Upload
lythuy
View
220
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian
teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theory.
Grand theory yaitu atribution theory. Supporting theory adalah audit, akuntan
publik, kualitas audit, etika, pengalaman, time budget pressure, dan kompensasi.
Kajian empiris dalam penelitian ini berasal dari reseacrh yang telah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya.
2.1.1 Teori Atribusi (Atribution Theory)
Teori atribusi menurut Heider merupakan teori yang menjelaskan perilaku
seseorang. Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang
mengintepretasikan suatu peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya (Ikhsan dan
Ishak, 2008:55). Heider mengembangkan teori ini dengan memberikan
argumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan
internal (internal forces) dan kekuatan eksternal (external forces). Kekuatan
internal (internal forces) yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang/ individu akan kemampuannya secara personal mampu memengaruhi
kinerja serta perilakunya misalnya seperti sifat, karakter, sikap, kemampuan,
keahlian maupun usaha. Kekuatan eksternal (external forces) yaitu faktor-faktor
12
yang berasal dari luar kendali individu misalnya seperti tekanan situasi, kesulitan
dalam pekerjaan atau keberuntungan.
Penelitian ini menggunakan teori atribusi karena peneliti akan melakukan
pengujian secara statistik untuk mendapatkan bukti empiris variabel-variabel yang
mempengaruhi kualitas audit.Baik atau buruknya kualitas audit seorang auditor
penelitimenduganyadipengaruhi oleh karakteristik personal auditor itu sendiri
maupun dari luar personal auditor. Karakteristik personal seorang auditor
merupakan suatu faktor internal yang mendorong seseorang untuk melakukan
aktivitas. Karakteristik personal meliputi pengalaman yang dimiliki oleh seorang
auditor.Auditor yang berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas
audit yang lebih baik dibandingkan auditor yang belum berpengalaman. Hal ini
karena pengalaman akan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis
maupun psikis. Auditor yang pernah memiliki pengalaman yang kurang baik
akanlebih berhati-hati lagi dalam melaksanakan penugasan audit di masa yang
akan datang.
Merekabiasanyamengambilsikapuntukdapatmenjalankantugasdenganlebihbaikunt
ukdapatmengetahuidanmenemukansertamengungkapkan (audit finding) yang
dapat meningkatkan kualitas audit yang baik.
Atribut personal juga meliputi etika yang dimiliki oleh seorang auditor.
Etika adalah seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku
manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut
oleh sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi (Maryani
dan Ludigdo, 2001). Dalam menghasilkan audit yang berkualitas, akuntan publik
13
harus menyadari adanya kebutuhan akan etika sebagai tanggungjawab kepada
publik, klien, sesama praktisi, termasuk perilaku terhormat, bahkan jika hal
tersebut berarti melakukan pengorbanan atau kepentingan pribadi (Arens dan
Loebheke, 1995:77).
Selain karakteristik personal auditor, ada faktor lain diluar personal auditor
yang berpengaruh pada kualitas audit yaitu time budget pressure dan kompensasi
yang diterima auditor dalam menyelesaikan penugasan auditnya. Individu yang
bekerja dibawah tekanan anggaran waktu (time budget pressure) akan
menggunakan banyak energinya untuk mengatasi tekanan stress sehingga akan
mempengaruhi kinerja mereka. Kinerja mereka akan cenderung buruk. Hubungan
antara stress kerja akibat time budget pressure terhadap kinerja cenderung
dihipotesiskan berhubungan negatif (Jamal, 2011). Meligno (1977) mendukung
hubungan positif antara stres kerja dan kinerja, dan menyamakan stres sebagai
tantangan. Model ini awalnya ditelusuri kembali ke karya John Dewey dan Arnold
Toynbee yang melihat masalah, kecemasan, kesulitan, dan tantangan sebagai
kesempatan sebagai kegiatan yang konstruktif dan perbaikan kinerja. Model itu
menunjukkan bahwa pada stres yang rendah, individu tidak menghadapi tantangan
apapun dan, karena itu, tidak mungkin menunjukkan kinerja membaik. Pada
tingkat stres yang menengah, individu yang cukup terangsang dalam hal
menantang dan dengan demikian akan menunjukkan kinerja yang biasa-biasa saja.
