Upload
phamcong
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori Prestasi Belajar
1. Prestasi Belajar
Ada beberapa pengertian belajar, antara lain:
a. Belajar adalah proses suatu usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengembangan individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan. Ahmadi A. Dan W. Supriyono(
2004:121)
b. Belajar adalah proses interaksi social seseorang memperoleh
pemahaman baru atau struktur kognitif dan mengubah hal-hal lama.
(Winatasaputra, 2001 : 3-4)
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses interaksi seorang individu dengan lingkungannya untuk
menghasilkan perubahan dan pemahaman baru dengan mengubah hal-hal
lama. Belajar juga merupakan perubahan serta peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat
melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.
Ada empat pilar yang perlu diperhatikan dalam belajar yaitu learning
to know artinya belajar untuk mengetahui, learning to do artinya belajar
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
6
untuk berbuat, leraning to live together artinya belajar untuk hidup
bersama, learning to be artinya belajar untuk menjadi. (UNESCO)
Setiap individu yang belajar mempunyai beberapa tujuan, yaitu untuk:
a. Meningkatkan kemampuan kognitif, yaitu kemampuan yang sifatnya
menambah pengetahuan, informasi, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan evaluasi.
b. Meningkatkan kemampuan psikomotorik, yaitu kemampuan yang
berhubungan dengan keterampilan keaktifan fisik (motor skill).
c. Meningkatkan kemampuan afektif, yaitu kemampuan yang meliputi
penelitian sikap, apresiasi, nilai-nilai evaluasi, menyenangkan,
menghormati, dan lain-lain. (Suprijono, 2009:5-6)
Belajar adalah langkah yang harus ditempuh untuk mencapai suatu
keberhasilan, maka dalam suatu belajar ini tidak lepas dari faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi
individu pada saat belajar terdiri dari:
1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam individu itu
sendiri, meliputi faktor biologis (jasmaniah), faktor psikologis
(rohaniah) dan kelelahan.
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan keluarga,
faktor sekolah dan faktor masyarakat. (Slamet, 1995:2)
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar ada dua yaitu faktor
internal (dalam diri siswa) eksternal, dan eksternal (dari luar siswa). Faktor
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
7
dari dalam siswa misalnya kurangnya motivasi belajar sehingga siswa
tersebut malas belajar dan mendapat hasil belajar yang rendah. Faktor dari
luar siswa yang bisa mempengaruhi hasil belajar adalah kurangnya
perhatian dari orang tua. Orang tua yang sibuk tidak pernah menyuruh
siswa belajar, tidak pernah menanyakan hasil belajar siswa dapat
mengakibatkan hasil belajar siswa menurun/rendah karena siswa merasa
tidak diperhatikan oleh orang tuanya. Hal tersebut bisa berlanjut di
sekolah, karena di rumah tidak diperhatikan orang tua maka di sekolah pun
siswa menjadi malas belajar. Dalam kelas siswa hanya duduk, diam
mendengarkan tetapi tidak memahami materi yang diajarkan oleh guru
atau berbicara dengan teman tidak mendengarkan penjelasan guru.
Lingkungan masyarakat juga bisa mempengaruhi hasil belajar siswa.
Siswa yang berada dalam lingkungan masyarakat yang pergaulannya tidak
baik maka siswa terbawa/tepengaruh terhadap pergaulan tersebut yang
mengakibatkan siswa malas belajar baik dalam sekolah ataupun di rumah.
Peran guru dalam proses belajar Ahmadi A. Dan W. Supriyono (
2004:104) adalah guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing,
dan memberikan fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan.
Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat degala sesuatu yang
terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak,
penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari
berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam
segala fase dan proses perkembangan anak.
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
8
Disamping itu perkembangan ilmu dan teknologi serta
perkembangan social-budaya yang berlangsung cepat telah memberikan
tantangan kepada setiap individu. Setiap individu senantiasa ditentang
untuk terus selalu belajar untuk dapat menyesuaikan diri sebaik-baiknya.
Kesempatan belajar makin terbuka melalui berbagai sumber dan media.
