15
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Dwita dan Rahmidani (2012) tentang Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar terhadap Return Saham Sektor Restoran, Hotel dan Pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan yang negatif antara inflasi dengan return saham perusahaan di sektor restoran, hotel dan pariwisata periode 2005-2010. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga dengan return saham perusahaan di sektor restoran, hotel dan pariwisata periode 2005-2010. Tidak ada pengaruh signifikan antara nilai tukar dengan return saham perusahaan di sektor restoran, hotel dan pariwisata periode 2005-2010. Penelitian yang dilakukan oleh Purnomo dan Widyawati (2013) tentang Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara simultan berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa suku bunga secara parsial berpengaruh terhadap return saham. Hasil uji t juga diketahui bahwa nilai tukar dan inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengaruh dominan terhadap return saham ditunjukkan oleh variabel suku bunga.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38757/3/jiptummpp-gdl-raidahindr-48961-3-babii.pdf · 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA . A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Dwita dan Rahmidani (2012) tentang

Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar terhadap Return Saham Sektor

Restoran, Hotel dan Pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh signifikan yang negatif antara inflasi dengan return saham

perusahaan di sektor restoran, hotel dan pariwisata periode 2005-2010. Tidak

terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga dengan return

saham perusahaan di sektor restoran, hotel dan pariwisata periode 2005-2010.

Tidak ada pengaruh signifikan antara nilai tukar dengan return saham

perusahaan di sektor restoran, hotel dan pariwisata periode 2005-2010.

Penelitian yang dilakukan oleh Purnomo dan Widyawati (2013)

tentang Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Return

Saham pada Perusahaan Properti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa nilai tukar, suku bunga, dan inflasi

secara simultan berpengaruh terhadap return saham. Berdasarkan hasil uji t

diketahui bahwa suku bunga secara parsial berpengaruh terhadap return

saham. Hasil uji t juga diketahui bahwa nilai tukar dan inflasi secara parsial

tidak berpengaruh terhadap return saham. Dari hasil penelitian dapat

diketahui bahwa pengaruh dominan terhadap return saham ditunjukkan oleh

variabel suku bunga.

10

Penelitian yang dilakukan oleh Suyati (2015) tentang Pengaruh Inflasi,

Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah/Us Dollar terhadap Return

Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara parsial pada variabel inflasi terhadap return

saham properti diperoleh bahwa inflasi memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap return saham properti. Hal ini dapat diartikan bahwa informasi

perubahan laju inflasi tidak memberikan pengaruh terhadap return saham

properti.

Hasil pengujian secara parsial variabel tingkat suku bunga terhadap

return saham properti diperoleh bahwa ternyata tingkat suku bunga tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap return saham properti. Hasil

pengujian secara parsial variabel nilai tukar Rupiah / US Dollar terhadap

return saham properti diperoleh bahwa ternyata nilai tukar Rupiah/ US Dollar

berpengaruh signifikan terhadap return saham properti.

B. Tinjauan Teori

1. Pasar Modal

Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki

kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara

memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal juga bisa diartikan sebagai

pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur

lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Fungsi pasar modal

sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungsi ini menunjukkan

peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar

11

modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan

pihak yang mempunyai kelebihan dana.

Pasar modal dapat medorong terciptanya alokasi dana yang

efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan

dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan

return yang paling optimal. Asumsinya, investasi yang memberikan

return besar adalah sektor-sektor yang paling produktif yang ada di

pasar. Dana yang berasal dari investor dapat digunakan secara produktif

oleh perusahaan-perusahaan tersebut (Tandelilin, 2001:13).

a. Jenis-jenis pasar modal

Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi 2

jenis yaitu pasar perdana dan pasar sekunder :

1) Pasar Perdana ( Primary Market )

Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali dari

emiten kepada para pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh

pihak penerbit (issuer) sebelum saham tersebut belum

diperdagangkan di pasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu

sekurang-kurangnya 6 hari kerja. Harga saham di pasar perdana

ditetukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public

berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.

