20II.pdf, (Diakses tanggal 3 Februari 2014).
3 Barlina Rindengan, Minyak Kelapa Murni, (Penebar Swadaya, 2004), h 59-67.
II-3
6. Sebagai pencegah penyakit jantung. Minyak kelapa bertindak sebagai
antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas sehingga tidak
membahayakan tubuh. Oleh karena itu minyak kelapa dapat melindungi
jantung dan pembuluh nadi dari luka yang disebabkan radikal bebas.
7. Pencegahan obesitas. Minyak kelapa merupakan jenis minyak yang tidak
dapat menggemukan
8. Perawatan kulit. Produk perawatan kulit yang baik seharusnya mengandung
minyak kelapa karena dapat membantu mempertahankan keelastisan kulit
dan mencegah kerusakan jaringan kulit.
9. Perawatan rambut. Minyak kelapa dapat membuat rambut lebih berkilau dan
bebas dari ketombe.
2.2 Santan Kelapa dan Minyak Kelapa
2.2.1 Santan Kelapa4
Santan kelapa merupakan cairan putih kental hasil ekstraksi dari kelapa
yang dihasilkan dari kelapa yang diparutdan kemudian diperas bersama air.
Santan mempunyai rasa lemak dan digunakan sebagai perasa yang menyedapkan
masakan menjadi gurih. Dahulu, untuk memperoleh santan dilakukan dengan cara
diperas dengan tangan dari kelapa yang diparut dan menambahkan air panas
sehingga santan yang dihasilkan lebih baik. Saat ini sudah terdapat mesin pemeras
santan yang dalam penggunaannya kelapa yang diparut tidak perlu dicampurkan
dengan air dan pati santan yang dihasilkan murni 100%. Saat ini juga banyak
dijual santan instan atau siap saji dengan cara pemakaiannya hanya menambahkan
air lalu dimasak. Air sebagai pendispersi dan minyak sebagai fase terdispersi.
Pada sistem emulsi minyak air,protein membungkus butir-butir minyak
dengan suatu lapisan tipis sehingga butir-butir tersebut tidak dapat bergabung
menjadi satu fase kontinyu. Butir-butir minyak dapat bergabung menjadi satu fase
kontinyu jika sistem emulsi di pecah dengan jalan merusak protein sebagai
pembungkus butir-butir minyak. Dalam industri makanan, peran santan sangat
4 Rijal, “Latar Belakang Santan Kelapa”,http://khairulanam.files.wordpress.com/2010/08/metlit-rapi.pdf (Diakses Tanggal 3 Februari 2014.)
II-4
penting baik sebagai sumber gizi, penambahan aroma, cita rasa , flavour dan
perbaikan tekstur bahan pangan hasil olahan. Hal ini disebabkan karena santan
mengandung senyawa nonylmethylketon, dengan suhu yang tinggi akan
menyebabkan bersifat volatil dan menimbulkan bau yang enak. Pemanfaatan
santan dalam produksi makanan olahan sering menghadapi permasalahan yaitu
terjadi pemecahan santan ketika dipanaskan. Pecahnya santan dapat dilihat dari
terbentuknya gumpalan-gumpalan putih dipermukaan, rasa gurih dari santan
berkurang menyebabkan cita rasa produk olahan berubah dan penampilannya
menjadi kurang menarik. Hal ini bisa dicegah dengan melakukan pengadukan
selama santan tersebut dipanaskan dan penggunaan api kecil selama pemasakan
santan.
2.2.2 Jenis-jenis Minyak Kelapa5
Berdasarkan cara pembuatannya, minyak kelapa dapat digolongkan
menjadi :
1. Minyak kelapa industri, dibuat dengan bahan baku kopra dengan proses RBD
(Refining, Bleaching, dan Deodorizing). Setelah kopra dipres, lalu
dibersihkan, diputihkan, dan dihilangkan bau tengiknya. Minyak kelapa yang
dijual untuk memasak seringkali dicampur dengan minyak sayur lain
sehingga harganya cukup murah.
2. Minyak kelapa kelentik, dibuat secara tradisional oleh para petani kelapa
(atau ibu rumah tangga) dengan cara memasak santan kelapa sehingga
minyak terpisah dari blondonya (karamel). Seringkali hasilnya berwarna
kuning sampai coklat akibat terkontaminasi karamel yang gosong.
3. Minyak kelapa murni (VCO/Virgin Coconut Oil). Secara definisi, minyak
kelapa murni adalah minyak yang tidak mengalami proses hidrogenasi. Agar
tidak mengalami proses hidrogenasi, maka ekstraksi minyak kelapa ini
dilakukan dengan proses dingin.
5 “Jenis Minyak Kelapa”, Loc.Cit.
II-5
2.2.3 Pengolahan Minyak Kelapa6
Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra (daging
buah kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan santannya. Kandungan minyak
pada daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai 30%-35%, atau kandungan
minyak dalam kopra mencapai 63-72%. Minyak kelapa sebagaimana minyak
nabati lainnya merupakan senyawa trigliserida yang tersusun atas berbagai asam
lemak dan 90% diantaranya merupakan asam lemak jenuh. Selain itu minyak
kelapa yang belum dimurnikan juga mengandung sejumlah kecil komponen bukan
lemak seperti fosfatida, gum, sterol (0,06-0,08%), tokoferol (0,003%), dan asam
lemak bebas (< 5%) dan sedikit protein dan karoten. Sterol berfungsi sebagai
stabilizer dalam minyak dan tokoferol sebagai antioksidan (Ketaren, 1986). Setiap
minyak nabati memiliki sifat dan ciri tersendiri yang sangat ditentukan oleh
struktur asam lemak pada rangkaian trigliseridanya . Minyak kelapa kaya akan
asam lemak berantai sedang (C8– C14), khususnya asam laurat dan asam meristat.
Adanya asam lemak rantai sedang ini (medium chain fat) yang relatif tinggi
membuat minyak kelapa mempunyai beberapa sifat daya bunuh terhadap beberapa
senyawaan yang berbahaya di dalam tubuh manusia. Sifat inilah yang
didayagunakan pada pembuatan minyak kelapa murni (VCO, virgin coconut oil)
Secara garis besar proses pembuatan minyak kelapa dapat dilakukan
dengan dengan dua cara:
1. Minyak kelapa diekstrak dari daging kelapa segar, atau dikenal dengan
proses basah. Untuk menghasilkan minyak dari proses basah dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a. Cara Basah Tradisional
Cara basah tradisional ini sangat sederhana dapat dilakukan dengan
menggunakan peralatan yang biasa terdapatpada dapur keluarga. Pada
cara ini, mula-mula dilakukan ekstraksi santan dari kelapa parut.
6 Ahmad, Loc.Cit., h 1-6
II-6
Kemudian santan dipanaskan untuk menguapkan air dan menggumpalkan
bagian bukan minyak yang disebut blondo. Blondo ini dipisahkan dari
minyak. Terakhir, blondo diperas untuk mengeluarkan sisa minyak.
b. Cara Basah Fermentasi
Cara basah fermentasi agak berbeda dari cara basah tradisional. Pada cara
basah fermentasi, santan didiamkan untuk memisahkan skim dari krim.
Selanjutnya krim difermentasi untuk memudahkan penggumpalan bagian
bukan minyak (terutama protein) dari minyak pada waktu pemanasan.