Pada tingkat stres yang tinggi, individu akan menggunakan pengalamannya dan
pengetahuannya seoptimal mungkin untuk memecahkan permasalahan atau
14
pekerjaan sehingga menunjukkan hasil pekerjaannya yang sangat baik (Cohen,
1980).
Pemberian kompensasi adalah salah satu faktor diluar personal auditor
yang berpengaruh pada kualitas audit seorang auditor. Kebijakan kompensasi
yang ditetapkan oleh sebuah perusahaan merupakan kebijakan yang penting dan
strategis, karena hal ini berhubungan langsung dengan peningkatan semangat
kerja, kinerja dan motivasi karyawan dalam suatu perusahaan. Bila perumusan
kebijakan kompensasi tepat, baik dalam aspek keadilan maupun kelayakan maka
karyawan akan merasa puas dan termotivasi untuk melaksanakan berbagai
kegiatan yang berhubungan dengan pencapaian perusahaan. Sebaliknya, bila rasa
keadilan dan kelayakan tidak terpenuhi akan menyebabkan karyawan mengeluh,
timbulnya ketidakpuasan kerja yang kemudian berdampak pada kemerosotan
semangat kerja karyawan yang pada gilirannya menyebabkan kinerja karyawan
akan merosot (Dharmawan, 2011).
2.1.2 Audit
Audit merupakan proses sistematis guna mendapatkan dan mengevaluasi
bukti yang berhubungan dengan asersi mengenai tindakan dan kejadian ekonomi
secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian asersi dengan kriteria yang
ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan
(Jusup, 2001:11). Definisi lainnya mengenai audit disampaikan oleh Boyton
(2003:5) yang menyatakan bahwa audit merupakan proses sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif tentang asersi-asersi suatu
kegiatan dan peristiwa ekonomi yang bertujuan untuk menetapkan kesesuaian
15
antara asersi-asersi dengan kriteria yang ditetapkan, kemudian hasilnya
disampaikan kepada pihak yang berkepentingan. Sedangkan Agoes (2004:3)
berpendapat bahwa, audit bersifat kritis dan sistematis, aktivitasnya dilakukan
oleh pihak independen, dengan memeriksa laporan keuangan manajemen beserta
catatan pembukuan dan bukti pendukung, dengan tujuan memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan.
Dari beberapa definisi yang telah disampaikan sebelumnya, terdapat
beberapa ciri penting yang ada dalam definisi audit adalah:
1) suatu proses sistematis
2) pemeriksaan secara kritis
3) memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
4) asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi
5) kriteria yang telah ditetapkan
6) penyampaian hasil
7) pihak-pihak yang berkepentingan
2.1.3 Akuntan Publik
Definisi mengenai Profesi Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
(KAP) menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008, profesi
Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk
memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan. KAP
merupakan suatu badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri
Keuangan RI, sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya.
16
Ijin KAP akan diterbitkan apabila pemohon telah memenui beberapa persyaratan
yang telah ditetapkan sebagai berikut:
1) memiliki nomor Register Negara untuk Akuntan,
2) memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP),
Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL), Satuan Kredit PPL (SKP) dalam
dua tahun terakhir,
3) pengalaman praktik paling sedikit seribu jam dalam lima tahun terakhir dan
lima ratus jam diantaranya pernah memimpin dan/atau mensupervisi perikatan
audit umum yang disahkan oleh Pemimpin KAP,
4) memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
5) tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin Akuntan Publik,
6) membuat Surat Permohonan, melengkapi Permohonan Izin Akuntan Publik,
membuat persyaratan tidak merangkap jabatan dengan surat.
2.1.4 Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan probabilitas bahwa auditor akan menemukan
dan melaporkan pelanggaran atau kecurangan pada sistem akuntansi suatu
perusahaan atau instansi yang sesuai dengan kemampuannya dan berpedoman
pada standar akuntansi serta standar audit yang telah ditetapkan (DeAngelo,
1981). Menurut Efendy (2010), kualitas audit yang baik dapat diukur dari
keakuratan temuan audit, sikap skeptis, nilai rekomendasi, kejelasan laporan,
manfaat audit, dan tindak lanjut hasil audit.