2) Pasar Sekunder ( Secondary Market)

Pasar sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual-

beli saham diantara investor setelah melewati masa penawaran

12

saham di pasar perdana, dalam waktu selambat-lambatnya 90 hari

setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut harus dicatatkan di

bursa. Harga saham pasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan

ekspetasi pasar, jangka waktunya tidak terbatas (Darmadji dan

Fakhruddin, 2001:77).

b. Pelaku dalam pasar modal

Pelaku utama yang terlibat di pasar modal dan lembaga

penunjang yang terlibat langsung dalam proses transaksi antara

pemain utama sebagai berikut :

1) Emiten

Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat

berharga atau melakukan emisi di bursa disebut emiten. Dalam

melakukan emisi, para emiten memiliki berbagai tujuan dan hal

ini biasanya sudah tertuang dalam rapat umum pemegang saham

(RUPS), antara lain : Perluasan usaha, Memperbaiki struktur

modal, dan Mengadakan pengalihan pemegang saham.

2) Investor

Pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya

di perusahaan yang melakukan emisi disebut investor. Tujuan

utama para investor dalam pasar modal antara lain: Memperoleh

deviden, Kepemilikan perusahaan, dan berdagang.

3) Lembaga penunjang

Fungsi lembaga penunjang ini antara lain turut serta

13

mendukung beroperasinya pasar modal, sehingga mempermudah

baik emiten maupun investor dalam melakukan berbagai kegiatan

yang berkaitan dengan pasar modal. Lembaga penunjang yang

memegang peranan penting di dalam mekanisme pasar modal

adalah sebagai berikut : Penjamin emisi (underwriter), Perantara

perdagangan efek (broker / pialang), Perdagangan efek (dealer),

dan lain-lain (Fahmi, 2011:91).

2. Pengembalian (Return) Saham

Pengembalian (Return) saham merupakan salah satu faktor yang

memotivasi investor berinteraksi dan juga merupakan imbalan atas

keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi yang

dilakukannya. Singkatnya return adalah keuntungan yang diperoleh

investor dari dana yang ditanamkan pada suatu investasi (Tandelilin,

2001:47).

a. Jenis-jenis return saham

Return saham dapat dibagi menjadi dua yaitu (Jogiyanto, 2009: 199):

1) Return realisasi

Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung

berdasarkan data historis.

2) Return ekspektasi

Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh

oleh investor dimasa mendatang.

b. Komponen return saham

14

Return saham terdiri dari dua komponen, yaitu (Tandelilin, 2001:48):

1) Capital gain (loss)

Capital gain (loss) yaitu kenaikan (penurunan) harga suatu saham

yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.

2) Yield

Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas

atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu

investasi saham.

c. Rata-rata Return Saham

Rata-rata dari return dapat dihitung berdasarkan aritmatika

(arithmetic mean) dan rata-rata geometrik (geometric mean). Rata-rata

geometric dapat digunakan untuk menghitung rata-rata return

beberapa periode, misalnya untuk menghitung return mingguan atau

return bulanan yang dihitung berdasarkan rata-rata geometric dari

return harian. Perhitungan seperti ini, rata-rata geometrik lebih tepat

digunakan dibandingkan jika digunakan metode rata-rata aritmatika

biasa. Rata-rata aritmatika adalah sebuah pengukuran yang baik atas

rata-rata (pada khususnya) yang ditunjukkan dalam satu periode

(Jogiyanto, 2009:206).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return Saham

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi return saham itu

sendiri, beberapa faktor yang mempengaruhi harga atau Return Saham

baik yang bersifat makro maupun mikro. Faktor-faktor tersebut

15

diantaranya adalah:

a. Faktor makro yaitu faktor-faktor yang berada di luar perusahaan,

antara lain:

1) Faktor makro ekonomi

a) Inflasi

Inflasi merupakan suatu kejadian yang menggambarkan

situasi dan kondisi dimana harga barang mengalami kenaikan

dan nilai mata uang mengalami pelemahan. Inflasi yang terjadi

secara terus-menerus maka akan mengakibatkan pemburukan

kondisi ekonomi secara menyeluruh serta mampu mengguncang

tatanan stabilitas politik suatu negara. Inflasi merupakan hal

berbahaya bagi perekonomian karena mampu menimbulkan efek

yang sulit diatasi bahkan berakhir pada keadaan yang bisa

menumbangkan pemerintahan (Fahmi , 2011:67).