Mikroba yang berkembang selama fermentasi, terutama mikroba
penghasil asam. Asam yang dihasilkan menyebabkan protein santan
mengalami penggumpalan dan mudah dipisahkan pada saat pemanasan.
Tahapan proses cara fermentasi adalah sebagai berikut:
1. Daging buah kelapa diparut. Hasil parutan (kelapa parut) dipres
sehingga mengeluarkan santan. Ampas ditambah dengan air (ampas :
air = 1 : 0,2) kemudian dipres lagi. Proses ini diulangi sampai 5 kali.
Santan yang diperoleh dari tiap kali pengepresan dicampur menjadi
satu.
2. Santan dimasukkan ke dalam wadah pemisah skim selama 12 jam,
akan terjadi pemisahan skim pada bagian bawah dan krim pada
bagian atas. Setelah terjadi pemisahan, kran saluran pengeluaran dari
wadah pemisah dibuka sehingga skim mengalir keluardan
menyisakan krim. Kemudian krim ini dikeluarkan dan ditampung
pada wadah terpisah dari skim.
3. Krim dicampur dengan ragi tapai (krim : ragi tapai = 1 : 0,005, atau
0,05%). Selanjutnya, krim ini dibiarkan selama 20-24 jam sehingga
terjadi proses fermentasi oleh mikroba yang terdapat pada ragi tapai.
4. Krim yang telah mengalami fermentasi dipanaskan sampai airnya
menguap dan proteinnya menggumpal. Gumpalan protein ini disebut
blondo. Pemanasan ini biasanyaberlangsung selama 15 menit.
II-7
5. Blondo yang mengapung di atas minyak dipisahkan kemudian dipres
sehingga mengeluarkan minyak. Minyak ini dicampurkan dengan
minyak sebelumnya, kemudian dipanaskan lagi selama 5 menit.
6. Minyak yang diperoleh disaring dengan kain kasa berlapis 4.
Kemudian minyak diberi BHT (200 mg per kg minyak).
7. Minyak dikemas dengan kotak kaleng,botol kaca atau botol plastik.
c. Cara basah Sentrifugasi
Cara basah lava process agak mirip dengan cara basah fermentasi. Pada
cara ini, santan diberi perlakuan sentrifugasi agarterjadi pemisahan skim
dari krim. Pada proses sentrifugasi, santan diberi perlakuan sentrifugasi
pada kecepatan 3000-3500 rpm. Sehingga terjadi pemisahan fraksi kaya
minyak (krim) dari fraksi miskin minyak (skim). Selanjutnya krim
diasamkan, Selanjutnya krim diasamkan dengan menambahkan asam
asetat, sitrat, atau HCI sampai pH4. Setelah itu santan dipanaskan dan
diperlakukan seperti cara basah tradisional atau cara basah fermentasi,
kemudian diberi perlakuan sentrifugasi sekali lagi untuk memisahkan
minyak dari bagian bukan minyak. Skim santan diolah menjadi
konsentrat protein berupa butiran atau tepung.
d. Cara Basah dengan Penggorengan
Pengolahan minyak dengan cara penggorengan, proses ekstraksi minyak
dilakukan dari hasil penggilingan atau parutan daging kelapa.
2. Minyak kelapa diekstrak dari dagingkelapa yang telah dikeringkan (kopra)
atau dikenal proses kering. Untuk menghasilkan minyak dari proses basah
dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a. Ekstraksi secara mekanis (cara pres)
Cara pres dilakukan terhadap daging buah kelapa kering (kopra). Proses
ini memerlukan investasi yang cukup besar untuk pembelian alat dan
mesin. Uraian ringkas cara pres ini adalah sebagai berikut:
1. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk kasar.
2. Serbuk kopra dipanaskan, kemudian dipres sehingga mengeluarkan
minyak. Ampas yang dihasilkan masih mengandung minyak. Ampas
II-8
digiling sampai halus, kemudian dipanaskan dan dipres untuk
mengeluarkan minyaknya.
3. Minyak yang terkumpul diendapkan dan disaring.
4. Minyak hasil penyaringan diberi penambahan senyawa alkali (KOH
atau NaOH) untuk netralisasi, penambahan bahan penyerap
(absorben) warna, pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk
menguapkan dan menghilangkan senyawa-senyawa yang
menyebabkan bau yang tidak dikehendaki.
5. Minyak yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam
kotak kaleng, botol plastik atau botol kaca.
b. Cara Ekstraksi Pelarut
Cara ini menggunakan cairan pelarut (selanjutnya disebut pelarut saja)
yang dapat melarutkan minyak. Pelarut yang digunakan bertitik didih
rendah, mudah menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak
dan residunya tidak beracun. Walaupun cara ini cukup sederhana, tapi
jarang digunakan karena biayanya relatif mahal. Uraian ringkas cara
ekstraksi pelarut ini adalah sebagai berikut:
1. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk.
2. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut
pada ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai
menguap. Uap pelarut akan naik ke ruang kondensasi. Kondensat
(uap pelarut yang mencair) akan mengalir ke ruang ekstraksi dan
melarutkan lemak serbuk kopra. Jika ruang ekstraksi telah penuh
dengan pelarut, pelarut yangmengandung minyak akan mengalir
(jatuh) dengan sendirinya menuju ruang penguapan semula.
3. Di ruang penguapan, pelarut yangmengandung minyak akan
menguap, sedangkan minyak tetap berada di ruang penguapan.
Proses ini berlangsung terus menerus sampai 3 jam. d. Pelarut yang
mengandung minyak diuapkan. Uap yang terkondensasi pada
kondensat tidak dikembalikan lagike ruang penguapan, tapi dialirkan
ke tempat penampungan pelarut. Pelarut ini dapat digunakan lagi
II-9
untuk ekstraksi. penguapan ini dilakukan sampai diperkirakan tidak
ada lagi residu pelarut pada minyak. Selanjutnya, minyak dapat
diberi perlakuan netralisasi, pemutihan dan penghilangan bau.
2.2.4 Manfaat Minyak Kelapa7
Manfaat minyak kelapa sebagai berikut:
1. Sebagai bahan baku produksi
Minyak kelapa dapat dimanfaatkan sebagai minyak goreng, bahan substitusi
pengolahan susu formula atau sebagai substitusi pada pengolahan produk-
produk pangan. Susu formula yang beredar di pasaran kini telah
menggunakan minyak kelapa sebagai salah satu komponen dalam
formulanya.
2. Bahan baku pembuatan shampo, sabun maupun lotion
Minyak kelapa sering dijadikan bahan untuk perawatan tubuh dan rambut
seperti shampo, sabun maupun lotion. Hal ini dikarenakan minyak kelapa
secara efektif dapat mengembalikan kelembaban kulit. Minyak kelapa juga
dapat menyembuhkan penyakit kulit seperti eksim.
3. Sebagai bahan bakar alternatif
Berdasarkan penelitian, minyak kelapa dapat digunakan sebagai bahan
bakar. Walaupun penerapannya masih belum bisa dilakukan untuk saat ini,
tetapi minyak kelapa pada masa yang akan datang mungkin dapat
mengantikan fungsi bahan bakar fosil karena kelapa tidak terlalu sulit untuk
dibudidayakan.
4. Perawatan rambut
Pijatan teratur pada rambut dengan menggunakan minyak kelapa (sebagai
kondisioner setelah keramas) membuat kulit kepala bebas dari ketombe dan
kutu, juga akan melembabkan kulit kepala.