Keakuratan atas temuan audit dipengaruhi oleh kemampuan seorang
auditor dalam menemukan kesalahan maupun penyimpangan atas laporan
17
keuangan auditan, serta melaporkan apa adanya kesalahan maupun penyimpangan
yang sudah didapat oleh auditor atas pemeriksaan laporan keuangan auditan. Deis
dan Giroux (1992) menjelaskan bahwa, probabilitas untuk menemukan
pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas
melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Standar
Pengendalian Mutu No. 1 (SPM No. 1) mensyaratkan, KAP dan personelnya
harus menjaga independensi saat melaksanaan penugasan. Sikap independen yang
dimiliki oleh seorang auditor, akan membuat auditor melaporkan apa yang
ditemukannya selama proses pelaksanaan audit (Widagdo, 2002).
Kualitas atas laporan auditan dipengaruhi oleh sikap skeptis yang
dimiliki oleh auditor (Widagdo, 2002). Standar Audit 200 (SA 200) yang
membahas tentang tujuan keseluruhan auditor independen dan pelaksanaan audit
berdasarkan standar audit mensyaratkan dalam pelaksanaan penugasan audit,
seorang auditor harus bersikap skeptis. Skeptis adalah suatu sikap yang mencakup
suatu pikiran yang selalu mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang dapat
mengindikasikan kemungkinan kesalahan penyajian, baik yang disebabkan oleh
kecurangan maupun kesalahan, dan suatu penilaian penting atas bukti audit. Saat
melaksanakan penugasan audit, auditor tidak boleh menganggap manajemen
sebagai orang yang tidak jujur namun juga tidak boleh menganggap bahwa
manajemen sebagai orang yang tidak diragukan lagi kejujurannya.
Kualitas audit yang baik dapat dilihat dari rekomendasi yang diberikan
oleh auditor terhadap kliennya. Rekomendasi merupakan saran yang diberikan
auditor atas temuan yang didapat agar auditi dapat memperbaiki penyebab dari
18
kesalahan atau penyimpangan yang terjadi. Auditi berharap jasa audit yang
diterimanya tidak hanya saja berupa opini dari auditor atas laporan keuangan tapi
juga ingin mendapatkan rekomendasi untuk usahanya, memberikan nasihat tanpa
diminta. Rekomendasi dan laporan audit yang diberikan oleh auditor terhadap
auditi disusun secara sistematis sehingga auditi memahami atas rekomendasi dan
laporan audit yang diberikan oleh auditor. Audit yang dilakukan oleh auditor
diharapkan mampu meningkatkan kualitas dari laporan keuangan sehingga para
pemangku kepentingan dapat melakukan pengambilan keputusan dengan tepat.
Setiap kegiatan audit yang dilakukan tidak ada artinya bila hasilnya tidak
dikomunikasikan dengan baik. Efendy (2010) menyatakan bahwa, audit yang
berkualitas adalah audit yang ditinjaklanjuti oleh auditi dan auditor harus
memantau tindak lanjut hasil audit.
2.1.5 Etika
Maryani dan Ludigdo (2001) mendefinisikan etika sebagai seperangkat
aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang
harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok
atau segolongan manusia atau masyarakat atau profesi. Etika harus dibedakan
dengan moralitas. Moralitas adalah suatu sistem nilai tentang bagaimana
seseorang harus hidup sebagai manusia. Sistem ini terkandung dalam ajaran-
ajaran, moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk konkrit tentang
bagaimana harus hidup, bagaimana harus bertindak dalam hidup ini sebagai
manusia yang baik dan bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik.
19
Sedangkan etika berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan
perilaku manusia dalam hidupnya (Suraida,2005).
Indikator dari etika profesi adalah peluang untuk berperilaku yang tidak
etis, frekuensi perilaku yang tidak etis, dan tindakan partner/atasan KAP dalam
mengatasi berperilaku tidak etis auditor saat menjalankan penugasannya (Finn et
al., 1994). Dalam menghasilkan audit yang berkualitas, akuntan publik harus
menyadari adanya kebutuhan akan etika sebagai bentuk tanggungjawab kepada
publik, klien, sesama praktisi, termasuk perilaku terhormat, bahkan jika hal
tersebut berarti melakukan pengorbanan atas kepentingan pribadi (Arens dkk.,
2008). Kadhafi dkk. (2014) menemukan, etika auditor mempengaruhi kualitas
audit.