Anak-anak masa kini dapat belajar dari berbagai sumber dari media seperti
surat kabar, TV, film, dan sebagainya. Guru hanya merupakan salah satu
di antara berbagai sumber dan media belajar. Maka dengan demikian
peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah
kepada peningkatan motivasi belajar anak-anak. Melalui peranannya
sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong anak untuk
senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber
dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap anak secara efektif,
dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber
serta medie belajar. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya dapat
mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang sebaik-baiknya.
Selanjutnya sangat diharapkan guru dapat memberikan fasilitas yang
memadai sehingga murid dapat belajar secara efektif.
2. Prestasi Belajar
Menurut Anitah (2007: 2.19) Prestasi belajar merupakan hasil dari
suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar
menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan tingkah laku
yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positip dan
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
9
disadari. Aspek perilaku mencakup aspek kognitif, afktif, dan
psikomotorik. Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan
kemampuan berpikir kritis dan ilmiah pada siswa, dapat dikaji proses
maupun hasil berdasarkan kemampuan membaca, kemampuan
mengidentifikasi atau membuat sejumlah pertanyaan berdasarkan
substansi yang dibaca, diamati dan atau didengar, kemampuan
mengorganisir hasil-hasil identifikasi dan mengkaji dari sudut persamaan
dan perbedaan, kemampuan kajian secara menyeluruh.
Prestasi belajar adlah merupakan tujuan yang akan dicapai dalam
proses belajar mengajar. Siswa sebagai subyek dalam interaksi belajar
mengajar adalah yang akan mencapai tujuan yaitu hasil belajar. Prestasi
belajar yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor yang mempengaryhi baik dari dalam dari ( faktor internal )
maupun dari luar diri ( faktor eksternal ) individu.Maka hasil belajar
adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran serta ketrampilan
dalam menyelesaikan masalah.
Menurut Dimyati dan Mudjiono ( 2006:250-251 ) hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi , yaitu sisi siswa dan
sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibanding pada saat belum belajar. Tingkat
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik,sedangkan dari sisi guru,hasil belajar merupakan
saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
10
Menurut Oemar Hamalik( 2001:30 ) Hasil belajar adalah bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar
dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif,
afektif, dan psikomotorik Perinciannya adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6
aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis
dan penilaian.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sukap dan nilai. Ranah Afektif meliputi 5
jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab, atau reaksi, menilai,
mengorganisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek
nilai.
c. Ranah Psikomotor
Meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda, kordinasi
neuromuscular ( menghubungkan, mengamati ).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan
psikomotor karena lebih menonjol, namun hasilbelajar psikomotor dan
afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses
pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
11
belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam
mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa
sudah memahami belajar dengan iringan oleh perubahan tingkah laku yang
lebih baik lagi.
Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar:
a. Ketrampilan dan kebiasaan.
b. Pengetahuan dan pengertian.
c. Sikap dan cita-cita.
Pendapat dari Howard Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan
dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri
siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil
belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama
ataubahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut
serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil
yang lebih baik lagisehingga akan merubah cara berpikir serta
menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Definisi pembelajaran kooperatif
Menurut Trianto(2007), pembelajaran yang bernaung dalam teori
konstruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari
konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
12
konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.
Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat social dan
penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif.
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 -6 orang siswa yang
sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan
satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok
tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa
untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan
belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok
adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling
membantu sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam
kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik
di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan
penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan
sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan
yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.
Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan materi yang disajikan dan saling membantu
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
13
diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar
belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum
menguasai materi pelajaran.
Sebagaimana model-model pembelajaran lain, model
pembelajaran kooperatif memiliki tujuan-tujuan, langkah-langkah, dan
lingkungan belajar dan sistem pengelolaan yang khas.
b. Tujuan Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi
pengajar yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam
sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi
siswa, dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputu
san dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada sisa untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar
belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan
ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja
secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa
akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama
manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai
tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama
mencapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
14
tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan social.
Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik,
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit,
dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap
penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama,
sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif
memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan
kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas
bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif,
belajar untuk menghargai satu sama lain.
