Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian Hasil Belajar Matematika
Sudjana. (2007: 22), mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
menemukan pengalaman belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar (Sudjana, 2009: 14,
22), yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual belajar yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni:
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
3. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Hasil belajar matematika adalah suatu capaian akademik yang diperoleh
siswa melalui pengalaman belajar pada mata pelajaran matematika
berdasarkan hasil tes pada siklus I dan II yang dapat di amati pada lembar soal
yang telah dikerjakan siswa.
7
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Karena belajar melalui proses yang kompleks dan rumit maka perlu
diketahui pula faktor – faktor yang mempengaruhinya (Muhibbin, Syah, 2005:
15, 129 – 137 ), yakni :
1. Faktor Internal
Faktor dari dalam diri siswa, yakni keadaan jasmani dan rohani siswa.
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa menyangkut 2 aspek yaitu aspek
Fisiologis dan Aspek Psikologis.
A. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan otot (tonus) yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi
intensitas dan semangat dalam mengikuti pembelajaran, misalnya kondisi
tubuh yang lemah atau sakit kepala dapat menurunkan kualitas ranah
kognitif sehingga materi yang dipelajari kurang dimengerti, karena
terganggu oleh keadaan yang kurang sehat.
B. Aspek Psikologis
Terdapat beberapa faktor yang termasuk ke dalam aspek Psikologis
namun, faktor – faktor esensial itu adalah:
1. Intelegensi
Pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
untuk menanggapi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya dengan cara yang tepat.
2. Sikap (attitude)
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap
objek orang atau barang baik secara positif ataupun secara negatif. Sikap
(attitude) siswa yang positif merupakan petanda yang baik untuk proses
8
pembelajaran namun sebaliknya sikap siswa yang negatif apalagi jika
diiringi kebencian, maka siswa akan mengalami kesulitann belajar.
3. Bakat (aptitude)
Kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk meraih
keberhasilan dimasa yang akan datang, dengan demikian setiap siswa
pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi meraih keberhasilan sampai
ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing – masing individu.
4. Minat (interest)
Minat berarti suatu ketertarikan atau keinginan untuk melakukan
sesuatu, misalnya seorang siswa yang memiliki minat pada matematika
akan menaruh perhatian lebih banyak daripada siswa yang memiliki
minat terhadap mata pelajaran lain atau bahkan olahraga. Dengan
memiliki minat yang tinggi siswa mungkin mendapatkan prestasi yang
diinginkannya.
5. Motivasi (motivation)
Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia yang
mendorongnya untuk melakukan sesuatu, dalam pengertian ini motivasi
berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
Dalam perkembangan selanjutnya motivasi menjadi dua macam;
motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi Instrinsik adalah hal yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri untuk mendorongnya melakukan tindakan belajar, contohnya
perasaan menyenangi materi dan kebutuhan tehadap materi tersebut,
sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari
luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan tindakan
belajar.
9
2. Faktor Eksternal
Faktor dari luar yang mempengaruhi proses belajar, faktor eksternal
terdiri dari 2 macam yaitu: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan
nonsosial.
A. Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial yang lebih baik akan mempengaruhi proses belajar
siswa dengan baik pula sebaliknya lingkungan sosial yang kurang baik akan
mempengaruhi dan semangat belajar siswa. Contohnya kondisi lingkungan
sosial yang kumuh, serba kekurangan akan membuat siswa merasa kurang
bersemangat karena keadaan yang dialaminya sedang kesulitan.
B. Faktor Lingkungan Nonsosial
Menyangkut tentang yang letak rumah dengan sekolah, alat – alat
belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar. Contohnya, jika hari hujan dan
siswa belum berangkat ke sekolah, ia pasti keberatan untuk menempuh
perjalanan karena takut basah, walapun mempunyai payung.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Lawson menjelaskan faktor pendekatan belajar (approach to learning),
yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi materi
pelajaran. Strategi berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan belajar. Dari beberapa faktor
semuanya saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru,
sehingga tingkah laku siswa siswa berubah menuju arah yang lebih baik
(Darsono, 2001: 24). Mengajar merupakan suatu upaya seorang guru untuk
memberikan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan kepada siswa guna
membuat bakat serta minat peserta didik (Poerwadarminta, 2002: 22).
