Upload
vuonghuong
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
25
BAB 3
INTI PENELITIAN
3.1 Mal Kelapa Gading
3.1.1 Sejarah Singkat Mal Kelapa Gading
PT. Summarecon Agung Tbk merupakan salah satu perusahaan properti
terbesar di Indonesia. Summarecon telah berhasil mengembangkan kawasan
Summarecon Kelapa Gading menjadi kawasan dengan infrastruktur yang
lengkap serta fasilitas pendukung termasuk pusat perbelanjaan, pusat makanan,
pusat gaya hidup, klub keluarga, sekolah dan rumah sakit.
Salah satu properti yang dikembangkan dengan sangat pesat adalah Mal
Kelapa Gading yang diresmikan pada tanggal 24 Maret 1990. Mal Kelapa
Gading (MKG) pada awalnya seluas 30.000 m2
, pada bulan Mei tahun 1995
berkembang dengan luas 40.000 m2
. Konsep pembangunan mal ini sejalan
dengan perkembangan terencana Kawasan Kelapa Gading sebagai kota mandiri
di kawasan Jakarta Utara.
Seiring dengan perkembangan dan tuntutan gaya hidup masyarakat
Kelapa Gading, yang merupakan bagian dari kota metropolitan Jakarta, pada
tahun 2003 dikembangkan MKG 3 dengan luas 60.000 m2
, yang diresmikan
tanggal 10 April 2003, dengan melengkapi fasilitas belanjanya yang bertema
Fashion, Food & Entertainment bagi seluruh keluarga.
Adapun fasilitas–fasilitas yang ada di MKG yang menjadikan keunikan
tersendiri antara lain yaitu:
26
1. The Catwalk
The catwalk merupakan sekumpulan butik yang menawarkan
produk fashion lokal, mulai dari karya para desainer Indonesia
terkemuka, hingga produk dari pengrajin Usaha Kecil Menengah
(UKM) yang berkualitas internasional. Terletak di lantai 1 MKG 3,
dapat dijumpai berbagai produk fashion berkualitas, mulai dari busana
ready–to–wear, bergaya etnis, gaun pesta, busana muslim, tas, sepatu
hingga perlengkapan aksesoris. Area ini dijadikan salah satu obsesi
dan wujud idealisme MKG untuk berperan aktif mendukung
perkembangan industri mode di Indonesia.
2. Kids Area
Kids area adalah sebuah area khusus untuk anak–anak yang
bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu Lollipop. Konsepnya sangat
unik, dengan memadukan konsep belanja, playground sekaligus
children care. Area favorit bagi anak–anak hingga 12 tahun ini,
terdapat sarana bermain, dimana anak–anak dapat „berpetualang‟
dengan suasana berbeda. Dekorasi area ini pun sangat atraktif selain
tersedianya beberapa toko yang menawarkan berbagai produk yang
semuanya khusus untuk anak–anak.
3. Teenage Area
MKG selalu memikirkan segala sesuatu kebutuhan pengunjung
setianya. Termasuk kebutuhan para remaja yang tertampung dalam
sebuah area unik dan ceria, yaitu Fashion Hub. Berbagai kebutuhan
27
fashion anak muda terbaru dengan harga yang sesuai dengan
segmennya dan model yang up to date tersedia di area ini. Fashion
Hub mewadahi beberapa tenant fashion, accessories, salon, hobby,
dan juga Food & Beverage. Sehingga konsep destinasi belanja dan
life style untuk kalangan muda pun merupakan hal yang tepat untuk
menggambarkan Fashion Hub saat ini.
4. Food Area
Area makanan yang telah menjadi trademark kawasan Kelapa
Gading ini terletak di Lantai 3 MKG 3 dengan luas 6000 m2
terdapat
2 area Food Court, yaitu Food Temptation dan Food Sensation. Area
Food Temptation telah menjadi salah satu food court terbesar di
Indonesia, yang menyajikan berbagai hidangan lokal dan
internasional. Berdampingan dengan itu, hadir pula Food Market Eat
& Eat adalah sebuah area makan dengan nuansa cina peranakan yang
berpadu harmonis dengan nuansa kompeni Belanda dan budaya
Betawi. Berbagai hidangan lokal dan internasional Asia pun bisa
dinikmati disini.