5. Penyakit jantung
Menurut penelitian, 50% lauric acid yang terdapat dalam minyak kelapa
dapat mencegah berbagai penyakit jantung termasuk kolesterol dan darah
tinggi.
7 “Manfaat Minyak Kelapa,” Loc.Cit.
II-10
2.2.5 Analisa Parameter Minyak Kelapa8
2.2.5.1 Kadar Air
Penentuan kadar air penting dilakukan, sebab air yang terkandung dalam
minyak dapat mempengaruhi kualitas dari minyak tersebut. Semakin rendah kadar
air yang terkandung dalam minyak semakin baik kualitasnya. Kadar air
berhubungan dengan reaksi hidrolisis dari lemak. Jika dalam lemak atau minyak
terdapat air maka minyak tersebut akan terhidrolisis sehingga menghasilkan asam
lemak bebas dan gliserol. Jika minyak tersebut banyak mengandung air,
kemungkinan besar asam lemak bebas minyak akan besar pula, akibatnya kualitas
minyak tersebut akan menurun.
2.2.5.2 Bilangan Asam
Bilangan asam penting dilakukan, yaitu untuk mengukur jumlah asam
lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Air dalam minyak membuat
minyak mudah terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Hidrolisis minyak
dapat disebabkan adanya sejumlah air dalam minyak, sehingga mempengaruhi
bilangan asam minyak. Semakin tinggi kadar air dalam minyak, semakin tinggi
pula bilangan asamnya. Proses hidrolisis dapat dipengaruhi oleh lamanya waktu
penyimpanan minyak. Semakin lama minyak disimpan, kemungkinan minyak
terhidrolisis akan semakin besar. Jumlah maksimum bilangan asam minyak kelapa
yang berkualitas baik menurut Standar Industri Indonesia (SII) adalah 5 %.
2.2.5.3 Bilangan peroksida
Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat
kerusakan pada minyak atau lemak. Bilangan peroksida menyatakan jumlah
ekivalen hidroperoksida yang terbentuk setiap 1000 g sampel. Hidroperoksida
8 “Angka Asam,” http://izzul107.com/2011/07/minyak-dan-lemak-angka-asam.html. (Diakses tanggal 1 Februari 2014).
II-11
terbentuk dari reaksi radikal bebas peroksida dengan asam lemak tak jenuh pada
minyak.
2.2.5.4 Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas (FFA) penting dilakukan sebab tingginya asam lemak
bebas dapat mempengaruhi cita rasa dan bau pada minyak sehingga menyebabkan
penurunan kualitas dari minyak tersebut. Semakin tinggi nilai FFA maka semakin
banyak asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak tersebut.
Hidrolisis minyak dapat disebabkan oleh adanya sejumlah air yang
terdapat dalam minyak. Proses hidrolisis dapat dipengaruhi oleh lamanya waktu
penyimpanan minyak. Semakin lama minyak disimpan, kemungkinan minyak
terhidrolisis akan semakin besar.
2.2.6 Standar Mutu Minyak Kelapa9
Minyak yang dihasilkan dari proses manapun yang digunakan selayaknya aman
untuk dikonsumsi. Secara nasional terdapat standar untuk minyak goreng seperti
tertera pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Standar Mutu Minyak Goreng Berdasarkan SNI - 3741- 1995
No Kriteria Persyaratan
1. Bau dan Rasa Normal2. Warna Muda Jernih3. Kadar Air Max 0,3%4. Berat Jenis 0,900 g/liter5. Asam Lemak Bebas Max 0,3%6. Bilangan Peroksida Max 2 Meg/Kg7. Bilangan Iod 45-468. Bilangan Penyabunan 196-2069. Indeks Bias 1448-145010. Cemaran Logam Max 0,1 mg/kg kecuali seng
Sumber : http://www.dekindo.com/content/
2.2.7 Kandungan Minyak Kelapa10
9 “Teknologi Proses Pengolahan Minyak Kelapa”.http://www.dekindo.com/content/teknologi/Proses_Pengolahan_Minyak_Kelapa.pdf. (Diakses tanggal 3 Februari 2014)
10 Barlina Rindengan dan Hengky Novarianto, Op.Cit., h 33.
II-12
Minyak kelapa terdiri dari sekitar 90% asam lemak jenuh dan 10% asam
lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh sebagian besarnya merupakan asam laurat
sehingga minyak kelapa juga disebut minyak laurat. Asam laurat ini merupakan
salah satu senyawa rantai karbon pendek. Pembagian kandungan asam lemak pada
minyak kelapa dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Kandungan Asam Lemak pada Minyak Kelapa
Jenis Asam Lemak Kandungan Persentase (%)
Asam Lemak Jenuh
Asam Laurat 44-52Asam Miristat 13-19Asam Palmitat 7,5-10,5Asam Kalpirat 5,5-9,5Asam Stearat 1-3
Asam Lemak Tidak Jenuh
Asam Oleat (Omega 9) 5-8Asam Linoleat (Omega 6) 1,5-2,5Asam Palmitoleat 1,3
Sumber : Barlina Rindengan, Minyak Kelapa Murni, (Penebar Swadaya, 2004)
2.2.8 Jenis Pengujian Minyak Kelapa11
Jenis-jenis pengujian kualitas minyak kelapa yaitu:
1. Pengujian Angka Asam
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak
dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga
merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan
ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak
akibat reaksi hidrolisis akibat reaksi kimia, pemanasan, proses fisika atau
reaksi enzimatis. Semakin tinggi bilangan asam maka semakin banyak
minyak yang telah terhidrolisis. Pengujian kandungan komponen asam
lemak dalam minyak kelapa bertujuan untuk mengetahui jenis asam lemak
yang ada dan dilakukan dengan menggunakan alat kromatografi gas.
2. Pengujian Angka Penyabunan
Bilangan penyabunan menunjukkan banyaknya basa (mg KOH) yang
dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak. Besarnya bilangan
11 “Uji Minyak Kelapa” http://lelly-zheeah.com/2010/11/bilangan-penyabunan.html. (Diakses tanggal 2 Februari 2014).
II-13
penyabunan bergantung dari massa molekul minyak, semakin besar massa
molekul semakin rendah bilangan penyabunannya. Hal ini dapat dijelaskan,
dengan semakin panjang rantai hidrokarbon suatu minyak, maka akan
semakin kecil proporsi molar gugus karboksilat yang akan bereaksi dengan
basa. Data analisis bilangan angka penyabunan minyak kelapa yaitu 255–
265 mg KOH/gram. Bahan dan alat yang digunakan untuk penentuan angka
penyabunan yaitu: HCl 0.5 N, indikator phenolphtalin 1% KOH beralkohol,
erlenmeyer, pendingin balik dan penangas air.
3. Pengujian Angka Peroksida
Bilangan peroksida menunjukkan banyaknya kandungan peroksida yang
terkandung dalam 1 kg minyak. Bahan dan alat yang digunakan untuk
penentuan angka peroksida: pelarut (campuran asam asetat glasial dan
chloroform), KI jenuh, akuades, larutan amilum 1%, Na2S2O3 0.1N, neraca,
buret, erlenmenyer, stirer, dan pipet tetes. Semakin kecil bilangan peroksida
pada minyak kelapa, semakin besar jumlah antioksidan dalam minyak
kelapa dan sebaliknya.