Dari pendapat beberapa pakar dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dan mengajar memiliki persamaan yaitu dilakukan oleh seorang guru serta
10
melibatkan siswa, berarti efektivitas suatu pembelajaran adalah bergantung
pada guru. Guru hebat adalah guru yang mampu membaca situasi kondisi
siswa sehingga proses pembelajaran tidak berlangsung membosankan bagi
siswa, terdapat banyak keberagaman dalam suatu kelas untuk itu pada saat
pembelajaran berlangsung, guru dapat mengajar sesuai dengan kondisi yang
dihadapi.
Secara garis besar, hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi dua
faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar atau faktor
lingkungan. Faktor yang dimaksud dengan faktor dari dalam adalah batas
kemampuan dan tingkat ketekunan siswa, Agar siswa memperoleh hasil
belajar yang baik, keterkaitan antara faktor dari dalam dan dari luar harus
tetap erat. Salah satu faktor dari luar yang sangat mempengaruhi hasil belajar
siswa adalah kualitas pengajaran.
Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah menyangkut efektivitas
pembelajaran yang berlangsung dalam mencapai tujuan belajar, oleh sebab
itu hasil belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri
siswa saja, melainkan kualitas pengajaran juga. Kedua faktor ini berbanding
lurus dengan hasil belajar siswa.
2. 3. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika
Sadiman. (2005), mengemukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian mahasiswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Azhar. (2007), juga
mengemukakan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan
untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media ini berisikan pesan atau
informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud
pembelajaran.
11
Menurut Muhsetyo. (2008), pembelajaran matematika adalah proses
pemberian belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang
terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan
matematika yang dipelajari. Siswa pada usia anak SD/MI umurnya berkisar
antara 6 sampai 13 tahun, menurut Piaget masih pada tahap operasional konkret,
yang belum bisa menangkap informasi-informasi yang bersifat abstrak, pada
tahap perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang
dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika yang
abstrak, siswa memerlukan media sebagai alat bantu, Salah satu medianya adalah
dengan menggunakan alat peraga. Alat peraga dapat memperjelas apa yang akan
disampaikan oleh guru sehingga apa yang disampaikan lebih cepat dipahami dan
dimengerti oleh siswa.
Media manipulatif berfungsi untuk menyederhanakan konsep yang
sulit/sukar, menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata,
menjelaskan pengertian atau konsep secara lebih konkret, menjelaskan sifat-sifat
tertentu yang terkait dengan pengerjaan (operasi) hitung, sifat-sifat bangun
geometri serta memperlihatkan fakta-fakta (Muhsetyo dkk, 2007).
Menurut Muhsetyo. (2008), anak akan belajar dengan baik jika melalui 3
tahap, yakni tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Tahap enaktif merupakan tahap
pengalaman langsung dimana siswa berhubungan dengan benda–benda nyata.
Pada tahap enaktif siswa harus menggunakan benda nyata dalam memulai belajar
matematika. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan alat peraga
manipulatif.
1. Menyiapkan alat peraga dan mengarahkan pada materi yang dibahas.
2. Merencanakan tugas yang akan dilakukan siswa.
3. Melakukan pembelajaran menggunakan alat peraga.
4. Guru melakukan evaluasi.
12
Kegiatan Inti (50 menit)
Eksplorasi 10 menit
Menyiapkan alat
peraga dan
mengarahkan
pada materi yang
dibahas
Guru memberikan penjelasan
mengenai keterkaitan antara materi
sebelumnya
Siswa mendengar penjelasan
guru
2 menit
Guru bertanya mengenai apa yang
telah diketahui siswa tentang
bilangan positif dan negatif
Siswa menjawab pertanyaan
guru
3menit
Guru mengajak siswa berdialog
mengenai bilangan bulat
Siswa berdialog bersama guru 5 menit
Elaborasi 35 menit
Merencanakan
tugas yang akan
dilakukan siswa
Guru merencanakan aktivitas siswa
selama menggunakan alat peraga
manik-manik
Siswa mendengar perkataan
guru
2 menit
Melakukan
pembelajaran
menggunakan alat
peraga
Guru memberikan penjelasan
mengenai penjumlahan bilangan
positif dengan bilangan negatif
menggunakan manik-manik
Siswa menjawab pertanyaan
guru.