Keterampilan social atau kooperatif berkembang secara
signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooepratif
sangat tepat digunakan unutk melatih keterampilan-keterampilan
kerjasama dan kolaborasi,dan juga kterampilan-keterampilan tanya-
jawab.
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
15
c. Lingkungan belajar dan system pengelolaan
Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John
Dewey dan Herbert Thelan (dalam Trianto:2007) yang menyatakan
pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogyanya
mengajarkan proses demokratis.
Proses demokrasi dan peran aktif merupakan cirri yang khas dari
lingkungan pembelajaran kooperatif dalam pembentukan kelompok,
guru menerapkan struktur tingkat tinggi, dan guru juga mendefinisikan
semua prosedur. Meskipun demikian, guru tidak dibenarkan mengelola
tingkah laku siswa dalam kelompok secara ketat, dan siswa memiliki
ruang dan peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-
aktivitas dalam kelompoknya. Selain itu, pembelajaran kooperatif
menjadi sangat efektif jika materi pembelajaran tersedia lengkap di
kelas, ruang guru, perpustakaan, ataupun di pusat media.
Selain itu, agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai
dengan harapan, dan siswa dapat bekerja secara produktif dalam
kelompok, maka siswa perlu diajarkan keterampilan-keterampilan
kooperatif. Keterampilan kooperatif tersebut berfungsi untuk
melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan
kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar
anggota kelomppok, sedangkan peranan tugas dapat dilakukan dengan
membagi tugas antar anggota kelompok.
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
16
d. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Terdapat enam langkah
utama di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.
(Suprijono:2009)
Langlah-langkah pembelajaran kooperatif tersebut adalah:
a) Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b) Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan.
c) Guru menjelaskan kepada siswa bagaiman caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
d) Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
e) Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
f) Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu dan kelompok.
3. Student teams achievement division (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, merupakan salah satu tipe
dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-
kelompok kecil dengan jumlah anggota 4 - 6 tiap kelompok orang siswa
secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
17
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan
kelompok.
Slavin menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim
belajar beranggotakan 4 - 6 orang yang merupakan campuran menurut
tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan
kemudian ssiwa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh
anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa
diberikan tes tentang materi teresebut, pada saat tes ini mereka tidak
diperbolehkan saling membantu.
Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:
a. Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajarannya, yang meliputi
rencana pembelajaran (RP), Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa
(LKS), beserta lembar jawabannya.
b. Membentuk kelompok kooperatif
Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa
dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu
kelompok dengan kelompok lainnya realtif homogen. Apabila
memungkinkan kelompok kooperatif perlu memperhatikan ras, agama,
jenis kelamin, dan latar belakang social. Apabila dalam kelas terdiri
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
18
atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan
kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik, yaitu:
1) Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian
dalam mata pelajaran IPA. Tujuannya adalah untuk mengurutkan
siswa sesuai kemampuan IPAnya dan digunakan untuk
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok.
2) Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas,
kelompok menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas
sebanyak 25% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa rangking
satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari
urutan setelah diambil kelompok atas, dan kelompok bawah
sebanyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa setelah
diambil kelompok atas dan kelompok menengah.
c. Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai
ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis.
Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes,
maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal.
d. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur
dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan
pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
19
dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya
pembelajaran pada kelas kooperatif.
e. Kerja kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe
STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini
bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu
dalam kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan
pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau
fase, yaitu:
(1) Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
(2) Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
mendemonstrasikan atau leawat bahan bacaan.
(3) Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
(4) Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
(5) Mengevalusai hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
(6) Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelmpok.
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
20
4. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
a. Kurikulum 2004
Berdasarkan kurikulum 2004, tujuan pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah agar siswa
mampu: a) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; b)
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya
hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat; c) mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, mengembangkan keterampilan proses
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan; d) berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam; e) menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; f) memiliki
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan jenjang pendidikan selanjutnya (SMP/MTs).
Kurikulum IPA lebih menekankan siswa untuk menjadi
pembelajaran aktif dan luwes. Kurikulumnya menyediakan berbagai
pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses IPA.