Area lainnya adalah Food Sensation yang terdapat di MKG 1
Lantai Dasar. Keunggulannya menggunakan konsep open kitchen,
dimana pengunjung dapat melihat proses penyediaan makanan yang
mereka pesan dan tentunya lebih higienis.
28
5. Gourmet Walk
Satu lagi area makanan di MKG yang bergaya cozy dan modern
serta mengadaptasi gaya Eropa dapat ditemui di Lantai Dasar MKG 3.
Hadir dengan sederet restoran dan cafe berkonsep ala Jepang hingga
Eropa yang menggugah selera.
Sebagai nilai tambah keunikan MKG dibandingkan dengan mal–mal
lainnya di Jakarta yaitu adanya Pusat Makanan Gading Food City dan Pusat
Gaya Hidup La Piazza. Sehingga ketiga fasilitas tersebut saling terintegrasi dan
memungkinkan adanya pertukaran kepadatan pengunjung yang sangat tinggi.
Gading Food City sebagai pusat makanan yang beroperasi mulai tahun
2000, dengan memiliki 25 tenant restoran, yang menyajikan berbagai jenis
hidangan seperti seafood dan makanan khas Indonesia. La Piazza beroperasi
sejak akhir tahun 2004, adalah sebuah pusat gaya hidup dimana saat ini sedang
menjadi tren di kota–kota metropolitan. Untuk memperkuat konsepnya sebagai
Pusat Gaya Hidup, di La Piazza dapat dijumpai restoran, cafe bertaraf
internasional, bar & lounge, karaoke, bioskop, dan fitness center. Area terbaru
di La Piazza adalah La Terrazza dan La Porta sebuah area hang out yang
menyajikan makanan–makanan ringan namun tetap menyenangkan.
Secara rutin Manajemen MKG selalu menyajikan hiburan, sesuai dengan
event yang sedang berlangsung di masyarakat secara umum. Mulai dari hari
raya Tahun baru China, hari raya Idul Fitri, HUT Kemerdekaan RI, hari raya
Natal dan juga Tahun Baru ataupun sekedar turut menyemarakkan liburan
sekolah anak–anak. Baik hiburan maupun dekorasi mal yang ditampilkan
29
disesuaikan dan didukung dengan pameran produk–produk yang berhubungan
dengan tema tersebut.
3.1.2 Profil Mal Kelapa Gading
Mal Kelapa Gading (MKG) merupakan pusat perbelanjaan dan pusat
hiburan berkonsep fashion–food–entertainment. MKG berkembang seiring
dengan tuntutan masyarakat akan pusat perbelanjaan yang semakin meningkat,
bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari, juga sekaligus
menjadi life style bagi masyarakat perkotaan dan tempat rekreasi bagi keluarga.
MKG sebagai sebuah pusat belanja selalu penuh dengan inovasi baru.
Berbagai pembaharuan dan perbaikan selalu dilakukan dalam kurun waktu 3–5
tahun. Oleh karena itu, MKG yang berani tampil dengan konsep–konsep
barunya, sering menjadi lokasi pilihan dan ukuran keberhasilan bagi gerai–gerai
dari mancanegara yang akan mencoba membuka cabang pertamanya di
Indonesia.
Ditambah dengan adanya sinergi antara Mal Kelapa Gading dengan
Gading Food City dan La Piazza, maka semakin memperkuat konsep MKG
sebagai mal keluarga dengan fasilitas fashion–food–entertainment yang
lengkap. Fasilitas Gedung Parkir yang juga terintegrasi untuk saling melayani,
dilengkapi pedestrian walk yang saat ini sedang dalam tahap finishing di
kawasan ini, adalah sebagai bukti bahwa MKG senantiasa menjaga
komitmennya, dengan meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikannya
kepada pengunjung. Selain itu adanya ketiga fasilitas ini yang menjadi
30
primadona kawasan Summarecon Kelapa Gading, juga memacu tingkat hunian
maupun bisnis di wilayah Jakarta Utara, hingga menjadi suatu area dengan nilai
investasi yang tinggi, dan memberikan manfaat yang besar bagi lingkungan
sekitarnya, baik berupa peningkatan kualitas maupun penyediaan tenaga kerja.