2.2.9 Rendemen Minyak Kelapa12
Rendemen minyak kelapa adalah persentase rata-rata minyak kelapa
yang dihasilkan dari berat kelapa cungkil setiap butir kelapa hibrida. Rumus untuk
menghitung rendemen minyak kelapa yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Rendemen =Jumlah minyak kelapa yang diperoleh (ml)
× 100%Bobot kelapa awal (gr)
2.3 Peta Kerja13
Peta proses adalah catatan tentang langkah-langkah proses dalam bentuk
tabel. Peta ini merupakan saalah satu teknik yang paling umum dan paling tua
dalam perencanaan atau penganalisaan aliran barang. Lambang-lambang yang
digunakan, yaitu:
12 “SK Menhutubun”,http://www.dephut.go.id/INFORMASI/skep/skmenhut/628_98.html (Diakses tanggal 2 Februari 2014).
13 James Apple, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Barang (Bandung : ITB, 1990), h 150.
II-14
1. Operasi
Suatu operasi terjadi jika sebuah objek diubah fisik atau sifat kimianya,
dirakit atau diuraikan dari objek lain; atau diubah untuk operasi yang lain.
2. Pemeriksaan
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi jika suatu objek diuji atau diperiksa
perinciannya atau untuk pemeriksaan mutu atau julah sesuai sifat-sifatnya.
3. Transportasi
Suatu kegiatan dikatakan transportasi jika objek dipindahkan dari tempat
lain ke tempat yang lain, kecuali jika perpindahan ini merupakan bagian dari
operasi yang disebabkan oleh operator pada sebuah tempat kerja selama
suatu proses operasi atau pemeriksaan.
4. Menunggu
Ini terjadi pada suatu objek jika keadaan tidak mengijinkan atau sifat proses
yang menuntut pelaksanaan kegiatan selanjutnya tidak boleh segera.
5. Penyimpanan
Sebuah penyimpanan terjadi jika sebuah objek disimpan dan pemindahan
tidak dibenarkan
6. Aktivitas gabungan
Jika diinginkan untuk menunjukkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
baik kebersamaan maupun oleh operator yang sama pada satu tempat kerja
yang sama, lambang untuk kegiatan seperti itu digabungkan.
2.3.1 Operation Process Chart14
Peta proses operasi adalah salah satu teknik yang paling berguna dalam
teknik produksi. Kenyataanya peta ini adalah diagram tentang proses dan telah
digunakan dalam berbagai cara sebagai alat perencanaan dan pengendalian.
Dengan tambahan data lain, peta ini dapat digunakan sebagai alat manajemen.
14 Ibid. h.144
II-15
Beberapa kegunaan dan keuntungan dari peta proses operasi ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengkombinasikan lintasan produksi dan peta rakitan sehingga
memberikan informasi yang lebih lengkap.
2. Menunjukkan operasi yang harus dilakukan untuk tiap komponen.
3. Menunjukkan urutan operasi pada tiap komponen.
4. Menunjukkan urutan fabrikasi dan rakitan dari tiap komponen.
5. Menunjukkan kerumitan nisbi dari fabrikasi tiap komponen.
6. Menunjukkan hubungan antara komponen.
II-16
CatPernis Karet Busa Kulit Sapi
O-11 O-9 O-8 OI-3 OI-2 OI-1
O-12 O-4 O-1
O-2
O-3
O-5
O-6
O-7
O-10
O-13
O-14
I-1
Diukur dan di gunting
Dijahit menjadi bagian-bagian sepatu
Dilem busa kebagian dalam sepatu
Dipasang bagian-bagian pada mal sepatu
Ditempel alas sepatu pada bagian bawah sepatu
Dipress sepatu
Dicabut mal dari sepatu
Dicat sepatu
Dijahit logo pada sepatu
Dikemas sepatu kedalam kotak
Diperiksa sepatu
Dimal dan di gunting
Diukur dan di gunting
Dibentuk menjadi alas sepatu menggunakan gerinda
Dicampur cat dengan thinner
Dicampur pernis dengan thinner
Digunting sesuai ukuran
Dicetak logo menggunakan mesin cetak logo
Logo
OPERATION PROCESS CHARTNama Obyek : SepatuNomor Peta : 01Dipetakan Oleh :Tanggal Dipetakan :
UNIVERSITASSUMATERA UTARA
Operation Process ChartPembuatan Sepatu
Skala
Simbol Keterangan Jumlah
Total
Operasi
Inspeksi
Operasi & Inspeksi
Penyimpanan
14
1
3
1
19
S-IDisimpan
300"
600"
300"
300"
300"
300"
300"
14400"
300"
300"
360"
300"600"
1200"
240"240"300"
240"
19320
1200
360
-
20880
L-1
Gambar 2.2 Peta Proses Operasi
2.3.2 Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)
Secara terperinci dapat diuraikan kegunaan umum dari suatu peta aliran
proses sebagai berikut:
II-17
1. Bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai
awal masuk dalam suatu proses atau prosedur sampai aktivitas terakhir.
2. Peta ini bisa memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu
proses atau prosedur.
3. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan
atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode
kerja.
5. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan
atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
6. Khusus untuk peta yang hanya menggambarkan aliran yang dialami oleh
suatu komponen atau satu orang, secara lebih lengkap, maka peta ini
merupakan suatu alat yang akan mempermudah proses analisa untuk
mengetahui tempat-tempat dimana terjadi ketidakefisienan atau terjadi
ketidaksempurnaan pekerjaan, sehingga dengan sendirinya dapat digunakan
untuk menghilangkan ongkos-ongkos yang tersembunyi.
II-18
Gambar 2.3 Contoh Flow Process Chart Pembuatan Sandal
2.3.3 Diagram Aliran (Flow Diagram)15
Aliran pada dasarnya persis sama dengan peta aliran proses, hanya saja
penggambarannya dilakukan diatas gambar layout dari fasilitas kerja. Simbol-
simbol ASME dan nomor-nomor aktivitas pun masing-masing digambarkan.
Tujuan pokok dalam pembuatan flow diagram adalah untuk mengevaluasi
langkah-langkah proses dalam situasi yang lebih jelas, disamping tentunya dapat
dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan di dalam desain layout fasilitas
produksi yang ada. Meskipun peta aliran proses telah mampu memberikan
informasi mengenao proses kerja yang berlangsung, akan tetapi peta ini masih
belum dianggap mampu menunjukkan suatu gambaran yang jelas mengenai aliran
proses yang sebenarnya dari suatu pabrik. Contoh dari daigram aliran dapat dilihat
pada Gambar 2.4.15 Sritomo Wignjoesoebroto, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu (Surabaya : Guna Widya,
2000), h. 139.
II-19
Gambar 2.4. Contoh Flow Diagram Proses Perakitan Keset
2.4 Neraca Bahan16
Neraca bahan merupakan perincian banyaknya bahan-bahan yang masuk,
keluar dan menumpuk dalam suatu alat pemroses. Perhitungan dan perincian
banyaknya bahan-bahan ini diperlukan untuk pembuatan neraca energi,
perhitungan rancangan dan evaluasi kinerja suatu alat atau satuan pemroses.
Untuk rancangan misalnya, diperlukan perhitungan jumlah hasil yang akan
diperoleh atau sebaliknya bahan baku dan bahan pembantu yang diperlukan untuk
mendapatkan hasil dalam jumlah tertentu. Jumlah energi atau panas yang
diperlukan bergantung pada jumlah bahan yang diproses. Demikian juga ukuran
peralatan, ditentukan jumlah bahan yang harus ditangani.