Standar Auditing No. 200 (SA 200) yang membahas tentang tujuan
keseluruhan auditor independen dan pelaksanaan audit berdasarkan standar audit
mensyaratkan auditor untuk harus mematuhi seluruh standar auditing yang
relevan dengan audit dan menerapkan ketentuan standar auditing tersebut dengan
tepat. Standar audit merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan
tugasnya.
2.1.6 Pengalaman (Audit Experience)
Noviari dkk. (2005) mendefinisikan pengalaman sebagai
lamanyaseseorangmenghabiskanwaktuuntukberkaryadalammenerapkankeahlianny
a di masyarakat. Knoers dan Haditono (1999) menyatakan bahwa, pengalaman
merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi
bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal. Pengalaman
20
kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja
auditor (Bonner dan Lewis, 1990). Semakin banyak pengalaman auditor maka
semakin dapat menghasilkan berbagai dugaan dalam menjelaskan temuan audit
(Libby dan Frederick, 1990). Auditor yang tidak memiliki pengalaman dan
kualifikasi untuk bekerja pada kantor akuntan publik akan memberikan dampak
negatif pada kantor akuntan publik sendiri (Gaballa dan Zhou Ning, 2011).
Gusnardi (2003) mengemukakan bahwa, pengalaman audit (audit experience)
dapat diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat auditor bekerja, lamanya
auditor bekerja dalam pekerjaan yang berhubungan dengan audit, keahlian yang
dimiliki auditor yang berhubungan dengan audit, serta pelatihan-pelatihan yang
pernah diikuti oleh auditor tentang audit.
Pengalaman seorang auditor dalam melakukan audit suatu laporan
keuangan dapat dilihat dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan
yang pernah ditangani oleh seorang auditor (Suraida, 2005). Pengalaman audit
akan membentuk seorang akuntan publik menjadi terbiasa dengan situasi dalam
setiap penugasan. Penugasan atau pekerjaan auditor adalah pekerjaan atau
penugasan yang memerlukan keahlian (expertise), semakin berpengalaman
seorang auditor maka semakin mampu dalam menghasilkan kinerja yang baik
dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam mendeteksi suatu
tindakan kecurangan (fraud). Auditor yang memiliki jam terbang yang lebih
banyak pasti sudah lebih berpengalaman dalam mendeteksi kecurangan bila
dibandingkan dengan auditor yang kurang banyak melaksanakan penugasan audit.
Auditor yang berpengalaman juga memperlihatkan perhatian selektif yang lebih
21
banyak pada informasi yang relevan, oleh karena itu auditor yang lebih banyak
memiliki pengalaman akan lebih skeptis dibandingkan dengan auditor yang
kurang berpengalaman.
Mampu atau tidaknya seorang auditor dalam mendeteksi kecurangan atau
fraud ada hubungannya dengan keahlian yang dibentuk oleh pengalaman dalam
mendeteksi segala bentuk kecurangan. Kecurangan itu sendiri frekuensinya jarang
terjadi dan tidak semua auditor pernah mengalami kasus terjadinya kecurangan,
sehingga pengalaman auditor berkaitan dengan penanganan masalah kecurangan
tidak banyak. Loebbecke et al. (1989) yang melakukan survey atas 1.050 partner
audit KPMG Peat Marwick menemukan adanya 77 kasus kecurangan yang pernah
mereka alami. Jika dihitung dari jumlah audit sepanjang karir yang sudah dijalani,
maka insiden ditemukannya kecurangan menjadi sangat kecil sekitar 0,32%.
Jarangnya auditor dalam menghadapi management fraud menyebabkan jarang
pula auditor yang mempunyai latar belakang yang pantas mengarah pada
kemampuan mendeteksi kecurangan. Dapat disimpulkan bahwa lamanya auditor
bekerja tidak cukup dikatakan sebagai auditor yang berpengalaman, keahlian
dengan mengaudit berbagai macam industri dengan spesifikasi dan permasalahan
yang berbeda sangat diperlukan untuk membentuk keahlian seorang auditor.
Pelatihan-pelatihan juga diperlukan oleh seorang auditor untuk pengembangan
keahlian auditor (Noviyani dan Bandi, 2002).
Menurut Tubbs (1992), auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan,
antara lain:
1) Mereka lebih banyak mengetahui kesalahan.
22
2) Mereka lebih akurat mengetahui kesalahan.
3) Mereka tahu kesalahan yang tidak khas.