3.1.3 Visi dan Misi Mal Kelapa Gading
Visi dan Misi Mal Kelapa Gading adalah menjadikan Mal Kelapa Gading
sebagai pemimpin di bidang pusat perbelanjaan di Indonesia yang paling
produktif dan bersahabat melalui manajemen yang terbaik, efektif dan efisien
sehingga memberikan keuntungan yang maksimal bagi pengunjung, penyewa,
karyawan, dan pemegang saham dengan menyediakan fasilitas yang terlengkap
dan terpadu.
3.1.4 Struktur Umum Organisasi Mal Kelapa Gading
Untuk menjalankan fungsinya secara penuh, teratur, dan terencana, MKG
dibawah naungan PT. Summarecon Agung Tbk memiliki susunan organisasi
yang berfungsi untuk membagi tugas dan peran masing–masing bagian agar
setiap bagian dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
31
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Mal Kelapa Gading
Sumber Mal Kelapa Gading
Property
Director
Operation
Manager
Marketing
Manager
Leasing
Manager
Purchasing
Manager
Finance
Manager
Personnel
Manager
Corporate General
Manager
Communication
Engineering
Dept
Fit Out Dept
Security Dept
House Keeping
Dept
Tenant Relations
Dept
Customer
Service Dept
32
Sesuai dengan gambar struktur organisasi Mal Kelapa Gading (MKG) di
atas, berikut adalah uraian job description dari jabatan–jabatan tersebut:
1. Property Director
Bertanggung jawab terhadap semua unit yang dimiliki PT.
Summarecon Agung Tbk dan juga mengontrol perkembangan unit–
unit yang dimiliki PT. Summarecon Agung Tbk.
2. Corporate General Manager Communication
Bertanggung jawab untuk mengatur seluruh kegiatan Public
Relations dalam melakukan komunikasi baik dengan pihak internal
maupun eksternal PT. Summarecon Agung Tbk.
3. Operation Manager
Bertanggung jawab terhadap seluruh operasional Mal Kelapa
Gading yang meliputi enginnering, fit out, security & parking, house
keeping, tenant, dan pengunjung atau customer yang ada di MKG.
4. Marketing Manager
Bertanggung jawab terhadap program–program promosi yang
berlangsung serta menciptakan acara–acara yang menarik sehingga
mampu menarik pengunjung.
5. Leasing Manager
Bertanggung jawab terhadap pengisian toko maupun penyewa
yang ada di Mal Kelapa Gading.
33
6. Purchasing Manager
Bertanggung jawab terhadap setiap pembelian yang dibutuhkan
oleh seluruh departemen.
7. Finance Manager
Bertanggung jawab terhadap transaksi keuangan yang
berhubungan dengan Mal Kelapa Gading serta mengontrol
pembayaran tenant sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
8. Personnel Manager
Bertanggung jawab terhadap seluruh karyawan yang termasuk di
dalam manajemen Mal Kelapa Gading.
3.1.5 Struktur Organisasi Public Relations Mal Kelapa Gading
Sesuai dengan struktur organisasi di atas, terlihat bahwa dalam
Manajemen Mal Kelapa Gading (MKG) bagian Public Relations yang disebut
Public Relations Manager berada di bawah General Manager dan sejajar
dengan Operation Manager, Marketing Manager, Leasing Manager,
Purchasing Manager, Finance Manager & Personnel Manager.
Public Relations Departement dipimpin oleh Public Relations Manager,
dimana komunikasi antara General Manager dengan Public Relations Manager
terjalin dengan baik. Komunikasi yang baik menyebabkan Public Relations
Department selalu mengetahui apa yang terjadi di MKG dan cepat menanggapi
serta mencari jalan keluar atas masalah–masalah yang dihadapi MKG.