Prinsip neraca bahan merupakan penerapan hukum kekekalan massa
terhadap suatu proses. Massa jumlahnya tetap, tidak dapat diciptakan maupun
dimusnahkan. Prinsip ini tidak berlaku bagi proses yang menyangkut reaksi-reaksi
inti (nuklir). Pada reaksi ini terjadi pemusnahan massa dan berubah menjadi
energi.
16 Selfina,”Neraca Massa”, http://selfinagala.wordpress.com/2009/10/03/neraca-massa -neraca-bahan/,(Diakses tanggal 2 Februari 2014).
II-20
Neraca massa dibuat untuk suatu alat atau unit dengan batasan tertentu.
Bahan- bahan yang perlu diperinci banyaknya adalah bahan-bahan yang masuk
dan keluar batasan yang ditetapkan. Berdasarkan hukum kekekalan massa,
banyaknya bahan yang masuk, keluar dan menumpuk dalam sistem yang batasnya
telah kita tetapkan, berlaku hubungan berikut :
Jumlah massa masuk – jumlah massa keluar = Jumlah massa yang
menumpuk di dalam batas sistem
Ri – Ro = A
Persamaan ini dapat ditetapkan pada proses berkesinambungan dengan
mendasarkan perhitungan pada suatu jangka waktu tertentu yang dipilih.
Langkah-langkah pembuatan neraca bahan harus diketahui terlebih dahulu
apakah proses berlangsung secara mantap atau tidak. Apabila proses tidak
menyangkut reaksi kimia, neraca bahan dapat dibuat dengan satuan-satuan kg, lb,
kmol dsb. Dalam hal ada reaksi kimia, sebaiknya dipakai satuan mol karena zat-
zat bersangkutan secara stoikhiometri. Untuk memudahkan perhitungan neraca
massa diambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. Buat diagram proses (block diagram)
2. Tuliskan besaran, data yang diketahui dan diperlukan pada diagram tersebut.
3. Tuliskan persamaan reaksi kimianya.
4. Tetapkan dasar perhitungan.Semua perhitungan bahan (total maupun untuk
masing-masing komponen) harus dilakukan pada dasar yang sama. Dasar
perhitungan dapat berupa sejumlah massa aliran tertentu atau jangka waktu
tertentu.
5. Buat persamaan neraca massa (keseluruhan dan komponen-komponen yang
diperlukan.
6. Selesaikan persamaan-persamaan neraca bahan tersebut.
II-21
2.5 Analisis Biaya
2.5.1 Biaya17
Klasifikasi biaya adalah sangat penting untuk membuat ikhtisar yang
berarti atas data biaya. Klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada
hubungan antara biaya dengan berikut ini:
1. Produk (satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa)
2. Volume produksi
3. Departemen, proses, pusat biaya (cost center), atau subdivisi lain dari
manufaktur
4. Periode akutansi
5. Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi.
Proses klasifikasi biaya dan beban dapat dimulai dengan menghubungkan
biaya ke tahapan yang berbeda dalam operasi suatu bisnis. Dalam lingkungan
manufaktur, total biaya operasi terdiri atas dua elemen yaitu biaya manufaktur dan
beban komersial. Biaya manufaktur juga disebut sebagai biaya produksi biasanya
didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung, dan overead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung, keduanya disebut biaya utama. Tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik, kedanya disebut biaya konvensi.
2.5.2 Penentuan Harga Pokok Produksi
Produksi dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan besar yakni bahan
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Berikut penjelasan dari tiga
kelompok golongan tersebut sebagai berikut :
1. Bahan Langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral
dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya
produk. Contoh dari bahan baku langsung adalah kayu yang digunakan
untuk membuat furniture dan minyak mentah yang digunakan untuk
membuat bensin. Kemudahan penelusuran item bahan baku tersebut ke
17 William K Carter, Akuntansi Biaya, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2006) hlm. 40-4.
II-22
produk finak merupakan pertimbangan utama dalam mengklasifikasikan
suatu biaya sebagai bahan baku langsung. Misalnya saja, jumlah paku di
furniture merupakan bagian integral dari barang jadi, tetapi karena biaya
dari paku yang diperlukan untuk setiap furniture tidak signifikan, maka paku
diklasifikasikan sebagai bahan baku tidak langsung.
2. Tenaga Kerja Langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi
bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara
layak ke produk tertentu. Di pabrik yang sangat terotomasi, ua masalah
sering muncul ketika dilakukan usaha untuk mengidentifikasikan tenaga
kerja langsung sebagai elemen biaya yang terpisah.
3. Biaya overhead Pabrik juga disebut sebagai overhead manufaktur atau
beban pabrik. Terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri
secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya memasukkan
semua biaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung.
4. Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang diperlukan untuk
penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikan sebagai bahan baku
langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk.
Contohnya adalah amplas, pola kertas, dan pelumas.
5. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak secara langsung
ditelusuri ke konstruksi atau komposisi produk jadi. Tenaga kerja tidak
langsung termasuk gaji penyelia, klerek pabrik, pembantu umum, pekerja
bagian pemeliharaan, dan biasanya, pekerja bagian gedung. Dalam bisnis
jasa, tenaga kerja tidak langsung dapat mencakup gaji resepsionis operator
telepon, pegawai pengarsipan, dan pegawai yang menangani barang.
6. Biaya komersial terdiri atas dua klasifikasi umum beban pemasaran dan
beban administrative. Beban pemasaran dimulai dari titik dimana biaya
manufaktur berakhir. Yaitu ketika proses manufaktur selesai dan produk ada
dalam kondisi siap dijual. Beban pemasaran mengcakup beban promosi,
penjualanm dan pengiriman. Beban administrative termasuk beban yang
terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Tidak semua
II-23
beban semacam itu dialokasikan sebagai beban administrative. Gaji dari
wakil presiden direkrut yang bertanggung awab atas proses manufaktur
dapat dianggap sebagai biaya manufaktur.
Rumusan-rumusan mengenai biaya dapat dilihat sebagai berikut:
1. Bahan baku langsung + Tenaga kerja langsung = Biaya utama
2. Bahan baku tidak langsung + Tenaga kerja tidak langsung + biaya tidak
langsung lainnya = Overhead pabrik
3. Biaya utama + Overhead pabrik = Biaya manufaktur
4. Beban pemasaran + biaya administratif = Biaya komersial
5. Biaya manufaktur + Biaya komersial = Total biaya produksi
2.6 Energi Penguapan18
Penguapan merupakan salah satu proses perubahan fisik. Penguapan juga
dipandang sebagai suatu reaksi di mana yang berperan sebagai zat cair adalah
pereaksi sedangkan hasil reaksi adalah uap yang bersangkutan. Kalor penguapan
dan perubahan energy penguapan adalah kalor reaksi dan perubahan entalpi yang
dibutuhkan atau dilepaskan pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi 1
mol zat dalam fase gas pada titik didihnya. Contohnya dapat dilihat dari reaksi
pemanasan air pada system terbuka berikut ini:
H2O(l) --> H2O(g) ΔH = + 44 kJ
Selanjutnya, karena penguapan dapat dipandang sebagai proses yang
hanya terdiri atas satu tahap, maka kalor penguapan dapat dipandang sebagai
energy pengaktifan reaksi penguapan. Berdasarkan perumpamaan ini, kalor
penguapan dapat diukur dengan cara yang lazim digunakan untuk energy
pengaktifan. Pengukuran energi pengaktifan dilakukan dengan mengukur laju
reaksi pada berbagai suhu dan dengan menggunakan persamaan Arrhenius
berikut:
Log k = log A (E/2,303 RT)
Keterangan :
18 Fitria,”Kalor Penguapan Sebagai Energi”, http://chemicalpoenya. blogspot. com/ 2012/09/kalor-penguapan-sebagai-energi.html, (Diakses tanggal 2 Februari 2014).