4) Pada umumnya, hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor kesalahan
(ketika kesalahan terjadi dan tujuan pengendalian internal dilanggar) menjadi
lebih menonjol.
2.1.7 Time Budget Pressure
Time pressure memiliki dua dimensi yaitu time deadline pressure dan time
budget pressure(Herningsih, 2001). Time deadline pressure adalah kondisi
dimana auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya.
Time budget pressure adalah keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan
efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan
waktu dalam anggaran yang sangat ketat (Sososutikno, 2003).
Time budget pressure dapat diukur dengan indikator keketatan anggaran,
dan ketercapaian anggaran (Hutabarat, 2012). Tingkat pengetatan anggaran, yaitu
suatu kondisi di mana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap
anggaran waktu yang telah disusun dan terdapat pembatasan waktu dalam
anggaran yang sangat ketat. Tingkat ketercapaian anggaran, yaitu suatu kondisi di
mana auditor dituntut untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya (Otley dan
Pierce, 1996).
Dalam kondisi normal Kantor Akuntan Publik (KAP) akan melakukan
estimasi penyediaan jumlah waktu yang nantinya akan dialokasikan untuk tugas-
tugas spesifik dalam suatu audit, dijadikan dasar untuk estimasi biaya audit, untuk
alokasi pekerjaan karyawan dan untuk evaluasi kinerja auditor. Akibat waktu
23
yang telah ditetapkan untuk penugasan tidak cukup, maka auditor akan bekerja di
bawah tekanan anggaran waktu sehingga pekerjaannya akan dilakukan lebih
cepat, menyebabkan kemungkinan mengabaikan beberapa proses audit dan hanya
menyelesaikan yang penting-penting saja sehingga akan menghasilkan kinerja
yang buruk dan mempengaruhi juga hasil kerja audit (Cook dan Kelly, 1991).
Suprianto (2009) juga berpendapat sama bahwa, tekanan anggaran waktu yang
tinggi menimbulkan perilaku disfungsional auditor sehingga mempengaruhi
kualitas audit. Gundry dan Narachchi (2007) menambahkan dalam penelitiannya
bahwa auditor melakukan penganggaran waktu dengan alasan agar tetap dapat
bersaing (kompetitif).
Zoort dan Lord (1997) menyebutkan ketika menghadapi tekanan anggaran
waktu auditor akan memberikan respon dengan dua cara yaitu fungsional dan
disfungsional. Tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk bekerja lebih baik
dan menggunakan waktu sebaik-baiknya, auditor lebih memilih informasi yang
lebih relevan dan menghindari penilaian tidak relevan. Hutabarat (2012)
menyatakan bahwa, auditor yang menjungjung tinggi etika tidak akan
menghilangkan salah satu prosedur audit yang harus dilakukan walaupun dihimpit
dengan masalah time budget pressure. Sementara itu tipe disfungsional perilaku
auditor yang dikemukakan oleh Rhode (1978) mengatakan bahwa, tekanan
anggaran waktu berpotensi menyebabkan penurunan kualitas audit. Dibawah
tekanan anggaran waktu, individu cenderung akan bekerja dengan cepat sehingga
akan berdampak pada penurunan kinerjanya (Dezoort, 1998).
24
2.1.8 Kompensasi
Kompensasi adalah seluruh balas jasa baik berupa uang, barang ataupun
kenikmatan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan atas kinerja yang
disumbangkan kepada perusahaan (Gorda, 2006:190). Kebijakan kompensasi
merupakan kebijakan yang penting dan strategis, karena hal ini langsung
berhubungan dengan peningkatan semangat kerja, kinerja dan motivasi karyawan
dalam suatu perusahaan. Bila perumusan kebijakan kompensasi tepat, baik dalam
aspek keadilan maupun kelayakannya maka karyawan akan merasa puas dan
termotivasi untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
pencapaian perusahaan. Sebaliknya, bila rasa keadilan dan kelayakan tidak
terpenuhi akan menyebabkan karyawan mengeluh, timbulnya ketidakpuasan kerja
yang kemudian berdampak pada kemerosotan semangat kerja karyawan yang pada
gilirannya menyebabkan kinerja karyawan akan merosot pula (Dharmawan,
2011).Kompensasi yang diberikan kepada karyawan berdasarkan kinerja dan
bukan padasenioritas atau jumlah jam kerja (Rizal et al., 2014).