Berdasarkan area timbulnya, inflasi terbagi menjadi dua

yaitu inflasi domestik dan inflasi impor. Inflasi domestik ini

terjadi karena faktor situasi dan kondisi yang terjadi di dalam

negeri, seperti karena kebijakan pemerintah (goverment policy)

dalam mengeluarkan deregulasi yang mampu mempengaruhi

kondisi kenaikan harga. Inflasi impor disebabkan faktor situasi

dan kondisi yang terjadi di luar negeri, seperti terjadinya

guncangan ekonomi di Amerika Serikat yang berpengaruh pada

naiknya harga berbagai barang yang berasal dari sana (Fahmi,

16

2011:68).

Berdasarkan sebab-sebab timbulnya inflasi dapat

digolongkan menjadi tiga yaitu inflasi struktural, desakan biaya,

dan desakan permintaan. Inflasi struktural merupakan suatu

keadaan yang ditimbulkan oleh bertambahnya volume uang.

Desakan biaya merupakan inflasi yang disebabkan oleh

kebijakan perusahaan yang menaikan harga barang dagangannya

karena implikasi dari kenaikan biaya internal. Desakan

permintaan merupakan inflasi yang timbul karena didorong oleh

biaya atau inflasi lain seperti kenaikan pendapatan masyarakat.

b) Suku bunga

Suku bunga adalah harga dari pinjaman. Suku bunga

dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu.

Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang

digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur

(Sunariyah, 2004:80).

Fungsi tingkat bunga dalam perekonomian yaitu alokasi

faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang

dipakai sekarang dan di kemudian hari (Nopirin, 2009:176). Ada

dua jenis faktor yang menentukan nilai suku bunga, yaitu faktor

internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan

nasional, jumlah uang beredar, dan inflasi. Sedang faktor

eksternal merupakan suku bunga luar negeri dan tingkat

17

perubahan nilai valuta asing yang diduga.

Suku bunga yang tinggi akan mendorong investor untuk

menanamkan dananya di bank daripada menginvestasikannya

pada sektor produksi atau industri yang memiliki tingkat resiko

lebih besar sehingga tingkat inflasi dapat dikendalikan melalui

kebijakan tingkat suku bunga (Khalwaty, 2010:144).

c) Nilai tukar rupiah

Nilai tukar merupakan harga di dalam pertukaran dan

dalam pertukaran antara 2 macam mata uang yang berbeda, akan

terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang

tersebut. Perbandingan nilai inilah yang disebut kurs/exchange

rate (Nopirin, 2009:163). Nilai tukar riil adalah nilai tukar

nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-

harga didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga diluar

negeri.

Perbedaan tingkat kurs ini timbul karena beberapa hal,

diantaranya:

(1) Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh para pedagang

valuta asing. Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila

para pedagang valas atau bank membeli valuta asing,

sedangkan kurs jual adalah apabila mereka menjual maka

selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para

pedagang.

18

(2) Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam

waktu pembayaran. Di dalam pembayaran valas yang lebih

cepat akan mempunyai kurs yang lebih tinggi.

(3) Perbedaan kurs karena tingkat keamanan dalam penerimaan

hak pembayaran.

Pasar valuta asing mempunyai fungsi pokok dalam

membantu kelancaran lalu lintas pembayaran internasional

antara lain (Nopirin, 2009 : 165):

(1) Mempermudah penukaran valas serta pemindahan dan dari

suatu Negara ke Negara lain.

(2) Memberikan kemudahan untuk dilaksanakan

perjanjian/kontrak jual beli dengan kredit.

(3) Mempermudah dilakukannya “hedging” yaitu membantu

pedagang yang melakukan transaksi jual dan beli valas

dipasar yang berbeda, yang bertujuan untuk

menghilangkan/mengurangi resiko akibat kerugian kurs.

d) Tingkat pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana

meningkatnya pendapatan tanpa mengaitkannya dengan tingkat

pertumbuhan penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk

umumnya sering dikaitkan dengan pembangunan ekonomi.