II-24
K = tetapan laju reaksi pada suhu konstan T
A = suatu tetapan
E = energy pengaktifan
R = tetapan gas ideal
T = suhu mutlak
Dengan demikian, kalor penguapan dapat diperoleh dengan mengukur laju
penguapan pada berbagai suhu dan dengan mengartikan E sebagai kalor
penguapan. Penguapan merupakan salah satu proses perubahan fisik. Penguapan
juga dipandang sebagai suatu reaksi di mana yang berperan sebagai zat cair adalah
pereaksi sedangkan hasil reaksi adalah uap yang bersangkutan. Kalor penguapan
dan perubahan energy penguapan adalah kalor reaksi dan perubahan entalpi yang
dibutuhkan atau dilepaskan pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi 1
mol zat dalam fase gas pada titik didihnya. Contohnya dapat dilihat dari reaksi
pemanasan air pada system terbuka .
Energi penguapan yaitu energi yang dibutuhkan untuk menguapkan
sejumlah air. Rumus untuk menghitung energi penguaan adalah:
Energi Penguapan = Jumlah Air Teruapkan (Kg) x Panas Laten Penguapan Air
(Kkal/Kg)
Q = m x U
Panas laten penguapan air dapat diketahui dari tabel tekanan uap yang
disajikan pada Gambar 2.5.
II-25
Gambar 2.5. Tabel Tekanan Uap
2.7 Efesiensi Mesin19
Efisiensi mesin mengacu pada kemampuan mesin untuk mengubah
energi yang tersedia dari bahan bakar menjadi tenaga gerak yang berguna. Mesin
bensin modern beroperasi pada rata-rata sekitar 20 sampai 30 persen efisiensi.
Sisa 70 sampai 80 persen energi dari bensin dikeluarkan dari mesin baik sebagai
panas, energi suara mekanik, atau gesekan. Pada saat tidak sedang berjalan,
efisiensi mesin adalah nol karena mesin tidak menggerakkan kendaraan dan hanya
19 S.Admin, “Efisiensi Mesin”, http://amazine.co/25918/apa-itu-efisiensi-mesin-perbandingan- mesin-diesel-bensin/, (Diakses tanggal 2 Februari 2014).
II-26
mengoperasikan aksesoris, seperti pompa air dan generator. Efisiensi mesin dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
η = Efesiensi Mesin
Ph = Daya output
P = Daya input
2.8 Pemanfaatan Eugeanol dari Minyak Cengkeh untuk Mengatasi
Ranciditas pada Minyak Kelapa20
2.8.1 Pendahuluan
Tanaman kelapa merupakan komoditi ekspor dan dapat tumbuh
disepanjang pesisir pantai khususnya, dan dataran tinggi serta lereng gunung pada
umumnya. Buah kelapa yang menjadi bahan baku minyak disebut kopra. Dimana
kandungan minyaknya berkisar antara 60 – 65 %. Sedang daging buah segar
(muda) kandungan minyaknya sekitar 43 %. Minyak kelapa terdiri dari gliserida,
yaitu senyawa antara gliserin dengan asam lemak. Kandungan asam lemak dari
minyak kelapa adalah asam lemak jenuh yang diperkirakan 91 % terdiri dari
Caproic, Caprylic, Capric, Lauric, Myristic, Palmatic, Stearic, dan Arachidic, dan
asam lemak tak jenuh sekitar 9 % yang terdiri dari Oleic dan Linoleic.
Kandungan asam lemak jenuh yang terdapat dalam minyak kelapa dapat
mengakibatkan ketengikan pada minyak yang disimpan dalam waktu tertentu
tanpa pengawetan. Cengkeh memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga
dapat mengatasi ketengikan minyak kelapa karena zat antioksidan tersebut mampu
memutus ikatan rangkap persenyawaan peroksida sehingga bilangan peroksida
pada minyak dapat diturunkan. Dengan diturunkannya bilangan peroksida maka
kesempatan persenyawaan peroksida untuk membentuk persenyawaan yang dapat
menimbulkan ketengikan semakin kecil.
Nakatani telah merangkum hasil penelitian dari beberapa peneliti dunia
dan menyebutkan bahwa tumbuhan rosemary dan sage memiliki antioksidan
20 Laitupa, Fahrurizal, dkk. Pemanfaatan Eugeanol dari Minyak Cengkeh untuk Mengatasi Ranciditas pada Minyak Kelapa. (Semarang : Universitas Diponegoro, 2013)
II-27
efektif untuk memperlambat kerusakan oksidatif pada lemak babi, begitu pula
antioksidan dari tumbuhan thyme, oregano, pala, bunga pala dan kunyit.
Sementara cengkeh memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi didalam emulsi
minyak dalam air dibanding kunyit, bunga pala, rosemary, pala, jahe, oregano,
dan sage.
Efek dari penambahan antioksidan alami pada minyak jagung
menunjukkan bahwa lipid peroksida tidak mengalami pertumbuhan yang
signifikan sampai hari yang ke 15. Setelah 26 hari dengan suhu penyimpanan
550C, minyak jagung yang mengandung herbal du-zhong pada konsentrasi 3.6
mg/l menunjukkan sekitar setengah level control oksidasi pada minyak. Ginseng
juga efektif tetapi untuk menghasilkan level yang sama dengan herbal du-zhong
dibutuhkan jumlah yang lebih banyak. Minyak kelapa yang belum dimurnikan
mengandung komponen yang bukan minyak misalnya : pospatida, gum, sterol
(0,06 – 0,08 %), tokoferol (0,003%), dan asam lemak bebas (kurang lebih 5%).
Kelapa (Coccos nurifere) merupakan sumber minyak nabati yang penting
disamping kelapa sawit (Elacis guineensis). Mengingat semakin meningkatnya
kebutuhan akan minyak nabati di Indonesia, baik minyak untuk kebutuhan rumah
tangga maupun minyak secara komersil, maka peningkatan produksi minyak
umumnya dan minyak kelapa khususnya perlu mendapat perhatian. Proses
pembuatan minyak kelapa ada berbagai macam cara antara lain, yaitu:
1. Cara basah
Cara ini relatif sederhana. Daging buah diparut, kemudian ditambah air dan
diperas sehingga mengeluarkan santan. Setelah itu dilakukan pemisahan minyak
pada santan. Pemisahan minyak tersebut dapat dilakukan dengan pemanasan, atau
sentrifugasi. Pada pemanasan, santan dipanaskan sehingga airnya menguap dan
padatan akan menggumpal. Gumpalan padatan ini disebut blando. Minyak
dipisahkan dari blando dengan cara penyaringan. Blando masih banyak
mengandung minyak. Minyak ini dicampur dengan minyak sebelumnya. Cara
basah ini dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang biasa terdapat di
dapur keluarga.