34
Gambar 3.2
Struktur Organisasi Public Relations Mal Kelapa Gading
Sumber Mal Kelapa Gading
Sesuai dengan gambar 3.2 di atas, masing–masing dalam bagian memiliki
tugas sendiri. Job description bagian–bagian Public Relations Department, yaitu:
1. Public Relatios Manager
Bertanggung jawab terhadap pembentukan image Mal Kelapa Gading
yang positif serta menciptakan dan memelihara opini publik serta
Corporate General
Manager
Communication
Public Relations
Manager
AssistantPublic Relations
Manager
Corporate Public
Relations
Coordination
Public Relations
Coordination MKG
Public Relations
Executive Social
media
Public Relations
Executive Media
Eksternal
35
memberikan masukan pada manajemen dalam setiap pengambilan
kebijakan.
2. Assistant Public Relations Manager
Membantu menyalurkan ide atau pendapat dari Public Relations Manager
kepada anggota Public Relations yang lain ataupun sebaliknya.
3. Public Relations Coordinator Corporation
Bertanggung jawab untuk mengkoordinir segala aktivitas kehumasan
yang ada di PT Summarecon Agung Tbk.
4. Public Relations Coordinator Mal Kelapa Gading
Bertanggung jawab untuk mengkoordinir segala aktivitas kehumasan
yang ada di Mal Kelapa Gading baik eksternas maupun communications
development.
5. Public Relations Excecutive
a. Social media
Social media mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab terhadap pemberitaan yang keluar dari Mal
Kelapa Gading melalui internet.
2. Mengontrol opini publik yang muncul di internet.
3. Menjalin hubungan yang baik dengan publik melalui internet.
b. Media Eksternal
Media Eksternal mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab terhadap pemberitaan yang keluar dari Mal
Kelapa Gading.
36
2. Mengontrol opini publik melalui klipping.
3. Membina hubungan yang baik dengan media.
3.2 Prosedur yang Berlaku
Setiap perusahaan mempunyai sistem tersendiri dalam setiap departemennya.
Dalam Penelitian ini, Peneliti membahas tentang penggunaan Twitter sebagai media
promosi event Forbidden Dynasty Qin dimana pengelola Twitter termasuk dalam
salah satu tugas dari sub divisi Public Relations yang menangani social media.
Berikut prosedur yang berlaku dalam mengelola social media di Mal Kelapa
Gading, yaitu:
1. Setiap pagi Sosial Media (Facebook dan Twitter) akan disapa dengan
status sapaan yang ramah dan membuat semangat.
2. Operator diharapkan untuk mengecek setiap account Facebook yang ada
terhadap comment dan update status dari networking yang ada, apabila di
Facebook dicek di newsfeed, dan Twitter dilihat di mention dan search yg
menyebutkan MKG atau La Piazza. Setelah mengisi update–an
diharapkan untuk tetap monitoring perkembangan di Facebook maupun
Twitter.
3. Kemudian Operator meminta data info semua kegiatan, yang ada pada
setiap unit yang ingin dipromokan melalui account Facebook ataupun
Twitter pada departemen terkait.
4. Pengisian update status akan dilakukan maksimal 1 jam sekali untuk
informasi yang berbeda.
37
5. Setiap comment dijawab secepatnya tidak lebih dari satu jam.
6. Setiap comment yang merugikan atau bernada SARA dan sarkasme
langsung dihapus.
7. SPAM, atau promo dari visitor yang bukan merupakan tenant harap segera
dihapus.
8. Penggantian profile picture tergantung pada event dari masing-masing
unit.
9. Penggunaan Bahasa Inggris bergantian dengan penggunaan bahasa
Indonesia.
10. Apabila operator berhalangan maka ada yang membantu untuk mengisi
update status.
11. Setiap hari kerja operator merekap isi Facebook dan Twitter tersebut pada
lembar form yang sudah disediakan untuk analisis bulanan dan evaluasi ke
depan (soft copy).
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah metode kualitatif.
metode kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada
dalam interaksi manusia (Sarwono,2006:193).
Sifat Penelitian ini deskriptif yaitu metode yang dipakai untuk
menjelaskan dan menggambarkan fenomena–fenomena yang terjadi. Penelitian
38
ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau
membuat prediksi (Rakhmat,2000:24).