Kompensasi yang diberikan perusahaan atas kinerja karyawan yang
diberikan secara adil dan layak akan memunculkan rasa kepuasan kerja yang
nantinya akan mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Menurut Ghiselli
dan Brown (1950) dalam As’ad (2008:45), ada 5 faktor yang menyebabkan
kepuasan kerja karyawan yaitu posisi, pangkat, usia, jaminan keuangan dan
jaminan sosial, serta kontrol kualitas. Menaikkan gaji/upah merupakan salah satu
25
faktor untuk mencapai kepuasan kerja (As’ad, 2008: 48). Sopiah (2013)
menyatakan bahwa, kepuasan kerja merupakan pendorong utama dari moral,
disiplin, dan kinerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan dari
kepuasan karyawan.
Kompensasi dikelompokkan menjadi dua yaitu financial dan non
financial. Kompensasi financial dibagi menjadi dua yaitu direct financial
compensation dan indirect financial compensation. Kompensasi financial
langsung (directfinancial) terdiri dari bayaran (pay) yang diperoleh seseorang
dalam bentuk gaji, upah,dan komisi.Indirect financial compensation merupakan
tunjangan yang tidak langsung diberikan oleh perusahaan yang biasanya terdiri
dari program asuransi tenaga kerja (jamsostek), pembayaran biaya sakit (berobat),
cuti, dan lain sebagainya.
Kompensasi non finansial (non financial compensation) terdiri dari
kepuasan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri, atau dari
lingkungan psikologis dan atau fisik dimana orang tersebut bekerja (Hariandja dan
Efendi, 2007:244). Kesempatan untuk berkembang, pelatihan, wewenang dan
tanggung jawab, penghargaan atas kinerja merupakan merupakan perwujudan dari
pemenuhan kebutuhan harga diri (esteem) dan aktualisasi (self actualization).
Kompensasi non finansial mengenai lingkungan pekerjaan dapat berupa supervisi
kompetensi (competent supervision), kondisi kerja yang mendukung (comfortable
working conditions), pembagian kerja atau job sharing (Mondy dan Robert,
2003:442).
26
Financial Compensation penting untuk karyawan, karena dengan
pemberian financial compensation para karyawan dapat langsung memenuhi
kebutuhan mereka terutama untuk kebutuhan fisiologis. Namun karyawan juga
berharap bahwa menerima kompensasi sesuai dengan pengorbanan yang telah
diberikan kepada perusahaan dalam bentuk non financial. Teori motivasi Maslow
menyatakan bahwa financial compensation efektif hanya untuk meningkatkan
kinerja, terutama bagi karyawan yang baru bekerja dan karyawan yang masih
menerima kompensasi yang rendah. Tapi karyawan yang sudah lama bekerja
dalam suatu perusahaan dan karyawan yang sudah menerima kompensasi dengan
tingkat menengah keatas, mereka akan benar-benar membutuhkan lebih banyak
kompensasi non financial. Kompensasi non financial dalam bentuk penghargaan
untuk kinerja mereka, dan diberikan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri
(Mar’at, 2005 dalam Sopiah, 2013).
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Rios dan Cardona (2013) meneliti pengaruh pengalaman mempengaruhi
pertimbangan profesional auditor selama proses perencanaan. Responden
penelitian adalah staf auditor, auditor senior, manajer audit dan / atau mitra dari
Kantor Akuntan Publik di Puerto Rico, praktisi independen dan mahasiswa senior
yang jurusan akuntansi. Teknik sampling yang digunakan adalah random
sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah two way anova. Hasil
penelitian adalah pengalaman tidak mempengaruhi pertimbangan profesional
untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti untuk mengeluarkan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan entitas bisnis.
27
Hutabarat (2012) meneliti pengaruh pengalaman, time budget pressure,
dan etika auditor terhadap kualitas audit. Responden penelitian adalah auditor
pada Kantor Akuntan Publik yang terdapat di Jawa Tengah. Teknik purposive
sampling digunakan untuk pemilihan sampel dengan kriteria auditor
berpengalaman dalam bidang auditing. Teknik analisis yang digunakan adalah
regresi linier berganda. Hasilnya adalah pengalaman audit, time budget pressure,
dan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
Sukriah dkk. (2009) meneliti pengaruh pengalaman kerja, independensi,
obyektivitas, integritas, dan kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Responden penelitian adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja pada
Inspektorat sepulau Lombok. Penentuan sampel dengan purposive sampling
dengan kriteria telah mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) sebagai auditor.
teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian
adalah pengalaman kerja, obyektivitas, dan kompetensi berpengaruh positif
terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan independensi dan integritas tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.