Pemahaman ini bermanfaat bagi peserta didik agar dapat: a)
menanggapi isu local, nasional, kawasan, dunia, social, budaya,
ekonomi, lingkungan dan etika; b) menilai secara kritis perkembangan
dalam bidang IPA dan teknologi serta dampaknya; c) memberi
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
21
sumbangan terhadap kelangsungan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi; dan d) memilih karier yang tepat.
b. Konsep Ilmu Pengetahuan Alam (Depdiknas:2004)
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berfungsi untuk
membrikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan
keterampilan wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitan dalam
pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam di sekolah dasar dan lebih bersifat memberi
pengetahuan melalui pengamatan terhadap berbagai jenis perangai
lingkungan alam dan lingkungan buatan.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pembelajaran sains, dapat
diuraikan karakteristik pembelajaran pembelajaran IPA sebagai
berikut: a) mengajak siswa untuk menyadari keteraturan dan keindahan
alam untuk mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; b)
memupuk sikap ilmiah yang mencakup: sikap jujur dan obyektif
terhadap data: sikap terbuka yaitu bersedia menerima pendapat orang
lain serta mau mengubah pandangannya, jika ada bukti bahwa
pandangannya tidak benar; ulet dan tidak cepat putus ada; kritis
terhadap pertanyaan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa ada
dukungan observasi empiris; dan dapat bekerjasama dengan orang lain;
c) memberi pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui
percobaan atau eksperimen melalui pemasangan instrument,
pengambilan, pengolahan dan interpretasi data, serta
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
22
mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan dan tertulis; d)
meningkatkan kesadaran tentang aplikasi IPA yang dapat bermanfaat
dan juga merugikan individu, masyarakat, dan lingkungan serta
menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi
kesejahteraan masyarakat; e) memberi pemahaman konsep-konsep IPA
dan saling keterkaitannya dan penerapan untuk menyelesaikan masalah
dalam kehidupan dan teknologi; f) membentuk sikap yang positif
terhadap IPA, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari IPA lebih lanjut
karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam serta
kemampuan IPA dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan
penerapannya dalam teknologi.
Berdasarkan karakteristik konsep IPA, maka pembelajaran IPa
memiliki karakteristik antara lain: a) Konstriktivis; b) Inkuiri; c)
Berbasis masalah (problem base learning); d) Berbasis proyek; atau
berbasis sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat; student center.
c. Ruang lingkup IPA
Ruang lingkup kurikulum IPA SD mencakup kerja ilmiah serta
pemahaman konsep IPA dan penerapannya (terdiri atas makhluk hidup
dan proses kehidupan; benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya; bumi
dan alam semesta; serta sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat).
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
23
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V Semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3.Mengidentifikasi penyesuaian
diri hewan dengan lingkungan
tertentu untuk mempertahan
kan hidup.
3.1 Menyebutkan ciri khusus pada
hewan sebagai bentuk penye
suaian diri hewan dengan ling
kungan tertentu untuk mem
pertahankan hidupnya.
3.2 Menjelaskan fungsi ciri khusus
pada hewan sebagai bentuk
penyesuaian terhadap lingku
ngannya.
6. Media Pembelajaran Tiga Dimensi
a. Karakteristik media tiga dimensi
Menurut Anderson (1983:29) dalam Kustino (2009), media tiga
dimensi, memiliki karakteristik antara lain:
(1) Mencakup rupa benda-benda natural, temasuk: objek (benda yang
sesungguhnya), specieman (menequin), dan model atau mock-up;
(2) Menggunakan saluran penerimaan semua indra manusia yakni
mencakup: indra-indra visual, dengar, taktil, penciuman dan
pengecapan;
(3) Memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi (volume);
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
24
(4) Pesan yang terkandung dituangkan di dalam bentuk fisiknya;
(5) Dilihat dari aspek cara penyajian isinya, ada media tiga dimensi
yang menyajikan pesan kandungannya secara spontan dan total.