3 menit
Guru memberikan contoh soal
mengenai penjumlahan dua
bilangan positif hingga puluhan.
Salah satu siswa maju dan
mengerjakan contoh soal
5 menit
Guru mengingatkan siswa pada
materi nilai tempat untuk bisa
melakukan penjumlahan bilangan
positif hingga puluhan
Siswa memperhatikan saran
guru
3 menit
Guru memberikan LKS kepada
siswa sebagai tugas
Siswa mengerjakan LKS 15 menit
Guru mengecek tugas siswa Siswa yang lain menanggapi
hasil kerja kelompok
7 menit
Konfirmasi (5 menit)
Evaluasi Guru melakukan evaluasi terhadap
proses belajar mengajar.
Siswa menyimak penjelasan
guru mengenai kelangsungan
pembelajaran yang telah
dilakukan.
3 menit
Guru meminta siswa menuliskan
kesulitan belajar menggunakan alat
peraga garis bilangang
Siswa menuliskan kesulitan
belajar
2 menit
13
Tahap ikonik berkaitan dengan gambar, lukisan, foto atau film, sedangkan
tahap simbolik merupakan tahap pengalaman abstrak. Pada tahap simbolik,
siswa mampu mengabstraksi pemahaman yang konkret. Secara umum
penggunaan penggunaan alat peraga sangat membantu siswa dalam belajar. Alat
peraga tidak hanya membantu pembentukan konsep, tetapi dapat pula digunakan
untuk pelayanan terhadap perbedaan individu, pemecahan masalah, dan lain
sebagainya, sehingga dapat dinyatakan bahwa alat peraga merupakan media
pembelajaran. Alat peraga matematika adalah alat atau media yang digunakan
dalam pembelajaran untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur
matematika yang tampaknya abstrak agar tampak lebih nyata.
Menurut Rahadi. (2003), pemakaian media pembelajaran dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, dan
rangsangan kegiatan belajar, dan akan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa serta membantu siswa meningkatkan pemahaman. Berdasarkan
uraian tersebut maka penggunaan media termasuk alat peraga dalam proses
pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis yaitu;
(1) memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan;
(2) dapat menghasilkan keseragaman pengamatan oleh siswa; (3) menanamkan
konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis; (4) membangkitkan
keingintahuan, kesukaan dan minat yang baru; (5) membangkitkan motivasi dan
merangsang siswa belajar; (6) memberikan pengalaman yang integral dari suatu
yang konkrit sampai kepada yang abstrak.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa alat peraga
matematika adalah seperangkat benda konkret yang sengaja dirancang, dibuat,
dihimpun dan disusun serta digunakan untuk membantu menanamkan atau
mengembangkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam matematika. Alat
peraga matematika bisa dikreasikan sendiri oleh guru yang mengajar se-kreatif
mungkin agar siswa berminat mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
14
2.4. Bilangan Bulat dan Kedudukannya dalam Struktur Kurikulum SD
Bilangan bulat yang terdiri atas bilangan asli (bulat positif), nol dan
bilangan negatif atau jika dinyatakan dalam notasi himpunan ditulis sebagai
berikut {…., -3,-2,-1,0, 1, 2, 3,….} merupakan satu pokok bahasan disekolah
dasar. Pada kurikulum 1994 sekolah dasar, materi ini mulai diperkenalkan atau
disampaikan kepada siswa dikelas 5 semsester I (pertama). Pengenalannya
dimulai dari mengenal bilangan bulat positif dan negatif, membaca dan menulis
lambang negatif, mengenal lawan suatu bilangan, operasi bilangan bulat yang
meliputi (menjumlahkan bilangan bulat positif dengan bilangan positif,
menjumlahkan bilangan negatif dengan negatif, dan sebaliknya mengurangkan
bilangan negative dengan bilangan negatif dan mengurangkan bilangan positif
dengan bilangan negatif dan sebaliknya). Sementara, operasi hitung perkalian
dan pembagian beserta sifat-sifatnya diperkenalkan di kelas 1 SMP (sekarang
kelas 7 SMP).