Saripudin dkk. (2012) meneliti pengaruh independensi, pengalaman, due
professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit (survei terhadap
auditor KAP di Jambi dan Palembang). Responden penelitian adalah auditor yang
bekerja dan terdaftar di KAP yang ada di Jambi dan Palembang. Penelitian
menggunakan sampel jenuh. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda. Hasil penelitian adalah independensi, pengalaman, due
professional care, dan akuntabilitas mempengaruhi kualitas audit secara simultan.
28
Selain itu, penelitian membuktikan bahwa independensi, pengalaman, dan
akuntabilitas secara parsial mempengaruhi kualitas audit tetapi due professional
care tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Arisinta (2013) meneliti pengaruh kompetensi, independensi, time budget
pressure, dan audit fee terhadap kualitas audit. Responden dalam penelitian
adalah auditor pada KAP di Surabaya. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
81 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Hasilnya adalah kompetensi, independensi, time budget pressure, dan audit fee
berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Nor et al. (2006) meneliti auditor’s perception of time budget pressure
and reduced audit quality practices: a preliminary study from Malaysian context.
Responden dalam penelitian adalah staff dan auditor senior di Non-KAP big four
di Malaysia. Teknik analisis data yang digunakan adalah Spearman Rho
correlation dan linier regression analysis. Hasilnya adalah Time Budget Pressure
Tidak Berpengaruh Terhadap Reduced Audit Quality(RAQ).
Simanjuntak (2008) meneliti pengaruh time budget pressure dan risiko
kesalahan terhadap penurunan kualitas audit (RAQ). Responden penelitian adalah
auditor yang bekerja pada KAP The Big Four dan Non-The Big Four. Penentuan
sampel penelitian dengan random sampling. Teknik analisis data menggunakan
Multivariate Analysis of Variance (MANOVA). Penelitian berhasil membuktikan
bahwa tekanan anggaran waktu mempunyai pengaruh terhadap berbagai perilaku
auditor dalam yang menyebabkan penurunan kualitas audit. Tekanan yang
diberikan oleh manajemen dalam menentukan anggaran waktu diperkirakan
29
merupakan faktor yang terlibat penting dalam perilaku auditor. Hal ini
ditunjukkan dalam beberapa tingkat tekanan waktu dan resiko yang dihadapi oleh
auditor dalam penugasan audit.
Suprianto (2009) meneliti pengaruh time budget pressure terhadap
perilaku disfungsional auditor. Responden penelitian adalah auditor yang bekerja
di KAP di Jawa Tengah terdaftar sebagai auditor bank di Bank Indonesia.
Penentuan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria auditor yang
bekerja di KAP lebih dari 1 tahun, dan auditor yang dipilih adalah auditor senior
dan junior. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil
penelitian time budget pressure berpengaruh positif terhadap perilaku
disfungsional auditor yaitu audit quality reduction behaviour dan under reporting
of time.
Nasution (2010) meneliti pengaruh pelatihan, kompensasi, dan
kepemimpinan terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. Bredero Shaw
Indonesia. Responden penelitian adalah karyawan PT. Bredero Shaw Indonesia.
Penentuan sampel menggunakan random sampling. Teknik analisis data yang
digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian pelatihan, kompensasi,
dan kepemimpinan berpengaruh secara simultan terhadap prestasi kerja karyawan
PT. Bredero Shaw Indonesia, namun secara parsial hanya kompensasi yang tidak
berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan PT. Bredero Shaw Indonesia.
Pribadi dan Harjanti (2014) meneliti pengaruh penilaian prestasi kerja
terhadap motivasi kerja karyawan dengan kompensasi sebagai variabel
intervening pada PT. Enseval Putera Metragading Cabang Surabaya 2.