II-28
Pada sentrifugasi, santan diberi perlakuan sentrifugasi pada kecepatan 3000-
3500 rpm. Sehingga terjadi pemisahan fraksi kaya minyak (krim) dari fraksi
miskin minyak (skim). Selanjutnya krim diasamkan, kemudian diberi perlakuan
sentrifugasi sekali lagi untuk memisahkan minyak dari bagian bukan minyak.
Pemisahan minyak dapat juga dilakukan dengan kombinasi pemanasan dan
sentrifugasi. Santan diberi perlakuan sentrifugasi untuk memisahkan krim. Setelah
itu krim dipanaskan untuk menggumpalkan padatan bukan minyak. Minyak
dipisahkan dari bagian bukan minyak dengan cara sentrifugasi. Minyak yang
diperoleh disaring untuk memperoleh minyak yang bersih dan jernih.
a. Cara Basah Tradisional.
Cara basah tradisional ini sangat sederhana dapat dilakukan dengan
menggunakan peralatan yang biasa terdapat pada dapur keluarga. Pada cara
ini, mula-mula dilakukan ekstraksi santan dari kelapa parut. Kemudian santan
dipanaskan untuk menguapkan air dan menggumpalkan bagian bukan minyak
yang disebut blondo. Blondo ini dipisahkan dari minyak. Terakhir, blondo
diperas untuk mengeluarkan sisa minyak.
b. Cara Basah Fermentasi.
Cara basah fermentasi agak berbeda dari cara basah tradisional. Pada cara
basah fermentasi, santan didiamkan untuk memisahkan skim dari krim.
Selanjutnya krim difermentasi untuk memudahkan penggumpalan bagian
bukan minyak (terutama protein) dari minyak pada waktu pemanasan.
Mikroba yang berkembang selama fermentasi, terutama mikroba penghasil
asam. Asam yang dihasilkan menyebabkan protein santan mengalami
penggumpalan dan mudah dipisahkan pada saat pemanasan.
c. Cara Basah Lava Process.
Cara basah lava process agak mirip dengan cara basah fermentasi. Pada cara
ini, santan diberi perlakuan sentrifugasi agar terjadi pemisahan skim dari
krim. Selanjutnya krim diasamkan dengan menambahkan asam asetat, sitrat,
atau HCI sampai pH4. Setelah itu santan dipanaskan dan diperlakukan seperti
cara basah tradisional atau cara basah fermentasi. Skim santan diolah menjadi
konsentrat protein berupa butiran atau tepung.
II-29
d. Cara Basah "Kraussmaffei Process".
Pada cara basah ini, santan diberi perlakuan sentrifugasi, sehingga terjadi
pemisahan skim dari krim. Selanjutnya krim dipanaskan untuk
menggumpalkan padatannya. Setelah itu diberi perlakuan sentrifugasi
sehingga minyak dapat dipisahkan dari gumpalan padatan. Padatan hasil
sentrifugasi dipisahkan dari minyak dan dipres untuk mengeluarkan sisa
minyaknya. Selanjutnya, minyak disaring untuk menghilangkan kotoran dan
padatan. Skim santan diolah menjadi tepung kelapa dan madu kelapa. Setelah
fermentasi, krim diolah seperti pengolahah cara basah tradisional.
2. Cara pres
Cara pres dilakukan terhadap daging buah kelapa kering (kopra). Proses ini
memerlukan investasi yang cukup besar untuk pembelian alat dan mesin. Uraian
ringkas cara pres ini adalah sebagai berikut:
a. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk kasar.
b. Serbuk kopra dipanaskan, kemudian dipres sehingga mengeluarkan minyak.
Ampas yang dihasilkan masih mengandung minyak. Ampas digiling sampai
halus, kemudian dipanaskan dan dipres untuk mengeluarkan minyaknya.
c. Minyak yang terkumpul diendapkan dan disaring.
d. Minyak hasil penyaringan diberi perlakuan berikut:
i. Penambahan senyawa alkali (KOH atau NaOH) untuk netralisasi
(menghilangkan asam lemak bebas).
ii. Penambahan bahan penyerap (absorben) warna, biasanya menggunakan
arang aktif agar dihasilkan minyak yang jernih dan bening.
iii. Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan
menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang tidak
dikehendaki.
e. Minyak yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam kotak
kaleng, botol plastik atau botol kaca.
3. Cara ekstraksi pelarut
II-30
Cara ini menggunakan cairan pelarut (selanjutnya disebut pelarut saja) yang
dapat melarutkan minyak. Pelarut yang digunakan bertitik didih rendah, mudah
menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan residunya tidak
beracun. Walaupun cara ini cukup sederhana, tapi jarang digunakan karena
biayanya relatif mahal. Uraian ringkas cara ekstraksi pelarut ini adalah sebagai
berikut:
a. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk.
b. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut
pada ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai menguap. Uap
pelarut akan naik ke ruang kondensasi. Kondensat (uap pelarut yang mencair)
akan mengalir ke ruang ekstraksi dan melarutkan lemak serbuk kopra. Jika
ruang ekstraksi telah penuh dengan pelarut, pelarut yang mengandung minyak
akan mengalir (jatuh) dengan sendirinya menuju ruang penguapan semula.
c. Di ruang penguapan, pelarut yang mengandung minyak akan
menguap, sedangkan minyak tetap berada di ruang penguapan. Proses ini
berlangsung terus menerus sampai 3 jam.
d. Pelarut yang mengandung minyak diuapkan. Uap yang
terkondensasi pada kondensat tidak dikembalikan lagi ke ruang penguapan,
tapi dialirkan ke tempat penampungan pelarut. Pelarut ini dapat digunakan
lagi untuk ekstraksi. penguapan ini dilakukan sampai diperkirakan tidak ada
lagi residu pelarut pada minyak.
e. Selanjutnya, minyak dapat diberi perlakuan netralisasi, pemutihan
dan penghilangan bau. Pada pengolahan minyak yang akan diterangkan di
bawah ini dipilihkan cara basah fermentasi karena biayanya cukup murah dan
dapat dilakukan dengan mudah.
Tipe penyebab ketengikan dalam lemak dibagi atas tiga golongan, yaitu :
1. Ketengikan oleh oksidasi (oxidative rancidity)
2. Ketengikan oleh enzim (enzymatic rancidity)
3. Ketengikan oleh proses hidrolisa (hidrolitic rancidity)
II-31
Berbagai jenis minyak atau lemak akan mengalami perubahan rasa dan
bau sebelum terjadi proses ketengikan, ini dikenal sebagai reversion. Beberapa
peneliti berpendapat bahwa hal ini khas pada minyak atau lemak. Reversion
terutama dijumpai dalam lemak dipasar dan pada pemanggangan atau
penggorengan dengan menggunakan temperature yang terlalu tinggi.
Ketengikan berbeda dengan reversion. Beberapa minyak atau lemak
mudah terpengaruh untuk menjadi tengik tapi akan mempunyai daya tahan
terhadap peristiwa reversion, misalnya pada minyak jagung. Perubahan flavor
yang terjadi selama reversion berbeda untuk setiap jenis minyak. Sedangkan
minyak yang telah menjadi tengik akan menghasilkan rasa yang sama untuk
semua jenis minyak atau lemak. Bilangan peroksida yang sangat tinggi dapat
menjadi indikasi ketengikan minyak atau lemak, tetapi bilangan peroksida ini
tidak mempunyai hubungan dengan peristiwa reversion.