Pada kurikulum 2004, bilangan bulat diperkenalkan kepada siswa dikelas 4
semester 2 dan di kelas 5 semester 1. Pada kurikulum 2004, materi bilangan bulat
untuk kelas 4 pembahasan dimulai dengan penggunaan bilangan bulat negatif
dalam masalah sehari-hari, bilangan bulat negatif dan positif, menuliskan
bilangan bulat dalam kata-kata dan angka, mengurutkan bilangan bulat,
menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan dll.
Pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006) terjadi perubahan
kebijakan, walaupun pengenalan bilangan tetap dilakukan di kelas 4, namun dari
sisi materi pengenalan bilangan bulat terjadi lebih awal, yakni dipelajari pada
semester I, materi yang dibahas adalah, bilangan bulat positif dan negatif,
menunjukkan penerapan bilangan negatif dalam kehidupan sehari-hari,
membilang lambang bilangan bulat, membandingkan 2 bilangan bulat,
mengurutkan bilangan bulat, lawan suatu bilangan, operasi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat dll.
15
1. Membelajarkan Bilangan Bulat
Bilangan bulat merupakan salah satu dari jenis bilangan yang ada, dan
sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menanamkan konsep-
konsep yang ada pada bilangan bulat, prinsipnya tidak jauh berbeda dengan
menanamkan konsep matematika lainnya, namun demikian, untuk
menanamkan pengertian bilangan bulat (bilangan negatif) harus
membutuhkan cara khusus, karena tidak ada benda konkret yang langsung
menggambarkan arti bilangan bulat negatif. Secara tidak langsung kita
pernah berkata kerugian sebesar Rp.2000,- kedalaman 25 dibawah
permukaan laut, mundur 3 meter, dll, itulah yang menerangkan angka
negatif, kita dapat menggunakan lawan kata untuk menggambarkan bahwa
angka yang kita sebutkan adalah angka negatif pada saat pembelajaran
berlangsung.
2. Alat Peraga Manipulatif untuk Keperluan Bilangan Bulat dan Prinsip
Kerjanya
Media manipulatif dalam pembelajaran matematika SD adalah alat
bantu pembelajaran yang digunakan terutama untuk menjelaskan konsep dan
prosedur matematika. Media ini merupakan bagian langsung dari mata
pelajaran matematika dan dimanipulasikan oleh peserta didik (dibalik,
dipotong, digeser, dipindahkan, digambar, dipilah, dikelompokkan atau
diklasifikasikan (Muhsetyo dkk, 2007).
Alat peraga manipulatif pada saat pembelajaran berlangsung adalah
garis bilangan dan manik-manik. Proses kerja alat peraga mobil garis
bilangan adalah berpedoman pada prinsip panjang keseluruhan sama dengan
panjang masing-masing bagiannya, sedang manik-manik memiliki prinsip
kerja himpunan.
Menurut Kristanto. (2010), Penggunaan alat peraga garis bilangan
pada pembelajaran matematika sesuai dengan langkah-langkah berikut:
a. Tersedia garis bilangan.
16
b. Letakkan tepat sejajar atas dan bawah.
c. Penggaris yang bergeser hanya yang di atas.
d. Jika bilangan pertama positif, penggaris geser ke kanan sebanyak bilangan
tersebut.sehingga nol lurus dengan bilangan tersebut.
e. Jika bilangan pertama negatif, penggaris geser ke kiri sebanyak bilangan
tersebut. sehingga nol lurus dengan bilangan tersebut.