30
Responden penelitian adalah karyawan PT. Enseval Putera Metragading. Sampel
yang digunakan adalah sampel jenuh. Teknik analisis data yang digunakan adalah
path analysis. Hasil penelitian penilaian prestasi kerja melalui kompensasi sebagai
variabel intervening tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja,
sehingga kompensasi tidak menjadi variabel yang mampu memediasi antara
penilaian prestasi kerja dengan motivasi kerja.
Hamdan dan Setiawan (2014) meneliti pengaruh kompensasi finansial dan
non finansial terhadap kinerja karyawan PT. Samudera Buana Persada.
Responden penelitian adalah karyawan PT. Samudera Buana Persada. Sampel
yang digunakan adalah sampel jenuh. Teknik analisis data yang digunakan regresi
linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan maupun
parsial kompensasi finansial dan non finansial berpengaruh terhadap kinerja
karyawan PT. Samuderaa Buana Persada.
Febriansyah dkk. (2014) meneliti pengaruh keahlian, independensi,
kecermatan profesional pada kualitas audit, dengan etika sebagai variabel
moderasi. Responden dalam penelitian ini adalah auditor pada Inspektorat
Provinsi Bengkulu. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive
sampling dengan kriteria melakukan penugasan audit selama satu tahun. Teknik
analisis data yang digunakan adalah moderate regression analysis. Hasil dari
penelitian ini adalah keahlian berpengaruh terhadap kualitas audit, etika
mempengaruhi hubungan antara keahlian dengan kualitas audit, independensi
berpengaruh pada kualitas audit, etika mempengaruhi hubungan antara
independensi dengan kualitas audit, kecermatan profesional berpengaruh pada
31
kualitas audit, etika mempengaruhi hubungan kecermatan profesional dengan
kualitas audit.
Brandon (2010) menelitievaluasi auditor eksternalpada auditor internal
yang outsourced. Respondendalampenelitianiniadalah 89 auditor yang
awalnyabekerjasebagai auditor eksternal, danmenjadi auditor internal
outsourcedpadasuatuperusahaan. Hasilpenelitianmenunjukkanbahwapengalaman
yang dimilikioleh auditor
eksternaltidakberpengaruhpadakualitasauditnyaketikamenjadi auditor internal
suatuperusahaan.
Enofeet, al. (2014)menelitikarakteristikkantorakuntanpublikdankualitas
audit di Nigeria. Respondenpenelitianadalah 210 orang yang
terdiridaridirekturkeuangan, auditor, pemegangsaham, analisiskeuangan.
Teknikanalisis yang digunakanadalahregresi linier berganda.
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwaakuntabilitasdanindependenseoranga auditor
mempengaruhikualitas audit, sedangkanpengalamantidakberpengaruhpadakualitas
audit.
Imammudin (2007), menelitipengaruhtime budget pressure, time deadline
pressure, dansupervisiterhadapkualitas audit keuangandaerahstudiempirispada
BPK RI. Respondenpenelitianadalah auditor daerah yang bekerjapada BPK RI.
Metode sampling yang digunakanadalahrandom sampling.
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwatekanananggaranwaktutidakberpengaruhterhad
apkualitas audit keuangandaerah.Sementaraitu, tekananwaktu deadline
secarasignifikanberpengaruhpositifterhadapkualitas audit keuanganpemerintah,
32
danpenelitianinimenunjukkanbahwapengawasansecarasignifikanberpengaruhposit
ifterhadapkualitas audit keuangandaerah.
Warno (2010), menelitipengaruhtime budget
pressureterhadapperilakudisfungsionaldankualitas audit pada auditor BPK Jawa
Tengah tahun 2008. Respondenpenelitianadalah auditor yang
bekerjapadaBadanPemeriksaKeuangan (BPK) perwakilanJawa Tengah tahun
2008. Metoda sampling yang digunakanadalahmetodaestimasiMaximum
Likelihood.Teknikanalisis yang digunakanadalah PLS.
Hasilpenelitianmenunjukkantime budget
pressuretidakberpengaruhterhadapkualitas audit. Time budget
pressureberpengaruhpositifterhadapunder reporting of time. Time budget
pressureberpengaruhpositifterhadappremature sign off. Time budget
pressureberpengaruhpositifterhadapreplacement of audit procedure. Premature
sign offberpengaruhnegatifterhadapkualitas audit. Under reporting of
timeberpengaruhnegatifterhadapkualitas audit. Replacement of audit
procedureberpengaruhnegatifterhadapkualitas audit.