Tanaman Cengkeh diklasifikasikan kedalam kerajaan Plantae, filum
Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Myrtales, familia Myrtaceae, genus
Syzygium, spesies S. aromaticum. Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia
aromaticum), dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering
beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli
Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara
Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh ditanam
terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar, juga tumbuh subur di
Zanzibar, India, dan Sri Lanka.
Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan
tinggi 10-20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-
pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika
bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2
cm.
Bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) mengandung minyak atsiri, dan
juga senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin,
karyofilin, resin dan gom. Minyak esensial dari cengkeh mempunyai fungsi
anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkeh sering digunakan untuk
II-32
menghilangkan bau nafas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat yang
terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol, digunakan dokter gigi untuk
menenangkan saraf gigi.
2.8.2. Bahan dan Metode Penelitian
Penelitian mengenai Pemanfaatan Eugenol dari Minyak Cengkeh untuk
Mengatasi Ranciditas pada Minyak Kelapa ini dilakukan di Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
2.8.2.1. Penetapan Variabel
Pada praktikum proses produksi minyak kelapa ini, dilakukan penentuan
variabel-variabel yaitu sebagai berikut:
1. Variabel tetap
a. Jenis minyak : minyak kelapa rakyat
b. Volume minyak : 250 ml
c. Waktu pemanasan : 15 menit
d. Tempat penyimpanan : udara terbuka
e. Waktu penyimpanan : 0, 5, 10, 15, 20, 25 hari
2. Variabel berubah
a. Volume minyak cengkeh yang dipakai : 2%, 3%, 5%
b. Suhu Pemanasan : 60oC, 70oC , 80oC, 90oC, 100oC
2.8.2.2. Pengamatan
Analisa bahan baku meliputi analisa bilangan iod dan bilangan peroksida
awal bahan baku. Pengamatan pengaruh penambahan minyak cengkeh kedalam
minyak kelapa untuk mencegah ranciditas pada berbagai volume dan suhu
pemanasan.
2.8.2.3. Cara pengolahan data
Data yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel dan grafik. Grafik/tabel
tersebut menunjukkan hubungan antara waktu penyimpanan 0-25 hari dengan
II-33
bilangan iod/peroksida pada berbagai persen volume minyak cengkeh yang
ditambahkan untuk suhu pemanasan 90oC. Dari percobaan tersebut diatas
ditentukan persen volume minyak cengkeh yang relatif baik dan percobaan
dilakukan pada suhu 60oC, 70oC , 80oC, 90oC, 100oC.
2.8.2.4. Bahan dan Alat yang Digunakan
Dalam praktikum ini, alat dan bahan yang digunakan dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak cengkeh yang
diperoleh dari pasar swalayan yang ada di kawasan Semarang. Minyak cengkeh
dimasukkan kedalam minyak kelapa kemudian dipanaskan didalam oven pada
suhu dan volume tertentu.
a. Minyak kelapa rakyat dari Lombok
b. Minyak cengkeh
c. Larutan Na2S2O3 0.1 N
d. Asam asetat glacial
e. Kloroform
f. KI
g. Na2HCO3
h. KOH 0,1 N
i. HCl 2 N
j. Amylum 1%
k. Aquades
2. Alat
Berikut adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu
sebagai berikut.
a. Neraca
analitis
b. Buret
c. Beaker glass
d. Erlenmeyer
e. Corong gelas
II-34
f. Pipet volume
2.8.2.5. Metodologi Penelitian
Penelitian mengenai Pemanfaatan Eugenol dari Minyak Cengkeh untuk
Mengatasi Ranciditas pada Minyak Kelapa ini dilakukan di Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro. Cara pengerjaan adalah ambil minyak kelapa 250 ml
masukkan ke dalam beaker glass. Panaskan sampai suhu 90oC dengan
menggunakan kompor listrik. Setelah itu, masukkan 2% volume minyak cengkeh
kedalam minyak kelapa pada suhu 90oC sambil diaduk. Pertahankan suhu tersebut
selama 15 menit. Kemudian beaker glass diangkat dari kompor dan didinginkan
pada suhu kamar dan disimpan dalam berbagai waktu yang ditentukan. Percobaan
diatas diulang dengan berbagai variabel suhu.
2.8.3 Hasil Dan Pembahasan
2.8.3.1. Pengaruh Volume Minyak Cengkeh Terhadap Bilangan Peroksida
Variabel tetap dari penelitian ini adalah minyak kelapa dengan volume
250 ml waktu pemanasan 15 menit dimana tempat penyimpanannya pada udara
terbuka penyimpanan dilakukan selama 25 hari dengan jarak pengambilan sampel
5 hari sekali. untuk variable berubahnya berupa volume minyak cengkeh yang
dipakai yaitu 2%, 3% dan 5% dari volume minyak kelapa dan suhu pemanasan
yaitu 60oC, 70oC, 80oC, 90oC dan 100oC. Hasil percobaan dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 2.2. Bilangan Peroksida vs Waktu Terhadap Perbandingan Volume
Minyak Cengkeh
II-35
Dari grafik diatas, bilangan peroksida menunjukkan kenaikan yang
signifikan seiring bertambahnya hari. Baik sampel blanko, maupun sampel
dengan penambahan minyak cengkeh semuanya mempunyai kecenderungan
bilangan peroksida semakin meningkat. Proses ranciditas ditandai dengan adanya
bilangan peroksida. Semakin tinggi bilangan peroksida yang dihasilkan, maka
minyak semakin rancid (tengik) hingga mencapai bilangan maksimal 100, maka
minyak bersifat racun.
2.8.3.2. Pengaruh Volume Minyak Cengkeh Terhadap Bilangan Iod
Pada semua sampel dengan penambahan minyak cengkeh 2%, 3%, 5%
dari volume minyak kelapa maupun blanko, Bilangan iodine mengalami
peningkatan seiring berjalannya waktu. Pada blanko peningkatannya 0,05, untuk
2% peningkatannya 0,97, 3% peningkatannya 0,93 dan 5% peningkatannya 1,32.
Bilangan iodine minyak menunjukkan ketidakjenuhan asam lemak penyusun
minyak, asam lemak ini mampu mengikat iod dan membentuk senyawa jenuh.
Banyaknya iod yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap.
Ikatan rangkap asam lemak tak jenuh dapat mengikat oksigen sehingga
membentuk peroksida yang menyebabkan terjadinya ketengikan. Ketengikan ini
dapat di hambat dengan penambahan antioksidan, dimana antioksidan ini
menghalangi oksigen berikatan dengan ikatan rangkap asam lemak. Banyaknya
antioksidan yang diberikan menyebabkan proses oksidasi berjalan lambat karena
oksigen yang berikatan dengan ikatan rangkap semakin sedikit sehingga bilangan
iodine semakin tinggi. Semakin tinggi bilangan iodine, maka kualitas minyak
semakin baik.
II-36
Gambar 2.7. Bilangan Iodine vs Waktu Terhadap Perbandingan Volume
Minyak Cengkeh
2.8.4. Kesimpulan
Jumlah minyak cengkeh yang optimum untuk mencegah ketengikan pada
minyak kelapa adalah 5% dari volume minyak kelapa dan suhu pemanasan
optimum untuk mencegah ketengikan pada minyak kelapa adalah 90oC.