Prinsip kerja yang harus diperhatikan baik dalam penjumlahan maupun
pengurangan adalah:
1. Posisi awal benda yang menjadi model harus berada pada titik nol.
2. Jika bilangan pertama bertanda positif, maka bagian depan mobil
menghadap ke arah bilangan positif, jika bilangan pertama bertanda
negatif, maka bagian mobil menghadap ke arah bilangan negatif.
3. Jika perintah dari operasi hitung adalah (+), maka mobil berjalan
kedepan, jika perintah operasi hitung adalah (–), maka, mobil bergerak ke
belakang.
Contoh 1:
1. 3 + (-5) = -2
1. Tempatkan objek pada skala angka nol yang menghadap kearah
bilangan positif.
2. Karena bilangan penjumlahan, Langkahkan objek kearah positif
sebanyak 3 langkah. Karena angka pertama adalah 3, yang berarti
operasi hitung dimulai dari angka (3).
3. Bilangan penjumlahan berikutnya adalah bilangan negatif, (-5), maka
langkahkan mobil kearah negatif sebanyak 5 langkah.
17
4. Hasilnya pada garis bilangan adalah (-2).
Dari contoh di atas alat peraga sudah sangat membantu pemahaman
konsep matematika, dengan demikian tidak akan ada yang dipertanyakan
siswa karena operasi yang sederhana dan efektif. Penggunaan alat peraga
mobil garis bilangan secara konsisten dapat memberi gambaran
bagaimana seharusnya menggunakan garis bilangan dalam menanamkan
konsep pengurangan dan penjumlahan pada bilangan bulat pada tahap
semi abstrak sebelum pada tahap penyampaian konsep yang bersifat
abstrak.
Alat peraga manik-manik sangat efektif dalam menanamkan konsep
operasi hitung bilangan bulat. Penggunaan manik-manik menggunakan
pendekatan himpunan. Definisi himpunan dalam matematika sendiri
adalah anggota dari bilangan sejenis, dalam mempelajari himpunan
terdapat proses pemisahan dan penggabungan yang masing masing
merupakan himpunan manik-manik negatif dan himpunan manik-manik
positif.
Dalam menggunakan manik-manik, proses penggabungan dapat
diartikan pada operasi hitung penjumlahan, sementara pemisahan adalah
operasi hitung pengurangan. Hal terpenting dalam menggunakan alat
peraga memancing kemampuan siswa untuk mengabstraksi objek-objek
konkret. Prinsip kerja manik-manik adalah himpunan, jadi pada saat
melakukan operasi hitung bilangan bulat dapat dilakukan seperti contoh
2:
2. -3 + 3 = 0
18
1. Ambil manik-manik berwarna merah sebagai anggota bilangan negatif
sebanyak 3 manik-manik.
2. Ambil manik-manik berwarna hijau sebanyak 3, sebagai anggota
bilangan positif.
3. Karena operasi hitung adalah penjumlahan, gabungkan manik-manik
tadi, berapakah anggota yang tidak memiliki himpunan(0).
4. 3 manik-manik merah dan 3 manik-manik hijau merupakan himpunan,
sedang anggota yang tersisa merupakan hasil dari operasi hitung
bilangan bulat (0, tidak ada sisa, semua berpasangan).
contoh 3:
3. 6 – 4 = 2
1. Ambil 6 manik-manik berwarna hijau sebagai anggota bilangan
positif.
2. Ambil 4 manik-manik merah.
3. Gabungkan manik-manik, ambil manik-manik yang tidak berpasangan.
4. Manik-manik yang dipisahkan adalah hasil operasi hitung
pengurangan. 2 manik-manik hijau.
Contoh 4:
4. 6 - (-2) = 8
19
1. Ambil 6 manik-manik berwarna hijau.
2. Ambil manik-manik berwarna berpasangan (hijau dan merah).
3. Pisahkan 2 manik-manik berwarna merah, karena operasi hitung
adalah pengurangan
4. Hasilnya adalah ada 8 manik-manik hijau.
2.5. Hasil Penelitian yang Relevan
Sri Mulyati dalam skripsinya yang berjudul ”Usaha meningkatkan Hasil
Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas 1 Semester I tahun ajaran 2006/2007
Pokok Bahasan Menggunakan Nilai Tempat dalam Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Menggunakan Metode Demonstrasi di SD Perumnas
Banyumanik 14 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang”, menunjukkan
hubungan yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam
skripsi ini. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Mulyati mengungkapkan beberapa
gambaran mengenai situasi belajar di SD Perumnas yaitu antusias siswa untuk
belajar masih sangat rendah sehingga hasil belajarnya juga kurang memuaskan.