Sifat Penelitian deskriptif ini ditujukan untuk mengumpulkan informasi
aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada mengidentifikasikan
masalah atau memeriksa kondisi dan praktek yang berlaku, membuat
perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang akan dilakukan orang lain
dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka
untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif karena ingin
memahami secara mendalam bagaimana Twitter dapat dijadikan sebagai salah
satu media promosi event Forbidden Dynasty Qin.
3.3.2 Instrumen Penelitian
Menurut Nasution yang dikutip oleh Sugiyono dalam bukunya Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Research & Development (2010:223)
menyatakan bahwa, “Dalam Penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada
menjadikan manusia sebagai instrumen Penelitian utama. Alasannya ialah
bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus
Penelitian, prosedur Penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang
diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.
Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang Penelitian itu. Dalam
keadaaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan
hanya Peneliti itu sendiri sebagai alat satu–satunya yang dapat mencapainya”.
39
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa dalam Penelitian
kualitatif instrumen utamanya adalah Peneliti sendiri, namun selanjutnya
setelah fokus Penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan
instrumen Penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan
membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan
wawancara. Peneliti akan terjun langsung ke lapangan dan melakukan
pengumpulan data, analisis data dan membuat kesimpulan.
3.3.3 Nara sumber
Dalam Penelitian kualitatif ini, Peneliti yang menentukan informan atau
nara sumber yang dapat dipercaya dan bersifat purposif, serta mengetahui dan
memahami masalah yang diteliti. Dengan demikian Peneliti memilih beberapa
nara sumber yang dimaksud untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Nara
sumber yang dipilih oleh Peneliti sebagai berikut:
1. Public Relations Manager
2. Asisstant Public Relations Manager
3. Public Relations Executive Social media
4. Dosen Sastra Mandarin BINUS University
5. 5 Follower MKGLaPIazza yang mengikuti kuis Reveal Forbidden
40
Tabel 3.1
Profil Narasumber
No Nama Jenis
Kelamin Divisi Jabatan
1. Ibu Cut Meutia Perempuan Public
Relations
Public Relations
Manager
2. Ibu Eky Mery Perempuan Public
Relations
Public Relations
Manager
3. Bapak Mario Laki – laki Public
Relations
Public Relations
Executive bagian
Social media
4. Lao Shi
Sri Haryanti, S.S Perempuan
BINUS
University
Dosen Sastra
Mandarin
5. Lita Pradhita
(Pradithalita)
Perempuan
Ibu Rumah
Tangga Muda
6. Intan Izati Ibrahim
(Intan Ibrahim) Perempuan
Universitas
Negeri Jakarta Mahasiswa
7. Penkpenk
(xlovemerlinx) Perempuan SMA Pelajar
8. Louren Lasiman
(lourenlasiman) Perempuan SMA Pelajar
9. Fendi Nurlaksono
(Kang_epen) Laki-laki Keuangan Pegawai Negeri
41
3.3.4 Jenis Data
Jika dilihat dari jenisnya, maka kita dapat membedakan data kualitatif
sebagai data primer dan data sekunder (Sarwono,2006:209), yaitu:
a. Data Primer
Data ini berupa hasil teks wawancara dan diperoleh melalui
wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam
Penelitiannya. Data dapat direkam atau dicatat oleh Peneliti.
b. Data Sekunder
Data sekunder berupa data–data yang sudah tersedia dan dapat
diperoleh oleh Peneliti dengan cara membaca, melihat atau
mendengarkan.
3.3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan dengan
menggunakan observasi partisipatif, wawancara yang mendalam, dan studi
dokumentasi yang diambil dari buku–buku yang menjadi panduan Peneliti
selama melakukan Penelitian ini. Uraiannya sebagai berikut:
1. Observasi Partisipatif
Menurut Susan Stainback menyatakan (Sugiyono,2010:227):
“In participant observation, the researcher obeserve what people
do, listent to what they say, and participates in their activities”
Pengertian dari definisi di atas, dalam observasi partisipatif,
Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa
42
yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
Pada saat melakukan Penelitian ini, Peneliti terlibat dalam kegiatan
sehari–hari sebagai bagian dari Public Relations Mal Kelapa Gading
(MKG). Sambil melakukan pengamatan, Peneliti ikut melakukan apa
yang dikerjakan oleh Public Relations MKG.