Produksi media tiga dimensi tidak dapat dilepas dari
pengembangan instruksional, terutama terhadap tujuan yang akan
dicapai. Di samping itu, dalam memproduksi media tiga dimensi ini
tidak boleh melupakan karakteristik media itu sendiri, karakteristik
siswa, sifat pesan, dan prosedur penggunaannya.
b. Fungsi dan nilai edukatif media tiga dimensi dalam pembelajaran
Media tiga dimensi, merupakan bagian integral dari keseluruhan
system intruksional (Kustiono:2009). Media tiga dimensi merupakan
satu komponen penting dari strategi penyampaian. Media tiga dimensi
memiliki peranan penting dalam strategi penyampaian pengajaran
untuk pencapaian hasil belajar tertentu. Media tiga dimensi bukan
sekedar alat bantu mengajar bagi guru atau dosen, melainkan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari system pengajaran
karena media tiga dimensi dapat membantu siswa atau mahasiswa
dalam memahami isi ujian.
Media tiga dimensi ini akan cocok lagi diperuntukkan bagi
pembelajaran anak SD karena kondisi psikologis siswa usia SD (6-12
tahun) masih membutuhkan pengkongkritan objek belajarnya, yang
diantaranya adalah dengan melalui penggunaan media pembelajaran,
diantaranya melalui media tiga dimensi ini. Di samping itu, untuk
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
25
aspek intelegensinya, yang menurut Piaget masih dalam tahapan
praoperasional dimana dalam pertumbuhan dan perkembangannya
anak masih membutuhkan pengkongkritan dalam penerimaan
pemahaman materi pembelajaran, sehingga penggunaan media
pembelajaran, khususnya media tiga dimensi sangatlah penting.
Di dalam pembelajaran sebagai proses komunikasi seringkali
terkendala atau terganggu (yang disebut noise). Gangguan-gangguan
(noise) ini dapat berupa hambatan psikologis, seperti: kurangnya
minat, rendahnya intelegensi; hambatan fisiologis, seperti: kelelahan,
keterbatasan daya indra, dan hambatan cultural, seperti: kebiasaan,
hambatan menyalurkan pesan,dapat membantu guru atau dosen dan
siswa atau mahasiswa dalam mengatasi hal-hal tersebut.
Media pembelajaran tiga dimensi secara umum mempunyai
fungsi untuk mengatasi: hambatan komunikasi, keterbatasan fisik
kelas, sikap pasif, dan mempersatukan pengamatan siswa. Mengenai
fungsi media pembelajaran tiga dimensi ini, Kustiono
mengemukakan”…. mampu mengatasi keterbatasan pengalaman
siswa dan keterbatasan ruangan kelas; memungkinkan interaksi
langsung siswa dengan lingkungan; menghasilkan keseragaman
pengamatan; menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan
realistis; menimbulkan keinginan dan minat baru; integral dari yang
konkret ke yang abstrak, dan mampu memvisualis fakta dan gagasan
dalam bentuk tulisan, gambar/symbol visual secara ringkas dan jelas.
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
26
Terlepas dari potensi media tiga dimensi dalam pembelajaran
yang begitu penting, satu hal yang tidak dapat diabaikan adalah
bagaimana media tiga dimensi tersebut digunakan. Bagaimanapun
baiknya media diga dimensi harus dirancang dan dipersiapkan dengan
sebaik-baiknya.
B. Kerangka Berpikir
Menurut teori Piaget, siswaw kelas V SD termasuk dalam
perkembangan mental atau intelektual tahap operasional konkrit. Pada tahap
ini siswa dapat memahami konsep dan menyelidiki ide abstrak benda-benda
kongkret.
Salah satu komponen pembelajaran adalah pemilihan teknik
pembelajaran serta media yang cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran,
sehingga guru dituntut untuk dapat memilih teknik pembelajaran serta media
atau alat peraga yang cocok dengan materi atau bahan ajar.
Dengan metode STAD yang disertai dengan alat peraga,suasana
pembelajaran dalam kelas akan berlangsung lebih menyenangkan, tidak
monoton, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat yang sekaligus
memudahkan siswa dalam memahami konsep Penyesuaian diri makhluk hidup
dengan lingkungannya.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasar uraian di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan:
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011
27
Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD yang disertai kerja kelompok dan
peragaan dengan penggunaan media dalam menyelesaikan materi
penyesuaian diri hewan dengan lingkungannya. maka hasil belajar siswa
diharapkan lebih baik dari hasil pembelajaran konvensional.
Peningkatan Prestasi Belajar..., Moh.Maskuri, FKIP UMP, 2011