Metode pembelajaran aktif merupakan salah satu jawaban untuk menarik minat
siswa.
Hasil penelitian menunjukkan penerapan pembelajaran menggunakan alat
peraga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, terdapat peningkatan
prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata pre-test sebesar 6,55 meningkat
pada siklus I menjadi 7,93. Pada siklus II peningkatannya menjadi 8,66. Hal ini
20
menunjukkan bahwa 90% siswa berhasil meningkatkan prestasi belajar
matematikanya setelah berbantu alat peraga.
Penelitian yang dilakukan Slamet Giarto (2010) dengan judul “Penerapan
Metode Permainan Dengan Alat Peraga Mobil dan Garis Bilangan Bulat dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Operasi Hitung Bilangan Bulat
Bagi Siswa Kelas 5 SDN Terasan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Tahun
2009/2010” menyimpulkan bahwa adanya peningkatan Ketuntasan belajar mulai
dari prasiklus/kondisi awal (57,14%) meningkat menjadi (85,71%) pada siklus
I kemudian meningkat menjadi (100%) pada siklus II, oleh karena itu
penggunaan alat peraga “Mobil Bilangan Bulat” dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan Danu Kristanto (2010) dalam Skripsi yang
berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Matematika Dengan
Menggunakan Alat Peraga Penggaris Bilangan Di Kelas 5 Semester I SDN
Tempurejo 2 Blora Tahun Pelajaran 2009/2010” penelitian ini menyebutkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan penggaris bilangan dapat meningkatkan hasil
belajar Matematika dibuktikan dari kondisi awal ketuntasan belajar hanya (29%)
kemudian meningkat pada siklus I menjadi (71%) dan meningkat lagi pada siklus
II menjadi (82%) dan hasil pengamatan menunjukkan perubahan positif yaitu siswa
lebih aktif dan bersemangat dalam proses pembelajaran.
21
2.6. Kerangka Pikir
Gambar 2.1
Kerangka pikir
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD N
Kutowinangun 01 yang masih rendah di bawah KKM pada pokok bahasan
operasi hitung bilangan bulat, maka perlu adanya upaya untuk meningkatkannya.
Matematika sebagai ilmu yang abstrak, cenderung sulit dipahami siswa. Hal ini
mungkin disebabkan oleh siswa kurang berminat dalam mempelajari matematika,
untuk itu kemampuan guru dalam membimbing, mengarahkan dan memotivasi
siswanya diperlukan alat peraga yang sesuai dengan topik yang sedang diajarkan.
Salah satu alternatifnya adalah pemilihan alat peraga yang tepat yaitu alat peraga
garis bilangan dan manik-manik untuk menambah ketertarikan serta minat siswa
dalam pembelajaran matematika tentang operasi hitung bilangan bulat sehingga
tingkat pemahaman materi pembelajaran menjadi meningkat.
Kondisi
Awal
Tindakan
Kondisi
Akhir
Guru menggunakan alat
peraga garis bilangan dan
manik-manik.
Hasil belajar siswa di bawah
kriteria ketuntasan minimal.
Guru belum
menggunakan
alat peraga.
Siklus I
Pengenalan alat peraga garis
bilangan dan manik-manik.
Hasil belajar siswa meningkat
setelah menggunakan alat peraga
garis bilangan dan manik-manik.
Siklus II
Alat peraga garis bilangan dan
manik-manik digunakan sebagai
media serta mampu meningkatkan
hasil belajar.
22
2.7. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dinyatakan dalam pernyataan
bahwa penggunaan alat peraga manipulatif dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 01 Salatiga, Kecamatan Tingkir,
Semester I Tahun Pelaran 2016/2017.