Pada Penelitian ini, Peneliti menggunakan Observasi Partisipatif
Moderat. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara Peneliti
menjadi orang dalam dan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan
data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, namun tidak
semuanya (Sugiyono,2010:227). Dimana Peneliti, dalam
mengumpulkan data hanya mengikuti beberapa kegiatan yang
dilakukan Public Relations MKG, namun tidak secara keseluruhan.
2. Wawancara (Interview)
Menurut Esterberg mendefinisikan wawancara (interview)
sebagai berikut (Sugiyono, 2010:231):
“A meeting of two persons to exchange information and idea
through question and responses, resulting in communication and
joint construction of meaning about a particular topic.”
Dari definisi di atas, wawancara merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan dalam suatu topik tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
Peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
43
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila Peneliti ingin
mengetahui hal–hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau self–report, atau setidaknya pada pengetahuan atau
keyakinan pribadi.
Wawancara yang dilakukan dalam Penelitian ini bersifat
terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, apabila Peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah
menyiapkan instrumen Penelitian berupa pertanyaan–pertanyaan
tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan (Sugiyono,
2010:233).
Agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan Peneliti
memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau
sumber data, maka diperlukan bantuan alat– alat sebagai berikut:
a. Buku catatan
Buku catatan digunakan Peneliti untuk mencatat semua
percakapan dengan sumber data yakni para informan bagian
Public Relations MKG.
b. Tape recorder
Tape recorder berfungsi untuk merekam semua percakapan
atau pembicaraan yang dilakukan Peneliti kepada informan.
44
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam Penelitian kualitatif.
dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapat
berbentuk tulisan, gambar, atau karya–karya monumental dari
seseorang (Sugiyono, 2010:240).
Peneliti menggunakan studi dokumentasi sebagai pelengkap data
yang telah diperoleh. Seperti buku–buku teori, dokumen dari Mal
Kelapa Gading yang terkait dengan event Forbidden Dynasty Qin.
4. Pencarian di Internet (Internet Searching)
Pencarian data di Intenet merupakan salah satu langkah yang
digunakan peneliti sebagai bentuk satu terobosan efisensi waktu
dalam perolehan data maupun studi literatur, dengan memanfaatkan
situs-situs yang sifatnya gratis (freeware).
3.3.6 Teknik Analisis Data
Dalam Penelitian ini, Peneliti menggunakan teknik analisis data menurut
Miles dan Huberman. Menurut Miles and Huberman mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus hingga tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu data reduction, data display dan data conclusion
drawing/verification (Sugiyono,2010:247). Penjelasannya sebagai berikut:
45
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan akhir dapat diambil.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi
disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data
kualitatif yaitu dengan teks yang bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
apabila tidak ditemukan bukti–bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti–bukti yang valid
dan konsisten saat Peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
46
3.4 Permasalahan yang ada
Seiring berkembangnya teknologi internet, beberapa perusahaan mulai
menjadikan internet sebagai tempat untuk melakukan promosi terhadap suatu
produk atau jasa. Terlebih lagi saat ini, situs jaringan sosial dapat dijadikan salah
satu tempat untuk melakukan promosi terhadap produk atau event yang
diselenggarakan.
Permasalahan yang ada dalam Penelitian ini, yaitu Peneliti ingin melakukan
pengamatan secara lebih mendalam terhadap penggunaan internet khususnya
Twitter sebagai salah satu tugas dari divisi Public Relations Mal Kelapa Gading
untuk melakukan promosi event Forbidden Dynasty Qin.
3.5 Alternatif Pemecahan Masalah
Peneliti akan menggunakan analisis data di lapangan Model Miles and
Huberman sebagai alternatif pemecahan masalah yang diangkat dalam Penelitian
ini. Melalui analisis data ini Peneliti akan melakukan pengamatan yang lebih
mendalam serta melakukan wawancara dengan pihak–pihak yang dianggap mampu
mempresentasikan apa yang diinginkan Peneliti. Sehingga permasalahan akan lebih
mudah menemukan kesimpulan.