Definisi pertumbuhan ekonomi yang lainnya adalah

bertambahnya pendapatan nasional dalam periode tertentu

19

misalnya dalam satu tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi

menunjukan peningkatan dari kapasitas produksi maupun jasa

dalam kurun waktu tertentu(http://www.pengertianku.net).

e) Indeks harga saham

Indeks harga saham adalah suatu angka yang digunakan

untuk membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke

waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau

kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu

(ekonomisku.blogspot. co.id).

2) Faktor makro non ekonomi

a) Peristiwa politik domestik

b) Peristiwa sosial

c) Peristiwa politik Internasional

b. Faktor mikro ekonomi

Faktor mikro yaitu faktor yang berasal dari dalam perusahaan.

Informasi yang didapat dari kondisi intern perusahaan seperti, laba

bersih per saham, nilai buku per saham, rasio utang terhadap ekuitas

dan rasio keuangan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi return

saham terdapat 2 macam analisis untuk menentukan return saham

secara garis besar, yaitu informasi fundamental dan informasi

teknikal.

Informasi fundamental diperoleh dari intern perusahaan

meliputi deviden dan tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan,

20

karakteristik keuangan, ukuran perusahaan sedangkan informasi

teknikal diperoleh di luar perusahaan seperti ekonomi, politik dan

finansial.

4. Hubungan antara Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar Rupiah terhadap

Pengembalian Saham

a. Hubungan Inflasi terhadap pengembalian saham

Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga barang-

barang secara umum yang terjadi terus menerus. Hal ini tentu saja akan

mempengaruhi kenaikan biaya produksi pada suatu perusahaan. Biaya

produksi yang tinggi tentu saja akan membuat harga jual barang naik,

sehingga akan menurunkan jumlah penjualan yang akan berdampak

buruk terhadap kinerja perusahaan yang tercermin dengan turunnya

return saham perusahaan tersebut.

Kenaikan laju inflasi yang tidak diantisipasi tersebut akan

meningkatkan harga barang dan jasa, sehingga konsumsi akan menurun.

Kenaikan harga faktor produksi juga akan meningkatkan biaya modal

perusahaan. Inflasi yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar,

sementara inflasi yang sangat rendah akan berakibat pertumbuhan

ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya saham juga akan

bergerak dengan lamban sehingga berdampak pada return saham.

(Samsul, 2006:201).

b. Hubungan suku bunga terhadap pengembalian saham

Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi variabilitas return

21

pada suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga

saham secara terbalik, cateris paribus. Artinya, jika suku bunga

meningkat, maka harga saham akan turun dan sebaliknya jika suku

bunga turun maka harga saham aka naik. Hal ini disebabkan ketika suku

unga naik, maka return investasi yang terkait dengan suku bunga

(deposito) juga akan naik. Kondisi ini akan menarik minat investor

yang sebelumnya berinvestasi ke saham untuk memindahkan dananya

ke deposito (Tandelilin, 2001:103).

c. Hubungan nilai tukar rupiah terhadap pengembalian saham

Perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang

berbeda terhadap setiap jenis saham, yaitu suatu saham dapat terkena

dampak positif sedangkan saham yang lainnya terkena dampak

negative. Mengenai kenaikan kurs US$ yang tajam terhadap rupiah

akan berdampak negatif terhadap emiten yang memiliki utang dalam

dalam dolar sementara produk emiten tersebut dijual secara lokal.

Emiten yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif

dari kenaikan kurs US$ tersebut, ini berarti harga saham emiten yang

terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek.

Sementara emiten yang terkena dampak positif akan meningkat harga

sahamnya. Sebagian emiten yang tercatat di Bursa Efek akan terkena

dampak negatif dan sebagian lagi terkena dampak positif dari

perubahan kurs US$ yang tajam (Samsul, 2006:202)

22

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan penelitian terdahulu dan landasan teori maka kerangka

pikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. kerangka pikir

Berdasarkan kerangka pikir diatas bahwa terdapat variabel yang

berpengaruh terhadap pengembalian saham pada perusahaan perkebunan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yaitu inflasi, suku bunga dan nilai

tukar rupiah.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap

pengembalian saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

Inflasi (X1)

Suku Bunga (X2)

Nilai Tukar

Rupiah terhadap

US Dolar (X3)

Pengembalian

Saham (Y)

23

2. Inflasi yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap pengembalian

saham pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.